PENYESUAIAN DIRI SISWA TUNANETRA DALAM BELAJAR MATEMATIKA DI SMA PURAGABAYA BANDUNG.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga.
Lowenfels, B. (1979). Siswa tunanetra di Sekolah Bab II-IX. Terjemahan. Jakarta : BP3K. Maleong, J Lexy. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosda Karya
Mason, H. (1999). Assesmen of Vision. London : Ally dan Bacon
Nawawi, A. (2007). Hand Out Perkuliahan. Pada FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Scneiders, Alexander. (1964). Personal Adjustment & Mental Health. New York : Holt Rinehart & Witson
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Tarsidi, D. (2007). Dampak ketunanetraan. [online]. Tersedia ;
http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/11/dampak-ketunanetraan-terhadap.html.[12-April-2010]
Tarsidi, D. (2009). Model Konseling Rehabilitasi bagi individu Tunanetra Dewasa. Disertasi. Pada SPS UPI bandung
Santoso ,S.(2010).Penerapan Psikologi Sosial.Surabaya:Aditama http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=29063 http://onnybudi.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-tuna-netra.html http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/pembelajaran-matematika.html
(2)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan ABK dalam menyuarakan hak–haknya, maka kemudian muncul konsep pendidikan inklusi. Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan.
Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. (Tim Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4).
Keterbatasan-keterbatasan yang terkait dengan ketunaan sebagian besar diakibatkan oleh lingkungan yang nonakomodatif dan sikap diskriminatif dari orang-orang non-ketunaan, bukan oleh kekurangan fungsional yang terkait dengan ketunaan itu sendiri (Seelman, 1998 - dalam Bellini & Rumrill, 1999). Helen Keller (Tarsidi, 2007) bahkan mengamati bahwa hambatan utama bagi seorang tunanetra bukanlah ketunanetraannya itu sendiri melainkan sikap masyarakat terhadap ketunanetraan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap beberapa siswa tunanetra yang masuk di sekolah
(3)
reguler, maka diperoleh informasi bahwa pelajaran yang menempati posisi pertama sebagai mata pelajaran yang paling tidak disukai dan sulit untuk dipelajari oleh siswa tunanetra adalah matematika. Pelajaran matematika di sekolah reguler merupakan salah satu syarat bagi kenaikan kelas dan kelulusan bagi siswa. Jika nilai matematika yang diperoleh siswa tidak mencapai nilai minimal untuk kenaikan atau kelulusan, maka siswa tersebut tidak akan naik atau lulus dan atas dasar itulah yang menjadi latar belakangi penelitian yang penulis lakukan.
Salah satu sekolah reguler yang menerima siswa tunanetra adalah sekolah menengah atas (SMA) Puragabaya Bandung. Sudah ada beberapa siswa tunanetra yang lulus dari sekolah ini. Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar matematika di sekolah integrasi khususnya di SMA Puragabaya Bandung sangat penting sekali untuk dikaji. Ketidak berhasilan atau kesulitan penyesuaian siswa tunanetra dalam belajar matematika akan sangat berdampak besar, yaitu menimbulkan kegagalan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah reguler, yang pada akhirnya dapat menimbulkan masalah sosial yang dialami oleh siswa tunanetra itu sendiri. Oleh karena itulah skripsi ini penulis dedikasikan untuk meneliti mengenai prihal “Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Belajar Matematika di SMA Puragabaya Bandung”,dan juga merupakan judul dari skripsi yang penulis buat ini.
Kurang diterapkannya layanan pendidikan berbasis inklusi di SMA reguler merupkan salah satu kendala utama pelayanan pendidikan bagi siswa tunanetra, hal itupun kerapa menjadi latar belakang utama ,mengapa kebanyakan siswa
(4)
penyandang tunanetra sulit berkembang di SMA reguler. Begitu pula yang penulis amati di SMA Puragabaya Bandung, terutama dalam matapelajaran matematika. Peroses pembelajaran serta perlakukan secara umum bagi setiap siswa terutama siswa tunanetra merupakanhal yang harus di evaluasi dari kegiatan pembelajaran di setiap sekolah reguler dan tidak terkecuali di SMA puragabaya.Selain dariupada itu media pembelajaran yang kurang bisa memfasilitasi siswa tunanetra dalam proses pembelajaran ikut menjadi sebuah beban bagi pelayanan pendidikan bagi siswa penyandang tunanetra yang seharusnya semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. (Tim Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4).
Besar harapan penulis dengan adanya skripsi ini dapat menjadi sebuah bahan evaluasi dan juga gambaran untuk perbaikan pendidikan bagi siswa tunanerta yang bersekolah di sekolah reguler .
B. Fokus Penelitian
Untuk memberikan batasan yang jelas tentang permasalahan yang akan diteliti, maka perlu kiranya dikemukakan terlebih dahulu fokus masalah dari penelitian ini. Adapun yang menjadi fokus permasalahan di sini adalah :
“Bagaimana penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar matematika di SMA Puragabaya?”
(5)
Dari fokus permasalahan tersebut peneliti merincinya menjadi beberapa sub fokus masalah agar lebih terarah. Adapun yang menjadi sub fokus masalah itu adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penyesuaian siswa tunanetra terhadap kegiatan pembelajaran matematika di kelas?
2. Bagaimana penyesuaian siswa tunanetra dalam mengikuti evaluasi pembelajaran matematika?
3. Apa yang menjadi hambatan penyandang tunanetra dalam proses maupun evaluasi pemblajaran matematika?
4. Bagaimana upaya siswqa tunanetra dalam mengatasi hambatan proses maupun evaluasi pembelajaran matematika?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar matematika di SMA Puragabaya, yang dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih spesifik, sebagai berikut :
1. Mengetahui penyesuaian siswa tunanetra dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di kelas.
2. Memperoleh informasi mengenai penyesuaian siswa tunanetra dalam mengikuti evaluasi pembelajaran matematika.
3. Mengetahui hambatan atau kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa tunanetra dalam penyesuaian diri untuk mengikuti proses maupun ealuasi pelajaran matematika .
(6)
4. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah serta siswa dalam penyesuaian diri siswa tunanetra dalam proses dan evaluasi pembelajaran matematika.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Sebagai bahan tinjauan serta evaluasi guru matapelajaran matemetika di sekolah regular dalam memahami maupun evaluasi pembelajaran terhadap siswa tunanetra.
2. Sebagai bahan kajian, masukan dan pertimbangan bagi pihak sekolah untu mengembangkan kurikulum maupun kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan .
3. Memberikan pengetahuan mengenai penyesuaian diri bagi siswa tunanetra,terutama dalam proses penyesuaian diri terhadap proses pembelajaran matematika .
4. Sebegai solusi efektif dalam memaksimalkan proses pemebelajaran matematika bagi siswa penyandang tunanetra di sekolah regular.
5. Mengetahui hambatan serta kesulitan belajar siswa tunanerta dalam pembelajaran matematika dikelas serta bagaimana cara tunanetra menghadapi evaluasi proses pembelajaran.
6. Sebagai bahan penelitian selanjutnya. E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tujuan utama dari pendekatan deskriptif
(7)
ini ialah melukiskan keadaan sesuatu atau yang sedang terjadi pada saat penelitian berlangsung terkait memaksimalkan proses maupun evaluasi pembelajaran di sekolah regular terkait penyesuaian diri siswa tunanetra.
Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan pra-lapangan, sampai tahap pemeriksaan keabsahan data mengikuti apa yang disampaikan oleh Moleong (1993:85-103). Sedangkan untuk tahap analisis data, peneliti merujuk pada apa yang disampaikan oleh Miles &
Huberman (1992:16-18).
Pada tahap pra lapangan penulis melakukan langkah strategis dengan Menyusun Rancangan Penelitian berupa penyusunan rangkaian penelitian yang diajukan dalam bentuk proposal pembuatan skripsi peneliti dilanjutkan dengan memilih latar penelitian yang di data yang ditemukan oleh peneliti pada tahap pra observasi di SMA Puragabaya Bandung Menyiapkan Peralatan Penelitian untuk memperjelas dan mempermudah kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di lapangan. Serta mempersiapkan kisi-kisi instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman observasi.
Setelah itu pada tahap pekerjaan lapangan peneliti melakukan persiapan berupa pengenalan identitas dan juga pemaparan waktu penelitian pada perangkat sekolah dan pada saat memasuki lapangan mencoba mengumpulkan datadengan cara berinteraksi melalui kegiatan wawancara berdasarkan pengarahan batas studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan studi berdasarkan fokus masalah yang akan diteliti, yaitu Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar matematika oleh guru Matematika di sekolah tersebut. Mencatat Data,
(8)
dilakukan pada saat dan sesudah berlangsung pengumpulan data, baik pada saat kegiatan wawancara maupun pada saat dan sesudah kegiatan observasi berlangsung. Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi, dalam penelitian ini data yang dicatat dalam wawancara bersumber dari subjek dua orang guru dan satu orang siswa, yaitu:
a) Dua orang guru Matematika di kelas X dan kelas XI. b) Satu orang siswa tunanetra kelas XI.
(9)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan PenelitianPenelitian mengenai Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Belajar Matematika di SMA Puragabaya Bandung ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode yang digunakan bermaksud untuk memahami, mengungkap dan menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang ada di lapangan, kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berupaya memecahkan masalah dan menjawab berbagai pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi tersebut serta bertujuan untuk memahami fenomena sosial dari perspektif para partisipan yang melibatkan kehidupan semua orang yang terlibat. Sebagaimana seorang ahli mengemukakan:
Penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Kirk & Miller dalam Moleong, 1993:3).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri yang menjadi instrumen kunci (key instrumen) dalam upaya mengumpulkan informasi tentang data yang akan diteliti, sedangkan instrumen lainnya hanyalah sebagai pelengkap. Peneliti juga sekaligus sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis data, dan pada akhirnya akan menjadi pelopor dari hasil penelitiannya.
(10)
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang guru Matematika kelas X dan XI, dan satu orang siswa tunanetra kelas XI SMA Puragabaya Bandung. Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan informasi-informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Informasi langsung didapat dari dua orang guru Matematika di kelas X dan kelas XI, dan satu orang siswa tunanetra kelas XI.
Tabel 3.1. Data Subjek Penelitian
Subjek Guru Subjek Siswa
Guru I Inisial : AT
Lama Mengajar : 5 Tahun
Siswa Inisial : FN Usia : 17 Tahun
Jenis Ketunanetraan : Low Vision
Guru II Inisial : AN
Lama Mengajar : 6 Tahun
C. Tahap-tahap Penelitian
Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan pra-lapangan, sampai tahap pemeriksaan keabsahan data mengikuti apa yang disampaikan oleh Moleong (1993:85-103). Sedangkan untuk tahap analisis data, peneliti merujuk pada apa yang disampaikan oleh Miles &
(11)
Huberman (1992:16-18). Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat
pada bagan berikut ini :
Bagan 3.1 Tahap-tahap penelitian
(Moleong, 2006:252-258 dan Miles & Huberman, 1992:16-18) TAHAP PEKERJAAN
LAPANGAN
TAHAP PRALAPANGAN
TAHAP PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
TAHAP ANALISIS DATA
Menyusun Rancangan Penelitian Memilih Latar Penelitian
Mengurus Perizinan Penelitian
Menyiapkan Peralatan Penelitian Memahami Latar Penelitian
Memasuki Lapangan
Berinteraksi & Mengumpulkan Data Ketekunan Pengamatan
Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi Diskusi
Triangulasi
Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Reduksi Data
(12)
1. Tahap Pra lapangan
a. Menyusun Rancangan Penelitian. Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian. Intinya berupa penyusunan rancangan penelitian yang diajukan dalam bentuk proposal pembuatan skripsi peneliti.
b. Memilih Latar Penelitian. Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan data yang ditemukan oleh peneliti yang selama ini peneliti amati pada SMA Puragabaya Bandung tersebut yang berada di jalan Dr. Djunjunan Bandung.
c. Mengurus Perizinan Penelitian. Pengurusan perizinan yang bersifat administratif dilakukan dengan memulai dari tingkat Jurusan, Fakultas, dan Universitas serta lembaga-lembaga terkait dan sekolah tersebut. d. Menyiapkan Peralatan Penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyiapkan
segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas dan mempermudah kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di lapangan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan kisi-kisi instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman observasi.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan a. Memahami Latar Penelitian
1) Pembatasan penelitian. Pemahaman latar penelitian menjadi sangat penting, sehingga strategi untuk mengumpulkan data menjadi
(13)
efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi dimana kasus berada.
2) Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat memperhatikan penampilan. Karena salah satu lokasi penelitian ini di sekolah, maka peneliti juga berusaha untuk tampil dengan sopan dan formal.
3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat pengamatan langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian tetap penuh keakraban, tanpa harus mempengaruhi berbagai kondisi dan perilaku alami yang ada di lokasi penelitian.
4) Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu penelitian di lapangan selama tiga minggu, diharapkan dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini berbagai data penelitian dapat terkumpul dengan baik.
b. Memasuki lapangan
1) Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial di lokasi penelitian selalu berusaha dijaga oleh peneliti, agar mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh berbagai data yang diinginkan.
2) Peranan peneliti. Peranan peneliti dalam aktivitas yang ada di lokasi penelitian tidak besar, karena penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung tanpa berperan serta, sehingga sebisa mungkin
(14)
peneliti menghindari peran serta langsung, karena dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di lokasi penelitian.
c. Berinteraksi dan mengumpulkan data
1) Pengarahan batas studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan studi berdasarkan fokus masalah yang akan diteliti, yaitu Penyesuaian diri siswa tunanetra dalam belajar matematika oleh guru Matematika di sekolah tersebut. Pengarahan batas studi ini menjadi penting, agar pada saat berada di lokasi penelitian, peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah yang berada di luar fokus masalah penelitian.
2) Mencatat Data, dilakukan pada saat dan sesudah berlangsung pengumpulan data, baik pada saat kegiatan wawancara maupun pada saat dan sesudah kegiatan observasi berlangsung.
3) Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi, dalam penelitian ini data yang dicatat dalam wawancara bersumber dari subjek dua orang guru dan satu orang siswa, yaitu:
a) Dua orang guru Matematika di kelas X dan kelas XI. b) Satu orang siswa tunanetra kelas XI.
(15)
Adaptasi Siswa Tunanetra
1. Apakah sekolah menyediakan fasilitas khusus bagi siswa tunanetra dalam kegiatan pembelajaran maupun evaluasi matematika?
2. Bagaimana perlakuan dan sikap guru/siswa awas pada saat pembelajaran dan evaluasi matematika?
3. Apakah kamu mendapatkan perlakuan khusus dari guru ketika pembelajaran matematika di kelas?
4. Media dan metode apa yang biasa dipakai oleh guru dalam pembelajaran matematika?
5. Apakah media atau metode yang dipakai sesuai untuk siswa tunanetra? 6. Apakah kamu sering terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan diskusi kelas? 7. Bagaimana pendapat mengenai kurikulum (matematika) yang dipakai oleh
sekolah?
8. Apakah guru atau teman sekelas sering membantumu dalam kegiatan belajar matematika di kelas?
9. Bagaimana bentuk evaluasi matematika?
10. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran matematika?
11. Apakah mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika? 12. Apakah mengalami kesulitan terhadap bentuk dan pelaksanaan evaluasi
pembelajran matematika?
13. Bagaimana upaya kamu lakukan dalam mengatasi hambatan kegiatan pembelajaran maupun evaluasi pembelajaran matematika?
(16)
3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menilai apakah data-data yang diperoleh itu sudah sahih dan dapat dipercaya atau valid, maka peneliti perlu melakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti, sebab, hanya data yang valid yang dapat diteliti. Kevalidan suatu data dilihat dari substansi, sumber data, maupun pengambilan datanya. Dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data dilakukan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:
a. Ketekunan Pengamatan. Untuk memperoleh keabsahan data diperlukan ketekunan pengamatan dalam bersosialisasi maupun dalam melakukan interaksi dilingkungan kasus berada. Apapun yang berkaitan dengan keadaan di lokasi kasus berada, serta berbagai perilaku yang ditunjukkan kasus dicatat, dan dokumentasikan.
b. Pemeriksaan melalui Diskusi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara, atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan masukan terhadap penelitian ini yaitu:
1) Diskusi dengan Dosen Pembimbing peneliti yang mempunyai keahlian dalam bidang ketunanetraan
2) Diskusi dengan Informan. Diskusi dengan informan dilakukan untuk mencari kebenaran tentang masalah yang berkaitan dengan tema penelitian. Proses ini dilakukan setelah peneliti mendapat temuan lapangan yang berhubungan dengan penelitian.
(17)
3) Diskusi dengan teman yang lebih berkompeten. Dimana diskusi dengan teman tentang masalah yang berkaitan dengan tema penelitian dan memberikan masukan kepada penyusun.
c. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber, metode dan teori. Penjelasan berikut menjelaskan bahwa:
Moleong (1993:178) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan orang secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.
Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi dengan cara sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan cek silang di antara kedua
(18)
data tersebut. Setiap sumber data di crosschek dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan, karena data akhir yang didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai sumber data yang ada.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diproleh melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana dikemukakan oleh Cathrine Marshall, Gretchen B. Rossman (Sugiyono:2008) bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah) sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation
observation) dan wawancara mendalam (in depth interview).
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton dalam Moleong, 1993:103).
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, baik data primer maupun data sekunder. Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang disampaikan oleh
Miles & Huberman yaitu: ”Setelah data dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka
selanjutnya data direduksi, disajikan, dan ditarik kesimpulan serta verifikasinya” (Miles & Huberman, 1962:16).
a. Penyajian Data. Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
(19)
b. Reduksi Data. Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan crosscheck atau cek silang di antara kedua data tersebut. Setiap sumber data di crosschek dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan. c. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data,
peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan sementara, kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya bukti-bukti dari data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari data itu sendiri.
(20)
(21)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyesuaian diri siswa tunanetra sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pembelajaran matematika di sekolah. Keberhasilan tersebut diperoleh siswa tunanetra dengan memanfaatkan fasilitas sekolah yang ada untuk mengakses materi yang diperlukan dan tepat sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra. Penyesuaian diri siswa tunanetra yang baik dapat dengan cepat beradaptasi dan berinteraksi dengan siswa pada umumnya untuk mempermudah pada proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, sehingga kesamaan kesempatan, penerimaan atau sikap dari sekolah kepada siswa tunanetra menjadi hal yang saling berkaitan secara keseluruhan dan dengan cepat akan didapat peningkatan dalam bentuk prestasi yang dicapai siswa tunanetra dalam proses pembelajaran matematika di SMA Puragabaya Bandung.
(22)
2. Informasi dan data yang diperoleh oleh peneliti dari guru matematika dan siswa tunanetra tersebut mendapatkan hasil yang relevan sehingga tidak ada data yang bersimpangan dan tumpang tindih satu sama lain, hal ini menunjukkan bahwa siswa tunanetra berperan aktif dalam penyesuaian proses pembelajaran matematika dan peran guru dalam penelitian ini ialah tidak hanya memiliki perhatian dan kepedulian yang besar, akan tetapi bagaimana memberikan materi pada siswa tunanetra agar dapat tersampaikan dan dimengerti dengan baik oleh siswa tunanetra dengan cara pengulangan materi secara pembelajaran individu.
3. Adapun hambatan siswa tunanetra dalam penyesuain diri pada proses pembelajaran matematika ialah sekolah yang diwakili oleh guru masih kesulitan dalam penyediaan jasa reader untuk dapat membantu siswa tunanetra dalam menuangkan alur pikiran ketika menghadapi ujian, agar hasil ujian siswa tunanetra dapat di periksa atau diolah oleh guru matematika tersebut serta ketiadaan guru khusus yang dapat mengakses/membaca Braille.
(23)
B. Rekomendasi
1. Bagi sekolah, dukungan sosial sangat membantu terhadap perkembangan mental dan karakter siswa, sehingga pemberian dukungan yang optimal dari sekolah akan sangat membantu siswa untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekolah serta juga dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri sehingga menumbuhkan motivasi bagi siswa tersebut.
2. Bagi siswa tunanetra, penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar khususnya sekolah dapat menjadi tolok ukur keberhasilan kita terhadap proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika yang terbilang sulit bagi tunanetra serta tambahan motivasi belajar yang sanagt kuat yang harus dimiliki dalam diri siswa tunanetra sendiri, karena akan mempermudah siswa tunanetra untuk menempuh pendidikan dimana pun siswa inginkan.
(24)
DAFTAR ISI
ABSTRAK………. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
UCAPAN TERIMAKASIH ……….… iii
DAFTAR ISI……….… v
DAFTAR TABEL ……….… viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...… 1
B. Fokus Penelitian ...………... 3
C. Tujuan Penelitian .……… 4
D. Manfaat Penelitian……… 5
E. Metode Penelitian …..……… 5
BAB II PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNANETRA A. Ketunanetraan ……… ……... 8
1. Pengertian Tunanetra ……….…... 8
2. Klasifikasi Tunanetra ……….... 16
3. Karakteristik Tunanetra ………... 18
4. Keterbatasan Tunanetra ……….. 20
(25)
B. Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra …………...……. 36
1. Konsep Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra ... 36
2. Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra …………. 37
3. Pola Pembelajaran ………..………… 41
4. Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa Tunanetra …. 41 5. Kurikulum Pembelajaran bagi Tunanetra………. 42
6. Aksesibilitas belajar bagi Siswa Tunanetra…….. 42
C. Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Pembelajaran 47 D. Pembelajaran Matematika netra………..…… 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian …..……….. 56
B. Subjek Penelitian……….... ………. 57
C. Tahap-tahap Penelitian……….…….. 57
1. Tahap Pra Lapangan……… ……. 59
2. Tahap Pekerjaan Lapangan………. ……. 59
3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data ..……….… 63
D. Teknik Pengumpulan Data………..……. 65
E. Teknik Analisis Data………... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Gambaran Informan ….………..……. 68
B. Hasil Penelitian………... ……. 69
C. Analisis Data……….. 73
(26)
E. Pembahasan……… ……. 97
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan……….……… 100
B. Rekomendasi ….………. 102
DAFTAR PUSTAKA ………..… 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
(27)
DAFTAR TABEL
(1)
53
Muhamad Adam, 2012
Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra Dalam Belajar Matematika Di SMA Puragabaya Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Informasi dan data yang diperoleh oleh peneliti dari guru matematika dan siswa tunanetra tersebut mendapatkan hasil yang relevan sehingga tidak ada data yang bersimpangan dan tumpang tindih satu sama lain, hal ini menunjukkan bahwa siswa tunanetra berperan aktif dalam penyesuaian proses pembelajaran matematika dan peran guru dalam penelitian ini ialah tidak hanya memiliki perhatian dan kepedulian yang besar, akan tetapi bagaimana memberikan materi pada siswa tunanetra agar dapat tersampaikan dan dimengerti dengan baik oleh siswa tunanetra dengan cara pengulangan materi secara pembelajaran individu.
3. Adapun hambatan siswa tunanetra dalam penyesuain diri pada proses pembelajaran matematika ialah sekolah yang diwakili oleh guru masih kesulitan dalam penyediaan jasa reader untuk dapat membantu siswa tunanetra dalam menuangkan alur pikiran ketika menghadapi ujian, agar hasil ujian siswa tunanetra dapat di periksa atau diolah oleh guru matematika tersebut serta ketiadaan guru khusus yang dapat mengakses/membaca Braille.
(2)
54
B. Rekomendasi
1. Bagi sekolah, dukungan sosial sangat membantu terhadap perkembangan mental dan karakter siswa, sehingga pemberian dukungan yang optimal dari sekolah akan sangat membantu siswa untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekolah serta juga dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri sehingga menumbuhkan motivasi bagi siswa tersebut.
2. Bagi siswa tunanetra, penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar khususnya sekolah dapat menjadi tolok ukur keberhasilan kita terhadap proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika yang terbilang sulit bagi tunanetra serta tambahan motivasi belajar yang sanagt kuat yang harus dimiliki dalam diri siswa tunanetra sendiri, karena akan mempermudah siswa tunanetra untuk menempuh pendidikan dimana pun siswa inginkan.
(3)
Muhamad Adam, 2012
Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra Dalam Belajar Matematika Di SMA Puragabaya Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK………. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
UCAPAN TERIMAKASIH ……….… iii
DAFTAR ISI……….… v
DAFTAR TABEL ……….… viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...… 1
B. Fokus Penelitian ...………... 3
C. Tujuan Penelitian .……… 4
D. Manfaat Penelitian……… 5
E. Metode Penelitian …..……… 5
BAB II PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNANETRA A. Ketunanetraan ……… ……... 8
1. Pengertian Tunanetra ……….…... 8
2. Klasifikasi Tunanetra ……….... 16
3. Karakteristik Tunanetra ………... 18
4. Keterbatasan Tunanetra ……….. 20
(4)
B. Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra …………...……. 36
1. Konsep Pembelajaran bagi Siswa Tunanetra ... 36
2. Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra …………. 37
3. Pola Pembelajaran ………..………… 41
4. Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa Tunanetra …. 41 5. Kurikulum Pembelajaran bagi Tunanetra………. 42
6. Aksesibilitas belajar bagi Siswa Tunanetra…….. 42
C. Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra dalam Pembelajaran 47 D. Pembelajaran Matematika netra………..…… 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian …..……….. 56
B. Subjek Penelitian……….... ………. 57
C. Tahap-tahap Penelitian……….…….. 57
1. Tahap Pra Lapangan……… ……. 59
2. Tahap Pekerjaan Lapangan………. ……. 59
3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data ..……….… 63
D. Teknik Pengumpulan Data………..……. 65
E. Teknik Analisis Data………... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Gambaran Informan ….………..……. 68
B. Hasil Penelitian………... ……. 69
C. Analisis Data……….. 73
(5)
Muhamad Adam, 2012
Penyesuaian Diri Siswa Tunanetra Dalam Belajar Matematika Di SMA Puragabaya Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Pembahasan……… ……. 97
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan……….……… 100
B. Rekomendasi ….………. 102
DAFTAR PUSTAKA ………..… 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
(6)
DAFTAR TABEL