D 902007007 BAB VIII

Bab 8

Simpulan dan Saran

Simpulan
Pada mulanya kawasan makam Gunung Brintik itu kosong.
Dari hari ke hari tempat itu diisi oleh oleh orang-orang yang tidak
memiliki tempat tinggal untuk beristirahat. Bagian yang kosong dari
makam itu didirikan ”gubug”, sederhana, dan akhirnya menjadi rumah
tempat tinggal. Pada saat terjadi pemindahan penghuni bantaran kali
dan pedagang di pinggiran jalan dan untuk pembangunan, sebagian di
antara mereka menempati areal kuburan itu. Setelah penuh, kuburan
yang ada atapnyapun ditempati. Terbentuklah komunitas makam
Gunung Brintik, yang berprofesi membersihkan makam dan kerja
serabutan. Ada kehadiran Negara/pemerintah dan NGO’s.
Komunitas M akam Gunung Brintik memiliki modal komunitas
(Community Capital) untuk survive dan memiliki strategi
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Strategi yang digunakan
untuk dapat berhasil mengatasi kemalangan di Gunung Brintik adalah:
Kemampuannya beradaptasi (Adaptive Capacity) dalam kerangka
Coupled Ecosystem-Socialsystem. Partisipasi terhadap, adaptasi/

internalisasi nilai-nilai sosial, serabutan sebagai penamaan mata
pencaharian yang dilakukan, dan pemanfaatan modal komunitas
M akam Gunung Brintik Semarang. M odal manusia (human capital),
knowledge capital, social capital. M odal moral/spiritual (spiritual
capital), modal ekonomi (economic capital/business capital), modal
intelektual (intelectual capital), natural capital , public institutional
capital, modal emosional (emotional capital), modal ketabahan
(adversity capital), modal moral, dan modal kesehatan. Akhirnya
komunitas itu berhasil dan berkembang dari illegal menjadi legal.
217

SURVIVAL STRATEGY KOM UNITAS M AKAM GUNUNG BRINTIK SEM ARANG

Survival Stategy komunitas Gunung Brintik dapat dilihat dari
dua sisi: Pertama dari sisi internal, strategi survive seorang dalam
menghadapi berbagai kesulitan dipengaruhi oleh internalisasi nilainilai, perilaku yang dimiliki seseorang, seperti sopan-santun, semangat
(daya juang), keyakinan kepada Tuhan, keberanian menghadapi resiko,
inisiatif, dan memiliki pandangan ke depan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Para pengamen dan peminta-minta yang sopan
dan santun memiliki pendapatan yang lebih besar dari mereka yang
meminta-minta dengan kurang bahkan tidak sopan atau tidak simpatik.

Kedua dari sisi eksternal, strategi survive dipengaruhi oleh
kehadiran Negara dan NGO’s, dipengaruhi pula oleh solidaritas sosial
tempat seseorang bertempat tinggal, seperti semangat untuk saling
membantu. Strategi orang miskin untuk dapat survive dengan
mengedepankan penanaman nilai-nilai secara kelembagaan dapat
memutus lingkaran setan kemiskinan. Orang miskin akan melahirkan
orang miskin dapat ditepis dan orang miskin dapat dientaskan. Namun
lembaga basis tersebut tidak bekerja sendirian. Kebijakan yang
dilaksanakannya merupakan kerja bareng antara Yayasan Pelayanan
Sosial dengan Yayasan Sosial yang lain bekerjasama dengan
Pemerintah, didukung oleh Pendamping para Frater dan Pendamping
non-Frater, dibantu penyandang dana perorangan dan CSR (dalam hal
ini oleh Yayasan ASTRA Toyota Indonesia, Komunitas Tugu M uda,
dan per-orangan secara anonim) yang dalam kesehariannya mengaplikasikan M odal Sosial, yang prinsip kerjasamanya tidak didasarkan pada
suku, agama dan ras (atau kelompok primordial lainnya) akan tetapi
pada kehendak baik dan hati nurani yang tergerak untuk
mengusahakan pengkudusan dunia dari dalam laksana ragi, yang
mampu membangkitkan motivasi intrinsik si miskin yang pada
gilirannya berdampak pada terciptanya nilai-nilai kebersamaan dan
needs for achievement, yang kemudian bekerja sesuai kemampuan dan

hati-nurani, dengan tingkat penghasilan yang mencukupi nafkah lahir
batinnya.

218

Bab 8 Simpulan dan Saran

Bentuk M odal Sosial yang menjembatani (bridging social
capital) mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan
kemajuan dan kekuatan masyarakat. Dengan tumbuhnya bentuk M odal
Sosial tersebut memungkinkan perkembangan di banyak dimensi
kehidupan, semakin efisiensinya pekerjaan-pekerjaan, mempercepat
keberhasilan upaya penanggulangan kemiskinan, kualitas hidup
manusia meningkat lebih kuat tanpa harus menggusur atau memindahkan ke tempat lain, ataupun merelokasinya.
M emang benar adanya modal sosial mempengaruhi
pembangunan ekonomi dengan melancarkan transaksi antar individu,
rumahtangga, dan kelompok. Pengaruh ini berbentuk: a. Partisipasi
para individu dalam jejaring sosial meningkatkan ketersediaan
informasi dan menurunkan biayanya; b. Partisipasi dalam jejaring lokal
dan sikap saling percaya memudahkan kelompok mana pun mencapai

keputusan dan melaksanakannya bersama; c. Jejaring dan sikap
mengurangi perilaku oportunis anggota komunitas. Pada komunitas
dengan perilaku tertentu diharapkan untuk kebaikan bersama, tekanan
sosial dan kawatir akan dikucilkan mendorong individu berperilaku
seperti yang diharapkan.
Self Determination menunjukkan bahwa motivasi dan
kepribadian manusia yang berfokus pada perkembangan dan fungsi
kepribadian dalam konteks sosial pada tingkatan identified regulation
menganggap sebuah nilai penting bagi diri individu sendiri. Hal itu
dilakukan karena menyadari adanya manfaat darinya. Integrated
regulation mengintegrasikan nilai dari luar dengan nilai yang sudah
ada dalam dirinya diasimilasikan secara penuh. Intrinsic motivation
atau motivasi intrinsik merupakan perilaku yang menghasilkan
kepuasan spontan karena aktivitas dari dalam individu itu sendiri. Di
dalam motivasi intrinsik terdapat sikap manusia yang proaktif dan
berorientasi pada petumbuhan.
Salah satu kunci keberhasilan membangun pada masyarakat
miskin dan terpinggirkan di Gunung Brintik Kota Semarang terletak
pula pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial.
219


SURVIVAL STRATEGY KOM UNITAS M AKAM GUNUNG BRINTIK SEM ARANG

M asyarakat Gunung Brintik selalu berhubungan sosial dengan
masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling
berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary),
kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility).
Kemampuan anggota-anggota kelompok/masyarakat untuk selalu
menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang inergetis akan
sangat besar pengaruhnya dalam menenetukan kuat tidaknya modal
sosial suatu kelompok.

M odel Survival
Semarang

Strategy

Komunitas Gunung Brintik

M odel di bawah ini menjelaskan tentang proses Adaptasi pada

Coupled Ecosystem – Social System Survival Strategy Komunitas
M akam Gunung Brintik Semarang pada orang miskin yang
terpinggirkan dan kehadiran LSM dan Negara, identifikasi dampak
Adaptive Capacity pada survival strategy yang dilakukan orang miskin
yang terpinggirkan/Komunitas Gunung Brintik Semarang, dan
penjelasan tentang survival strategy dan upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan komunitas penghuni makam Gunung Brintik Semarang
yang miskin dan terpinggirkan.
Peran bantuan terhadap keberlanjutan komunitas makam
Gunung Brintik sangat nyata untuk berkembang dan diakui Negara.

220

Gambar 8.1
Model Survival Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarang

Bab 8 Simpulan dan Saran

221


SURVIVAL STRATEGY KOM UNITAS M AKAM GUNUNG BRINTIK SEM ARANG

Saran
Telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat, namun hal itu baru dapat mengurangi beban penderitaan,
dan belum dapat mengentaskannya dari kemiskinan. Pengentasan
kemiskinan berbasis pendidikan merupakan pilihan kebijakan dan
program yang realistis dalam menyediakan pendidikan untuk orang
M iskin. Hadirnya Negara dan NGO’s dapat diterima sebagai upaya
untuk survive. M odel pendampingan dapat digunakan untuk mendampingi pemerlu pelayanan bagi penyandang masalah kesejahteran
sosial di perkotaan.
Guna menyelesaikan persoalan internal Komunitas M akam
Gunung Brintik Semarang dapat memanfaatkan modal sebagai berikut,
untuk seluruh kebijakan publik dan memanfaatkan modal itu adalah:
Human capital- kesehatan, nutrisi, dan keahlian dibutuhkan setiap
orang untuk menjadi produktif secara ekonomi. Business capital:
teknologi atau permesinan, berbagai fasilitas, alas-alas transportasi
bermotor sangat diperlukan dalam pertanian, industri dan jasa. Infrastructure capital: pembangunan jalan-jalan, air dan sanitasi, bandara
dan pelabuhan, dan sistem telekomonikasi, adalah penting demi
produktivitas bisnis. Natural capital. Sumber daya alam, Public

institutional capital: hukum komersial, sistem yudisial, berbagai
pelayanan dan kebijakan pemerintah dibutuhkan menjadi penopang
pembagian kerja yang penuh damai dan makmur. Knowledge capital:
pengetahuan saintifik dan teknologi dapat meningkatkan produktivitas
dalam bisnis, Social Capital. (M odal Sosial), dan Spiritual Capital atau
M odal Spiritual
Self Ditermination dan M odal Komunitas dapat diterapkan
bersama, karena di dalam motivasi intrinsik terdapat sikap manusia
yang proaktif dan berorientasi pada petumbuhan yang akhirnya
berdampak pada terciptanya nilai-nilai kebersamaan dan needs for
achievement, sebagai titik awal orang mengentaskan dirinya dari
kemiskinan.

222

Bab 8 Simpulan dan Saran

Kelentingan sosial (social resilience) yang dimiliki oleh
komunitas makam Gunung Brintik ini dapat menjadikan pertimbangan
bagi pengambil kebijakan untuk membantu meningkatkan

perkembangan komunitas di situ.
Gambaran tentang proses Adaptasi pada Coupled Ecosystem –
Social System Survival Strategy Komunitas M akam Gunung Brintik
Semarang pada orang miskin yang terpinggirkan dan kehadiran LSM
dan Negara, identifikasi dampak Adaptive Capacity pada survival
strategy yang dilakukan orang miskin yang terpinggirkan/Komunitas
Gunung Brintik Semarang, dan penjelasan tentang survival strategy
dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas penghuni
makam Gunung Brintik Semarang yang miskin dan terpinggirkan dapat
dikaji lebih lanjut.

223