Efek Antelmintik Akar Lidah Buaya (Aloe Vera(L.) Burm. f.) Terhadap Ascaris Suum In Vitro.
ABSTRAK
EFEK ANTELMINTIK
AKAR LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Burm. f.)
TERHADAP Ascaris suum IN VITRO
Nidia Afrah, 2005
Pembimbing 1 : Budi Widyarto L, dr.
Pembimbing 2 : Meilinah Hidayat, dr,Mkes
Ascaris diketahui sebagai cacing gilik yang bersifat kosmopolit dan
menginfeksi kira-kira 25% penduduk dunia. Di negara-negara tropis frekuensi
kejadian dari 70% sampai 90%, umumnya terjadi pada anak-anak. Tanaman obat
dapat menjadi alternatif yang baik untuk anthelmintik di masyarakat jika telah
melewati beberapa penelitian dan terbukti kemanjurannya secara ilmiah di bawah
pengawasan ahli
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akar lidah buaya
berefek antelmintik terhadap Ascaris suum in vitro.
Penelitian ini menggunakan 30 ekor cacing Ascaris suum untuk setiap
kelompok dan direndam dalam larutan kontrol NaCl 0.9%, larutan piperazine
sitrat 20%, serta infusa akar lidah buaya dengan berbagai konsentrasi (30%, 45%,
60%, 75%) selama 3 jam dalam suhu 37°C. Analisis data memakai persamaan
regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa akar lidah buaya dengan berbagai
konsentrasi yaitu 30%, 45%, 60%, 75% mempengaruhi kematian dan kelumpuhan
Ascaris suum. Konsentrasi akar lidah buaya 30% dapat menyebabkan kematian
dan kelumpuhan sebanyak 2,7% dari total populasi. Konsentrasi akar lidah buaya
45% dapat menyebabkan kematian dan kelumpuhan cacing sebanyak 6,6% dari
total populasi. Sedangkan pada konsentrasi 60% dan 75% masing-masing
menyebabkan kematian dan kelumpuhan dari total populasi sebanyak 10% dan
11,1%. LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro adalah 56,1%. Akar
lidah buaya dengan konsentrasi 59,1% memiliki kesetaraan efek dengan
piperazine sitrat 20%.
Hasil penelitian ini adalah akar lidah buaya berefek antelmintik terhadap
Ascaris suum in vitro.
Saran agar dilakukan penelitian lanjutan tentang uji toksisitas, dosis, sediaan
serta penggunaan akar lidah buaya sebagai obat alternatif terhadap Ascaris
lumbricoides.
Kata kunci: antelmintik, akar lidah buaya, Aloe vera L. Burm.f
iv
ABSTRACT
THE ANTHELMINTIC EFFECT OF
(Aloe vera (L.) Burm. f.) ROOT
ON Ascaris suum IN VITRO
Nidia Afrah, 2005
1st Tutor : Budi Widyarto L, dr.
2nd Tutor: Meilinah Hidayat, dr, Mkes
Ascaris, known as the roundworm infects more than 25% people world wide. It
may affect 70% to 90% of persons in some tropical regions, mostly happen in
childrens. Traditional medicine could be a good alternatif for anthelmintic after
passing some scientific researchto know the efficacy.
The aim of this study is to know whether aloe vera root has anthelminthic
effect on Ascaris
This research used 30 Ascaris suum for each group soaked in control solutions
NaCl 0,9%, piperazine and varying aloe vera root infuse concentrations( 30%,
45%, 60%) during 3 hours at 37°C. Regresi linierwas used for statistical data
analysis.
All aloe vera root with various concentrations that were 30%, 45%, 60%, 75%
had anthelmintic effect to Ascaris. Aloe vera root infuse with 30% concentration
caused 2,7% death and paralysis from total population, the 45% concentration
caused 6,6% death and paralysis from total population and the 60%, 75%
concentration, each caused 10% and 11,1% death and paralysis from total
population. LD50 aloe vera root on Ascaris suum in vitro is 56,1%. Aloe vera root
infuse with 59,1% concentration hadthe same effect with piperazine sitrat 20%.
The conclusion of this experiment is that aloe vera roots has anthelminthic
effect on Ascaris suum in vitro.
Further research on toxicity, doses and preparation of Aloe vera root is
needed to use it as an alternatif medicine for Ascaris lumbricoides.
Key words: anthelminthic, aloe vera roots, Aloe vera L. Burm. f
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Kegunaan Penelitian
1.5 Kerangka Pemikiran
1.6 Metodologi
1.7 Lokasi dan Waktu
1
2
2
2
2
3
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ascaris sp
2.1.1 Taxonomi
2.1.2 Ascaris suum
2.1.3 Morfologi Ascaris suum
2.1.4 Siklus hidup
2.1.5 Ascaris lumbricoides
2.1.5.1 Epidemiologi
2.1.5.2 Morfologi
2.1.5.3 Anatomi, Histologi, Fisiologi
2.1.5.4 Daur Hidup
2.1.5.5 Patogenesis dan Gejala Klinik
2.1.5.6 Diagnosis
2.1.5.7 Diagnosis Banding
2.1.5.8 Pencegahan
2.2 Aloe vera
2.2.1 Uraian Tanaman dan Kegunaan
2.2.2 Kandungan Kimia dan Mekanismenya
2.3 Antelmintik
2.3.1 Pirantel Pamoat
2.3.2 Mebendazol
2.3.3 Levamisol
2.3.4 Piperazine
4
4
4
4
6
7
7
7
9
14
15
18
19
20
21
21
23
24
24
25
25
26
viii
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan Penelitian
3.2.2 Alat-alat yang digunakan
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Variabel Penelitian
3.3.2 Prosedur Penelitian
3.3.3 Analisis Data
27
27
27
27
27
27
28
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan dan Pembahasan
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian
30
31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
32
32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
33
35
39
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Ascaris suum
5
Gambar 2.2
Bibir pada Ascaris
6
Gambar 2.3
Ascaris lumbricoides jantan dan betina
7
Gambar 2.4
Telur Ascaris umbricoides
8
Gambar 2.5
Daur hidup Ascaris
15
Gambar 2.6
Kumpulan cacing yang melewati traktus intestinal
18
Gambar 2.7
Ascaris dalam biliaris sistem
19
Gambar 2.8
Aloe vera
22
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Efek akar lidah buaya terhadap Ascaris
dalam berbagai perlakuan………………………………………….30
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Perhitungan LD50…………………..……………………………35
Lampiran B : Perhitungan kesetaraan efek……………………………………..37
Lampiran C : Determinasi Tumbuhan ……. …………………………………. 38
xii
LAMPIRAN
Lampiran A : Perhitungan LD 50
Perhitungan : Regresi linier
X
Y
X2
Y2
XY
30
5
900
25
150
45
12
2025
144
540
60
18
3600
324
1080
75
20
5625
400
1500
Σy = 55
Σx2 = 12150
Σy2 = 893
Σxy = 3270
Σx = 210
Persamaan regresi : Y= a + bX
Y = variabel dipengaruhi (jumlah kematian)
X = variabel yang mempengaruhi (dosis)
a = Intersep/ perpotongan dengan sumbu Y
b = Slope/ gradien/ kemiringan
b = nΣxy – (Σx) (Σy)
nΣx2 – (Σx)2
a = Σy - bΣx
n
b = 4 . 3270 – 210 . 55
4 . 12150 – 44100
= 1530
4500
= 0.34
a = 55 – 0,34 . 210
4
35
36
= 55 – 71,4
4
= - 4.1
Y=a+bX
15 = -4,1 + 0,34 X
15 + 4,1 = 0,34 X
X = 19,1
0,34
X = 56,1%
37
Lampiran B : perhitungan dosis kesetaraan efek akar lidah buaya dan piperazine
sitrat 20%
Perhitungan : Regresi linier
Persamaan regresi : Y = -4,1 + 0,34 X
Y = banyaknya jumlah cacing yang mati dan lumpuh
X = konsentrasi akar lidah buaya
Diket : Y = 16
16 = -4,1 + 0,34 X
16 + 4,1 = 0,34 X
20,1
X=
0,34
X = 59,1%
39
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nidia Afrah
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0110115
Alamat
: Jl. Sukamekar 1 No. 9 Bandung.
Riwayat Pendidikan
:
SDN Selatan V, Cikampek, 1995
SLTPN 2, Cikampek, 1998
SMUN 1, Karawang, 2001
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung,
2001 sampai sekarang.
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
Ascaris diketahui sebagai cacing gilik yang bersifat kosmopolit dan
menginfeksi kira-kira 25% penduduk dunia. Kasus dari askariasis jarang
terjadi di iklim sedang, parasit ini tumbuh subur di daerah tropis. Di
negara-negara tropis frekuensi kejadian dari 70% sampai 90%, umumnya
terjadi pada anak-anak. (Goodman, Gilman’s, 1991).
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing
dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat
berada di paru-paru dapat timbul batuk, demam dan eosinofilia. Cacing
dewasa dalam usus apabila dalam jumlah besar dapat menimbulkan
gangguan gizi bahkan menimbulkan obstruksi usus (Onggowaluyo,2002).
Penderita cacingan akan kurang gizi, anemia, obstruksi usus, penurunan
daya tahan tubuh, juga penurunan kemampuan belajar pada anak, dan
produktivitas kerja. (Radiopoetro, 1986).
Sejak dahulu di Indonesia telah banyak digunakan tanaman obat
tradisional untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh
cacing. Seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, dilakukan
berbagai penelitian mendalam tentang khasiat dan zat-zat kimia yang
terkandung dalam tumbuhan obat (Hembing,2003).
Tanaman obat dapat menjadi alternatif yang baik untuk anthelmintik
di masyarakat jika telah melewati beberapa penelitian dan terbukti
kemanjurannya secara ilmiah di bawah pengawasan ahli, oleh karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti salah satu tanaman obat tersebut yaitu
lidah buaya sebagai obat anti cacing.
1.2
Identifikasi Masalah
¾ Apakah akar Lidah buaya berefek antelmintik terhadap Ascaris suum
1
2
¾ Berapakah pengaruh tiap konsentrasi infus akar lidah buaya terhadap
kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro
¾ Berapakah LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro
¾ Pada akar lidah buaya dengan konsentrasi berapakah terdapat efek yang
setara dengan kematian dan kelumpuhanAscaris suum oleh larutan
piperazine sitrat 20%
1.3
Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud penelitian :
1. Mengetahui efek anthelmintik Lidah buaya terhadap Ascaris suum
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi infusa akar lidah buaya terhadap
kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro
3. Mengetahui LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro
4. Mengetahui kesetaraan konsentrasi dari akar lidah buaya dengan
piperazine sitrat 20%
1.3.2 Tujuan penelitian : Mengetahui efek akar lidah buaya sebagai obat
anticacing tradisional
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan praktis : Mengetahui tanaman obat yang berkhasiat
terhadap Ascaris
1.4.2 Kegunaan akademis : Memperluas pengetahuan tentang tanaman
obat khususnya Lidah buaya.
1.5
Kerangka pemikiran
Lidah buaya mengandung aloenin, aloin, aloe-moedin, barbaloin
termasuk kedalam golongan antrakuinon, asam folat, asam amino,
niasinamida, selulosa, kalium, saponin, lignin, vitamin, mineral, lemak
dan air. (Hembing, 2003)
Cacing mempunyai kutikulum tebal yang berdampingan dengan
hipodermis. Kutikulum terdiri dari kolagen, sedikit karbohidrat dan lemak
3
(Faust’s, 1970). Kandungan kimia yang berperan sebagai antelmintik
adalah lignine, bekerja dengan cara mempresipitasikan protein dan
merusak kutikula yang merupakan kerangka hidrostatik sehingga cacing
akan paralisis kemudian mati (Schmidt,Roberts,1985)
1.6
Metode penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental deskriptif bersifat komparatif.
Data yang diukur adalah jumlah cacing hidup, paralisis, mati. Analisis
data menggunakan regresi linier.
1.7
Lokasi dan waktu
Lokasi : Laboratorium Farmakologi dan Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Waktu : September – Desember 2005.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Akar lidah buaya (Aloe vera L.) dengan konsentrasi 30%, 45%, 60%,
75% berpengaruh terhadap kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro.
5.1.2 Akar lidah buaya (Aloe vera L.) dengan konsentrasi 30% dan 45%
memiliki efek lebih lemah dibandingkan dengan larutan Piperazine sitrat 20%.
Sedangkan konsentrasi 60% dan 75% memiliki efek yang lebih kuat.
5.1.3 LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro adalah 56,1%
5.1.4 akar lidah buaya dengan konsentrasi 59,1% memiliki kesetaraan efek
dengan piperazine sitrat 20%.
5.2 Saran
Penelitian lanjutan tentang uji toksisitas, dosis dan sediaan serta
penggunaan akar lidah buaya sebagai obat alternatif terhadap Ascaris
lumbricoides.
32
DAFTAR PUSTAKA
Biosci Ohio State
http://www.biosci.ohio-state.edu/~parasite/ascaris.html 18 mei 2005
Blacklock, Southwell. 1968. A Guide to human parasitology. 8th
ed. London.
BPPT. Tanaman obat. Invertebrata
http://www.iptek.net.id/ind/cakra_obat/tanaman_idx.php. 27 Des 2005
http://www.iptek.net.id/ind/cakra_inver/invert_idx.php?id=15. 27 Des
2005.
Brown HW.1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT. Gramedia.
Bundy.DAP & De Silva N. 2002. Intestinal Nematodes That Migrate
through Lung (Ascaris) dalam Manson Tropical Disease. 21st ed.
London.ELBS. Greenberg. MD. MPH.
Chandler, A.C.& C.P Read. 1961. Introduction to Parasitology. 10th ed.
New York : John Wiley & Son Inc.
Faust’s E.C, Russell P.F. 1970. Craig and Faust’s Clinical Parasitology.
Edisi 7. Philadelphia: Lea& febinger.
Gordon Cook. 1996. Manson Tropical Disease. London. ELBS.13741381.
Gracia LS, Bruckner DA. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: EGC, 138-145.
Goodman LS, Gillman A. 1970. The Pharmacological therapy. Edisi 5
New york: Macmillan Publishing.
Haburchak David. Ascariasis
(http://www.emedicine.com/cgibin/picture=\website\med\image\large\172
liver.jpg) 2 Agustus 2005
Hembing Wijayakusuma. Mei 2003. Penyembuhan Dengan Lidah Buaya
(Aloe vera L.). Jakarta : Milenia Populer.
Hoffman, Mills
33
34
http://www.ann.com.au/subindex_department.htm18 Mei 2005
Jangkung Samidjo Onggowaluyo. 2002. Parasitologi medik helmintologi.
Jakarta: EGC 12-17
Johnstone,C. 2000, Parasites and Parasitic Diseases of Domestic
Animals, University of Pennsylvania.
Kansas State Univ. Animal Parasitology
http://www.K-State.edu/parasitology/classes/biol625.html. Des 2005
Levine, N.D, 1968, Nematode Parasites of Domestic Animal and of Man,
Urbana: University of Illinois
Mohlenbrock.
http://plants.usda.gov:8080/plants/classificationservlet?source=profile&sy
mbol=ALVE2&display=63. 26 Des 2005.
Morsy E.M. 1973. The Final Technical Report on : Aloe vera. 5th ed.
CITA International. USA.
Radiopoetro. 1986. Zoology. Cetakan 3. Jakarta: Erlangga.
Sawitz WG. 1956. Clinical Parasitology. USA : Mc Graw-Hill book
Company,Inc, 82-86.
Schmidt GD, Robert LS. 1985. Foundation of Parasitology. Edisi 3,
Missouri: Times Mirror Morby College Publishing.
Smyth JD. 1976. Introduction to animal parasitology. Edisi 2. New york:
John Wiley & Son. 1976
Storer, Usinger, Stebbins, Nybakken. 1979. General zoology. 6th ed. USA:
McGraw-Hill Book Company.
Sukarno, Sardjono. 1989. Antelmintik dalam Ganiswara SG (editor).
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI, 523-536.
Timothy Field Allen. Aloe
http://www.homeoint.org/books5/allenprimer/index.htm. 2005
Viqar Zaman, Loh Ah Keong, Bintari Rukmono, Sri Oemijah, Wita
Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran. Bandung.
Washington University in St Louis. Ascaris suum
http://www. Nematode.net/IMAGES/son097.jpg , 2005
EFEK ANTELMINTIK
AKAR LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Burm. f.)
TERHADAP Ascaris suum IN VITRO
Nidia Afrah, 2005
Pembimbing 1 : Budi Widyarto L, dr.
Pembimbing 2 : Meilinah Hidayat, dr,Mkes
Ascaris diketahui sebagai cacing gilik yang bersifat kosmopolit dan
menginfeksi kira-kira 25% penduduk dunia. Di negara-negara tropis frekuensi
kejadian dari 70% sampai 90%, umumnya terjadi pada anak-anak. Tanaman obat
dapat menjadi alternatif yang baik untuk anthelmintik di masyarakat jika telah
melewati beberapa penelitian dan terbukti kemanjurannya secara ilmiah di bawah
pengawasan ahli
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akar lidah buaya
berefek antelmintik terhadap Ascaris suum in vitro.
Penelitian ini menggunakan 30 ekor cacing Ascaris suum untuk setiap
kelompok dan direndam dalam larutan kontrol NaCl 0.9%, larutan piperazine
sitrat 20%, serta infusa akar lidah buaya dengan berbagai konsentrasi (30%, 45%,
60%, 75%) selama 3 jam dalam suhu 37°C. Analisis data memakai persamaan
regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa akar lidah buaya dengan berbagai
konsentrasi yaitu 30%, 45%, 60%, 75% mempengaruhi kematian dan kelumpuhan
Ascaris suum. Konsentrasi akar lidah buaya 30% dapat menyebabkan kematian
dan kelumpuhan sebanyak 2,7% dari total populasi. Konsentrasi akar lidah buaya
45% dapat menyebabkan kematian dan kelumpuhan cacing sebanyak 6,6% dari
total populasi. Sedangkan pada konsentrasi 60% dan 75% masing-masing
menyebabkan kematian dan kelumpuhan dari total populasi sebanyak 10% dan
11,1%. LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro adalah 56,1%. Akar
lidah buaya dengan konsentrasi 59,1% memiliki kesetaraan efek dengan
piperazine sitrat 20%.
Hasil penelitian ini adalah akar lidah buaya berefek antelmintik terhadap
Ascaris suum in vitro.
Saran agar dilakukan penelitian lanjutan tentang uji toksisitas, dosis, sediaan
serta penggunaan akar lidah buaya sebagai obat alternatif terhadap Ascaris
lumbricoides.
Kata kunci: antelmintik, akar lidah buaya, Aloe vera L. Burm.f
iv
ABSTRACT
THE ANTHELMINTIC EFFECT OF
(Aloe vera (L.) Burm. f.) ROOT
ON Ascaris suum IN VITRO
Nidia Afrah, 2005
1st Tutor : Budi Widyarto L, dr.
2nd Tutor: Meilinah Hidayat, dr, Mkes
Ascaris, known as the roundworm infects more than 25% people world wide. It
may affect 70% to 90% of persons in some tropical regions, mostly happen in
childrens. Traditional medicine could be a good alternatif for anthelmintic after
passing some scientific researchto know the efficacy.
The aim of this study is to know whether aloe vera root has anthelminthic
effect on Ascaris
This research used 30 Ascaris suum for each group soaked in control solutions
NaCl 0,9%, piperazine and varying aloe vera root infuse concentrations( 30%,
45%, 60%) during 3 hours at 37°C. Regresi linierwas used for statistical data
analysis.
All aloe vera root with various concentrations that were 30%, 45%, 60%, 75%
had anthelmintic effect to Ascaris. Aloe vera root infuse with 30% concentration
caused 2,7% death and paralysis from total population, the 45% concentration
caused 6,6% death and paralysis from total population and the 60%, 75%
concentration, each caused 10% and 11,1% death and paralysis from total
population. LD50 aloe vera root on Ascaris suum in vitro is 56,1%. Aloe vera root
infuse with 59,1% concentration hadthe same effect with piperazine sitrat 20%.
The conclusion of this experiment is that aloe vera roots has anthelminthic
effect on Ascaris suum in vitro.
Further research on toxicity, doses and preparation of Aloe vera root is
needed to use it as an alternatif medicine for Ascaris lumbricoides.
Key words: anthelminthic, aloe vera roots, Aloe vera L. Burm. f
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Kegunaan Penelitian
1.5 Kerangka Pemikiran
1.6 Metodologi
1.7 Lokasi dan Waktu
1
2
2
2
2
3
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ascaris sp
2.1.1 Taxonomi
2.1.2 Ascaris suum
2.1.3 Morfologi Ascaris suum
2.1.4 Siklus hidup
2.1.5 Ascaris lumbricoides
2.1.5.1 Epidemiologi
2.1.5.2 Morfologi
2.1.5.3 Anatomi, Histologi, Fisiologi
2.1.5.4 Daur Hidup
2.1.5.5 Patogenesis dan Gejala Klinik
2.1.5.6 Diagnosis
2.1.5.7 Diagnosis Banding
2.1.5.8 Pencegahan
2.2 Aloe vera
2.2.1 Uraian Tanaman dan Kegunaan
2.2.2 Kandungan Kimia dan Mekanismenya
2.3 Antelmintik
2.3.1 Pirantel Pamoat
2.3.2 Mebendazol
2.3.3 Levamisol
2.3.4 Piperazine
4
4
4
4
6
7
7
7
9
14
15
18
19
20
21
21
23
24
24
25
25
26
viii
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan Penelitian
3.2.2 Alat-alat yang digunakan
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Variabel Penelitian
3.3.2 Prosedur Penelitian
3.3.3 Analisis Data
27
27
27
27
27
27
28
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan dan Pembahasan
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian
30
31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
32
32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
33
35
39
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Ascaris suum
5
Gambar 2.2
Bibir pada Ascaris
6
Gambar 2.3
Ascaris lumbricoides jantan dan betina
7
Gambar 2.4
Telur Ascaris umbricoides
8
Gambar 2.5
Daur hidup Ascaris
15
Gambar 2.6
Kumpulan cacing yang melewati traktus intestinal
18
Gambar 2.7
Ascaris dalam biliaris sistem
19
Gambar 2.8
Aloe vera
22
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Efek akar lidah buaya terhadap Ascaris
dalam berbagai perlakuan………………………………………….30
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Perhitungan LD50…………………..……………………………35
Lampiran B : Perhitungan kesetaraan efek……………………………………..37
Lampiran C : Determinasi Tumbuhan ……. …………………………………. 38
xii
LAMPIRAN
Lampiran A : Perhitungan LD 50
Perhitungan : Regresi linier
X
Y
X2
Y2
XY
30
5
900
25
150
45
12
2025
144
540
60
18
3600
324
1080
75
20
5625
400
1500
Σy = 55
Σx2 = 12150
Σy2 = 893
Σxy = 3270
Σx = 210
Persamaan regresi : Y= a + bX
Y = variabel dipengaruhi (jumlah kematian)
X = variabel yang mempengaruhi (dosis)
a = Intersep/ perpotongan dengan sumbu Y
b = Slope/ gradien/ kemiringan
b = nΣxy – (Σx) (Σy)
nΣx2 – (Σx)2
a = Σy - bΣx
n
b = 4 . 3270 – 210 . 55
4 . 12150 – 44100
= 1530
4500
= 0.34
a = 55 – 0,34 . 210
4
35
36
= 55 – 71,4
4
= - 4.1
Y=a+bX
15 = -4,1 + 0,34 X
15 + 4,1 = 0,34 X
X = 19,1
0,34
X = 56,1%
37
Lampiran B : perhitungan dosis kesetaraan efek akar lidah buaya dan piperazine
sitrat 20%
Perhitungan : Regresi linier
Persamaan regresi : Y = -4,1 + 0,34 X
Y = banyaknya jumlah cacing yang mati dan lumpuh
X = konsentrasi akar lidah buaya
Diket : Y = 16
16 = -4,1 + 0,34 X
16 + 4,1 = 0,34 X
20,1
X=
0,34
X = 59,1%
39
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nidia Afrah
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0110115
Alamat
: Jl. Sukamekar 1 No. 9 Bandung.
Riwayat Pendidikan
:
SDN Selatan V, Cikampek, 1995
SLTPN 2, Cikampek, 1998
SMUN 1, Karawang, 2001
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung,
2001 sampai sekarang.
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
Ascaris diketahui sebagai cacing gilik yang bersifat kosmopolit dan
menginfeksi kira-kira 25% penduduk dunia. Kasus dari askariasis jarang
terjadi di iklim sedang, parasit ini tumbuh subur di daerah tropis. Di
negara-negara tropis frekuensi kejadian dari 70% sampai 90%, umumnya
terjadi pada anak-anak. (Goodman, Gilman’s, 1991).
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing
dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat
berada di paru-paru dapat timbul batuk, demam dan eosinofilia. Cacing
dewasa dalam usus apabila dalam jumlah besar dapat menimbulkan
gangguan gizi bahkan menimbulkan obstruksi usus (Onggowaluyo,2002).
Penderita cacingan akan kurang gizi, anemia, obstruksi usus, penurunan
daya tahan tubuh, juga penurunan kemampuan belajar pada anak, dan
produktivitas kerja. (Radiopoetro, 1986).
Sejak dahulu di Indonesia telah banyak digunakan tanaman obat
tradisional untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh
cacing. Seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, dilakukan
berbagai penelitian mendalam tentang khasiat dan zat-zat kimia yang
terkandung dalam tumbuhan obat (Hembing,2003).
Tanaman obat dapat menjadi alternatif yang baik untuk anthelmintik
di masyarakat jika telah melewati beberapa penelitian dan terbukti
kemanjurannya secara ilmiah di bawah pengawasan ahli, oleh karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti salah satu tanaman obat tersebut yaitu
lidah buaya sebagai obat anti cacing.
1.2
Identifikasi Masalah
¾ Apakah akar Lidah buaya berefek antelmintik terhadap Ascaris suum
1
2
¾ Berapakah pengaruh tiap konsentrasi infus akar lidah buaya terhadap
kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro
¾ Berapakah LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro
¾ Pada akar lidah buaya dengan konsentrasi berapakah terdapat efek yang
setara dengan kematian dan kelumpuhanAscaris suum oleh larutan
piperazine sitrat 20%
1.3
Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud penelitian :
1. Mengetahui efek anthelmintik Lidah buaya terhadap Ascaris suum
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi infusa akar lidah buaya terhadap
kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro
3. Mengetahui LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro
4. Mengetahui kesetaraan konsentrasi dari akar lidah buaya dengan
piperazine sitrat 20%
1.3.2 Tujuan penelitian : Mengetahui efek akar lidah buaya sebagai obat
anticacing tradisional
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan praktis : Mengetahui tanaman obat yang berkhasiat
terhadap Ascaris
1.4.2 Kegunaan akademis : Memperluas pengetahuan tentang tanaman
obat khususnya Lidah buaya.
1.5
Kerangka pemikiran
Lidah buaya mengandung aloenin, aloin, aloe-moedin, barbaloin
termasuk kedalam golongan antrakuinon, asam folat, asam amino,
niasinamida, selulosa, kalium, saponin, lignin, vitamin, mineral, lemak
dan air. (Hembing, 2003)
Cacing mempunyai kutikulum tebal yang berdampingan dengan
hipodermis. Kutikulum terdiri dari kolagen, sedikit karbohidrat dan lemak
3
(Faust’s, 1970). Kandungan kimia yang berperan sebagai antelmintik
adalah lignine, bekerja dengan cara mempresipitasikan protein dan
merusak kutikula yang merupakan kerangka hidrostatik sehingga cacing
akan paralisis kemudian mati (Schmidt,Roberts,1985)
1.6
Metode penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental deskriptif bersifat komparatif.
Data yang diukur adalah jumlah cacing hidup, paralisis, mati. Analisis
data menggunakan regresi linier.
1.7
Lokasi dan waktu
Lokasi : Laboratorium Farmakologi dan Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Waktu : September – Desember 2005.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Akar lidah buaya (Aloe vera L.) dengan konsentrasi 30%, 45%, 60%,
75% berpengaruh terhadap kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro.
5.1.2 Akar lidah buaya (Aloe vera L.) dengan konsentrasi 30% dan 45%
memiliki efek lebih lemah dibandingkan dengan larutan Piperazine sitrat 20%.
Sedangkan konsentrasi 60% dan 75% memiliki efek yang lebih kuat.
5.1.3 LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro adalah 56,1%
5.1.4 akar lidah buaya dengan konsentrasi 59,1% memiliki kesetaraan efek
dengan piperazine sitrat 20%.
5.2 Saran
Penelitian lanjutan tentang uji toksisitas, dosis dan sediaan serta
penggunaan akar lidah buaya sebagai obat alternatif terhadap Ascaris
lumbricoides.
32
DAFTAR PUSTAKA
Biosci Ohio State
http://www.biosci.ohio-state.edu/~parasite/ascaris.html 18 mei 2005
Blacklock, Southwell. 1968. A Guide to human parasitology. 8th
ed. London.
BPPT. Tanaman obat. Invertebrata
http://www.iptek.net.id/ind/cakra_obat/tanaman_idx.php. 27 Des 2005
http://www.iptek.net.id/ind/cakra_inver/invert_idx.php?id=15. 27 Des
2005.
Brown HW.1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT. Gramedia.
Bundy.DAP & De Silva N. 2002. Intestinal Nematodes That Migrate
through Lung (Ascaris) dalam Manson Tropical Disease. 21st ed.
London.ELBS. Greenberg. MD. MPH.
Chandler, A.C.& C.P Read. 1961. Introduction to Parasitology. 10th ed.
New York : John Wiley & Son Inc.
Faust’s E.C, Russell P.F. 1970. Craig and Faust’s Clinical Parasitology.
Edisi 7. Philadelphia: Lea& febinger.
Gordon Cook. 1996. Manson Tropical Disease. London. ELBS.13741381.
Gracia LS, Bruckner DA. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: EGC, 138-145.
Goodman LS, Gillman A. 1970. The Pharmacological therapy. Edisi 5
New york: Macmillan Publishing.
Haburchak David. Ascariasis
(http://www.emedicine.com/cgibin/picture=\website\med\image\large\172
liver.jpg) 2 Agustus 2005
Hembing Wijayakusuma. Mei 2003. Penyembuhan Dengan Lidah Buaya
(Aloe vera L.). Jakarta : Milenia Populer.
Hoffman, Mills
33
34
http://www.ann.com.au/subindex_department.htm18 Mei 2005
Jangkung Samidjo Onggowaluyo. 2002. Parasitologi medik helmintologi.
Jakarta: EGC 12-17
Johnstone,C. 2000, Parasites and Parasitic Diseases of Domestic
Animals, University of Pennsylvania.
Kansas State Univ. Animal Parasitology
http://www.K-State.edu/parasitology/classes/biol625.html. Des 2005
Levine, N.D, 1968, Nematode Parasites of Domestic Animal and of Man,
Urbana: University of Illinois
Mohlenbrock.
http://plants.usda.gov:8080/plants/classificationservlet?source=profile&sy
mbol=ALVE2&display=63. 26 Des 2005.
Morsy E.M. 1973. The Final Technical Report on : Aloe vera. 5th ed.
CITA International. USA.
Radiopoetro. 1986. Zoology. Cetakan 3. Jakarta: Erlangga.
Sawitz WG. 1956. Clinical Parasitology. USA : Mc Graw-Hill book
Company,Inc, 82-86.
Schmidt GD, Robert LS. 1985. Foundation of Parasitology. Edisi 3,
Missouri: Times Mirror Morby College Publishing.
Smyth JD. 1976. Introduction to animal parasitology. Edisi 2. New york:
John Wiley & Son. 1976
Storer, Usinger, Stebbins, Nybakken. 1979. General zoology. 6th ed. USA:
McGraw-Hill Book Company.
Sukarno, Sardjono. 1989. Antelmintik dalam Ganiswara SG (editor).
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI, 523-536.
Timothy Field Allen. Aloe
http://www.homeoint.org/books5/allenprimer/index.htm. 2005
Viqar Zaman, Loh Ah Keong, Bintari Rukmono, Sri Oemijah, Wita
Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran. Bandung.
Washington University in St Louis. Ascaris suum
http://www. Nematode.net/IMAGES/son097.jpg , 2005