Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta

(1)

PENGEMBANGAN MODUL CINTAI LINGKUNGAN

SEKITARMU MENGGUNAKAN PENDEKATAN

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA

KELAS III B SD NEGERI PETINGGEN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Aisyah Desmaniar NIM: 131134087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(2)

i

PENGEMBANGAN MODUL CINTAI LINGKUNGAN

SEKITARMU MENGGUNAKAN PENDEKATAN

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA

KELAS III B SD NEGERI PETINGGEN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Aisyah Desmaniar NIM: 131134087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam proses menuntut ilmu.

2. Kedua orangtuaku yang sangat aku cintai, ayahku Suparman dan mamak Nuraini serta adik tercinta Dwi Cahaya putra yang selalu memberikan doa, dukungan serta motivasi sehingga membuatku bersemangat tiap harinya. 3. Sepupu tercinta yang memberikan dukungan sehingga hari-hariku penuh

warna dari segala aspek selama dirantau.

4. Sahabat-sahabatku seperjuangan Annisa Sevila Hamidya, Atika Sari, Intan Hervariensi dan Witanti Wiyantari yang telah menjadi keluarga sejak SMP hingga sekarang.

5. Sahabat-sahabatku tercinta Giadiolla Septi Pangesti, Assa Prima Sekarini, Atika Sari, Dwilla Okta Nuryani, dan Yuliana Reni Restriani yang selalu mendukung sehingga karyaku ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Keluarga kost ketje tercinta kakak tertua Hanavin Wolla Wunga, Asti Dian Arini, Nugraha Estri Setiasih, Siti Mufidah, dan Nur Rohma Widayati. Yang selalu memberikan segala pandangan hidup untuk masa depan, hingga berbagi cerita cinta sehingga mengisi hari-hariku dengan kehangatan dan keceriaan setiap harinya.

7. Calon imam yang tertulis di Lauh Mahfuz sebagai penyemangat masa depan.

8. Alamamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma yang sudah mendidikku hingga menjadi seperti sekarang ini.


(6)

v

MOTTO

“Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuat dirimu terpana hingga kau lupa akan pedihnya rasa sakait”

*Ali bin Abi Tholib*

“Ketika seseorang menghina kamu, itu adalah sebuah pujian bahwa selama ini mereka menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan kamu, bahkan ketika

kamu tidak memikirkan mereka”


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Juni 2017 Peneliti


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPETINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiwa Universitas Sanata Dharma: Nama : Aisyah Desmaniar

Nomor Mahasiswa : 131134087

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MODUL CINTAI LINGKUNGAN SEKITARMU MENGGUNAKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA SISWA KELAS III B SD NEGERI PTINGGEN YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya atau pun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 14 Juni 2017

Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL CINTAI LINGKUNGAN SEKITARMU MENGGUNAKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III B SD NEGERI PETINGGEN

YOGYAKARTA

Aisyah Desmaniar Universitas Sanata Dharma

2017

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu dan mengetahui pengaruh penggunaan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif pada siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D) menggunakan pendidikan emansipatoris dan 5 langkah pengembangan materi menurut Tomlimson. Implementasi modul dilakukan dalam skala terbatas dengan melibatkan 30 orang siswa kelas III yang diakhiri dengan pengisian kuesioner untuk mengetahui pengaruh modul cintai lingkungan sekitarmu terhadap kepedulian siswa akan lingkungannya.

Modul dikembangkan melalui proses validasi untuk mengetahui kualitas produk. Modul juga divalidasi oleh 5 siswa kelas III melalui wawancara dan mendapatkan kategori layak. Peneliti meyakini bahwa sebanyak 27 dari 30 siswa tertarik dengan modul tersebut sebab mereka merasa senang dapat melakukan uji coba “Polusi Udara”. Dengan demikian, pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif sangat layak digunakan dan dapat membantu siswa kelas III SD Negeri Petinggen Yogyakarta dalam memperoleh pendidikan lingkungan.

Kata kunci: Pengembangan modul, kepedulian lingkungan, pendekatan paradigma pedagogi reflektif


(10)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LOVING YOUR SURROUND ENVIRONMENT MODULE REFLEVTIVE PEDAGOGICAL

PARADIGMA APPROACH FOR THIRD GRADE STUDENT OF CLASS B PETINGGEN ELEMENTARY SCHOOL OF YOGYAKARTA

Aisyah Desmaniar Sanata Dharma University

2017

The aim of this research was to describe the steps of the development of loving your surround environment module and to know the effect of the use of the development of loving your surround environment module using reflective pedagogical paradigm approach for third grade students class B of Petinggen elementary school of Yogyakarta.

The type of this research is Research and Development (R & D) using emancipatory education and 5 steps of material development according to Tomlimson. The implementation of this module was done on a limited scale involving 30 third grade students which ends by filling out a questionnaire to determine the effect of loving your surround environment module towards the students' concern for the environment.

Modules were developed through the validation process to determine the product quality. The module was also validated by 5 third grade students through an interview and also got the decent category. Researchers believe that the 27 of 30 students are interested in the module because they feel happy when can do the "Air Pollution" experiment. Therefore, the development of loving your surround environment module using reflective pedagogical paradigm approach is very decent to be used and can help third grade students of class B of Petinggen elementary school of Yogyakarta in obtaining environmental education.

Keywords: Module development, Environmental concerns, Revlective pedagogical paradigm approach


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa berkat rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: PENGEMBANGAN MODUL CINTAI LINGKUNGAN SEKITARMU MENGGUNAKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III B SD NEGERI PETINGGEN YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak sekali kendala dan halangan yang penulis alami. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma, Ibu Eny Winarti, Ph.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari, M.Biotech., yang senantiasa memberikan waktu, tenaga, kritik, saran dan kesabaran dalam membimbing dan mendidik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen ahli IPA dan ahli Bahasa yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti selama melaksanakan penelitian, Kepala sekolah serta guru kelas I hingga kelas VI SD Negeri Petinggen Yogyakarta yang telah memberikan waktu, bantuan dan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan PPL. Terimakasih untuk seluruh dosen dan staff karyawan PGSD yang telah memberikan pelayanan prima perkuliahan.

Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada siswa kelas III B tahun ajaran 2016/2017 yang telah meluangkan waktunya untuk bepartisipasi dalam penelitian yang dilakukan peneliti, kedua orang tua peneliti, ayahanda Suparman dan ibunda Nuraini yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi untuk peneliti. Tidak lupa peneliti sampaikan ucapan terima kasih diberikan kepada


(12)

xi

Sahabat-sahabatku tercinta Yolla, Assa, Atika, Okta, Tanti, dan Reni yang selalalu mendukung dan tempat bertukar pikiran, keluarga kos ketje kak Navin, Asti, Estri, Ufi, Wida yang selalu memberikan dukungan, berbagi suka duka, serta berbagi cerita cinta dan pandangan hidup. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih banyak untuk bimbingan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri.

Peneliti


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

HALAMAN MOTTO v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vii

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

DAFTAR BAGAN xv

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 7

1.5 Spesifikasi Produk 8


(14)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka 11

2.1.1 Sekolah Dasar Negeri Petinggen Yogyakarta 11 2.1.2 Pendidikan Emansipatoris 12 2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) 16

2.1.4 Lingkungan 18

2.1.5 Pembelajaran IPA 20

2.1.6 Modul 22

2.2 Penelitian yang Relevan 24

2.2.1 Penelitian Mengenai Pendidikan Emansipatoris 24 2.2.2 Penelitian Tentang Lingkungan 25

2.3 Kerangka Berfikir 29

2.4 Pertanyaan Peneliti 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 31

3.2 Setting Penelitian 31

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 32

3.2.2 Subjek Penelitian 32

3.2.3 Objek Penelitian 32

3.3 Prosedur Pengembangan 32

3.3.1 Analisis Kebutuhan Siswa 33

3.3.2 Desain 35

3.3.3 Implementasi 37

3.3.4 Evaluasi 37

3.3.5 Revisi 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data 38

3.5 Instrumen Penelitian 39

3.6 Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengembangan Modul 45


(15)

xiv

4.1.2 Desain Produk 52

4.1.2.1 Desain Materi Sebelum Divalidasi 53 4.1.2.2 Desain Materi Sesudah Divalidasi 59

4.1.3 Implementasi 65

4.1.4 Evaluasi 72

4.1.5 Revisi 73

4.2 Kualitas Modul 73

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 75

5.2 Keterbatasan Penelitian 77

5.3 Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 78


(16)

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Bagan Literature Map dan Penelitian Relevan 28 Bagan 3.1 Bagan Prosedur Pengembangan Modul . 34


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara Guru 40 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Siswa 40

Tabel 3.3 Pedoman Observasi 41

Tabel 3.4 Instrumen Validasi Modul Oleh Dosen ahli 41 Tabel 3.5 Instrumen Validasi Modul oleh Dosen Ahli 41 Tabel 3.6 Instrumen Kuesioner Implementasi 43 Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Ideal 44 Tabel 4.1 Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli 60 Tabel 4.2 Komentar dan Saran dari Ahli IPA dan Revisi 61 Tabel 4.3 Komentar dan Saran dari Ahli Bahasa dan Revisi 63 Tabel 4.4 Rekapitulasi Penilaian Modul 64 Tabel 4.5 Hasil Wawancara Kualitas Modul 73 Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Validasi Siswa 74


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Sampul Modul 55

Gambar 4.2 Panduan Kegiatan Uji Coba 57 Gambar 4.3 Perangkat Pembelajaran Sebelum Direvisi (ahli IPA) 61 Gambar 4.4 Perangkat Pembelajaran Sesudah Direvisi (ahli IPA) 61 Gambar 4.5 Modul Sebelum Direvisi (a) (ahli IPA) 62 Gambar 4.6 Modul Setelah Direvisi (a) (ahli IPA) 62 Gambar 4.7 Modul Sebelum Revisi (b) (ahli IPA) 62 Gambar 4.8 Modul Setelah Revisi (b) (ahli IPA) 62 Gambar 4.9 RPP Sebelum Revisi (ahli Bahasa) 63 Gambar 4.10 RPP Setelah Revisi (ahli Bahasa) 63 Gambar 4.11 Ejaan Sebelum Revisi (ahli Bahasa) 64 Gambar 4.12 Ejaan Setelah Revisi (ahli Bahasa) 64


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian 81 Lampiran 2 Surat Bukti Penelitian 82

Lampiran 3 Silabus 83

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 89 Lampiran 5 Instrumen validasi perangkat pembelajaran 100 Lampiran 6 Instrumen validasi modul 102 Lampiran 7 Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran

Oleh Ahli IPA 105

Lampiran 8 Hasil Validasi Kualitas Modul Oleh Ahli IPA 106 Lampiran 9 Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajara

Oleh Ahli Bahas 108

Lampiran 10 Hasil Validasi Kualitas Modul Oleh Ahli Bahasan 109 Lampiran 11 Doumentasi Pelaksanaan Penelitian 111

Lampiran 12 Hasil Kerja Siswa 112


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian Bab I ini, meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Lingkungan bagi menusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan, karena lingkungan tidak saja sebagai tempat manusia beraktivitas, tetapi lingkungan sangat penting dalam mendukung berbagai aktivitas manusia (Hamzah, 2013). Sedangkan lingkungan hidup menurut UU No 32 tahun 2009 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilaku yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Manusia berperan penting dalam lingkungan karena manusia merupakan makhluk yang berperan penting terhadap lingkungannya. Sehingga aktivitas manusia dapat mempengaruhi perubahan lingkungan di sekitarnya. Soemarwoto (dalam Hamzah, 2013:3) menyatakan bahwa kita harus menyadari bahwa hubungan manusia terhadap lingkungan hidup bersifat sirkuler. Hal ini bermakna bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungannya, dampaknya akan kembali lagi kepada manusia, baik itu berupa keuntungan maupun kerugian. Salah satu perubahan lingkungan yang membawa dampak kerugian adalah kerusakan lingkungan.


(21)

2

Kerusakan lingkungan dapat disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Perubahan yang terjadi pada udara, air, tanah dan beberapa faktor abiotik lainnya bisa menyebabkan kerusakan lingkungan. Contoh kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh alam yaitu peristiwa gunung meletus karena pergerakan aktivitas vulkanik dari dalam bumi, gempa bumi karena adanya gesekan lempeng tektonik bumi.

Keinginan manusia untuk hidup yang lebih baik dari waktu kewaktu juga ditandai dengan terus berkembangnya teknologi untuk memudahkan aktivitas manusia. Disisi lain, sering tidak disadari bahwa kemajuan teknologi mempengaruhi sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Banyak terjadi kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh faktor manusia. Pada tahun 2014, terjadi kebakaran hutan di Riau. Para pihak berwenang mengatakan sebagian besar kebakaran hutan di Riau terjadi karena sengaja dibuat untuk membuka lahan. Tebas lalu bakar merupakan teknik pertanian tradisional. Kebakaran juga semakin meluas karena curah hujan yang sedikit, bahkan kabut asap mencapai singapur dan Malaysia (Sutopo, 2014). Peristiwa yang sama juga terjadi kembali pada tahun berikutnya dalam kebakaran hutan ini tertangkap 13 pelaku illegal logging dan perambahan hutan yang mengaku diperintah oleh pengusaha dan beberapa oknum petinggi lain di Riau untuk melakukan pembakaran liar. Sebelum membakar lahan, pelaku motong pohon dan mengambil kayu keras jenis meranti, lalu sisanya dibakar (Syukur 2015).

Kedua peristiwa tersebut merupakan fakta kerusakan lingkungan karena ulah manusia. Perilaku manusia dapat merusak ekosistem yang terjadi pada lingkungan. Salah satu cara untuk mengurangi kerusakan lingkungan adalah


(22)

3

dengan cara menanamkan sikap kepedulian terhadap lingkungan. Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si (2015:16) mengajak kita untuk lebih peka terhadap lingkungan dan perlindungan alam meningkat bersama dengan kekhawatiran yang tulus dan sedih terhadap apa yang sedang terjadi pada pelanet kita. Kepedulian akan menumbuhkan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi satu sama lain.

Pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas sikap dan perilaku yang positif terhadap lingkungan. Pendidikan merupakan upaya pengembangan kecerdasan dan menciptakan seseorang menjadi berkarakter. Pendidikan menurut Undang-Undang tentang sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Melalui pendidikan diharapkan kepedulian terhadap lingkungan mampu terbentuk dan menjadi lebih baik dari sebelumya. Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si (no. 211/2015: 157-158), pendidikan lingkungan mendorong perilaku manusia untuk melestarikan lingkungan. Beliau juga menekankan bahwa pendidikan lingkungan dapat dilakukan diberbagai konteks seperti sekolah, keluarga, media, komunikasi, dan sebagainya. Pendidikan di sekolah juga menyadarkan pentingnya lingkungan yang ada di sekitarnya. Pemahaman dan pengenalan mendetail mengenai lingkungan dapat diperoleh siswa melalui


(23)

4

pendidikan sekolah. Seperti halnya pendidikan yang didapat di Sekolah Dasar (SD), siswa banyak belajar hal yang termasuk dalam mata pelajaran misalnya IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, PKn, dll. Pelaksanaan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan siswa dan guru dapat belajar di luar kelas untuk melatih dan mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu serta mengasah kepedulian siswa mengenai lingkungan di luar.

Kepedulian dalam menjaga lingkungan dapat dilakukan sejak dini. Sekolah dasar menjadi sasaran untuk menanamkan pendidikan lingkungan. Cara melatih kepedulian bisa dilakukan dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan praktis sehari-hari di sekolah, sebagai contoh murid-murid dilibatkan dalam kegiatan piket kelas, membuang sampah berdasarkan jenis sampahnya, menghemat penggunaan listrik seperti mematikan lampu atau kipas, serta hemat air. Karena dengan begitu anak akan terbiasa dalam menjaga lingkungannya secara mandiri tanpa harus diingatkan oleh guru.

SD N Petinggen merupakan sekolah yang berada di daerah kota di Yogyakarta. Sekolah ini beralamat di jalan AM Sangaji No.61 Sleman, Yogyakarta. SD ini berada di wilayah yang cukup ramai dan dikelilingi toko-toko, maupun hotel. Di dekat sekolah juga banyak pemukiman yang cukup padat. Siswa yang tawa, cerdas, trampil, berkualitas, dan berkarakter bangsa serta memiliki etika dalam berlalu lintas menjadi visi dari sekolah.

Di SD N Petinggen ini terdapat beberapa tanaman rindang yang di jadikan tempat berteduh orang tua murid saat menjemput siswa. Berdasarkan pengalaman peneliti selama melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Petinggen Yogyakarta peneliti menemukan kenyataannya kepedulian siswa


(24)

5

terhadap lingkungan masih sangat jauh dari harapan, seperti siswa tidak mau ikut kerja bakti di sekolah, kurang tanggap terhadap kebersihan kelas, tidak melaksanakan piket dan bahkan mereka acuh tak acuh karena sudah adanya petugas kebersihan dari sekolah. Penanaman kemandirian siswa akan peduli lingkungan haruslah ditanamkan sejak dini agar mereka sadar bahwa lingkungan itu sangatlah penting selain itu siswa akan terbiasa sehingga pada akhirnya akan melakukannya tidak hanya di lingkungan sekolah. Salah satu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pembelajaran yang berkaitan tentang alam.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang dipelajari di SD. Melalui Pembelajaran IPA siswa dapat belajar banyak hal tentang alam beserta lingkungannya. IPA juga mengajarkan banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, agar memudahkan siswa untuk belajar mengenai IPA. Pada pembelajarnnya lebih banyak bereksperimen, karena melalui eksperimen atau uji coba dapat mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas serta berpikir kritis siswa. Melalui hasil wawancara peneliti kepada guru, bahwa sebagian besar siswa kelas III B tumbuh dan besar di lingkungan sekitar sekolah. Siswa rata-rata berasal dari lingkungan keluarga kalangan keatas namun ada juga yang bekerja sebagai buruh, pedagang dan PNS. Tempat tinggal mereka kebanyakan di perumahan heterogen (beragam). Ada yang tinggal di dusun-dusun yang ada terletak di sekitar sekolah, akan tetapi dusun yang berada pada perkotaan.

Kemampuan akademik yang dimiliki siswa berbeda-beda, dari yang paling rendah sampai tinggi. Siswa terlihat antusias apabila kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan kegiatan yang dilakukan secara langsung atau praktik-praktik.


(25)

6

Kegiatan praktikum diyakini guru dapat membuat siswa menjadi lebih paham dengan materi yang disampaikan. Seperti yang pernah dilakukan siswa bersama guru saat pembelajaran IPA, yaitu mengamati struktur daun yang dilakukan secara langsung pada lingkungan sekolah, terlihat siswa begitu antusias dan senang, namun banyak juga siswa yang sulit diatur sehingga waktu yang digunakan dalam pembelajaran jadi sedikit mengulur.

Namun tidak semua materi dalam buku paket memiliki kegiatan praktikum, sehingga guru harus lebih kreatif dalam mempersiapkan dan menyusun kegiatan praktikum sendiri. Penggunaan media pembelajaran tersebut dapat membantu anak agar lebih mudah dalam memahami pembelajaran. Pengembangan materi menurut Tomlinson dimaksudkan untuk mengembangkan bahan-bahan apapun yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Materi tersebut dapat berbentuk seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout (Tomlinson, 2005).

Data-data yang didapatkan dari kegiatan observasi dan wawancara menjadikan acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan sebuah modul pembelajaran IPA dengan judul “Cintai Lingkungan Sekitarmu”. Materi ini dikembangkan menggunakan pendididkan emansipatorisa dimana siswa dan guru sama-sama sebagai pembelajar. Implementasi materi pada modul Cintai Lingkungan Sekitarmu hanya berfokus pada materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat. Penyusunan materi ini didasarkan pada latar belakang siswa di SD Negeri Petinggen Yogyakarta.


(26)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana langkah-langkah pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu lingkungan menggungakan paradigma pedagogi reflektif pada siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta?

1.2.2 Bagaimana kualitas pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan paradigma pedagogi reflektif pada siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan modul pendidikan kepedulian lingkungan (polusi udara) dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggungakn pendekatan paradigma pedagogi reflektif pada siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1.3.2 Mengetahui kualitas pemanfaatan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif pada siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan model pembelajaran yang membuatnya aktif dan mandiri menyelesaikan masalah dan siswa dapat belajar dari lingkungan sekitarnya.


(27)

8

1.4.2 Bagi Guru

Guru dapat menambah salah satu sarana belajar berupa modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif di kelas III B Sekolah Dasar.

1.4.3 Bagi peneliti

Peneliti mampu melakukan penelitian pengembangan dengan menghasilkan produk berupa modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif pada siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1.5 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu

1.5.1 Produk yang dikembangkan berupa berupa modul pembelajaran berjudul “Cintai Lingkungan Sekitarmu”. Sesuai dengan tingkat satuaan pendidikan (KTSP), produk yang dikembangkan menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.

1.5.2 Modul berisi pengembangan langkah-langkah uji coba kelas III semester 1 materi Lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat serta perilaku menjaga lingkungan.

1.5.3 Modul dilengkapi gambar, langkah-langkah uji coba dan cerita bergambar untuk memperjelas langkah-langkah uji coba serta untuk menarik perhatian siswa.

1.5.4 Produk dikembangkan menggunakan prosedur menurut Tomlinson. Melalui tahap pertama yaitu analisis kebutuhan yang meliputi visi dan


(28)

9

misi, kurikulum yang digunakan, perangkat pembelajaran yang digunakan serta latar belakang sosial dan akademik siswa. Analisis kebutuhan tersebut didapat melalui observasi dan wawancara kepada guru kelas dan siswa.

Prosedur kedua berupa perangkat pembelajaran dan modul yang dibuat berdasarkan hasil dari analisis kebutuhan yang telah dilakukan peneliti. Peneliti juga menggabungkan 10 prinsip Tomlinson serta pendekatan paradigm pedagogi reflektif pada perangkat dan modul pembelajaran. Setelah desain selesai peneliti masuk pada proses ketiga yaitu implementasi. Kegiatan implementasi dilaksanakan pada siswa kelas III B Negeri Petinggen. Pada kegiatan ini peneliti melakukan observasi, wawancara, serta membagikan kuesioner kepada siswa yang hasilnya akan dievaluasi pada tahap keempat.

Kegiatan evaluasi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui hasil modul yang telah dibuat, peneliti akan melihat kelebihan dan kekurangan modul yang nantinya akan diperbaiki pada tahap kelima. Tahap kelima yaitu revisi, kegiatan revisi ini dilakukan pada perangkat pembelajaran dan modul yang dibuat berdasarkan evaluasi yang didapat agar perangkat pembelajaran dan modul menjadi lebih baik.

1.6 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah berikut beberapa istilah dan penjelasan yang digunakan.

1.6.1 Modul merupakan buku yang berisi materi yang lebih ringkas dan jelas sehingga mempermudah dalam pembelajaran.


(29)

10

1.6.2 Paradigma Pedagogi Reflektif adalah proses pembelajaran yang mampu mengarahkan peserta didik untuk berefleksi agar dapat menemukan nilai-nilai kehidupan dalam suatu proses pembelajaran.

1.6.3 Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

1.6.4 Pendidikan lingkungan adalah proses pembentukan sikap dan penilaian manusia dalam memahami dan melestarikan lingkungan.


(30)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian bab II ini meliputi: Kajian Pustaka, Hasil Penelitian yang Relevan dan Kerangka Berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Sekolah Dasar Negeri Petinggen Yogyakarta

SD Negeri Petinggen merupakan sekolah dasar yang terletak di perkotaan dan dipinggir jalan, tepatnya beralamat di Jalan AM Sangaji No.61 Sleman, Yogyakarta. SD ini berada sedikit masuk ke dalam gang yang berada di barat Hotel Tentrem SD Negeri Petinggen didirikan pada tahun 1950, status akreditasi sekolah saat ini adalah A. Selain dekat dengan jalan, SD ini berada di dekat perkampungan. Sekolah ini memiliki lapangan yang biasa digunakan siswa setiap pagi untuk melakukan kegatan apal pagi. SD Negeri Petinggen memiliki kelas yang pararel, SD Petinggen juga memiliki aula yang berada di lantai dua, perpustakaan tempat biasanya anak-anak membaca dan sebagai tempat belajar bagi siswa yang beragama non-muslim, serta UKS yang letaknya dibawah tangga sekolah. SD Negeri Petinggen juga memiliki musholah yang berada disebelah barat gedung sekolah. Siswa biasa melakukan sholat dhuha disela-sela jam istirahat. Para Siswa dan guru biasanya melaksanakan sholat zuhur bersama, siswa yang biasa melaksanakan sholat zuhur adalah para siswa yang belum dijemput oleh orang tua dan siswa kelas VI ketika ada jam tambahan sepulang sekolah.

Visi SD Negeri Petinggen yaitu terwujudnya siswa yang taqwa, cerdas, trampil, berkualitas dan berkarakter bangsa serta memiliki etika dalam berlalu


(31)

12

lintas. Sedangkan misi sekolah adalah 1) Menjadikan anak bertaqwa dan berbudi luhur, 2) mengembangkan kecerdasan intelektuan dan emosional secara optimal sesuai tahap perkrmbangan jiwa anak, 3) mengupayakan anak terampil sesuai bakat dan minatnya 4) mengupayakan anak unggul dalam bidang yang diminati sesuai program yang ada di sekolah, 5) mengembangkan etika budaya tertib berlalu lintas. Tidak hanya visi misi serta pendidikan di sekolah, namun pendidikan yang ada dilingkungan juga menjadi pendukung sikap siswa.

2.1.2 Pendidikan Emansipatoris

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara bahasa pendidikan berasal dari kata didik yang diberi awalan me- sehingga menjadi mendidik yang artinya memelihara atau memberi latihan. Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dalam pandangan Driyakara (1980: 32) Pendidikan merupakan gejala semesta dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Dimana ada kehidupan manusia, disitu pasti ada pendidikan. Pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Dalam lingkungan keluarga pendidikan didapat oleh anak melalui interaksi saat bersama orang tua. Interaksi pendidikan antara orang tua dengan anaknya juga sering tidak disadari. Kerapkali pendidikan itu muncul saat orang tua bertemu, berdialog, dan melakukan aktivitas bersama anak-anaknya. Pada saat demikian terkadang perilaku dan perlakuan yang diberikan orangtua terjadi secara spontan kepada anak, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan


(32)

13

mendidik besar sekali. Oleh karena itu orangtua harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berbicara kepada anak.

Pendidikan dalam lingkungan masyarakat terjadi berbagai bentuk interaksi melalui masyarakat secara tidak langsung akan membuat anak belajar caranya bersosialisasi kepada lingkungan. Pendidikan adalah suatu proses yang membantu manusia agar dapat berkembang sepenuhnya sesuai dengan bakat serta kemampuan yang dimilikinya. Pendidikan yang didapat melalui masyarakat dapat mengajarkan anak untuk beradaptasi dan melatihnya sesuai lingkungannya.

Pendidikan di sekolah lebih bersifat formal, Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan untuk mendidik. Guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan perencanaan yang telah matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis dan rinci dengan cara dan media yang telah dipilih secara sistematis dengan cermat berdasarkan kurikulum yang berlaku. Karena yang memiliki rancangan dan kurikulum formal dan tertulis adalah pendidikan di sekolah, maka dalam uraian-uraian selanjutnya yang dimaksud dengan pendidikan atau pengajaran biasanya itu lebih banyak mengacu pada pendidikan di sekolah. Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan seseorang demi menunjang peranannya dimasa yang akan datang.

Pedagogi ignasian merupakan salah satu bentuk pendidikan emansipatoris. Winarti (2015:54) di dalam bukunya yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia Tarik Ulur” Pendidikan emansipatoris menurut Giroux (2001) dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis.


(33)

14

Pendidikan emansipatoris adalah pendidikan yang bersifat memberdayakan dan membebaskan, dengan kata lain pendidikan emansipatoris ini bertujuan untuk mewujudkan pribadi mandiri. Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewi: 2015: 54). Proses pembelajaran siswa dan guru akan seperti teman dalam belajar, walaupun memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang berbeda. Guru dan siswa diharapkan menjalin hubungan timbal balik karena proses belajar akan lebih efektif jika terjadi dialog diantar keduanya. Ada tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi, Kesadaran kritis dan mempertanyakan sistem.

Humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, dengan demikian pendidikan benar-benar dituntut untuk menyelenggarakan praktik pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Humanisasi menurut pendapat Nuri dan Sajjadi (dalam Winarti dan Anggadewi. 2015) humanis dipahami sebagai memberdayakan pemahaman kritis antara kedua belah pihak guru dan murid, dan mengembangkan kesadaran kritis (critical awareness) relasi dengan dunia. Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis “(2010: 189) pandangan Abdurahman Mas’ud tentang humanisme dalam pendidikan adalah proses pendidikan yang lebih memerhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk sosial, serta setiap individu diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya.

Pendidikan yang humanis itu memberikan kebebasan untuk berpikir kritis. Proses pembebasan ini melibatkan kesadaran alamiahnya sebagai manusia yang dapat membangun kesadaran baru yang sanggup merasakan keberadaan dirinya.


(34)

15

Pendapat Suprijono (2016) bahwa pendidikan emansipatoris menekankan aktivitas yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa mendorong berkembngnya kesadaran reflektif yang dimiliki siswa sebagai akibat dari kesadaran kritis.

. Kesadaran kritis tidak dapat dihasilkan manusia melalui pendidikan gaya bank. Paulo Freire mengungkapkan bahwa proses pembelajaran gaya bank menggambarkan hubungan guru dan murid disemua kegiatan identik dengan watak bercerita. Murid lebih menyerupai bejana-bejana yang akan dituangkan air (ilmu) oleh gurunya. Karenanya pendidikan seperti ini menjadi sebuah kegiatan menabung dimana murid menjadi celengan dan guru yang menjadi penabung.

Oleh karena itu pendidikan dengan gaya bank akan membuat anak menjadi pasif yang penurut dan sebagai anak teoritis yang tidak berkesadaran. Pendidikan menjadi bersifat negatif karena guru memberikan ilmu atau informasi yang ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan.

Menjadi manusia pemikir yang kritis, perlu ada dialog alam bentuk mempertanyakan system untuk menemukan realitas (Winarti dan Anggadewi, 2015:53). Oleh karena itu seseorang mempunyai kesadaran kritis akan memiliki sikap, yaitu kemandirian untuk membentuk kesimpulan, keingintahuan terhadap apa yang dijumpai, kerendahan hati bahwa pendapat diri sendiri belum tentu benar, dan menghargai pendapat orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesadaran kritis dapat dilakukan melalui pembelajaran secara langsung dan nyata oleh siswa sehingga menemukan suatu pengetahuan baru.

Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya adalah pembelajar. Ketika terjadi dialog di antara keduanya, maka pemahaman


(35)

16

dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang (Winarti dan Anggadewi, 2015: 54).

2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan salah satu model pendidikan emansipatoris (Winarti dan Anggadewi, 2015: 54). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan salah satu pandangan pendidikan dalam mendampingi peserta didik untuk menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang tahu apa yang harus dilakukkan, dan menghayati apa yang telah dilakukan sehingga memberikan pengalaman pada dirinya. Pembentukan kepribadian diharapkan nantinya siswa memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan yang adil, brtanggung jawab, dan berbelas kasih.

Ciri khas pendekatan PPR terletak dalam 3 aspek yaitu 1) competence yaitu kemampuan kognitif dalam hal ini kemampuan peserta didik untuk memecahkan soal. 2) Conscience yaitu kesadaran diriuntuk bertindak sesua aturan yang berlaku, seperti bersikap disiplin, teliti atau jujur. 3) compassion yaitu tindakan konkrit maupun batin disertai bela rasa bagi sesam, aspek ini dapat diwujudkan dalam proses kerjasama antara peserta didik.

Kegiatan pembelajaran dalam PPR membentuk sebuah siklus pembelajaran yaitu: (1) konteks, (2) pengalaman, (3) refleksi, (4) aksi, dan (5) evaluasi (Suparno, 2015). Dinamika siklus PPR dapat digambarkan seperti skema berikut:


(36)

17

Skema Dinamika Pedagogi Ignasian

Konteks merupakan segala sesuatu yang membantu proses pembelajaran dan perkembangan siswa. Dalam hal ini siswa akan mengidentifikasi sebuah konteks yang dihadapkan pada sebuah kegiatan yang diberikan oleh guru dengan tujuan mendapatkan sebuah pengalaman.

Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami, dilakukan dan terjadi langsung. Proses pengalaman dapat menghasilkan makna mendalam bagi siswa melalui pembelajaran yang didapatnya. Di sini guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswanya, memberikan sugesti agar siswa mempergunakan imajinasi mereka, mendengarkan cerita dari guru, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran atau melihat film. Sehingga proses pengalaman yang dipelajari siswa mempunyai makna bagi kehidupannya hingga mencapai tahap refleksi.

Proses refleksi mampu membuat siswa menjadi berani dan percaya diri dalam menentukan pilihan. Tahap refleksi tidak selalu dilakukan diakhir pembelajaran, tetapi dapat dilakukan pada saat siswa mengalami pengalaman


(37)

18

yang mengesankan. Guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi.

Aksi merupakan kegiatan yang siswa lakukan sebagai pengalaman dari pengetahuan yang baru saja dialami. Aksi inilah yang nantinya membantu siswa menemukan pengalaman baru dari kehidupan yang lama untuk mengubah kehidupan atu hidupnya menjadi lebih baik lagi. Guru memfasilitasi dengan pertanyaan aksi untuk membantu siswa membangun niat dalam bertindak sesuai dengan hasil refleksinya.

Evaluasi bertujuan untuk melihat bagaimana proses PPR itu terjadi dan berkembang. Semua proses dalam PPR perlu dievaluasi untuk melihat kembali pengalaman belajar-mengajar, serta kemajuan yang dicapai dalam pembelajaran baik siswa maupun guru dan menegaskan kembali yang sudah baik, mengoreksi yang masih kurang demi perbaikan.

Penelitian ini berlandaskan pada konsep pendidikan emansipatoris yang terwujud dalam paradigma pedagogi reflektif (PPR). Melalui proses pembelajaran tersebut dapat memberikan kesmpatan pada siswa untuk berpendapat, mendorong terjalinnya kerjasama dalam menemukan pengetahuan dan mengembangkan sikap tanggung jawab yang menumbuhkan kemampuan berpikir kritis ada siswa. Konsep dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pengalaman bemakna (Suprijono, 2016: 40). Pengalaman tersebut dapat diperoleh dari lingkungan tempat siswa tinggal.

2.1.4 Lingkungan

Manusia sebagai makhluk hidup yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan hidup menurut UU No 32 tahun 2009 adalah


(38)

19

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilaku yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta manusia hidup lainnya. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidup, manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Menurut WHO (2005) dalam buku keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan, menjelaskan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-undang No 23 tahun 1992, terhadap ruang lingkup kesehatan yaitu pencemaran air dan udara, pengaman limbah padat atau sampah, limbah cair, limbah gas, radiasi, dan kebisingan. Lingkungan yang sehat akan mendukung terciptanya individu yang sehat, dan menjauhkan sumber-sumber penyakit untuk berkembang disektar kita. Ada beberapa aspek sederhana dan patut dipenuhi dan selalu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan sehat yang berada di sekolah adalah keberadaan air bersih, makanan dan minuman higienis, pengelolaan air buangan, serta pembuangan sampah padat. Untuk menjaga kelestarian lingkungan hendaknya diciptakan kepedulian bersama terhadap lingkungan agar tercipta lingkungan sehat.

Perubahan gaya dan prilaku masyarakat yang ramah terhadap lingkungan bisa diciptakan melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkugan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi 1997 (Hamzah, 2009:5) merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya. Adapun tujuan umum pendidikan lingkungan hidup menurut konferensi Tbilisi


(39)

20

1997 (dalam Hamzah, 2013: 39), (1) pendidikan lingkungan membantu menyelesaikan masalah kepedulian yang berkaitan dengan bidang ekonomi, social, politik, dan ekologi, (2) membantu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan komitmen uantuk memelihara lingkungan, (3) menciptakan prilaku masyarakat yang peduli tehadap lingkungan. IPA merupakan salah satu pembelajaran yang di dalamya terdapat materi yang membahas tentang lingkungan.

2.1.5 Pembelajaran IPA

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang untuk mempelajari sesuatu yang baru. Kemampuan anak dapat ditambah melalui pembelajaran IPA. Kata IPA merupakan singkatan dari kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Ilmu pengetahuan alam mempelajari peristiwa -peristiwa yang terjadi di alam. Didalam buku Srini Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang didalamnya webster’s: New Collegiate Dictionary (1981) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.

Pembelajaran IPA ini mampu menambah wawasan peserta didik tentang alam, lingkungan sekitarnya dan diri sendiri yang berkaitan pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan kepada pemberian pengalaman belajar secara langsung, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA merupakan standar minimum yang harus dicapai oleh peserta didik, serta menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan


(40)

21

peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

Sistem Pendidikan Nasional mengatakan dalam undang-ungang nomor 20 tahun 2003 bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana mengenai isi, dan bahan ajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Rencana kurikulum yang baik harus menyiapkan semua aspek, semua tujuan, aktivitas, sumber, penjadwalan dan fasilitas belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar akan menyenangkan jika rencana kurikulum menyediakan kesempatan bagi siswa untuk pengembangkan potensi diri, melakukan berbagai kegiatan, dan memanfaatkan berbagai sumber sekolah. Dapat dikatakan bahwa kurikulum dipandang sebagai suatu rencana pendidikan yang menentukan pelaksanaan dari hasil pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah.

KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi yang memiliki beberapa unsur yaitu adanya Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK dan KD dapat dilihat dari Standar Isi (SI) yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). SK dan KD ini menjadi acuan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sekolah memiliki tanggung jawab dan hak penuh dalam pengembangan KTSP untuk mengembangkan perangkat atau media pembelajaran berdasarkan kompetensi pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang sesuai dengan visi-misi dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah.


(41)

22

Maka dari itu sebagai penganjar haruslah mengembangkan sebuah perangkat berdasarkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikurum, karakteristik siswa, dan kondisi lingkungan belajar. Modul juga salah satu pendukung proses pembelajaran agar sesuai dengan tuntutan kurikulum yang harus dicapai.

2.1.6 Modul

Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secaramandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010). Belajar menggunakan modul sangat banyak tujuannya, diantaranya siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajrnya sendiri. Menurut Santyasa (Suryaningsih, 2010:31) berpendapat mengenai keuntungan menggunakan modul yaitu pertama meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan. Kedua, bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester, ketiga pendidikan lebih berdaya guna, karena pelajaran disusun menurut jenis akademik..

Modul yang dibuat juga harus menarik dan jelas sehingga memudahkan siswa untuk belajar mandiri. Tomlinson (2005) mengembangkan 16 prinsip, prinsip yang disampaikan oleh Tomlinson tersebut lebih dikhususkan kepada pengembangan modul pembelajaran bahasa. Peneliti kemudian menentukan sepuluh prinsip dari enam belas prinsip yang diyakini relevan dengan penelitian ini.

Peneliti mengupayakan tercapainya sepuluh prinsip yang telah dipilih untuk dikembangkan. Ke sepuluh prinsip pengembangan menurut Tomlinson


(42)

23

(2005) sebagai berikut. Prinsip pertama yaitu memiliki pengaruh bagi pembelajar. Materi yang telah disusun diharapkan dapat memancing rasa ingin tahu, ketertarikan dan perhatian pembelajar. Pengaruh tersebut dapat tercapai ketika modul dibaca oleh pembelajar, sehingga pembelajara memperoleh kesempatan untuk menerima informasi-informasi yang terdapat pada modul yang nantinya akan diproses sebagai bentuk kegiatan berpikir. Prinsip kedua yaitu dapat membuat pembelajar merasa nyaman, senang, dan bahagia. Modul diharap dapat membantu pebelajar untuk merasakan kenyamanan dan kebahagiaan jika memenuhi setidaknya terdapat teks dan gambar, bahasa yang digunakan untuk dipahami oleh pembelajar dan berisikan contoh atau petunjuk.

Prinsip ketiga yang sebaiknya dipenuhi yaitu dapat mengembangkan kepercayaan diri pembelajar. Kepercayaan diri akan muncul pada pemelajar ketika materi yang disampaikan tidak rumit namun mampu mengembangkan kemampuan mereka. Yang nantinya akan berpengaruh pada prinsip keempat modul dapat relevan dan berguna kedepannya. Materi yang terdapat pada modul diharap dapat berguna bagi kehidupan pembelajar sehari-hari. Prinsip kelima yang sebaiknya dipenuhi dapat membuat pembelajar tertarik. Ketertarikan untuk mempelajari modul dapat terjadi pada diri mereka jika modul mampu memberikan penjelasan.

Prinsip keenam modul sebaiknya memberikan pencerahan bagi pembelajar dengan menghadirkan penjelasan sehingga pembelajar mudah memahaminya. Prinsip selanjutnya yang perlu dipenuhi adalah prinsip ketujuh yakni memeprhatikan gaya belajar pembelajar yang berbeda-beda. Tidak semua pembelajar memiliki gaya belajar yang sama. Prinsip kedelapan yakni


(43)

24

memperhatikan sikap afektif yang berbeda dalam diri masing-masing pembelajar. Materi yang diberikan perlu diperhatikan karena itu setiap materi dapat menyediakan bentuk kegiatan secara individu atau kelompok.

Prinsip kesembilan yang sebaiknya dipenuhi adalah dapat memberdayakan kemampuan intelektua, estetika, emosional, dan menstimulasi otak kanan dan kiri. Materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan berpikir, pengolahan emosi, estetika seni dan menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan otak kiri pembelajar. Prinsip terakhir yang sebaiknya dipenuh adalah prinsip kesepuluh terwujudnya feedback. Materi mendorong siswa untuk memberikan respon positif atas kegiatan yang sudah diterima oleh pembelajar. Modul yang dikembangkan menggunakan 10 prinsip dari Tomlinson, diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembelajaran sehingga memungkinkan terwujudnya proses pendidikan yang efektif dan bermakna.

2.2 Penelitian yang relevan

2.2.1 Penelitian mengenai Paradigma Pedagogi Reflektif

Penelitian yang berkaitan dengan Pedagogi reflektif yang pertama dilakukan oleh Albertus Hartana Dkk (2016). Penelitian ini berjudul “Penerapan strategi pembelajaran paradigm pedagogi ignasian (reflektif) terhadap penngkatan hasil belajar dan motivasi berprestasi belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) siswa kelas V sekolah dasar”. Dalam penelitain menggunakan penelitian Penelitian Tinfakan Kelas (PKT), proses komunikasi timbal balik antara guru dan siswa, kurang terjadi secara optimal. Para siswa sering tidak mengetahui manfaat dari setiap materi ajar dalam kehidupan sehari-hari. Guru kurang mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap materi ajar selama proses pembelajaran.


(44)

25

Dinamika pokok pedagogi ignatian ini adalah interaksi teru menerus tiga unsur pokok yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi, dalam proses pembeljaran. Tiga unsur itu dilengkapi dengan unsur pelengkap lain yaitu konteks yang menjadi tempat pengalaman itu berlangsung dan evaluasi setelah sebuah aksi dilakukan.

Penelitian yang kedua oleh St.Andri Widyanti (2012) dalam skripsi yang berjudul ”Pengaruh pendidikan karakter dengan pendekatan paradigm pedagogi reflektif dan motivasi belajar terhadap kepribadian siswa dalam pendidikan agama katolik di SMP katolik se-kota Madiun” dilakukan di SMPK St. Yusuf Maiun dengan mengambil data berupa skor dari kuesioner tentang kepribadian siswa dan motivasi belajar siswa dalam pendidikan karakter dengan pendekatan PPR dan pendekatan konvensional pada pendidikan PPR dalam pendidikan agama katolik diproleh skor rata-rata 108,04 lebih tinggi dari pada pendekatan konvensional dengan skor rata-rata sebesar 99,92. Maka dapat disimpulkan bahawa pendekatan PPR lebih efektif dari pada pendekatan konvensional.

2.2.2 Penelitian Mengenai Lingkungan

Penelitian lingkungan pertama dibuat oleh Nanny Kusminingrum (2008) dengna judul “Polusi udara akibat aktivitas kendaraan bermotor dijalan perkotaan pulau Jawa dan Bali”. Pertumbuhan sektor transportasi menngkatkan pencemaran udara dimana pencemaran hampir melampaui standar kualitas udara. Dalam pengukuran polusi udara peneliti melakukan pengamatan secara kontinyu selama 24 jam dengan menggunakan larutan kimia (absorbant).

Hasil pengukuran ditujuh kota besar pulau jawa dan bali, bahwa konsentrasi maksimum polutan Oksida Nitrogen, Non- methan hidrokaron melebihi standar kualitas ambien sehingga dapat membahayakan kesehatan dan


(45)

26

sistem pernapasan. Oleh karena itu strategi pengelolaan kualitas udara di lingkungan jalan adalah penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, penataan dan penerapan teknologi prediksi polusi udara diantaranya penataan land-scape diruas-ruas jalan dengan tanaman prediksi polusi udara melibatkan masyarakat dalam pengelolaan dan pengendalian kualitas udaradengna cara penghijauan lingkungan tempat tinggal, pemeliharaan lingkungan sekitar jalan dengan menjaga kebersihan, serta kesadaran masyarakat untuk menjaga kelancaran lalu lintas dan kebersihan lingkungan.

Penelitian lingkungan kedua dibuat oleh Soedjadi Keman (2005) yang berjudul “Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman”. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan arus urbanisasi di Negara sedang berkembang menyebabkan masalah perumahan memerlukan pemecahan dan penanganan segera. Masalah yang dihadapi dalam pembangunan perumahan di daerah perkotaan adalah luas lahan yang semakin menyempit dan adanya sindrom gedung sakit.

Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala yang dialami oleh seseorang yang bekerja dikantor atau tinggal diapartemen dengan bangunan tinggi dimana didalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara yang menyebabkan keluhan iritasi dan kering pada mata, kulit, hidung, tenggorokan disertai sakit kepala, pusing, muntah disertai sesak nafas. Penyebab terjadinya sindrom gedung sakit berekaitan dengan ventilasi udara yang kurang memadai sehingga kurangnya udara segar masuk kedalam ruangan gedung.

Sehingga dalam prosedur pembangunan perumahan dan lingkungan yang sehat harus memenuhi dan memastikan ketersediaan air bersih, saluran


(46)

27

pembuangan air limbah, pengumpulan dan pembuangan sampah, lapangan parkir yang luas, tempat terbuka serta fasilitas lain yang diperlukan.

Dari beberapa penelitian yang telah disebutkan, modul cintai lingkungan sekitarmu berdasarkan pendidikan emansipatoris yang dikembangkan masih sangat minim, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul cintai lingkungan sekitarmu dengan mengguanakan pendidikan emansipatoris yang dimana di dalamnya menggunakan pendekatan PPR. Berikut merupakan literature map dari penelitian ini.


(47)

28

Bagan 2.1 literatur Map dan Penelitian Relevan Lingkungan

Kusminingrum (2008)

Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor dijalan Perkotaan Pulau Jawa Dan Bali

Keman (2005)

Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan Pemukiman

Yang diteliti

Pengembangan Modul Cintai Lingkungan Sekitarmu Menggunakan Pendidikan Emansipatoris Pada Sisa Kelas III B SD Negeri

Petinggen Yogyakara

Widyanti (2012)

Pengaruh pendidikan karakter dengan pendekatan paradigm pedagogi reflektif dan motivasi

belajar terhadap kepribadian ssiswa dalam pendidikan agam

katolik di SMP kaolikse- kota Madiun

Hartana (2016)

Penerapan strategi pembelajaran paradigm pedagogi ignatian (reflektif) terhadap peningkatan

hasil belajar dan motivasi beradaptasi belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) siswa

kelas V sekolah dasar.

Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif


(48)

29

2.3 Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, Pendidikan dalam pandangan Driyakara (1980: 32) Pendidikan merupakan gejala semesta dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Dimana ada kehidupan manusia, disitu pasti ada pendidikan. Pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan bukan hanya bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan saja, tetapi pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan keterampilan perkembangan diri siswa.

Pedagogi Ignasisan merupakan salah satu bentuk pendidikan yang didalamnya mengajarkan bentuk pendidikan emansipatoris. Pendidiakn emansipatoris adalah pendidikan yang bersifat memberdayakan dan membebaskan, dengan kata lain pendidikan emansipatoris ini bertujuan untuk mewujudkan pribadi mandiri.

Pembelajaran IPA SD hendaknya memberi kesempatan kepada peserta untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan menjadi pribadi yang mandiri. Sebagai seorang pendidik haruslah mengembangkan sebuah perangkat yang mampu mendukung rasa ingin tahu siswa dengan tuntutan kurikulum, karakteristik siswa, dan kondisi lingkungan belajar.

Maka dari itu peneliti melakukan analisis kebutuhan di SD dengan cara observasi, dan wawancara. Kemudian membuat produk berupa modul melalui langkah-langkah: membuat silabus pembelajaran, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan pengembangan materi. Setelah itu dilakukan validasi oleh ahli IPA dan Bahasa.


(49)

30

Maka peneliti mengembangkan modul cintai lingkungan sekitarmu untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Modul tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa sebagai sumber belajar di kelas dengan harapan akan menumbuhkan rasa cinta dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

2.4 Pertanyaan Penelitian

1. Prosedur Pengembangan Buku

1. Bagaimana situasi pembelajaran di lapangan khususnya pada sekolah dasar SD Negeri Petinggen berdasarkan proses pembelajaran di kelas? 2. Kualitas buku guru dan buku siswa

1. Bagaimana kualitas buku guru dan buku siswa kelas III sekolah dasar dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif terhadap hasil belajar siswa di kelas?


(50)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian bab III ini meliputi: Jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisa data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau yang disebut juga sebagai penelitian R&D (Research and Development). Penelitian ini menggunakan metode pengembangan menurut Tomlinson dikarenakan lebih memfokuskan kepada pengembangan materi pembelajaran. Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan materi adalah Pengembangan materi terhadap bahan-bahan apapun yang dapat digunakan dalam membantu pelaksanaan pembelajaran seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout dan dari internet.

Penelitian ini mengembangkan sebuah produk berupa modul “Cintai Lingkungan Sekitarmu” untuk siswa kelas III pada materi Lingkungan Sehat dan Lingkungna Tidak Sehat. Pelaksanaan penelitian ini disesuaikan dengan langkah-langkah menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015), yaitu: 1) Analisis kebutuhan siswa (students’s need analysis), 2) Desain (Design), 3) Implementasi (Implementatioan), 4) Evaluasi (Evaluation). 5) Revisi (Revision).

Penggunaan berbagai macam metode dalam penelitian ini diharapkan dapat membangun sebuah penelitian yang memberikan pengaruh baik. Pengaruh baik dari penelitian ini diharapkan dapat diterima oleh peneliti, partisipan atau orang yang terlibat dalam penelitian, dan orang-orang lain yang mempelajari


(51)

32

penelitian ini. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini akan diusahakan untuk dirahasiakan kode berupa nama samaran demi mengantisipasi resiko yang akan diterima atas keterlibatannya dalam penelitian ini dan untuk menghormati partisipasinya dalam penelitian ini.

Peneliti berusaha untuk menjaga privasi setiap individu dan tidak ada maksud untuk mengarahkan bahasa-bahasa penelitian yang mengidentifikasi ras, etis ataupun jenis kelamin (gender).

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Petinggen Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan AM Sangaji No.61 Sleman, Yogyakarta. Lokasi sekolah tepat berada di barat hotel Tentram. Penelitian dilakukan selama 5 bulan dimulai pada bulan September 2016 sampai Februari 2017.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 30 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 14 orang dan siswi perempuan sebanyak 16 orang.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran IPA di kelas III B di SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Modul dirancang untuk membantu siswa agar memiliki sikap sadar dan peduli terhadap lingkungan dengan cara berefleksi dalam setiap proses kegiatan pembelajaran.


(52)

33

3.3 Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menghasilkan produk berupa modul cintai lingkungan sekitarmu. Prosedur pengembangan modul yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015) yang sudah dimodifikasi. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini melalui 5 langkah, yaitu (1) analisis kebutuhan siswa, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, (5) revsi. Kelima langkah prosedur pengembangan sebagai berikut:


(53)

34

Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Materi

Tahap I Analisis kebutuhan - Visi dan misi sekolah (observasi dan wawancara)

- Kurikulum yang digunakan (observasi dan wawancara)

- Perangkat pembelajaran yang digunakan (observasi dan wawancara)

- Latar belakang sosial dan akademik siswa (observasi dan wawancara) - SK dan KD

- Indikator - Tujuan - Materi

- Langkah kegiatan pembelajaran secara umum Koreksi ahli

Tahap II Desain

Pengembangan Silabus, RPP, Penilaian, Modul Pembelajaran

Menganalisis Pendekatan PPR dan

Pendidikan Emansipatoris Menganalisis dan Mengintegrasikan Prinsip Tomlinson Validasi - Ahli

- Siswa Revisi

Perangkat pembelajaran dan modul siap untuk uji coba

Tahap IV Evaluasi

Mengelolah data hasil kegiatan implementasi mengenai kelebihan dan kekurangan produk yang dikembangkan

Tahap III Implementasi

Uji coba produk pada siswa kelas III B dan penilaian kualitas produk (Observasi, wawancara, dan kuesioner)

Tahap V Revisi


(54)

35

Penjelasan langkah penelitian dan pengembangan menurut Tomlinson (dalam Harsono 2015) dalam penelitian ini sebagai berikut

3.3.1 Analisis Kebutuhan siswa

Peneliti melakukan kegiatan observasi dan wawancara kepada wali kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta untuk mengetahui kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung serta menganalisis kebutuhan siswa terhadap materi ajar yang berkaitan dengan pendidikan lingkangan. Obeservasi dilakukan untuk mengetahui visi misi sekolah, serta perangkat pembelajaran dan latar belakang siswa. Kegiatan observasi sendiri akan difokuskan kepada pembelajaran yang berhubungan dengan lingkungan yakni Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kegiatan lain yang dilakukan peneliti adalah wawancara kepada wali kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta untuk mengetahui kebutuhan bahan ajar dan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan.

Hasil dari kegiatan observasi dan wawancara terhadap analisi kebutuhan siswa, akan membantu peneliti sebagai dasar untuk mengembangkan materi ajar sesuai dengan harapan siswa. Sehingga diharapkan dapat memiliki pengeruh pengembangan dan kepedulian siswa terhadap lingkungan yang ada di kelas III B maupun di SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

3.3.2 Desain

Peneliti mengawali kegiatan desain dengan menyusun garis-garis besar materi pembelajaran. Garis-garis besar pembelajaran disusun berdasarkan panduan lembar students’s need analysis yang diberikan oleh dosen pembimbing skripsi, yang dimana poin C yang berisikan standar kompetensi (SK), poin D


(55)

36

berisikan kompetensi dasar (KD), poin E berisikan indikator, dan poin F yang berisikan inti kegiatan pembelajaran. Penyusunan garis-garis besar ini dibuat berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang kemudian dievaluasi oleh dosen pembimbing skripsi I dan II.

Garis besar yang sudah dievaluasi oleh dosen pembimbing skripsi kemudian dikembangkan kedalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai kurikulum yang dipakai oleh sekolah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 serta membuat silabus. Peneliti kemudian melanjutkan menyusun materi lingukngan sehat dan lingkungan tidak sehat sebagai bahan ajar dengan menyusun modul berupa uji coba polusi udara sebagai bahan ajar pendukung. Selain itu peneliti juga menggunakan pendidikan Emansipatoris sebagai bentuk kesadaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Modul yang dibuat juga harus menarik dan jelas sehingga memudahkan siswa untuk belajar mandiri. Prinsip pengembangan modul yang digunakan menurut Tomlinson (2005) sebagai berikut: Pertama Modul memiliki pengaruh atau dampak bagi siswa, kedua modul membuat siswa merasa nyaman dan bahagia dalam mengikuti setiap kegiatan, ketiga modul dapat mengembangkan kepercayaan diri pada siswa sehingga bisa mengikuti setiap kegiatan dengan baik, keempat modul dapat dirasakan relevan dan berguna kedepannya, kelima modul membuat siswa tertarik untuk belajar, keenam modul dapat memberikan penjelasan atau memfasilitasi siswa dalam belajar, ketujuh modul harus memperhatikan gaya belajar yang berbeda-beda pada siswa, kedelapan modul harus memperhatikan perkembangan sikap afektif siswa, kesembilan modul


(56)

37

mampu memberdayakan kemampuan intelektual, emosional, dan menstimulus otak kanan dan otak kiri siswa, kesepuluh modul dapat memberikan umpan balik atau feedback bagi siswa.

Modul yang sudah selesai disusun kemudian dievaluasi oleh ahli untuk mengetahui kelayakan dan kualitas materi. Serta mendapatkan masukan dan kritik dari para ahli agar modul yang dibuat layak digunakan saat implementasi. Validasi materi dilakukan dengan menyerahkan modul yang telah dibuat kepada ahli IPA dan ahli bahasa.

3.3.3 Implementasi

Peneliti melakukan implementasi kepada siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta dengan melibatkan sebanyak 30 siswa. Mengguanakan modul yang telah selesai direvis, modul sendiri digunakan sebagai acuan kegiatan belajar. Untuk mengetahui kualitas modul peneliti melakukan kegiatan observasi selama mengimplementasikan materi untuk mengetahui rangkaian proses implementasi modul dan hasil implementasi. Peneliti melakukan Tanya jawab singkat kepada beberapa siswa untuk mengetahui pendapat siswa secara langsung terhadap modul cintai lingkungan sekitarmu. Setelah kegiatan pembelajaran peneliti membagikan kuesioner kepada siswa untuk mengetahui kualitas modul yang telah dibuat melalui siswa.

3.3.4 Evaluasi

Implementasi yang telah selesai dilaksanakan kemudian dievaluasi oleh peneliti untuk mengukur ketercapaian indikator yang telah dikembangkan oleh peneliti menggunakan instrumen kuesioner sebagai acuan penilaian terhadap


(57)

38

kualitas modul. Sehingga peneliti mengetahui kekurangan dan kelebihan dari modul yang telah dikembangkan.

3. 3. 5 Revisi

Tahap terakhir adalah revisi modul. Revisi modul ini dilakukan untuk mengerahui kekurangan yang terdapat pada modul sehingga modul akhir yang dikembangkan peneliti menjadi sempurna.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian akan berhasil apabila peneliti mempunyai data yang merupakan dasar untuk diolah. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner. Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2006: 69-77). Jenis observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan, sehingga peneliti tidak ikut dalam kegiatan yang berlangsung atau aktivitas yang dilakukan siswa kelas III B di sekolah. Peneliti akan mengamati dan mencatat kemunculan tingkah laku yang terjadi.

Observasi dilakukan untuk mengetahui kebutuhan akan materi ajar yang berkaitan dengan pendidiakn lingkungan. Penelitian melakukan observasi di kelas III B SD Negeri Petinggen pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sedang berlangsung. Observasi juga dilakukan selama penelitian melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) selama 4 bulan untuk mengetahui sikap siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Hasil dari pengamatan pembelajaran di kelas III B kemudian dicatat sebagai data awal dalam proses observasi sampai akhir kegiatan PPL berlangsung.


(58)

39

Wawancara yang dilaukan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur, sehingga wawancara dilakukan hanya berisikan garis besar topik pertanyaan yang didapat dari lembar student’s need analysis. Wawancara ditujukan kepada guru kelas III B dan kepala SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Data yang didapat dari hasil wawancara kepada guru kelas III B dilakukan untuk mengetahui ketersediaan dan penggunaan sumber belajar serta materi ajar di sekolah, pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas, kendala yang dihadapi ketika mengajar IPA, serta usaha untuk mengatasi masalah tersebut.

Observasi dan wawancara dilakukan pada seluruh siswa di kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta dengan tujuan sebagai dasar analisis kebutuhan yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan, sehingga data yang didapat akan diolah dan hasilnya dijadikan sebagai dasar penyusunan modul. Peneliti menggunakan kuesioner untuk memvalidasi modul yang dikembangkan. Validasi dilakukan untuk menghasilkan produk yang layak uji. Lembar kuesioner digunakan sebagai instrumen kelayakan modul yang akan diberikan kepada ahli IPA dan ahli bahasa. Selain itu peneliti juga membuat kuesioner yang nantinya akan isi oleh siswa kelas III B SD Negeri Petinggen.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Arikunto, 2010: 192). Instrumen berguna untuk mempermudah peneliti untuk memperoleh data secara cermat sehingga lebih mudah diolah. Dalam Penelitin ini instrumen yang digunakan peneliti adalah wawancara, observasi dan kuesioner.


(59)

40

Wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui latar belakang siswa kelas III B dan kebutuhan serta kendala yang dihadapi oleh guru kelas III B saat mengajar. Wawancara yang dipilih oleh peneliti adalah wawancara tidak terstruktur. Sedangkan Observasi digunakan untuk mengumpulkan data seperti kurikulum yang digunakan, visi dan misi sekolah, dan gaya belajar yang digunakan di kelas. Peneliti hanya menyiapkan beberapa poin-poin atau garis besar yang ingin ditanyakan. Berikut ini adalah poin-poin atau garis besar wawancara dan observasi yang telah disiapkan oleh peneliti.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara Guru

No Topik pertanyaan Nomor pertanyaan

1. Latar belakang akademik siswa 1,2 2. Latar belakang sosial dan ekonomi siswa 3,4 3. Proses pembelajaran didalam kelas 5,6,7 4. Pandangan kepedulian siswa terhadap

lingkungan

8,9,10

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Siswa

No Aspek Nomor Pertanyaan 1 Tertarik pada Modul Cintai Lingkungan Sekitarmu 1 2 Bahasa dalam modul mudah dipahami 2 3 Dapat memahami maksud dari isi modul 3 4 Dapat melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk dalam modul 4 5 Senang membaca Modul Cintai Lingkungan Sekitarmu 5

Validasi instrumen wawancara dilakukan oleh ahli IPA dan bahasa dengan menggunakan lembar kuesioner.

Observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran siswa, kurikulum yang digunakan, serta visi dan misi sekolah. Pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.3


(60)

41

Tabel 3.3 Pedoman Observasi

No Topik pertanyaan

1. Letak sekolah 2. Kurikulum yang digunakan 3. Perangkat pembelajaran 4. Visi dan misi sekolah

5. Aktivitas kegiatan pembelajaran di dalam kelas 6. Karakteristik siswa III B

Kuesioner yang dibuat oleh peneliti bertujuan untuk mengukur kualitas modul yang telah dibuat. Kuesioner diberikan kepada ahli IPA dan ahli bahasa sebelum melakukan implementasi. Rentan skor penilaian pada modul cintai lingkungan sekitarmu disusun dengan skala 4 sebagai berikut: (4) Sangat Baik, (3) baik, (2) cukup baik, dan (1) Kurang Baik. Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri dari 6 pertanyaan yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan berdasarkan instrumen validasi modul.

Tabel 3.4 Kisi- Kisi Instrumen Validasi Modul Oleh Dosen Ahli

No Indikator Nomor pertanyaan

1. Tujuan dan pendekatan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 2. Desain dan pengorganisasian 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 3. Isi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 4. Topik 1, 2, 3, dan 4 5. Metodelogi 1, 2, dan 3 6. Bahasa 1, 2, 3, dan 4

Tabel 3.5 Instrumen Validasi Modul oleh Dosen Ahli

No Pernyataan SKOR

Komentar

Tujuan dan Pendekatan 1 2 3 4

1 Modul pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

2 Modul pembelajaran mempermudah siswa memahami materi pembelajaran.

3 Modul pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. 4 Modul pembelajaran mampu menumbuhkan

kesadaran dan kepedulian siswa terhadap tumbuhan.


(61)

42

No Pernyataan SKOR

Komentar

Tujuan dan Pendekatan 1 2 3 4

yang baik bagi siswa dan guru.

6 Modul pembelajaran memberikan kesempatan bagi guru untuk menggunakan beragam variasi dalam mengajar.

Desain dan Pengorganisasian

1 Komponen dalam modul lengkap (SK, KD, tujuan, materi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan). 2 Materi pembelajaran disusun dari materi yang

sederhana ke yang kompleks.

3 Urutan modul pembelajaran telah disusun secara sistematis.

4 Ruang lingkup materi bahan ajar sesuai dengan waktu yang tersedia.

5 Modul pembelajaran memfasilitasi siswa untuk belajar mandiri.

6 Modul pembelajaran mudah dipahami.

7 Tampilan fisik (warna, huruf, gambar/foto) dalam modul pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa dan menarik.

8 Modul pembelajaran menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

ISI

1 Kegiatan dalam modul pembelajaran sesuai dengan lingkungan siswa (kontekstual). 2 Proses pembelajaran menggunakan pendekatan

PPR.

3 Modul pembelajaran mampu meningkatkan kesadaran siswa terhadap tumbuhan.

4 Modul pembelajaran menumbuhkan kepedulian siswa terhadap tumbuhan.

5 Modul pembelajaran mencakup pengembangan keterampilan proses yang sesuai dengan perkembangan siswa.

6 Modul pembelajaran memfasilitasi siswa untuk melakukan refleksi terhadap sikap ilmiah yang dikembangkan.

7 Modul pembelajaran mengembangkan sikap ilmiah yang terkait dengan diri sendiri.

Topik

1 Topik modul pembelajaran menarik.

2 Topik modul membantu untuk menumbuhkan kesadaran dan memperkaya pengalaman siswa. 3 Topik sesuai dengan lingkungan sekitar siswa. 4 Topik sesuai dengan perkembangan siswa.

Metodelogi

1 Modul pembelajaran dirancang dengan berpusat pada diri siswa dalam membangun

pengetahuannya sendiri (konstruktiv).

2 Modul pembelajaran dirancang menyenangkan bagi siswa.

3 Modul pembelajaran membuat siswa aktif.

Bahasa

1 Pemilihan kalimat dalam modul sudah sederhana. 2 Penggunaan tata bahasa sudah baik.


(62)

43

No Pernyataan SKOR

Komentar

Tujuan dan Pendekatan 1 2 3 4

3 Pemakaian bahasa dalam modul menghindari penggunaan kalimat pasif dan negatif ganda. 4 Pemilihan kalimat menghindari pemakaian istilah

asing.

Kuesioner implementasi juga diberikan kepada siswa setelah pembelajaran selesai. Jumlah aitem yang akan digunakan dalam kuesioner sebanyak 10 aitem. Peneliti menyebarkan kuesioner validasi kepada seluruh siswa kelas III B yang berjumlah 30 siswa.

Tabel 3.6 Instrumen Kuesioner Implementasi

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk mengetahui kualitas modul yang telah dibuat. Data penelitian kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif didapat melalui hasil kegiatan observasi pembelajaran di kelas, wawancara yang dilakukan bersama guru, siswa, kritik

No Pernyataan Ya Tidak

1 Modul cintai lingkungan sekitarmu mempermudah saya dalam memahami materi pelajaran IPA

2 Modul cintai lingkungan sekitarmu membuat pembelajaran IPA lebih menarik untuk dipelajari.

3 Modul cintai lingkungan sekitarmu mampu menumbuhkan kesadaran dan kepedulian saya terhadap lingkungan sekitar saya 4 Modul cintai lingkngan sekiarmu memfasilitasi saya untuk belajar

mandiri

5 Tampilan fisik (warna, huruf, gambar/foto) dalam modul cintai lingkungan sekitarmu menarik

6 Modul cintalingkungan sekitarmu mempunyai banyak gambar yang menarik

7 Saya memahami bahasa yang digunakan pada modul cintai lingkungan sekitarmu

8 Isi dalam modul cintai lingkungan sekitarmu memperkaya pengalaman saya

9 Isi dalam modul cintai lingkungan sekitarmu sesuai dengan lingkungan sekitar saya

10 Modul cintai lingkungan sekitarmu membuat saya aktif dalam belajar.


(1)

109

Lampiran 10. Hasil Validasi Kualitas Modul Oleh Ahli Bahasa

No Pernyataan Skor

Tujuan dan Pendekatan

1 Modul pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 4 2 Modul pembelajaran mempermudah siswa memahami materi pembelajaran. 4

3 Modul pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. 4

4 Modul pembelajaran mampu menumbuhkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap lingkungan.

4

5 Modul pembelajaran merupakan sumber belajar yang baik bagi siswa dan guru.

4

6 Modul pembelajaran memberikan kesempatan bagi guru untuk menggunakan beragam variasi dalam mengajar.

3

Desain dan Pengorganisasian

1 Komponen dalam modul lengkap (SK, KD, tujuan, materi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan).

4

2 Materi pembelajaran disusun dari materi yang sederhana ke yang kompleks. 4 3 Urutan modul pembelajaran telah disusun secara sistematis. 4 4 Ruang lingkup materi bahan ajar sesuai dengan waktu yang tersedia. 4 5 Modul pembelajaran memfasilitasi siswa untuk belajar mandiri. 4

6 Modul pembelajaran mudah dipahami. 4

7 Tampilan fisik (warna, huruf, gambar/foto) dalam modul pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa dan menarik.

4

8 Modul pembelajaran menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 2

ISI

1 Kegiatan dalam modul pembelajaran sesuai dengan lingkungan siswa (kontekstual).

4

2 Proses pembelajaran menggunakan pendekatan PPR. 3 3 Modul pembelajaran mampu meningkatkan kesadaran siswa terhadap

tumbuhan.

4

4 Modul pembelajaran menumbuhkan kepedulian siswa terhadap tumbuhan. 4 5 Modul pembelajaran mencakup pengembangan keterampilan proses yang

sesuai dengan perkembangan siswa.

4

6 Modul pembelajaran memfasilitasi siswa untuk melakukan refleksi terhadap sikap ilmiah yang dikembangkan.

4

7 Modul pembelajaran mengembangkan sikap ilmiah yang terkait dengan diri sendiri.

4

Topik


(2)

110

No Pernyataan Skor

2 Topik modul membantu untuk menumbuhkan kesadaran dan memperkaya pengalaman siswa.

4

3 Topik sesuai dengan lingkungan sekitar siswa. 4

4 Topik sesuai dengan perkembangan siswa. 4

Metodelogi

1 Modul pembelajaran dirancang dengan berpusat pada diri siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri (konstruktiv).

4

2 Modul pembelajaran dirancang menyenangkan bagi siswa. 4

3 Modul pembelajaran membuat siswa aktif. 4

Bahasa

1 Pemilihan kalimat dalam modul sudah sederhana. 4

2 Penggunaan tata bahasa sudah baik. 2

3 Pemakaian bahasa dalam modul menghindari penggunaan kalimat pasif dan negatif ganda.

4

4 Pemilihan kalimat menghindari pemakaian istilah asing. 4

Total skor 131


(3)

111

Lampiran 11. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Gamabar 1. Uji coba pertama

Gambar 2. Uji coba kedua

Gambar 3. Uji coba (Polusi Udara)

Gambar 4. Mendampingi siswa

Gambar 5. Siswa bekerja di dalam

Gambar 6. Siswa bekerja di dalam

kelompok

kelompok


(4)

112


(5)

113


(6)

114

Lampiran 13.

Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

Aisyah Desmaniar merupakan anak pertama dari dua

bersaudara yang lahir di Tanjung Enim, 12 Januari 1996.

Pendidikan dasar diperoleh di SD Negeri 6 Lawang Kidul

tahun 2001- 2007. Pendidikan menengah pertama

diperoleh di SMP Negeri 2 Lawang Kidul dan lulus tahun

2010. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Negeri

1 Lawang Kidul dan lulus pada tahun 2013.

Peneliti melanjutkan Pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma pada tahan 2013. Selama proses

pendidikan di bangku perkuliahan peneliti mengikuti berbagi kegiatan baik

akademik maupun non-akademik.

Berbagai macam kegiatan yang diikuti peneliti antara lain:

1.

Kegiatan wajib Universitas yakni Inisiasi Universitas Sanata Darma

(INSADHA) pada tahun 2013, Pelatihan Pengembangan Kepribadian

Mahasiswa I dan II pada tahun 2013 dan 2014, Week- End Moral 2014.

2.

Kegiatan wajib Fakultas yakni Inisiasi Fakultas (INFISA) 2013.

3.

Kegiatan wajib prodi PGSD Inisiasi Prodi (Insipro) 2013, Peserta Kursus

Mahir Dasar Pramuka (KMD) pada tahun 2014, English Club.

4.

Anggota SIE Usaha Dana kegiatan Insipro PGSD Universitas Sanata

Dharma pada tahun 2015.

5.

Peserta Pelatihan Metode Montessori di PGSD Universitas Sanata Dharma

2015


Dokumen yang terkait

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan.

1 1 104

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1 4 135

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.

0 0 2

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

0 0 133

Pengembangan modul pembelajaran IPA "Tumbuhan di Sekitarku" menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 2 112

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta.

0 3 168

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif

1 1 129

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan

1 2 102

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta

1 9 131

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta

0 1 159