Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MATERI MENGHEMAT AIR BERDASARKAN

PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS IIIA SD NEGERI PETINGGEN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Dwila Oktanuryani

NIM: 131134075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

ii


(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulis berupa skripsi ini dengan tulus kupersembahkan untuk Allah SWT yang telah memberikan RidhoNya selalu dalam segala kehidupan yang ada. Kedua orangtua saya yang senantiasa mendoakan kelancaran dalam segala usaha saya, dan selalu mengokohkan hati saya, serta selalu memberi dukungan dari segi apapun. Adik saya yang saya cintai Dinna Nur Azizah dan Helmi Asyifa yang selalu mendoakan kesehatan dan kelancaran kuliah sampai pada sekarang ini. Keluarga besar yang selalu memberi semangat dan nasihat.


(5)

v MOTTO

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah slalu bersama kita”. *(QS. At-Taubah 40)*


(6)

vi


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dwila Oktanuryani

Nomor Mahasiswa : 131134075

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya tulis ilmiah yang berjudul:

“PENGEMBANGAN MODUL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MATERI MENGHEMAT AIR BERDASARKAN PENDEKATAN

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS IIIA SD NEGERI PETINGGEN YOGYAKARTA”

berserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya mengijinkan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 Juni 2017 Yang menyatakan


(8)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MATERI MENGHEMAT AIR BERDASARKAN

PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS IIIA SD NEGERI PETINGGEN YOGYAKARTA

Dwila Oktanuryani Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang diawali dengan analisis kebutuhan. Dari hasil analisis kebutuhan diketahui kurangnya penggunaan modul dalam pembelajaran oleh guru maupun siswa. Selain itu, sebagian besar siswa di SD Negeri Petinggen Yogyakarta kelas III menggunakan air secara berlebihan. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk mengembangkan perangkat “Perangkat dan Modul Pembelajaran Materi Menghemat Air berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk Siswa Kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta”.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and

Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan lima langkah menurut

Tomlinson yang meliputi 1) analisis kebutuhan, 2) desain, 3) implementasi, 4) evaluasi, 5) revisi. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan peran perangkat pembelajaran dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Pengembangan modul berpedoman pada sepuluh prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk berdasarkan hasil validasi dari tiga ahli yaitu ahli IPA, ahli Bahasa, dan guru memiliki rerata skor 3,47 dari skala 4,00 dan di kategorikan “sangat baik dan layak digunakan”. Hasil validasi digunakan sebagai acuan untuk merevisi modul sebelum diimplementasikan di kelas IIIA. Setelah divalidasi ahli kemudian dilakukan implementasi di kelas IIIA, selama melakukan pengamatan pada saat implementasi peneliti meyakini tercapainya sembilan dari sepuluh prinsip Tomlinson yaitu: dampak pembelajaran, siswa merasa nyaman dan senang, siswa berani mengutarakan pendapat dengan percaya diri, modul memuat materi yang relevan, kegiatan siswa sudah difasilitasi dengan modul, siswa memahami dan merasa sudah jelas terhadap poin yang harus mereka terima, modul memfasilitasi perbedaan gaya siswa belajar, memberikan jeda berpikir, modul telah memberikan umpan balik berupa memberikan kegiatan seperti evaluasi maupun refleksi. Prinsip yang belum nampak adalah bahasa yang digunakan modul masih ada kekurangan karena beberapa siswa kurang mengerti dengan apa yang harus dilakukan.

Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, modul, paradigma


(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF DEVICE AND LEARNING MODULE OF SAVING THE WATER METERIAL BASED ON PARADIGM REFLECTIVE

PEDAGOGY APPROACH FOR THIRD GRADE STUDENTS OF SD NEGERI PETINGGEN YOGYAKARTA

Dwila Oktanuryani Sanata Dharma University

2017

This research began with doing needs analysis. Based on the needs analysis result, the researcher known that the teacher and the students less to use the learning module in learning process. Besides, almost all the third grade students of SD Negeri Petinggen Yogyakarta used the water too much. To

overcome the problems, the researcher developed “Device and Learning Module of Saving the Water Meterial Based on Paradigm Reflective Pedagogy Approach for Third Grade Students of SD Negeri Petinggen Yogyakarta”.

This research used Research and Development (R&D) as the research method. According to Tomlinson there were five steps that used to develop the materials. The steps were (1) needs analysis, (2) design, (3) implementation, (4) evaluation, and (5) revision. The research aimed to develop the device learning and the materials of saving the water based on the paradigm reflective pedagogy for the third grade students of SD Negeri Petinggen Yogyakarta. The researcher used ten principles from Tomlinson to develop the learning materials.

Before implementing the materials, the researcher did the materials validation or evaluation to the evaluators. The evaluators were a scientist, a linguist, and a teacher of third grade. Based on the evaluation result, the mean range score was 3.47 of 4.00. So, the materials were categorizing “excellent” to implement for third grade students by revising based on the suggestions from the evaluators. During the observation in the implementation, the researcher believed that nine out of ten principles have applied in the materials. The principles were the materials have influence for the students, the students were happy and feel comfortable, the students brave to give their opinion confidently, the materials relevant for the students, the students had module as the facility in their activity, the students are able to understand the point, the materials consider to the differences of the learning styles, giving a chance to think, and the materials give evaluation and reflection as the feedback. The researcher found that some instructions were not clearly. It made them did not understand with the activity.

Keywords: development, the learning device, the module, the paradigm reflective


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tanggung jawab dalam menyusun tugas akhir atau skripsi dengan judul: Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran Materi Menghemat Air Berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk Siswa Kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terimakasih peneliti haturkan kepada Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Ibu Eny Winarti, Ph.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari, M. Biotech yang senantiasa membimbing, mendidik, meberikan semangat serta dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada guru, siswa, dan seluruh staf SD N Petinggen Yogyakarta, yang telah mendukung dan membantu kelancaran dalam melakukan penelitian. Terimakasih banyak untuk seluruh dosen


(11)

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Spesifikasi Produk ... 7

1.6 Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Kajian Teori ... 10

2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R&D) ... 10

2.1.2 Modul ... 14

2.1.3 Perangkat Pembelajaran ... 16

2.1.4 Air ... 20


(13)

xiii

2.1.6 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 23

2.1.7 Pendidikan Emansipatoris ... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Setting Penelitian ... 38

3.2.1 Tempat Penelitian ... 38

3.2.2 Subjek Penelitian ... 38

3.2.3 Objek Penelitian ... 38

3.2.4 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Produser Pengembangan ... 39

3.3.1 Analisis Kebutuhan ... 41

3.3.2 Desain ... 41

3.3.3 Implementasi ... 42

3.3.4 Evaluasi ... 42

3.3.5 Revisi ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.4.1 Observasi ... 43

3.4.2 Wawancara ... 43

3.4.3 Kuesioner ... 44

3.5 Instrumen Penelitian ... 44

3.5.1 Pedoman Observasi ... 44

3.5.2 Pedoman Wawancara ... 44

3.5.3 Pedoman Kuesioner ... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 54

3.6.1 Data Kualitatif ... 54

3.6.2 Data Kuantitatif ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 57


(14)

xiv

4.1.1.1 Analisis Kebutuhan ... 57

4.1.1.2 Desain ... 62

4.1.1.3 Implementasi ... 74

4.1.1.4 Evaluasi ... 82

4.1.1.5 Revisi ... 86

4.1.2 Kualitas Produk ... 88

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Keterbatasan ... 90

5.3 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penelitian terdahulu yang relevan ... 33 Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Modul Pembelajaran ... 40


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Buku Teks Biasa dengan Modul ... 15

Tabel 3.1 Kisi-kisi observasi ... 44

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Guru Kelas III A ... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Guru Terbuka ... 46

Tabel 3.4 Instrument kisi-kisi Kuesioner Guru Terbuka ... 46

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Siswa Tertutup ... 47

Tabel 3.6 Instrumen kisi-kisi Kuesioner Siswa Tertutup ... 47

Tabel 3.7 Aspek Penilaian Perangkat Pembelajaran ... 48

Tabel 3.8 Instrumen dari Aspek Penilaian Perangkat Pembelajaran ... 49

Tabel 3.9 Aspek Penilaiaan Modul Pembelajaran ... 50

Tabel 3.10 Instrumen dariAspek Penilaiaan Modul Pembelajaran ... 50

Tabel 3.11 Kisi-kisi Kuesioner Implementasi Produk ... 52

Tabel 3.12 Instrumen dari Kisi-kisi Kuesioner Imolementasi Produk ... 53

Tabel 3.13 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 56

Tabel 3.14 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 56

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 61

Tabel 4.2 Scoring hasil validasi perangkat pembelajaran ... 71

Tabel 4.3 Komentar dan saran perangkat pembelajaran ... 71

Tabel 4.4 Scoring hasil validasi Modul pembelajaran ... 72

Tabel 4.5 Komentar dan saran perangkat pembelajaran ... 73

Tebel 4.6 Hasil Penilaian Siswa terhadap Kualitas Modul ... 84


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Identitas Sekolah dan Alokasi Waktu ... 63

Gambar 4.2 Model, pendekatan, dan metode pembelajaran ... 64

Gambar 4.3 Sampul Modul Pembelajaran Menghemat Air ... 65

Gambar 4.4 Manfaat air ... 68

Gambar 4.5 Dampak penggunaan air secara berlebihan ... 69

Gambar 4.6 Menghemat air ... 69

Gambar 4.7 Poin D nomer 3 sebelum direvisi ... 72

Gambar 4.8 Poin D nomer 3setelah direvisi ... 72

Gambar 4.9 Keterangan media yang belum direvisi ... 74

Gambar 4.10 Keterangan media yang sudah direvisi ... 74

Gambar 4.11 Siswa bertukar informasi ... 75

Gambar 4.12 Antusias siswa dalam kegiatan ... 76

Gambar 4.13 Penggunaan modul memfasilitasi kegiatan siswa ... 76

Gambar 4.14 Siswa mengungkapkan Pendapat ... 77

Gambar 4.15 Lembar modul praktikum ... 79

Gambar 4.16 Demonstrasi air tanah ... 79

Gambar 4.17 Demonstrasi air hujan ... 80

Gambar 4.18 Hasil pembuatan poster oleh siswa ... 81

Gambar 4.19 Siswa mampu menerima poin-poin pembelajaran ... 81

Gambar 4.20 Siswa berpedoman dengan modul saat pembelajaran ... 82

Gambar 4.21 Siswa diberi kebebasan menyampaikan pendapat ... 85

Gambar 4.22 Saling berkomunikasi tanpa membedakan ... 86

Gambar 4.23 Bersama menjadi pembelajar ... 86

Gambar 4.24 Modul praktikum 2 belum direvisi ... 87


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Surat Izin Penelitian ... 96

Lampiran 2. Lembar Instrumen Analisis Kebutuhan Siswa ... 97

Lampiran 3. Lembar Instrumen Analisis Kebutuhan Guru ... 98

Lampiran 4. Lembar Hasil Instrumen Analisis Kebutuhan Siswa ... 99

Lampiran 5. Lembar Hasil Instrumen Analisis Kebutuhan Guru ... 100

Lampiran 6. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli IPA ... 102

Lampiran 7. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Bahasa ... 103

Lampiran 8. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Guru ... 104

Lampiran 9. Hasil Validasi Modul Pembelajaran oleh Ahli IPA ... 105

Lampiran 10. Hasil Validasi Modul Pembelajaran oleh Ahli Bahasa ... 107

Lampiran 11. Hasil Validasi Modul Pembelajaran oleh Guru ... 109

Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 111

Lampiran 13. Lembar Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ... 112


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Definisi Operasional, (6) Spesifikasi Produk yang Diharapkan.

1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar (SD). IPA mempelajari tentang alam ini baik yang hidup maupun yang tidak hidup serta gejala-gejala alam yang terjadi. Pada usia SD siswa mempelajari dasar-dasar dari IPA contohnya tentang energi. siswa akan mempelajari tentang jenis-jenis energi, manfaat, serta cara menghemat sumber energi. IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sangat menarik karena sebagian besar dari pembelajaran IPA di SD siswa dapat terlibat atau praktik langsung dalam kegiatan dalam mempelajari alam sekitar mereka.

IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu fenomena alam yang faktual, kenyataan atau kejadian serta hubungan sebab-akibat (Wisudawati dan Eka, 2014: 22). IPA memiliki pembelajaran berdasarkan kejadian-kejadian yang nyata, dimana kejadian-kejadian itu memiliki sebab dan akibat. Seperti ketika menggunakan air secara berlebihan akibatnya akan semakin berkurang jumlahnya.

Air merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Air diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhun jasmani dan kebutuhan sehari-hari seperti minum, masak, cuci tangan, mandi, mencuci, dll. Paus Fransiskus dalam ensiklik


(20)

2 Laudato Si’ (no. 28/2015: 22) menyatakan sumber air tawar diperlukan untuk perawatan kesehatan, pertanian, dan industri. Di kota-kota besar banyak memerlukan pasokan air karena air yang ada di daerah perkotaan mulai tercemar dan pasokannya semakin sedikit. Hal ini diakibatkan banyaknya gedung-gedung yang didirikan dan padatnya penduduk sehingga jumlah air yang diperlukan sangat banyak akan tetapi ketersediaan semakin menipis. Air tawar merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam mendukung ekosistem di darat maupun di perairan (Fransiskus, no.28/2015: 22). Bukan hanya manusia saja yang memerlukan air akan tetapi makhluk hidup lainnya juga memerlukan air, walaupun pada dasarnya manusia lebih banyak menggunakan air dibandingkan makhluk hidup yang lain manusia harus mampu berbagi dengan makhluk hidup lain. Air yang digunakan sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya merupakan air segar atau air tawar.

Air tawar jumlahnya semakin sedikit apabila digunakan terus menerus maka akan cepat surut atau habis. Jika dibiarkan maka akan banyak hilangnya keanekaragaman hayati yang kemudian disusul dengan kepunahan manusia. Maka sebagai makhluk Tuhan yang disertai akal-budi maka manusia haruslah mampu menggunakan air secara bijak, tidak menggunakan air secara berlebihan.

Penggunaan air secara bijak tidak hanya mampu dilakukan oleh orang usia dewasa akan tetapi juga usia anak-anak yaitu dengan cara mengajari, membimbing dan melatih mereka untuk bisa menggunakan air secara bijak. Pembelajaran ini haruslah ditanamkan di usia dini maupun usia memasuki SD. Dalam sebuah pembelajaran yang dilakukan siswa tak akan lepas dari sosok seorang guru. Jika kapal dapat berjalan dengan baik menuju pelabuhan yang


(21)

3 dituju karena adanya nahkoda, maka guru merupakan nahkoda di kelasnya. Dengan kata lain kegiatan yang berlangsung dengan baik hingga menuju tujuan tak akan terlepas dari sebuah perencanaan.

Guru melakukan perencanaan dengan menuliskannya ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan adanya perencanaan diharapkan siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dibuat dari pengembangan kompetensi dasar. Dalam pembuatan RPP salah satu langkah di dalamnya adalah menentukan pendekatan (Trianto: 2010, 109 no. 6). Dalam menentukan pendekatan haruslah mampu menyesuaikan dengan kondisi kelas. Pembelajaran bukanlah hanya memberikan dan menerima materi saja tetapi memiliki proses didalamnya agar membuat siswa aktif dalam mengikuti pempelajaran sehingga mampu mencapai tujuan. Maka penentuan pendekatan menjadi hal penting untuk proses kegiatan pembelajaran.

Pendekatan paradigma pedagogi reflektif (PPR) merupakan salah satu pendekatan yang baik digunakan dalam membuat siswa belajar aktif karena di dalamnya memiliki langkah-langkah yang berupa siklus meliputi konteks-pengalaman-refleksi-aksi-evaluasi. Menggunakan pendekatan PPR boleh memulai dari mana saja asal mengikuti siklusnya. Suparno (2015: 21) menyatakan unsur utama dalam PPR ada tiga yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Ketiga unsur tersebut dibantu dengan unsur sebelum pembelajaran yaitu melihat konteks, dan dibantu setelah unsur pembelajaran dengan evaluasi. Maka dengan pendekatan PPR siswa tidak hanya akan menerima pembelajaran ataupun hanya sekedar tahu apa yang akan dipelajari.


(22)

4 Siswa akan belajar mengembangkan diri lebih baik dengan belajar dari pengalaman kemudian merefleksikan apa yang pernah dia lakukan, dan membuat aksi dari apa yang telah siswa refleksikan. Dalam buku yang sama Friere (1997) menekankan pentingnya angan-angan dalam pendidikan. Lewat angan-angan siswa dapat mengembangkan pemikiran mereka dengan luas.

Pembelajaran sebaiknya mampu mengembangkan kemampuan siswa dan tidak membatasi. Siswa juga dapat belajar dengan sendiri dan berkembang sendiri. Hal-hal tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan modul yang dikemas sesuai dengan pendekatan PPR agar siswa mampu belajar dengan cara mereka sendiri dan mampu membuat siswa belajar sendiri. Modul merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk mambantu para peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajar (Sukriman. 2012: 131). Guru sebaiknya merancang modul dengan baik dan modul yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dikuasai siswa. Sehingga modul akan mudah di pahami dan mengantar siswa pada tujuan pembelajaran.

Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan teknik observasi, wawancara, dan kuesioner yang peneliti lakukan di SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis peneliti menemukan beberapa siswa masih sering menggunakan air secara berlebihan seperti saat berwudhu, cuci tangan, dan beberapa siswa terlihat menggunakan air untuk bermain-main. Peneliti juga menemui guru yang terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa hanya pasif dalam pembelajaran. Selain itu dalam hasil observasi tentang bahan ajar yang digunakan guru dan siswa lebih banyak penggunaan buku pembelajaran dan LKS. Peneliti tidak melihat penggunaan modul pembelajaran dalam kegiatan belajar


(23)

5 mengajar di kelas tersebut sedangkan penggunaan modul akan dapat meningkatkan keaktifan siswa karena banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajan. Hasil analisis kebutuhan siswa yang dilakukan peneliti, siswa akan merasa mudah memahami materi dengan menggunakan modul, dan dengan adanya modul siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and development) mengenai modul dan perangkat pembelajaran pada materi menghemat air berdasarkan pendekatan pedagogi reflektif. Penggunaan perangkat pembelajaran dan modul berdasarkan pendekatan pedagogi reflektif diharapkan mampu mengarahkan siswa aktif tidak hanya mengerti dan tahu materi yang disampaikan. Dari pembelajaran yang mereka terima, siswa juga diharapkan mampu menentukan aksi yang mereka inginkan dalam berbagai kegiatan pembelajaran, sehingga mampu menciptakan angan-angan siswa menjadi nyata atau mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dan bukan hanya mengetahui dan mengerti saja.

Peneliti juga menggunakan sepuluh pengembangan materi menurut Tomlinson dalam mengembangkan modul pembelajaran. Prinsip tersebut adalah 1) materi memiliki pengaruh, 2) materi harus membantu pembelajar untuk merasa leluasa, nyaman, dan membuat merasa bahagia, 3) materi membantu pembelajar untuk mengembangkan kepercayaan diri, 4) materi yang diberikan harus relevan bagi pembelajar, 5) materi dapat memfasilitasi siswa dalam mempelajari materi, 6) materi harus mampu membuat siswa mendapatkan dan memahami poin-poin yang terkandung didalamnya, 7) materi seharusnya memberi penjelasan, 8) materi


(24)

6 memperhitungkan gaya belajar yang berbeda, 9) materi seharusnya memberikan waktu jeda berpikir, 10) materi memberi kesempatan untuk feedback.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.2.1. Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan PPR untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen, Yogyakarta?

1.2.2. Bagaimana deskripsi kualitas perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan PPR untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen, Yogyakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut.

1.3.1. Mengetahui langkah-langkah atau prosedur pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan PPR untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen, Yogyakarta.

1.3.2. Mengetahui deskripsi kualitas modul dan perangkat pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan PPR untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen, Yogyakarta.


(25)

7

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat praktis 1) Peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya penggunaan pendekatan PPR dalam upaya mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran dengan materi menghemat air.

2) Siswa

Siswa memiliki pengalaman baru dalam mempelajari materi menghemat air dengan menggunakan pendekatan PPR.

3) Guru

Guru dapat memperoleh inspirasi melakukan penelitian khususnya penggunaan pendekatan PPR dalam upaya mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran dengan materi menghemat air.

1.5. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1.5.1. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa perangkat dan modul pembelajaran berdasarkan latar belakang siswa, visi misi sekolah dan kurikulum (KTSP), bahan ajar yang digunakan guru dan siswa, dan pencapaian siswa dalam SK dan KD.

1.5.2. Perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP yang mengintegrasikan pendekatan pedagogi reflektif (PPR) dan Emansipatoris.

1.5.3. Modul pembelajaran dikembangkan dengan mengintegrasikan sepuluh prinsip pengembangan menurut Tomlinson.


(26)

8 1.5.4. Modul pembelajaran menggunakan ukuran kertas A5, jenis kertas HVS dengan warna putih, menggunakan font Kristen ITC dengan ukuran font 10.

1.5.5. Modul buku panduan terdiri atas lima kegiatan. Beberapa kegiatan terdiri dari eksperimen. Lima kegiatan modul adalah tentang (1) “Manfaat Air” yang berisikan kegiatan pengelompokkan benda-benda disekitar yang memerlukan air. (2) “Dampak Penggunaan Air secara Berlebihan” yang berisikan tentang dampak-dampak yang akan terjadi apabila menggunakan air secara berlebihan sekaligus melakukan eksperiment. (3) “Menghemat

Air” berisi tentang kegiatan siswa untuk menuliskan kegiatan sehari-hari mereka yang menggunakan air. Menuliskan kegiatan yang pernah siswa lakukan dalam menggunaan air secara berlebihan dengan disertakan alasan dan yang seharrusnya mereka lakukan. Melakukan eksperimen tentang penghematan air, siswa memberi alternatif lain untuk menghemat air. (4) “Refleksi” berisi tentang refleksi siswa selama mengikuti pembelajaran, (5) “Evaluasi” mengukur pengetahuan siswa tentang materi yang sudah didapat.

1.5.6. Produk diimplementasikan di kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1.6. Definisi Operasional

1.6.1. Modul

Modul merupakan sarana pembelajaran sebagai salah satu sumber dalam menyampaikan materi yang dapat digunakan baik oleh siswa maupun guru.


(27)

9 1.6.2. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan perangkat untuk melaksanakan proses pembelajaran yang memungkinkan guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

1.6.3. Air

Air merupakan kebutuhan pokok dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum, memasak, mencuci, menyiram tanaman, mandi, dll.

1.6.4. Menghematan air

Menghemat air merupakan upaya membatasi penggunaan air yang berlebihan sehingga mampu menggunakan air secara bijak.

1.6.5. Pendekatan PPR

Pendekatan PPR merupakan proses pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah proses pembelajaran yang meliputi 5 unsur yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi.


(28)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka, (2) Penelitian yang Relevan, dan (3) Kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R&D)

Penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan penelitian yang mengembangkan produk, desain maupun proses sebagai hasil penelitian. Dalam dunia pendidikan, R&D mulai diperkenalkan pada sekitar tahun 1960-an. Pada tahun 1965 United States Office of Education, sebuah lembaga pendidikan di Amerika, melalui R&D seperti yang dikembangkan dalam dunia industri mengembangkan produk bahan ajar dan prosedur dalam bidang pendidikan yang dapat prototipe hasil pendidikan, selanjutnya prototipe itu dites, direvisi dan dapat disesuaikan dengan tujuan tertentu (Sanjaya, 2013: 131).

Direktorat Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu pendidikan dan Tenaga Kependidikan, 2008 (Tegeh dkk, 2014: xiii) menyatakan R&D adalah rangkaian proses atau langkah-langkah yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (Setyosari. 2013: 222) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi si produk pendidikan. Dalam buku Model Penelitian Pengembangan (Tegeh, 2014: xii) Soenarto (2005) memberi batasan


(29)

11 tentang penelitian sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Ada tiga hal yang harus tujuan dari penelitian dan pengembangan yang harus dipahami menurut Sanjaya (2013: 130). Pertama tujuan akhir R&D dihasilkannya suatu produk tertentu yang dianggap handal karena telah melewati pengkajian terus menerus, kedua produk yang dihasilkan adalah produk yang sesuai dengan kebutuhan lapangan, ketiga adalah proses pengembangan produk jadi yang sudah divalidasi, dilakukan secara ilmiah dengan menganalisis data secara empiris.

Dengan demikian penelitian pengembangan (R&D) merupakan sebuah penelitian yang mengembangkan produk yang dapat diandalkan dikembangkan berdasarkan kebutuhan lapangan.

Terdapat beberapa model atau desain penelitian dan pengembangan seperti Bord & Gall, Dick & Carey, Seels & Richey. Akan tetapi peneiliti lebih memilih menggunakan pengembangan materi menurut Brian Tomlinson dikarenakan pengembangan yang dilakukan peneliti lebih berfokus kepada pengembangan produk berupa modul. Prosedur pengembangan materi menurut Tomlinson dianggap lebih efektif dan relevan dalam pengembangan modul oleh peneliti. Prosedur pengembangan materi menurut Brian Tomlinson memiliki tiga prosedur yaitu desain, pelaksanaan/ implementasi dan evaluasi (dalam Harsono, 2015). Akan tetapi peneliti melakukan modifikasi menjadi lima langkah prosedur pengembangan yaitu 1) analisis kebutuhan, 2) desain, 3) pelaksanaan/ implementasi, 4) evaluasi, dan 5) revisi.


(30)

12 Modifikasi dilakukan dengan menambahkan analisis kebutuhan dan revisi. Analisis kebutuhan dilakukan sebelum desain, yang bertujuan agar modul dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sedangkan, revisi dilakukan setelah melakukan evaluasi agar modul dapat disempurnakan sehingga layak untuk digunakan.

Langkah yang dilakukan pertama adalah 1) Analisis kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan siswa dan guru dimana dari hasil analisis kebutuhan akan digunakan dalam mendesain produk. 2) Desain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan produk dan merinci hal-hal yang akan dikembangkan. 3) Implementasi merupakan pelaksanaan dari hasil pengembangan desain. 4) evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah implementasi untuk mengetahui sejauh mana pengaruh modul dan apa saja yang perlu diperbaiki, evaluasi menjadi acuan dalam revisi. 5) Revisi merupakan kegiatan dalam memperbaiki produk agar lebih baik dan layak digunakan.

Peneliti juga menggunakan prinsip pengembangan materi dari Tomlinson. Ada enam belas prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson yang harus dicapai dalam pengembangan materi untuk menunjang proses pembelajaran bahasa (Tomlinson, 2005: 7-22). Berdasarkan enam belas prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson, peneliti memutuskan memilih sepuluh dari enam belas prinsip Tomlinson yang relevan ke dalam pengembangan modul pembelajaran pada mata pelajaran IPA. Hal ini dikarenakan pengembangan materi oleh Tomlinson lebih berpusat pada Bahasa sedangkan peneliti lebih berpusat pada pengembangan pembelajaran IPA, sehingga peneliti hanya mengambil sepuluh prinsip yang relevan.


(31)

13 Prinsip pertama materi memiliki pengaruh. Modul yang dikembangkan diharapkan membuat siswa merasa tertarik, memiliki rasa ingin tahu dan memicu perhatian pada kegiatan pembelajaran yang sudah dikemas dalam modul. Oleh karena itu sebaiknya materi memuat berbagai kegiatan siswa yang bervariasi dikemas secara menari misalnya menggunakan gambar-gambar. Prinsip kedua materi harus membantu pembelajar untuk merasa leluasa, nyaman, dan membuat merasa bahagia. Modul yang dikembangkan haruslah dilengkapi dengan ilustrasi, langkah-langkah kegiatan yang mampu dipahami siswa.

Prinsip ketiga materi membantu pembelajar untuk mengembangkan kepercayaan diri. Materi harus dikemas dengan mudah. Jika siswa merasa materi yang dipelajari mudah maka akan membuat siswa merasa relax. Prinsip keempat apa yang seharusnya diberikan harus relevan bagi pembelajar. Pemilihan materi harus sesuai dengan siswa seperti permasalahan yang ada, latar belakang siswa, visi dan misi sekolah. Prinsip kelima materi dapat memfasilitasi siswa dalam mempelajari materi.

Prinsip keenam materi harus mampu membuat siswa mendapatkan dan memahami poin-poin yang terkandung di dalamnya. Prinsip ketujuh materi seharusnya memberi penjelasan. Prinsip kedelapan materi memperhitungkan gaya belajar yang berbeda. Melalui modul yang dikembangkan harus dapat mencakup gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga modul dapat digunakan oleh semua siswa. Prinsip kesembilan materi seharusnya memberikan waktu jeda berpikir.

Prinsip kesepuluh materi memberi kesempatan untuk feedback. Dengan adanya modul diharapkan siswa mampu mewujudkan hasil pembelajaran sebagai timbal balik terhadap apa yang dipelajari. Sepuluh prinsip tersebut akan dicapai


(32)

14 dalam penelitian ini. Sepuluh prinsip tersebut merupakan sarana dalam menunjang kualitas modul dalam pembelajaran.

2.1.2 Modul

Modul merupakan salah satu media visual verbal karena kata yang terbentuk tulisan tetap dianggap verbal meski pun tidak memiliki suara (Munadi, 2010: 98). Prastowo (2013: 207-208) menuliskan pengertian arti modul menurut Abdul Majid. Modul adalah sebuah buku dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Sementara dalam pandangan lainnya, modul dimaknai sebagai perangkat ajar yang disusun secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa fasilitator atau guru. Pengertian modul menurut Sukiman (2012: 131) adalah alat ukur yang lengkap yang merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan.

Dari beberapa penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa modul merupakan bahan ajar berupa buku yang disusun dengan sistematis utuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga siswa mampu menggunakan modul secara mandiri dan seminimal mungkin mendapat bantuan dari orang lain. Melalui modul tujuan dalam pembelajaran mampu diukur karena di dalamnya mengandung tujuan, bahan dan kegiatan belajar, evaluasi.

2.1.1.1Perbedaan Buku Teks Biasa dengan Modul

Perbedaan buku teks dengan Modul menurut Munadi (2010: 99) menyatakan cakupan bahasa materi dalam modul lebih fokus dan terukur, serta lebih mementingkan aktifitas belajar pembacanya, semua sajiannya disampaikan melalui bahasa yang komunikatif. Dengan kata lain bahwa jika dalam modul


(33)

15 kegiatan atau aktifitas siswa akan lebih banyak dan materinya akan lebih terfokus melalui kegiatan yang akan dilakukan siswa.

Beliau menyatakan perbedaan buku teks dengan modul melalui pembuatan tabel perbedaan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Buku Teks Biasa dengan Modul (Munadi, 2010:99)

NO BUKU TEKS BIASA MODUL

1 Untuk keperluan umum/tatap muka. Dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri. 2 Bukan bahan aja yang terprogram. Program pembelajaran yang utuh dan sistematis. 3 Lebih menekankan sajian materi ajar. Mengandung tujuan, bahan/kegiatan & evaluasi. 4 Cenderung informatif, searah. Disajikan secara komunikatif, dua arah.

5 Menekankan fungsi penyajian materi/informasi.

Dapat mengganti beberapa peranan pengajaran. 6 Cakupan materi lebih luas/umum. Cakuban bahasan terfokus dan terukur.

7 Pembaca cenderung pasif. Mementingkan aktifitas belajar pemakai.

2.1.1.2Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Modul

Fungsi modul menurut Prastowo (2013: 210) ada empat fungsi modul sebagai berikut: pertama, bahan ajar mandiri yaitu modul dapat digunakan dalam proses pembelajaran secara mandiri dan meningkatkan kemampuan siswa belajar sendiri tanpa bergantung orang lain. Kedua, pengganti fungsi pendidik yaitu modul mampu menyampaikan materi ajar dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa. Ketiga, sebagai alat evaluasi yaitu dengan modul siswa dituntut dapat mengukur sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang dipelajari.

Keempat, sebagai bahan rujukan bagi siswa karena modul mengandung berbagai

materi yang harus dipelajari siswa, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan.

Penyusunan dan pembuatan modul memiliki lima tujuan yaitu: pertama, agar siswa belajar secara mandiri tanpa dan dengan bimbingan guru. Kedua, agar peranan pendidik tidak terlalu mendominasi dan otoriter dalam kegiatan


(34)

16 pembelajaran. Ketiga, melatih kejujuran siswa. Keempat, mengakomodasi tingkat kecepatan belajar siswa yaitu dengan adanya modul siswa akan meningkatkan kecepatan belajarnya. Kelima, agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari (Prastowo, 2013: 211).

Prastowo dalam buku Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjau Teoritis dan Praktik (2013: 211-212) modul memiliki empat macam kegunaan dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo, yaitu: pertama, modul sebagai penyedia informasi dasar. Kedua, modul sebagai bahan instruksi bagi siswa. Ketiga, modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Keempat, modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik dan bahan untuk berlatih siswa dalam melakukan penilaian sendiri.

2.1.3 Perangkat Pembelajaran 2.1.2.1Silabus

Silabus bisa dikatakan juga sebagai pola dasar kegiatan pembelajaran yakni menguraikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Munadi, 2010:198). Menurut Trianto dalam buku Model Pembelajaran

Terpadu (2010: 96) menyatakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada

suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah suatu perangkat perencanaan pembelajaran yang mencakup SK, KD dalam penjabaran


(35)

17 indikator dan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan belajar sesuai dengan tujuan yang akan dituju yang disesuaikan dengan materi pokok.

Dalam buku Model Pembelajaran Terpadu Trianto (2010: 99-102) menyatakan pengembangan silabus harus memenuhi beberapa prinsip yaitu. a) Ilmiah, bahwa seluruh materi dan kegiatan yang menjadikan muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. b) Relevan, artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalm silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. c) Sistematis, bahwa komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d) Kosisten, artinya adanya hubungan yang konsisten antara KD, indikator, materi, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

Prinsip selanjutnya e) Memadai, artinya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian KD. f) Aktual dan kontekstual, bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan pristiwa yang terjadi. g) Fleksibel, bahwa keseluruhan komponen silabus mampu mangakomondasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutah masyarakat. h) Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor) sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bloom.

Dalam buku yang sama Trianto menyatakan mekanisme pengembangan silabus dapat dilakukan dengan alur dan langkah-langkah pengembangan sebagai


(36)

18 berikut. a) Mengkaji SK dan KD, b) Mengidentifikasi materi pokok (Pembelajaran), c) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran, d) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi, e) Penentuan jenis penilaian, f) Menentukan alokasi waktu, g) Menentukan sumber belajar.

Dalam buku Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Munadi (2010: 200-201) menyatakan dalam melakukan pengembangan silabus, para guru pengembangan hendaknya melakukan tahapan sebagai berikut. a) Tahap analisis kebutuhan, b) Tahap desain, c) Tahap pelaksanaan, d) Tahap evaluasi, e)Tahap perbaikan dan pemantapan, f) Melakukan penilaian terhadap silabus.

2.1.2.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam buku Model Pembelajaran Terpadu Trianto (2010: 108) menyatakan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai suatu KD yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus. RPP sendiri juga menjadi panduan dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran oleh pendidik/guru atau bisa juga RPP dikatakan skenario dalam melaksanakan kegiatan. Skenario kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai kurikulum berbasis kompetensi.

RPP memiliki dua fungsi yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Perencanaan untuk menuntut guru lebih siap dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga ada perencanaan sebelum pelaksanaan. Sedangkan pelaksanaan haruslah benar-benar sesuai dengan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan daerah. Maka proses


(37)

19 pembelajaran sebaiknya guru dapat menyesuaikan dengan keadaan siswa. Dalam perencanaan RPP biasanya akan dituliskan oleh guru.

Adapun langkah-langkah atau cara pengembangan RPP pembelajaran terpadu menurut Trianto (2010: 109) sebagai berikut. a) Mengisi kolom identitas, b) Menentukan alokasi waktu pertemuan, c) Menentukan SK/KD serta indikator, d) Mengidentifikasi materi standar, e) Menentukan pendekatan, model & metode pembelajaran, f) Menentukan langkah-langkah pembelajaran terdiri kegiatan awal, inti, dan akhir, g) Menentukan sumber belajar, h) Menyusun kriteria penilaian.

2.1.2.3Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Dalam buku Metode Pembelajaran Terpadu, Trianto (2010: 111) menyatakan, lembar kegiatan siswa (LKS) adalah kegiatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan untuk siswa dalam memaksimalkan pemahaman dan pengetahuan dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai dengan indikator. LKS bisa berupa panduan untuk mengembangkan aspek kognitif atau pun merupakan panduan ekspesimen dan demonstrasi. Menurut Prastowo dalam Lestari (2013: 6) Lembar kerja siswa adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri.

Dalam buku yang sama tersebut di atas LKS memiliki komponen-komponen meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto, 2010: 112).


(38)

20 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan panduan siswa dalam pemecahan masalah sehingga siswa mampu memecahkan masalahnya secara mandiri dan mampu mengembangkan kemampuan kognitif siswa.

2.1.4 Air

Air merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan makhluk hidup seperti untuk minum dan untuk keberlangsungan hidup. Kebutuhan air lebih banyak digunakan oleh manusia selain untuk kebutuhan minum atau untuk makan, air juga digunakan untuk mencuci perlengkapan rumah, menyiram tanaman, mandi, pertanian, dll.

Air dalam definisi ilmiah merupakan senyawa hydrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H2O. Berdasarkan sifat fisiknya terdapat tiga macam bentuk air, yaitu sebagai benda cair, sebagai benda padat, dan sebagai benda gas atau uap. Air dapat berubah bentuk dari bentuk satu ke bentuk yang lainnya berdasarkan pada tempat dan suhunya (Dumairy, 1992: 12). Akan tetapi bentuk umum sebagian besar air adalah cair dimana dalam bentuk ini air memiliki sifat mengikuti bentuk wadahnya, mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.

Berdasarkan tempat keberadaannya, air dibedakan menjadi tiga macam antara lain yaitu air permukaan, air tanah dan air yang ada di udara (Dumairy, 1992: 12). Air permukaan merupakan air yang ada di permukaan bumi seperti air sungai, air danau, air laut. Air tanah merupakan air yang berda dalam tanah atau berada di bawah permukaan kulit bumi. Air udara merupakan air yang


(39)

21 terdapat di udara dan di atmosfir bumi. Air ini berupa uap atau bintik-bintik hujan.

Dumairy dalam Ekonomika Sumberdaya Air Pengantar ke Hidronomika (1992: 14-15) menyatakan bahwa pemakaian air secara garis besar dapat di klasifikasikan ke dalam empat golongan berdasarkan tujuan penggunaannya. Yaitu air untuk keperluan irigasi, pembangkit energi, untuk keperluan industri dan air untuk kerluan publik

Air untuk irigasi merupakan air yang digunakan untuk kebutuhan pertanian, seperti area persawahan atau perkebunan yang memerlukan air sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi air tempat tumbuh kurang mencukupi sehingga diperlukan air dari pengirigasian. Air untuk keperluan pembangkit energi adalah air dibutuhkan untuk pembangkit energi seperti pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan sumber daya air dengan menggunakan debit air yang besar sehingga mampu menghasilkan energi listrik yang besar. Air untuk keperluan industri adalah air yang digunakan dalam proses pengolahan, misalnya industri roti maka air diperlukan dalam pengolahan roti. Air untuk keperluan publik adalah air yang digunakan untuk kepentingan manusia, seperti air yang dikonsumsi oleh sektor rumah tangga contohnya kebutuhan makan, minum, mandi, masak atau pun mencuci.

Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa air merupakan senyawa kimia dengan rumus H2O. Air adalah kebutuhan pokok bagi makhluk hidup dalam segala kegiatan rutinitas, maupun dalam berbagai bidang, air tidak hanya dibutuhkan manusia saja tetapi juga dibutuhkan makhluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuhan.


(40)

22

2.1.5 Hakikat IPA

IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam baik yang hidup maupun yang tak hidup, segala gejala-gejala yang terjadi. Dalam kehidupan ini, mempelajari IPA memanglah sangat penting agar mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari karena yang terkandung dalam pelajaran IPA tidak terlepas dari kegiatan sehari-hari dan alam di sekitar. IPA merupakan merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality), atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibat (Wisudawati dan Eka, 2014: 22).

Dalam buku Metodologi Pembelajaran IPA (Wisudawati dan Eka, 2014: 22) Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada definisi tersebut maka IPA memiliki empat unsur utama yaitu. a) Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat

open ended. b) Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan

adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah (penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. c) Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. d) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam dan


(41)

23 sebab akibat yang terjadi. IPA juga merupakan pengetahuan yang sistematis dan membutuhkan prosedur yang sistematis melalui metode ilmiah pada proses pemecahan masalah yang terjadi.

2.1.6 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma pedagogi reflektif (PPR) merupakan pola pikir (paradigma=pola pikir) dalam menumbuhkan pribadi siswa menjadi pribadi kritiani/kemanusiaan (pedagogi reflektif sama dengan pendidikan kristiani/kemanusiaan) (tim Redaksi Kanisius, 2008: 39). Pedagogi adalah cara para pengajar mendampingi para siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pedagogi meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi terpelajar. Hal itu memberi tujuan, incaran ke arah mana semua aspek tradisi pedidikan diarahkan (Subagyo, 2014: 22). Pendekatan PPR salah satu bentuk dari pendidikan emansipatoris.

PPR dalam membentuk kepribadian siswa yaitu dengan memberikan pengalaman akan suatu nilai kemanusian, kemudian siswa akan merefleksikan pengalaman yang terjadi atau telah terjadi dengan adanya pertanyaan-pertanyaan. Melalui pertanyaan juga siswa akan melakukan sesuatu atau aksi sesuai dengan apa yang telah di refleksikan. Melalui pola fikir diharapkan siswa mampu menjadi pribadi yang mandiri sehingga siswa tidak akan merasa terpaksa dalam melakukan sesuatu hal yang baik. Dan melalui refleksi siswa dapat menemukan acuan dalam melakukan atau membuat aksi.

Pelaksanaan PPR ada lima unsur yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi dimana kelima unsur tersebut merupakan sebuah siklus. Akan tetapi,


(42)

24 PPR memiliki tiga unsur utama yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi (Suparno, 2015: 21).

Konteks merupakan keadaan, situasi, atau lingkungan disekitar. Konteks

untuk menumbuhkembangkan pendidikan antara lain: guru perlu menyemangati para pelajar agar memiliki nilai persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggung jawab, kerja keras, kasih kepentingan bersama, cinta lingkungan hidup, dan nilai-nilai lain semacam itu (tim Redaksi Kanisius, 2015: 42).

Pengalaman merupakan situasi yang diciptakan untuk menumbuhkan

persaudaraan, solidaritas sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab. Sering kali tidak mungkin guru menyediakan pengalaman secara langsung, pengalaman juga dapat tercipta secara tidak langsung seperti melalui membaca atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya guru memberi sugesti agar siswa mempergunakan imajinasi mereka, mendengar cerita dari guru, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat tayangan media (tim Redaksi Kanisius, 2015: 42-43).

Refleksi merupakan tindakan untuk mengambil dan meyakini makna nilai

yang terkandung dalam pengalaman. Guru dapat memfasilitasi dengan pertanyaan-pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Dengan refleksi diharapkan agar siswa membentuk pribadi mereka sesuai dengan dilai yang terkandung dalam pengalamannya (tim Redaksi Kanisius, 2015: 43-44).

Aksi adalah tindakan memfasilitasi siswa agar terbantu untuk membangun


(43)

25 berprilaku dari kemauan sendiri, siswa membentuk pribadi yang nantinya/ lama-kelamaan menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya (tim Redaksi Kanisius, 2015: 44).

Evaluasi merupakan cara untuk melihat sejauh mana materi yang

disampaikan dapat diterima siswa.

Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa paradigma pedagogi reflektif/ ignansian mampu memberikan sebuah pembelajaran yang dapat membuat siswa memiliki pemikiran yang kritis, memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya, siswa lama-kelamaan dapat memiliki pribadi yang lebih baik dari nilai-nilai yang direfleksikannya kemudian tercipta dalam aksi sebagai bentuk perwujudan pengalaman yang didapat serta apa yang telah direfleksikannya.

2.1.7 Pendidikan Emansipatoris

Pendidikan emansipatoris oleh Giroux (2001) dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis (Winarti dan Anggadewi, 2015: 53). Pendidikan emansipatoris memiliki tiga kata kunci yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.

2.1.6.1Humanis

Dalam buku Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam Dunia Pendidikan) (Baharudin dan Makin, 2007: 23) dalam (QS Al-Baqarah [2]: 30). Pendidikan (Islam) humanistik adalah pendidikan yang mampu memperkenalkan apresiasinya yang tinggi kepada manusia sebagai makhluk Allah


(44)

26 yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas eksistensinya yang hakiki, dan juga sebagai khalifatullah

Pada buku yang diterjemahkan oleh Prihantoro dan Fudiyartanto dalam buku Politik Pendidikan Kebudayaan, kekuasaan dan pembebasan (1999: ix-xiii). Bagi Freire, pendidikan haruslah berorentasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pedidikan yang pernah ada dan bertahan selama ini adalah pendidikan dengan gaya bank, dimana pelajar diberikan ilmu dan kelak dapat mendatangkan hasil yang melimpah. Akhirnya Freire memformulasikan filsafat pendidikannya sendiri, yang dinamakan sebagai “pendidikan kaum tertindas” yaitu sebuah sistem pendidikan untuk pembebasan dan bukan untuk penguasaan (dominasi).

2.1.6.2Kesadaran Kritis

Dalam buku Rohardjo yang berjudul Pendidikan Popular Pembangun

Kesadaran Kritis (2005: 30) menyatakan paradigma kritis dalam pendidikan

melatih murid untuk mampu mengidentifikasi „ketidakadilan‟ dalam sistem dan struktur yang ada. Kemudian mampu melakukan analisis tentang proses kerja sistem dan struktur, seperti bagaimana mentransformasi. Tugas pendidikan dalam paradigma kritis adalah menciptakan ruang dan kesempatan agar peserta didik terlibat dalam suatu proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik. Kesadaran kritis lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Pendekatan struktural menghindari „blaming the vitctims’ dan melakukan analisis kritis untuk menerima serta menyadari sistem sosial, politik, ekonomi, budaya, dan akibatnya terhadap kehidupan masyarakat.


(45)

27

2.1.6.3Mempertanyakan Sistem

Jurnal Pedagogi Ignansian sebagai Pendidikan Emansipatoris ditulis oleh Winarti dan Anggadewi dalam buku Manusia Pembelajar di Dunia Tarik Ulur (2015: 53-54) menyatakan bahwa pemikiran kritis perlu ada dialog dalam bentuk mempertanyakan sistem untuk menemukan realitas. Prinsipnya model pembelajaran emansipatoris bersifat mengembangkan: pemahaman dan pengalaman tentang realitas, kesadaran emansipatoris, kesadaran politis, pemberdayaan, dan berlangsungnya dialog murni (Nouri dan Sajjadi, 2014 dalam Winarti dan Anggadewi 2015: 53). Dalam pendidikan emansipatoris baik pendidik maupun peserta didik adalah pembelajar sehingga mampu mengembangkan pemahaman dan pengalaman antar keduanya. Dari pengalaman baru itu, maka kedua pembelajar akan menjadi teman yang secara bersama-sama memberdayakan satu sama lain.

Berdasarkan uraian humanis, kritis dan mempertanyakan sistem dapat disimpulkan bahwa pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang memanusiakan manusia atau pendidikan yang menerima adanya perbedaan sosial atau ekonomi, pendidikan yang bebas, tidak melulu siswa menjadi pembelajar tetapi guru dan siswa sama-sama menjadi pembelajar.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian yang sesuai dengan Modul

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: pertama, penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran konstruksi Pola Busana di Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik


(46)

28 Studi Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri Padang (Karmila, 2015). Penelitian tersebut bertujuan untuk menghasilkan suatu media pembelajaran dalam bentuk yang dapat mempermudah mahasiswa dalam pembelajaran Konstruksi Pola Busana. Hasil dari penelitian tersebut berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa uji coba validitas yang dilakukan kepada validator yaitu ahli media pembelajaran dan ahli materi adalah 4,07 dapat dikategorikan valid, uji coba praktikalitas yang dilakukan kepada mahasiswa yaitu 3,38% dapat dikategorikan praktis sedangkan analisis data efektifitas tentang aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan meningkat dari 59% menjadi 81% yang dapat dikategorikan efektif. Modul ini berada dalam kriteria sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran ditinjau dari analisis data validitas, praktikalitas dan efektifitas.

Kedua, penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) untuk Siswa

SMP/MTs”. Penelitian tersebut ditulis oleh Ana Masruroh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta (Masruroh, 2015). Penelitian tersebut bertujuan untuk (1) mendeskripsikan gambaran pembelajaran menulis cerpen di SMP serta mendiskripsikan penilaian siswa dan guru terhadap materi cerpen pada buku teks pelajaran bahasa Indonesia, (2) mengembangkan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman (experiential learning) untuk siswa SMP/MTs, (3) mendeskripsikan kelayakan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman (experiential learning) untuk siswa SMP/MTs. Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) siswa masih kesulitan dalam menulis cerpen, khususnya dalam mencari ide. Buku teks yang


(47)

29 diggunakan masih terlalu monoton baik dari penyajian maupun penugasan. Perlu adanya pengembangan materi pembelajaran, (2) modul yang dikembangkan berjudul “Mari Menulis Cerpen!”. Modul terdiri dari tiga bagian, yaitu pengenalan awal cerpen, motivasi menulis, dan pengaplikasian langkah-langkah experiential

learning dalam menulis cerpen. Adapun hasil validasi modul pembelajaran dari

ahli materi, guru bahasa Indonesia, dan uji coba terhadap siswa menunjukkan bahwa aspek isi memperoleh rata-rata skor 4,49 berkategori “sangat baik”, aspek bahasa memperoleh rata-rata skor 4,66 berkategori “sangat baik”, aspek penyajian memperoleh rata-rata skor 4,68 berkategori “sangat baik”, dan aspek kegrafikaan memperoleh rata-rata skor 4,71 berkategori “sangat baik”, (3) modul pembelajaran memperoleh rata-rata skor akhir 4,63 berkategori “sangat baik” dengan tingkat kelayakan 92,6 % dan dinyatakan sangat layak digunakan.

2.2.2 Penelitian yang sesuai dengan perangkat pembelajaran

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: pertama, penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Siswa SMP”. Penelitian tersebut ditulis oleh Ali Syahbana Universitas Muhammadiyah Bengkulu (Syahbana: 2012). Penelitian tersebut bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis kontekstual yang valid dan praktis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP, dan mengetahui efek potensialnya terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP. Hasil dari penelitian tersebut diperoleh perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan tes) materi prisma dan limas berbasis kontekstual yang dapat dikategorikan valid dan praktis, serta memiliki potensial efek dalam mengukur


(48)

30 kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP yang selama ini belum ditumbuhkan dan dibiasakan.

Kedua, penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Guided Discovery Bersuplemen Digital Beserta Assessment For

Learning untuk Mengoptimalkan Penguasaan Konsep Fisika”. Penelitian tersebut

ditulis oleh Edlyn Amalina dkk. Jurusan Fisika Universitas malang (Amelina dkk, 2014). Penelitian tersebut bertujuan untuk menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran guided discovery bersuplemen digital beserta assessment for

learning untuk mengoptimalkan penguasaan konsep fisika materi listrik dinamis

berbasis pada kurikulum 2013, serta mengukur kelayakan melalui uji validasi. Hasil dari penelitian tersebut berupa perangkat pembelajaran berupa buku guru dan buku siswa SMA yang dilengkapi dengan media pembelajaran bersuplemen digital. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan termasuk dalam kategori baik sehingga tidak memerlukan revisi. Produk yang dihasilkan sudah dikatakan layak namun masih memerlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut agar lebih bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran fisika.

2.2.3 Penelitian yang sesuai dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: pertama, penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berdasarkan unsur

Competence-Conscience-Compassion Siswa (Studi Kasus Tentang Implementasi

Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Pada Mata Pelajaran


(49)

31 ditulis oleh Maria Melani Ika Susanti (Susanti, 2013). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis hasil implementasi model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam memfasilitasi penguasaan konsep IPA dan

Competence-Conscience-Compassion (3C) siswa di SD Kanisius Wirobrajan 1

Yogyakarta dimana penelitian tersebut merupakan penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil implementasi dapat memfasilitasi penguasaan konsep IPA dan unsur 3C siswa. Rekomendasi penelitian yakni: perlunya upaya peningkatan kapasitas guru melalui pelatihan dan perlunya penyusunan instrumen yang lebih detail untuk mengukur unsur 3C.

Penelitian kedua, adalah penelitian yang berjudul “Penerapan Paradigma Peagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Limas dengan Teori Van Hiele

pada Kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2015/2016”. Penelitian tersebut ditulis oleh Solechah Wahyu Hardianti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta(Hardianti, 2016). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan PPR dalam pembelajaran limas dengan menggunakan teori Van Hiele, mengetahui pencapaian kompetensi dalam implementasi pendekatan PPR pada pembelajaran limas dengan menggunakan teori Van Hiele, mengetahui respon siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan PPR dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) presentase keterlaksanaan pendekatan PPR yang diperoleh yakni mencapai skor 186 (86%) tergolong sangat baik, (2) pencapaian skor kompetensi aspek competence siswa yakni 51,9 (51%) yang tergolong rendah. Pencapaian skor respon aspek concience yakni 78,87


(50)

32 trgolong baik, dan pencapaian skor aspek compassion yakni 78,87 yang tergolong baik. (3) pencapaian skor respon siswa dalm pembelajaran matematika dengan menggunakan PPR yakni 104,06 (65%) tergolong cukup. Refleksi siswa selama proses pembelajaran siswa merasa senang dan lebih dapat menumbuhkembangkan sikap kerja sama, percaya diri, teliti, tanggung jawab, dan menghargai pendapat orang lain.


(51)

33 Masruroh, Ana (2015)

Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis

Cerpen Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) untuk Siswa SMP/MTs.

Bagan 2.1 penelitian terdahulu yang relevan

Modul Perangkat

Pembelajaran

PPR

Karmila, Iin(2015)

Pengembangan Modul Pembelajaran konstruksi Pola Busana

di Jurusan Kesejahtraan Keluarga

Fakultas Teknik Universitas Negeri

Padang.

Syahbana, Ali (2012)

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Smp

Amalina, Edlyn, dkk (2013) Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Smp

Susanti, Maria Melani Ika (2013)Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berdasarkan unsur Competence- Conscience-Compassion Siswa Hardianti, Wahyu (2016) Penerapan Paradigma Peagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Limas dengan Teori Van Hiele

pada Kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan

Tahun Ajaran 2015/2016

Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran Materi Menghemat Air Berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif Untuk Siswa Kelas IIIA


(52)

34

2.3 Kerangka Berpikir

Modul merupakan salah satu bahan ajar yang mampu mengembangkan kognitif serta keterampilan siswa dan mampu menjadi pedoman belajar yang bisa di gunakan baik dengan guru maupun secara mandiri oleh siswa. Modul berisi kegiatan-kegiatan dalam materi pokok yang telah dirancang agar siswa mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam bahasa modul haruslah memiliki bahasa yang sederhana dan mampu mempermudah siswa dalam memahami isi di dalam modul.

IPA merupakan salah satu disiplin ilmu dimana di dalamnya mempelajari tentang alam dan seisinya, gejala-gejala yang terjadi, serta sebab-akibatnya. Karena mempelajari tetang alam maka IPA mempelajari saling tergantungnya makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya dan bagaimana agar menjaga ekosistem alam ini tetap terjaga. Sehingga sebagai makhluk hidup yang dianugrahi Tuhan dengan akal dan budi serta ditunjuk sebagai khalifah bumi maka manusia haruslah mampu menghemat sumberdaya alam di bumi ini baik yang dapat diperbaharui terlebih lagi yang tidak dapat di perbaharui. Manusia juga sebaiknya mampu menghemat energi yang ada dibumi agar generasi berikutnya masih bisa merasakan energi yang saat ini masih ada.

Peneliti memilih pendekatan PPR dalam mengembangkan modul dan perangkat pembelajaran untuk materi IPA karena peneliti merasa bahwa pendekatan tersebut merupakan salah satu pendekatan yang efektif dalam mengembangkan kognitif, keterampilan, dan sikap siswa dalam menjaga suberdaya alam serta energi yang ada. Selain itu pendekatan tersebut diharapkan siswa mampu belajar mandiri melalui modul, dan siswa belajar dengan bebas


(53)

35 tetapi tetap memiliki tanggung jawab sehingga guru hanya menjadi fasilitator saja. Refleksi pada pendekatan ini diharapkan siswa mampu berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan membuat tidak lanjut atas apa yang dipelajari.

2.4 Pertanyaan penelitian

Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan PPR untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen, Yogyakarta?

2. Bagaimana Pendekatan PPR yang digunakan untuk pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan PPR untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen, Yogyakarta?

3. Bagaimana deskripsi kualitas perangkat dan modul Pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan PPR untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen, Yogyakarta?


(54)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dibahas (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) prosedur pengembangan, (3) validasi, (5) teknik pengumpulan data, dan (6) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau biasa dikenal dengan Research and Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang digunakan untuk merancang produk atau prosedur baru, yang diuji secara sistematis di lapangan, dievaluasi, dan direvisi hingga diperoleh kriteria spesifik meliputi efektifitas, kualitas, atau standar yang sejenis (Gall & Borg, 2007: 589). Jenis penelitian ini merupakan proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008: 164).

Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan akan tetapi peneliti memutuskan untuk menggunakan desain penelitian dan pengembangan menurut Tomlinson. Penelitian ini mengembangkan modul berupa “Menghemat Air” untuk memberikan pendidikan menghemat air kepada siswa kelas III A SD N Petinggen Yogyakarta. Peneliti menggunakan lima langkah pengembangan menurut Tomlinson yaitu analisis kebutuhan, desain, implementasi, evaluasi, dan revisi (Harsono, 2015). Peneliti juga menggunakan prinsip Tomlinson dalam pengembangan modul pembelajaran.


(55)

37 Ada enam belas prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson. Berdasarkan enam belas prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson, peneliti memutuskan memilih sepuluh prinsip Tomlinson yang relevan kedalam pengembangan modul pembelajaran pada mata pelajaran IPA. hal ini dikarenakan pengembangan materi oleh Tomlinson lebih berpusat pada Bahasa dan peneliti lebih berpusat pada pengembangan pembelajaran IPA. Sehingga, peneliti hanya mengambil sepuluh prinsip yang relevan.

Sepuluh prinsip yang dipilih oleh peneliti adalah 1) materi memiliki pengaruh, 2) materi harus membantu pembelajar untuk merasa leluasa, nyaman, dan membuat merasa bahagia, 3) materi membantu pembelajar untuk mengembangkan kepercayaan diri, 4) apa yang seharusnya diberikan harus relevan bagi pembelajar, 5) materi dapat memfasilitasi siswa dalam mempelajari materi, 6) materi harus mampu membuat siswa mendapatkan dan memahami poin-poin yang terkandung didalamnya, 7) materi seharusnya memberi penjelasan, 8) materi memperhitungkan gaya belajar yang berbeda, 9) materi seharusnya memberikan waktu jeda berpikir, 10) materi memberi kesempatan untuk feedback.

Selain menggunakan metode pengembangan dari Tomlinson, peneliti juga menggunakan PPR sebagai pendekatan dalam perangkat pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul dan perangkat pembelajaran pada materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi refletif. Penelitian ini dibatasi sampai pada implementasi produk yang bertujuan untuk mendapatkan informasi apakah produk yang telah di kembangkan membantu siswa dalm proses pembelajaran. Hasil penelitian ini berupa pengembangan


(56)

38 modul dan perangkat pembelajaran pada materi menghemat air berdasarkan pendekatan pedagogi reflektif.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Petinggen yang beralamatkan di jalan A.M. Sangaji no. 61 Karangwaru, Tegalrejo, Yogyakarta. Peneliti memilih SD tersebut karena masih kurangnya anak memahami bagaimana cara menggunakan air secara bijak dan menghemat air. Selain itu masih kurangnya penggunaan modul dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran kepada siswa lebih banyak pada guru yang sering memberikan materi kepada siswa. dari keadaan tersebut peneliti memutuskan untuk mengadakan penelitian di SD tersebut.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIIA SDN Petinggen Yogyakarta, Tahun Pelajaran 2016/2017. Siswa yang dipilih berjumlah tujuh siswa yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 3 siswa laki-laki. Peneliti memilih sekelompok siswa tersebut berdasarkan nilai akademi yang di rekomendasikan oleh guru kelas.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan Modul dan Perangkat Pembelajaran Materi Menghemat Air Berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas IIIA SDN Petinggen Yogyakarta.


(57)

39

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada bulan Juli 2016 s.d. Februari 2017. Secara keseluruahan, penelitian ini berlangsung kurang lebih selama tujuh bulan. Peneliti melakukan implementasi produk pada 17 Februari 2017.

3.3 Produser Pengembangan

Penelitian ini mengadopsi model dari Tomlinson yang sudah dimodifikasi. Alasan peneliti menggunakan model ini karena model ini dianggap cocok dalam mengembangkan materi pembelajaran yang dilakukukan peneliti. Prosedur pengembangan penelitian dengan menggunakan model dari Tomlinson dan menghasilkan produk berupa desain modul pembelajaran dalam materi “Menghemat Air”. Langkah-langkah prosedur penelitian dan pengembangan menurut Tomlinson ada 5 langkah (dalam Harsono, 2015), yaitu 1) analisis kebutuhan, 2) Desain, 3) implementasi, 4) evaluasi, dan 5) revisi.


(58)

40

Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Modul Pembelajaran

Langkah I Analisis Kebutuhan - Latar belakang siswa (wawancara)

- Visi & misi sekolah (observasi,wawancara)

- Bahan ajar yang digunakan guru dan siswa (kuesioner, observasi)

- Pencapaian siswa dalam SK/KD (observasi)

Hasil Analisis Kebutuhan

- SK - KD - Indikator - Tujuan Langkah II Desain - Perangkat Pembelajaran - Modul pembelajaran Mengintegrasikan 10 Prinsip Tomlinson Mengintegrasikan pendidikan Emansipatoris Mengintegrasikan PPR Validasi Ahli - IPA - Bahasa - Guru Revisi

Produk hasil revisi siap implementasi

Langkah III Implementasi

- Implementasi

- Observasi kegiatan implementasi

Validasi Siswa (kuesioner)

Langkah IV Evaluasi

- Analisis data hasil pengamatan kegiatan implementasi.

- Analisis data hasil penyebaran kuesioner/ validasi siswa.

Langkah V Revisi

Revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi dari siswa yang kemudian dijadikan acuan untuk menyempurnakan produk agar layak digunakan.


(1)

110

No Pernyataan Skor

Bahasa

1 Pemilihan kalimat dalam modul sudah sederhana. 3 2 Penggunaan tata bahasa sudah baik. 4 3 Pemakaian bahasa dalam modul menghindari penggunaan kalimat

pasif dan negatif ganda.

3 4 Pemilihan kalimat menghindari pemakaian istilah asing. 4


(2)

111

Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Gambar 7. Refleksi Gambar 5. Aksi

Gambar 4. Ekperimen Penggunaan Air

Gambar 6. Eksperimen Air Hujan

Gambar 5. Eksperimen Air Bagian 2

Gambar 1. Kegiatan Tanya Jawab

Gambar 2. Menggunakan Air


(3)

112


(4)

113

Lampiran 14. Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

Dwila Oktanuryani merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Sri Busono, 28 Oktober 1995. Pendidikan formal dimulai dari Taman Kanak-kanak LKMD Sido Binangun dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan dasar diperoleh di SD Negeri 3 Sri Busono dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Way Seputih dan lulus pada tahun 2010. Pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Banyak dan lulus pada tahun 2013.

Pada tahun 2012, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selama menempuh pendidikan di universitas tersebut, peneliti mengikuti kegiatan Prodi wajib yaitu Inisiasi Prodi PGSD 2013, kursus mahir dasar (KMD), English Club, kegiatan wajib fakultas yakni INFISA 2013, dan kegiatan wajib Universitas yakni INSADHA 2013, PPKM I 2013, PPKM II 2014, Week-End Moral 2014. Selain itu, peneliti juga mengikuti kegiatan prodi yang lain yaitu karawitan, peneliti juga mengikuti kepanitiaan sebagai Dampok pada acara Parade Gamelan Anak 2015.

Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis tugas akhir yang berupa skripsi dengan judul “Pengembangan Modul dan Perangkat Pembelajaran Materi Menghemat Air Berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk Siswa Kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta”.


(5)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MATERI MENGHEMAT AIR BERDASARKAN

PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS IIIA SD NEGERI PETINGGEN YOGYAKARTA

Dwila Oktanuryani Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang diawali dengan analisis kebutuhan. Dari hasil analisis kebutuhan diketahui kurangnya penggunaan modul dalam pembelajaran oleh guru maupun siswa. Selain itu, sebagian besar siswa di SD Negeri Petinggen Yogyakarta kelas III menggunakan air secara berlebihan. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk mengembangkan

perangkat “Perangkat dan Modul Pembelajaran Materi Menghemat Air berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk Siswa Kelas IIIA

SD Negeri Petinggen Yogyakarta”.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan lima langkah menurut Tomlinson yang meliputi 1) analisis kebutuhan, 2) desain, 3) implementasi, 4) evaluasi, 5) revisi. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan peran perangkat pembelajaran dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Pengembangan modul berpedoman pada sepuluh prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk berdasarkan hasil validasi dari tiga ahli yaitu ahli IPA, ahli Bahasa, dan guru memiliki rerata skor 3,47 dari skala 4,00 dan di kategorikan “sangat baik dan layak digunakan”. Hasil validasi digunakan sebagai acuan untuk merevisi modul sebelum diimplementasikan di kelas IIIA. Setelah divalidasi ahli kemudian dilakukan implementasi di kelas IIIA, selama melakukan pengamatan pada saat implementasi peneliti meyakini tercapainya sembilan dari sepuluh prinsip Tomlinson yaitu: dampak pembelajaran, siswa merasa nyaman dan senang, siswa berani mengutarakan pendapat dengan percaya diri, modul memuat materi yang relevan, kegiatan siswa sudah difasilitasi dengan modul, siswa memahami dan merasa sudah jelas terhadap poin yang harus mereka terima, modul memfasilitasi perbedaan gaya siswa belajar, memberikan jeda berpikir, modul telah memberikan umpan balik berupa memberikan kegiatan seperti evaluasi maupun refleksi. Prinsip yang belum nampak adalah bahasa yang digunakan modul masih ada kekurangan karena beberapa siswa kurang mengerti dengan apa yang harus dilakukan.

Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, modul, paradigma


(6)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF DEVICE AND LEARNING MODULE OF SAVING THE WATER METERIAL BASED ON PARADIGM REFLECTIVE

PEDAGOGY APPROACH FOR THIRD GRADE STUDENTS OF SD NEGERI PETINGGEN YOGYAKARTA

Dwila Oktanuryani Sanata Dharma University

2017

This research began with doing needs analysis. Based on the needs analysis result, the researcher known that the teacher and the students less to use the learning module in learning process. Besides, almost all the third grade students of SD Negeri Petinggen Yogyakarta used the water too much. To overcome the problems, the researcher developed “Device and Learning Module of Saving the Water Meterial Based on Paradigm Reflective Pedagogy Approach for Third Grade Students of SD Negeri Petinggen Yogyakarta”.

This research used Research and Development (R&D) as the research method. According to Tomlinson there were five steps that used to develop the materials. The steps were (1) needs analysis, (2) design, (3) implementation, (4) evaluation, and (5) revision. The research aimed to develop the device learning and the materials of saving the water based on the paradigm reflective pedagogy for the third grade students of SD Negeri Petinggen Yogyakarta. The researcher used ten principles from Tomlinson to develop the learning materials.

Before implementing the materials, the researcher did the materials validation or evaluation to the evaluators. The evaluators were a scientist, a linguist, and a teacher of third grade. Based on the evaluation result, the mean range score was 3.47 of 4.00. So, the materials were categorizing “excellent” to implement for third grade students by revising based on the suggestions from the evaluators. During the observation in the implementation, the researcher believed that nine out of ten principles have applied in the materials. The principles were the materials have influence for the students, the students were happy and feel comfortable, the students brave to give their opinion confidently, the materials relevant for the students, the students had module as the facility in their activity, the students are able to understand the point, the materials consider to the differences of the learning styles, giving a chance to think, and the materials give evaluation and reflection as the feedback. The researcher found that some instructions were not clearly. It made them did not understand with the activity.

Keywords: development, the learning device, the module, the paradigm reflective pedagogy.


Dokumen yang terkait

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan.

1 1 104

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1 4 135

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.

0 0 2

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta.

0 3 168

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta

0 1 133

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif

1 1 129

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta

1 9 131

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta

0 1 159

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta

0 9 166