Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif

(1)

PENGEMBANGAN MODUL IPA “AYO CINTA LINGKUNGAN”

UNTUK SISWA KELAS III SDN BABARSARI YOGYAKARTA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Ratih Indriani

NIM : 131134041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya ini untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai, memberkati dan memberi kekuatan jasmani dan rohani.

2. Kedua orang tuaku Sutikno dan Rustinah yang selalu memberikan semangat, dukungan doa dan materi, serta kasih sayang kedapa saya sampai saat ini.

3. Kakakku Sigit, Danang, dan Anung yang telah memberikan semangat serta dukungannya.

4. Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengalaman berharga bagi saya.


(5)

MOTTO

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri”

(Amsal 2:5)

“Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang”

(Galatia 6:9)

“Mendidik tidak hanya memberikan sebuah kata-kata lisan dan tindakan, tetapi juga memberikan hati”


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Maret 2017 Peneliti


(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ratih Indriani

Nomor Mahasiswa : 131134041

Demi pengemabngan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MODUL IPA “AYO CINTA LINGKUNGAN” UNTUK SISWA KELAS III SDN BABARSARI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 1 Maret 2017

Yang menyatakan


(8)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL IPA “AYO CINTA LINGKUNGAN” UNTUK SISWA KELAS III SDN BABARSARI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN

PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF. Ratih Indriani

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan materi yang disusun dalam bentuk modul. Penelitian diawali dengan analisis kebutuhan siswa dan guru terkait kurangnya pembelajaran lingkungan yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Dari hasil analisis kebutuhan, peneliti membuat desain produk untuk mendukung proses pembelajaran IPA. Materi yang dikembangkan dalam modul IPA “Ayo Cinta Lingkungan” adalah pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan, pencemaran lingkungan akibat sampah, serta pemanfaatan sampah. Modul yang dibuat dapat digunnakan untuk anak usia 9-12 tahun, namun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III yang berusia 9-10 tahun.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Peneliti menggunakan lima langkah menurut Tomlinson yang meliputi: (1) analisis kebutuhan, (2) desain produk, (3) penilaian produk, (4) implementasi, dan (5) evaluasi dan revisi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pengembangan serta mengetahui kualitas modul IPA “Ayo Cinta Lingkungan”. Modul dinilai oleh seorang ahli kurikulum dengan skor 84 (sangat baik), sehingga layak untuk diimplementasikan.

Implementasi dilakukan di SDN Babarsari Yogyakarta kepada 27 siswa pada tanggal 19 sampai 20 Januari 2017. Hasil persepsi siswa setelah mengikuti implementasi, siswa dapat mengikuti alur pembelajaran dengan membaca instruksi yang ada pada modul. Siswa juga dengan antusias melakukan kegiatan dan aktif mencari tahu hal-hal yang dipertanyakan dalam modul. Jadi modul tersebut dapat digunakan untuk melakukan pendidikan tentang pelestarian lingkungan dengan memberikan kebebasan kepada siswa dalam pembelajaran serta membuat siswa berpikir kritis.


(9)

ABSTRACT

Indriani,R.2017. Developing a Science Module “Ayo Cinta Lingkungan” for Student Grade III Elementary School whitin the Approach of Paradigma Pedagogi Reflektif. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Study Program of Sanata Dharma University.

This research was a research and development that material arranged module. Research needs begins with an analysis of students and teachers in connection with learning the environment implemented in learning. From the analysis needs , researchers make the product design to support learning science.Material developed in module science“Ayo Cinta Lingkungan” is the environmental conditions on health , environmental pollution caused by trash , and usage of garbage.Module can used for children aged 9-12 year , but the subject of the research is a student 9-10 years old.

This research used five steps by Tomlinson including: (1) need analysis, (2) product design, (3) product assesment, (4) implementation, and (5) evaluation and reflection. The purpose of this research was to produce science module of environment. The module validated by a validator with the average of score 84 (very good). So, as to be feasible in tested.

The trial was done in the SDN Babarsari Yogyakarta to 27 students, on 19-20 January 19-2017 in inside and outside room. Result perception of students after participating in trials was that students can aither subscribe to learning with reading instruction module. Students was also enthusiastic and active to looking for something questionable in module. So, this science module can be means to education about the preservation of the environment to give freedom to students as make reflect critical.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN MODUL IPA “AYO CINTA LINGKUNGAN” UNTUK SISWA KELAS III SDN BABARSARI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN

PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan penghargaaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan dalam penyususnan skripsi ini hingga selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi,S.Si.,M.Pd, selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Eny Winarti, Ph.D., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran, kritik, dukungan,semangat, waktu, pikiran serta tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran, kritik, dukungan,semangat, waktu, pikiran serta tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh dosen dan staff karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.

7. Prihamanto,S.Pd., Kepala Sekolah SDN Babarsari yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian .

8. Para guru dan seluruh siswa-siswi SDN Babarsari yang sudah membantu penelti demi terlaksananya skripsi ini.


(11)

9. Rena Christiani dan Lisa Fantri, teman penelitian kolaboratif, yang sama-sama berjuang serta saling memberikan motivasi sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

10. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Sutikno dan Ibu Rustinah) yang selalu memberikan doa, semangat, perhatian dan kasih sayang yang tulus.

11. Kakak Sigit, Danang, dan Anung yang selalu memberikan dukungan serta nasehat.

12. Kakak rohani Gayu Wibiyanti yang telah memberikan dukungan, motivasi, serta bimbingan kepada peneliti.

13. Sahabat Rena, Lovelita, Gayu, Ari,Lisa dan Eta yang selalu memberikan semangat serta dukungan kepada peneliti saat menyelesaikan skripsi ini. 14. Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang turut membantuku dalam

menyelesaikan skripsi ini.

15. Almamater peneliti: Universitas Sanata Dharma

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 1 Maret 2017 Peneliti


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO . ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PESERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... ... viii

ABSTRACT... ... ix

KATA PENGANTAR... ... x

DAFTAR ISI ... ... xiii

DAFTAR TABEL ... ... xv

DAFTAR GAMBAR .... ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang .. ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Definisi Operasional ... 6


(13)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1Kajian Pustaka .. ... 8

2.1.1 Profil Sekolah SDN Babarsari ... 8

2.1.2 Latar Belakang Sosial dan Ekonomi Siswa Kelas IIIA ... 8

2.1.3 Peduli Lingkungan 2.1.3.1 Pengertian Peduli Lingkungan ... 10

2.1.3.2 Prinsip Etika Peduli Lingkungan ... 11

2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif 2.1.4.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12

2.1.4.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12

2.1.4.3 Ciri Khas Paaradigma Pedagogi Reflektif ... 13

2.1.4.4 Langkah-langkah PPR ... 14

2.1.5 Emansipatoris 2.1.5.1 Paradigma Pendidikan Emansipatoris ... 16

2.1.5.2 Humanisasi ... 17

2.1.5.3 Kesadaran Kritis ... 17

2.1.5.4 Mempertanyakan Sistem ... 19

2.1.6 Gambaran Umum Perkembangan Peserta Didik Tingkat SD 2.1.6.1 Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik ... 19

2.1.6.2 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ... 20

2.1.7 Modul Pembelajaran IPA 2.1.7.1 Pengertian Modul Pembelajaran ... 21

2.1.7.2 Kriteria Materi Pembelajaran ... 22

2.1.7.3 Pengertian IPA ... 23

2.2Penelitian yang Relevan ... 24

2.3Kerangka Berpikir ... 27

2.4Pertanyaan Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian . ... 29

3.2Setting Penelitian ... 29

3.2.1 Tempat Penelitian ... 29

3.2.2 Subjek Penelitian ... 30

3.2.3 Objek Penelitian ... 30


(14)

3.3Prosedur Pengembangan ... 31

3.3.1 Analisis Kebutuhan ... 33

3.3.2 Desain Produk ... 33

3.3.5 Penilaian Produk ... 34

3.3.6 Implementasi ... 34

3.3.7 Evaluasi dan Refleksi ... 34

3.4Instrumen Penelitian ... 34

3.4.1 Instrumen Pra Penelitian Guru ... 35

3.4.2 Instrumen Pra Penelitian Siswa ... 36

3.4.3 Instrumen Uji Coba ... 38

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.6Teknik Analisis Data ... 45

3.6.1 Data Kuantitatif ... 45

3.6.2 Data Kualitatif ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian . ... 48

4.2Pembahasan 4.1.1 Prosedur Pengembangan Modul ... 49

4.1.1.1 Analisis Kebutuhan ... 50

4.1.1.2 Deskripsi Pengembanagan Modul ... 57

4.1.1.3 Penilaian Produk ... 62

4.1.1.4 Implementasi ... 64

4.1.1.5 Evaluasi dan Refleksi ... 72

4.1.2 Deskripsi Kualitas Modul ... 72

4.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Modul IPA ... 73

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... ... 75

5.2Keterbatasan Penelitian ... 75

5.3Saran ... ... 76

DAFTAR PUSTAKA.... ... 77


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 35

Tabel 3.2 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru... 35

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa... 37

Tabel 3.4 Lembar Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa... 37

Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Modul Pembelajaran ... 38

Tabel 3.6 Lebar Validitas Kuesioner untuk Siswa... 39

Tabel 3.7 Lembar Validitas Kuesioner untuk Guru ... 41

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Validasi ... 42

Tabel 3.9 Instrumen Validasi oleh Ahli ... 43

Tabel 3.10 Penilaian Acuan Patokan Skala Likert... 46

Tabel 4.1 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa... 52

Tabel 4.2 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa... 53

Tabel 4.3 Data Kuesioner Pra Penelitian Guru ... 54

Tabel 4.4 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian Guru ... 55

Tabel 4.5Penilaian Prduk oleh Ahli Kurikulum ... 62


(16)

Tabel 4.7 Analisis Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Modul ... 70


(17)

DAFTAR GAMBAR

Bagan 3.1 Langkah-langkah Pengembangan Produk... 32

Gambar 4.1 Tabel Pengamatan Siswa... 59

Gambar 4.2 Siswa Melaksanakan Aksi... 60

Gambar 4.3 Petunjuk Kegiatan “Garbage Walk”... 60

Gambar 4.4 Materi Pembelajaran ... 61

Gambar 4.5 Kegiatan Diskusi Siswa di Dalam Kelas... 65

Gambar 4.6 Kegiatan Diskusi Siswa di Luar Kelas... 67

Gambar 4.7 Kegiatan “Garbage Walk”... 68


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Pertanyaan Pra Penelitian untuk Siswa ... 80

LAMPIRAN 2 Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ... 85

LAMPIRAN 3 Validasi Kuesioner untuk Siswa ... 91

LAMPIRAN 4 Validasi Kuesioner untuk Guru... 93

LAMPIRAN 5 Validasi Modul... 95

LAMPIRAN 6 Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Modul ... 97

LAMPIRAN 7 Persepsi Kehadiran Implementasi Modul ... 102

LAMPIRAN 8 Surat Izin Penelitian ... 103

LAMPIRAN 9 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 104


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan (1) Latar belakang masalah, (2) Rumusan masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional, (6) Spesifikasi Produk yang Diharapkan.

1.1 Latar Belakang

Pentingnya lingkungan yang sehat sebagai kelangsungan hidup menjadi hal yang harus diperhatikan dan disadari oleh setiap individu. Kesadaran merupakan unsur penting yang dimiliki oleh manusia untuk memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Suhatman, 2009:27). Kesadaran merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap individu karena kesadaran akan menentukan bagaimana cara seseorang bertindak dan menyikapi keadaan nyata untuk mencapai suatu tujuan. Untuk membangun dan menumbuhkan kesadaran dapat diperoleh melalui pendidikan. Zamroni (dalam Elmubarok,2009:3) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal. Sedangkan, Driyarkara (dalam Elmubarok,2009:15) berpendapat bahwa filosofi dari tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia, membangun manusia paripurna serta membentuk manusia seutuhnya.


(20)

Manusia dapat berkembang seutuhnya apabila ia mengakui dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu peran pendidikan adalah dengan menanamkan nilai kepedulian lingkungan kepada peserta didik, khususnya anak-anak. Davis (1998:11) menuliskan bahwa hubungan antara anak dengan alam sekitarnya merupakan landasan yang penting dan kuat untuk membangun hubungan yang baik antara manusia dengan alam. Anak-anak adalah pembelajar yang aktif, kreatif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, serta mencintai dunia dan lingkungannya. Anak yang aktif akan dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan akan belajar secara bermakna saat mereka belajar dengan melakukan (learning by doing) dan bermain di lingkungan. Dengan mengetahui karakteristik anak inilah, hendaknya penanaman nilai peduli terhadap lingkungan dilakukan dengan memfasilitasi anak berdasarkan tingkat perkembangannya yaitu melalui suatu kegiatan atau aksi nyata di lingkungan alam, kegiatan ini dapat disebut sebagai kegiatan outdoor. Putri (2006:37) menyatakan bahwa pendidikan outdoor bukan berarti sekedar memindahkan pembelajaran ke luar kelas, melainkan lebih pada pemanfaatan lingkungan yang ada sebagai obyek dalam pembelajaran.

Dengan demikian, kegiatan outdoor merupakan salah satu bentuk pembelajaran berbasis lingkungan. Namun, kenyataan yang terjadi saat ini pembelajaran di sekolah dasar masih kurang dalam melibatkan lingkungan sekitar. Siswa tidak dilibatkan secara aktif untuk mencari tahu informasi yang ada di lingkungan sekitar mereka.


(21)

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan menggunakan student need analysis worksheetkepada siswa kelas 3 di SD N Babarsari pada tanggal 4 Agustus 2016, dapat diketahui latarbelakang sosial dan ekonomi siswa-siswi SD N Babarsari secara garis besar. Dari 370 siswa dapat dihitung hanya sekitar 10 siswa yang berangkat ke sekolah menggunakan sepeda atau jalan kaki, selebihnya diantar menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi. Selain dilihat dari kendaraan yang mereka pakai kondisi ekonomi juga dapat dilihat dari telepon genggam yang mereka bawa ke sekolah dengan kisaran harga 700ribu sampai jutaan ribu rupiah. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi ekonomi siswa tergolong pada menengah ke atas. Sedangkan kondisi sosial siswa cenderung individual hal ini dapat dilihat ketika siswa melakukan interaksi pada jam istirahat. Selain sikap individu yang terlhat, sikap kepedulian terhadap lingkungan di sekitarnya juga masih sangat kurang.

Dari hasil pengamatan selama PPL dari bulan Juli sampai September dapat dilihat kurangnya kesadaran siswa akan lingkungan mereka khususnya tentang budaya membuang sampah. Budaya membuang sampah menjadi sangat buruk ketika laci meja menjadi tempat menyimpan sampah di setiap kelas. Selain kurangnya budaya membuang sampah, budaya peduli atau cita tanaman juga belum terlihat. Setiap kelas di sekolah ini memiliki banyak tanaman namun kondisinya buruk, beberapa tanaman layu, dan mati karena kekurangan air bahkan dapat ditemukan tanaman dalam pot menjadi tempat sampah plastik bungkus makanan.


(22)

Siswa masih kesulitan untuk memahami materi IPA tentang pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan oleh siswa ketika pembelajaran hanya ditransfer dari guru, jadi guru menjelaskan materi tersebut dan siswa mendengarkan. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kesulitan untuk memahami isi materi. Materi yang masih sulit dipahami oleh siswa adalah pengaruh atau dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan yang buruk. Kesulitan yang dialami siswa adalah mengidentifikasi penyebab apa saja yang dapat mencemari lingkungan. Proses pembelajaran dapat dilakukan tidak hanya dengan mentransfer, materi yang diberikan kepada siswa dapat melalui pengalaman secara langsung atau kontekstual. Pembelajaran yang memunculkan unsur konteks dalam pelaksanaannya adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Oleh karena itu, peneliti akan mengembangkan materi pembelajaran IPA pengaruh lingkungan terhadap kesehatan dalam bentuk modul dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatanmenggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ?

2. Bagaimana deskripsi kualitas modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ?


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatanmenggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

2. Mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatanmenggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang positif dalamkontekspendidikan dan lingkungan khususnya untukanak SD Usia 9-11 Tahun di Lingkungan SD Negeri Babarsari Yogyakarta agar dapat menjaga lingkungan yang ada di sekitarnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan meningkatkan wawasan tentang penerapan paradigma pedagogi reflektif serta untuk mengetahui apakah modul pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dapat dilaksanakan di sekolah dasar dan memiliki kualitas yang baik.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan landasan penggunaan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.


(24)

3. Bagi Siswa

Penelitian ini akan memberikan pengalaman yang bermakna tentang pembelajaran IPA materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan bagi siswa dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1.5.1 Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan adalah sikap yang dimiliki seseorang untuk mencegah kerusakan lingkungan alam sekitarnya serta berupaya memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi.

1.5.2 Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan melalui pengalaman, refleksi, dan aksi.

1.5.3 Pendidikan Emansipatoris

Emansipatoris merupakan pendidikan yang memberdayakan manusia menjadi lebih terdidik, bermatabat dan dihargai dalam kehidupannya. 1.5.4 Modul Pembelajaran

Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang memuat materi, informasi, alat dan teks yang disusun secara sistematis dan dapat digunakan secara mandiri.


(25)

IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara melakukan observasi, eksperimen, serta penyelidikan untuk mengetahui tentang suatu fakta dan konsep.

1.6 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan peneliti adalah sebagai berikut:

Produk berupa modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” yang berisi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan LKS. Silabus memuat acuan penyusunan kerangka pembelajaran antara lain : identitas sekolah, identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, serta penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan dari silabus dan disusun menggunakan kata kerja operasional yang sudah tersusun, komponen RPP sama seperti silabus hanya saja dalam RPP lebih rinci. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan dengan manggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta disesuaikan dengan kurikulum KTSP.

Modul pembelajaran yang berjudul “Ayo Cinta Lingkungan” dilengkapi dengan LKS yang merupakan bahan ajar dengan memuat materi kepedulian terhadap lingkungan. Modul yang dibuat berisikan tujuan, petunjuk kegiatan pembelajaran, soal latihan, pedoman diskusi kelompok, materi, serta refleksi dan evaluasi. Modul pembelajaran ini akan dikembangkan pada mata pelajaran IPA dengan mengambil tiga materi yakni; pengaruh lingkungan terhadap kesehatan, pencemaran lingkungan akibat sampah serta, pemanfaatan sampah.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan (2.1) Kajian Pustaka (2.2) Penelitian yang Relevan dan (2.3) Kerangka Berpikir. (2.4) Pertanyaan Penelitian.

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Profil Sekolah Dasar Negeri Babarsari

SDN Babarsari merupakan sekolah yang terletak di jalan Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta dengan memiliki status akreditasi A. Sekolah ini memiliki visi Unggul dalam mutu, berkarakter dan berbudaya sesuai kepribadian bangsa. Sedangkan misi dari sekolah ini adalah meningkatkan keimanan dan ketakwaan melalui pengamalan ajaran agama, mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya, keolahragaan, bahasa, sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik,menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa dengan memperhatikan kearifan lokal, membangun lingkungan kondusif sehingga tercipta 9k di lingkungan sekolah, serta mewujudkan gerakan sekolah menyenangkan. 2.1.2 Latar Belakang Sosial dan Ekonomi Siswa – Siswi Kelas IIIa

Sekolah Dasar Negeri Babarsari memiliki dua belas kelas paralel dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan jumlah siswa secara keseluruhan adalah


(27)

370 siswa yang memiliki berbagaimacam latar belakang sosial dan ekonomi. Berdasarkan observasi pada tanggal 4 Agustus 2016 dapat diketahui kondisi ekonomi orang tua termasuk dalam golongan menengah ke atas. Data pekerjaaan orang tua nenunjukkan sebagian besar penghasilan tetap setiap bulan adalah 73,3%, dari 30 siswa terdapat 22 siswa yang memiliki orang tua dengan pekerjaan sebagai PNS, karyawan swasta, dan wiraswata. Selain melihat kondisi ekonomi, peneliti melakukan observasi kondisi sosial siswa kelas IIIA.

Hasil observasi selama PPL dari bulan Juli sampai September menunjukkan kurangnya kesadaran siswa akan lingkungan mereka khususnya tentang budaya membuang sampah. Budaya membuang sampah menjadi sangat buruk ketika laci meja menjadi tempat menyimpan sampah di setiap kelas. Selain kurangnya budaya membuang sampah, budaya peduli atau cinta tanaman juga belum terlihat. Setiap kelas di sekolah memiliki banyak tanaman namun kondisinya buruk, beberapa tanaman layu, dan mati karena kekurangan air bahkan dapat ditemukan tanaman dalam pot menjadi tempat sampah plastik bungkus makanan.

Sikap peduli terhadap lingkungan seharusnya dimiliki oleh setiap individu dan ditanamkan sedini mungkin khususnya bagi siswa-siswa tingkat sekolah dasar. Peduli lingkungan dapat ditanamkan melalui kegiatan yang sederhana dan menyenangkan bagi siswa, dapat dimulai dengan kegiatan membuang sampah di tempat sampah, kegiatan pemilahan sampah sampai mendaur ulang sampah an-organik menjadi karya yang memiliki nilaiguna. Kepedulian terhadap lingkungan tidak


(28)

hanya tentang sampah, hal yang tidak kalah penting adalah tanaman. Tanaman memberikan banyak sekali manfaat bagi manusia, hal inilah yang harus disadari oleh siswa bahwa apabila tanaman di lingkungan sekitar semakin sedikit karena mati, maka manusia juga akan terkena dampaknya. Peduli terhadap lingkungan yang diajarkan kepada anak usia sekolah dasar akan memberikan pengaruh positif terhadap pelestarian lingkunag serta diharapkan mengurangi berbagai macam polusi yang terjadi di bumi.

2.1.3 Peduli Lingkungan

2.1.3.1Pengertian Peduli Lingkungan

Melestarikan lingkungan hidup merupakan hal yang menjadi tanggung jawab seluruh individu. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang dilakukan memiliki manfaat bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi mendatang. Lingkungan menurut (KBBI, 2005) adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku makhluk hidup.Segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung juga merupakan pengertian lingkungan.Menurut Emil Salim (1985) dalam bukunya: Lingkungan Hidup dan Pembangunan, menyatakan bahwa lingkungan hidupadalah segala benda, daya, kondisi, keadaan dan pengaruh yangterdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempunyai hal-halyang hidup termasuk kehidupan manusia.


(29)

2.1.3.2 Prinsip Etika Peduli Lingkungan

Dari berbagai pengertian lingkungan perlu disadari bahwa pengelolaan oleh manusia sampai saat ini tidak sesuai dengan etika lingkungan. Etika lingkungan sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan alam semesta, sementara itu manusia beranggapan bahwa manusia bukan bagian dari alam semesta sehingga manusia secara bebas mengelolanya bahkan sampai merusak lingkungan hidup. Di dalam etika lingkungan terdapat prinsip-prinsip yang digunakan. Adapun prinsip-prisip etika lingkungan menurut Sony Keraf antara lain,sikap hormat terhadap alam,prinsip tanggung jawab, solidaritas kosmis, kasih sayang dan kepedulian terhadap alam, tidak merugikan, hidup sederhana dan serasi dengan alam, keadilan, demokrasi dan, integritas moral.

Salah satu prinsip dari etika lingkungan adalah kasih sayang dan kepedulian terhadap alam atau lingkungan, kata peduli lingkungan menurut (KBBI, 2005) adalah menaruh perhatian, mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan. Peduli lingkungan merupakan sikap tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya – upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Menurut (Imam Supardi,2001),peduli terhadap lingkungan berarti ikut melestarikan lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya, bisa dengan cara memelihara, mengelola, memulihkan serta menjaga lingkungan hidup. Pedoman yang harus diperhatikan dalam kepedulian atau pelestarian lingkungan antara lain:menghindarkan dan menyelamatkan sumber bumi dari pencemaran dan kerusakan, menghindari


(30)

tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan pencemaran, merusak kesehatan dan lingkungan,memanfaatkan sumberdaya alam yang renewable (yang tidak dapat diganti) dengan sebaik –baiknya,serta memelihara dan memperbaiki lingkungan untuk generasi mendatang.

Pengelolaan lingkungan merupakan usaha sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Sadar lingkungan adalah kesadaran untuk mengarahkan sikap dan pengertian masyarakat terhadap pentingnya lingkungan yang bersih, sehat dan sebagainya.

2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif

2.1.4.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir dalam menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani / kemanusiaan (pedagogi reflektif = pendidikan kristiani / kemanusiaan) (Subagya,2010). Pendekatan Ini memberikan nilai-nilai kemanusiaan pada setiap pembelajarannya. Pada pendekatan PPR pembelajaran disesuaikan dengan konteks siswa, sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dimunculkan melalui pengalaman, refleksi, dan aksi. (Subagya,2010).

2.1.4.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

Pendekatan Paradigma Pedagogi reflektif memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritis dalam upaya untuk memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima oleh siswa di sekolah dan lingkungan


(31)

sosial mereka, sehingga akan menghasilkan lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi permasalahn yang ada di kehidupan sosialnya (Subagya,2010).

Tujuan dari Paradigma Pedagogi Reflektif terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Unsur-unsur tersebut adalah

competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience yakni kemampuan afektif atau sikap dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassian ialah kemampuan psikomotorik berupa tindakan konkret maupun batin yang disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya,2010).

2.1.4.3 Ciri Khas Paradigma Pedagogi Reflektif

Aspek penting dalam pendekatan PPR yang harus dikembangkan adalah competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut dengan kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan peserta didik untuk memecahkan soal sehingga mendapatkan nilai tinggi.

Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani. Ketajaman hati nurani dapat berupa kesadaran diri untuk bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku,seperti: bersikap disiplin, teliti, jujur dan bertanggungjawab. Sedangkan, kemampuan Compassion merupakan aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai bela rasa bagi sesama. Tindakan yang berupa bela rasa bagi sesama memuat rasa kepedulian yang


(32)

merupakan suatu hal yang penting. Oleh karena itu, aspek ini dapat diwujudkan dalam proses kerjasama peserta didik.

2.1.4.4 Langkah – langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran terdiri atas 5 unsur-unsur pokok yakni: konteks, pengalaman, refleksi, aksi / tindakan dan evaluasi (Subagya,2010). Berikut ini merupakan penjelasan dari unsur-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR.

1. Konteks

Konteks dalam siklus PPR dilakukan oleh guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa, dalamhal ini siswa diajak untuk mencermati kondisi kehidupan yang terjadi dan ada pada siswa. Guru berperan sebagai penggali konteks kehidupan yang ada pada diri siswa dan kemudian akan diamati sejauh mana pencapaian siswa terhadap perkembangan pribadi yang utuh pada materi yang akan dipelajari (subagya,2010).

2. Pengalaman

(Subagya, 2010) berpendapat bahwa pengalaman merupakan proses dimana siswa memahami materi yang dipelajarinya secara mendalam dengan melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengalaman dalam pembelajaran dibedakan atas pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman atas peristiwa yang dialami oleh siswa sendiri yang dikaitkan dengan mata pelajaran seperti diskusi, dan pengamatan. Sedangkan pengalaman tidak langsung adalah


(33)

pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan berasal dari pengalaman dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat dan membaca.

3. Refleksi

Refleksi merupakan proses mempertimbangkan dengan seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman, dan ide-ide atau tujuan yang diinginkan. Refleksi merupakan unsur pokok yang penting dan harus ada dalam pembelajaran PPR (Subagya,2010). Refleksi menjadi sarana untuk menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan tindakan yang akan dilakukan siswa. Dengan melakukan refleksi diharapkan siswa mampu memaknai proses pembelajaran yang telah dilakukan, menangkap nila-nilai positif dan mengalami perubahan pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar. 4. Tindakan

Sumber dari tindakan yang dilakukan siswa berasal dari hasil refleksi yang telah dilakukan. Tindakan merupakan pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap, yaitu pilihan – piliham batin (hasil dari refleksi pengalaman) dan kemudian diwujudkan dalam tindakan nyata. Pilihan batin merupakan momentum bagi siswa untuk memiliki nilai-nilai kebenaran sebagai miliknya (Subagya,2010). Sedangkan pilihan perwujudan tindakan nyata merupakan tindakan yang konsisten berdasar atas pemaknaan akan hisup, sikap, dan nilai-nilai yang telah dipilih siswa untuk menjadi bagian dari dirinya (Subagya,2010).


(34)

5. Evaluasi

Evaluasi berdasar atas tujuan PPR yaitu untuk membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan tulus pada sesama umat Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap, dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa yang sesuai dengan prinsip “menjadi orang demi orang lain “man for others”

(Subagya,2010). 2.1.5 Emansipatoris

2.1.5.1Paradigma Pendidikan Emansipatoris

Paradigma pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan yang membebaskan manusia untuk selalu sadar akan dirinya dan tidak terasingkan dari masyarakat dan dunianya.Pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang mampu memberdayakan dan memberi pencerahan pada siswa perlu. Model pembelajaran emansipatoris merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran difokuskan pada eksplorasi kehidupan makhluk sadar, memusatkan perhatian pada siswa sebagai subjek dan keterlibatan siswa dalam pengalaman kemanusiaannya (Suprijono, 2016:51).

Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewei 2015:54). Menempatkan guru dan siswa sebagai pembelajar, artinya dalam


(35)

kegiatan pembelajaran terdapat hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Pada proses pembelajaran akan terjadi dialog antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman kedua pihak akan berkembang. Terdapat tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yakni humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.

2.1.5.2 Humanisasi

Humanisasi merupakan pendidikan yang semakin mengasah akal budi manusia dan mendidik hati nurani. Pada proses pembelajaran pendidikan humanisasi bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan diri peserta didik. Pendidikan humanisasi memiliki tujuan lebih luas dari pada sekedar perkembangan kognitif, hal ini selaras dengan pendapat (Zuchdi,2009) yang menyatakan bahwa pendidikan humanisasi bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif, melainkan juga sebuah proses yang terjadi pada diri individu dan melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada.

Pengajar dan pelajar terlibat dalam suatu proses yang kompleks: memahami kebutuhan akan belajar atau resistensi untuk belajar dan untuk berubah. Pendidik dan peserta didik memiliki hubungan manusiawi dalam proses belajar, sama-sama memiliki kebutuhan untuk belajar, memiliki peran masing-masing, serta cara berkomunikasi.

2.1.5.3 Kesadaran Kritis

Model pembelajaran emansipatoris dikembangkan dengan tujuan menghasilkan siswa yang memiliki sikap kritis dan semangat pencerahan


(36)

(Suprijono,2016). Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan serta mencari pengalaman pendidikan yang lebih adil dan membebaskan. Pembelajaran kritis dapat dilakukan dengan cara mengarahkan atau mengajukan sejumlah pertanyaan yang urut dan logis kepada peserta didik sehingga mereka terdorong untuk merespon dan mengekspresikan pengetahuan yang dimilikinya.

Pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berfikir kritis salah satunya adalah IPA. Siswa belajar tentang kondisi lingkungan sekitar, melakukan pengamatan tentang lingkungan, mencari tahu apakah lingkungan tersebut bersih atau kotor, kemudian berfikir apa dampak yang ditimbulkan dari lingkungan kotor serta bagaimana cara mengatasi lingkungan yang kotor. Kegiatan yang demikian dapat dilakukan melalui diskusi bersama kelompok, sehingga siswa dapat saling bertukar pendapat dan kemudian melakukan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan. Refleksi yang telah dilakukan dapat didialogkan di depan kelas, ketika siswa menyadari keberadaan dirinya dan pengalamannya disinilah pemaknaan hidup terjadi. Dalam proses kesadaran ini pembelajar akan menemukan berbagai macam pilihan hidup, sehingga benar bahwa banyak ketidakadilan dalam hidupnya dan ada juga berbagai pilihan yang lebih ideal dalam hidupnya yang dapat dipilih. Berdasarkan penjelasan tersebut kesadaran kritis dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara langsung dan nyata oleh siswa untuk menemukan pengetahuan baru.


(37)

2.1.5.4 Mempertanyakan Sistem

Pembelajaran yang membebaskan memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan yang dimilikinya. Pemikiran siswa dapat berkembang ketika siswa belajar dari pengalaman dan lingkungan sekitar, serta dapat saling bertukar pikiran dengan guru. Peran guru tidak hanya sebagai pengajar yang sekedar memberikan materi, tetapi sama-sama sebagai pembelajar. Ketika terjadi dialog antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang. Dialog dalam hal ini adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh guru dan siswa yang menghasilkan suatu kesimpulan baru, yang lebih baik serta sesuai dengan kehiduoan nyata. Dari pemahaman baru yang diperoleh, maka kedua pembelajar akan menjadi teman yang secara bersama-sama memberdayakan satu sama lain.

2.1.6 Gambaran Umum Perkembangan Peserta Didik Tingkat SD

2.1.6.1 Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu yang membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial (Desmita,2012). Perkembangan dari tiap aspek kepribadian anak tidak selalu sejajar, salah satu aspek dapat mendahului atau mengikuti aspek lainnya.


(38)

Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh dan perubahan cara individu untuk menggunakan tubuhnya seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual. Salah satu perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan adalah aspek kognitif, yaitu proses psikologis peserta didik dalam mempelajari serta memikirkan lingkungannya. Lingkungan merupakan tempat yang dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan kepribadiannya. Pada aspek psikososial diharapkan peserta didik mengerti orang lain, artinya mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan, serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain.

2.1.6.1 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar

Usia rata-rata anak Indonesia ketika memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Mengacu pada tahap perkembangan anak, siswa sekolah dasar berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (usia 6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (usia 10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda ataupun lebih tua.

Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung (Desmita,2012). Menurut (Havighurst, dalam Desmita, 2012) tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi; penguasaan keterampilan fisik dalam


(39)

permainan dan aktivitas fisik, mampu membina hidup yang sehat, belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok, belajar menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelamin, belajar membaca, menulis, berhitung agar mampu beradaptasi dengan ,masyarakat, memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untukberpikir efektif, mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai, sehingga dapat mencapai kemandirian pribadi.

2.1.7 Modul Pembelajaran IPA

2.1.7.1 Pengertian Modul Pembelajaran

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Senada dengan pernyataan di atas, (Majid,2007) menyatakan bahan ajar segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang yang tidak tertulis.

(Winkel,2010) menjelaskan bahwa modul adalah merupakan suatu program belajar mengajar terkecil yang dipelajari oleh siswa sendiri kepada diri-nya sendiri.

2.1.7.2 Kriteria Materi Pembelajaran

Terdapat enambelas kriteria materi pembelajaran menurut (Tomlinson, dalam Harsono,2007). Berdasarkan enambelas kriteria dalam pembuatan modul pembelajaran, peneliti mengambil delapan kriteria


(40)

pembuatan modul pembelajaran IPA. Kriteria tersebut diantaranya adalah: (a) materi pembelajaran seharusnya memiliki pengaruh yang kuat terhadap peserta didik. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik diharapkan mengalami perubahan sehingga menjadi lebih memahami materi yang diajarkan. (b) materi pembelajaran harus membantu siswa mudah belajar. Materi dikemas dengan sederhana sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. (c) pembelajaran harus dapat membuat siswa lebih percaya diri. Pada kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan yang melibatkan peserta didik seperti kegiatan pengamatan dan percobaan. (d) materi pembelajaran harus dapat memfasilitasi peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri. Materi pembelajaran dikemas dengan petunjuk pada setiap kegiatan, sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan secara mandiri.

Pada modul terdapat materi yang dapat memperkuat pemahaman peserta didik, sehingga peserta didik yakin dengan jawabannya. Hal tersebut merupakan penjelasan bahwa materi pembelajaran seharusnya tersedia sesuai dengan fokus pembelajaran yang diajarkan. (f) materi pembelajaran harus memperhitungkan bahwa peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda. Materi yang dikemas dalam modul pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. (g) materi pembelajaran harus memaksimalkan potensi belajar peserta didik secara intelektual, estetika, dan emosional yang dapat menstimulasi aktivitas otak kanan dan kiri. (h) materi pembelajaran harus menyediakan kesempatan untuk pembelrian umpan balik. Materi pembelajaran dilengkapi dengan soal


(41)

latihan, refleksi, dan aksi untuk mengetahui umpan balik yang diberikan peserta didik.

2.1.7.3Pengertian IPA

(Iskandar,2001) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai mata pelajaran tentang penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan. Mempelajari IPA tidak hanya berkaitan dengan alam dan prosedur penelitian, namun berkaitan juga dengan hakikat IPA. Hakikat IPA antara lain, IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, dan IPA sebagai teori. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta , konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode terentu yaitu , teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal. Menurut Abdullah (1998) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara


(42)

malakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, demikian seterusnya kait mengait antar cara yang satu dengan cara yang lain.

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara melakukan observasi, eksperimen, serta penyelidikan untuk mengetahui tentang suatu fakta dan konsep.

2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian mengenai model pendidikan emansipatoris ini sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya walaupun tidak sama persis sesuai judul peneliti yaitu Pengembangan Modul IPA “Ayo Cinta Lingkungan” untuk Siswa kelas III SD N Babarsari menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif. Meskipun demikian peneliti menemukan tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti:

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Friscilia Verra, Friscilia melakukan penelitian tentang “ Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa akan Nilai Demokrasi kelas V SD N Sarikarya”. Alat yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat kesadaran siswa akan nilai demokrasi. Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajara PKn dengan menggunakan model PPR dalat meningkatkan kesadaran nilai demokrasi.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh M. Taufiq yag berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Terpadu Berkarakter Peduli


(43)

Lingkungan Tema Konservasi Berpendekatan Science-Edutainment”. Penelitian tersebut termasuk dalam Research and Development dengan mengembangkan media pembelajaran IPA yang memiliki karater peduli lingkungan. Pengumpulan data menggunakan metode angket dan tes. Angket digunakan untuk mendapatkan data validasi kelayakan media serta untuk mengumpulkan informasi mengenai karakter siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran IPA tema konservasi. Sedangkan tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan tema konservasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran ipa terpadu berpengaruh positif terhadap peningkatan tiap indikator tes hasil belajar IPA.

Penelitian relevan yang ketiga dilakukan oleh salah satu dosen Sanata Dharma yakni Maria Melani Ika Susanti dengan judul “ Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Unsur Competence – Conscience – Compassion Siswa”. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hasil implementasi model pembelajaran PPR dalam memfasilitasi penguasaan konsep IPA dan

Competence – Conscience – Compassion. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian tersebut adalah observasi, wawancara serta kuesioner untuk mengetahui hasil dari penilaian unsur conscience dan compassion. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya hasil yang memuaskan pada unsur Competence, Conscience,Compassion. Unsur

conscience siswa yang terwakili dalam tiga aspek yang diteliti yakni 1) kesadaran atas karunia Tuhan, 2) kejujuran dalam mengerjakan soal ulangan,


(44)

dan 3) ketekunan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas telah dapat dikembangkan dalam pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan unsur

compassion siswa yang diwakili dalam tiga aspek yang diteliti yakni 1) menghargai teman, 2) bekerja dalam kelompok, dan 3) kecintaan/kepedulian pada alam telah dapat dikembangkan dalam pembelajaran di kelas.

Bagan 1. Literature mappenelitian-penelitian terdahulu

2.2 KERANGKA BERPIKIR Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa akan Nilai Demokrasi. Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Unsur Competence, Conscience,

Compassion Siswa. Pengembangan

Media Pembelajaran Peduli Lingkungan.

Verra (2014)

Mengetahui penerapan PPR untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang nilai demokrasi.

Taufiq (2014)

Media pembelajaran ipa terpadu berpengaruh positif terhadap IPA. Susanti (2013) Paradigma Pedagogi Reflektif dapat meningkatkan penguasaan konsep

IPA dan unsur 3C.

Yang perlu diteliti:


(45)

Pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang menekankan pada masyarakat yang adil. Pendidikan yang adil merupakan proses kegiatan belajar yang artinya bahwa di dalam kegiatan itu tidak ada kelompok yang lebih penting dari kelompok lain atau tidak memihak sebelah dan seimbang.Dalam pendidikan di sekolah Yesuit, Paradigma Pedagogi Reflektis (PPR) memiliki potensi menjadi pendidikan emansipatoris. Melalui kegiatan pembelajaran ini, guru memberikan pendampingan kepada siswa serta membatu siswa untuk menyadari keberadaannya dalam konteks tertentu. Dalam rangka mengembangkan pendidikan emansipatoris baik guru maupun siswa adalah sebagai pembelajar, dengan demikian tidak hanya guru saja yang aktif tetapi siswa juga memiliki peran untuk berpikir kritis.

Pada lingkungan sekitar terdapat banyak benda yang tidak terpakai dan akhirnya menjadi sampah yang dibuang begitu saja yang biasa disebut dengan sampah. Sampah yang dibuang tidak sesuai tempatnya akan menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya, terutama sampah organik yang sulit untuk terurai. Ada cara untuk memanfaatkan sampah an-organik supaya menjadi barang yang memiliki nilai, seperti pemanfaatan botol bekas dan plastik. Sampah semacam ini banyak sekali terdapat di lingkungan sekolah namun pada kenyataannya siswa belum memiliki sikap untuk memanfaatkan sampah tersebut.

Dari masalah diatas, maka pendidik memiliki peran penting untuk memberikan sarana yang dapat membantu siswa dalam mengetahui dan memahami pemanfaatan sampah untuk dijadikan barang yang memiliki nilai


(46)

guna. Modul pembeljaran IPA ‘Ayo Cinta Lingkungan” merupakan hasil dari tanggungjawaban peneliti sebagai pendidik yang ingin memberikan pemahaman tentang pendidikan.

Berdasarkan alasan sudah sudah dipaparkan, maka peneliti akan mengembangakan modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta. Modul tersebut dapat dijadikan sumber belajar siswa dan guru.

2.3 PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian teori diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

2.3.1 Bagaimana pengembangan modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ?

2.3.2 Bagaimana deskripsi kualitas modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ?


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang penjelasan metode penelitian yang meliputi: 3.1 Jenis Penelitian, 3.2. Setting Penelitian, 3.3. Prosedur Pengembangan, 3.4. Instrumen Penelitian, 3.5. Teknik Pengumpulan Data, 3.6 Teknik Analisis Data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitianadalah penelitian dan pengembangan, biasa disebut dengan penelitian R&D (Research and Development). Jenis penelitian R&D berbeda dengan penelitian pendidikan lainnya karena, tujuan dari jenis penelitian ini adalah mengembangkan produk berdasarkan hasil uji coba yang kemudian direvisi sampai akhirnya dinyatakan layak pakai. Tomlinson (1998) menjelaskan bahwa pengembangan yang menghasilkan produk atau bahan yang berkualitas untuk kegiatan belajar


(48)

mengajar serta bahan yang dirancang dapat menarik minat peserta didik. Hal ini bertujuan agar guru, peneliti, penulis bahan dan penerbit dapat merangsang dan mendukung penelitian yang berprinsip pada inovasi dan pengembangan. Pada penelitian ini produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan “ untuk siswa kelas tiga dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

3.2Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian awal yakni pembuatan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan modul dilakukan di Kampus Universitas Sanata Dharma


(49)

Yogyakarta, kemudian dilakukan uji coba pada siswa kelas IIIA SDN Babarsari Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIIA yang berjumlah 27 orang, serta 12 orang guru di SDN Babarsari. Seluruh siswa kelas IIIA akan menjadi subjek uji coba sedangkan guru hanya menjadi subjek analisis kebutuhan.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan modul pembelajaran IPA yang berjudul “Ayo Cinta Lingkungan” untuk siswa kelas III sekolah dasar.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, terhitung mulai dari bulan Agustus 2016 hingga bulan Februari 2017. Dalam kurun waktu tersebut dilakukan penelitian dengan tahapan sebagai berikut: 1) Analisis kebutuhan dengan melakukan observasi, wawancara serta membagikan kuesioner, 2) membuat produk sebagai respon atas analisis kebutuhan, 3) penilaian produk, 4)studi pustaka (Bab I-III), 5) evaluasi , 6) implementasi, 7) olah data, 8) menyusun bab IV, 9) revisi bab I-IV, 10) persiapan ujian skripsi, 11) ujian skripsi.


(50)

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan pada penelitian ini akan mengarah pada produk pengembangan pendidikan emansipatoris pada pembelajaran IPA untuk kelas tiga SDN Babarsari dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif. Menurut Tomlinson (1998) terdapat banyak cara untuk mengembangkan bahan ajar atau materi supaya pembelajaran lebih menarik, aktif dan efektif bagi siswa. Bahan ajar yang digunakan dapat berupa buku teks, kaset, CD-ROM, video, koran, serta alat elektronik yang dikembangkan dengan tujuan menyampaikan materi pembelajaran serta dapat memfasilitasi peserta didik.

Bahan ajar memiliki tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri. Tomlinson (1998) menjelaskan bahwa bahan ajar dapat diakses secara pribadi dan dirancang bagi peserta didik sehingga dapat digunakan secara pribadi. Bahan ajar seperti teks modern merupakan teks yang dibuat sesederhana mungkin, sehingga mempermudahkan peserta didik untuk membacanya.

Model pengembangan materi yang dipakai dalam penelitian diadaptasi menurut Tomlinson adalah sebagai berikut, (1) analisis kebutuhan, (2) desain produk, (3)penilaian produk, (4) implementasi, dan (5) evaluasi hingga menghasilkan produk akhir. Langkah-langkah pengembangan tersebut akan digambarkan melalui bagan di bawah ini.


(51)

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pengembangan Modul

Langkah 1

Analisis Kebutuhan

Langkah 2

Desain Produk

Observasi wawancara Kuesioner

Indikator

Menentukan SK KD

Tujuan Menentukan

Tema

Menentukan Materi

Langkah 3

Penilaian Produk

Revisi Desain Produk

Baru

Langkah 4

Implementasi

Penilaian Produk

Langkah 5

Evaluasi dan Refleksi


(52)

3.3.1 Analisis Kebutuhan

Pada tahap awal peneliti melakukan observasi dan wawancara mengenai profil sekolah SDN Babarsari, serta latar belakang sosial ekonomi siswa. Observasi dilakukan untuk melihat sejauh mana kepedulian siswa terhadap kondisi lingkungan sekolah. Selain melakukan observasi, peneliti juga memberikan kuesioner kepada 12 orang guru serta kuesioner untuk kelas 3A dengan jumlah responden 27 orang. Kuesioner digunakan untuk mengetahui apakah guru dan siswa memerlukan modul pembelajaran yang dapat mempermudah dan memperjelas materi IPA kesehatan lingkungan khususnya pemanfaatan sampah.

3.3.2 Desain Produk

Pembuatan desain produk dilakukan dengan menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan guru. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan kemudian diturunkan menjadi indikator berdasar nilai dalam Paradigma Pedagogi Reflektif yakni Competence, Conscience, dan

Compassion. Setelah itu, peneliti membuat tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator, dari tujuan tersebut dapat ditentukan tema dan materi yang akan dikembangkan dalam modul pembelajaran. Untuk menarik perhatian dan minat siswa, modul dilengkapi dengan gambar dan warna yang sesuai dengan tema.


(53)

3.3.3 Penilaian Produk

Modul pembelajaran diserahkan kepada ahli untuk dinilai kelayakannya. Setelah mendapat kritik dan saran dari ahli kurikulum dan ahli dalam bidang IPA, peneliti melakukan perbaikan terhadap modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” yang akan menghasilkan desain produk baru.

3.3.4 Implementasi

Implementasi modul dilaksanakan di SDN Babarasi dengan subjek siswa kelas 3A sebanyak 27 orang. Dari implimentasi yang dilakukan, siswa kemudian menilai kualitas modul dengan mengisi angket kuesioner.

3.3.5 Evaluasi dan Refleksi

Setelah melakukan implementasi modul pembelajaran serta mendapatkan data tentang kualitas modul, peneliti membuat produk akhir yakni modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif. Modul membahas tentang lingkungan bersih dan kotor dengan tiga sub bahasan yakni, pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan, pencemaran lingkungan akibat sampah, serta pemanfaatan sampah.

3.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menyusun tiga instrumen yakni: (a) instrumen pra penelitian untuk guru, (b) instrumen penelitian untuk siswa, (c) instrumen uji


(54)

coba untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas modul, dan (d) instrumen validasi kelayakan produk.

3.4.1 Instrumen Pra Penelitian Guru

Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk guru agar peneliti dapat menyusun produk yang dikembangkan.Instrumen pra penelitian yang digunakan berupa kuesioner dengan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru

No Indikator Nomor Item

1. Manfaat modul pembelajaran

2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 3. Guru dan siswa adalah makhluk pembelajar 4. Menemukan pengetahuan baru

5. Pendidikan yang manusiawi

Tabel 3.2 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian Untuk Guru

No Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa pembelajaran dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah? 2. Menurut Bapak/Ibu apakah modul pembelajaran dapat memperjelas

materi ajar? Jelaskan!

3. Menurut pengamatan Bapak/Ibu bagaimana keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran?


(55)

No Pertanyaan

4. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa modul pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa? Jelaskan!

5. Apakah dengan menggunakan modul pembelajaran memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran?

6. Menurut Bapak/Ibu apakah dengan menggunakan modul pembelajaran siswa lebih aktif dalam pembelajaran?

7. Menurut Bapak/Ibu apakah mencatat merupakan cara agar siswa memahami materi?

8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika materi yang diajarkan sesuai dengan lingkungan siswa akan membuat siswa lebih aktif?

9. Apabila dalam pembelajaran terjadi dialog antara guru dan siswa, apakah akan mengakibatkan keduanya memiliki pengetahuan baru?

10. Menurut Bapak/ Ibu apakah guru dan siswa sama-sama memiliki tugas dan tanggungjawab sehingga pembelajaran berjalan efektif? Jelaskan! 11. Bagaimana cara yang Bapak/Ibu lakukan selama ini, lebih banyak

memberikan materi daripada membuat siswa mencari tahu pengetahuan sendiri?

12. Apa Bapak/Ibu mengetahui bahwa pembelajaran yang membuat siswa menemukan pengetahuannya sendiri akan meningkatkan kemandirian pada siswa?

13. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui bahwa setiap siswa memiliki kepribadian yang utuh dan memiliki kebebasan dalam memilh?

14. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pembelajaran yang mengasah akal budi dan mendidik hati nurani siswa? Jelaskan!


(56)

No Pertanyaan mengajak siswa berpikir kritis? Mengapa?

3.4.2 Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa

Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk siswa agar dapat menyusun produk yang dikembangkan. Instrumen pra penelitian telah divalidasi oleh ahli, sehinnga dapat digunakan. Namun pada instrumen pra penelitian siswa masih terdapat kekurangan dalam bahasa, bahasa yang digunakan masih kurang sederhana untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.Adapun kisi-kisi dan kuesioner adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa

No Aspek Nomor Item

1. Manfaat modul pembelajaran 1-4 2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 5-7 3. Guru dan siswa adalah makhluk pembelajar 8-10 4. Menemukan pengetahuan baru 10-11 5. Pembelajaran yang diperlukan untuk

menyadarkan siswa tentang kepedulian lingkungan.

12-15

Saran atau Komentar:

Tabel 3.4 Lembar Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa

No Pernyataan Jawaban


(57)

No Pernyataan Jawaban Ya Tidak 1. Saya memerlukan pembelajaran yang membuat saya

berpikir dan bertindak.

2. Dengan adanya modul pembelajaran saya mempermudah saya mengikuti pembelajaran.

3. Dengan adanya modul pembelajaran lebih memperjelas pembelajaran.

4. Modul pembelajaran membuat saya lebih mandiri ketika belajar.

5. Dengan adanya modul meningkatkan motivasi belajar saya.

6. Modul pembelajaran membuat saya lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran

7. Kegiatan dalam pembelajaran yang sering dilakukan selama ini adalah mencatat materi.

8. Saya memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan saya.

9. Saya belajar bukan hanya dari penjelasan guru, tetapi mencari tahu sendiri.

10. Saya membaca materi pembelajaran, kemudian bertanya kepada orang lain.

11. Saya pernah mengikuti pembelajaran yang mengasah akal budi dan mendidik hati nurani.

12. Saya memiliki kebiasaan untuk memilih sesuatu.

13. Saya menyukai pembelajaran yang menghargai saya dan mengajak saya untuk berpikir kritis.

14. Saya pernah melakukan pembelajaran yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan.

15. Saya merasa perlu pembelajaran yang disertai dengan praktik langsung tentang pemanfaatan sampah.


(58)

3.4.3 Instrumen Uji Coba

Instrumen uji coba dilakukan peneliti untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas modul pembelajaran, sebagai berikut:

Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran

No Pernyataan Skor Komentar

1 2 3 4 5

1. Saya memahami bahasa yang digunakan pada modul pembelajaran “Ayo Cinta Lingkungan”

2. Saya memahami dengan jelas langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada modul “Ayo Cinta Lingkungan”

3. Ukuran dan jenis huruf pada modul pembelajaran “Ayo Cinta Lingkungan” dapat saya baca dengan jelas.

4. Gambar pada modul pembelajaran membuat saya menjadi jelas dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.

5. Warna yang ada pada modul pembelajaran membuat saya tertarik dan membuat saya semangat mengikuti pembelajaran.


(59)

No Pernyataan Skor Komentar

1 2 3 4 5

6. Tampilan modul pembelajaran membuat saya tertarik untuk menemukan pengetahuan sendiri.

7. Isi yang disajikan dalam modul membuat saya mandiri.

8. Modul pembelajaran membuat saya lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

9. Modul pembelajaran “Ayo Cinta Lingkungan” meningkatkan rasa ingin tahu saya.

10. Modul pembelajaran “Ayo Cinta Lingkungan” membantu saya dalam memecahkan masalah lingkungan sekitar.

Jumlah Skor

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah dinilai oleh dosen dan memenuhi kriteria kelayakan, sehingga dapat dibagikan kepada guru dan siswa sebagai alat penelitian. Adapun instrumen validitas kuesioner guru dan siswa adalah sebagai berikut:


(60)

No Komponen yang dinilai Skor Saran

1. Bahasa 1 2 3 4 5

a. Kesesuaian bahasa dengan kaidah penulisan yang baik dan benar

b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh anak

Bahasa

kurang sederhana

untuk siswa kelas III

SD.

c. Susunan kalimat mendukung pencarian data yang berkaitan dengan tema penelitian.

2. Pertanyaan

a. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata


(61)

No Komponen yang dinilai Skor Saran

kehidupan siswa. b. Pertanyaan yang

diajukan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.

c. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui

pembelajaran yang diperlukan siswa

Total Skor 24

Tabel 3.7 Lembar validitas kuesioner untuk Guru

No Komponen yang dinilai Skor Saran

1. Bahasa 1 2 3 4 5

a. Kesesuaian bahasa dengan kaidah penulisan yang baik dan benar

b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh guru


(62)

c. Susunan kalimat mendukung pencarian data yang berkaitan dengan tema penelitian.

2. Pertanyaan

d. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan guru.

e. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tingkat pemahaman guru.

f. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui

pembelajaran yang diperlukan guru.

Total Skor 24


(63)

Penilaian kelayakan modul dilakukan oleh ahli dalam bidang kurikulum dan ahli dalam bidang IPA, adapun kisi-kisi serta instrumen validasi sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Validasi

No Aspek Indikator No Pernyataan

1. Indikator - Perumusan indikator. 1, 2, 3, 4, 5

2. Tujuan - Uraian tujuan yang akan dicapai peserta didik.

6,7,8 3. Materi - Pemilihan dan

pengorganisasian materi pembelajaran.

9, 10, 11

4. Media dan sumber

pembelajaran

- Pemilihan media dan sumber pembelajaran.

12, 13, 14, 15

5. Tampilan Modul

- Penggunaan bahasa tulis - Penggunaan gambar

16, 17, 18, 19, 20

Tabel 3.9 Instrumen Validasi oleh Ahli

No Komponen yang dinilai Skor Saran 1 2 3 4 5

Perumusan Indikator

1. Kesesuaian dengan standar kompetensi 2. Kesesuaian dengan kompetensi dasar 3. Kesesuaian dengan nilai competence


(64)

No Komponen yang dinilai Skor Saran 1 2 3 4 5

4. Kesesuaian dengan nilai conscience 5. Kesesuaian dengan nilai compassion

Uraian tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik

6. Kesessuaian dengan indikator

7. Kesesuaian perumusan tujuan dengan aspek Audience, Behaviour, Condition,

dan Degree

8. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik

Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Pembelajaran

9. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 10 Kesesuaian dengan karakteristik peserta

didik

11. Keruntutan uraian materi ajar

Pemilihan Media dan Sumber Belajar

12. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 13. Kesesuaian dengan materi pembelajaran

14. Kesesuaian dengan pendekatan PPR 15. Keseuaian dengan karakter peserta didik


(65)

No Komponen yang dinilai Skor Saran 1 2 3 4 5

Tampilan Modul

16. Ketepatan pilihan kata 17. Ketepatan struktur kalimat 18. Kebakuan bentuk huruf 19. Kebakuan bentuk angka

20. Kesesuaian gambar dengan kegiatan pembelajaran

Total skor


(66)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan teknik pengumpulan data berupa uji coba produk yakni modul pembelajaran dengan pembagian kuesioner. Hasil pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada 6 guru dan 27 siswa. Teknik pembagian kuesioner bertujuan untuk membantu peneliti dalam melakukan perbaikan atas pengembangan modul pembelajaran. Data dan informasi yang diperoleh, kemudian dianaliasis untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan siswa terhadap pentingnya pendidikan emansipatoris.

3.6 Teknik Analisi Data

Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

3.6.1 Data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari penskoran hasil pra penelitian guru dan siswa serta hasil validasi ahli Ilmu Pengetahuan Alam dan ahli dalam bidang kurikulum. Data dianalisis sebagai dasar dari kuesioner yang kemudian diubah menjadi data persentase. Dalam hal ini peneliti akan memberikan rentan skor atas penilaian para ahli dan siswa sehingga data yang awalnya berupa kuesioner akan menjadi data persentase. Skala penilaian terhadap pengembangan modul pembelajaran “Ayo Cinta Lingkungan”, seperti sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), sangat tidak baik (1).


(67)

Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif menggunakan tabel konversi nilai skala lima berdasarkan penilaian acuan patokan (PAP) atau skala Likert (Riduwan,2010:15) sebagai berikut:

Tabel 3.10Penilaian Acuan Patokan Skala Likert

Persentase Klasifikasi Kelayakan (Sikap)

81%-100% Sangat Baik

61%-80% Baik

41%-60% Cukup Baik

21%-40% Kurang Baik

0%-20% Sangat Kurang Baik

Menghitung skor total rata-rata dari setiap komponen dengan menggunakan rumus : X= 100%

Keterangan :

X = skor rata-rata ΣX = jumlah skor

n = jumlah nilai keseluruhan 3.6.2 Data kualitatif

Data kualitatif dapat berupa dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden. Kritik serta saran yang dikemukakan oleh seorang ahli ilmu pengetahuan, guru atau siswa yang dikumpulkan untuk


(68)

memperbaiki suatu pengembangan produk juga dapat menjadi data kualitatif. Pada penelitian ini, data kualitatif diperoleh dari komentar atau masukan yang diberikan ahli terhadap kuesioner yang disebarkan ketika menilai kelayakan produk berupa modul pembelajaran. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap implementasi modul yang dilakukan pada tanggal 19-20 Januari 2017. Dari pengamatan yang dilakukan, peneliti dapat mengetahui tindakan responden terhadap kegiatan yang dilakukan. Hasil pengamatan tersebut menjadi data persepsi siswa terhadap kualitas modul.


(69)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang berisis tentang: 1) prosedur pengembangan modul IPA “Ayo Cinta Lingkungan” untuk siswa kelas III menggunakan pendekatan pedagogi reflektif, 2) deskripsi kualitas modul IPA “Ayo Cinta Lingkungan” untuk siswa kelas III menggunakan pendekatan pedagogi reflektif. Pembahasan yang berkaitan dengan hasil penelitian, akan peneliti uraikan berikut ini.

4.1 Hasil Penelitian

Peneliti melakukan analisis kebutuhan untuk mendapatkan data mengenai kebutuhan guru dan siswa SDN Babarsari Yogayakarta terhadap proses pembelajaran IPA. Data akan diperlukan untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang pelajaran IPA Kelas III SDN Babarsari. Peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran IPA, wawancara kepada wali,dan beberapa siswa kelas III, serta menyebarkan angket kuesioner analisis kebutuhan siswa dan guru. Hasil dari analisis kebutuhan selanjutnya menjadi acuan bagi peneliti untuk membuat modul pembelajaran IPA menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan memuat unsur-unsur emansipatoris.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, peneliti dapat mengetahui bahwa siswa memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan mereka. Pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkan siswa tidak sekedar mencatat materi tetapi pembelajaran yang disertai praktik langsung,


(70)

sehingga siswa terlibat aktif serta dapat berpikir kritis ketika mengikuti pembelajaran. Perlu diketahui bahwa beberapa ciri khas pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif adalah konteks dan pengalaman, selain itu dalam pendidikan emansipatoris terdapat salah satu unsur yakni pembelajaran yang membuat siswa berpikir kritis. Oleh karena itu, peneliti membuat modul pembelajaran IPA menggunnakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif serta terdapat unsur pendidikkan emansippatoris yakni humanis, berpikir kritis serta mempertanyakan sistem

Berdasarkan hasil penilaian ahli kurikulum dan implementasi kepada 27 siswa SDN Babarsari, dapat disimpulkan bahwa modul yang dikembangka memiliki kriteria kelayakan yang baik. . hasil tersebut dapat dibukatikan dengan perolehan nilai pada validasi seperti pada tabel 4.5 (halaman 59). Ahli memberikan nilai 84 kemudian dipersentase menjadi 84% dengan kategori “sangat baik”. Dengan demikian pengembangan modul IPA menggunakan pendekatan Paaradigma Pedagogi Reflektif memiliki kualitas sangat baik serta layak digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Prosedur Pengembangan Modul

Modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” peneliti kembangkan dengan menggunakan lima langkah prosedur pengembangan dari Tomlinson. Peneliti akan menjelaskan kelima langkah pengembangan sebagai berikut:


(71)

4.2.1.1Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan diperoleh peneliti dengan menggunakan angket kuesioner kebutuhan guru dan siswa. Angket pra penelitian diberikan kepada 12 orang guru, serta kuesioner untuk siswa kelas IIIA sebanyak 27 siswa. Angket pra penelitian dibagikan untuk mengetahui apakah guru dan siswa memerlukan modul pembelajaran IPA dalam pembelajaran. Selain kuesioner, peneliti melakukan wawancara dan observasi dengan mengamati kondisi lingkungan siswa serta latarbelakang sosial dan ekonomi siswa. Latarbelakang ekonomi siswa adalah kelas menengah ke atas, hal ini terlihat dari kendaraan yang setiap hari mereka gunakan serta alat komunikasi yang dibawa seperti telepon genggam dengan harga di atas tujuh ratus ribu. Kondisi sosial siswa cenderung individual serta kesadaran terhadap lingkungan masih kurang, budaya membuang sampah serta merawat tanaman belum terlihat dari sikap siswa.

Pengamatan dilakukan untuk menentukan pembelajaran serta materi yang tepat dalam modul sehingga sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Data hasil wawancara, observasi serta kuesioner akan peneliti jelaskan sebagai berikut:

a. Data Observasi dan Wawancara Guru

Pada tanggal 4 Agustus 2016 peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada guru untuk mengetahui profil sekolah SDN Babarsari, serta latarbelakang pendidikan siswa dan kondisi sosial ekonomi siswa. Data tersebut digunakan peneliti untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang kemudian akan dikembangkan pada modul. Hasil analisis dari wawancara dan observasi


(72)

adalah, SDN Babarsari menerapkan kurikulum 2013 atau yang sering disebut dengan kurikulum tematik.

Sekolah ini memiliki visi dan misi yang diturunkan ke dalam profil lulusan siswa yakni, siswa diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah di ajarkan sebagai bekal dimasa depannya, siswa memiliki karakter berbudi pekerti luhur,siswa mampu mengaplikasikan pengalaman nilai-nilai luhur dan budaya bangsa ketika lulus dari sekolah dasar, serta siswa diharapkan untuk bersifat kritis dan peka terhadap lingkungan yang ada. Setelah mengetahui tentang profil sekolah SDN Babarsari, peneliti melakukan pengamatan kegiatan belajar mengajar serta kegiatan siswa di luar kelas. Dari hasil pengamatan peneliti melihat bahwa kurangnya kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Sikap kurang peduli merupakan tanda bahwa siswa belum dapat untuk bersifat kritis dan peka terhadap lingkungan seperti yang diharapkan sekolah.

Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa kelas III untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, siswa masih kurang memahami materi IPA tentang pencemaran lingkungan. Siswa belum mengerti dampak apa saja yang dapat ditimbulkan apabila lingkungan disekitarnya tercemar, serta masih sulit untuk mengidentifikasi benda-benda apa saja yang dapat menyebabkan pencemaran. Menurut siswa, pembelajaran di kelas hanya mencatat materi kemudian guru menjelaskan, pembelajaran yang demikian membuat siswa pasif serta menghambat perkembangan pemikiran mereka. Pengetahuan siswa menjadi terbatas pada materi yang diberikan oleh guru saja


(73)

dan tidak memberikan kesempatan untuk mengembangkan pemikiran siswa sesuai dengan lingkungan.

a. Data kuesioner pra penelitian untuk siswa

Dibawah ini merupakan data kuesioner pra penelitian bagi siswa yang dibuat dalam bentuk tabel.

Tabel 4.1 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa

Resp on den Item Ju m la h 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 6 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 12 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 13 5 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 10 6 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 9 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 19 8 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 9 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13 10 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 12 11 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 12 12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 13 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12 14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 17 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 12 18 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 10 19 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 10 20 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 21 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 7 22 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 11 23 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 10 24 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 12 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13 26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 11 Juml

ah 27 13 27 26 24 21 16 20 20 18 16 14 23 24 19

% 10 0 48, 14 10 0 96, 29 88, 88 77, 77 59, 29 74, 07 74, 07 66, 66 59, 29 51, 85 85, 15 88, 88 70, 37


(74)

Tabel 4.2 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa

No Pertanyaan Persentase

Jawaban 1 Saya memerlukan pembelajaran yang membuat saya berpikir

dan bertindak.

100%

5 Dengan adanya modul meningkatkan motivasi belajar saya. 88,88% 7 Kegiatan dalam pembelajaran yang sering dilakukan selama

ini adalah mencatat materi.

59,29%

8 Saya memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan saya.

74,07%

15 Saya merasa perlu pembelajaran yang disertai dengan praktik langsung tentang pemanfaatan sampah.

88,88%

Peneliti membagikan kuesioner pra penelitian kepada 27 siswa kelas III SDN Babarsari. Ketika melakukan pengisian kuesioner, terdapat beberapa siswa yang masih sulit memahami pertanyaan, sehingga siswa sering menanyakan kalimat pertanyaan dalam kuesioner. Hal ini sesuai dengan komentar instrumen validasi oleh ahli bahwa bahasa yang digunakan dalam kuesioner masih kurang sederhana untuk siswa kelas III sekolah dasar.

Peneliti mendapatkan data hasil kuesioner dari siswa yakni, siswa memerlukan pembelajaran yang membuat mereka berpikir dan bertindak. Selain itu, siswa juga merasa dengan adanya modul pembelajaran akan meningkatkan motivasi belajar, karena pembelajaran yang selama ini dilakukan adalah mencatat materi. Selain memerlukan modul sebagai bahan pembelajaran yang dapat membantu memperjelas materi, siswa juga memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan mereka. Pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan yang


(1)

(2)

(3)

108


(4)

109 Lampiran 8. Surat Izin Penelitian


(5)

110


(6)

111

RIWAYAT PENELITI

Ratih Indriani lahir di Cilacap, 29 Juli 1995. Anak ketiga dari Bapak Sutikno dan Ibu Rustinah. Menempuh Pendidikan sekolah dasar di SD Alangamba 02, tamat pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama di SMPN 01 Bianangun, tamat pada tahun 2010. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMAN 01 Binangun, tamat pada tahun 2013.

Pada tahun 2013, peneliti terdaftar sebagai mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, peneliti mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan seperti Parade Gamelan Anak se-Jawa 2013, Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa, serta USD Mengajar pada tahun 2016. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri penulis dengan menulis skripsi berjudul “ Pengembangan Modul IPA “Ayo Cinta Lingkungan” untuk Siswa Kelas III SDN Babarsari dengan Menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif”.


Dokumen yang terkait

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan.

1 1 104

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1 4 135

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.

0 0 2

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

0 0 133

Pengembangan modul pembelajaran IPA "Tumbuhan di Sekitarku" menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 2 112

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta

0 1 133

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan

1 2 102

Pengembangan modul pembelajaran IPA Tumbuhan di Sekitarku menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 1 110

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta

1 9 131

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta

0 1 159