PASAR BUKU KOTA SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
BAB IV
PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Dasar pendekatan program perencanaan, yang dimaksud adalah sebagai acuan untuk menyusun landasan perencanaan dan program perancangan Pasar Buku Kota Semarang. Dengan proses pendekatan diharapkan dapat menghasilkan suatu program dasar perencanaan dan perancangan yang memenuhi semua aspek yaitu : aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek kinerja, aspek teknis dan aspek arsitektural.
4.1 Pendekatan Program Perencanaan
Pendekatan program perencanaan terbagi dalam 2 aspek yaitu : aspek fungsional yang nantinya menghasilkan program besaran ruang dan aspek kontekstual yang menghasilkan pemilihan site/tapak untuk bangunan Pasar Buku Kota Semarang.
4.1.1 Pendekatan Aspek Fungsional a. Pendekatan Pelaku Kegiatan
Untuk memenuhi kebutuhan besaran ruang dan kapasitas dari Pasar Buku, perlu adanya identifikasi pelaku aktivitas melalui pendekatan pelaku dan aktivitas. Pelaku kegiatan pada Pasar Buku Kota Semarang dapat di kelompokan menjadi :
1. Kelompok Pedagang
Merupakan pelaku yang menyediakan barang barang kebutuhan dan jasa, menjual serta melakukan kewajiban untuk membayar sewa kios.
2. Kelompok Pengunjung
Merupakan pelaku yang berkunjunguntuk kegiatan berbelanja, mencari barang atau sekedar melihat lihat
3. Kelompok Pengelola
Pelaku yang menyelenggarakan dan mengelola pasar beserta fasilitas penunjangnya, baik administrative, kebersihan, parkir, pengaturan ketertiban dan keamanan.
(2)
b. Pendekatan Aktivitas
Aktivitas dan kebutuhan ruang dalam Pasar Buku Kota Semarang berdasarkan kelompok kegiatannya, dapat dikelompokkan menjadi :
a. Kelompok Kegiatan Utama - Kios Buku
- Pameran ( Hall )
b. Kelompok Kegiatan Pengelola
c. Kelompok Kegiatan Penunjang/Pelengkap - Internet
- Tempat Baca - Cafetaria - Mushola - Lavatory
d. Kelompok Kegiatan Pelayanan/Servis
Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan melalui table dibawah ini :
Tabel 4.1 Pendekatan Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
No. Kelompok dan Jenis Aktifitas
Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang
KELOMPOK KEGIATAN UTAMA 1. Kegiatan
Pedagang/Penjual
Pedagang/Penjual Kegiatan untuk pedagang :
2Bongkar muat 2Penyortiran barang 2Penyimpanan barang 2Pengepakan
Kegiatan kepada konsumen :
2Transaksi/tawar-menawar
2 R. Bongkar muat 2 Gudang alat 2 Lavatory 2 Kios 2 Mushola
(3)
2Pencatatan 2Pengemasan 2. Kegiatan Pengunjung Pengunjung/
konsumen
2Parkir kendaraan 2Melihat-lihat 2Berbelanja
2Menggunakan jasa yang disediakan
2Bersosialisasi
2 R. Parkir kendaraan 2 Kios
2 Lavatory 2 Mushola 2 Kafetaria 2 Tempat Baca
KELOMPOK KEGIATAN PENGELOLA 1. Kegiatan
Pengelolaan Pasar
Pengelola 2Aktifitas yang berkaitan dengan administrasi. 2Aktifitas pengembangan
dan evaluasi 2Penarikan retribusi 2Kebersihan pasar 2Aktifitas keamanan.
2 R. Kepala Pasar 2 R. Bendahara 2 R. Tata Usaha 2 R. Penarik Retribusi 2 R. Tamu
2 R. Rapat
2 R. Ka. Kebersihan 2 R. Ka. Keamanan 2 Lavatory
KELOMPOK KEGIATAN PENUNJANG/PELENGKAP 1. Aktifitas Pelengkap Pedagang, pembeli,
pengelola, sopir angkot, penumpang
2Aktifitas peribadatan 2Aktifitas makan minum 2Sirkulasi kendaraan
angkutan umum
2 Musholla 2 Lavatory
2 R. Parkir kendaraan
KELOMPOK KEGIATAN PELAYANAN/SERVIS 1. Aktifitas Servis Pengelola pasar 2Perawatan dan
pengawasan bangunan 2Aktifitas parkir
2 Pos jaga/ R. Informasi
(4)
2Aktifitas lavatory 2 R. Trafo & Panel Listrik
2 R. Genset
2 R. Pompa & Tower 2 Gudang alat 2 Lavatory Umum
Sedangkan proses berjalannya kegiatan pada Pasar Buku dijabarkan dalam bagan-bagan di bawah ini :
a. Proses Aktivitas kelompok kegiatan utama terdiri dari 2 kegiatan yaitu : Proses Aktivitas Pengunjung
Sumber :Analisa
Datang
Pulang
Parkir
Berbelanja, memilih barang
Ke Fasilitas penunjang dan pelayanan
Gambar 4.1 Bagan Proses Aktifitas Pengunjung
(5)
Proses Aktivitas Pedagang
b. Proses Aktivitas Pengelola Datang/parkir
Menunggu kiriman barang
Membongkar barang
Mempersiapkan
Membongkar barang
Berkemas dan pulang
Keperluan administrasi
Keperluan administrasi
Ke Lavatory
Makan dan minum
Sholat
Gambar 4.2 Bagan Proses Aktifitas Pedagang
Sumber : Analisa
Datang
Pulang
Mengurus administrasi
Rapat
Makan dan minum
Sholat
Ke lavatory
Gambar 4.3 Bagan Proses Aktifitas Pengelola
(6)
c. Pendekatan Kapasitas 1. Kelompok Pengunjung
Kapasitas pengunjung untuk bangunan pasar di sesuaikan dengan kapasitas pedagang dan diambil dari prosentasenya, yaitu sebagai ruang sirkulasi sehingga didapatkan kapasitas ruang gerak pengunjung dan diasumsikan sudah dapat tertampung di dalam pasar. Sebagai bangunan yang mempunyai tingkat pergerakan dan pengunjung yang tinggi, maka untuk prosentase sirkulasinya diambil 30 %, khusus untuk ruang kegiatan utama.
2. Kelompok Pengelola
Kapasitas untuk ruang pengelola adalah dihitung berdasarkan kebutuhan akan ruang-ruang berdasarkan struktur organisasi pengelola Pasar Buku Kota Semarang.
3. Kelompok Pedagang
Kapasitas pedagang dihitung berdasarkan prosentase pertumbuhan pedagang di Kios Buku Pasar Johar dan Kios Buku Stadion Diponegoro. dari tahun 2008-2012 yang diambil dari keterangan Ketua Paguyuban Kios Buku tersebut dan pertumbuhan. Penyediaan fasilitas untuk mengantisipasi pertumbuhan jumlah pedagang ditentukan oleh angka pertumbuhan pedagang di Kios Buku Pasar Johar dan Stadion Diponegoro, dengan itu akan didapat perkiraan pertumbuhan jumlah pedagang yang mendekati akurat, sehingga pada 10 tahun yang akan datang yaitu tahun 2022 diharapkan tidak banyak terjadi masalah.
Tabel 4.2 Jumlah Pedagang Kios Buku Pasar Johar Semarang tahun 2008 - 2012
Tahun Jumlah Pedagang Angka Pertumbuhan Persentase (%)
2008 30 - -
2009 36 6 16,7
2010 43 7 16,3
(7)
Dari jumlah pedagang pada Kios Buku Pasar Johar Semarang cenderung meningkat, dengan laju pertumbuhan rata – ratanya pertahunnya adalah :
= ( 16,7 + 16,3 + 17,3 + 13,5 ) % : 4
= 15,6 %
Tabel 4.3 Jumlah Pedagang Kios Buku Stadion Diponegoro Semarang tahun 2008 - 2012
Dari jumlah pedagang pada Kios Buku Stadion Diponegoro Semarang cenderung meningkat, dengan laju pertumbuhan rata – ratanya pertahunnya adalah :
2012 60 8 13,5
Tahun Jumlah Pedagang Angka Pertumbuhan Persentase (%)
2008 15 - -
2009 19 4 21
2010 24 5 21
2011 30 6 20
2012 34 4 12
Sumber :Paguyuban Pedagang Kios Buku Pasar Johar
Sumber :Paguyuban Pedagang Kios Buku Stadion Diponegoro
(8)
= ( 21 + 21 + 20 + 12 ) % : 4
= 18,5 %
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kota Semarang Tahun 2005 - 2009
Penduduk Kota Semarang dilihat dari kelompok umur sebanyak 912.362 jiwa atau 73,96% merupakan penduduk usia produktif ( umur 15 – 65 tahun) dan 26,04% merupakan penduduk tidak produktif (umur 0-14 tahun dan diatas 65 tahun).
Dari Ke tiga tabel tersebut diatas dapat menunjukan proyeksi jumlah pedagang pada Pasar Buku hingga 10 tahun kedapan yaitu tahun 2022, dengan perhitungan bahwa pertumbuhan pedagang pada Pasar Buku dari tahun ke tahun adalah tetap.
a. Jumlah Pedagang Kios Buku Pasar Johar tahun 2012 adalah : Laju Pertumbuhan per tahun : 15,6 %
Jumlah Pedagang tahun 2012 : 60
No. Tahun Penduduk Pertumbuhan
(%) Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2005 705.627 713.851 1.419.478 1,45
2 2006 711.755 722.270 1.434.025 1,06
3 2007 722.026 732.568 1.454.594 1,43
4 2008 735.457 746.183 1.482.640 1,86
5 2009 748.515 758.409 1.506.924 1,71
Tabel 4.2. : Tabel jumlah penduduk kota Semarang Sumber :Badan Pusat Statistik BPS) Kota Semarang
(9)
Usia Produktif Penduduk Kota Semarang : 73,96 %
Jadi jumlah Pedagang seluruhnya pada tahun 2022 adalah :
= ( 15,6 % x 60 ) x ( 2022 – 2012 ) + ( 73,96 % x 60 )
= 9,36 x 10 + 44
= 138 Pedagang
b. Jumlah Pedagang Kios Buku Stadion Diponegoro tahun 2012
Laju Pertumbuhan : 18,5 %
Jumlah Pedagang tahun 2012 : 34
Usia Produktif Penduduk Kota Semarang : 73,96 %
Jadi jumlah Pedagang seluruhnya pada tahun 2017 adalah :
= ( 18,5 % x 34 ) x ( 2022 – 2012 ) + ( 73,96 % x 34 )
= 6,29 x 10 + 25
= 88 Pedagang
Jadi jumlah keseluruhan Pedagang Kios Buku di Pasar Johar dan Stadion Diponegoro pada tahun 2022 yang dijadikan sebagai acuan dalam menentukan jumlah kios yang akan di bangun di Pasar Buku Kota Semarang adalah :
Pedagang Kios Buku Pasar Johar : 138 Pedagang
Pedagang Kios Buku Stadion Diponegoro : 88 Pedagang +
(10)
Jumlah banyaknya kios pada Pasar Buku Kota Semarang prosentasenya di ambil dari Pasar / kios buku yang ada di Kota Semarang, yaitu Kios Buku Pasar Johar dan Kios Buku Stadion Diponegoro dan Prosentase penduduk usia produktif di Kota Semarang.
d. Pendekatan Besaran Ruang Perhitungan Besaran Ruang
Penentuan jenis – jenis ruang yang dibutuhkan adalah berdasarkan data data primer serta studi banding. Sedangkan dasar yang dipakai pada pendekatan besaran ruang adalah kegiatan studi pengamatan dan dari standar besaran ruang yang telah ada. Dalam melakukan studi besaran ruang untuk masing masing kegiatan, maka standar besaran ruang mengacu pada acuan standar yang ada maupun studi banding, yaitu :
o Architect’s Data, Ernst Neufert, 1980. (AD)
o R. Sleeper, Building Planning and Design Standart. (BP)
o Human Dimension & Interior Space, Julius Panero & Martin Zelnik, 1980. (HD) o Time Saver Standart For Building Type, Yoseph De Chiara & John Callender, 1981.
(TS)
o AJ, Metric Handbook. (AJ)
o Pengamatan pasar di lapangan. (P) o Asumsi dan studi besaran ruang. (AS)
Untuk penyediaan ruang bagi pedagang dilakukan studi ruang supaya didapatkan ruang-ruang yang ideal sesuai dengan jenis-jenis tempat dagangan yaitu Kios Pedagang, Penentuan besaran ruang untuk masing-masing tempat tersebut memperhatikan beberapa hal yang menjadi dasar yaitu :
• Ukuran meja kursi pedagang, ruang gerak pedagang dan ruang gerak pengunjung/pembeli.
• Dimensi tempat pajangan dan barang dagangan. Perletakannya memperhatikan kemudahan terhadap daya tangkap visual serta pengamatannya, dapat dipindah-pindah, mudah ditata dan tidak mengganggu sirkulasi.
(11)
Sedangkan standar sirkulasi yang digunakan menurut Francis D.K Ching dalam bukunya Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya (1997) adalah sebagai berikut :
•5-10% = Standar minimal sirkulasi •20-25% = Kebutuhuan keleluasaan sirkulasi •30% = Tuntutan kenyamanan fisik •40% = Tuntutan kenyamanan psikologis •50% = Tuntutan spesifik kegiatan •70-100% = Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Untuk melakukan kegiatan berdagang, maka dibutuhkan setidaknya sebuah meja panjang dan rak dengan lebar 0,6-0,7 m dan dengan ruang gerak yang mempunyai lebar 0,8 m , yang merupakan lebar orang duduk. Perabot-perabot untuk tiap-tiap tempat berdagang adalah berbeda sesuai dengan tingkat kebutuhan berdasarkan asumsi. Selain itu, untuk ruang sirkulasi di dalam ruang adalah 50%, sehingga dengan angka-angka tersebut akan didapatkan perhitungan besaran ruang tiap-tiap jenis tempat berdagang yang ideal. Sehingga di dapatkan analisa besaran ruang sebagai berikut :
1. Perhitungan Kios Tipe A ( Kios Buku )
- Dimensi meja dan kursi : 1,5 m x 1 m = 1,5 m2 - Dimensi rak Besar (1 buah) : 0,7 m x 2,5 m x 1 = 1,75 m2 - Dimensi rak kecil (1 buah) : 0,6 m x 1,5 m x 1 = 0,9 m2 - Ruang untuk 2 orang (asumsi) : 0,8 m x 0,8 m x 2 = 1,28 m2 - Ruang gerak untuk 2 orang pedagang : 1,2 m x 2 = 2,4 m2
- Jumlah = 7,83 m2
Sirkulasi 50% : 50% x 7,83 m2 = 3,915 m2
Jumlah Keseluruhan = 11,75 m2
(12)
2. Perhitungan Kios Tipe B ( Kios Buku )
- Dimensi rak sedang (1buah) : 0,7 m x 2,5 m x 1 = 1,75 m²
-Dimensi Meja dan Kursi : 1,5 m x 1 m = 1.5 m²
- Dimensi meja panjang (1 buah) : 0,8 m x 1,8 m x 1 = 1,26 m2 - Ruang untuk 2 orang (asumsi) : 0,8 m x 0,8 m x 2 = 1,28 m2
- Jumlah = 5,79 m2
Sirkulasi 25% : 25% x 5,79 m2 = 1,4475 m2
Jumlah Keseluruhan = 7,2375 m2
Besaran ruang yang ideal untuk kios tipe B adalah : 7,5 m² Sumber :Asumsi dan Studi Besaran Ruang
(13)
Berdasarkan literature dan studi lapangan maka standar besaran ruang dapat digunakan untuk mencari kebutuhan ruang yang diperlukan, yaitu :
a. Kelompok Kegiatan Utama
Seluruh kebutuhan ruang kelompok kegiatan utama adalah : Tabel 4.4
Ruang Standar Sumber Kap. Perhitungan
Jumlah (unit)
Luas (m2)
/unit Total
Kios
- Kios Type A - Kios Type B
AS 2 126 12 1512
AS 2 100 7,5 750
R. Pameran - Hall
0,8 m²/orang
AD 300 240
Jumlah 2502
Sirkulasi 30% 750.6
(14)
b. Kelompok Kegiatan Penunjang
Tabel 4.5 Kelompok Besaran Ruang Kegiatan Penunjang
Perhimpunan Pedagang
Ruang Standar Sumber Kap. Perhitungan
Jumlah (unit)
Luas (m2) /unit Total
R. Pimpinan
R. Staff
R. Rapat
PERHIMPUNAN PEDAGANG 12
m²/org
AS 1 12 X 1 1 12 12
4 m²/org
AS 8 4 X 8 1 32 32
2,5 m²/org
AS 10 2,5 X 10 1 25 25
Lavatory 2,5
m²/unit
AD 2 2,5 X 2 2 5 5
Jumlah 74
Sirkulasi 20% 14,8
(15)
Cafetaria dan Tempat Baca
Ruang Standar Sumber Kap. Perhitungan
Jumlah (unit)
Luas (m2)
/unit Total
Area Makan
Sirkulasi Area Makan
Dapur Cafe
CAFETARIA DAN TEMPAT BACA 1,7
m²/org
AD 50 50 X 1,7 1 85 85
20% Area Makan
TS 1 - 1 - 17
10% Area Makan
AD - - - 1 8,5
Wastafel 0,9 m² AD - 0,75 X 1,12 - 3 2,7
Tempat Baca 2,2
m²/org
AS 30 2,2 X 30 - 66 66
Luas Total Cafetaria Dan Tempat Baca 179,2
Sirkulasi 30% 53,76
(16)
Mushola
Ruang Standar Sumber Kap. Perhitungan
Jumlah (unit)
Luas (m2) /unit Total
R. Sholat
R. Wudhu
Mihrab
Mushola 0,85
m²/org
AS 70 0,85 x 70 1 59,5 59,5
0,625 m²/org
AS 12 0,625 X 12 1 7,5 7,5
3 m²/org
AS 1 3 x 1 1 3 3
Jumlah 70
Sirkulasi 20% 14
(17)
Lavatory Umum Wanita
Ruang Standa
r
Sumber Kap. Perhitungan
Jumlah (unit)
Luas (m2) /unit Total
Lavatory Wanita
KM / WC Wastafel
Area Rias
Lavatory Umum 3m²/or
g
AS - 2 X 1,5 - 6 18
0,9m²/ org
DA 1 0,75 X 1,12 - 4 3,6
20 m²/org
AS - 4 x 5 - 2 40
Jumlah 61,6
Sirkulasi 20% 12,32
(18)
Lavatory Umum Pria
Ruang Standar Sumb
er
Kap. Perhitungan
Jumlah (unit)
Luas (m2) /unit Total
Lavatory Pria KM / WC
Wastafel
Area Rias
Lavatory Umum
3m²/org AS - 2 X 1,5 - 6 18
0,9m²/or g
DA 1 0,75 X 1,12 - 2 1,8
20 m²/org
AS - 4 x 5 - 20 20
Urinoir 1,16m² DA 1 1,45 X 0,80 - 5 5,8
Jumlah 45,6
Sirkulasi 20% 9,12
Jumlah Total 54,72
(19)
c. Kelompok Kegiatan Pengelola
Tabel 4.6 Kelompok Besaran Ruang Kegiatan Penunjang
Ruang Standar Smb Kap. Perhitungan
Jumlah (unit)
Luas (m2)
R. Kepala Pasar 12 m2/orang SB 1 12 x 1 1 12
R. Tata Usaha 9 m2/orang AS 4 9 x 4 1 36
R. Bendahara 9 m2/orang AS 2 9 x 2 1 18
R. Penarik Retribusi 9 m2/orang AS 6 9 x 6 1 54
R. Ka. Kebersihan 9 m2/orang AS 1 9 x 1 1 9
R. Ka. Keamanan 9 m2/orang AS 1 9 x 1 1 9
R. Tamu 1,8 m2/orang AD 8 1,8 x 8 1 14,4
R. Rapat 2,5 m2/orang AS 12 2,5 x 12 1 30
Lavatory 2,5 m2/unit AD 1 2,5 x 1 2 5
Jumlah 187,4
Sirkulasi 20% 37,48
(20)
d. Kelompok Kegiatan Pelayanan
Tabel 4.7 Kelompok Besaran Ruang Kegiatan Penunjang
Ruang Standar Smb Kap. Perhitungan
Jumlah (unit)
Luas (m2)
Pos jaga/R. Informasi 2 m2/org AS 6 2 x 6 12
R. Istirahat 1,2 m2/org AS 12 1,2 x 2,5 30
R. Trafo & Panel Listrik 40 m2 AS - 40 40
R. Genset 30 m2 AS - 30 30
R. Pompa & Tower 50 m2 AS - 50 50
Gudang alat 25 m2 AS - 25 25
Parkir Bongkar Muat 35 m²/truk AS 6 35 x 6 1 210
Sortir Bongkar Muat 15 m²/truk AS 2 2(15m²x6) 1 180
Lift Barang 6 m²/unit AS 2 12
Tangga A 24m²/unit AS 2 48
Tangga B 15m²/unit AS 2 30
Jumlah 667
Sirkulasi 30% 200,1
(21)
d. Pendekatan Program Prediksi Untuk Kebutuhan Parkir
Mengenai kebutuhan akan fasilitas parkir, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum RI, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Standar Kebutuhan Parkir
No Fasilitas Kebutuhan Parkir (mobil*)
1 Toko Kecil (makanan dan kelontong) 1/40 m² netto 2 Toko Besar (grosir dan kelontong) 1/80 m² netto
3 Pasar Wilayah 1/100 m² netto
4 Pasar Kota 1/200 m² netto
5 Pusat Perbelanjaan/Pasar Swalayan 1/40 m² netto
6 Gudang 1/138 m² netto
sumber : DPU Cipta Karya *ket. 1 mobil = 2 unit sepeda motor
Pasar Buku Kota Semarang termasuk dalam kategori Pasar Kota, sehingga berdasarkan standar kebutuhan parkir pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setiap luas lahan 200 m2 dibutuhkan 1 buah parkir mobil. Parkir ditentukan dengan jumlah luas bangunan yang direncanakan, yaitu jumlah bangunan dari besaran ruang kegiatan utama, penunjang, pengelola dan pelayanan sebanyak 4233,35 m2, maka dapat diketahui bahwa luas parkir Pasar Buku Kota Semarang adalah sebagai berikut :
•Parkir Mobil
4233,35 m2/200 m2= 21,17 mobil
Standar ukuran 1 mobil (Data Arsitek, Neufert) = 15 m2
(22)
•Parkir Sepeda Motor
1 unit mobil = 2 unit sepeda motor, maka parkir yang disediakan untuk sepeda motor 4233,35 m2/100 m2 = 42,35 sepeda motor.
Standar ukuran 1 buah sepeda motor (Data Arsitek, Neufert) = 2 m2
Luas lahan parkir sepeda motor Pasar Buku Kota Semarang 2 m2x 42,35 = 84,7 m2
Jumlah total luas parkir Pasar Buku Kota Semarang: (Luas parkir mobil + luas parkir sepeda motor) + sirkulasi 100%
= (317,55 m2) + (84,7 m2) + 100% = 804 m2
Rekapitulasi Kebutuhan Ruang :
1. Kelompok Kegiatan Utama : 3252,6
2. Kelompok Kegiatan Penunjang : 608,32
3. Kelompok Kegiatan Pengelola : 224,88
4. Kelompok Kegiatan Pelayanan : 867,1
Jumlah : 4952,9 m²
Total Luas Lantai Bangunan : 4953 m² Kebutuhan Parkir : 804m²
(23)
Kebutuhan Tapak
KLB = 1,2
KDB = 60%
GSB = 17 m
Perhitungan Luasan tapak adalah sebagai berikut : Luas Lahan = Luas total lantai bangunan
KLB
= 4953 = 4127,5 m²
1,2
Luas lantai dasar = Luas lahan x KDB
= 4127,5 x 0,60
=2477 m²
Lantai Bangunan = Total luas lantai bangunan
Luas lantai dasar
= 4953
2477
=2 lantai
Luas total lahan = Luas lantai dasar + Luas lahan parkir
KDB
= 2477 + 804 / 0,60
(24)
• Hubungan Kelompok Ruang
Untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam penataan ruang, maka dibuat sesuai dengan fungsinya dan kelompok ruang dalam hubungannya dengan ruang yang lain. Hubungan kelompok ruang ini dapat dilihat pada diagram berikut :
Dari skema diatas menunjukan bahwa hubungan erat terjadi pada kelompok kegiatan pelayanan dan kegiatan penunjang terutama pada kegiatan bongkar muat dan parkir. Sedangkan untuk kegiatan pelayanan berkaitan erat dengan kegiatan pengelola. Dan untuk hubungan antara kegiatan penunjang dan kegiatan utama dengan kegiatan pengelola mempunyai hubungan yang tidak begitu erat.
• Persyaratan Ruang
a. Kelompok Ruang Utama ( Kios )
Bersifat terbuka dan dapat dicapai dengan mudah oleh pengunjung. Kelompok Kegiatan
Utama
Kelompok Kegiatan Pelayanan Kelompok Kegiatan
Penunjang
Kelompok Kegiatan Pengelola
Hubungan erat Hubungan kurang erat
(25)
Perencanaan panjang deretan kios yang memperhitungkan nilai estetis dan perilaku pemakai juga keamanan kebakaran.
Hubungan antar kios sangat erat.
b. Kelompok Ruang Pengelola Mudah di capai
Fungsional dan berhubungan dengan seluruh aktivitas pasar
Memiliki tampilan berbeda namun tidak mencolok bagi para pengunjung
c. Kelomok Ruang Penunjang
Pada umumnya bersifat terbuka dan cukup mudah di capai oleh pengunjung
Berhubungan erat dengan kelompok kegiatan utama.
d. Kelompok Ruang Pelayanan
Tersembunyi dari pandangan umum kecuali area parker
Cukup mudah dicapai
4.1.2 Pendekatan Program Perencanaan • Dasar Pendekatan
Dasar pendekatan yang digunakan di dalam perencanaan dan perancangan Pasar Buku Kota Semarang adalah :
a. Perencanaan Pasar Buku Kota Semarang ini memperhatikan kemudahan dalam system sirkulasi berupa sirkulasi barang, sirkulasi manusia maupun sirkulasi kendaraan.
b. Sebagai bangunan komersial, maka penampilan bangunan di desain dengan kesan terbuka, sehingga lebih mendekatkan bangunan Pasar dengan masyarakat.
(26)
c. Perencanaan dan perancangan Pasar Buku Kota Semarang ini mengacu pada kebijakan kebijakan pemerintah dalam RUTRK / RDTRK dan peraturan peraturan daerah yang berhubungan dengan pembangunan pasar.
d. Bangunan Pasar harus memberikan kenyamanan bagi pengunjung sehingga harus dilengkapi dengan fasilitas fasilitas yang memadai.
4.1.3 Pendekatan Aspek Kontekstual A. Pemilihan Lokasi
Dalam pemilihan lokasi Pasar Buku perlu ditentukan beberapa criteria, diantaranya :
a. Sesuai dengan tata guna lahan dan peraturan daerah setempat, atau mendekati fungsi yang direncanakan dalam hal ini adalah fasilitas umum, pendidikan, perdagangan dan rekreasi.
b. Adanya jaringan utilitas kota yang baik dan memadai.
c. Kemudahan pencapaian, sebagai bangunan komersial maka harus mempertimbangkan dalam hal pencapaian dan dekat dengan daerah sentral pendidikan maupun pemukiman penduduk.
B. Pemilihan Tapak Alternatif Tapak 1
Berdasarkan pembagian Bagian Wilayah Kota Semarang, kawasan UNDIP Pleburan berada pada Wilayah Bagian Kota I Semarang dan berada di wilayah administratif kecamatan Semarang Tengah. Kecamatan Semarang Tengah masuk dalam Bagian Wilayah Kota I bersama-sama dengan Kecamatan Semarang Timur, dan Kecamatan Semarang Selatan (Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Semarang 2000-2010)
Adapun fungsi dari Bagian Wilayah Kota I adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Permukiman
2. Kawasan perdagangan dan Jasa
(27)
4. Kawasan perkantoran 5. Kawasan spesifik/ budaya
Koridor jalan Hayam Wuruk mempunyai wilayah dengan topografi datar. Jalan Hayam Wuruk tergolong jalan local sekunder dengan peraturan daerah setempat yang berlaku antara lain : Koefisien Dasar Bangunan 50 % - 60 %, Ketinggian Bangunan 1 – 3 lantai, Garis Sempadan Bangunan 17 meter, dan koefisien lantai bangunan 1 – 1,5
Batas-batas tapak adalah sebagai berikut :
Utara : Kios Pedagang dan gedung UPT Bahasa Asing Selatan : Jalan Taman Singosari
Timur : Pertokoan
Barat : Jalan Singosari 1 Gbr 4.5 Alternativ Site 1
(28)
Regulasi peraturan bangunan :
• Luas Lahan = 9400 meter
• KDB = 60 %
• KLB = 1,2
• Ketinggian Bang max = 3 Lantai
• GSB = 17 meter
Gbr 4.6 Kondisi Alternativ Site 1 ( Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gbr 4.7 Kondisi Alternativ Site 1 ( Sumber : Dokumentasi Pribadi )
(29)
Alternatif Tapak 2
Lokasi Site berada di Jalan Brigjen Sudiarto, dekat dengan perumahan taman sari majapahit. Site berada di pinggir jalan yang di depan site terdapat shelter BRT, wilayah ini termasuk dalam wilayah BWK V yang merupakan wilayah Permukiman, Pendidikan, Sarana Kesehatan, Perdagangan dan Jasa.
Landasan dasar pemilihan lokasi / site adalah sebagai berikut :
• Strategis, dekat dengan kawasan pendidikan kampus / pendidikan, kawasan komersial ( perdagangan dan jasa ) serta dekat dengan kawasan pemukiman.
• Akses pencapaian mudah, dapat dilalui oleh berbagai kendaraan umum, selain itu juga terdapat shelter BRT yang dapat memudahkan aksesbilitas pengunjung.
• Terletak pada kawasan perkembangan komersial, pendidikan, perdagangan, jasa, serta perumahan.
Gbr 4.8 Alternativ Site 2
( Sumber : Di gambar kembali oleh penulis, 2012)
(30)
Batas-batas tapak adalah sebagai berikut :
Utara : Gor manunggal Taman sari Majapahit Selatan : Kios pedagang
Timur : Kawasan Pabrik Barat : Pemikman Penduduk
Regulasi peraturan bangunan :
• Luas Lahan = 6500 meter
• KDB = 60 %
• KLB = 1,2
• Ketinggian Bang max = 4 Lantai
• GSB = 29 meter
Gbr 4.9 Kondisi Alternativ Site 2 ( Sumber : Dokumentasi Pribadi )
(31)
Alternatif Tapak 3
Lokasi Site berada di jalan Arteri Soekarno Hatta Semarang. Site berada di pinggir jalan, Lokasi berada di BWK I memiliki luas + 4930 m². Berdasarkan Perda Kota Semarang tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Bagian Wilayah Kota (BWK) I (Kecamatan Semarang Timur ), daerah tersebut memiliki GSB 23 m yang dihitung dari as jalan sampai dinding terluar bangunan dan KDB sebesar 60 %.
Batas-batas tapak adalah sebagai berikut : Utara : Tanah Kosong
Selatan : Sawah
Timur : Kios dan Pemukiman Penduduk Barat : Tanah Kosong
Regulasi peraturan bangunan :
• Luas Lahan = 4930
• KDB = 60 %
• KLB = 1,2
• Ketinggian Bang max = 4 Lantai
• GSB = 29 meter
Gbr 4.10 Alternativ Site 3
( Sumber : Di gambar kembali oleh penulis, 2012)
(32)
Pendekatan Lokasi
Pemilihan Lokasi ditentukan berdasarkan kriteria lokasi dengan mempertimbangkan besarnya pengaruh terhadap Pasar Buku Kota Semarang. Penentuan bobot kriteria lokasi adalah sebagai berikut :
1. Rencana peruntukan lahan diberi bobobt 30% karena merupakan syarat utama untuk mementuakan lokasi perencanaan.
2. Ketersediaan lahan yang luas di beri bobot 25%.
3. Aksesbilitas yang mempunyai peranan penting diberi bobot 20%.
4. Kondisi topografi sebaiknya relative datar untuk mendukung kebutuhan besaran ruang Pasar Buku Kota Semarang. Bobot penilaian adalah 15%.
5. Fasilitas pendukung yang merupakan salah satu fasilitas penunjang diberi bobot 5%.
6. Utilitas dan Infrastruktur seperti jaringan listrik, air bersih, telepon dan sanitasi diberi bobot 5%.
Gbr 4.11 Kondisi Alternativ Site 3 ( Sumber : Dokumentasi Pribadi )
(33)
Kriteria Bobot Alternatif Lokasi
SITE 1 SITE 2 SITE 3
N BN N BN N BN
Rencana peruntukan lahan 30% Peruntukan lahan sebagai fasilitas Pendidikan
3 0,9 Peruntukan
lahan sebagai fasilitas
Pendidikan
3 0,9 Peruntukan lahan sebagai fasilitas Pendidikan 3 0,9 Ketersediaan lahan yang luas
25% Masih cukup banyak tersedia lahan kosong dengan luasan relative besar yang belum dimanfaatkan
3 0,7 Masih cukup banyak tersedia lahan kosong dengan luasan relative besar yang belum dimanfaatkan
3 0,7 Disebagian
lokasi masih terdapat lahan kosong yang dapat dimanfaatkan 2 0,5
Aksesbilitas 20% Mudah dicapai karena dilalui berbagai
kendaraan umum
3 0,6 Mudah dicapai karena
bersebelahan langsung dengan pintu masuk Tol Semarang-Solo
1 0,2 Mudah dicapai karena dilalui kendaraan umum
2 0,4
Topografi 15% Topografi relatif datar dengan keadaan tanah yang relatif stabil.
3 0,45 Topografi relatif datar dengan keadaan tanah yang relatif stabil.
3 0,45 Topografi
relatif datar dengan keadaan tanah yang relatif stabil. 3 0,45 Fasilitas pendukung
5% Dekat dengan
fasilitas pendukung terutama fasilitas pendidikan, pusat perdagangan dan perumahan
3 1,5 Dekat dengan fasilitas
pendukung terutama fasilitas pendidikan dan perumahan
3 1,5 Dekat dengan fasilitas pendukung terutama fasilitas pendidikan dan perumahan 3 1,5 Utilitas dan infrastruktur
5% Telah terjangkau jaringan utilitas dan infrastruktur kota
3 1,5 Telah terjangkau jaringan utilitas dan infrastruktur kota
3 1,5 Telah terjangkau jaringan utilitas dan infrastruktur kota 3 1,5
(34)
Dari komposisi nilai masing-masing pada table alternative site, terpilih alternative site 1 sebagai site Pasar Buku Kota Semarang.
Alternatif Tapak 1
Koridor jalan Hayam Wuruk mempunyai wilayah dengan topografi datar. Jalan Hayam Wuruk tergolong jalan local sekunder dengan peraturan daerah setempat yang berlaku antara lain : Koefisien Dasar Bangunan 50 % - 60 %, Ketinggian Bangunan 1 – 3 lantai, Garis Sempadan Bangunan 17 meter, dan koefisien lantai bangunan 1 – 1,5
Landasan dasar pemilihan lokasi / site adalah sebagai berikut :
• Strategis, dekat dengan kawasan pendidikan kampus / pendidikan, kawasan komersial ( perdagangan dan jasa ) serta dekat dengan kawasan pemukiman.
• Akses pencapaian mudah, dapat dilalui oleh berbagai kendaraan umum, yang dapat memudahkan aksesbilitas pengunjung.
• Terletak pada kawasan perkembangan komersial, pendidikan, perdagangan, jasa, serta perumahan.
Batas-batas tapak sebagai berikut :
Utara : Kios Pedagang dan gedung UPT Bahasa Asing Selatan : Jalan Taman Singosari
Timur : Pertokoan
Barat : Jalan Singosari 1 Keterangan :
B = Bobot
N = Nilai
BN = Bobot Nilai
Nilai : 1 = Kurang baik 2 = Cukup baik 3 = Baik
(35)
Regulasi peraturan bangunan :
• Luas Lahan = 9400 meter
• KDB = 60 %
• KLB = 1,2
• Ketinggian Bang max = 3 Lantai
• GSB = 17 meter
Rekapitulasi Kebutuhan Ruang :
1. Kelompok Kegiatan Utama : 3252,6
2. Kelompok Kegiatan Penunjang : 608,32
3. Kelompok Kegiatan Pengelola : 224,88
4. Kelompok Kegiatan Pelayanan : 867,1
Jumlah : 4952,9 m²
Total Luas Lantai Bangunan : 4953 m² Kebutuhan Parkir : 804m² Kebutuhan Tapak
KLB = 1,2
KDB = 60%
GSB = 17 m
(36)
Luas Lahan = Luas total lantai bangunan
KLB
= 4953 = 4127,5 m²
1,2
Luas lantai dasar = Luas lahan x KDB
= 4127,5 x 0,60
=2477 m²
Lantai Bangunan = Total luas lantai bangunan
Luas lantai dasar
= 4953
2477
=2 lantai
Luas total lahan = Luas lantai dasar + Luas lahan parkir
KDB
= 2477 + 804 / 0,60
= 3281 / 0,60
(37)
4.2 Pendekatan Kinerja Bangunan
Merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kinerja bangunan, yang mendukung fungsi dan aktivitas yang ada di dalamnya agar berjalan secara optimal. Persyaratan persyaratan tersebut meliputi :
a. Sistem Pencahayaan
• Pencahayaan Alami
Menggunakan terang langit terutama pada ruang yang tidak membutuhkan pencahayaan khusus dan tetap.
Untuk pencahayaan alami ini menggunakan cahaya matahari sebagai sumber cahaya, sehingga di dalam pengolahan bentuk serta luasan untuk elemen bukaannya harus memperhatikan arah edar dan karakteristik matahari itu sendiri. Selain itu intensitasnya juga diatur supaya tercipta suhu ruangan yang tidak panas.
• Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan digunakan pada waktu malam hari atau digunakan apabila kerja pencahayaan alami tidak optimal lagi pada waktu siang hari. Hal ini terjadi jika terdapat ruang-ruang yang kurang terjangkau oleh cahaya matahari.
(38)
b. Sistem Pengkodisian Udara
Pengkodisian udara dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu :
• Penghawaan Alami
Sistem penghawaan alami digunakan pada ruang yang membutuhkan sirkulasi udara bebas tanpa menuntut tingkat kenyamanan yang tinggi dan tidak mempunyai persyaratan ruang maupun cross ventilation.
• Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan, dilakukan dengan cara memasang air conditioner ( AC ) sistem yang digunakan adalah sistem AC package dan Split package. Sistem AC package digunakan pada ruang ruang yang luas sedangkan sistem split digunakan pada ruang ruang yang lebih kecil.
(39)
c. Sistem Jaringan Air Bersih
Air bersih untuk keperluan seperti KM/WC, minum dan lain-lain berasal dari PDAM dan sumur artetis. Sistem yang digunakan menggunakan up feed sistem dan down feed sistem.
• Up Feed Sistem Keuntungan :
Tidak membutuhkan ruang untuk reservoir diatas bangunan, sehingga beban bangunan tidak bertambah.
Kerugian :
Air tidak mengalir bila listrik padam, tekanan air di lantai atas jadi berkurang.
• Down Feed Sistem Keuntungan :
Air dapat mengalir meskipun listrik padam
Kerugian :
Membutuhkan reservoir di atas bangunan, sehingga menambah beban pondasi bangunan.
d. Sistem Jaringan Air Kotor
• Sistem pembuangan air kotor
Air hujan dialirkan keluar tapak melalui saluran drainase kota yang dilengkapi dengan bak control pada jarak tertentu.
Kotoran yang berbentuk padat langsung dialirkan ke septictank yang langsung berhubungan dengan resapan
e. Sistem Jaringan Listrik
(40)
f. Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir pada bangunan dapat menggunakan sistem franklin atau faraday.
1) Sistem Faraday
Bentuknya merupakan tiang-tiang yang berulang-ulang ditempatkan dengan jarak 3,5 m pada beberapa bagian atap bangunan dengan ketinggian kurang lebih 30 cm, kemudian dihubungkan dengan kabel baja ke bawah tanah. Cocok digunakan pada bangunan memanjang dengan atap datar.
2) Sistem Franklin
Perlindungan bangunan dengan daerah perlindungan berupa gelombang berbentuk kerucut yang melindungi bangunan dibawahnya. Cocok digunakan pada bangunan menara dan cerobong asap.
g. Sistem Jaringan Pemadam Kebakaran
Sistem pencegah kebakaran yang diterapkan pada bangunan ini adalah
• Pencegah aktif kebakaran
2 Fire hydrant, yang mempunyai jangkauan sekitar 25-30 m. 2 Hydrant pillar, di tepi jalan yang berjarak maksimal 100 m.
2 Fire extinguisher, berupa zat kimia yang ditempatkan pada ruangan-ruangan dengan jarak per unitnya antara 20-30 m.
2 Smoke detector,
• Pencegah pasif kebakaran - Tangga darurat
- Pintu Keluar
Pengamanan terhadap kebakaran dari segi arsitektural harus pula memperhatikan beberapa hal, antara lain :
2 Perletakan tangga atau pintu keluar yang tidak terlalu berjauhan satu sama lain, maksimal berjarak ± 30 m. Sehingga bila terjadi kebakaran pengunjung dapat dengan mudah menyelamatkan diri keluar dari bangunan.
(41)
2 Fasade bangunan yang cukup terbuka, sehingga petugas pemadam kebakaran dapat dengan mudah menyemprotkan air ke dalam bangunan.
2 Sirkulasi kendaraan yang memungkinkan mobil pemadam kebakaran menjangkau titik-titik yang rawan kebakaran.
h.Sistem Keamanan Bangunan
Pengamanan dapat dilakukan dengan menggunakan CCTV, pos keamanan selain itu juga dilengkapi alarm otomatis.
i. Sistem Komunikasi
Jaringan komunikasi yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Jaringan Komunikasi Internal
Yaitu komunikasi yang terjadi di dalam bangunan dengan menggunakan intercom dan HT (Handy Talky) terutama untuk pihak antar pengelola dan penggunaan speaker atau sistem pengeras suara (TOA) untuk penyebaran informasi dari pihak pengelola pasar dengan para pedagang.
2. Jaringan Komunikasi Eksternal
Yaitu penyaluran informasi keluar bangunan berupa telepon, baik telepon pribadi maupun dengan menggunakan jasa pelayanan warpostel berupa saluran SLJJ, pos, dan telegram serta faksimile.
j. Sistem Transportasi Vertikal
Sebagai bangunan umum, keberadaan transportasi vertikal sangat penting yaitu tangga, ramp, eskalator.
4.2.1 Pendekatan Teknis Bangunan
Penggunaan sistem struktur dengan melakukan penyesuaian terhadap fungsi ruang kegiatan, tuntutan bentuk ruang, dimensi ruang, fleksibilitas ruang serta efisiensi ruang. Struktur tersebut harus memenuhi tuntutan fisik bangunan yang meliputi kekakuan, kestabilan dan daya tahan terhadap gangguan alamiah, seperti gempa, angin, petir dan lain-lain serta menjamin
(42)
pertimbangan pemilihan material struktur harus ekonomis, perawatannya mudah dan mempunyai daya tahan yang bagus terhadap segala kondisi yang mungkin terjadi.
• Sistem Struktur
1. Stuktur yang aman, kokoh dan tahan terhadap gangguan luar seperti gempa.
2. Disesuaikan dengan karakteristik bangunan dan persyaratan ruang pada Pasar Buku Kota Semarang.
3. Modul struktur yang digunakan adalah modul struktur rangka bahan beton, dengan modul struktur yang digunakan 6 x 6 m
• Bahan bangunan
1. Bahan bangunan dipilih sesuai dengan kebutuhan ruang dan bentuk bangunan.
2. Bahan bangunan yang akan digunakan disesuaikan dengan fungsinya serta ketahanannya terhadap kondisi alam.
4.2.2 Pendekatan Aspek Arsitektural
Penekanan desain bangunan pada perancangan ini menggunakan penekanan desain Post Modern Double Coding - Historism yang menampilkan nilai budaya/sejarah setempat yang berpadu dengan tampilan masa kini. Perpaduan 2 nilai tersebut menjadi tampilan fasade bangunan yang akan di rancang, Sehingga kesan bangunan Pasar lebih dekat dengan masyarakat.
Selain itu ketinggian bangunan disesuikan dengan peraturan bangunan setempat dan fungsi bangunan. Pewarnaan bangunan dan elemen-elemen yang ada disesuaikan dengan karakter objek sebagai pusat perdagangan. Tekstur bangunan diciptakan dengan banyak menggunakan bahan bangunan yang menggunakan unsur dan material alami, guna menciptakan keselarasan dengan lingkungan di sekitarnya.
(1)
4.2 Pendekatan Kinerja Bangunan
Merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kinerja bangunan, yang mendukung fungsi dan aktivitas yang ada di dalamnya agar berjalan secara optimal. Persyaratan persyaratan tersebut meliputi :
a. Sistem Pencahayaan • Pencahayaan Alami
Menggunakan terang langit terutama pada ruang yang tidak membutuhkan pencahayaan khusus dan tetap.
Untuk pencahayaan alami ini menggunakan cahaya matahari sebagai sumber cahaya, sehingga di dalam pengolahan bentuk serta luasan untuk elemen bukaannya harus memperhatikan arah edar dan karakteristik matahari itu sendiri. Selain itu intensitasnya juga diatur supaya tercipta suhu ruangan yang tidak panas.
• Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan digunakan pada waktu malam hari atau digunakan apabila kerja pencahayaan alami tidak optimal lagi pada waktu siang hari. Hal ini terjadi jika terdapat ruang-ruang yang kurang terjangkau oleh cahaya matahari.
(2)
b. Sistem Pengkodisian Udara
Pengkodisian udara dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu : • Penghawaan Alami
Sistem penghawaan alami digunakan pada ruang yang membutuhkan sirkulasi udara bebas tanpa menuntut tingkat kenyamanan yang tinggi dan tidak mempunyai persyaratan ruang maupun cross ventilation.
• Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan, dilakukan dengan cara memasang air conditioner ( AC ) sistem yang digunakan adalah sistem AC package dan Split package. Sistem AC package digunakan pada ruang ruang yang luas sedangkan sistem split digunakan pada ruang ruang yang lebih kecil.
(3)
c. Sistem Jaringan Air Bersih
Air bersih untuk keperluan seperti KM/WC, minum dan lain-lain berasal dari PDAM dan sumur artetis. Sistem yang digunakan menggunakan up feed sistem dan down feed sistem.
• Up Feed Sistem Keuntungan :
Tidak membutuhkan ruang untuk reservoir diatas bangunan, sehingga beban bangunan tidak bertambah.
Kerugian :
Air tidak mengalir bila listrik padam, tekanan air di lantai atas jadi berkurang. • Down Feed Sistem
Keuntungan :
Air dapat mengalir meskipun listrik padam Kerugian :
Membutuhkan reservoir di atas bangunan, sehingga menambah beban pondasi bangunan.
d. Sistem Jaringan Air Kotor • Sistem pembuangan air kotor
Air hujan dialirkan keluar tapak melalui saluran drainase kota yang dilengkapi dengan bak control pada jarak tertentu.
Kotoran yang berbentuk padat langsung dialirkan ke septictank yang langsung berhubungan dengan resapan
e. Sistem Jaringan Listrik
Sumber utama penyediaan listrik berasal dari PLN dan cadangannya menggunakan genset.
(4)
f. Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir pada bangunan dapat menggunakan sistem franklin atau faraday.
1) Sistem Faraday
Bentuknya merupakan tiang-tiang yang berulang-ulang ditempatkan dengan jarak 3,5 m pada beberapa bagian atap bangunan dengan ketinggian kurang lebih 30 cm, kemudian dihubungkan dengan kabel baja ke bawah tanah. Cocok digunakan pada bangunan memanjang dengan atap datar.
2) Sistem Franklin
Perlindungan bangunan dengan daerah perlindungan berupa gelombang berbentuk kerucut yang melindungi bangunan dibawahnya. Cocok digunakan pada bangunan menara dan cerobong asap.
g. Sistem Jaringan Pemadam Kebakaran
Sistem pencegah kebakaran yang diterapkan pada bangunan ini adalah • Pencegah aktif kebakaran
2 Fire hydrant, yang mempunyai jangkauan sekitar 25-30 m. 2 Hydrant pillar, di tepi jalan yang berjarak maksimal 100 m.
2 Fire extinguisher, berupa zat kimia yang ditempatkan pada ruangan-ruangan dengan jarak per unitnya antara 20-30 m.
2 Smoke detector,
• Pencegah pasif kebakaran - Tangga darurat
- Pintu Keluar
Pengamanan terhadap kebakaran dari segi arsitektural harus pula memperhatikan beberapa hal, antara lain :
2 Perletakan tangga atau pintu keluar yang tidak terlalu berjauhan satu sama lain, maksimal berjarak ± 30 m. Sehingga bila terjadi kebakaran pengunjung dapat dengan mudah menyelamatkan diri keluar dari bangunan.
(5)
2 Fasade bangunan yang cukup terbuka, sehingga petugas pemadam kebakaran dapat dengan mudah menyemprotkan air ke dalam bangunan.
2 Sirkulasi kendaraan yang memungkinkan mobil pemadam kebakaran menjangkau titik-titik yang rawan kebakaran.
h.Sistem Keamanan Bangunan
Pengamanan dapat dilakukan dengan menggunakan CCTV, pos keamanan selain itu juga dilengkapi alarm otomatis.
i. Sistem Komunikasi
Jaringan komunikasi yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Jaringan Komunikasi Internal
Yaitu komunikasi yang terjadi di dalam bangunan dengan menggunakan intercom dan HT (Handy Talky) terutama untuk pihak antar pengelola dan penggunaan speaker atau sistem pengeras suara (TOA) untuk penyebaran informasi dari pihak pengelola pasar dengan para pedagang.
2. Jaringan Komunikasi Eksternal
Yaitu penyaluran informasi keluar bangunan berupa telepon, baik telepon pribadi maupun dengan menggunakan jasa pelayanan warpostel berupa saluran SLJJ, pos, dan telegram serta faksimile.
j. Sistem Transportasi Vertikal
Sebagai bangunan umum, keberadaan transportasi vertikal sangat penting yaitu tangga, ramp, eskalator.
4.2.1 Pendekatan Teknis Bangunan
Penggunaan sistem struktur dengan melakukan penyesuaian terhadap fungsi ruang kegiatan, tuntutan bentuk ruang, dimensi ruang, fleksibilitas ruang serta efisiensi ruang. Struktur tersebut harus memenuhi tuntutan fisik bangunan yang meliputi kekakuan, kestabilan dan daya tahan terhadap gangguan alamiah, seperti gempa, angin, petir dan lain-lain serta menjamin keamanan terhadap masalah konstruksi dan bahaya kebakaran, sehingga di dalam melakukan
(6)
pertimbangan pemilihan material struktur harus ekonomis, perawatannya mudah dan mempunyai daya tahan yang bagus terhadap segala kondisi yang mungkin terjadi.
• Sistem Struktur
1. Stuktur yang aman, kokoh dan tahan terhadap gangguan luar seperti gempa.
2. Disesuaikan dengan karakteristik bangunan dan persyaratan ruang pada Pasar Buku Kota Semarang.
3. Modul struktur yang digunakan adalah modul struktur rangka bahan beton, dengan modul struktur yang digunakan 6 x 6 m
• Bahan bangunan
1. Bahan bangunan dipilih sesuai dengan kebutuhan ruang dan bentuk bangunan.
2. Bahan bangunan yang akan digunakan disesuaikan dengan fungsinya serta ketahanannya terhadap kondisi alam.
4.2.2 Pendekatan Aspek Arsitektural
Penekanan desain bangunan pada perancangan ini menggunakan penekanan desain Post Modern Double Coding - Historism yang menampilkan nilai budaya/sejarah setempat yang berpadu dengan tampilan masa kini. Perpaduan 2 nilai tersebut menjadi tampilan fasade bangunan yang akan di rancang, Sehingga kesan bangunan Pasar lebih dekat dengan masyarakat.
Selain itu ketinggian bangunan disesuikan dengan peraturan bangunan setempat dan fungsi bangunan. Pewarnaan bangunan dan elemen-elemen yang ada disesuaikan dengan karakter objek sebagai pusat perdagangan. Tekstur bangunan diciptakan dengan banyak menggunakan bahan bangunan yang menggunakan unsur dan material alami, guna menciptakan keselarasan dengan lingkungan di sekitarnya.