STRATEGI PERTEMPURAN PANGLIMA KHALID BIN AL-WALID DALAM PERANG YARMUK.

(1)

STRATEGI PERTEMPURAN PANGLIMA KHALID BIN Al-WALID DALAM PERANG YARMUK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh :

Silviani Uswatun Chasanah NIM: A32211079

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui Tanggal 22 Juni 2015

Oleh Pembimbing

Prof. Dr. H. Ahwan Mukarrom, M. A. NIP. 195212061981031002


(3)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi ini telah diuji oleh Tim Penguji dan dinyatakan Lulus Pada Tanggal 27 Juli 2015

Ketua/Pembimbing

Prof. Dr. H. Ahwan Mukarrom, M.A. NIP: 195212061981031002

Penguji I

Dr. H. Imam Ghazali, M.A. NIP: 196002121990031002

Penguji II

Drs. H. Ridwan, M.Ag NIP:196110111991031001

Sekretaris

Dwi Susanto, S.Hum., M.A. NIP: 197712212005011003

Mengetahui Dekan

Fakultas Adab dan Humaniora

Dr. H. Imam Ghazali, MA NIP: 196002121990031002


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Silviani Uswatun Chasanah

NIM : A32211079

Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Fakultas : Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika ternyata dikemudian hari skripsi ini terbukti bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia mendapatkan sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Surabaya, 22 Juni 2015

Saya yang menyatakan

Silviani Uswatun Chasanah NIM: A32211079


(5)

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang “Strategi Pertempuran Panglima Khalid bin

Al-Walid dalam Perang Yarmuk”. Fokus penelitian yang dibahas dalam skrisi ini meliputi; (1) Latar belakang kehidupan Khalid bin Al-Walid; (2) Jalan terjadinya Perang Yarmuk; (3) Dan strategi pertempuran yang diterapkan Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk.

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah pendekatan historis. Dengan pendekatan ini, penulis berusaha untuk mendiskripsikan peristiwa Perang Yarmuk yang terjadi di masa lampau dan untuk mengetahui strategi yang diterapkan Khalid bin Al-Walid dalam melawan Romawi. Data penelitian diperoleh dari sumber tertulis berupa buku literatur. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan metode sejarah. Dengan metode ini, penulis berusaha merekonstruksi Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk dari sumber-sumber yang diteliti. Sedangkan data yang dipaparkan dianalisis dengan menggunakan teori perang dari Clausewirtz.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Khalid bin Al-Walid adalah seorang putra dari Al-Walid bin Al-Mughirah dengan Lubabah As-Suggrah. Khalid berasal dari keturunan bani Makhzum. Sebelum masuk Islam, ia adalah seorang yang sangat membenci Islam, tetapi pada saat sesudah masuk Islam ia menjadi sahabat Nabi yang selalu berada di barisan pasukan Islam untuk membela agama Islam. Khalid meninggal di Homsh pada tahun 21 Hijriyah; (2) Perang Yarmuk adalah perang yang melibatkan pasukan Islam dengan pasukan Romawi yang terjadi di wilayah Syam. Perang ini berkobar pada Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah; (3) Strategi yang digunakan Khalid dalam berperang melawan pasukan Romawi adalah dengan membagi semua pasukan menjadi 30-40 kurdus atau batalion yang setiap kurdus terdiri dari 1000 pasukan Islam.


(6)

ABSTRACT

This thesis conduction to analyze “Battle Strategies of Commander

Khalid bin Al-Walid in Yarmuk Battle”. the focus of the research is discussed this thesis are; (1) Biography of Khalid bin Al-Walid. (2) Chronology of Yarmuk battle. (3) And battle strategies that applied by commander Khalid bin Al-Walid in Yarmuk Battle.

The approachment used in this thesis are history approach. With this approach, the authors sought to describe the events of the Battle Yarmuk happened in the past and to know strategi that applied by commander Khalid bin Al-Walid against Roman. The research data is gotten from writer source, book. Next, that data analyzed with history research method. With this method, the authors sought to Khalid bin Al-Walid reconstruct the battle of yarmuk of sources studied. Then, this data analyze with battle theory by Clausewirtz.

The result of research conclude that (1) Khalid bin Al-Walid was a son of Al-Walid bin Al-Mughirah with Lubabah As-Sughrah. Khalid was from generation of Bani Makhzum. Before entering Islam, he was hate Islam, but whwn he has entered Islam, he been prophet‟s best friend who always in Islam formation for defending Islam. Khalid died in Homsh on 21 of the Islam calendar. (2) Yarmuk Battle is battle between Islam formation an Roman formation. That happened in Syria. This battle deflagrate in Jumadil Akhir 13 of the Islam calendar. (3) Battle strategies used by Khalid in battle that resis Roman formation are with divide all formation in 30-40 battalion, every battalion consist of 1000 Islam Formation.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ....iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ....iv

TABEL TRANSLITERASI ... ...v

MOTTO ... ...vi

PERSEMBAHAN ... ....vii

ABSTRAK ... ....viii

KATA PENGANTAR ... ...x

DAFTAR ISI ... ....xii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Kegunaan Penelitian ...8

E. Pendekatan Dan Kerangka Teoritik ...8

F. Penelitian Terdahulu ...10

G. Metode Penelitian ...12

H. Sistematika Bahasan ...14

BAB II. BIOGRAFI KHALID BIN AL-WALID ...16

A. Silsilah Khalid Bin Al-Walid ...16

B. Khalid Bin Al-Walid Sebelum Masuk Islam ...19


(8)

D. Wafat Khalid Bin Al-Walid ...35

BAB III. PERANG YARMUK ...40

A. Latar Belakang Terjadinya Perang Yarmuk ...40

1. Abu Bakar mengutus Khalid bin Sa‟id Pergi ke Syam ...43

2. Abu Bakar mengutus Beberapa Pemimpin Pasukan ke Syam. ...45

3. Abu Bakar mengutus Khalid bin Al-Walid Pergi ke Syam...49

B. Jalan Terjadinya Perang Yarmuk...49

1. Persiapan Pasukan Romawi...51

2. Persiapan Pasukan Islam...53

3. Negoisasi Sebelum Pertempuran Terjadi ...55

4. Pertempuran Mulai Berkobar ...56

C. Akhir Perang Yarmuk ...62

D. Khalid bin Al-Walid Berhenti Sebagai Panglima Yarmuk...65

BAB IV. STRATEGI PERTEMPURAN PERANG YARMUK ...67

A. Perjalanan Khalid bin Al-Walid menuju Syam ... ...67

B. Pidato Semangat Khalid bin Al-Walid ...69

C. Taktik Pertempuan Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk ...72

D. Dakwah Khalid bin Al-Walid di Medan Perang ...77

E. Khalid bin Al-Walid Menerobos Pasukan Musuh ...81

BAB V. PENUTUP ...86

A. Kesimpulan ...86


(9)

DAFTAR PUSTAKA...89 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Khalid bin Al-Walid adalah panglima perang yang terkenal dalam sejarah Islam. Sebelum memeluk agama Islam Khalid merupakan seorang panglima perang yang selalu membela orang-orang Quraish untuk melawan Rasulullah SAW; salah satunya yaitu dalam perang Uhud. Karena dirinyalah pasukannya dapat meraih kemenangan gemilang saat-saat akhir peperangan.

Khalid bin Al-Walid berasal dari keturunan bani Makhzum yaitu salah satu bani yang sangat terpandang dan disegani di suku Quraisy. Ayahnya bernama Al-Walid bin Al-Mughirah dan ibunya bernama Lubabah As-Sughra. Keluarga Khalid bin Al-Walid memilki kedudukan penting dan terhormat di kalangan suku Quraisy. Khalid bin Al-Walid juga sering disebut dengan Abu

Sulaiman1, karena Khalid mempunyai seorang anak yang bernama Sulaiman

sehingga ia sering dipanggil dengan Abu Sulaiman.

Khalid bin Al-Walid sebelum genab berumur 17 tahun ketika agama Islam lahir. Ia sudah menunjukkan perhatian serius dan besar dalam ilmu berperang, termasuk mengendarai kuda, melempar lembing atau tombak dan memanah sehingga ia dengan cepat menjadi tersohor. Taktik serangannya

1

Manshur Abdul Hakim, Khalid Bin Al-Walid Panglima Yang Tak Terkalahkan, Terj: Masturi Irham (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), 5.


(11)

2

yang sangat terkenal, yang dilakukan dengan tiba-tiba dari belakang musuh

(ketika itu musuhnya adalah kaum muslim) dalam Perang Uhud.2

Adapun yang mendukung keberhasilan Khalid dalam karir militernya adalah bahwasanya ia belajar hidup sederhana dan menerima kehidupan keras sebagaimana orang-orang primitif bukan sebagaimana bangsawan agar mampu bersabar dalam menghadapi penderitaan dalam perang dan berbagai

kesulitan dalam mengendalikan kuda.3 Selain itu Khalid juga mendapat

pelajaran pertama tentang seni dan strategi berperang darinya ayahnya sendiri.

Khalid bin Al-Walid ialah seorang panglima, dengan kesukaran hidup seorang prajurit dan kerendahan hati. Ia juga seorang prajurit dengan tanggung

jawab seorang panglima dengan keteladanannya4. Ia juga seorang pribadi yang

mengagumkan, penuh dengan keagungan dan kemuliaan.5

Adapun karakteristik fisik Khalid, para pakar sejarah menyebutkan bahwa Khalid mirip dengan Umar bin Al-khathab. Mereka mengambil bukti dari kisah Alqomah yang bertemu dengan Umar bin Al-Khathab dan dianggapnya sebagai Khalid. Pada masa muda Khalid juga pernah terlibat dalam adu gulat atau adu ketangkasan dengan Umar bin Al-Khatab, dikala itu Khalid dapat mengalahkan Umar dengan mematahkan betisnya.

2

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1994), 364.

3

Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 21.

4

Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi, Terj: Rijalun Haular Rasul (Jakarta: Ummul Qura, 2012), 318.

5


(12)

3

Khalid bin Al-Walid masuk Islam pada saat penandatangan perjanjian Hudaibiyah antara kaum Muslim dan suku Quraish. Setelah dia menjadi pemeluk agama Islam yang sangat teguh, Nabi SAW. kerapkali meminta bantuannya dalam berbagai peperangan pada tiga tahun terakhir menjelang beliau wafat. Khalid memimpin pasukan perang Mu‟tah melawan Byzantium setelah gugurnya Zayd bin Haritsah, Ja‟far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin

Rawahah.6

Perang Mu‟tah adalah perang pertama yang diikuti Khalid ketika ia

sudah masuk Islam. Dengan diambil alihnya Khalid bin Al-Walid dan strateginya, pasukan Islam dapat keluar dari kepungan musuh Romawi. Dari

perang ini Khalid bin Al-Walid dijuluki dengan sebagai Saifullah Al-Maslul

yaitu Pedang Allah Yang Terhunus. Sejak saat itu Khalid berada dibarisan

kaum Muslimin untuk mengikuti Rasulullah di beberapa peperangan melawan kaum Quraisy dan dalam ekpansi wilayah di masa Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar bin Al-khathab.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, peperangan terhadap orang murtad serta penyerbuan ke Irak dan Syam ditumpukan kepada Khalid bin Al-Walid. Pertama kali dia menyerang Thulayhah bin Khuwaylid di kota Buzakhah. Setelah selesai memerangi orang-orang murtad, Abu Bakar

menyuruhnya mengerahkan pasukan perangnya ke Persia dan Irak7.

Kemenangan-kemenangan pasukan Islam di wilayah Persia membangkitkan

6

Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 1999), 10.

7


(13)

4

semangat suku-suku Arab di Jazirah. Abu bakar melakukan perundingan dengan para pemuka Islam dan memutuskan membentuk pasukan yang kuat

guna mengalahkan Romawi Timur8. Dari sini nantinya akan terjadi Perang

Yarmuk di Syam.

Wilayah Syam adalah sebuah daerah yang terletak di timur Laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan

Pegunungan Taurus. Sebelum jatuh ke tangan kaum Muslim, Wilayah Syiria

Raya merupakan koloni Kekaisaran Romawi. Pada saat awal kedatangan Islam suku-suku paling penting yang tercatat dalam awal kedatangan Islam adalah Qudha‟ah, Shalih, Ghassaniyah, Judzam, Lakhm, Kalb, Tanukh dan

Bahra‟9

.

Syam saat ini adalah Syiria atau Suriah. Saat ini negeri Syria Raya (Syam Al-Kubro) meliputi negeri-negeri Syiria, Yordania, Lebanon dan Palestina. Di negeri Syria sendiri memakai nama Syam adalah Bushra asy-Syam, adalah kota administrasi Damaskus dan merupakan ibukota distrik Hawran, Damaskus, adalah ibukota dan kota terbesar di Suriah, Levant, wilayah Mediterania Timur, atau wilayah besar di Asia Barat yang dibatasi oleh Pegunungan Taurus di utara, Gurun Arab di selatan, Laut Mediterania di barat, dan Pegunungan Zagros di timur. Garis perbatasan yang baru dibuat pada era perkembangan yang terjadi setelah Perang Dunia Pertama.

8

H Abd. Chair, “Khalifah”, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ed. M. Din Syamsuddin, et al (Jakarta: Pt Ichtiar Baru Van Hoeve), 46.

9Rasul Ja‟farian,

Sejarah Islam: sejak wafat Nabi SAW hingga runtuhnya Dinasti Bani Umayyah (11-132 H), Terj: Ilyas Hasan (Jakarta: Lentera, 2004), 44.


(14)

5

Perang Yarmuk adalah peperangan antara pasukan umat Islam dengan bangsa Romawi Timur atau Bizantium. Perang Yarmuk dipimpin oleh panglima Khalid bin Al-Walid. Untuk menaklukkan Romawi di Syam, Abu Bakar membentuk empat pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang ditentukan. Keempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah pertama, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang ditugaskan ke daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia. Kedua, Amr bin Al-Ash mendapatkan perintah untuk menakklukan wilayah Palestina, yang berada di bawah kekuasaan Romawi Timur. Ketiga, Syurahbil bin Hasanah diberi wewenang menundukkan Tabuk dan Yordania. Keempat, Yazid bin Abu Sufyan diperintahkan untuk menaklukan Damaskus dan Suriah Selatan.

Gerak maju tentara Islam itu sangat mengejutkan penguasa Romawi. Kaisar Heraklius segera memerintahkan semua kepala daerah yang masih berada dalam kekuasaannnya untuk mengirim pasukan untuk melawan pasukan Islam. Berita tentang penyiapan pasukan besar Romawi ini menimbulkan kekhawatiran di pihak Islam. Keempat panglimanya segera berunding untuk mencari jalan keluar. Mereka mengirimkan gambaran tentang situasi gawat ini kepada Khalifah Abu Bakar. Abu bakar memerintahkan untuk menyatukan pasukan di Yarmuk. Selain itu Khalifah juga memerintahkan Khalid bin Al-Walid untuk membawa sebagaian anak buahnya guna membantu mereka, dan Khalid bin Al-Walid ditunjuk sebagai panglima tertinggi pasukan gabungan tersebut.


(15)

6

Pada bulan Jumadil Akhir 13 H, pecahlah Perang Yarmuk antara pasukan Islam dan Romawi. Di tengah berkecamuknya perang, seorang kurir datang dari Madinah dengan membawa dua berita yang mengejutkan. Pertama adalah informasi tentang wafatnya Abu Bakar, dan pengangkatan Umar bin Khatab sebagai khalifah yang menggantikannya. Kabar kedua adalah memberitakan bahwa pemimpin Islam yang terbaru itu memutuskan untuk memberhentikan Khalid bin Al-Walid dari jabatan panglima tertinggi, dan sebagai gantinya ditunjuk Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Tetapi proses penggantian tersebut ditunda dan dilakukan saat perang Yarmuk selesai, Karena agar pasukan Islam tetap berkonsentrasi pada pertempuran yang dihadapi. Dengan semangat tinggi Khalid memimpin pasukannya untuk memenangkan perang, sehingga pihak Romawi yang diperkuat dengan

pasukan yang amat besar dapat dikalahkan secara telak. 10

Dengan kemenangan perang Yarmuk di tangan pasukan Islam membuat perluasan wilayah Islam semakin mudah di taklukan, menjadi luas dan dan semakin pesat perkembangan Islam di luar Jazirah Arab. Seperti daerah takluknya wilayah Palestina, Suriah dan Mesir jatuh ketangan pasukan Islam.

Khalid bin Al-Walid meninggal pada tahun 21 Hijriyah di Hems11.

Khalid meninggal di atas tempat tidurnya. Di dalam tubuhnya hampir tidak

10

Ibid., 47.

11


(16)

7

ada bagian yang selamat dari luka terlalu banyaknya luka yang pernah ia dapatkan dari berbagai pertempuran selama hidupnya.

Dari latar belakang di atas terdapat gambaran-gambaran Khalid bin Al-Walid dalam memimpin perang dan gambaran perang Yarmuk, sehingga dari beberapa uraian di atas telah menarik perhatian penulis untuk membahas sosok Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk, dan penelitian mengenai strategi pertempuran Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk belum ada skripsi yang menelitinya. Inilah alasan utama penulis meneliti judul ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis menyusun beberapa rumusan masalah yang dapat dikembangkan dan mempermudah penulisan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Latar Belakang Kehidupan Panglima Khalid Bin Al-Walid?

2. Bagaimana Proses Terjadinya Perang Yarmuk?

3. Bagaimana Strategi Pertempuran Khalid Bin Al-Walid dalam Perang

Yarmuk? C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Praktis

Sebagai persyaratan memenuhi tugas akhir untuk bisa memperoleh gelar sarjana atau lulus studi Strata 1 (S1).


(17)

8

a. Untuk mengetahui Latar Belakang Kehidupan Panglima Khalid bin

Al-Walid.

b. Untuk Mengetahui Proses Terjadinya Perang Yarmuk.

c. Untuk Mengetahui Strategi Pertempuran Khalid bin Al-Walid dalam

Perang Yarmuk. D. Kegunaan Penelitian

1. Dapat memaparkan fakta-fakta dan data-data sejarah, dengan harapan agar

pembaca dapat memahami dan mengetahui tentang strategi perjuangan Khalid bin Walid dalam memimpin Perang Yarmuk.

2. Memberi kontribusi wacana bagi perkembangan khazanah ilmu

pengetahuan, terutama dibidang kesejarahan.

3. Dapat dijadikan bahan referensi di perpustakaan Fakultas Adab, maupun

perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, dalam bidang kajian Islam mengenai Khalid bin Al-Walid.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah melalui pendekatan historis. Pendekatan historis yaitu memandang suatu peristiwa yang berhubungan dengan masa lampau. Penelitian sejarah tidak hanya sekedar mengungkapkan kronologis kisah semata, tetapi merupakan suatu pengetahuan tentang bagaimana peristiwa masa lampau terjadi. Dalam penulisan ini berupaya merekonstruksi kejadian atau peristiwa sejarah yang sudah tidak ada saksi hidup sehingga hanya dapat melakukan kajian dari berbagai kepustakaan, sehingga dengan pendekatan historis akan didapatkan


(18)

9

kronologis kejadian. Dari pendekatan ini nantinya akan didapatkan fakta-fakta sejarah bagaimana strategi Khalid bin Walid dalam menakklukan musuh di Perang Yarmuk.

Selain pendekatan tersebut, untuk kerangka teoritiknya penulis menggunakan teori perang dari Karl von Clausewitz. Clausewitz adalah seorang pemikir strategi dari Amerika, ia diakui secara luas sebagai yang terbesar di antara penulis tentang perang. Arti kata dari strategi adalah suatu ilmu siasat perang atau muslihat untuk mencapai sesuatu. Dalam setiap peperangan, penggunaan strategi merupakan kebutuhan pokok yang harus ada dalam menghadapi musuh di medan tempur.

Perang Yarmuk adalah termasuk dari perang gerakan, karena perang gerakan adalah wujud dan pola strategis perang, yang terutama

mempergunakan mobilitas gerak untuk merebut memelihara dan

mempertahankan inisiatif yang biasanya dilakukan pada saat-saat lawan labil

(secara stategis atau taktis).12 Secara Yuridis perang dipahami sebagai situasi

dan kondisi hukum yang memungkinkan dua atau lebih pihak yang bermusuhan menyelesaikan pertikaian secara kekerasan dengan kekuataan persenjataan. Sementara makna perang dalam Islam adalah perang terhadap musuh untuk keamanan kemerdekaan menyebarkan da‟wah dan untuk tetap

12

B. Setiawan, “Per”,Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 13, ed. E. Nugroho, et al. (Jakarta: PT Adi Pustaka, 1994), 31.


(19)

10

tegaknya tiang-tiang atau sendi-sendi perdamaian, serta tetap menjaga serta

memelihara peraturan-peraturan Perang Purusiyah yang suci.13

Menurut Clausewitz, dalam memenangkan suatu peperangan maka faktor moral merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Bagi Clausewirt, peperangan merupakan hal yang berbahaya, demikian berbahayanya sehingga tidak seorang pun yang ikut ambil bagian di dalamnya dapat membayangkan bagaimana perang itu sebenarnya. Perang bukan saja dunia ketidakpastian dan ketegantungan pada nasib, bahkan lebih dari itu karena perang adalah dunia penderitaan, kebingungan, kelelahan, dan ketakutan. Oleh karena itu, Clausewirt menempatkan factor moral sebagai factor vital dan sekaligus fungsinya sebagian penyeimbang di tengah

ketidakpastian dan banyaknya kemungkinan perang.14

Teori perang dari Clausewitz digunakan untuk memandu penelitian mengenai strategi yang digunakan oleh panglima Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk yang membawa pada kemenangan.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diperlukan untuk memberikan penetapan dan penegasan mengenai kekhasan penelitian yang hendak dikerjakan. Dan untuk mengetahui sejauh mana keaslian data yang diteliti oleh-oleh peneliti

13

Perang Purusiyah adalah perlawanan yang mulia (suci), dimana mereka tidak dibenarkan berbuat segala sesuatu yang bias menodai atau menghilangkan arti dari kesucian perang tersebut. Jenderal Mahmud Syaid Chotob, Kepemimpinan Rosululloh SAW Dalam Mempersatukan Ummat (Strategi Jihad) (Yogyakarta: Harapan Utama, 2001), 2.

14

Micheal Howard, Clausewirtz Mahaguru Strategi Perang Modern, Terj. Ari Anggari (Jakarta: Pustaka Utama Graffiti, 1991), 39.


(20)

11

terdahulu sebagai satu pijakan awal untuk selalu bersikap berbeda dengan peneliti yang lain.

Terdapat Penelitian tentang masalah Khalid bin Al-Walid yaitu karya Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi dengan judul biografi Khalid Bin Walid

Radhiyanllahu‟anhu, terjemahan Muzaffar Sahidu, tahun 2010. Karya ini

menjelaskan tentang biografi Khalid Bin Al-Walid.

Terdapat juga penelitian mengenai Khalid bin Al-Walid, yaitu pada Skripsi dari saudara Zaenal Abidin yang berjudul perjanjian Hudaibiyah Tahun 628 M/ 6 H dan Dampaknya Bagi Dakwah Islam di Jazirah Arabia tahun 2014. Di mana di dalamnya membahas mengenai dampak dari perjanjian Hudaibiyah yang mengakibatkan Khalid bin Walid masuk Islam dan terjadinya Perang Mu‟tah yang pernah dipimpin oleh Khalid bin Walid.

Selain skripsi di atas terdapat pula skripsi dari saudara Yustiah Qurniati yang berjudul Strategi Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam Peperangan di Madinah (622-632 M). di mana di dalamnya membahas mengenai peperangan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, diantaranya perang Uhud yang mana Khalid bin Walid ikut serta dalam pasukan Quraish untuk melawan pasukan muslim yang dipimpin Nabi Muhammad SAW.

Dari pejelasan di atas penulis juga akan melakukan serupa sebagai acuan dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis, tetapi tentunya tampil dengan beberapa perbedaan. Penelitian yang penulis lakukan


(21)

12

ini dikhususkan pada strategi yang dilakukan Panglima Khalid bin Walid dalam memimpin Perang Yarmuk yang tidak dijelaskan di dalam beberapa karya ilmiah di atas, sehingga penelitian yang diangkat oleh penulis ini merupakan penelitian yang berbeda dengan penelitian di atas.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library-research), yaitu

penelitian yang bersumberkan data-data penting.15 Dalam penulisan ini

metode yang digunakan penulis adalah metode sejarah atau historis. Tujuan peneliti adalah untuk mencapai penulisan sejarah, maka upaya merekonstruksi

masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh melalui metode sejarah16.

Metode sejarah sebagaimana yang dikemukan oleh Gilbert J. Garraghan adalah seperangkat azas dan kaidah yang sistematis yang digubah untuk membentu secara efektif mengumpulkan sumber-sumber, menilainya secara kritis dan menyajikannya uatu sintesis hasil yag dicapai, pada umumnya dalam

bentuk tertulis17. Adapun langkah-langkah praktis yang harus dilalui oleh

penulis berkaitan dengan metode sejarah adalah sebagai berikut:

1. Heurustik, yaitu pengumpulan sumber. Suatu proses yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak

sejarah. Sumber sejarah juga disebut data sejarah18. Dalam hal ini penulis

mengambil data-data dari berbagai buku literature primer maupun

15

Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Penelitian Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 95.

16

Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 91. 17

Lilik Zulaicha, Metodologi Penelitian I (Surabaya: Fak. Adab IAIN Sunan Ampel, 2004), 13.

18


(22)

13

sekunder. Untuk sumber primer penulis menggunakan Sirah Nabawiyah

karangan Ibnu Ishaq terjemahan H. samsom Rahman. Kitab Al Maghazi

Muhammad karangan Al-Waqidi, kitab Al-Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafaur Rasyidin karangan Ibnu Katsir, dan Tarikh At-Thobari. Sementara untuk sumber sekunder penulis mengambil sumber dari

literatur buku seperti Khalid Bin Al-Walid, Panglima yang Tak

Terkalahkan karangan Manshur Abdul Hakim, Abu Bakar As-Siddiq

Karangan Muhammad Husain Haekal, Yarmuk 636 M karangan David

Nicole, History of the Arabs karangan Philip K. dan lain sebagainya.

2. Kritik sejarah, yaitu menyelidiki keotentikan sejarah baik bentuk maupun

isinya. Dengan demikian semua data yang diperoleh dari buku-buku literature baik primer maupun sekunder perlu disediliki untuk memperoleh fakta yang valid. Sesuai dengan pokok pembahasan dan diklarifikasikan permasalahan untuk kemudian untuk dianalisa.

3. Interpretasi, yaitu menetapkan makna yang berhubungan dari fakta yang

diperoleh sesuai dengan pembatasan. Dalam fase ini penulis akan menginterpretasikan atau menafsirkan mengenai kajian yang telah penulis teliti tentang bagaimana Strategi panglima Khalid bin Walid dalam peperangan membela Islam dengan menggunakan sumber-sumber yang telah penulis dapatkan.

4. Historiografi, setelah melakukan pengumpulan informasi melalui kegiatan

heuristic, kritik sumber, dan interpretasi, maka langkah selanjutnya yaitu untuk memaparkan hasilnya ke dalam bentuk laporan ilmiah atau


(23)

14

historiografi. Dalam langkah ini penulis dituntut untuk menyajikan bahasa yang baik, yang dapat dipahami oleh orang lain dan dituntut menguasai teknik penulisan karya ilmiah. Penulisan hasil penelitian sejarah ini memeberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian sejak dari awal sampai dengan kesimpulan atau akhir. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula akan dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan

prosedur yang peneliti gunakan.19

H. Sistematika Bahasan

Dalam penulisan penelitian karya yang berjudul “Strategi

Pertempuran Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk 634 M/13 H di

Syam” ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari

beberapa sub. Hal ini bertujuan supaya pembahasan mudah dipahami sesuai bab yang tersedia. Adapun bab-bab itu adalah sebagai berikut:

Bab pertama tentang Pendahuluan, bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penalitian, Pendekatan dan Kerangka Teoritik, Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian, serta Sistematika Bahasan.

Bab kedua tentang biografi dan latar belakang kehidupannya panglima Khalid bin Walid. Di dalamnya terdapat empat sub bab yaitu: kelahiran Khalid bin Walid, kehidupan sebelum masuk Islam, Khalid Bin

19


(24)

15

Walid masuk Islam, dan wafatnya Khalid Bin Walid. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seluk beluk riwayat hidup Panglima Khalid Bin Walid.

Bab ketiga tentang Perang Yarmuk. Pada bab ini akan membahas mengenai proses terjadinya perang Yarmuk. Didalamnya terdapat empat sub bab yang terdiri dari latar belakang terjadinya perang Yarmuk, jalan terjadinya Perang Yarmuk, akhir perang Yarmuk, dan Khalid bin Walid berhenti menjadi panglima. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui proses terjadinya perang Yarmuk.

Bab keempat tentang Strategi Pertempuran. Pada bab ini akan membahas mengenai strategi pertempuran Khalid bin walid dalam Perang Yarmuk. Di dalamnya terdapat empat sub bab, yaitu: Pidato Semangat Khalid Bin Walid, Taktik Pertempuran, dan Menerobos Pasukan Musuh. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui strategi-strategi Khalid bin Walid dalam Perang Yarmuk.

Bab kelima tentang Penutup. Pada bab ini berisi dua sub bab yaitu kesimpulan dari seluruh pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya, dan berisi saran-saran sebagai bagian akhir dari penelitian ini.


(25)

BAB II

BIOGRAFI KHALID BIN AL-WALID A. Silsilah Khalid bin Walid

Nama lengkap Khalid adalah Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah, dan nasabnya bertemu dengan Rasulullah SAW pada Murrah. Khalid dijuluki dengan nama

Abu Sulaiman dan juga dengan Abu Walid.1 Khalid bin Al- Walid merupakan

seorang dari keturunan Bani Makhzum2, yaitu salah satu Bani yang

terpandang di Quraisy.

Ayah Khalid bernama Al-Walid bin Al-Mughirah, ia adalah seorang bangsawan dikalangan kaum Quraisy pada masa Jahilliyah. Pada permulaan Islam ayah Khalid, Al-Walid bin Al-Mughirah sangat membenci Islam, bahkan dia dikenal sebagai orang yang paling sengit memusuhi dakwah Islam. Al-Walid bin Al-Mughirah adalah orang yang paling kuat tekanannya kepada

para penganut Islam3. Ibunya bernama Lubabah Ash-Shughra binti Al-Harits

dari Bani Hilal bin Amir. Ia adalah saudara perempuan Ummul Mukminin Maimunah binti Harits istri Rasulullah SAW, dan saudara Lubabah Al-Kubra yang merupakan istri Al-Abbas paman Rasulullah SAW dan dijuluki Ummul Fadhl. Ibunda Khalid bin Al-Walid meninggal dunia sebagai seorang Muslimah setelah Khalid meninggal dunia.

1

Mansur Abdul Hakim, Khalid Bin Al-Walid: Panglima Yang Tak Terkalahkan, Terj: Masturi Irham (Jakarta: Al-Kautsar, 2014), 5.

2

Rasul Jafariyan, Sejarah Khilafah 11 H-35 H (Jakarta: Al-Huda, 2006), 41.

3

Nabawiyah Mahmud, 13 Jenderah Besar Islam Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, Terj: Ahmad Dzulfikar (Solo: Pustaka Arafah, 2013), 15.


(26)

17

Khalid bin Al-Walid lahir di Makkah dan ia memiliki beberapa saudara, di antarany yaitu: pertama, Imarah bin Al-Walid yang dikirim kaum Quraisy

bersama Amru bin Al-„Ash untuk menarik kembali umat Islam yang berhijrah

dari Habasyah. Kedua, Hisyam bin Al-Walid, yang termasuk mereka orang-orang yang dilembutkan dan ditaklukkan hatinya dan masuk Islam. Ketiga, Al-Walid bin Al-Walid yang ikut serta dalam Perang Badar sebagai pasukan musuh atau musyrik. Kemudian ditawan oleh Abdullah bin Jahsy. Adapula yang menyebutkan ditawan oleh Salik Al-Mazini Al-Anshari. Al-Walid akhirnya bebas dari tawanan karena telah ditebus oleh Hisyam. Al-Walid bin Al-Walid saat tiba di Makkah, ia memproklamasikan keislamannya dan ia ikut

serta bersama Rasulullah SAW dalam Umrah Qadha4. Keempat, Fathimah

binti Al-Walid bin Al-Mughirah.

Khalid bin Al-Walid sendiri adalah paman Umar Bin Khathab dari pihak ibu. Sewaktu masa kanak-kanak, Khalid bin Al-Walid pernah bergulat dengan Umar bin Khathab. Khalid mampu mengalahkan Umar dengan mematahkan tulang betisnya. Masing-masing dari keduanya memiliki postur tubuh yang

sama, wajah mereka berdua juga tampak mirip5. Umar bin Khathab juga lahir

di Makkah tiga belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah6.

Keluarga Khalid bin Al-Walid memiliki kedudukan penting dan terhormat di kalangan suku Quraisy. Ayah Khalid bin Walid, yaitu Al-Walid bin Al-Mughirah adalah seorang tokoh utama di kalangan Bani

4

Hakim, Khalin Bin Al-Walid, 5-6.

5

Ibid., 23.

6

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Terj: H. A. Bahauddin (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 402.


(27)

18

Makhzum dan ia merupakan seorang hartawan yang selalu memberi makan

para jama‟ah haji di Mina dan melarang mereka memasak selain dirinya. Ia

juga membiayai seluruh jama‟ah haji dalam jumlah besar, sehingga ia

mendapat julukan Raihanah Quraisy (penghidupan/rezeki kaum Quraisy).

Akan tetapi Al-Walid bin Al-Mughirah meninggal dunia dalam kesesatannya karena ia termasuk golongan yang sama seperti lainnya yang suka memperolok-olok agama Islam dan Nabi Muhammad, sebagaimana yang

disebutkan dalam firman Allah, “sesungguhnya Kami memelihara kamu

daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu)”. (Al-HIJR:95). Al-Walid meninggal dunia karena anak panah yang menancap pada dirinya hingga membuat terluka parah dan mengakibatkan ia meninggal dunia. Al-Walid meninggal dunia tiga bulan setelah Hijrah dan dalam usia

sembilan puluh lima tahun dan dimakamkan di Jahun Makkah7.

Khalid bin Al-Walid memiliki beberapa paman diantaranya, yaitu Hisyam bin Al-Mughirah yang merupakan salah satu tokoh utama Quraisy di Makkah pada masa jahilliyah. Lalu Al-Fakihah bin Al- Mughirah, ia adalah orang terhormat di kalangan bangsa Arab pada masanya. Paman Khalid yang lainnya adalah Abu Hudzaifah, yang merupakan salah satu dari empat tokoh yang memegang ujung-ujung selendang dan membawa Hajar Aswad ke

tempatnya di Ka‟bah. Dan ada juga paman Abu Umayyah bin Al-Mughirah,

yang mendapat julukan Zad Ar-Rakib yang berarti pembekalan para Musafir karena ia terbiasa melengkapi dan mempersiapakan pembekalan kepada

7


(28)

19

sahabatnya tanpa harus sahabatnya bersusah payah untuk mempersiapkan perbekalan. Mereka semua merupakan keturunan Bani Makhzum yang mempunyai pengaruh kuat di kalangan suku Quraisy ketika masing-masing keluarga terpisah-pisah.

Di Suku Quraisy terdapat Bani Hasyim, Bani Umayyah, dan Abdud Dar, mereka ini merupakan tiga marga dalam suku Quraisy yang kuat, dan ketiga suku tersebut bertemu pada satu kakek yang lebih dekat dengan kakek yang

mempertemukan mereka dengan Bani Makhzum, yaitu Murrah bin Ka‟ab bin

Lu‟ay bin Ghalib bin Fahr, yang merupakan kakek seluruh kaum Quraisy.8

Sebelum ayahnya meninggal dunia, Khalid bin Al-Walid telah menikah dan mempunyai dua orang anak laki-laki bernama Sulaiman dan Abdurrahman sehingga Khalid mendapat sebutan Abu Sulaiman. Selain itu Khalid bin Al-Walid memiliki banyak sahabat di mana ia pergi bersama untuk menunggang kuda, berburu, dan jika tidak sedang berburu mereka mendendangkan bait-bait syair sambil minum. Di antara mereka itu adalah Amru bin Al-Ash, Abul Hakam Amru bin Hisyam bin Al-Mughirah, dan putra Abu Hakam yaitu

Ikrimah yang menjadi sahabat dekat Khalid bin Al-Walid9.

B. Khalid bin Walid Sebelum Masuk Islam.

Saat Al-Walid meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya, muncullah Khalid bin Al-Walid menggantikan posisi ayahnya. Orang-orang Quraisy sangat berkeinginan agar Khalid tetap berdiri di pihak mereka untuk

8

Ibid., 18-19.

9


(29)

20

melawan kaum Muslimin, terutama setelah setelah Hamzah bin Abdul Munthalib dan Umar bin Khatab masuk Islam.

Sebelum menganut Islam, Khalid adalah seorang pahlawan Quraisy yang ditakuti dan penanggung kuda yang hebat. Dalam perang Uhud dan Khandaq ia masih berada dalam barisan kaum musyrik. Ia mempunyai sifat-sifat seorang prajurit yang berwatak kasar, cenderung pada kekerasan dan mengandalkan kekuatan. Tak pernah ia gentar menghadapi lawan di medan perang, tak pernah takut kepada siapa pun. Sifat Khalid pada saat sebelum masuk Islam, Ia sangat menentang sekali terhadap agama Islam. Ayahnya selalu memperbincangkan agama Islam kepada anak-anaknya serta kerabat lainnya. Penentangan Khalid terhadap Islam semakin besar dengan masuk Islamnya Al-Walid bin Al-Walid, saudara Khalid bin Al-Walid saat Perang

Badar telah usai.10

Pada masa kecil, Khalid mempelajari segala sesuatu yang dipelajari anak-anak seusianya, yang dipersiapkan untuk perang dan adu ketangkasan berkuda serta sifat-sifat kepemimpinannya. Khalid bin Al-Walid tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang terhormat dan paling kaya dalam komunitas masyarakatnya. Nenek moyangnya kakek-nenek ataupun

paman-pamannya adalah Ra’is Ibn Ra’is (Pemimpin Putra Sang Pemimpin) di mana

tidak ada seorang pemimpin pun pada masa jahiliyyah yang melebihi kepemimpinannya. Ketika memasuki usia remaja, Khalid bin Al-Walid merasakan sedikit kesombongan karena ia adalah putra seorang pemimpin,

10


(30)

21

karena ayahnya adalah seorang pemimpin dan tokoh utama Bani Makhzum yang merupakan salah satu marga terpopuler dan terkuat di kalangan suku Quraisy.

Khalid bin Al-Walid senantiasa belajar tentang ketrampilan berperang bersamaan dengan mengasah kemampuannya menunggang kuda, belajar menggunakan berbagai jenis persenjataan seperti tombak, lembing, anak panah, dan pedang lainnya. Ia juga belajar berperang menggunakan tombak dan pedang di atas punggung kuda dan ketika berjalan kaki.

Kepandaian Khalid dalam mengendarai kuda dapat dilihat dari keluarganya yaitu Bani Makhzum yang merupakan bagian dari suku Quraisy yang piawai dalam mengendarai kuda di Jazirah Arab. Selain itu Bani Makhzum juga telah mempersiapkan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya Khalid sebagai komandan militer ternama. Dari ayahnya Khalid bin Al-Walid mendapat pelajaran pertama tentang seni dan strategi berperang. Dia belajar bagaimana bergerak dengan cepat di tengah gurun pasir, bagaimana melancarkan serangan terhadap musuh-musuhnya dan mempelajari arti penting menawa musuh ketika terjadi perang da melakukan serangan tanpa diduga-duga. Begitu juga dengan pengejaran dan strategi perang bergerilya.

Ketika Khalid bin Al-Walid sampai pada usia dewasa, maka fokus utama perhatiannya tertuju pada perang dan bagian perhatian ini kemudian lebih mendominasi pikirannnya secara signifikan. Khalid banyak menghadapi berbagai pertempuran dan senantiasa meraih kemenangan besar, dan ia pun


(31)

22

menjadi pahlawannya. Semua itu mampu diraihnya disepanjang hidupnya

pada masa jahilliya sebelum masuk Islam11.

Dari semua latihan yang Khalid terima dan ia pelajari dari kecil hingga pada usia dewasa membuat Khalid semakin ahli dalam berperang melawan dengan musuh-musuhnya. Sehingga Khalid dapat menerapkannya dan selalu meraih kemenangan di perang-perang yang pernah ia ikuti.

Pertempuran pertama yang diikutinya bersama kaum Quraisy dalam memerangi kaum Muslim adalah Perang Uhud yang terjadi tahun ketiga Hijriyah pada hari sabtu tanggal tujuh bulan Syawal, tiga puluh bulan setelah Nabi Muhammad berhijrah. Uhud merupakan sebuah nama pegunungan yang berada di Madinah. Perang Uhud ini merupakan serangan balas dendam terhadap pasukan umat Islam karena kaum Quraisy yang telah kalah dalam perang sebelumnya yaitu Perang Badar yang dimenangkan oleh umat Islam.

Kaum kafir Quraisy berhasil menyusun kekuatan yang terdiri dari tiga ribu personil untuk menyerbu Madinah Jumlah tersebut sudah termasuk seratus laki-laki dari Bani Tsaqif. Mereka pergi dengan penuh persiapan dan penuh persenjataan. Mereka menggiring dua ratus ekor kuda dan membawa

tujuh ratus zirah serta tiga ribu ekor unta12, dan Abu Sufyan bertindak sebagai

panglima perang13. Kaum perempuan Quraisy juga ikut serta dalam perang

tersebut, jumlah mereka sebanyak lima belas orang dan bersama suami

11

Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 21-26.

12

Al-Waqidi, Kitab Al-Maghazi Muhammad Terj: Rudi G. Aswan (Jakarta: Zaytuna, 2012), 217-218

13„Aidh Bin „Abdullah Al

-Qarni, Story Of The Message: Episode Terindah Dalam Kehidupan Muhammad SAW, Terj: Aiman Abdul Halim (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2008), 239.


(32)

23

mereka. Istri-istri mereka sebagai penjaga agar mereka mereka tidak melarikan diri dari medan perang. Abu Sufyan bin Harb sang komandan beserta istrinya, Hindun bintu Utbah. Ikrimah bin Abu Jahal bersama istrinya, Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam bin Al-Mughirah. Al-Harits bin Hisyam bin Mughirah bersama istrinya, Fathimah binti Walid bin

Al-Mughirah. Shafwan bin Umaiyah bersama istrinya, Barzah binti Mas‟ud bin

Amr14 bin Umair Ats Tsaqafi. Amr bin Al-Ash bersama istinya, Barithah bin

Munabbih bin Al-Hajjaj. Thalhah bin Thalhah bersama istinya, Sulafah binti

Sa‟ad bin Syuhaid Al-Anshariyah dan lainnya. Khalid bin Al- Walid ditunjuk

untuk memimpin pasukan di sayap kanan, sedangkan „krimah bin Abu Jahl memimpin pasukan di sayap kiri. Pada sayap tersebut mereka memiliki seratus ekor kuda. „Abdullah bin Abu Rabi‟ah ditugaskan memimpin pasukan pemanah, dan ada pasukan dengan jumlah seratus orang yang jago melempar

tombak.15

Pasukan umat Muslim dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mulai mengatur para pengikutnya dalam barisan. Beliau menempatkan regu pemanah sebanyak lima puluh orang di „Ainain, dan

menunjuk „Abdullah bi Juabair untuk memimpin pasukan tersebut.16

Rasulullah SAW memerintahkan, “lindungi kami dari belakang, karena kami

khawatir akan ada yang datang dari arah belakang kami, dan tetaplah di tempat kalian berada dan jangan pernah beranjak pergi. Bahkan jika kalian

14

Ibnu Ishaq, Tahqiq dan Syarah: Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Terj: H. Samson Rahman (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2015), 487.

15

Al-Waqidi, Kitab Al-Maghazi Muhammad, 233.

16


(33)

24

melihat kami berhasil memukul mundur musuh dan memasuki perkemahan mereka, jangan beranjak sedikit pun dari posisi kalian. Jika kalian melihat kami terbunuh, jangan maju untuk membantu atau membela kami. Ya Allah, aku bersakasi kepada-Mu atas mereka! Hujanilah kuda-kuda mereka dengan anak panah, karena sesungguhnya kuda-kuda itu tidak akan berani maju

menghadapi serangan anak panah!”17

. Pasukan berkuda dari umat Islam dalam perang Uhud berjumlah lima puluh personel.

Dalam peperangan ini Allah mendatangkan pertolongan-Nya kepada umat Islam serta menepati apa yang dijanjikannya oleh-Nya. Sehingga dibabak awal pertama, kemenangan ada di pihak umat Islam. Namun ketika kaum musyrik terkalahkan, kaum Muslim ternyata bergerak mengikuti Nabi dan para sahabatnya, dan meletakkan senjata yang mereka pegang di tempat yang mereka suka, dan turun ke bawah untuk menjarah isi kemah. Para

sahabat menjadi tamak, hingga Allah SWT berfirman, diantara kamu ada

orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada yang menghendaki akhirat. (Ali Imran [3]:152). Pasukan yang ditugaskan membentuk barikade pemanah yang berada di atas bukit tergoda untuk turun. Melihat pasukan tersebut, komandan mereka Abdullah bin Jubair memperingatkan agar mereka tidak membantah perintah Rasulullah tetapi mereka tidak mematuhi dan tetap pergi. Sedangkan Abdullah bin Jubair tetap berada di tempatnya bersama orang-orang yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh pemanah. Ini

17


(34)

25

dikarenakan mereka menganggap bahwa orang-orang Musyrik telah kalah dan mereka turun untuk mengambil ghanimah.

Khalid bin Al-Walid memandang ke arah pegunungan bukit yang sepi dari para pemanah dan hanya beberapa orang yang bertahan di sana. Maka Khalid bin Al-Walid segera melakukan tindakan cepat bersama Ikrimah bin Abu Jahal. Mereka menyerang para pemanah yang masih bertahan. Regu pemanah dari kubu Muslim melepaskan tembakan anak panah sampai mereka terkalahkan. Pasukan Muslim dalam keadaan tidak siap, sehingga pasukan musuh dapat membunuh dengan cepat dan mereka meninggalkan harta rampasan dan melarikan diri dari kejaran pasukan. Abdullah bin Jubair melepaskan setiap anak panaknya sampai habis tak tersisa lalu menggunakan tombak sampai hancur, kemudian menggunakan pedang sampai hancur. Ia

bertempur hingga gugur menjadi syahid18. Kuda-kuda pasukan Khalid

menerobos masuk umat Islam dari arah belakang hingga menyebabkan kecemasan luar biasa dikalangan umat Islam. Akibatnya, umat Islam tercerai berai dan lari ke sana kemari seraya meninggalkan ghanimah yang telah mereka ambil dan juga tawanan perang.

Dengan kejadian tersebut akhirnya kemenangan Perang Uhud diperoleh oleh Kaum kafir Quraisy. Kemenangan ini berkat kejeniusan Khalid bin Al-Walid yang dapat melihat kesempatan dan mampu mengubah kekalahan Quraisy menjadi sebuah kemenangan atas umat Islam. Selain Perang Uhud, Khalid bin Al-Walid juga mengikutu Perang Khandaq untuk melawan umat

18


(35)

26

Islam. Setelah itu di masa Perjanjian Hudaibiyyah Khalid masuk Islam karena dorongan dari hatinya dan mendapat surat dari saudara yaitu Walid bin Al-Walid.

C. Khalid bin Walid Masuk Islam

Pada tahun Perjanjian Hudaibiyyah saat Rasulullah SAW dan kaum Muslimin mengunjungi Masjidil Haram, Khalid dengan bala tentaranya bermaksud menghalau Rasulullah SAW beserta kaum Muslimin dari Masjidil Haram. Akan tetapi Khalid menemukan mereka sedang melakukan shalat berjama‟ah bersama Nabi SAW sebagai imam mereka. Pemandangan inilah yang kemudian hati Khalid bergetar serta menimbulkan kesan yang sangat

dalam pada jiwanya.

Diceritakan bahwa peristiwa Umrah Qadha, Khalid bin Al-Walid telah

pergi meninggalkan Makkah. Khalid bin Al-Walid berkata: Ketika Allah mengharapkan kebaikan dariku, Dia memancarkan kasih sayang Islam ke

dalam hatiku. Nalar merasuki pikiranku, dan aku berkata, “Aku telah

menyaksikan tiga perang, yang semuanya melawan Muhammad. Di setiap pertempuran yang kusaksikan, aku pulang dengan perasaan bahwa aku berada

di sisi yang salah, dan bahwa Muhammad pasti akan menang.” Saat

Rasulullah pergi ke Hudaibiyah, aku pergi bersama pasukan kaum musyrik

dan menemui Rasulullah dan pengikutnya di „Usfan. Aku berdiri di barisan

depan, dan melawannya. Tetapi ia lantas melakukan shalat Zuhur dengan pengikutnya, dan mereka aman dari kami, meskipun kami sedang berencana menyerangnya, dan kami tidak dapat melakukan serangan terhadapnya. Ada


(36)

27

kebaikan dalam diri beliau, dan kami melihatnya dengan mata hati kami. Saat

ketakutan beliau melakukan shalat pada waktu „Asar, bersama dengan

pengikutnya. Hal ini mengesankan bagiku, dan aku berkata, “Laki-laki ini

dilindungi.” Kami berpisah dan beliau mengambil jalur yang menyimpang

dari pasukan berkuda kami dan mengambil jalan ke kanan19.

Saudaraku Walid bin Al-Walid masuk ke dalam Mekkah bersama Nabi,

di saat „Umrah Qadiyya. Ia mencariku, tetapi tidak dapat menemukanku, jadi

dia menulis surat untukku. Surat itu berbunyi, “Dengan nama Allah yang

Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Dan kata berikutnya, “Aku tidak

melihat hal yang lebih ganjil daripada melihatmu terus menjauhi dari Islam. Kau punya pemikiran yang begitu baik. Bisakah seseorang tidak melihat Islam? Rasulullah menanyaiku tentangmu. Beliau bertanya, „Di mana Khalid? Aku menjawab, „Allah akan menuntunnya.‟ Rasulullah berkata, „sepertinya tidak ada orang yang akan mengabaikan Islam. Sesungguhnya, akan lebih baik jika dia menaruh kecerdasan dan keteguhannya bersama kaum Muslim, dan bukan bersama kaum Musyrik. Kami akan memilihnya di atas orang-orang lain, atau kami akan menjadikannya pemimpin atas oarang-orang lain. Jadi, pahamilah, wahai saudaraku, apa yang sedang melewatimu saat ini. Banyak

kesempatan baik yang telah terlewatkan olehmu”.

Saat suratnya tiba di tanganku, aku menjadi ingin pergi keluar. Suratnya menambah ketertarikanku terhadap Islam dan kata-kata Nabi membuatku senang. Khalid mengatakan: aku bermimpi, aku sedang pergi dari tanah yang

19


(37)

28

penuh najis dan memperihatinkan, dan datang ke tanah yang hijau subur dan

luas. Aku menceritakan mimpi itu kepada Abu Bakar, dan ia berkata, “Tujuan

yang ditunjukkan Allah kepadamu adalah Islam. Kemiskinan yang melandamu sebelumnya disebabkan oleh kemusyrikan”.

Ketika aku bertekad untuk menemui Rasulullah aku bertanya, “siapakah

yang menemaniku bertemu dengan Rasulullah?” Lalu aku bertemu dengan Shafwan bin Umayyah dan aku mengajaknya tetapi Shafwan menolak ajakanku, kemudian aku berjumpah dengan Ikrimah bin Abu Jahal dan aku mengajaknya seperti ajakanku kepada Shafwan, dan ia pun juga menolak sama

dengan Shafwan. Lalu aku berakata kepadanya, “Lupakanlah apa yang aku

katakan padamu ini.” Ia berkata, “Aku tidak akan menyebutnya lagi.” Aku

masuk ke dalam rumahku dan memerintahkan agar tungganganku disiapkan. Aku lalu pergi bersamanya sampai bertemu dengan „Ustman bin Thalhah. Aku berpikir: sungguh, dia adalah seorang kawan. Aku akan mengutakan niatku kepadanya. Aku menyebutkan kerabatnya yang terbunuh sebelumnya, meskipun aku tidak suka mengingatkannya akan hal itu. Setelah itu, aku bertanya: apa yang terjadi kepadaku? Aku harus pergi menit ini juga, aku menyebutkan bagaiman masalah ini telah mempengaruhinya, dan kataku: Jelas, kita bagaikan rubah yang berada di dalam lubang. Jika ada seember air dituang ke dalam lubang itu, rubah tersebut akan pergi.

Ia cepat-cepat menjawabku, “Sungguh, aku akan berangkat hari ini, dan

aku pun ingin pergi. Tetapi tungganganku tertahan di Fakh.” Ia mengatakan:


(38)

29

terlebih dahulu, dia akan menungguku, dan jika aku yang berangkat lebih dulu, aku akan menunggunya. Ia mengatakan: Kami berangkat saat larut malam, dibagian terakhir malam, dan fajar belum lagi terbit saat kami sampai di Ya‟jaj. Kami berangkat agi sampai tiba di Hadda, dan menemukan „Amr bin „Ash di sana.

Ia berkata, Assalamu’alaikum.” Dan kami menjawab, Dan kepadamu.”

Dia bertanya, Apa tujuan kalian?” kata kami, “Apa yang membuatmu ada di

sini?” ia membalas lagi. “dan apa yang menyebabkan kalian pergi?” Kami menjawab, “kami ingin memeluk Islam dan mengikuti Muhammad.” Ia berakata, “itu juga menyebabkanku melakukan perjalanan ini.” Kemudian kami berjalan bersama-sama sampai kami tiba di Madinah, dan lantas mengistirahatkan kendaraan kami di Harrah. Rasulullah telah diberitahu mengenai kedatangan kami dan beliau bersuka cita mendengar kabar tersebut. Aku menggenakan salah satu pakaian terbaikku dan datang ke hadapan Rasulullah. Saudaraku menyambutku. Ia berkata, “Cepatlah, Rasulullah telah diberitahu tentang kedatanganmu dan beliau bersuka cita atas kehadiranmu,

dan sedang menanti dirimu.” Aku berjalan bergegas, dan datang kepada

beliau. Beliau terus tersenyum, sampai aku berhenti di hadapannya.

Aku memberikan salam dan menyatakan berserah pada kenabiannya. Beliau membalas salamku dengan wajah gembira. Aku lantas berujr, Aku besaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah utusan-Nya.” Beliau berkata, “segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kepadamu. Aku telah mengetahui kecerdasanmu dan berharap Islammu hanya


(39)

30

akan menuai kebaikan.” Aku menjawab, ya Rasulullah, engkau melihatku apa

yang kusaksikan tempat-tempat penentangan atasmu berlangsu: orang-orang yang keras kepala menolak kebenaran. Bisakah engkau meminta kepada Allah

untuk mengampuniku?” Rasulullah menjawab, „Islam meninggalkan apa yang

terjadi sebelum Islam. Kataku lagi. “Ya Rasulullah sejak saat itu?” maka

beliau berkata lag, “Ya Allah, mohon ampunilah Khalid, dan semua yang

pernah dia lakukan dalam merintangi orang-orang di jalan-Mu.”

Kemudian Amru dan Ustaman maju kedepan dan keduanya dibaiat Rasulullah. Kedatangan kami di Madinah adalah pada bulan Shafar tahun 8 H. Demi Allah, Rasulullah berada sama tinggi denganku, sama dengan posisi beliau dengan sahabatnya tentang apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Sejak

aku masuk Islam Rasulullah tidak pernah meninggalkanku ikut

bermusyawarah dalam urusan-urusan yang dihadapinya20.

Khalid bin Al-Walid memulai hidup baru dalam masyarakat Islam di Madinah setelah ia masuk Islam, sementara perjanjian damai Hudaibiyyah masih berjalan. Perdamaian ini terus berjalan sampai pada tahun 8 H, Khalid

masuk Islam pada awal bulan Shafar dan ikut dalam Perang Mu‟tah, dua bulan

sebelum penaklukan kota Makkah. Perang Mu‟tah ini adalah perang pertama yang diikuti oleh Khalid setelah ia masuk Islam. Dalam perang ini Khalid belum diangkat sebagai panglima atau ditugasi sebagai pemimpin oleh Rasulullah.

20


(40)

31

Pasukan Islam berjumlah 3000 pejuang, di antara mereka adalah Khalid bin Al-Walid. Rasulullah mempercayakan panji perang kepada tiga orang dan

menjadikan komandonya secara berurutan. Rasululah bersabda, “Zaid bin

Haritsah kutunjuk menjadi komandan pasukan; jika Zaid terbunuh, maka Ja’far bin Abi Thalib akan menggantikannya; dan jika Ja’far terluka, Abdullah bin Rawwahah yang akan menggantikannya. Apabila Abdullah juga terluka, maka kaum Muslim akan menunjuk seorang pria dan menjadikannya pemimpin mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)21. Pasukan Islam telah bersiap

dan mulai berjalan keluar pada hari Jum‟at tahun 8 H. mereka berjalan sampai

mereka tiba di sebuah desa di negeri Syam yang bernama Ma‟an. Mereka

mendapatkan kabar bahwa Heraklius telah berada di Ma‟ab di tanah Al-Balqa‟

bersama 100.000 pasukan Romawi lalu ikut bergabung bersama 100.000 pasukan dari kabilah-kabilah Arab yang menjadi sekutu mereka, sehingga jumlah keseluruhan pasukan Heraklius 200.000 personel.

Dua pasukan akhirnya bertemu dan terjadilah pertempuran sengit antara dua belah pihak. Panglima pasukan Islam yang pertama terbunuh adalah Zaid bin Haritsah dalam kondisi maju ke depan. Kemudian Ja‟far bin Abi Thalib mengambil bendera dengan tangan kanannya menggantikan posisi Zaid.

Tangan kanan Ja‟far terputus, lalu ia mengambil bendera dengan tangan

kirinya, tangan kirinya pun terputus, lalu ia meletakkan dalam pangkuannya sampai ia gugur di medan perang. Kemudian Abdullah bin Rawahah

21


(41)

32

mengambil bendera dan maju menaiki kudanya. Lalu ia maju ke depan

melanjutkan berperang sampai ia gugur di medan perang sebagai syuhada22.

Kemudian Tsabit bin Arqam bin Tsa‟labah Al-Anshari mengambil

bendera dan mulai berseru kepada kaum Anshar, dan orang-orang datang

mendekatinya dari berbagai arah, tetapi hanya sedikit. Lalu ia berkata, “ikutlah

bersamaku, pasukan!” dan mereka berkumpul di dekatnya. Ia mengatakan:

Tsabit melihat ke arah khalid dan berkata, “Abu Sulaiman, ambilah bendera

ini.” Khalid menjawab, Tidak, aku tidak akan mengambilnya, karena engkau

lebih pantas memegangnya daripada aku. Kaulah orang yang lebih senior di antara kita, dan kau juga yang ikut dalam Badar.” Tsabit berkata, “Ambillah

kau, karena, Demi Allah, aku tidak akan mengambilnya kecuali untukmu”.

Pasukan menyetujui atas Khalid bin Al-Walid. Kata Tsabit, “Apakah kalian

sepakat dengan Khalid?” Mereka menjawab, “Ya”. Maka Khalid mengambil

bendera itu dan orang-orang melihatnya dan Khalid langsung memimpin

pasukan untuk berperang23.

Mengawali kepemimpinannya dalam Perang Mu‟tah, Khalid bin Al

-Walid berkata, “Beri aku sebilah pedang!” Mereka memberinya. “lindungi

punggungku!”. Pedang pertama yang dipergunakan oleh Khalid patah. Pedang

kedua diserahkan dan ternyata patah juga, lalu pedang ketiga dan seterusnya. Dalam pertempuran itu tidak kurang dari 9 buah pedang dipergunakan oleh Khalid bin Al-Walid dan pedang yang terakhir digunakan yaitu pedang Yaman. Khalid menghimpun seluruh pasukan dan mengeluarkan seluruh

22

Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 259-261.

23


(42)

33

pasukan dan mengeluarkan maklumat, “kita harus menata ulang barisan.” Tetapi, ia kemudian mengatakan, “kita tidak akan menarik mundur kekuatan sekaligus. Karena jika tentara Romawi mencium muslihat ini, mereka pasti

akan memburu kita.” Malam itu mereka merundingkan perubahan taktik

perang. Satuan tempur di barisan terdepan digeser ke belakang, sayap kanan bertukar posisi dengan sayap kiri. Seratus orang prajurit diperintahkan untuk

keluar dari medan tempur dengan diam-diam. Khalid berpesan, “setelah itu,

masuklah kembali ke medan perang sepuluh demi sepuluh sambil meneriakkan takbir, sehingga musuh mengira bahwa mereka adalah bala bantuan yang didatangkan dari Madinah.”

Pada pagi hari, pertukaran posisi dilakukan, dan bersamaan dengan itu, sepuluh personil pasukan berkuda memasuki medan tempur seraya mengumandangkan takbir. Khalid meminta pasukan berkuda untuk membuat debu bertebaran dan suara detak kaki kuda yang keras. Debu membumbung tinggi ke angkasa. Sepuluh pasukan berkuda kedua menyusul dan diikuti oleh satuan-satuan berikutnya. Sehingga pasukan Romawi mengira pasukan Islam telah mendapat bala bantuan dan semangat mereka menjadi kendur. Pasukan Romawi mundur, dan Khalid bin Al-Walid menarik pasukannya dari medan

pertempuran24 dan peperangan pun telah berakhir.

Rasulullah diperlihatkan oleh Allah adegan Perang Mu‟atah, lalu

Rasulullah memberitahukannnya kepada para sahabatnya. Beliau bersabda, “Wahai manusia, telah dibukakan pintu kebaikan (Nabi mengulangnya tiga

24


(43)

34

kali) aku kabari kalian tentang pasukan kalian yang sedang berperang ini. Mereka telah bergerak dan bertemu dengan musuh, Zaid telah gugur sebagai

syahid, maka mintalah ampunan untuknya. Kemudian Ja’far bin Abi Thalib

mengembil bendera lalu ia gugur sebagai syahid, maka mintalah ampunan untuknya. Kemudian Abdullah bin Rawahah mengambil bendera dan terus bertahan sampai ia gugur sebagai syahid, maka mintalah ampunan untuknya. Kemudian Khalid bin Al-Walid mengambil bendera dan ia bukan salah seorang panglima perang, ia adalah pemimpin dirinya sendiri, tetapi ia adalah pedang Allah yang kembali dengan nembawa kemenangan.”

Anas bin Malik meriwayatkan sebagai berikut:

َلاَقَ ف ُرَ بَجا ُمُهَ يِت أَي ْنَا َلْبَ ق ِساّلِل ٍةَحاَوَر َنْباَو اًرَفْعَجَو اًدْيَز ىَعَ ن ِها َلْوُسَر ّنِا

ُاَف ٌدْيَز َةَياّرل اَذَخَا

ٍةَحاَوَر َنْبِااَ َذَخَا ُُّ َبْيِصُاَف ٌرَفْعَج اَ َذَخَا ُُّ َبْيِص

ُها َحَتَ ف ََّح ِها ِفْوُ يُس ْنِم ٌفْيَس َةَياّرلا َذَخَا ََّح ,ِناَفِرْدَت ُاَْ يَعَو ,َبْيِصُأَف

ْمِهْيَلَع

.

Artinya: “sesungguhnya Rasulullah saw. memberitahukan kepada orang

banyak tentang kematian Zaid, Ja’far dan Abdullah bin Rawahah sebelum ada seorang pun yang membawa kabar kematian mereka.” Nabi berkata

bendera dipegang oleh Zaid ia terbunuh. Selanjutnya bendera itu dipegang

Ja’far sampai ia terbunuh. Setelah itu bendera dipegang oleh Abdullah bin Rawahah sampai ia terbunuh. Selanjutnya bendera itu dipegang oleh salah satu daripada pedang Allah (Khalid) sampai Allah memberikan kemenangan.


(44)

35

Panji dipegang oleh Khalid bin Al-Walid berdasarkan kesepakatan sahabat, bukan Rasulullah. Sejak itulah Rasulullah menjuluki Khalid sebagai

Saifullah Al-Maslul (Pedang Allah yang terhunus). (HR. Bukhari).

Sejak saat itu Khalid sering ikut berperang di barisan kaum Muslim untuk membela Islam bersama Rasulullah. Setelah penaklukan kota Makkah Rasulullah mengutus Khalid untuk menghancurkan berhala Uzza dan beberapa perang di masa Rasulullah lainnya. Khalid juga ikut serta dalam berbagai ekspansi pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakat Ash-Shiddiq, dan Umar bin Al-Khatab.

D. Wafat Khalid bin Walid.

Setelah masuk Islam, Khalid menjalani hidupnya dengan mengikuti banyak pertempuran demi mendapatkan kesyahidan. Ia sering mengancam musuh-musuhnya dengan mengatakan bahwa ia memiliki orang-orang yang siap untuk mati ataupun hidup. Dalam banyak pertempuran yang ia ikuti, Khalid selalu selamat dari kematian.

Khalid pernah dilengserkan sebanyak dua kali. Yang pertama ia pernah dilengserkan dari jabatannya dari komandan pasukan dalam Perang Yarmuk. Yang kedua ia pernah dilengserkan oleh Umar bin Al-Khatab dari wilayah Qansarin yang dikuasakan kepadanya oleh Abu Ubaidah sebagai bentuk pembagian ghanimah yang dilakukan dengan tanpa merujuk terlebih dahulu kepada sang khalifah. Setelah dilengserkan, Khalid menghabiskan hari-harinya di rumah miliknya yang berada di kota Homs. Ia hidup di sana selama


(45)

36

empat tahun bersama keluarga besarnya. Empat puluh putranya meninggal

dunia saat terjadi wabah penyakit menular.25 Wabah penyakit „Amwas telah

menyerang anak-anak Khalid hingga meninggal. Wabah ini terjadi di sebuah perkampungan kecil di Palestina terletak di antara Ramallah dan Baitul Maqdis. Wabah ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khathab tahun 18 Hijriyah pasca penaklukan Baitul Maqdis. Wabah ini juga menyebabkan sejumlah sahabat Nabi meninggal diantaranya; Abu Ubaidah, Mu‟adz bin

Jabal, Yazid, dan Dharrar.26

Perjalanan karir Khalid bin Al-Walid berakhir dengan munculnya surat pelengseran dirinya dari wilayah Qansarin sebagai komandan militer pada

tahun 17 H27. Khalid menderita sakit ketika berumur 58 tahun, penyakit

tersebut berlangsung cukup lama dan membuat kondisi kesehatan semakin memburuk. Ia senantiasa terbaring di atas tempat tidurnya.

Saat ajal menjelang, Khalid bin Al-Walid merasa ada sesuatu yang selalu merisaukan pikirannya, yaitu bila ia mati di atas tempat tidur, padahal ia telah menghabiskan seluruh umurnya di atas punggung kuda perangnya, dan

dibawah kilatan pedangnya. Dan ia sempat berkata “Aku telah berjuang dalam

banyak pertempuran demi mencari kematian secara syahid. Tidak ada tempat di anggota tubuhku ini melainkan terdapat bekas luka tebasan pedang, tusuk dari tombak, sayatan, atau bekas luka terkena anak panah. Meski demikian, inilah aku sekarang, aku akan mati di tempat tidur layaknya seekor unta tua

25

Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 597.

26

Ibid., 579.

27


(46)

37

yang mati. Semoga mata para pengecut tidak pernah tertidur.” Melihat

kata-kata tersebut sungguh Khalid sangat mengharapkan mati syahid di medan pertempuran.

Mendengar hal itu salah satu teman lamanya yang pada saat itu sedang

menjenguknya berkata kepadanya, “Wahai Khalid, kamu harus tahu bahwanya

pada saat Rasulullah memberimu julukan dengan sebutan pedang Allah, sesungguhnya itu menjadi ketetapan bagimu untuk tidak meninggal di medan perang. Seandainya engkau meninggal di tangan orang kafir, maka itu artinya pedang Allah telah berhasil dipatahkan oleh musuh Allah, dan itu tidak akan

mungkin terjadi.” Mendengar hal itu pikiran Khalid menjadi tenang, Khalid

pun akhirnya terdiam, dan beberapa saat kemudian teman lamanya itu pergi

meninggalkannya.28

Khalid bin Walid pun akhirnya wafat, semua orang menagis. Air mata mengantarkan kepergian jenazah Khalid yang diusung di atas di atas pundak ke peristarahatan terakhir. Ibu Khalid memandangnya dan meratapi jenazahnya seraya berkata,

Engkau lebih baik daripada jutaan orang

Karena engkau berhasil membuat wajah mereka tunduk Soal keberanian, engkau lebih berani daripada singa betina Yang sedang mengamuk melindungi anaknya

28


(47)

38

Soal kedermawanan, engkau lebih dermawan daripada air yang mengalir deras

Yang terjun dari celah bukit curam ke lembah.

Umar bin Al-Khathab mendengar ucapan tersebut, maka hatinya bertambah duka dan terharu. Air matanya jatuh berderai, lalu berkata,

“Engkau benar! Demi Allah, ia memang seperti itu.”29

Khalid bin Al-Walid wafat pada tahun 21 Hijriyah di Himsh30, Siria.

Adapun usia Khalid saat meninggal terdapat perbedaan pendapat. Ada yang

berpendapat meninggal di usia 52 tahun31. Menurut pendapat yang paling

unggul, umur khalid ketika meninggal dunia adalah 58 tahun32. Khalid bin

Al-Walid wafat di masa kekhilafahan Umar bin Khatab dan Khalifah Umar sangat berduka atas wafatnya Khalid.

Pada saat wafat, khalid tidak meninggalkan barang apapun kecuali

seekor kuda, senjata dan budaknya yang ia miliki.33 Dan ada satu lagi yang

tertinggal, yaitu suatu barang yangat dijaganya mati-matian, yaitu berupa kopiah yang didalamnya terdapat beberapa helai rambut dari ubun-ubun

29

Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi ,Terj: Agus Suwandi (Jakarta: Ummul Qurra, 2012), 319.

30

Amin Bin Abdullah Asy-Syaqawi, Biografi Khalid Bin Walid Radhiyallhu’anhu: Terjemahan Muzaffar Sahidu (t.tp: t.th, 2010), 6. Himsh atau Homs, sebuah kota lama (Emesa) di Suriah tengah. Tata Husain, Dua Tokoh Besar dalam Sejarah Islam Abu Bakar Dan Umar, Terj: Ali Audah (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), 101.

31

Asy-Syaqawi, Biografi Khalid Bin Walid, 6.

32

Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 598.

33


(48)

39

Rasulullah yang membuatnya optimis dan berharap kemenangan dengan

(keberkahan) nya.34

Khalid meninggal dunia dan pada saat berita kematian tersebut sampai

kepada Amirul Mukminin, Umar bun Al-Khatab dia berkata: “semoga Allah

memberikan rahmatnya kepada Abu Sulaiman, sesungguhnya di seperti apa

yang kami perkirakan.” Dan disebutkan di dalam hadits riwayat Umar bin Al

-Khatab tentang akat bahwa besinya dan perlengkapan berperangnya di jalan Allah.”

34


(49)

BAB III

PERANG YARMUK A. Latar Belakang Terjadinya Perang Yarmuk

Alasan umat Islam ingin menyebarkan Islam di luar wilayah Jazirah Arab karena, pada saat itu umat Islam merasa lebih unggul dan sudah kuat. Faktor yang membuat umat Islam menjadi unggul yaitu, faktor idiologi, agama Islam adalah agama yang sempurna dan diridloi oleh Allah. Selain itu posisi militer Islam yang sangat kuat sehingga umat Islam jika berperang pasti akan memperoleh kemenangan dan musuhnya pasti kalah, karena ada semangat jihad fisabilillah pada diri mereka. Umat Islam tidak takut mati, karena mereka berperang karena Allah, sehingga umat Islam dapat memenangkan peperangan. Dari beberapa faktor tersebut umat Islam mudah mengalahkan setiap musuh-musuhnya dalam peperangan.

Aksi Khalid bin Al-Walid membuka wilayah Irak dan Persia pada tahun 12 Hijriyah yang gemilang, mengundang reaksi pemerintahan pusat di Madinah pada awal tahun 13 Hijriyah, untuk mengumumkan program mobilisasi umum di segenap penjuru wilayah Islam dan pembentukan laskar pasukan untuk membuka wilayah Syam dan mengusir pemerintahan dari sana.

Perhatian kaum Muslimin terhadap Syam di mulai sejak zaman Nabi Muhammad. Pada saat beliau memerintahkan menulis surat untuk dikirim kepada


(50)

41

Heraklius, Raja Romawi, menyeru dia dan rakyatnya supaya memeluk Islam1.

Utusan Rasulullah Saw yang membawa surat untuk Raja Romawi adalah Dihya bin Khalifah Kalbi. Surat Rasulullah sampai kepada Raja Heraklius saat itu

sedang berada di Syam hendak pulang ke Konstantinopel2. Raja Heraklius berada

di Syam pada saat itu sedang merayakan kemenangannya atas orang-orang Persia dengan melakukan kunjungan ke Yerussalem; maka di sinilah Surat Nabi

disampaikan kepada Raja Heraklius3. Isi surat Nabi Muhammad kepada Raja

Heraklis adalah:

َ قَ ل

َ وَ:

َ قَ د

َ مَ

َ عَ ل

َ يَ هََ

َ كَ ت

َ با

ََ ر

َ س

َ لو

َ

َ لا

ََ م

َ عَ

َ د

َ حَ ي

َ بَة

َ نَ

َ ة في ل خ

ََ لا

َ كَ ل

َ ب

َ:ي

َ ب

َ س

َ مَ

َ لا

َ

َ رلا

َ ح

َ مَ ن

َ

َ رلا

َ حَ ي

َ م

َ.

َ م

َ نَ

َ مَ ح

َ م

َ دَ

َ رَ س

َو

َ ل

َ

َ ل

ََ اَ ل

َ َى

َ رَ ق

َ ل

ََ ع

َ ظَ ي

َ مَ

َ رلا

َ وَ م

.ََ

ال

َ لس

َ مَ

َ عَ ل

َ مَى

َ نَ

َ تاَ ب

َ عَ

َ هلا

َ د

ى

.ََ

اَ م

َ بَا

َ عَ د

َ فَ:

َ اَ ن

َى

َ اَ د

َ عَ و

َ ك

ََ ب

َ د

َ عاَ

يَ ة

َ

َ لا

َ س

َ ل

َ مَ

َ اَ س

َ لَ م

ََ ت

َ سَ ل

َ م,

ََ يَ

ؤَ ت

َ ك

َ

َ لا

ََ ا

َ جَ ر

َ ك

ََ مَ

رَ تَ ي

َ نَ

َ فَ ا

َ نَ

َ تَ وَ ل

َ ي

َ ت

ََ فَ ا

َ نَ

َ ن ي را ك لاَ م ث ا

. ك ي ل ع

4

ََ يَ

اا

َ َ ل

ََ لا

َ كَ ت

َ با

ََ ت

َ عَ لا

َ وَ اا

َ ل

َ كَى

َ لَ م

َ ةَ

َ سَ و

َ ءا

ََ بَ ي

َ نَ ن

َ وَا

َ بَ يَ ن

َ ك

َ مَ

َ ل

َ نَ

َ عَ ب

َ دَ

َ اَ

َ ل

َ

َ لا

ََ و

َ لَ

َ ن

َ ش

َ ر

َ ك

ََ ب

َ هَ

َ ش

َ يَ ء

َا

َ ول

ََ ي

َ خّت

َ ذَ

َ بَ ع

َ ض

َ ن

َ بَا

َ ع

َ ض

َ اَا

َ رَ باَ

بَ ما

َ نَ

َ دَ و

َ نَ

َ لا

ََ فَ إ

َ نَ

َ تَ وَ ل

َ فَاو

َ قَ وَ ل

َ و

َ اَا

َ ش

َ هَ د

َ و

َ بَا

َ أَ ن

َ ما

َ سَ ل

َ مَ و

َ ن.

5

َ

Artinya

:

Adapun dulu baginya Kitab Rasulullah beserta Dihya ibn

Khalifah Al Kalbiy. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi

1

Ali Muhammad Ahs-Shalabi, Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq, Terj. Masturi Irham (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013), 555.

2

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Terj: H. A. Bahauddin (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 311.

3

Abdul Hamid Siddiqi, Sirah Nabi Muhammad Saw, Terj: Munir (Bandung: Marja, 2005), 300.

4

Abul Hasan Ali Al-Hasany An-Nadwy, As-Sirah An-Nabawiyyah Riwayat Hidup Rasulullah SAW, Terj: Bey Arifin (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008), 238-239. Terdapat pula dalam buku Li Abi Ja‟far Muhammad Ibn Jarir At-Thabari, TᾱrῙkh Al-Imama wal-Mulūk Jus II (Beirut libanon: Darul Kutub Al-„Alamiah, 1988), 130.

5


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam karya penelitian ini, adapun

kesimpulannya sebagai berikut:

1. Khalid bin Al-Walid sejak kecil telah diajari oleh ayahnya teknik dalam

berperang, sehingga ia mampu mengatur strategi perang yang mengantarkan

dia dalam kemenangan. Khalid bin Al-Walid sebelum masuk masuk Islam, ia

adalah seorang yang sangat membenci agama Islam dan pernah ikut berperang

dalam melawan Islam di Perang Uhud. Pada tahun 8 Hijriyah, Khalid bin

Al-Walid telah masuk Islam dan peperangan pertama yang diikutinya adalah

Perang Mu‟tah. Khalid mengantarkan pasukan Muslim pada kemenangan

melawan pasukan Romawi. Di perang Mu‟tah inilah Khalid bin mendapat

julukan Saifullah oleh Rasulullah karena kegigihannyan dalam berperang.

Sejak saat itu, ia selalu berada dibarisan kaum Islam untuk mengikuti

peperangan di masa Rasulullah sampai di masa Khalifah Umar bin Khathab.

Tahun 21 Hijriyah Khalid bin Al-Walid telah meninggal dunia di Homsh. Ia

meninggal dalam keadaan sakit di atas ranjangnya sendiri.

2. Perang Yarmuk adalah pertempuran pasukan Islam melawan pasukan


(2)

87

Yarmuk terjadi karena Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq ingin

menyebarluaskan agama Islam di Syam. Khalid bin Al-Walid dijadikan

sebagai panglima tertinggi memimpin pasukan di Syam. Sebelum peperangan

dimulai diadakan perundingan dengan Tazariq pemimpin pasukan Romawi,

tetapi perundingan gagal dan akhirnya pertempuran terjadi. Selain kaum

laki-laki, kaum perempuan juga ikut berperang di baris belakang pasukan muslim.

Setelah beberapa hari perang berlangsung akhirnya Pertempuran dimenangkan

oleh pasukan Islam, sehingga pasukan Islam bisa mengambil beberapa daerah

kekuasaan di Syam.

3. Strategi perang yang digunakan Khalid bin Al-Walid untuk mengantarkan

pasukan Islam dalam kemenangan. Setelah sampai di daerah Syam dan

bertemu dengan pemimpin pasukan Islam lainnya, ia menerapkan strategi

dengan membagi pasukan menjadi 30-40 kurdus dan menempatkan komandan

setiap kurdusnya. Selain membentuk kurdus-kurdus ia juga membagi pasukan

berkuda menjadi dua untuk menjaga pasukan sayap kanan dan kiri. Kemudian

Khalid juga menukar posisi Abu Ubaidah yang semula di depan menjadi di

belakang, agar pasukan yang berlari akan malu saat melihat Abu Ubaidah.

Selain itu terdapat pasukan Perempuan yang bertugas menjadi penyemangat

dan bertugas sebagai pemukul pasukan yang berlari untuk kembali berperang.

Dengan strategi yang diterapkan Khalid bin Al-Walid sehingga memberikan

kemenangan kepada pasukan Islam. Selain itu pasukan Islam juga berhasil


(3)

88

daerah seperti Damaskus, Mesir, Palestina, dan lainnya dapat memudahkan

pasukan Islam untuk menguasainya.

B. Saran

1. Segala sesuatu yang terjadi dapat terselesaikan dengan jalan lurus dan benar.

Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh Khalid bin Al-Walid dalam

melawan tentara Romawi. Dalam keadaan apapun, Khalid bin Al-Walid

mampu memberikan strategi yang baik untuk melawan Tentara Romawi,

sehingga kemenangan dapat diraihnya beserta pasukan Islam lainnya.

2. Semoga pembahasan-pembahasan di atas mampu membuat pembaca

mendaptkan ilmu-ilmu baru tentang Sejarah dan Kebudayaan Islam,

Khususnya mengenai perjuangan Khalid bin Al-Walid. Bagi pihak jurusan

ataupun fakultas semoga dapat memberikan dukungan terhadap kajian sejarah

Islam mengenai perluasan wilayah di daerah Syam dan kajian mengenai

Strategi Pertempuran Panglima Kalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk

pada khususnya.

Demikian pembahasan mengenai Strategi Pertempuran Panglima Khalid

bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu saran dan


(4)

85

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1999.

___________________. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta:

Penerbit Ombak, 2011.

Ahmad, Jamil. Seratus Muslim Terkemuka. Terj: Tim Penerjemah. Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1994.

Al-Qarni, „Aidh Bin „Abdullah. Story Of The Message: Episode Terindah Dalam Kehidupan Muhammad SAW. Terj: Aiman Abdul Halim. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2008.

Al-Qur‟an.

Amin, Husayn Ahmad. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1999.

An-Nadwy, Abul Hasan Ali Al-Hasany. As-Sirah An-Nabawiyyah Riwayat Hidup

Rasulullah SAW. Terj: Bey Arifin. Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008.

As-Sa‟id, Shalahuddin Mahmud. Sepuluh Sahabat yang Dijamin Surga. Terj: Ali Nurdin. Surakarta: Al-Qowam, 2012.

Ash-Shalabi, Ali Muhammad. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq. Terj: Masturi

Ilham. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013.

At-Thabari, Li Abi Ja‟far Muhammad Ibn Jarir. Tarikhul Ummami wal Muluk Jus

II. Beirut libanon: Darul Kutub Al-„Alamiah, 1988.

Asy-Syaqawi, Amin Bin Abdullah. Biografi Khalid Bin Walid Radhiyallhu’anhu.

Terjemahan Muzaffar Sahidu. t.tp: t.th, 2010.

Az-Zahbidi, Imam. Ringkasan Sahih Al-Bukhari. Terj: Cecep Syamsul Hari dkk.

Bandung: Mizan, 1997.

Chair, H Abd. “Khalifah”, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Ed. M. Din


(5)

86

Chotob, Jenderal Mahmud Syaid. Kepemimpinan Rosulullah Saw Dalam

Mempersatukan Ummat (Strategi Jihad). Yogyakarta: Harapan Utama, 2001.

Haikal, Muhammad Husain. Abu Bakar As-Siddiq. Terj: Ali Audah. Bogor:

Pustaka Litera AntarNusa, 2013.

______________________. Umar bin Khattab. Terj: Ali Audah. Bogor: Pustaka

Litera Antar Nusa, 2013.

Hakim, Manshur Abdul. Khalid Bin Al-Walid Panglima Yang Tak Terkalahkan.

Terj: Masturi Irham. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.

Hasan, Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jilid 1. Terj: H. A.

Bahauddin. Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Hitti, Philip K. History Of The Arabs. Terj: R. Cecep Lukman Yasin dkk. Jakarta:

PT Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Howard, Micheal. Clausewirtz Mahaguru Strategi Perang Modern. Terj. Ari

Anggari. Jakarta: Pustaka Utama Graffiti, 1991.

Husain, Tata. Dua Tokoh Besar dalam Sejarah Islam Abu Bakar Dan Umar. Terj:

Ali Audah Jakarta: Pustaka Jaya, 1986.

Ishaq, Ibnu. Tahqiq dan Syarah: Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiyah. Terj: H. Samson

Rahman. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2015.

Jafariyan, Rasul. Sejarah Khilafah 11 H-35 H. Terj: Anna Rarida dkk. Jakarta:

Al-Huda, 2006.

_______________. Sejarah Islam: sejak wafat Nabi SAW hingga runtuhnya

Dinasti Bani Umayyah (11-132 H). Terj: Ilyas Hasan. Jakarta: Lentera. 2004.

Katsir, Ibnu. Al-Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafaur Rasyiddin. Terj: Abu

Hasan Al-Atsai. Jakarta: Darul Haq, 2004.

Khalid, Khalid Muhammad. Biografi 60 Sahabat Nabi. Terj: Rijalun Haular

Rasul.Jakarta: Ummul Qura, 2012.

Mahmud, Nabawiyah. 13 Jenderah Besar Islam Paling Berpengaruh Sepanjang

Sejarah. Terj: Ahmad Dzulfikar. Solo: Pustaka Arafah, 2013.

Murad, Musthafa. Kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq. Terj: Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: Zaman, 2009.


(6)

87

Nicole, David. Yarmuk 636 M: Perang Besar Muslim vs “Romawi”. Terj: Shinta

Anita. Jakarta: KPG, 2012.

Setiawan, B. “Per”,. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 13. ed. E. Nugroho, et

al. Jakarta: PT Adi Pustaka, 1994.

Siddiqi, Abdul Hamid. Sirah Nabi Muhammad Saw. Terj: Munir. Bandung:

Marja, 2005.

Sulaiman, Rusydi. Pengantar Metodologi Penelitian Sejarah Peradaban Islam.

Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Sya‟ban, Hilmi Ali. Ma’rakah Yarmuk. Beirut, Libanon: Darul Kutub

Al-„Alamiyah, 1993.

Syalabi, A. Sejarah Dan Kebudayaan Islam Jilid I. Jakarta: Pustaka Alhusna,

1990.

Usman, Hasan. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Depag RI, 1986.

Waqidi, Al. Kitab Al-Maghazi Muhammad. Terj: Rudi G. Aswan. Jakarta:

Zaytuna, 2012.

Zulaicha, Lilik. Metodologi Penelitian I. Surabaya: Fak. Adab IAIN Sunan