PERANAN GURU PPKn DALAM PEMBINAAN BUDI PEKERTI SISWA DI MTsN SAUSU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MAUTONG | Irwanto | EDU CIVIC 6146 20328 1 PB
PERANAN GURU PPKn DALAM PEMBINAAN BUDI PEKERTI SISWA DI MTsN SAUSU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MAUTONG
Roni Irwanto1 Anthonius Palimbong2
Bonifasius Saneba3 ABSTRAK
Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peranan guru PPKn dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Mautong, Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Mautong, Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peranan guru PPKn dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Mautong dan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Mautong. jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini yaitu di MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Mautong. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTsN Sausu yang berjumlah 270 siswa dan jumlah sampel 40 siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan guru PPKn dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu belum terimplementasi secara maksimal, karena masih banyak siswa yang kurang memahami pentingnya budi pekerti yang baik bagi siswa itu sendiri, upaya-upaya yang dilakukan guru PPKn di MTsN Sausu dalam pembinaan budi pekerti siswa yaitu, menggunakan pendekatan keteladanan kepada siswa seperti selalu berbicara dengan sopan dan santun, selalu disiplin dalam berbagai hal serta selalu berpakian rapi, melalui pembelajaran PKn guru PPKn di MTsN Sausu selalu menanamkan nilai-nilai moral kepada siswanya, meningkatkan budi pekerti siswa melalui kegiatan ekstrakulikuler seperti memperingati hari-hari bersar, pengajian dan lain sebagainya, Faktor-faktor penghambat dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu yaitu, adanya pengaruh pergaulan teman sebaya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, terbatasnya komunikasi antara guru dan orang tua siswa, dan Kurangnya sarana dan prasaran.
Kata Kunci: Peranan guru. Pembinaan budi pekerti
1
Penulis adalah Mahasiswa FKIP Universitas Tadulako Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS, Semester Akhir:Stambuk A 321 11 032.
2
PembimbingI
3
(2)
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat bahkan telah merambah keseluruh pelosok tanah air dan memaksa semua elemen masyarakat untuk bersaing didalamnya. Oleh karna itu, salah satu upaya untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan proses pendidikan yang baik dan berkualitas bagi masyarakat. Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia sehingga dapat menjadikan anak bangsa yang cerdas dan mampu bersaing secara positif dalam kehidupan saat ini. Mengkaji peranan strategis pendidikan bagi suatu bangsa, maka tidak ada pilihan lain bagi suatu bangsa Indonesia untuk senantiasa meningkatkan kualitas pendidikannya.
Pendidikan adalah proses pembentukan dan pembangunan manusia seutuhnya, Maka dari itu pendidikan diharapkan dapat melahirkan peserta didik yang bukan hanya memiliki ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki budi pekerti yang baik, tujuannya agar dapat melahirkan generasi yang cerdas dan berkarakter baik dari segi pengetahuan dan prilaku itu sendiri, karna kesuksesan itu harus diiringi dengan budi pekerti yang baik pula agar ilmu yang didapatkan dapat terimlementasi secara positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Guru dalam dunia pendidikan merupakan pilar utama bagi perkembangan dalam pembentukan generasi bagi suatu bangsa dan negara. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, Seorang guru memiliki tanggung jawab yang begitu besar bagi peserta didik itu sendiri, Tanggung jawab seorang guru yaitu mendidik dan membentuk perilaku peserta didik kearah yang lebih baik serta mengentarkan anak didik menuju kearah kedewasaan dalam arti yang sesungguhnya. Selain itu guru juga dituntut harus dapat menjadi panutan (contoh) bagi peserta didik di lingkungan sekolah itu sendiri sebagai upaya dalam pembinaan prilaku siswa disekolah dengan tujuan agar siswa memiliki budi pekerti yang baik. Guru memiliki peran yang sangat menetukan dalam keberhasilan pelaksanaan pendidikan disekolah termasuk dalam pembinaan budi pekerti siswa dan peningkatan prestasi belajar siswa disekolah. Keberhasilan seorang guru dalam mendidik dan membina perilaku peserta didik dapat terlihat dari tindakan atau
(3)
perilaku keseharian yang keluar dari peseta didik itu sendiri, untuk seorang guru harus memiliki pribadi yang baik dalam menjalankan perannya sebagai seorang guru, karna keprobadian yang baik yang dimiliki seorang guru sangat menentukan keberhasilan guru tersebut, seperti yang dikemukakan Mulyasa4 “Pribadi guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik”.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan yang afektif, senantiasa memberi bimbingan terhadap pembinaan prilaku kepada siswa sehingga siswa memiliki budi pekerti yang baik serta mampu bertanggung jawab dan positif dan dapat memberikan bekal bagi masa depan peserta didik itu sendiri, dan mampu menampakan suatu sikap dan perilaku yang baik di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkunagn masyarakat. Dalam hal implementasinya guru PPKn saat ini bukan hanya bertanggung jawab untuk mengajar dan memberikan materi saja, akan tetapi juga bertanggung jawab dalam pembinaan perilaku siswa yang sesuai dengan nilai, moral, dan norma yang berlaku dimasyarakat sehingga memiliki budi pekerti yang baik dan menjadi warga Negara yang baik.
Berdasarkan observasi di MTsN Sausu masih sering dijumpai perilaku-perilaku yang menyimpang, perilaku-perilaku tersebut yaitu: perkelahian antar siswa, pencurian di lingkungan sekolah, melawan kepada guru, membolos pada saat jam pelajaran berlangsung, terlambat untuk kesekolah, alpa, tidak mengikuti upacara setiap hari senin, berpakaian tidak rapi sebagimana mestinya, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut peran guru PPKn dalam pembinaan budi pekerti sangat di harapkan. Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas
bahwa, penulis termotivasi untuk mengkaji bagaimana “Peranan Guru PPkn Dalam Pembinaan Budi Pekerti Siswa Di MTsN Sausu Kecamatan Sausu
Kebupaten Parigi Mautong”.
4
Mulyasa, E. (2007 117). Standar Kompotensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya.
(4)
II. METODE PENELITIAN 2.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Menurut Nawawi5 metode deskriptif yaitu “metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian mengambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat”. Dengan demikian peneliti akan mengambarkan fakta dan menjelaskan keadaan-keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaranya berdasarkan data yang diperoleh, yang berhubungan dengan kajian penelitian dengan memberi penjelasan-penjelasan yang lengkap yang berkaitan dengan Peranan Guru PPkn Dalam Pembinaan Budi Pekerti Siswa di MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kebupaten Parigi Mautong.
2.2. Tempat dan Waktu Penelitian 2.2.1. Tempat penelitian
Adapun yang menjadi lokasi dalam penelitian ini yaitu di sekolah MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Mautong, Berdasarkan permasalahan yang ada bahwa Lokasi penelitian ini dianggap sangat cocok terhadap judul yang diangkat oleh penulis, Peranan Guru PPkn Dalam Pembinaan Budi Pekerti Siswa di MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Perigi Mautong.
2.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari dikeluarkannya surat izin penelitian dari pihak Pimpinan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako pada tanggal 06 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 30 November 2015.
5
Nawawi, H (2003:64), Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gaja Mada University Press.
(5)
3.3. Populasi dan sampel 3.3.1. Populasi
Melakukan suatu penelitian sangat diperlukan adanya populasi, karna populasi merupakan subjek dalam suatu peneliti.Dalam Sugiyono dalam Ridwan6 mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa MTsN Sausu pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 270 orang siswa dengan rincian sebagai berikut : kelas VII sebanyak 106 orang siswa, kelas VII sebanyak 84 orang siswa dan kelas IX sebanyak 80 orang siswa. 3.3.2. Sampel
Adapun penentuan jumlah sampel untuk mewakili populasi, dalam penelitian ini penulis berpedoman pada Suharsimi Arikunto7 (2002 : 112)8. Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, Selanjutnya jika jumlah jumlah lebih dari 100, maka dapat diambil 10–15% atau 20–25% atau lebih.
Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti dalam menentukan sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 15%. Oleh karena itu sampel yang diperoleh sebanyak 15% dari 270 orang siswa yaitu 40 orang siswa, dengan rincian kelas VII 15 siswa, kelas VIII 13 siswa, dan kelas IX sebanyak 12 siswa.
Berdasarkan jumlah populasi di atas, maka peneliti menetapkan kepala sekolah MTsN Sausu dan guru PKn yang mengajar di MTsN Sausu yang berjumlah 2 orang sebagai informan wawancara dan jumlah sampel yang berjumlah 40 siswa MTsN Sausu, Selanjutnya untuk pengambilan sampel pada setiap kelas dilakukan dengan cara random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara mengacak.
6
Ridwan.(2005:5).Belajar Mudah Penelitian (Untuk Guru, Karyawan Dan Penelitian Pemuda). Bendung: Alfabeta
7
Arikunto, Suharsimi. (2002:112 ).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
(6)
3.4.Jenis dan sumber data
3.4.1. Data Primer adalah data dalam bentuk keterangan yang diperoleh dari informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Adapun sumber data tersebut diperoleh dari hasil wawancara kepada guru PPKn dan kepala sekolah serta hasil angket yang dibagikan kepada siswa MTsN Sausu. 3.4.2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data
yang menunjang data primer, data tersebut diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti serta dari berbagaimacam studi pustaka yang berkaitan dengan kajian yang akan diteliti.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
.Untuk mendapatkan data yang tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel) maka digunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
3.5.1. Observasi
Penulis turun langsung kelokasi penelitian untuk mengambil data. Tehnik yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung kepada guru PPKn untuk melihat sejauhmana pembinaan yang dilkukan guru PPKn di MTsN Sausu dalam membina budi pekerti siswa baik didalam proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran.
3.5.2. Wawancara
Wawancara yang dimaksud adalah melakukan tanya jawab dengan informan untuk mendapatkan data yang berkaitan erat dengan masalah yang dikaji. Wawancara akan dilakukan secara langsunga dengan informan penelitian dalam kesempatan-kesempatan yang disepakati, maupun dalam kondisi yang dibutuhkan untuk wawancara lebih dalam dengan cara terbuka dan penuh rasa kekeluargaan tentang peranan guru PPKn dalam pembinaan budi pekerti. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru PKn yang ada di MTsN Sausu.
3.5.3. Angket
Suatu metode untuk mendapatkan data dari responden dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara tertulis yang disusun rapi dan sistematis dalam bentuk
(7)
pilihan ganda, kemudian disebarkan langsung kepada para responden yang berjumlah 40 orang. Angket ini akan diberikan kepada siswa untuk melihat bagaimana kemampuan guru PPKn dalam pembinaan budi pelerti siswa di MTsN Sausu Kecamatan Sausu Kebupaten Parigi Mautong. Pada angket ini, penggunaan bentuk angket tertutup dimana responden tinggal memberikan tanda check atau silang pada alternatif jawaban yang disediakan berkaian dengan pembinaan budi pekerti.
3.5.4. Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data yang digunakan melalui pencetakan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan penelitian.Adapun data yang hendak diperoleh melalui tehnik ini adalah data jumlah siswa MTsN Sausu yang melakukan pelangaran di sekolah.
3.6. Tehnik Analisis Data
Setelah data yang diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data diatas, makadata tersebut diolah dengan menggunakan analisideskriptif-kualitatif.
Data yang terkumpul melalui angket, selanjutnya ditabulasi secara menyeluruh dalam sebuah tabel berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan cara membuat klarifiksi kemudian dianalisi dengan menggunakan tehnik perhitungan presentase (%). Adapun rumus yang akan digunakan sebagai berikut:
Rumus : P = x 100% Keterangan: P = persentase
F = Jumlah jawaban benar dari setiap alterntif jawaban N = Jumlah sampel
100 = Angka persen (%) (Anas Sudijono).9
Data yang diporoleh melalui tehnik Observasi, Wawancara dan Dokumentasi selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif yang dilakukan melalui tiga tahap
9
(8)
yang terjadi secara bersamaan yang dikemukakan menurut teori Miles dan Huberman10Sebagai berikut :
3.6.1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan prosedur memilih, menyeleksi dan menyederhanakan data serta mentransformasi data kasar yang terdapat dalam catatan lapangan. Menggolongkan, mengarahkan, membuang, data yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasikan data menurut permasalahan yang diajukan
3.6.2. Penyajian Data
Pennyajian data adalah untuk menyusun seluruh informasi dari informan sehingga dari penyajian data tersebut dapat memberikan kemungkinan untuk ditarik suatu kesimpulan. Adapun maksud diadakan penyajian data yaitu penulis selanjudnya akan menafsirkan informasi yang telah didapatkan baik melalui wawancara meupun observasi untuk melakukan tindakan selanjudnya.
3.6.3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara, data yang sudah disusun baik dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk kalimat kemudian disimpulkan sehingga peneliti memperoleh data yang berkualitas. Dalam tahap ini merupakan tahap akhir dari proses analisis yang merupakan tahap lanjutan dari kedua tahap di atas, yang merupakan tahap finis sebuah data dalam menetapkan validnya data dan sesuai dengan fakta yang ada.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang telah dipaparkan diatas ada beberapa hal yang di lakukan guru PPKn dalam membina budi pekerti yang pertama adalah :
2.2.1. Didalam proses pembelajaran PPKn
a. Mengembangkan pembelajran PPKn secara sistematis dan menyenangkan agar terkesan lebih menarik.
10
Miles dan Michael Huberman. (1992:15).Analisis Data Kualitatif.Jakarta: Universitas Indonesia Pres.
(9)
b. Menjadi mitra belajar dengan cara Selalu melibatkan siswa untuk saling bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran PKn.
c. Selalu mengontrol sikap siswa untuk saling menghargai dan menghormati selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Selalu menanamkan pendidikan moral dan nilai-nilai positif kepada siswa, dan sebagainya yang berkaitan dengan substansi materi PKn dalam proses pembelajaran PKn.
e. Selalu Memberikan apresiasai kepada siswa yang berprestasi. f. Memberikan penilaian secara objektif kepada siswa.
2.2.2. Di luar proses pembelajaran PKn.
a. Selalu menjadi teladan atau contoh yang baik bagi siswa-siswinya baik dilingkungan sekolah maupun didalam kehidupan masyarakat.
b. Selalu melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuller seperti: Melakukan kegiatan peringatan hari besar Naisonal Indonesia maupun kegiatan hari-hari besar keagamaan, dan Melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan contohnya pesantren kilat, pengajian disetiap hari jumat sore,kultum setelah selesai shalat zuhur, dan zhikir bersama sebelum melaksanakan ujian.
c. Melaksanakan tata tertip yang telah ditetapkan disekolah.
d. Memberikan sanksi yang tegas dan bersifat mendidik terhadap siswa yang melakukan pelanggaran disekolah.
e. Meningkatkan kunjungan rumah kepada siswa yang sering bermasalah. f. Melakukan program razia disekolah.
g. Melaksanakan kegiatan bakti sosial di setiap hari jum’at
2.2.3. Faktor-faktor penghambat dalam membina budi pekerti siswa di MTsN Sausu
Berdasarakan hasil wawancara ada beberapa faktor yang yang sering ditemui guru PPKn dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu yaitu :
a. Pengaruh pergaulan teman sebaya baik disekolah maupun di lingkungan masyarakat.
(10)
b. Terbatasnya komunikasi dengan orang tua siswa. c. Kurangnya sarana dan prasarana
Berdasarkan uraian di atas bahwa Guru PPKn di MTsN Sausu dalam melakukan pembinaan budi pekerti mengunakan pendekatan keteladanan kepada siswa contoh keteladanan tersebut adalah selalu berbicara dengan sopan dan santun, selalu berpakaian rapi dan kedisiplinan, kemudian hal ini juga diperkuat oleh pengelolaan data angket nomor 2 yang mununjukan bahwa guru PPKn selalu memperlihatkan keteladanan atau contoh yang baik bagi siswa, misalnya selalu berpakaian rapi, berkata jujur, sopan santuh dalam berbicara dan sebagainya, hal ini memiliki tanggapan yang berbeda yaitu 30 orang siswa yang menyatakan selalu dengan jumlah persentase 75%, 8 orang siswa yang menyatakan sering dengan persentase 20%, 2 orang siswa yang menyatakan kadang-kadang dengan persentase 5% dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah.
Selain mengunakan pendekatan keteladanan, dalam hal pembinaan budi pekerti melalui pembelajaran PKn guru PPKn di MTsN Sausu selalu menerapkan kedisiplinan salah satunya yaitu selalu masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal jam pelajaran yang telah dijadwalkan, kemudian kepala sekolah juga mengatakanbahwa: “ berdasarkan yangsaya ketahui bahwa pak mulkillah sebagai guru PPkn di MTsN Sausu selalu membina siswa dengan cara menerapkan keteladan dan kedisiplian kepada siswanya”.
Melalui pembelajaran PKn, guru PPKn di MTsN Sausu juga selalu menanamkan nilai-nilai moral yang positif kepada siswanya, nilai-nilai tersebut meliputi, kejujuran, saling menghargai, gotong-royong dan saling tolong-menolong hal ini juga diperkuat oleh pengelolaan data angket nomor 8 yang menunjukan bahwa guru PPKn selalu meminta siswanya untuk membantu temannya yang sedang mengalami musibah, misalnya kedukaan dan lainya, hal ini memiliki tanggapan yang berbeda yaitu 39 orang siswa yang menyatakan selalu dengan jumlah persentase 72.5%, 6 orang siswa yang menyatakan sering dengan persentase 15%, 5 orang siswa yang menyatakan kadang-kadang dengan persentase 12,5% dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah.
(11)
Selain di dalam proses pembelajaran PKn untuk menumbuh-kembangkan budi pekerti siswa di MTsN Sausujuga dilakukan melalui berbagai macan kegiatan ekstrakulikullerdan kegiatan keagamaan seperti, kegiatan peringatan hari-hari besar, pesantren kilat pengajian dan dzikir akbar, kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan pekerti luhur yang baik bagi setia siswa. Guru PPKn di MTsN Sausu juga selalu memberikan dukungan kepada siswanya dengan cara selalu memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswanya contohnya memberikan hadiah dan pujian terhadap hasil kerja siswa dengan tujuan untuk menumbuhkan partisipasi aktif kepada siswa dansiswa akan lebih percaya diri lagi dan dapat memotifasi siswa lainnya yang kurang berprestasi.
Berdasarkan usaha di atas dapat dianalisis bahwa peranan guru PPKn di MTsN Sausu belum terimplementasi secara maksimal karena masih banyak siswa yang kurang memahami pentingnya budi pekerti yang baik bagi setiap siswa hal tersebut dibuktikan kurangnya rasa saling menghargai dan menghormati dari setiap siswa siswa baik kepada guru maupun sesama siswa, contohnya pada saat pembelajaran dilaksanakan para siswa kurang menjaga ketenangan pada proses pembelajaran, sering keluar masuk pada saat pembelajran berlangsung, ada ada siswa yang sering terlambat masuk kelas pada saat jam pelajaran dimulai. Kemudian diluar pembelajran PKn masih banyak siswa yang sering melakukan pelanggaran seperti berpakaian tidak seragam, perkelahian antara siswa, membolos dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan masalah diatas inilah yang menjadi suatu masalah yang harus diselesaikan. guru PPKn di MTsN Sausu hendaknya harus lebih berupaya lagi untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada siswanya dan sudah menjadi tugas seorang guru, terutama guru PPKn di MTsN Sausu untuk selalu berupaya untuk membina dan membimbing siswanya. Kemudian Nu’man Soemantri11 mengatakan bahwa “Guru Pkn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermanfaat. oleh karena itu guru PPKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan kearah yang lebih baik”. 11
(12)
Berkaitan dengan pendapat diatas bahwa sebagai guru PPKn harus mampu menempatkan kedewasaannya dan mampu menjadi contoh bagi guru bidang studi lainya karna guru PPKn merupakan guru penunutun moral, seorang guru PPKn harus mampu mendedikasikan dirinya sebagai orang tua siswa di sekolah dan sebagai guru penuntun moral harus mempunyai berbagai macam cara atau pendekatan yang mampu menarik perhatian siswanya terkaid dengan pembinaan budi pekerti siswa, kemudian Moh. Uzer Usman12 juga mengatakan bahwa:
Peran guru dalam menjalankan tugas disekolah hrus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, dan mampu menarik simpati para siswa sehingga pembelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi siswa dalam mengajar. Bila seorang guru dalam penampilannya suda tudak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih pengajaran kepada siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik sehingga pelajaran tidak dapat diserap dengan baik.
Berkaitan dengan pendapat diatas bahwa guru PPKn di MTsN Sausu harus lebih berusaha lagi dengan berbagai macam cara-cara atau metode-metode yang mampu menarik perhatian siswa dalam membina budi pekerti siswa baik didalam proses pembelajran maupun di luar proses pembelajaran, demi terwujudnya budi pekerti yang baik yang dimiliki sestiap siswa dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.
IV PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data-data hasil penelitian diatas, dalam hal ini peneliti memberikan beberapa kesimpulan terkaid dengan upaya-upaya guru PPKn dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu senagaimana diuraikan sebagai berikut :
5.1.1. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembinaan yang dilakukan guru PPKn di MTsN Sausu belum terimpelmentasi secara maksimal karena masih
12
(13)
banyak siswa yang kurang memahami pentingnya budi pekerti yang baik bagi setiap siswa.
5.1.2. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa Guru PPKn di MTsN Sausu dalam membina budi pekerti siswa mengunakan pendekatan keteladanan kepada siswa seperti contoh keteladanan tersebut yaitu selalu berbicara dengan sopan dan santun, dan selalu berpakaian rapi .
5.1.3. Melalui proses pembelajran PKn, bahwa guru PPKn di MTsN Sausu selalu menanamkan nilai-nilai moral, seperti nilai-nilai kejujuran, kesopanan, keagmaan, serta kedisiplinan dan untuk mengoptimalkan penanaman nilai-nilai tersebut dilakukan dengan cara memaksimalkan proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengembangkan pembelajran baik dari segi materi maupun dengan pengunaan berbagai macam metode yang disusun berdasarkan kurikullum
5.1.4. Meningkatkan budi pekerti siswa melalui berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan pembinaan keagamaan dengan tujuan untuk membekali dan melatih siswa agar siswa memiliki budi pekerti yang baik. serta, menumbuhkan kepercayaan diri setiap siswa dan kemandirian siswa melalui bebagai macam kegiatan ekstrakulikuler yang bersifat positif.
5.1.2. Dalam hal pembinaan budi pekerti siswa memiliki beberapa faktor-faktor yang menjadi penghambat yang dihadapi oleh guru PPKn di MTsN Sausu, faktor-faktor tersebut yaitu :
a) Pengaruh pergaulan teman sebaya baik disekolah maupun di lingkungan masyarakat.
b) Terbatsnya komunikasi dengan orang tua siswa. c) Kurangnya sarana dan prasarana
5.2. Saran
Atas dasar kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi peningkatan peranan guruPPKn dalam pembinaan budi pekerti bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Saran-saran tersebut diberikan kepada :
(14)
Dalam membina pembinaan budi pekerti siswa hendaknya mulai dari kepala sekolah, guru, serta karyawan yang ada di sekolah selalu memberikan contoh keteladanan yang baik, sehingga siswa dapat menirunya. Berusaha memaksimalkan fasilitas-fasilitas yang tersedia disekolah untuk menyalurkan potensi-potensi siswa pada hal-hal yang positif.
5.2.2. Kepada guru
Berkaitan dengan pembinaan budi pekerti siswa khususnya guru PPKn diharapkan lebih maksimal lagi dalam memberikan bimbingan dan pembinaan tentang nilai, moral, dan norma yang baik bagi seluruh siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dengan mengunakan berbagai macam variasi metode sehingga siswa lebih termotifasi untuk belajar dan berkembang baik dibidang akademik maupun non akademik.
5.2.3. Kepada Orang tua
Orang tua hendaknya dapat mengawasi dan memberikan perhatian kepada anak baik perkembangan akademik maupun non akademik, kemudian orang tua diharapkan dapat meningkatkan bekerjasama dengan pihak sekolah dengan cara selalu menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah.
5.2.4. Kepada Siswa
Siswa diharapkan dapat mengikuti, menaati tata tertip yang telah ditetapkan oleh sekolah. Sehubungan dengan pembelajaran siswa diharapkan lebih berpartisipasi dalam metode pembelajaran yang digunakan oleh guru selama proses belajar mengajar dikelas agar lebih memahami dan mengaplikasikan materi yang disampaikan dalam pembelajaran sehingga melalui pembelajaran PKn dapat membantu siswa dalam pembentukan pola pikir dan tingkah laku kearah yang lebih baik.
(15)
DAFTAR RUJUKAN
Nawawi, H (2003), Metode penelitian bidang sosial, Yogyakarta: Gaja Mada University Press
Ridwan.(2005). Belajar Mudah Penelitian (Untuk Guru, Karyawan Dan Penelitian Pemuda). Bendung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2002 ). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, A. (2003). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT.Grafindo Persada.
Miles dan Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Pres.
Mulyasa, E. (2007 117). Standar Kompotensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya.
Soemantri M. Nu’man.(1976)Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga.
Uzer Usman, Moh. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(1)
b. Terbatasnya komunikasi dengan orang tua siswa. c. Kurangnya sarana dan prasarana
Berdasarkan uraian di atas bahwa Guru PPKn di MTsN Sausu dalam melakukan pembinaan budi pekerti mengunakan pendekatan keteladanan kepada siswa contoh keteladanan tersebut adalah selalu berbicara dengan sopan dan santun, selalu berpakaian rapi dan kedisiplinan, kemudian hal ini juga diperkuat oleh pengelolaan data angket nomor 2 yang mununjukan bahwa guru PPKn selalu memperlihatkan keteladanan atau contoh yang baik bagi siswa, misalnya selalu berpakaian rapi, berkata jujur, sopan santuh dalam berbicara dan sebagainya, hal ini memiliki tanggapan yang berbeda yaitu 30 orang siswa yang menyatakan selalu dengan jumlah persentase 75%, 8 orang siswa yang menyatakan sering dengan persentase 20%, 2 orang siswa yang menyatakan kadang-kadang dengan persentase 5% dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah.
Selain mengunakan pendekatan keteladanan, dalam hal pembinaan budi pekerti melalui pembelajaran PKn guru PPKn di MTsN Sausu selalu menerapkan kedisiplinan salah satunya yaitu selalu masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal jam pelajaran yang telah dijadwalkan, kemudian kepala sekolah juga mengatakanbahwa: “ berdasarkan yangsaya ketahui bahwa pak mulkillah sebagai guru PPkn di MTsN Sausu selalu membina siswa dengan cara menerapkan keteladan dan kedisiplian kepada siswanya”.
Melalui pembelajaran PKn, guru PPKn di MTsN Sausu juga selalu menanamkan nilai-nilai moral yang positif kepada siswanya, nilai-nilai tersebut meliputi, kejujuran, saling menghargai, gotong-royong dan saling tolong-menolong hal ini juga diperkuat oleh pengelolaan data angket nomor 8 yang menunjukan bahwa guru PPKn selalu meminta siswanya untuk membantu temannya yang sedang mengalami musibah, misalnya kedukaan dan lainya, hal ini memiliki tanggapan yang berbeda yaitu 39 orang siswa yang menyatakan selalu dengan jumlah persentase 72.5%, 6 orang siswa yang menyatakan sering dengan persentase 15%, 5 orang siswa yang menyatakan kadang-kadang dengan persentase 12,5% dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah.
(2)
Selain di dalam proses pembelajaran PKn untuk menumbuh-kembangkan budi pekerti siswa di MTsN Sausujuga dilakukan melalui berbagai macan kegiatan ekstrakulikullerdan kegiatan keagamaan seperti, kegiatan peringatan hari-hari besar, pesantren kilat pengajian dan dzikir akbar, kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan pekerti luhur yang baik bagi setia siswa. Guru PPKn di MTsN Sausu juga selalu memberikan dukungan kepada siswanya dengan cara selalu memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswanya contohnya memberikan hadiah dan pujian terhadap hasil kerja siswa dengan tujuan untuk menumbuhkan partisipasi aktif kepada siswa dansiswa akan lebih percaya diri lagi dan dapat memotifasi siswa lainnya yang kurang berprestasi.
Berdasarkan usaha di atas dapat dianalisis bahwa peranan guru PPKn di MTsN Sausu belum terimplementasi secara maksimal karena masih banyak siswa yang kurang memahami pentingnya budi pekerti yang baik bagi setiap siswa hal tersebut dibuktikan kurangnya rasa saling menghargai dan menghormati dari setiap siswa siswa baik kepada guru maupun sesama siswa, contohnya pada saat pembelajaran dilaksanakan para siswa kurang menjaga ketenangan pada proses pembelajaran, sering keluar masuk pada saat pembelajran berlangsung, ada ada siswa yang sering terlambat masuk kelas pada saat jam pelajaran dimulai. Kemudian diluar pembelajran PKn masih banyak siswa yang sering melakukan pelanggaran seperti berpakaian tidak seragam, perkelahian antara siswa, membolos dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan masalah diatas inilah yang menjadi suatu masalah yang harus diselesaikan. guru PPKn di MTsN Sausu hendaknya harus lebih berupaya lagi untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada siswanya dan sudah menjadi tugas seorang guru, terutama guru PPKn di MTsN Sausu untuk selalu berupaya untuk membina dan membimbing siswanya. Kemudian Nu’man Soemantri11 mengatakan bahwa “Guru Pkn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermanfaat. oleh karena itu guru PPKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan kearah yang lebih baik”.
11
(3)
Berkaitan dengan pendapat diatas bahwa sebagai guru PPKn harus mampu menempatkan kedewasaannya dan mampu menjadi contoh bagi guru bidang studi lainya karna guru PPKn merupakan guru penunutun moral, seorang guru PPKn harus mampu mendedikasikan dirinya sebagai orang tua siswa di sekolah dan sebagai guru penuntun moral harus mempunyai berbagai macam cara atau pendekatan yang mampu menarik perhatian siswanya terkaid dengan pembinaan budi pekerti siswa, kemudian Moh. Uzer Usman12 juga mengatakan bahwa:
Peran guru dalam menjalankan tugas disekolah hrus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, dan mampu menarik simpati para siswa sehingga pembelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi siswa dalam mengajar. Bila seorang guru dalam penampilannya suda tudak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih pengajaran kepada siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik sehingga pelajaran tidak dapat diserap dengan baik.
Berkaitan dengan pendapat diatas bahwa guru PPKn di MTsN Sausu harus lebih berusaha lagi dengan berbagai macam cara-cara atau metode-metode yang mampu menarik perhatian siswa dalam membina budi pekerti siswa baik didalam proses pembelajran maupun di luar proses pembelajaran, demi terwujudnya budi pekerti yang baik yang dimiliki sestiap siswa dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.
IV PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data-data hasil penelitian diatas, dalam hal ini peneliti memberikan beberapa kesimpulan terkaid dengan upaya-upaya guru PPKn dalam pembinaan budi pekerti siswa di MTsN Sausu senagaimana diuraikan sebagai berikut :
5.1.1. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembinaan yang dilakukan guru PPKn di MTsN Sausu belum terimpelmentasi secara maksimal karena masih
12
(4)
banyak siswa yang kurang memahami pentingnya budi pekerti yang baik bagi setiap siswa.
5.1.2. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa Guru PPKn di MTsN Sausu dalam membina budi pekerti siswa mengunakan pendekatan keteladanan kepada siswa seperti contoh keteladanan tersebut yaitu selalu berbicara dengan sopan dan santun, dan selalu berpakaian rapi .
5.1.3. Melalui proses pembelajran PKn, bahwa guru PPKn di MTsN Sausu selalu menanamkan nilai-nilai moral, seperti nilai-nilai kejujuran, kesopanan, keagmaan, serta kedisiplinan dan untuk mengoptimalkan penanaman nilai-nilai tersebut dilakukan dengan cara memaksimalkan proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengembangkan pembelajran baik dari segi materi maupun dengan pengunaan berbagai macam metode yang disusun berdasarkan kurikullum
5.1.4. Meningkatkan budi pekerti siswa melalui berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan pembinaan keagamaan dengan tujuan untuk membekali dan melatih siswa agar siswa memiliki budi pekerti yang baik. serta, menumbuhkan kepercayaan diri setiap siswa dan kemandirian siswa melalui bebagai macam kegiatan ekstrakulikuler yang bersifat positif.
5.1.2. Dalam hal pembinaan budi pekerti siswa memiliki beberapa faktor-faktor yang menjadi penghambat yang dihadapi oleh guru PPKn di MTsN Sausu, faktor-faktor tersebut yaitu :
a) Pengaruh pergaulan teman sebaya baik disekolah maupun di lingkungan masyarakat.
b) Terbatsnya komunikasi dengan orang tua siswa. c) Kurangnya sarana dan prasarana
5.2. Saran
Atas dasar kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi peningkatan peranan guruPPKn dalam pembinaan budi pekerti bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Saran-saran tersebut diberikan kepada :
(5)
Dalam membina pembinaan budi pekerti siswa hendaknya mulai dari kepala sekolah, guru, serta karyawan yang ada di sekolah selalu memberikan contoh keteladanan yang baik, sehingga siswa dapat menirunya. Berusaha memaksimalkan fasilitas-fasilitas yang tersedia disekolah untuk menyalurkan potensi-potensi siswa pada hal-hal yang positif.
5.2.2. Kepada guru
Berkaitan dengan pembinaan budi pekerti siswa khususnya guru PPKn diharapkan lebih maksimal lagi dalam memberikan bimbingan dan pembinaan tentang nilai, moral, dan norma yang baik bagi seluruh siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dengan mengunakan berbagai macam variasi metode sehingga siswa lebih termotifasi untuk belajar dan berkembang baik dibidang akademik maupun non akademik.
5.2.3. Kepada Orang tua
Orang tua hendaknya dapat mengawasi dan memberikan perhatian kepada anak baik perkembangan akademik maupun non akademik, kemudian orang tua diharapkan dapat meningkatkan bekerjasama dengan pihak sekolah dengan cara selalu menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah.
5.2.4. Kepada Siswa
Siswa diharapkan dapat mengikuti, menaati tata tertip yang telah ditetapkan oleh sekolah. Sehubungan dengan pembelajaran siswa diharapkan lebih berpartisipasi dalam metode pembelajaran yang digunakan oleh guru selama proses belajar mengajar dikelas agar lebih memahami dan mengaplikasikan materi yang disampaikan dalam pembelajaran sehingga melalui pembelajaran PKn dapat membantu siswa dalam pembentukan pola pikir dan tingkah laku kearah yang lebih baik.
(6)
DAFTAR RUJUKAN
Nawawi, H (2003), Metode penelitian bidang sosial, Yogyakarta: Gaja Mada University Press
Ridwan.(2005). Belajar Mudah Penelitian (Untuk Guru, Karyawan Dan Penelitian Pemuda). Bendung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2002 ). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, A. (2003). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT.Grafindo Persada.
Miles dan Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Pres.
Mulyasa, E. (2007 117). Standar Kompotensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya.
Soemantri M. Nu’man.(1976)Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga.
Uzer Usman, Moh. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.