Peranan Ibu Rumah Tangga sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong | Hidayati | GeoTadulako 2626 7897 1 PB

(1)

KABU

PROGRAM

JURUSAN PEND

FAKULTAS KEGU

U

KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NURLAILI HIDAYATI A 351 08 018

JURNAL

AM STUDI PENDIDIKAN GEOGRA

ENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

S KEGURUAN DAN ILMU PENDIDI

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2014

AFI

N SOSIAL

DIKAN


(2)

ABSTRAK

Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Rumusan masalah yang ada dalam skripsi ini adalah pertama, Bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Kedua, faktor apa yang mendorong dan penghambat ibu rumah tangga tersebut bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Ketiga apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamata Sausu Kabupaten Parigi Moutong, untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong, untuk mengetahui apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak.

Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe yang berjumlah 15 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Data hasil wawancara diolah dengan menggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri dari suami tidak hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, faktor pendorong ibu-ibu rumah tangga bekerja sebagai pembuat tempe adalah karena keadaan ekonomi, karena kurangnya penghasilan suami maka ibu-ibu rumah tangga yang memiliki keahlian sebagai pembuat tempe mereka membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan dengan bekerja sebagai pembuat tempe. Semangat anak untuk sekolah juga menjadi faktor pendorong ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu tersebut untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan dan membiayai pendidikan anak. Selain faktor pendorong tersebut ada juga faktor penghambat ibu-ibu rumah tangga tersebut di dalam membuat tempe yaitu, Menurunnya Tingkat Kesehatan, Kenaikkan Harga Bahan Baku, Pemadaman Listrik, dan Air yang Keruh.


(3)

ABSTRACT

Formulation of the problem in this research is first, What are the roles of the housewives as tempe maker in Sausu village, Sausu sub-district, Parigi Moutong District. Second, what are the factors that drive and inhibit the housewife as tempe maker in Sausu village, Sausu subdistrict, Parigi Moutong District. Third, whether the income as tempe makers can support children's education fees. The purpose of this study was to determine what are the roles of the housewives as tempe makers in Sausu village, Suasu subdistrict, Parigi Moutong District, to determine the factors driving and inhibiting housewives as tempeh maker in Sausu village, Sausu sub-district Parigi

Moutong District, to determine whether housewives’ incomes as tempe makers can

support children's education fee.

This research method is descriptive qualitative. The population of this research was 15 housewives who work as a maker of tempe. The data was collected through interview and documentation. Interview results were analyzed through three stages, namely: reduction, presentation, and conclusion/verification.

The results showed that the role of the housewives as tempe makers in the Sausu village, Sausu sub-districts, Parigi Moutong District which have double role as a mother or a wife of a husband's duty to take care of not only domestic but also has the duty to fulfill the needs, especially at the low income groups, the driving factors of housewives work as tempe makers was because of the economic reason that was lack of husband's income, housewives who have expertise as tempe makers can support their husbands in fulfilling the needs of their family. The spirit of their children to school was also a driving factor of the housewives at Sausu village, Sausu sub-district, Parigi Moutong District to work and pay for the education of theirchildren. In addition to these drivings factors, there were also inhibiting factors of housewives in producing tempe, namely: a decreased level of health, the increased price of raw materials, power outages, and dirty water.


(4)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Secara Sosiologis, dalam kehidupan masyarakat Indonesia ada dua hal yang terjadi mengenai peran perempuan, yang pertama secara tekstual peran perempuan masih dipermasalahkan sebagian orang dengan mengatakan bahwa peran perempuan hanya di sekitar rumah dan membesarkan anak, yang kedua secara kontekstual kondisi perekonomian keluarga memaksa perempuan untuk turut mencari nafkah tambahan di luar rumah. Kedua asumsi ini didasari pada kenyataan bahwa perempuan diperhadapkan pada dua peran, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai perempuan dalam profesi apapun. Seorang ibu rumah tangga, guru, dosen, pengusaha, memiliki posisi sama yang pada akhirnya adalah sebuah konsekuensi logis yang harus diterima. (Andi Nurfitri Balasong. 2006:39).Wanita merupakan suatu golongan yang sangat berperan penting dalam sektor pembangunan, wanita mempunyai persamaan dan kedudukan yang tinggi dengan pria, yaitu sebagai tempat untuk mengembangkan suatu pembangunan nasional suatu Negara.Wanita memerlukan perhatian penting dari pemerintah sebab ia dapat dikatakan sebagai tokoh yang luar biasa karena selain mengurus keluarga banyak wanita yang berhasil dalam berbagai bidang. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa setiap warga negara laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kegiatan pembangunan, upaya untuk dilaksanakannya keberhasilan nasional sebagai pengamalan pancasila yang meliputi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Sugiono (2011 : 34) ada dua tipe peranan wanita yaitu :

1. Peran wanita seluruhnya dalam pekerjaan rumah tangga atau pemeliharaan kebutuhan

2. Wanita mempunyai peranan dalam rumah tangga dan bekerja mencari nafkah. Hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 18 November 2012 menunjukkan bahwa aktifitas ibu rumah tangga di Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri dari suami tidak hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Akibat dari rendahnya tingkat pendapatan dari suami sehingga ibu atau istri juga turut serta untuk mencari nafkah agar pendapatan bertambah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak kejenjang pendidikan lebih tinggi lagi.


(5)

Kondisi di Desa Sausu dari kurangnya pendapatan suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan membiayai pendidikan anak maka istri sebagai ibu rumah tangga berperan meningkatkan kesejahteraan keluarga melakukan aktifitas-aktifitas seperti petani, pedagang, guru, pembantu rumah tangga dan sebagainya, yang penting menurut pendapat mereka mendapatkan uang dan mendapatkan nilai tambah dalam meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan keluarga. Masyarakat Desa Sausu mempunyai semangat kerja yang begitu tinggi dimana masyarakatnya sebagian besar adalah bermata pencaharian sebagai petani, begitu pula istri (ibu rumah tangga) semangat kerja demi meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menyekolahkan anak kejenjang pendidikan yang lebih tinggi tidak kalah dengan laki-laki, mereka melakukan pekerjaan dengan semangat yang tinggi apabila dengan pesatnya arus modernisasi dan perkembangan teknologi mengakibatkan kebutuhan primer dan sekunder yang harus dipenuhi masyarakat utamanya kaum wanita.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukanpenelitian tentang “Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Tempe di

Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian akan memfokuskan pada permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.

2. Faktor apa yang mendorong dan penghambat ibu rumah tangga tersebut bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.

3. Apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamata Sausu Kabupaten Parigi Moutong.

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.

3. Untuk mengetahui apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak.


(6)

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, minimal sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka menentukan upah minimum bagi tenaga kerja.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peminat masalah –masalah sosial, terutama di bidang ketenaga kerjaan, lebih khusus lagi pada masalah Tenaga Kerja Perempuan.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Menurut West dalam Sukardi (2003 : 157) “penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai apa adanya”. Dalam hal ini peneliti ingin menggambarkan tentang peran ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dalam memenuhi kebutuhan dan terutama membiayai pendidikan anak. Penelitian dilakukan di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.Lokasi dipilih karena Desa Sausu merupakan salah satu desa di Kabupaten Parigi Moutong yang memproduksi tempe dengan bahan baku kedelai.

Di dalam bidang ilmu Geografi sering dijumpai mengenai keadaan lokasi suatu daerah dan kependudukan, dimana dalam hal ini akan dijelaskan mengenai keadaan geografis wilayah Desa Sausu dan Keadaan Demografis Desa Sausu.

1) Keadaan Geografis Desa Sausu:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Sausu Piore - Sebelah Selatan berbatasan dengan Sausu Salobanga - Sebelah Timur berbatasan dengan Sausu Torono - Sebelah Barat berbatasan dengan Sausu Taliabo Sebagaimana terlihat pada peta :


(7)

2) Keadaan Demografis Desa Sausu:

Penduduk Desa Sausu secara keseluruhan adalah 5.848 jiwa yang terdiri atas laki-laki 3.006 jiwa dan perempuan 2.842 jiwa. Untuk lebih jelasnya keadaan Desa Sausu diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Keadaan Jumlah Penduduk Desa Sausu Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 3.066 Perempuan 2.842

Jumlah 5.908

Sumber: Kantor Desa Sausu dalam angka, Desember 2012

Selain jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin juga dapat dilihat tabel jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada tabel berikut :


(8)

Jumlah Penduduk Menurut

Kelompok Usia Laki-lai Perempuan

0–5 Tahun 253 267

6–10 Tahun 313 308

11–15 Tahun 350 319

16–20 Tahun 235 228

21- 25 Tahun 213 225

26–30 Tahun 232 255

31–35 Tahun 281 245

36–40 Tahun 264 227

41–45 Tahun 229 187

46–50 Tahun 213 171

51–55 Tahun 145 137

56–60 Tahun 124 98

61–65 Tahun 80 63

66–70 Tahun 52 39

71–75 ahun 37 44

>75 Tahun 45 29

Jumlah 3.066 2.842

Sumber: Kantor Desa Sausu dalam angka, Desember 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk Desa Sausu baik laki-laki maupun perempuan yang masih berusia produktif. Menurut Sumbarg dalam Hadiyati (2011:10) menggolongkan tentang usia produktif bagi kelompok usia kerja, yakni “ usia 0 – 15 tahun usia belum produktif, usia 16 – 65 tahun usia produktif dan usia di atas 65 tahun golongan tidak produktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Sausu yang masih tergolong produktif dalam bekerja yakni sebanyak 2.016 jiwa, usia belum produktif sebanyak 916 jiwa dan usia tidak produktif sebanyak 134 jiwa. Adapun jumlah penduduk perempuan Desa Sausu yang masih tergolong produktif sebanyak 1.836 jiwa, usia belum produktif sebanyak 894 jiwa dan usia tidak produktif sebanyak 112 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia Produktif, Belum Produktif, dan Tidak Produktif

No. Jenis

Kelamin Produktif Belum Produktif Tidak Produktif

1. Laki-laki 2016 916 134

2. Perempuan 1836 894 112

Jumlah 3852 1810 246

Sumber : Hasil pengolahan data primer 2013

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 09 April sampai dengan 07 Mei yang dilaksanakan di Desa Sausu. Sebelum peneliti turun kelapangan terlebih dahulu peneliti


(9)

menyiapkan instrumen penelitian berupa data wawancara yang berisi pertanyaan sebanyak 11 butir.

Menurut Suharsimi (2006 : 130) mengemukakan bahwa : “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa populasi merupakan individu-individu keseluruhan subjek yang akan diteliti.Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Setelah diadakan penelusuran dan pencatatan ditemukan sebanyak 15 orang yang bekerja sebagai pembuat tempe. (sumber : Kantor Desa Sausu : 2013).

Sampel merupakan wakil dari populasi atau bagian dari populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada Suharsimi (2002:112). Yang mengatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 - 15% atau 20–25% atau lebih. Oleh karena itu karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 dengan jumlah 15 orang maka penentuan sampelnya ditetapkan 15 orang dengan 2 informan kunci yakni Kepala Desa dan salah seorang pembuat tempe yakni ibu Adem.

Berdasarkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni teknik wawancara maka penetapan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan sengaja. Adapun jumlah sampel yang dimaksud yaitu 15 orang Ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dan 2 informan kunci yakni Kepala Desa dan salah satu ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe.

Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara sebagaimana metode yang akan dilakukan oleh peneliti dalam mencari sumber data. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lapangan yang merupakan data yang diolah yaitu berupa dokumen-dokumen yang memuat tentang keadaan geografis, keadaan demografis, keadaan kondisi ekonomi serta sosial budaya dan keterangan-keterangan yang erat kaitannya dengan kasus yang diteliti.

Untuk data yang akan terkumpul melalui observasi dan wawancara, akan dianalisis secara kualitatif melalui:


(10)

Reduksi data dilakukan sebagai proses memilih, menyederhanakan data dan transformasi data primer yang terdapat dalam catatan penelitian, mengelompokkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasi data menurut permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

2) Penyajian Data

Penyajian data yang dilakukan adalah penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian data.

3) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah memperoleh informasi dari data yang tersusun melalui penyajian data.

Ketiga analisis data tersebut berlangsung secara terus menerus sepanjang penelitian berlangsung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di lokasi penelitian yakni Desa Sausu melalui teknik wawancara yang diajukan kepada ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu :Menurut wawancara yang dilakukan peneliti, selain dari penghasilan suami yang masih serba kekurangan untuk memenuhi kebutuhan dan membiayai pendidikan anak, maka istri juga turut serta dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwa anak dari ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe semua memiliki semangat yang besar untuk meraih cita-cita. Mereka tidak memandang latar belakang apa orang tuanya. Latar belakang orang tua justru membuat sang anak menjadi termotivasi untuk menuntut ilmu hingga meraih cita-cita yang diinginkan. Disamping karena latar belakang orang tua anak juga mendapatkan dorongan dari orang tua itu sendiri untuk rajin belajar dan tetap sekolah. Masalah pekerjaan orang tua terutama orang tua perempuan itu sama sekali tidak menghambat atau menggangu proses belajar anak.

3.2 PEMBAHASAN

1. Peran Ibu-ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong


(11)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga di Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe sangat berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Tingginya tingkat kebutuhan hidup, serta terbatasnya lapangan kerja ditambah ketatnya persaingan kerja, membuat ibu-ibu rumah tangga tersebut harus turut serta berperan dalam lapangan pekerjaan dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga.Berdasarkan hasil pengolahan data nomor demi nomor pada hasil wawancara bahwa analisis peran ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong yaitu mengenai: 1. Cara Mendapatkan Bahan Baku

Hasil wawancara dengan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu, semua mengatakan bahwa bahan baku yang mereka peroleh semua berasal dari pasar. Bahan baku tempe yang dijual di pasar tersebut semua berasal dari Desa lain bukan dari Desa Sausu itu sendiri, yang disebabkan karena di Desa Sausu tidak ada yang menanam kedelai.

2. Penggunaan Waktu Kerja

Dari data penelitian ditemukan bahwa para informan memiliki penggunaan waktu kerja yang berbeda. Hasil penelitian yang peneliti lakukan lamanya proses pembuatan tempe ibu-ibu Desa Sausu itu tergantung dari banyaknya tempe yang akan dibuat.

3. Pembagian Waktu

Dari hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa pada umumnya informan yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat membagi waktunya dengan tugas rumah. Kemampuan pengaturan waktu kerja ini merupakan sebuah indikator, batapa ibi-ibu sangat perperan dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

4. Cara Pemasaran

Menurut wawancara yang dilakukan peneliti, cara pemasaran tempe selain dipasarkan sendiri di rumah, para informan juga memasarkan tempenya pada pedagang-pedagang sayur keliling yang dijualnya kembali dan ada juga yang memasarkan tempenya dengan cara berdagang keliling. Berikut peta distribusi perdagangan tempe Desa Sausu Kecamatan Sausu :


(12)

5. Pendapatan Perbulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa pendapatan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe setiap bulannya berkisar antara Rp.2000.000-Rp.4000.000

2. Faktor Pendorong dan Penghambat Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Pekerjaan Membuat Tempe

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sausu menunjukkan bahwa yang menjadi pendorong ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe, mereka memilih pekerjaan tersebut disebabkan oleh 2 faktor yakni faktor ekonomi dan faktor keinginan menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi. Faktor ekonomi merupakan faktor penunjang dalam kehidupan rumah tangga. Ketika faktor ini tidak mendukung maka kebutuhan rumah tangga akan tidak terpenuhi segalanya termasuk kebutuhan menempuh pendidikan. Penghasilan yang minim ditengah mahalnya pendidikan saat ini sangat sulit dirasakan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.

Keinginan menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi itu selalu dirasakan oleh setiap orang tua, karena pendidikan itu sangat penting bagi orang tua yang mengerti betapa pentingnya arti pendidikan. Hal tersebut yang dirasakan oleh semua ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe, mereka rela bantig tulang demi membantu suami dalam menyekolahkan anak-anaknya dengan bekerja sebagai pembuat tempe. Pekerjaan tersebut mereka geluti setiap hari tanpa


(13)

kenal lelah, meskipun harus bersusah payah dalam proses pembuatan tempe tersebut mereka tidak peduli.

Selain faktor pendorong di atas ada juga yang menjadi faktor penghambat ibu-ibu tersebut di dalam bekerja membuat tempe. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sausu menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penghambat ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe adalah:

1. Menurunnya Tingkat Kesehatan

Di bagian awal pembahasan telah dipaparkan bahwa salah satu yang menjadi faktor penghambat dalam pembuatan tempe adalah menurunnya tingkat kesehatan. Hal ini merupakan faktor penghambat dalam usaha pembuatan tempe, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pelaku usaha yaitu ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe sudah menginjak usia tua yang relatif sangat rentan oleh penyakit.

2. Kenaikan Harga Bahan Baku

Naik turun harga suatu barang itu sudah biasa terjadi di Negara kita ini. Naiknya bahan baku tempe atau kedelai ternyata bagi ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe itu merupakan faktor penghambat didalam pembuatan tempe.

Harga kedelai yang tiba-tiba naik membuat ibu-ibu rumah tangga tersebut cenderung untuk membelinya.Jika harga kedelai naik ibu-ibu rumah tangga tersebut lebih memilih untuk membeli kedelai yang biasa dan jika tidak ada kedelai yang biasa ibu-ibu lebih memilih untuk istirahat sejenak sampai harga kedelai normal kembali. 3. Pemadaman Listrik

Dengan melihat data berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe menunjukkan bahwa air yang ibu-ibu rumah tangga tersebut gunakan dalam membuat tempe adalah air Dap. Air tersebut dapat digunakan jika ada daya listrik dan jika listrik tidak ada atau padam maka air tersebut tidak bisa digunakan.Oleh karena itu, ibu-ibu rumah tangga tersebut selalu menampung air dalam bak yang cukup besar untuk digunakan pada saat listrik padam.Namun yang jadi masalah disini adalah apabila air hasil tampungan tersebut habis dan listrik mulai padam, ibu-ibu cenderung tidak bisa bekerja.

4. Air yang Keruh

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong telah membuktikan bahwa sebenarnya air yang keruh termasuk juga faktor penghambat di dalam pembuatan tempe. Hal tersebut dikajii dari


(14)

hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Air yang keruh dapat mengakibatkan hasil tempe yang tidak baik atau bahkan tempe yang dibuat cenderung tidak akan jadi.

3. Apakah Penghasilan Ibu-ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pembuat Tempe Di Desa Sausu dapat Menunjang Biaya Pendidikan Anak

Berdasarkan hasil penelitian telah membuktikan bahwa penghasilan dari ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe tersebut dapat menunjang biaya pendidikan anak. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari besarnya pendapatan perbulan, yang mana pendapatan tersebut sebagian besar dipergunakn ibu rumah tangga untuk memenuhi fasilitas pendidikan anak, seperti perlengkapan sekolah.Alhasil anak menjadi termotifasi untuk belajar. Melihat hal tersebut ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu tak ingin mengganti usahanya sebagai pembuat tempe.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong jika dibandingkan dengan Desa Auma Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong terdapat persamaan dan perbedaan.Adapun perbedaannya yakni pada Desa Sausu ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dalam memproduksi tempe mereka mengerjakannya dengan sendiri tanpa menyewa tenaga kerja. Sedangkan pada Desa Auma ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe mereka mengerjakannya dengan menggunakan tenaga kerja yang disewa dan digaji sebesar Rp.500.000 per bulan. Adapun persamaannya yakni pada pendapatan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat pada setiap bulannya berkisar Rp.2000.000–Rp.400.000.

Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menunjang biaya pendidikan anak ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu lebih berperan dibandingkan dengan ibu-ibu rumah tangga Desa Auma. Hal tersebut disebabkan karena pendapatan ibu-ibu rumah tangga di Desa Auma sebagian pendapatan dipergunakan untuk membayar tenaga kerja sehingga pendapatan yang diperoleh hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping itu juga anak-anak dari ibu-ibu rumah tangga Desa Auma yang bekerja sebagai pembuat tempe semangat untuk bersekolah sangat rendah. Sedangkan ibu-ibu rumah tangga di Desa Sausu penghasilannya semata-mata untuk membantu suami dalam membiayai pendidikan anak.Disamping itu juga anak-anak dari ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu


(15)

tersebut memiliki semangat bersekolah yang tinggi. Hal itu juga yang menjadi faktor pendorong ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu memilih pekerjaan sebagai pembuat tempe.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini berdasarkan atas data yang ditemui di lapangan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri dari suami tidak hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Akibat dari rendahnya tingkat pendapatan suami sehingga ibu atau istri juga turut serta dalam mencari nafkah agar pendapatan bertambah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

2. Faktor pendorong dan penghambat ibu-ibu rumah tangga bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Meliputi: faktor pendorong: a) Faktor ekonomi, b) Faktor Keinginan Menyekolahkan Anak Kejenjang yang Lebih Tinggi. Faktor penghambat: a) Menurunnya Tingkat Kesehatan, b) Kenaikkan Harga Bahan Baku, c) Pemadaman Listrik, d) Air yang Keruh.

3. Hasil penelitian membuktikan bahwa dari penghasilan ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak.

4.2 Saran

Beberapa saran yang perlu dikemukakan sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut :

1. Sehubungan dengan peran ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong, maka disarankan kepada ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu tersebut agar tetap menjaga peranannya sebagai ibu rumah tangga juga sebagai peranannya dalam menunjang biaya kehidupan rumah tangga terutama untuk membiayai pendidikan anak.


(16)

2. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat menyediakan lapangan pekerjaan kepada masyarakat.

V. DAFATAR PUSTAKA

Andi Nurfitri Balasong, (2006). Perempuan Untuk Perempuan. Jakarta:Agatama Media Prestasi.

Aslama.(2004). Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Tenaga Kerja dalam Usaha Kue

Jalankote di Kelurahan Ujuna.Skripsi. Palu: Universitas Tadulako.

Bagus Sugyono.(2011). http://www.kacangkedelai.com/cara-budidaya-kacang-kedelai/(Online).(Diakses 06 Juli 2013).

Hadiyati.(2011). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gunadarma.

Irmawati.(2000).http://www.menegpp.go.id//Aplikasidata/Index.php?option:com_conten&v iew:article&id:go:peran-gender&catid:37:91ossary-gender&Itemid:101.(Online). Diakses 21 Maret 2013).

Marhumah. (2006). Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Gula Aren dalam

Menunjang Biaya Pendidikan Anak di Desa Salugan Kecamatan Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Skripsi tidak diterbitkan.Palu: Fkip Universitas Tadulako.

Munandar, Sukarni Catur Utami. (1985). Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Purwaningsih, Eko. (2007). Cara Pembuatan Tempe dan Manfaatnya.Jakarta : Redaksi Agromedia.

Sabab Jalal. (2011). http://esq news.com/2012/berita/07/31/kara-bahan-baku-awal-tempe.html bahan baku untuk memproduksi tempe. (Online).(Diakses 21 Maret 2013).

Soewondo, Nani. (1984). Kedudukan Wanita Dalam Masa Pembangunan di Indonesia. Jakarta Timur: Galia Indonesia.

Sugiono.(2011). Sosiologi Pedesaan.Yogyakarta :Gajah Mada University Press.

Suharsimi, (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Suheni, Neni. (2007). Membuat Tahu dan Tempe.Bandung: Redaksi Agromedia. Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Taufik.(2009). http://blogspot.com/2011/03/pemasaran-tempe.html.(Online).(Diakses 21 Maret 2013.

Usman H.B.,dkk. (2005). Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Palu: Universitas Tadulako.


(17)

(1)

5. Pendapatan Perbulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa pendapatan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe setiap bulannya berkisar antara Rp.2000.000-Rp.4000.000

2. Faktor Pendorong dan Penghambat Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Pekerjaan Membuat Tempe

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sausu menunjukkan bahwa yang menjadi pendorong ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe, mereka memilih pekerjaan tersebut disebabkan oleh 2 faktor yakni faktor ekonomi dan faktor keinginan menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi. Faktor ekonomi merupakan faktor penunjang dalam kehidupan rumah tangga. Ketika faktor ini tidak mendukung maka kebutuhan rumah tangga akan tidak terpenuhi segalanya termasuk kebutuhan menempuh pendidikan. Penghasilan yang minim ditengah mahalnya pendidikan saat ini sangat sulit dirasakan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.

Keinginan menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi itu selalu dirasakan oleh setiap orang tua, karena pendidikan itu sangat penting bagi orang tua yang mengerti betapa pentingnya arti pendidikan. Hal tersebut yang dirasakan oleh semua ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe, mereka rela bantig tulang demi membantu suami dalam menyekolahkan anak-anaknya dengan bekerja sebagai pembuat tempe. Pekerjaan tersebut mereka geluti setiap hari tanpa


(2)

kenal lelah, meskipun harus bersusah payah dalam proses pembuatan tempe tersebut mereka tidak peduli.

Selain faktor pendorong di atas ada juga yang menjadi faktor penghambat ibu-ibu tersebut di dalam bekerja membuat tempe. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sausu menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penghambat ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe adalah:

1. Menurunnya Tingkat Kesehatan

Di bagian awal pembahasan telah dipaparkan bahwa salah satu yang menjadi faktor penghambat dalam pembuatan tempe adalah menurunnya tingkat kesehatan. Hal ini merupakan faktor penghambat dalam usaha pembuatan tempe, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pelaku usaha yaitu ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe sudah menginjak usia tua yang relatif sangat rentan oleh penyakit.

2. Kenaikan Harga Bahan Baku

Naik turun harga suatu barang itu sudah biasa terjadi di Negara kita ini. Naiknya bahan baku tempe atau kedelai ternyata bagi ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe itu merupakan faktor penghambat didalam pembuatan tempe.

Harga kedelai yang tiba-tiba naik membuat ibu-ibu rumah tangga tersebut cenderung untuk membelinya.Jika harga kedelai naik ibu-ibu rumah tangga tersebut lebih memilih untuk membeli kedelai yang biasa dan jika tidak ada kedelai yang biasa ibu-ibu lebih memilih untuk istirahat sejenak sampai harga kedelai normal kembali. 3. Pemadaman Listrik

Dengan melihat data berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe menunjukkan bahwa air yang ibu-ibu rumah tangga tersebut gunakan dalam membuat tempe adalah air Dap. Air tersebut dapat digunakan jika ada daya listrik dan jika listrik tidak ada atau padam maka air tersebut tidak bisa digunakan.Oleh karena itu, ibu-ibu rumah tangga tersebut selalu menampung air dalam bak yang cukup besar untuk digunakan pada saat listrik padam.Namun yang jadi masalah disini adalah apabila air hasil tampungan tersebut habis dan listrik mulai padam, ibu-ibu cenderung tidak bisa bekerja.

4. Air yang Keruh

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong telah membuktikan bahwa sebenarnya air yang keruh termasuk juga faktor penghambat di dalam pembuatan tempe. Hal tersebut dikajii dari


(3)

hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Air yang keruh dapat mengakibatkan hasil tempe yang tidak baik atau bahkan tempe yang dibuat cenderung tidak akan jadi.

3. Apakah Penghasilan Ibu-ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pembuat Tempe Di Desa Sausu dapat Menunjang Biaya Pendidikan Anak

Berdasarkan hasil penelitian telah membuktikan bahwa penghasilan dari ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe tersebut dapat menunjang biaya pendidikan anak. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari besarnya pendapatan perbulan, yang mana pendapatan tersebut sebagian besar dipergunakn ibu rumah tangga untuk memenuhi fasilitas pendidikan anak, seperti perlengkapan sekolah.Alhasil anak menjadi termotifasi untuk belajar. Melihat hal tersebut ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu tak ingin mengganti usahanya sebagai pembuat tempe.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong jika dibandingkan dengan Desa Auma Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong terdapat persamaan dan perbedaan.Adapun perbedaannya yakni pada Desa Sausu ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dalam memproduksi tempe mereka mengerjakannya dengan sendiri tanpa menyewa tenaga kerja. Sedangkan pada Desa Auma ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe mereka mengerjakannya dengan menggunakan tenaga kerja yang disewa dan digaji sebesar Rp.500.000 per bulan. Adapun persamaannya yakni pada pendapatan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat pada setiap bulannya berkisar Rp.2000.000–Rp.400.000.

Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menunjang biaya pendidikan anak ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu lebih berperan dibandingkan dengan ibu-ibu rumah tangga Desa Auma. Hal tersebut disebabkan karena pendapatan ibu-ibu rumah tangga di Desa Auma sebagian pendapatan dipergunakan untuk membayar tenaga kerja sehingga pendapatan yang diperoleh hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping itu juga anak-anak dari ibu-ibu rumah tangga Desa Auma yang bekerja sebagai pembuat tempe semangat untuk bersekolah sangat rendah. Sedangkan ibu-ibu rumah tangga di Desa Sausu penghasilannya semata-mata untuk membantu suami dalam membiayai pendidikan anak.Disamping itu juga anak-anak dari ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu


(4)

tersebut memiliki semangat bersekolah yang tinggi. Hal itu juga yang menjadi faktor pendorong ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu memilih pekerjaan sebagai pembuat tempe.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini berdasarkan atas data yang ditemui di lapangan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri dari suami tidak hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Akibat dari rendahnya tingkat pendapatan suami sehingga ibu atau istri juga turut serta dalam mencari nafkah agar pendapatan bertambah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

2. Faktor pendorong dan penghambat ibu-ibu rumah tangga bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Meliputi: faktor pendorong: a) Faktor ekonomi, b) Faktor Keinginan Menyekolahkan Anak Kejenjang yang Lebih Tinggi. Faktor penghambat: a) Menurunnya Tingkat Kesehatan, b) Kenaikkan Harga Bahan Baku, c) Pemadaman Listrik, d) Air yang Keruh.

3. Hasil penelitian membuktikan bahwa dari penghasilan ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak.

4.2 Saran

Beberapa saran yang perlu dikemukakan sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut :

1. Sehubungan dengan peran ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong, maka disarankan kepada ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu tersebut agar tetap menjaga peranannya sebagai ibu rumah tangga juga sebagai peranannya dalam menunjang biaya kehidupan rumah tangga terutama untuk membiayai pendidikan anak.


(5)

2. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat menyediakan lapangan pekerjaan kepada masyarakat.

V. DAFATAR PUSTAKA

Andi Nurfitri Balasong, (2006). Perempuan Untuk Perempuan. Jakarta:Agatama Media Prestasi.

Aslama.(2004). Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Tenaga Kerja dalam Usaha Kue

Jalankote di Kelurahan Ujuna.Skripsi. Palu: Universitas Tadulako.

Bagus Sugyono.(2011). http://www.kacangkedelai.com/cara-budidaya-kacang-kedelai/(Online).(Diakses 06 Juli 2013).

Hadiyati.(2011). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gunadarma.

Irmawati.(2000).http://www.menegpp.go.id//Aplikasidata/Index.php?option:com_conten&v iew:article&id:go:peran-gender&catid:37:91ossary-gender&Itemid:101.(Online). Diakses 21 Maret 2013).

Marhumah. (2006). Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Gula Aren dalam

Menunjang Biaya Pendidikan Anak di Desa Salugan Kecamatan Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Skripsi tidak diterbitkan.Palu: Fkip Universitas Tadulako.

Munandar, Sukarni Catur Utami. (1985). Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Purwaningsih, Eko. (2007). Cara Pembuatan Tempe dan Manfaatnya.Jakarta : Redaksi Agromedia.

Sabab Jalal. (2011). http://esq news.com/2012/berita/07/31/kara-bahan-baku-awal-tempe.html bahan baku untuk memproduksi tempe. (Online).(Diakses 21 Maret 2013).

Soewondo, Nani. (1984). Kedudukan Wanita Dalam Masa Pembangunan di Indonesia. Jakarta Timur: Galia Indonesia.

Sugiono.(2011). Sosiologi Pedesaan.Yogyakarta :Gajah Mada University Press.

Suharsimi, (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Suheni, Neni. (2007). Membuat Tahu dan Tempe.Bandung: Redaksi Agromedia. Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Taufik.(2009). http://blogspot.com/2011/03/pemasaran-tempe.html.(Online).(Diakses 21 Maret 2013.

Usman H.B.,dkk. (2005). Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Palu: Universitas Tadulako.


(6)

Dokumen yang terkait

Manfaat Mangrove sebagai Pelestarian Lingkngan Hidup di Desa Olaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong | Aflaha | GeoTadulako 2617 7868 1 PB

0 0 16

Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2007 dan 2013 | Andresi | GeoTadulako 2610 7840 1 PB

0 0 17

PERANAN GURU PPKn DALAM PEMBINAAN BUDI PEKERTI SISWA DI MTsN SAUSU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MAUTONG | Irwanto | EDU CIVIC 6146 20328 1 PB

0 1 15

NILAI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI DESA SAUSU PEORE KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Motoku | Jurnal Warta Rimba 3619 11395 1 PB

0 1 10

FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN POPULASI MALEO SENKAWOR DI DESA SAUSU PIORE KABUPATEN PARIGI MOUTONG SULAWESI TENGAH | Arista | Jurnal Warta Rimba 6341 20989 1 PB

1 2 8

Faktor Pendorong dan Penarik Transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong | Ika Listiqowati | Geotadulako 6029 20106 1 PB

0 0 11

STUDI KOMPARASI KONDISI SOSIAL EKONOMI PROFIL RUMAH TANGGA PETANI (KASUS DI DESA SAUSU TRANS DENGAN DESA SAUSU PIORE KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Fauzi | GeoTadulako 9027 29593 1 SM

0 0 16

AGIHAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromatica L.) DI DESA SAUSU TORONO KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Elyas | GeoTadulako 9009 29531 1 SM

0 0 13

this PDF file IDENTIFIKASI ZONA MINERALISASI EMAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Suryaningsih | Gravitasi 1 PB

2 5 6

this PDF file IDENTIFIKASI SEBARAN AQUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Manawu | Gravitasi 3 PB

0 0 8