Penyelarasan Pengundangan

(1)

DIREKTORAT PENGUNDANGAN, PENERJEMAHAN, DAN PUBLIKASI DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2016


(2)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia


(3)

PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

adalah

pembuatan Peraturan Perundang-undangan

yang mencakup tahapan perencanaan,

penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau

penetapan, dan

pengundangan

.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan

dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga

Negara atau pejabat yang berwenang melalui

prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN


(4)

1. PERENCANAAN

2. PENYUSUNAN

3. PEMBAHASAN

4.

PENGESAHAN atau PENETAPAN

5. PENGUNDANGAN

TAHAPAN:

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UU No. 12 Tahun 2011

Perpres No. 87 Th 2014

Tahapan pembentukan tsb dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan atau kondisi serta jenis

dan hierarki PUU yang pembentukannya tidak diatur

dalam UUP3.

Setiap tahapan Pembentukan PUU mengikutsertakan Perancang PUU


(5)

JENIS & HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

( Pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011)

UUD

NRI TH 1945

TAP MPR RI UU/PERPPU

PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN PRESIDEN

PERDA PROVINSI PERDA KAB/KOTA

Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki.


(6)

JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

LAIN

(Ps. 8)

(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang-Undang-Undang, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum

mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan


(7)

Perencanaan Pembentukan PUU

Perencanan Penyusunan UU (Prolegnas) Keputusan DPR RI Perencanan Penyusunan PP Program Penyusunan PP KepPres Perencanan Penyusunan Perpres Program Penyusunan Perpres Keppres Perencanan Penyusunan Perda Provinsi (Prolegda) Kep DPRD Prov Perencanan Penyusunan Perda Kab/Kota (Prolegda) Kep DPRD Kab/Kota Perencanan Penyusunan PUU Lainnya Permen/ Peraturan Pimpinan Lembaga


(8)

merupakan kewenangan &

disesuaikan dgn kebutuhan

lembaga,

komisi, instansi masing-masing .

Pemrakarsa

Dasar Penyusunan

ditetapkan dengan

keputusan

pimpinan instansi

masing-masing untuk jangka waktu 1 (satu) tahun

Penetapan

PERENCANAAN PENYUSUNAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA

Psl 8 UUP3

disusun berdasarkan perintah PUU yang

lebih tinggi atau

berdasarkan kewenangan


(9)

Pengharmonisasian, Pembulatan, dan Pemantapan

Konsepsi Rancangan PUU

- Menyampaikan permohonan pengharmonisasian kpd Menteri atau Pejabat yg ditunjuk

- Rapat pengharmonisasian

-

- Paraf persetujuan o/ Pimpinan instansi terkait

Pemrakarsa menyampaikan ke Presiden

Rapat PAK dan/atau antarnonkementerian

- Menitikberatkan pembahasan pada permasalahan yang bersifat prinsipil

- Meliputi penyiapan, pengolahan, dan perumusan

- Anggota PAK memberi masukan sesuai dengan lingkup tugas masing-masing

- Melaporkan perkembangan

Pembentukan Panitia Antarkementerian dan/atau

Antarnonkementerian

Dalam penyusunan RUU, RPP, dan Rperpres,

Pemrakarsa membentuk PAK - Pemrakarsa mengajukan surat permintaan + Konsepsi Rancangan/ Gambaran umum substansi

2. PENYUSUNAN


(10)

Kesepakatan

Substansi Penyelarasan

TUJUAN PENGHARMONISASIAN

Catatan:

Pengharmonisasian sudah harus dilakukan sejak tahap perencanaan sampai dengan tahap pengundangan.


(11)

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

 Penyusunan Rancangan PUU disesuaikan dengan

teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan  Ketentuan mengenai teknik penyusunan PUU

tercantum dalam Lampiran II UU12/2011

KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

 Judul

 Pembukaan

 Batang Tubuh

 Penutup

 Penjelasan (Jika diperlukan)

 Lampiran (Jika diperlukan)

BENTUK RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


(12)

Berdasarkan Lampiran II angka 284 UU 12 Tahun 2011, Naskah PUU diketik dengan: jenis huruf Bookman Old Style, dengan ukuran huruf 12, diatas kertas F4.KEADAAN TERTENTU:

jenis huruf Bookman Old Style

ukuran huruf 12 di atas kertas F4.

UU 12/2011 tidak ada mengatur mengenai FORMAT -- tata letak, margin (tepi/batas), spasi (jarak huruf cetak atau

antara baris tulisan) dalam Naskah Rancangan ataupun Naskah asli PUU.

Format Naskah Asli diatur dalam Peraturan Menteri Hukum

dan HAM No. 16 Tahun 2015. 12

NASKAH PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN


(13)

(14)

RUU yg tlh

disetujui bersama disampaikan ke Presiden

Paling lama 7 hr

PENYAMPAIAN

PENGESAHAN

Mensesneg membubuh kan no + thn

PENOMORAN

Menkum

mengundang kan dalam LN/TLN PENGUNDANGAN

A. PENGESAHAN RUU

4. TAHAP PENGESAHAN ATAU PENETAPAN

Naskah RUU disahkan Presiden

dengan memubuhkan tandatangan Paling lama 30 hr sjk tgl persetujuan bersama


(15)

Presiden

menetapkan RPerppu, RPP/ RPerpres

PENETAPAN

Mensesneg atau

Seskab

membubuhi nomor + tahun

PENOMORAN

Menkum

mengundang kan dlm

LN/TLN

PENGUNDANGAN

B. PENETAPAN PP, PERPPU, & PERPRES


(16)

Raperda disampaikan pimp DPRD kpd Gub/Bup /Wal paling lama 7 hr sejak tgl persetujuan bersama

PENYAMPAIAN

Ditetapkan oleh Gub/Bup/Wal dlm waktu 30 hr

sejak mndpt persetujuan bersama PENETAPAN SekDa membubuh kan nomor dan thn PENOMORAN Raperda 3diampaikan kpd Mendagri untuk mndptkan no register sblm diundangkan Sekda REGISTER

Naskah disiapkan Sekda (menggunakan lambang negara pd hlm pertama

Jika tidak ditandatangani dalam waktu 30, Raperda sah menjadi Perda dan wajib diundangkan “Peraturan Daerah ini dinyatakan sah”

3


(17)

PENGESAHAN

DASAR HUKUM

Pasal 72 UU No. 12 Tahun 2011

(1)RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden disampaikan oleh Pimpinan DPR

kepada Presiden untuk disahkan menjadi UU (2) Penyampaian RUU sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama


(18)

Pasal 73

(1) RUU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72

disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden

(2)Dalam hal RUU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditandatangani oleh Presiden dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan


(19)

(3) Dalam hal sahnya RUU sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kalimat pengesahannya berbunyi: Undang-Undang ini dinyatakan sah berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (5) UUD 1945

(4) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dibubuhkan pada halaman terakhir Undang-Undang sebelum pengundangan naskah UU ke dalam Lembaran Negara Republik Indonesia


(20)

PENETAPAN

DASAR HUKUM PENETAPAN PP, PERPPU PERPRES Pasal 74

(1) Dalam setiap UU harus dicantumkan batas waktu penetapan Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksanaan Undang-Undang tersebut

(2) Penetapan Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak atas perintah suatu UU dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


(21)

Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

Pasal 78

(1)

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang

telah disetujui bersama oleh DPRD Provinsi

dan

Gubernur

disampaikan oleh pimpinan

DPRD Provinsi kepada Gubernur untuk

ditetapkan

menjadi

Peraturan

Daerah

Provinsi.

(2) Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dalam jangka waktu paling

lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal

persetujuan bersama.


(22)

Pasal 79

(1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur.

(2)Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib diundangkan.

(3) Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kalimat pengesahannya berbunyi: Peraturan Daerah ini dinyatakan sah.

(4) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dibubuhkan pada halaman terakhir Peraturan Daerah Provinsi sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah Provinsi dalam Lembaran Daerah.


(23)

Pasal 80

Ketentuan mengenai penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 dan Pasal 79 berlaku secara mutatis mutandis terhadap penetapan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Penetapan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota


(24)

(25)

“agar

setiap orang mengetahuinya

” –

(berdasarkan Ps. 81 UU 12/2011)

mulai berlaku dan mempunyai kekuatan

mengikatpada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. (berdasarkan Ps. 81 UU 12/2011)

saat mulai berlaku

Perda mulai berlaku setelah diundangkan dalam LD (Pasal 135 ayat (5) UU No, 32 / 2004)

FUNGSI


(26)

Esensi perlunya pengundangan

adalah untuk memenuhi asas

publisitas agar setiap orang

dianggap mengetahui peraturan

perundang-undangan atau

ketidaktahuan seseorang terhadap

peraturan perundang-undangan


(27)

FUNGSI PENGUNDANGAN

• Apabila tidak diundangkan, Peraturan perundang-undangan akan kehilangan kekuatan mengikat terhadap publik, maka instrumen pengundangan merupakan salah satu penguatan yang ditentukan oleh undang-undang;

• Masyarakat tidak terikat dengan peraturan perundang-undangan sebelum peraturan perundang-undangan tersebut diundangkan;

• Pengundangan dapat membantu upaya penataan administrasi peraturan perundang-undangan

• Pengundangan dapat menghemat biaya penyebarluasan produk legislasi yang seharusnya dibebankan kepada menteri pemrakarsa

• Pengundangan dapat memperkuat hubungan kerjasama dan sinergitas antar kementerian/lembaga pemerintah non kementerian


(28)

PENGUNDANGAN DAN DAYA IKAT

• Dengan diundangkannya peraturan perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, maka peraturan perundang-undangan tersebut dianggap mempunyai daya laku dan daya ikat bagi setiap orang.

• “Peraturan Perundang-undangan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan” (Pasal 87 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)


(29)

Dalam praktek dapat kita jumpai ada 3 (tiga) variasi masalah pengundangan dan daya ikat suatu peraturan perundang-undangan, yaitu:

 Peraturan tersebut dinyatakan berlaku pada tanggal diundangkan. Artinya bahwa peraturan

tersebut mempunyai daya ikat dan daya laku pada tanggal yang sama dengan tanggal pengundangan.

Contoh:

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 diundangkan pada tanggal 22 Juni 2014 Maka secara otomatis undang-undang tersebut mempunyai daya ikat pada tanggal 22 Juni 2014.


(30)

Lanjutan...

 Peraturan tersebut dinyatakan berlaku beberapa waktu setelah diundangkan. Artinya bahwa peraturan tersebut mempunyai daya laku pada tanggal diundangkan, tetapi daya ikatnya setelah tanggal yang ditentukan.

Contoh:

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2014 diundangkan pada tanggal 22 Juni 2014 yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Nopember 2014. Maka undang-undang tersebut mempunyai daya laku pada tanggal 22 Juni 2014, tetapi baru berdaya ikat (mengikat umum) pada tanggal 1 Nopember 2004.


(31)

Lanjutan

 Peraturan tersebut dinyatakan berlaku pada tanggal diundangkan, tetapi dinyatakan berlaku surut sampai tanggal yang ditentukan.

Contoh:

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013.

Undang-undang ini diundangkan pada tanggal 20 Desember 2014, tetapi mempunyai daya laku surut sejak tanggal 1 April 2014.


(32)

A B C D E


(33)

GAMBAR : PENGUNDANGAN DAN

BERLAKUNYA PENGUNDANGAN

A B C D E

30 hari

“…… mulai berlaku setelah tiga puluh hari terhitung sejak tanggal diundangkan.”


(34)

A B C D E

“ ….. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan mempunyai daya laku surut sejak tanggal ….”


(35)

a. Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) b. Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) c. Berita Negara Republik Indonesia (BNRI)

d. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia e. Lembaran Daerah

f. Tambahan Lembaran Daerah g. Berita Daerah


(36)

a. Undang-Undang / PERPU b. Peraturan Pemerintah

c. Peraturan Presiden

d. Peraturan Perundang-undangan lain yang

menurut PUU yang berlaku harus diundangkan dalam LNRI

Penjelasan PUU di tempatkan dalam Tambahan LNRI


(37)

a. surat pengajuan permohonan Pengundangan yang

dibubuhi tanda tangan basah serta diterakan cap dinas jabatan;

b. 2 (dua) naskah asli PUU -- yang diketik dgn:

@ jenis huruf bookman old style;

@ ukuran huruf 12 (dua belas); dan @ di atas kertas F4.

c. 1 (satu) soft copy Nasakah Asli (sesuai dengan Format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran)

Dokumen Permohonan


(38)

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN

PENGUNDANGAN dalam LNRI/TLNRI

(Permenkumhham No. 16 Th 2015)

Ditujukan kpd Menkumham melalui Dirjen PP

Pemeriksaan oleh Dirjen PP

- kelengkapan dokumen; dan - kesesuaian antara naskah asli dengan soft copy naskah asli.

Permohonan diajukan secara tertulis

oleh Mensesneg atau Pimp. Lembaga

Jika terdapat t perbedaan Nskah asli dan Softcopy, Dirjen berkoordinasi Permohonan yg lengkap

di REGISTER

dan diberikan tanda bukti pengajuan permohonan

(diperiksa kesesuaian NA dan soft copy)

Naskah Asli disampaikan kpd Menkum

untuk

ditandatangani

disampaikan secara langsung oleh Petugas yg ditunjuk

Pemeriksaan kelengkapan pada


(39)

UU 12 Th 2011 tidak merinci mengenai jenis PUU yang harus diundangkan dalam BNRI

Pasal 149 ayat (1) Perpres 87/2014:

Menteri mengundangkan PUU yang ditetapkan oleh MPR, DPR, DPD, MA, MK, KY, menteri, badan,

lembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas perintah UU,

ataupun berdasarkan kewenangan

Penjelasan Peraturan Perundang-undangannya ditempatkan di Tambahan BNRI


(40)

a. surat pengajuan permohonan Pengundangan yang

dibubuhi tanda tangan basah dan diterakan cap

dinas jabatan; serta memuat keterangan yang

menyatakan PUU tsb tidak terdapat permasalahan baik secara substansi dan/atau prosedur.

b. 2 (dua) naskah asli PUU -- yang diketik dgn:

- jenis huruf bookman old style;

- ukuran huruf 12 (dua belas); dan - di atas kertas F4.

c. 1 (satu) soft copy Naskah Asli (sesuai dengan Format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran)

Dokumen Permohonan


(41)

Tata CARA PENGAJUAN PERMOHONAN

PENGUNDANGAN dalam BNRI/TBNRI

(Permenkumhham No. 16 Th 2015)

Ditujukan kpd Menkumham melalui Dirjen PP

Pemeriksaan oleh Dirjen PP

- kelengkapan dokumen; dan - kesesuaian antara naskah asli dengan soft copy naskah asli.

Permohonan diajukan secara tertulis

oleh Pejabat yg

berewenang dr instansi ybs (Sekjen/ Es I tusi PUU)

Jika terdapat perbedaan Naskah asli dan Softcopy, Dirjen PP

berkoordinasi Permohonan yg lengkap

di REGISTER

dan diberikan tanda bukti pengajuan permohonan

(diperiksa kesesuian NA dan soft copy)

Naskah Asli ditandatangani

oleh

Dirjen PP

isampaikan seccara langsung oleh Petugasyg ditunjuk

Pemeriksaan kelengkapan pada


(42)

diundangkan dengan memberi

nomor dan

tahun

Lembaran Negara Republik Indonesia

dan Berita Negara Republik Indonesia.

diundangkan dengan memberi

nomor

Tambahan

Lembaran Negara Republik

Indonesia dan Tambahan Berita Negara

Republik Indonesia.


(43)

Pemrakarsa belum melaksanakan pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai dengan tahapan yang diatur dalam Undang-Undang 12 Tahun 2011.

Penyusunan PUU tidak sesuai dengan teknik penyusunan PUU sebagaimana diatur dalam Lampiran II UU 12/2011; Dalam banyak hal Lampiran II U 12/2011 sudah mengatur format baku (membakukan) baik untuk penggunaan kata, istilah, frasa, namun sering menuangkan dalam cara yang berbeda. Misalnya butir terakhir untuk konsiderans, istilah

membentukdan menetapkan”, termasuk rumusan

perintah pengundangan.

43

KENDALA DALAM PROSES

PENGUNDANGAN


(44)

RUMUSAN PERINTAH

PENGUNDANGAN

1. Pengundangan dan Penempatan Per-uu dalam Lembaran Negara:

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan (jenis peraturan perundang-undangan) ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia”

2. Pengundangan dan penempatan per-uu dalam Berita Negara:

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan … (jenis per-uu) ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.


(45)

Lanjutan...

Bagian penutup dari format peraturan perundang-undangan merupakan bagian akhir peraturan perundang-undangan dan memuat:

a. Rumusan perintah pengundangan dan penempatan

peraturan perundangan-undangan dalam

Lembaran Negara RI, Berita Negara RI, Lembaran

Daerah Provinsi, Lembaran Daerah

Kabupaten/Kota, Berita Daerah Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota;

b. Penandatangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-undangan;

c. Pengundangan peraturan perundang-undangan;dan d. Akhir bagian penutup.


(46)

Penandatanganan Pengesahan

atau penetapan

Penandatangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-undangan mamuat:

a. Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan

b. Nama jabatan

c. Tanda tangan pejabat

d. Nama lengkap pejabat yang

menandatanagani, tanpa gelar, pangkat, golongan dan nomor induk pegawai.


(47)

Contoh

Ketentuan Penuntup dan Penutup

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI REPUBLIK INDONESIA, (Nama Menteri) Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA


(48)

Contoh

Ketentuan Penuntup dan Penutup

Peraturan Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, (JOKO WIDODO) Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY


(49)

naskah asli Peraturan Perundang-undangan yang telah diundangkan dalam LNRI dan TLNRI disampaikan

kepada menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kesekretariatan negara atau pimpinan lembaga yang berwenang.

1 (satu) naskah asli Peraturan Perundang-undangan

yang telah diundangkan dalam BNRI dan TBNRI

disampaikan kepada Pemrakarsa

Note:

Dirjen PP wajib menyimpan 1 Naskah Asli yg telah diundangkan sebagai arsip

PENYAMPAIAN

NASKAH ASLI oleh


(50)

Penerbitan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal Peraturan Perundang-undangan

tersebut diundangkan.

Dirjen PP menerbitkan LNRI, TLNRI, BNRI, dan TBNRI

dlm bentuk lembaran lepas sebagai dokumen resmi

negara

PENERBITAN dalam bentuk

LEMBARAN LEPAS


(51)

PERMOHONAN PENGUNDANGAN

YANG DIAJUKAN TAHUN 2015

 Lembaran Negara : 417 peraturan

 Tambahan Lembaran Negara : 178 peraturan

 Berita Negara : 2104 peraturan

 Tambahan Berita Negara : - peraturan 2699 peraturan


(52)

PERMASALAHAN

 berkas pengundangan peraturan perundang-undangan dalam bentuk hard copy dan soft copy yang diajukan tidak sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 7 ayat (3) dan Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2015 yang merupakan delegasi ketentuan Pasal 155 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2015 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

 penulisan resmi nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia masih mencantumkan dengan nama YASONNA HAMONANGAN LAOLY yang tidak sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014 – 2019.


(53)

Lanjutan....

 surat permohonan pengundangan yang tidak dibubuhi tanda tangan basah serta diterakan cap dinas jabatan sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2015.

 naskah asli peraturan perundang-undangan tidak dibubuhi tanda tangan basah dari pejabat berwenang menetapkan peraturan perundang-undangan tetapi berupa tanda tangan fotocopy atau scan.


(54)

Lanjutan...

 surat permohonan pengundangan peraturan perundang-undangan yang ditempatkan dalam Berita Negara Republik Indonesiadan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia tidak memuat keterangan yang menyatakan peraturan perundang-undangan tersebut tidak terdapat permasalahan baik secara substansi dan/atau prosedur sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2015.

 masih terdapat pengajuan permohonan pengundangan peraturan perundang-undangan yang diperuntukan pada bulan Desember namun dilakukan pada bulan Januari tahun berikutnya.


(55)

Lanjutan...

terjadinya perubahan substansi pada

peraturan perundang-undangan yang

sudah diundangkan dalam Lembaran

Negara

Republik

Indonesia,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia,Berita

Negara

Republik

Indonesia

dan

Tambahan

Berita


(56)

SISTEM INFORMASI PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

LNRI, TLNRI, BNRI, TBNRI dalam bentuk lembaran

lepas dimuat dalam Sisinfo PUU

Sisinfo dikelola oleh Ditjen PP Kemenkumham

web:


(57)

Kesimpulan

1. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun

2015 diharapkan menjadi pedoman bagi

kementerian/lembaga dalam mengajukan permohonan pengundangan.

2. Dengan format soft copy naskah asli dalam Lampiran

Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2015 diharapkan terciptanya keseragaman dalam bentuk peraturan perundang-undangan pada setiap K/L.

3. Kewenangan Direktur Jenderal Peraturan

Perundang-undangan menandatangani pengPerundang-undangan peraturan perundang-undangan dalam BN dan TBN diharapkan akan mempercepat proses pengundangan.


(58)

(1)

Lanjutan....

 surat permohonan pengundangan yang tidak dibubuhi tanda tangan basah serta diterakan cap dinas jabatan sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2015.

 naskah asli peraturan perundang-undangan tidak dibubuhi tanda tangan basah dari pejabat berwenang menetapkan peraturan perundang-undangan tetapi berupa tanda tangan fotocopy atau scan.


(2)

Lanjutan...

 surat permohonan pengundangan peraturan perundang-undangan yang ditempatkan dalam Berita Negara Republik Indonesiadan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia tidak memuat keterangan yang menyatakan peraturan perundang-undangan tersebut tidak terdapat permasalahan baik secara substansi dan/atau prosedur sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2015.

 masih terdapat pengajuan permohonan pengundangan peraturan perundang-undangan yang diperuntukan pada bulan Desember namun dilakukan pada bulan Januari tahun berikutnya.


(3)

Lanjutan...

terjadinya perubahan substansi pada

peraturan perundang-undangan yang

sudah diundangkan dalam Lembaran

Negara

Republik

Indonesia,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia,Berita

Negara

Republik

Indonesia

dan

Tambahan

Berita

Negara Republik Indonesia.


(4)

SISTEM INFORMASI PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

LNRI, TLNRI, BNRI,

TBNRI dalam

bentuk lembaran

lepas dimuat

dalam Sisinfo PUU

Sisinfo dikelola

oleh Ditjen PP

Kemenkumham

web:


(5)

Kesimpulan

1.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun

2015 diharapkan menjadi pedoman bagi

kementerian/lembaga dalam mengajukan permohonan

pengundangan.

2.

Dengan format

soft copy

naskah asli dalam Lampiran

Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2015 diharapkan

terciptanya keseragaman dalam bentuk peraturan

perundang-undangan pada setiap K/L.

3.

Kewenangan Direktur Jenderal Peraturan

Perundang-undangan menandatangani pengPerundang-undangan peraturan

perundang-undangan dalam BN dan TBN diharapkan

akan mempercepat proses pengundangan.


(6)