Strategi Strategi Guru Pembelajar 2017 - Cuman Info Solusi
Solusi
Berikut beberapa saran kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait agar kelak guru
menjadi pembelajar sehingga kompetensinya berangsur bagus.
Pertama,
standardisasi
fasilitas
sekolah
seperti
laboratorium
komputer
dan
perpustakaan sehingga sekolah bisa jadi pusat belajar siswa dan guru. Ada
kesenjangan yang lebar antara sekolah negeri dengan sekolah swasta.
Pemerintah
tidak
mudah
memberikan
izin
pendirian
sekolah
baru
sambil
mengembangkan sekolah swasta yang sudah ada. Di samping dana dari pemerintah,
dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan besar bisa diarahkan untuk
pengadaan fasilitas sekolah.
Kedua, memperbaiki kesejahteraan guru. Sertifikasi guru tetap dijalankan, tetapi tidak
dijadikan syarat guru memperoleh tunjangan profesi; semua guru tanpa terkecuali
berhak memperoleh gaji sesuai standar upah minimum.
Gaji guru swasta masih jauh bila dibandingkan dengan gaji guru negeri. Sepanjang gaji
guru swasta masih di bawah upah minimum akan sulit mengharapkan kompetensi dan
profesionalisme guru.
Ketiga, mengurangi jam mengajar guru dari 24 jam per minggu menjadi 12 atau 18 jam.
Di samping mengajar, guru diwajibkan mengikuti pelatihan, seminar, meneliti, dan
menulis. Kewajiban menulis mendorong guru untuk membaca buku dan jurnal. Seperti
dosen, beban kerja guru tidak hanya mengajar, tetapi juga meneliti dan mengabdi
kepada masyarakat.
Keempat, memperbaiki kualitas fakultas pencetak guru sehingga 10 tahun ke depan
input guru bagus. Persoalan kompetensi guru terkait dengan mutu lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK) yang banyak saat ini, tetapi kualitasnya tidak terjamin.
Belum lagi banyak guru yang belum sarjana dan mismatch.
Meski hanya mengukur dua aspek dari empat kompetensi guru, hasil UKG di atas
menampar wajah pendidikan Indonesia. Kebijakan GP model daring tidak buruk, tetapi
tidak sesuai dengan kondisi kebanyakan sekolah dan guru-guru Indonesia saat ini
sehingga tidak akan efektif. Pengembangan keprofesian berkelanjutan tidak hanya
tanggung jawab pemerintah, tetapi semua pihak, terutama guru itu sendiri.
Dengan kemampuannya sendiri, guru harus kreatif dalam hal belajar agar
kemampuannya terus meningkat dan tidak tergilas zaman. Menyerap pengetahuan
yang melimpah ruah di abad ini membutuhkan rasa ingin tahu yang besar dari guru,
bukan karena kemauan pemerintah atau siapa pun yang prihatin dengan kualitas guru.
Para guru dan para pembelajar di mana pun, selamat menyambut dan mengisi Hari
Hak untuk Tahu, 28 September 2016. Terus belajar adalah marwah guru dan setiap
pendidik.
Sumber : www.koran-sindo.com
Berikut beberapa saran kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait agar kelak guru
menjadi pembelajar sehingga kompetensinya berangsur bagus.
Pertama,
standardisasi
fasilitas
sekolah
seperti
laboratorium
komputer
dan
perpustakaan sehingga sekolah bisa jadi pusat belajar siswa dan guru. Ada
kesenjangan yang lebar antara sekolah negeri dengan sekolah swasta.
Pemerintah
tidak
mudah
memberikan
izin
pendirian
sekolah
baru
sambil
mengembangkan sekolah swasta yang sudah ada. Di samping dana dari pemerintah,
dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan besar bisa diarahkan untuk
pengadaan fasilitas sekolah.
Kedua, memperbaiki kesejahteraan guru. Sertifikasi guru tetap dijalankan, tetapi tidak
dijadikan syarat guru memperoleh tunjangan profesi; semua guru tanpa terkecuali
berhak memperoleh gaji sesuai standar upah minimum.
Gaji guru swasta masih jauh bila dibandingkan dengan gaji guru negeri. Sepanjang gaji
guru swasta masih di bawah upah minimum akan sulit mengharapkan kompetensi dan
profesionalisme guru.
Ketiga, mengurangi jam mengajar guru dari 24 jam per minggu menjadi 12 atau 18 jam.
Di samping mengajar, guru diwajibkan mengikuti pelatihan, seminar, meneliti, dan
menulis. Kewajiban menulis mendorong guru untuk membaca buku dan jurnal. Seperti
dosen, beban kerja guru tidak hanya mengajar, tetapi juga meneliti dan mengabdi
kepada masyarakat.
Keempat, memperbaiki kualitas fakultas pencetak guru sehingga 10 tahun ke depan
input guru bagus. Persoalan kompetensi guru terkait dengan mutu lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK) yang banyak saat ini, tetapi kualitasnya tidak terjamin.
Belum lagi banyak guru yang belum sarjana dan mismatch.
Meski hanya mengukur dua aspek dari empat kompetensi guru, hasil UKG di atas
menampar wajah pendidikan Indonesia. Kebijakan GP model daring tidak buruk, tetapi
tidak sesuai dengan kondisi kebanyakan sekolah dan guru-guru Indonesia saat ini
sehingga tidak akan efektif. Pengembangan keprofesian berkelanjutan tidak hanya
tanggung jawab pemerintah, tetapi semua pihak, terutama guru itu sendiri.
Dengan kemampuannya sendiri, guru harus kreatif dalam hal belajar agar
kemampuannya terus meningkat dan tidak tergilas zaman. Menyerap pengetahuan
yang melimpah ruah di abad ini membutuhkan rasa ingin tahu yang besar dari guru,
bukan karena kemauan pemerintah atau siapa pun yang prihatin dengan kualitas guru.
Para guru dan para pembelajar di mana pun, selamat menyambut dan mengisi Hari
Hak untuk Tahu, 28 September 2016. Terus belajar adalah marwah guru dan setiap
pendidik.
Sumber : www.koran-sindo.com