Studi solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan di Palesanggar Pegantenan Pamekasan.

(1)

STUDI TENTANG SOLIDARITAS MASYARAKAT ISLAM

DALAM KEGIATAN KEAGAMAAN DI PALESANGGAR

PEGANTENAN PAMEKASAN

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

SAINI NIM: E02213039

JURUSAN STUDI AGAMA–AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “ Studi Tentang Solidaritas Masyarakat Islam dalam Kegiatan Keagamaan di Desa Palesanggar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal yang penting terkait judul di atas yaitu: Pertama, bagaimana solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan kegamaan. Kedua, Kegiatan apa saja yang ada di desa Palesanggar. Manfaat dari penelitian ini untuk menambah pengetahuan tantang pentingnya solidaritas dalam kegamaan khususnya di Palesanggar. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang mengambarkan atau melukiskan suatu kenyataan sosial dalam masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Metode ini menjadi langkah awal bagi peneliti untuk melihat, mengamati serta menyelidiki fakta-fakta yang terjadi, setelah peneliti melakukan wawabcara dan dokumentasi. Sumber data dari peneliti ini diperoleh dari orang-orang yang dijadikan informan yaitu masyarakat Palesanggar yang mayoritas Agama Islam, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat Palesanggar. Hasil peneliti menunjukkan bahwa, Pertama, masyarakat desa Palesanggar memiliki rasa solidaritas yang tinggi dalam melakukan kegiatan keagamaan terbukti mereka mengesampingkan pekerjaan pribadinya dan mendahulukan kegiatan-kegiatan yang berbau agama apa lagi kegiatan yang sudah menjadi ritinitas. Sedangkan yang Kedua, Ada banyak kegiatan yang menjadi rutunitas masyarakat desa Palesanggar itu menunjukan bahwa mereka sangat solid dalam melakukan kegiatan kegamaaan. Pertama, Koloman Tadarus al-Qur’an. Kedua, Koloman sebellese. Ketiga,Solawat Nariyah. Keempat, Malam Jumatan. Kelima Muslimata, Keenam, Pengajian Bulanan. Dari sekian banyak kegiatan keagamaan tersebut masyarat desa Palesanggar sampai saat ini masih eksis dalam megikuti dan menghadiri kegiatan-kegiatan kegamaan, maka dengan begitu mereka solidaritasnya memang sangat tinggi.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I: PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 01

B. RumusanMasalah ... 07

C. TujuanPenelitian ... 07

D. Manfaat Penelitian ... 07

E. Telaah Pustaka ... 09

F. Kerangka Teori ... 10

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistimatika Pembahasan... 17

BAB II: TEORI TENTANG SOLIDARITAS A. Pegertian Solidarita ... 19

B. Macam-Macam Solidaritas ... 20

1. Solidaritas organik ... 20

2. Solidaritas Mekanik ... 22

C. Solidaritas Dalam Kegiatan Keagamaan ... 26

D. Faktor Terbentuknya Solidaritas Kegiatan Keagamaan………... 27

BAB III: DESKRIPSI DATA PENELITIAN DI DESA PALESANGGAR A. Profil Lokasi Penelitian Desa Palesanggar ... 30

B. Kondisi Geografis ... 31

C. Kondisi Ekonomi ... 34

1. Lahan Pendapatan Msayarakat… ... 35

2. Mata Pencaharian dan Pembagian kerja ... 36

D. Kondisi Keagamaan ... 41

E. Kondisi Sosial Keagamaan ... 43

F. Pola Pemukiman dan Sistem Kekerabatan ... 44

G. Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 50

H. Tradisi dan Keagamaan ... 55

I. Kegiatan Keagamaan ... 58

J. Macam-macam kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar ... 59

K. Faktor-Faktor yang memperkuat dan memperlemah kegiatan keagamaan... 64


(8)

BAB IV: ANALISIS STUDI TENTANG SOLIDARITAS MASYARAKAT ISLAM DALAM KEGIATAN KEAGAMAAN DI DESA

PALESANGGAR PEGANTENAN PAMEASAN

A. Solidaritas Masyarakat Islam dalam Kegiatan Keagamaan di desa Palesang ... 69 B. Faktor-Faktor yang memperkuat solidaritas kegiatan keagamaan

... 73 C. Faktor-Faktor yang memperlemah solidaritas kegiatan keagamaan

... 76

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78 C. Penutup ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama memang sudah ada sejak zaman pra-sejarah, Agama terjalin dalam tradisi kelompok pemeluk agama dan erat dengan mitos sakral.1 Tradisi sudah ada sejak zaman animisme-dinamisme yang dibawa oleh nenek moyang yang masih dilestaraikan dan dipercaya hingga saat ini. Agama dapat memperlihatkan suatu pikiran yang tunduk terhadap sesuatu.2 Dengan adanya kepercayaan, seseorang akan tunduk pada ajaran yang ada dalam kepercayaan tersebut. Agama merupakan sebuah kepercayaan yang ada dalam diri seseorang terhadap sesuatu yang dianggap sakral.

Salah satu Agama yang telah ada dan berkembang sangat pesat di Indonesia adalah Agama Islam. Perkembangan agama Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kegiatan dakwah Islāmiyyah yang dilakukan oleh para ulama yang dikenal sebagai wali songo dan pedagang Muslim pada masa awal masuknya agama Islam di Indonesia. Saat itu kondisi masyarakat Indonesia masih menganut kepercayaan-kepercayaan seperti animisme dan dinamisme sehingga Islam tidak serta merta diterima di

1

Djamari Agama dalam Prespektif Sosiologi ,(Bandung: Alfabeta 1988), 3.

2

Wiwik Setiyani, Bahan Ajar Studi Praktik Keagamaa,(Yogyakarta: Interpena, 2014), 124.


(10)

2

tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pada akhirnya Islam sebagai sebuah doktrin atau teks suci dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat, khususnya orang-orang Jawa pada masa itu, disebabkan karena adanya budaya lokal yang mempunyai kesamaan dengan ajaran yang dibawa oleh para pendakwah pada saat itu. Sehingga ketika Islam dipahami dan kemudian diwujudkan dalam tindakan-tindakan oleh masyarakat, hasilnya tidak terlepas dari kemampuan pemahaman tiap masyarakatnya.3

Masyarakat Islam di tanah Jawa memiliki karakter yang sangat unik dan kompleks terkait dengan ekspresi keberagamaannya. Hal ini dikarenakan penyebaran agama Islam di Jawa dipengaruhi oleh proses akulturasi dan asimilasi ajaran agama Islam dengan tradisi budaya lokal masyarakat itu sendiri. Di karenakan kebudayaan lokal yang telah mengakar kuat pada kehidupan masyarakat Jawa, maka tradisi-tradisi Jawa tersebut masih tetap dilestarikan meskipun mereka telah masuk ke dalam agama Islam.

Dalam agama Islam, Al-Qur’an merupakan wahyu Tuhan yang mengatur hunbungan antara manusia dengan Tuhan, diri-sendiri, dan lingkungan. Al-Qur’an merupakan petunjuk mengenai etika atau kebijaksanaan yang mengatur kehidupan manusia.4

Secara etimologi Agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri

dari dua suku kata yaitu “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang artinya

3

Mundzirin Yusuf, dkk., Ialam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pokja UIN, 2005), 3.

4

Kontowijoyo, Islam Mengenai Ilmu Epistimologi, Metode dan Etika, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 53.


(11)

3

kacau. Jadi Agama mengandung arti tidak kacau. Dalam bahasa Arab Agama disebut sebagi diin yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.

Menurut Emile Durkheim, Agama adalah sistem yang menyatu mengenal berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda sakral.5 Seorang penganut Agama mempunyai kewajiban untuk melakukan peribadatan sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. Agama dipandang sebagai suatu institusi yang lain, yang mengemban tugas (fungsi) agar masyarakat mondial.6

Seseorang yang beragama harus memiliki pemahaman mengenai agama yang dipercaya. Pada dasarnya, esensi agama merupakan pengalaman yang unik, suatu pengalaman dalam dimensi sakral berbeda dengan kehidupan lahiriah sehari-hari. Menurut Rudolf Otto, agama merupakan pengalaman suci yang sangat unik dan tidak mudah untuk dijelaskan kepada orang lain.7

Etika atau perilaku religious pada umumnya merupakan cerminan dari pemahaman seseorang terhadap agamanya.8 Dengan demikian, pemahaman keagamaan seseorang dapat membentuk kesadaran religius yang mendorong seseorang untuk melaksanakan ajaran agama.

Kesadaran religius ini bersinggungan langsung dengan keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Dalam konteks ini, keimanan yang

5

Betty R.Scharf, Kajian Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya 1995), 30.

6

Hendropuspito, Sosiologi Agama,(Yogyakarta: Kanisius, 1983), 29.

7

Djamari, Agama dalam…, 71.

8


(12)

4

dimaksud adalah keyakinan individu kepada Tuhannya.9 Keimanan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk peribadatan yang ditujukan kepada Tuhannya. Setiap agama pasti ada kegiatan keagamaan atau juga disebut sebagaiberibadah, kehidupan manusia mencapai arti kesempurnaan dan kesempurnaannya. Ibadah bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga sebuah kedisiplinan bagi pemeluk semua agama.

Memahami pengalaman keagamaan bukan hanya sekedar mempersoalkan isinya akan tetapi pada cara mengungkapkannya.10 Dalam melaksanakan kewajibannya, seorang umat akan merasakan pengalaman yang menimbulkan perasaan suka, duka, takut, ataupun segan untuk melaksanakannya.

Dalam beribadah sebenarnya kondisiona dilaksanakan di mana saja kecuali ibadah tertentu, tetapi yang perlu diperhatikan adalah kebersihan tempat yang akan dijadikan sebagai tempat untuk beribadah. Waktu dalam beribadah juga perlu diperhatikan. Dalam beribadah terdapat keterikatan tentang aturan waktu pelaksanaan ibadah, karena waktu tersebut dianggap waktu suci yang dianggap orang akan lebih baik melakukan ibadah. Dalam beribadah juga harus melibatkan konsentrasi agar bisa merasakan hadirnya Yang Maha Kuasa.11 Pemahaman fungsi agama tidak dapat terlepas dari tantangan yang dihadapi oleh manusia di masyarakat. Untuk bisa

9

Mahmoud M. Ayuob, Islam Antara Keyakinan dan Praktik Ritual,(Yogyakarta:AK Group, 2004), 135.

10

Ibid, 40.

11


(13)

5

mengatasi tantangan yang dihadapi, manusia pasti kembali pada agama. Karena agama dapat menolong tantangan yang dialami oleh manusia.12 Pengalaman keagamaan menurut Wach yaitu sebuah respon terhadap apa yang dialami sebagai realitas tertinggi. Pengalaman keagamaan mserupakan pengalaman yang sangat mendalam. Dalam pengalaman kagamaan terdapat suatu kewajiban yang mendorong manusia untuk berperilaku. Agama mempunyai fungsi dalam diri setiap individu, yakni fungsi maknawi dan fungsi identitas.13

Kesadaran beragama bagi orang Islam pada dasarnya adalah kesadaran akan Keesaan Tuhan.14 Jika seseorang sudah percaya dengan Keesaan Tuhan maka akan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan. Seorang muslim sejatinya akan melaksakan semua kewajiban yang sudah menjadi aturan mutlak agamanya.

Pemahaman keagamaan dikatakan perlu karena dalam melaksakan perintah agamanya seseorang mempunyai aturan. Dalam melaksanakan kewajibannya, seseorang berhubungan langsung dengan Tuhannya. Banyak aturan dalam melaksakan kewajibannya. Misalnya dalam kewajiban seorang muslim melaksanakan ibadah. Ia harus memperhatikan di mana tempat melaksanakan ibadah, kapan seharusnya ia melaksanakan ibadah, dan bagaimana tata cara melaksanakan ibadah.

12

Hendropuspita, Sosiologi Agama..,38.

13

Djamari Agama dalam...,73

14

Osman Bakar, Tauhid dan Sains Esai-EsaiTentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam, (Bandung: Pustaka Budaya, 1994), 11.


(14)

6

Dalam kehidupan beragama menghendakai adanya perhatian pada tingkah-laku yang tepat. Maksudnya adalah kedisiplinan waktu dalam beribadah, mengikuti aturan keagaman, dan mempunyai prinsip dalam beribadah. Masyarakat Desa Palesanggar Kecamatan Pengantenan Kabupaten Pamekasan, adalah masyarakat yang eksis dalam agamanya serta solidaritasnya tinggi dalam melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan. Mereka melakukan kegiatan keagamaa tidak hanya diikuti dari laki-laki saja tapi juga diikuti oleh perempuan. Kita bisa mengetahui dari berbagai kegiatan-kegiatan yang saat sedang dilakukan oleh masyarakat setempat, mulai dari kegiatan mingguan, bulanan, tahunan. hal itu dilakukan secara Mudawanmah/ berkesinambungan sampai saat ini di Desa Palesanggar tersebut tidak berubah walaupun sekarng dikatan moderen justru mereka masyarakat Palesanggar semakin solid. Bagi masyarakat Desa Palesanggar agama tidaklah cukup hanya dengan pengakuan dan setatus saja, mereka memahami agama sebagai bentuk kegiatan nyata agar bisa dicontoh oleh orang lain apalagi anak-anak kecil sebagai bentuk suriteladan kelak ketika besar karena mereka yang akan menjadi penerus selanjutnya. Maka tidak heran kalau anak umur 4-7 tahun sudah bisa membaca al-Qur’an dan pengetahuan keagamaan yang lainnya.


(15)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka penulis membatasi pembahasan dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten Pamekasan ? 2. Faktor-Faktor apa yang memperkuatdan memperlemah solidaritas

masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan masyarakat islam di Desa Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten Pamekasan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten Pamekasan.

2. Untuk mengetahui apa yang memperlancar dan memperlemah solidaritas masyarakat islam dalam kegiatan keagamaan masyarakat islam di Desa Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten Pamekasan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi pengetahuan baru bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis. Karena


(16)

8

dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui solidaritas kegiatan keagamaan dan faktor-faktor yang memperlancar dan menghambat kegiatan tersebut di Desa Palesanggar kecamatan Pengantenan kabupaten Pamekasan.

Penulis memandang bahwa kesolidaritasan kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar sangat berbeda dengan desa-desa lain. mereka yakin kalau sering melakukan kegiatan kegamaan akan membawa dampak yang positif lahir batin serta akan menambahkan rasa kebersamaan diantara sesama dan yang terpenting menuju ridho sang ilahi. ke kentalan dalam beragama serta solidaritas yang tinggi dalam melakukan kegiatan keagamaan patut dijadikan panutan bagi masayarakat lainnya. kalau dibandingkan dengan dese-desa sebelah maka desa Palesanggar adalah is nomeber one dalam semua aspek keagamaan.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini mengembangkan Keilmuan Khususnya untuk memperkarya Ilmu Perbandingan Agama dan Umumnya pada ranah solidaritas kegiatan keagamaan masyarakat Islam di Desa Palesanggar Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu khasanah ilmu pengetahuan baru bagi para pembaca atau para audien untuk mengembangkan pengetahuann terutama bagi desa-desa tetangga yang


(17)

9

terkait dengan solidaritas kegitan ke agamaan, disamping itu dapat memberi masukan bagi saya sebagai peneliti.

E. Talaah Kepustakaan

Dalam pembahasan proposal yang berjudul”Studi Tentang Solidaritas Masyarakat Islam dalam Kegiatan Keagaman Di Palesanggar Pegantenan Pamekasan” ini bukan suatu hal yang baru, melainkan telah ada beberapa penulis yang membahas tentang hal ini, hanya saja pokok pembahasannya yang berbeda. Berdasarkan survey yang telah dilakukan penulis, penulis telah menemukan beberapa riset kesarjanaan yang membahas mengenai Solidaritas , diantaranya:

Petama, Penelitian yang dilakukan oleh M. Khobibun Nashor, Solidaritas Masyrakat Sugihwaras Kecamatan Candi kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini bagaimana bentuk solidaritas masyarakat Desa Suguh waras, dan apa yang melatarbelakangi masyarakat tersebut. Dimana dalam sebuah kelompok atau masyarakat dibutuhkan solidaritas sebagai bentuk kenyamanan, rasa kebersamaan yang solid.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh M. Aaris Fajaruddin, Solidaritas Petani(Studi Tentang Gotong Royong Masarakat Petani di Desa Sumberwudi Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan), dalam skripsi tersebut penulis menjelaskan bagaimana bentuk solidaritas masyarakat petani yang ada di desa Sumberwudi. Dan bagai mana upaya


(18)

10

masyarat petani untuk mempertahankan solidaritas anatara petani yang sudah terbangun sekian lama.

Ketiga, Solidarita Masyarakat Pesisir, Potret Keakraban Masyarakat Desa Gersik putih Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep. Dalam skripsi tersebut penulis menjelskan bagaimana masyarakat pesisir tetap solid dalam kehidupan sehari-hari, walaupun mereka bersaing ketika sedang mencari ikan atau melaut namun mereka menggunaka akal sehat

untuk selalu membangun keakraban. Bagi mereka solidaritas’’keakraban’’

adalah satu-satunya yang bisa membuat satu sama lain nyaman.

Dalam penelitian kali ini penulis akan membahas solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan masyarakat di Desa Palesanggar. dan hal ini justru berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya karena tidak sampai membahas keranah keagamaanya. walaupun penelitian kali ini ada perbedaan dan persamaan dengan sebelumya tidak ada problem justru semakin menambah koleksi wawasan dan pengetahuan baru bagi orang lain.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian sosial teori digunakan untuk menjelaskan dan sebagai bahan analisis terhadap fenomena sosial yang bekembang dalam kehidupan sehari-hari. Teori adalah sekumpulan proposisi dari beberapa gagasan yang berkembang. Teori sebagai bahan analisis tertentunya harus tepat dan harus mengena terhadap permasalahan yang ada seperti yang


(19)

11

fenomena masyarakat desa, solidaritas masyarakat. Maka dalam hal ini peneliti akan menggunakan teori Durkhem yaitu teori solidaritas. Dalam teori ini ada dua macam yaitu: Solidaritas Organik dan Solidaritas Mekanik yang nanti akan dijelaskan satu persatu.

Konsep solidaritas sosisal merupakan konsep sentral Emile Durkheim dalam mebangun teori sosial. Durkheim, menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.15

G. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan yang namanya metode atau cara untuk mencapai sebuah tujuan. Dan Penelitaian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif yang menjadikan masyarakat di Desan Palesanggar, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan sebagai objek penelitian.

Karena kebenaran itu hanya dapat diperoleh sedikit demi sedikit tentunya dengan analisa yang detail dan mendalam. Karena dengan demikian, bila tercapai hasilnya dalam ilmu pengetahuan itu merupakan urut-urutan demonstrasi pembuktian tentang kebenaran mulai dari asas-asasnya yang telah diketahui. Jadi metode adalah jalan yang dipakai untuk

15


(20)

12

mendapatkan pengetahuan ilmiah. Dan sebagai metode penelitian yang dibutuhkan untuk karya ilmiah ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, dengan sejenis penelitian yang bersifat deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang terjadi pada subyek penelitian, misalkan untuk mengetahui persepsi, tradisi, dan tindakan. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus, yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Dalam penelitian ini, penulis sadar akan keterbatasan yang ada baik dari segi tenaga, waktu, dana dan lain-lain. Penentuan fokus penelitian kualitatif, pada umumnya didasarkan pada pendahuluan, pengalaman, referensi serta saran dari pembimbing atau orang yang dianggap ahli. Fokus penelitian ini juga sifatnya masih sementara dan dapat berkembang setelah penulis telah berada di lapangan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini berjenis kualitatif. Di mana kesolidaritasan serta jenis-jenis dalam kegiatan keagamaan masyarakat Desa Palesanggar kecamatan Pengantenan kabupaten Pamekasan dapat dijadikan cermin bagi desa tetangga dan pada umumnya. Dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, tentunya penulis dapat lebih mudah menjelaskan kekompakan/solid kegiata keagamaan masyarakat desa Palesanggar tersebut


(21)

13

2. Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut ini:

a. Data Primer

Data primer merupakan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dengan cara terjun langsung atas objek penelitian di lapangan.16 Data primer merupakan sumber utama di lapangan yakni berupa keterangan dari pihak-pihak tertentu. Agar pembahasan lebih fokus, penulis harus membatasi solidaritas kegiatan keagamaan dan Faktor-Faktor apa yang memperlancar dan menghambat solidaritas masyarakat islam dalam kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar. Diantaranya objek yang diteliti ialah masyarakat setempat . Serta mengamati suatu kegiatan keagamaan yang diteliti. Seperti kegiatan yang dilakukan mulai dari harian, mingguan, bulanan, serta tahunan. oleh masyarakat Desa Palesanggar. Dalam mendapatkan informasi yang diperlukan tentunya didapat melalui pengamatan, yaitu penggabungan antara kegiatan melihat, mendengar dan bertanya yang terarah dan sitematis, sehingga jawaban tidak melebar dari pembahasan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber data yang sifatnya mendukung data primer. Sumber-sumber data sekunder bisa


(22)

14

didapat dari buku-buku bacaan yang digunakan penulis sebagai landasan teori yang digunakan sebagai penunjang hasil penelitian. Data sekunder juga dapat diperoleh dari tokoh masyarakat atau tokoh agama, dimana dari data tersebut bisa dijadikan sebagai ukuran bagi masyaraka desa palesanggar megenai solidaritas masyarakat Ialam dalam kegiatan keagamaan serta faktor-faktor yang memperlancar serata menghambat kegiatan tersebut, yang sudah menjadi rutinitas.

3. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan atau penggalian data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah cara pengembalian data dengan menggunakan mata tanpa alat standart lain untuk keperluan penelitian.17 Obsevasi merupakan metode awal bagi penulis untuk mengamati dan meneliti fenomena-fenomena, fakta-fakta yang akan diteliti.18 Penulis menggunakan metode ini karena penulis memperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian.

Penulis terjun ke lapangan dengan mengadakan pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian dengan mengambil bagian suatu kegiatan masyarakat berkaitan dengan solidaritas kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan. Dalam

17

Muh. Nazir, Metode Penelitian...234, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 202.

18


(23)

15

hal ini penulis mengetahui keadaan dan waktu pelaksanaan kegiata-kegiatan. Penulis melakukan observasi di lokasi masyarakat setempat. b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka untuk memperoleh informasi dari responden.19 Wawancara ini dilakukan dengan cara berdialog dengan masyarakat Desa Palesanggar Kecamata Pengantenan Kabupaten Pamekasan untuk memperoleh data tentang solidaritas masyarakat islam terkait dengan kegitan keagamaan dan faktor-faktor yang memperlancar dan menghambat kegiatan tersebut. mulai harian, mingguan, bulanan serta tahunan.

Melalui metode wawancara ini, peneliti dan informan diharapkan dapat saling memahami, saling pengertian tanpa adanya suatu tekanan, baik secara mental maupun fisik, membiarkan subyek penelitian berbicara secara jujur dan transparan. Sehingga data yang diperoleh cukup akurat dan valid, serta bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan sosial. Metode ini digunakan untuk analisis data secara langsung dengan masyarakat setempat agar mendapatkan bukti kebenarannya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan metode-metode penelitian lain yang sekiranya dapat menunjang dalam perolehan data penelitian secara valid turut pula diterapkan.


(24)

16

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumentasi diperoleh mlalui fakta-fakta yang telah ada secara tertulis yang mengandung petunjuk yang relevan dengan objek peneliti. Baik berupa fotografi, video, rekaman, surat, film, dan lain sebagainya.20 Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini untuk medapatkan fakta-fakta terkait dengan masyarakat Islam di Palesanggar.

4. Metode Analisa Data

Proses analisa dilakukan setelah data-data dari observasi, wawancara, telah terkumpul. Analisa perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan dan untuk mempertanggung jawabkan keabsahan data. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, analisa data sering dianggap sebagai sebuah kesulitan. Karena dalam analisisnya tidak dijumpai cara-cara tertentu yang dapat dijadikan sebagai acuhan peneliti dalam menganalisa data.

Analisa dilakukan dengan pengolahan data yang sudah ada. Dari penyuntingan hingga analisa yang merupakan hasil akhir penelitian. Penyuntingan adalah pemeriksaan kembali seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden. Setelah responden menyerahkan angket, penulis harus melakukan pemeriksaan yang disesuaikan dengan jawaban responden. Dengan begitu penulis bisa menyimpulkan dan menganalisa

20

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur,Metode Penelitian kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)199.


(25)

17

bagaimana solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun untuk mempermudah pemahaman sehingga dapat menghasilkan pembahasan yang sistematis, untuk itu penulis akan menyusun proposal ini dengan sistematika dan format sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang mana pada bab ini mengawali seluruh rangkaian pembahasan yang terdiri dari sub-sub bab, yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul, telaah kepustakaan, kerangka teorik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua menjelaskan tentang landasan teori yang mana Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik. Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan yang terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan tersebut, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori bukan untuk menguji teori atau hipotesis.


(26)

18

Bab ketiga merupakan pembahasan tentang klasifikasi data penelitian. Dalam bab ini dijelaskan tempat penelitian, daftar nama responden, dan hasil responden.

Bab keempat merupakan pembahasan tentang analisa data yang sesuai dengan hasil responden mengenai solidaritas masyarakat Islam dalam kegiatan keagamaan di Desa Palesanggar.

Bab kelima, berisi kesimpulan dari hasil penelitian, analisis serta saran dari penulis, dan harapan dalam kesimpulan dapat menjawab permaslahan penelitian yang terdapat pada rumusan maslah, dan dapat memberikan saran yang sesuai dengan hasil kesimpulan penelitian. Bagian akhir yang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung penelitian ini.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertain Solidaritas

Wacana solidaritas hakikatnya bersifat kemanusiaan dan mengandung nilain adiluhung(tinggi atau mulia). Tidik aneh kalau solidaritas merupakan keharusan yang mana tidak bisa ditawar-tawar lagi. Memang sangat mudah mengucapkan kata solidaritas namun kenyataannya dalam kehidupan manusia sangat jauh sekali. Dalam ajaran Islam solidaritas sangat dianjurkan karena solidaritas merupakan salah satu bagian dari nilai Islam yang mengandung nilai kemanusiaan dalam

al-Qur’anQS,5,2. Seruan tolong-menolong dalam hal kebaikan.Yang didalamnya terdapat nilai-nilai solidaritas.

Didalam Kamus Besar BahasaIndonesia (KBBI) dijalaskan bahwa Pengertian solidaritas diambil dari kata solider yang berarti mempunyai atau juga memperliihatkan perasaan berasatu. Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan kelompok sosial dapatdisimpulkan bahwa solidaritas adalah: rasa kebersamaandalam suatu kelompok tertentu yang menyangkut tentang kesetiaan antar sesame dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama.

Dalam wawasan yang lebih luas tetang hal tersebut, maka acuan utama dari adanya sebuah solidaritas dapat dilihat dalam teori yang telah


(28)

20

diperkenalkan oleh Emile Duekheim. Acuan utama adalah padapem bagian kerja yang kemudian akan memberiakan implikasi yang sangat besar terhadap struktur masyarakat. Hal inilah yang kemudian menurut Emile Durkheim disebut sebagai solidaritas sosial.Dalam hal ini Emile Durkheim membagi solidaritas dalam dua macam, yaitu solidaritas mikanik dan solidaritas organik.Solidaritas organik misalnya dicirikan dengan perbedaan dan persamaan yang terdapat dalam suatumasyarakat sebagai landasan bahwa semua orang yang terkumpul dalam suatu masyarakat tersebut memiliki tugas-tugas dan tanggung jawab masing-masing.Lain halnya dengan solidaritas mikanis yang oleh Emile Durkheim dicirikan sebagai solidaritas yang menyatakan bahwa ikatan di antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatankegiatan yang mirip.Namun alangkah lebih baiknya apabila kedua macam solidaritas tersebut dijelaskan satu persatu.

B. Macam-Macam Solidaritas

Emile Durkheim membagi solidaritas menjadi dua macam yaitu: solidaritas organik dan solidaritas mekanik

1. Solidaritas Organik

Solidaritas organik yitu merupakan sebuah ikatan besama yang dibangun atas dasar perbedaan, mereka biasanya justru dapat lebih bertahan dengan perbedaan yang ada disalamnya karena pada kenyatannya bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab dan pekerjaan yang


(29)

21

beda.1Akan tetapi perbedaan tersebut saling berinteraksi dan membentuk suatu ikatan yang sifatny tergantung. Masing-masing masyarakat tidak lagi memenuhi semua kebutuhannya sendiri tetapi ditandai saling ketergantungan yang besar pada orang atau kelompok lain. Saling ketergantungan anatar anggota ini disebabkan karena mereka telah mengenal pembangian kerja yang teratur. Dan suatu perkerjaan tertentu tidak bisa dikerjakan oleh orang lain.

Solidaritas organik ini biasanya terdapat dalam masyarakat perkotaan yang heterogen.Hubungan atau ikatan yang biasanya dibangun didasarkan atas kebutuhan materi yang dikedepankan atau hubungan kerja didalam sebuah perusahaan. Pembagian kerja yang sangat mencolok hanya ada dalam masyarakat perkotaan yang sebagian besar mereka bekerja dalam berbagaimacam sektor perkonomian. Spesialisai yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat satu orang dengan yang lainnya, sehingga solidaritas organik muncul karena pembagian pekerjaan yang bertambah besar, bertambahnya apesialisasi dalam pembagian pekerjaan ini akan mengakibatkan pada bertambahnya saling ketergantungan anatara individu, yang juga memungkinkan bertambahnya perbedaan dikalangan individu. Munculnya perbedaan-perbadaan dikalangan individu merombak kesadaran kolektif itu, yang pada gilirannya akan menjadi kurang penting lagi sebagai dasar untuk keteraturan sosial.

1

George Ritzer,Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan MutakhirTeori Sosialposmodern, ( Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2001),91.


(30)

22

Akibat pembagian kerja yang semakin rumit, timullah kesadaran yang lebih mandiri.2 Kesadaran individual yang berkembang dalam cara yang berbeda dari sedaran kolektif, sehingga kepedulian diantara sesamemenjadi luntur dan akan berkurang dalam sebuah masyarakat. Dari kondisi tersebut akan menimbulkan aturan-aturan baru yang berlaku pada individu, misalnya aturan bagi para dokter, para guru, buruh atau pekerja, konglemerat dan lain sebgainya, aturan-aturan tersebut menurut menurut Emile Durkhimyang disebut sebagai bersifat restitutif(memulihkan).

Hukum yang bersifat restitutif(memulihkan), yaitu betujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktifitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks. hukum restitutif sendiri berfungsi sebagai individu dan kelompok yang berbeda. Hukum yang diberikan bukan untuk balas dendam tapi untuk memuluhkan keadaan.Jenis dalam beratnya hukuman disesuaikan dengan parahnya pelanggaran yang telah dilakukan dan dimaksudkan guna memulihkan hak-hak korban atau menjamin bertahannya pola ketergantungan yang tercipta dalam masyarakat.

2. Solidaritas Mekanik

Solidaritas mekanik pada umumnya terdapat pada masyarakat pedesaan, solidaritas mekanik ini terbentuk kaarena mereka terlibat dalam aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama dan

2

I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Pradigma,( Jakarta: Kencana peraadamedia Grup,2003), 18.


(31)

23

memerlukan keterlibatan secara fisik.3Dan solidaritas mekanik tersebut mempunyai kekuatan yang sangat besar dalam membangun kehidupan harmunis antara sesama, sehingga solidaritas tersebut lebih bersifat lama dan tidak tempore(sementara).

Solidaritas mekanik juga didasarkan pada tingkat homogenitas yang sangat tinggi.4Tingkat homogenitas individu yang tinggi dengan tingkat ketergantungan antara individu yang sangat rendah.Dan hal ini dapat dilihat misalnya dalam pembagian kerja dalam masyarakat. Dalam solidaritas mekanik ini, individu memiliki tingkat kemampuan dan keahlian dalam suatu pekerjaan yang sama sehingga setiap individu dapat mecapai keinginannya tanpa ada ketergantungan kepada orang lain.

Ciri dari masyarakat solidaritas mekanik ini ditangdai dengan adanya kesadaran kolektif yang sangat kuat, yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentiment-sentimen bersama.Dimanaikatan kebersamaan tersebut terbentuk karena adanya kepedulian diantara sesame. Solidaritas mekanik terdapat dalam masyarakat yang homogen terutama terutama masyarakat yang tinggal dipedasaan yang sama persis ditempat penilitain yang peneliti amati, yaitu desa Palesanggar. Karena rasa persaudaraan dan kepedulian diantara mereka lebih kuat dari pada masyarakat yang ada di perkotaan.Ia meyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta non-material, khususnya oleh

3

Ibid, 39.

4

Jhon Scontt, Teori Sosial: Masala-Masalah dalam Sosiologi,(Yogyakarta: pustaka Pelajar, 2012), 80.


(32)

24

kuatnya ikatan moralitas yang sama. Ataupu oleh apa yang bisa disebut sebagai kesadaran kolektif.5

Bagi Emile Durkheim, indikator yang paling jelas untuk solidaritas mekanik ini adalah ruang lingkungan dan kerasnya hokum-hukum yang bersifat represif (menekan). Anggota masyarakat ini memilikikesamaan satu sama linnya semuanya cenderung sangat percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap sistem nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu,6 apalagi oleh masyarakat yang menjadi tempat penelitian kali ini. Hukuman yang dikenakan terhadap pelanggaran tehadap aturan-aturan represif tersebut pada hakekatnya adalah merupakan manifestasi dari kesadaran kolektif yang tujuannyauntukmenjamin masyarakat berjalan dengan teratur dengan baik. Ikatan yang mempersatukan anggota-anggota masyarakat disini adalah homogeny dan masyarakat terikat satu sama lainnya secara mekanik.

Jadi perilaku yang disebut melawan hukum jika dipandang mengancam atau melanggar kesadaran kolektif. Adapun jenis dan beratnya hukuman tidak selalu harus mempertimbangkan kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh pelanggarannya, akan tetapi lebih didasarkan pada kemarahan bersama akibat terganggunya kesadaran kolektif seperti penghinaan, menfitnah, pembunuhan dan lain sebagainya. Untuk

5

George Ritzer, Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: keccana, 2011), 22.

6


(33)

25

menjamin supaya masyarakat yang bersangkutan berjalan dengan baik dan teratur.

Jadi dalam hal ini pembahasan mengenai kedua solidarita diatas akan dikerucutkan manjadi satu saja, yaitu solidaritas mekanik, yaitu solidaritas yang mengambarkan akan keadaan dalam masyarakat pedesaan. Lebih jauh solidaritas mekanik tersubut akan digunakan untuk memperdalam pembahasan solidaritas pada masyarakatdesa Palesanggar. Solidaritas mekanik pada msyarakat Palesanggar sejatinya adalah sama dengan solidaritas yang telah diungkapkan oleh Emile Durkhim dalam teorinya; yakni dengan melihat kembali keberadaan masyarakat setempat yang dicirikan dengan kegiatan-kegiatan yang seragam antar masyarakat setempat.

Didalam keterangan lain Durkeim menuturkan bahwa masyarakat primitif, dalam hal ini disebut sebagai masyarakat pedesaan dengan solidaritas mekaniknaya, cenderung memiliki kesadarankolektif yang lebih kuat; pemahaman, norma dan keprcayaan bersama.7

Bila dikatkan dengan solidaritas yang ada pada masyarakat Palesanggar, jelas hal tersebut sinkron dengan kenyataan yang ada di lapangan.Dengan mengamati secara selektif, bahwa masyarakat Palesanggar memiliki kesadaran kolektif yang sangat kuat. salah satu contoh dapat dilihat dari kepercyaan bersama yang masih diyakini masyarakat setempat bahwa kekompakan dalam sebuah kegiatan

7


(34)

26

keagamaan merupakan bentuk dari solidaritas itu sendri dari sekian banyak kegiatan keagamaan mereka tetap solid walau kegiatan tersebut sifatnya menoton.

C. Solidaritas dalam Kegiatan Keagamaan

Melihat fenomena yang ada di Indonesia ini dimana setiap setiap agama memiliki kegiatan keagamaan atau tradisi tersendiri dengan waktu yang sudah ditentukan dalam agama-agama mereka.Seperti agama, Islam, Konghucu, Hindu, Budha, Kreiten.Yang semuanya kalau kita lihat mereka para pemeluknya bisa solid dalam mengikuti acara atau kegiatan keagamaan tersebut mulai dari kegiatan satu tahunan, bulanan, mingguan dan lain semacamnya.

Ada beberapa hal yang hampir sama dalam keyakinan umat beragama seperti meyakini kehidupan setelah kematian. disinilah biasanya mereka akan melakukan kegiatan atau sebuah kebaikan untuk

mendapatkan tempat yang mulia atau syurga”Islam” mencapai “Muksa”

atau lahir kembali kebumi.bila kita lahir kembali, maka dalam kelahiran itu kita menerima akibat-akibat dari perbuatan kita sendiri ke kehidupan terdahulu. Akibat baik atau buruk.8 Maka dari itu mereka terkadang berpuasa dan melakukan kegiatan agama secara bersamaan seperti: hari Nyepi, Waisak, Natal, atau kegiatan ibadah lainnya demi mencapai moksa.

8

Suryawanhindudharna, http://wordpress.com/2011/03/05/dokument/syurga-neraka-menurut-hindu(selasa, 18 juli 2017).


(35)

27

Bisanya kalau kegiatan-kegiatan besar mayoritas mereka tampak lebih solid dibandingkan kegiatan keagamaan lainnya.

Ada sebagian daerah yang mana antara pemeluk agama satu dengan yang lainnya saling membantu untuk mensukseskan kegiatan keagamaan tersebut seperti agama Islam dan Hindu di Bali, ketika hari Idul Fitrih dan hari Nyepi mereka sama-sama menjaga keamanan dan menghormati keyakinan orang Islam. Membahas masalah solidaritas masyarakat dalam mengikuti kegiatana keagamaan tentunya setiap daerah akan berbeda apa lagi diperkotaan yang pastinya ada yang lebih solid antara di perkotaan sama dipedesaan kerena keadaan yang menjadi faktor masaing-masing daerah. Seperti yang dijelaskan dalam teorinya Durkhim, bahwa solidaritas kegiatan keagamaan yang tinggi adalah hanya ada di pedesaan dan akan dibahas bab selanjutnya.

D. Faktor Terbentuknya Solidaritas Kegiatan Keagamaan

kalau melihat disekitar kita terutama di Indonesia pada umumnya banyak pemeluk agama yang membangun sebuah solidaritas melalui Baksos, Pyosandu, kegiatan bersih desa, Balaipengobatan geratis dan semacamnya.Melalui program tersebut ada wacana yang mengarah pada kesolidan dalam keagamaan. Salah satu tebentuknya solidaritas kegiatan keagamaan adalah;


(36)

28

1. Interaksi sosial

Hubungan antara manusia yang menghasilakn suatu proses pengaruhi menghasilkan hubungan antara individu baik antara individu dan kelompok dengen kelompok lain9. Dalam kehidupan tidak akan terlepas dari inrekasi sosial. Dan mereka nanti kerana keagamaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut.10

2. Kesamaan Ideologi

Persepsi menjadikan organisasi atau kegiatan bisa solid, masyarakat lebih mementingkan bersatu padu dalam membangun sebuah dearah tentunya dilatar belakangi ideologi yang sama.

3. Peran elit tokoh Agama

Karena kegiatan keagamaan dalam sebuah lingkungan tidak akan berjalan dengan istiqamah kalau tidak ada peran aktif dar tokoh Agama setempat.

4. Faktor lingkungan

Hal itu sangat berpengaruh dalam menjaga solidaritas kegiatan keagamaan karena lingkungan lambat-laun bisa mengubah sikap seseorang.

9

Mariyani, htt://wordpress.com/2014/03/22/hubungan-interaksi-antar-masyarakat(Kamis,20Juli 2017).

10


(37)

29

5. Pendidikan

Merupaka pokok penting dalam membangun pola pikir keagamaan yang bersifat kolektif terutama dalam kegiatan kegamaan, apa bila masarakat awam maka untuk menwujudkan kegitan keagamaan akan sulit. Dengan mondok maka akan terbebas dari kelalaian11 belajar agama, karena disana dituntut mengerti dan faham ilmu agama.

6. Ekonomi

Merupakan pokok penting untuk mewujudkan solidaritas dalam kegiatan keagamaan di suatu daerah, karena keduanya sama-sama dibutuhkan dan saling melingkapi.

7. Kesadaran diri

Dengan kesadaran yang dimiliki seseorang maka tertunya akan menimbulakn sebuah tindakan nyata yang mendorong untuk melakukan hal kebaikan yang menajadikan masyarakat solid dalam segala kegiatan keagamaan.

11

Syah Wiliyullah al- Dihlawi, Hujja Allah al-Balighah Argumen Puncak Allah, Kearifan dan Dimensi Batin Syariat, (Jakarta; PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005), 499.


(38)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Profil Lokasi Penelitian Desa Palesanggar

Sejarah Desa Palesanggar tidak terlepas dari sejarah masyarakat desa Palesanggar. Kec, Pegantenan. Kab, Pamekasan. Wilayah Palesanggar merupakan pecahan dari desa Pasanggar. Mengingat luasnya wilayah dan pertumbuhan penduduk yang sangat padat maka desa pasanggar dibagi menjadi dua desa. Bagian barat tetap dinamakan desa pasanggar, sedangkan bagian timur dinamakan desa Palesanggar. “Pale” (Madura berarti dibagi), Sanggar (berasal dari dusun Sanggar I). Karena kalau tidak dipecah maka akan ada kesulitan untuk memantau atau mengetahui kondisi rakyat yang jaraknya jauh sehingga masyarakat tidak kesulitan untuk memenuhi keinginannya terkait keperluan masyarakat Desa Palesanggar itu sendiri.

karena kalau dalam suatu daerah itu sanagat luas dan penduduknya banyak maka dipastikan banyak yang tidak tersentuh atau terkontrol, maka dari itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka desa yang awalnya satu desa sekarang sudah menjadi dua desa.Karena adanya semangat perubahan maka desa ini pada tahun 1956 resmi mengangkat kepala desa pertama yang bernama sa’odin yang masa jabatannya berakhir pada tahun 1991 ( -+ 35 tahun ).


(39)

31

Pada tahun 1991 tampok pemerintahan dipimpin oleh anak muda yang mempunyai samangat membara untuk memajukan desa palesanggar yang bernama mulyadi yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2007 ( -+ 16 tahun ), pada tahun 2007 jabatan srtategis desa palesanggar pindah tangan lagi yaitu putra terbaik desa palesanggar anak seorang kyai ternama yang bernama mohammad ludfi,S.pd.I h, dia sudah dua kali menjabat sebagai kepada Desa hingga sekarang. jadi Desa Palesanggar sudah 61 tahun yang menjadi pecahan dari Desa Sanggar, namun walaupun demikian masyarakat Desa Palesanggar tidak kalah saing dari semua sektor apalagi dalam pendidikan atau kegiatan keagaan. Dengan semakin tingginya pendidikan maka akan semakin mengetahui sejauh mana letak kinerja kepala desa dan perangkat desa sehingga anak-anak muda bisa membantu dan memberikan saran serta masukan ke kepala desa demi kenyamanan bersama.

B. Kondisi Giografis

Pelesanggar adalah salah satu desa dari delapan desa yang ada di Kecamatan Peagantenan yang berlokasi disebelah selatannya kantor kecamatan. Palesanggar merupakan sebuah daerah yang secara geografis memiliki luas 1075,72 Ha. Daerah tersebut merupakan kawasan yang berjarak cukup jauh dari wilayah kabupaten, daerah tersebut terletak disebelah utaranya pekotaan bisa ditempuh dari mobil dan motor karena aksesnya yang sangat mudah jalan menuju desa Palesanggar.


(40)

32

Secara geografis Desa Palesanggar terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 305 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Pamekasan tahun 2004, selama tahun 2004 curah hujan di Desa Palesanggar rata-rata mencapai 2.400 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desemmber sehingga mencapai 405,04 mm yang merupakacurahhujan tertinggi selamakurunwaktu 2000-2008.

Desa tersebut termasuk penghasil tembakau yang cukup baik kualitasnya dikala musim kemarau sehingga banyak para pedagang tembakau yang dari luar masuk ke desa Palesanggar. adapun ketika musim hujan disana dominan menanam Padi dan ada pula Jagung, Cabe, Bawang daun, Kacang tanah, kacang panjang, ubi, tales dan yang lainnya. Masyarakat Palesanggar ketika musim hujan tidak hanya menanam padi tapi juga berbagai macam tanaman seperti: Kacang, Terong, Cabe.

“saya tidak cukup menanam satu tanaman saja, harus kreatif misalnya kalau musim hujan. Saya biasanya menanam Cabe yang dibawahnya ditanami Kacang Tanah dan dipinggirnya saya tanami Kacang Panjang dan Terong. Dengan demikian saya tidak harus membeli sayuran kalau hanya untuk dimakan. Namun terkadang bisa dijual.1

Semua itu tidak terlepas dari tanah yang bagus bisa ditanamin apa saja bisa dan mengasilakan, tinggal bagaimana kita bisa mengelolanya sebaik mungkin. karena minat petani di desa Palesanggar sekarang mulai menggurang terlihat dari anak muda yang hampir 60% tidak bekerja

1Sa’il.


(41)

33

keladang mereka memilih bekerja keluar kota sampai keluar negeri separti; Malaysia, Timur tengah dan lain sebgainya.

Palesanggar merupakan sebuah desa yang mana penduduknya 100% beragama islam, masyarakat setempat sangat ramah-tamah dan saling sapa kalau bertemu. tidak hanya itu, desa tersebut merupakan desa yang paling unggul diantara desa-desa se-kecamatan Pegantenan dari segi aspek sosial keagamaan hal tersebut yang masih terpelihara dari dulu sampai saat ini, Sehingga masyarakat desa Palesanggar disegani oleh masyarakat desa-desa sebelah. Masyaraat luar merasa takjub milahat masyarakat Palesanggar bisa memelihara secara umum di desa Palesanggar seperti: kekompakan, kegiatan keagamaan, keamanan, gotong royong, dan lain sebagainya.

“sebelum Indonesia ini merdeka penduduk juga pernah berperang melawan penjajah, dia mengatakan betapa susahnya dan rasa takut yang luar biasa ketika ada peperangan, setiap harinya serba tegang tidak bisa beraktifitas seperti; pergi keladang atau kepasar, sehingga hampir beberapa bulan makannya hanya satu kali, bahkan kadang hanya air putih yang bisa menganjil rasa lapar mereka. Mereka para pejuang susah mencari tempat pelindung dari penjajah namun ada gua yang menjadi tempat persembunyian penduduk setempatyang aman menjadi saksi perjuangan hidup mereka.2

Letak geografis desa Palesanggar sangat dekat dengan pusat kecamatan, yaitu hanya pebatasan Jalan pantura sebelah selatannya kantor kecamatan. Adapun batas-batas desa Palesnggar terletak diwilayah Kecamatan Pegantenan Kabupten Pamekasan dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa

2


(42)

34

Ampender. Sebelah barat berbatsan dengan Desa Pasanggar atau Palenggaan. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Potoan Daya. Sedangkan disebelah timur berbatsan dengan Desa Bulengan Barat.

Jarak yang dapat dilalui dari kecamtan kepusat Desa dapat dilalui oleh berbaga kedaraan darat. Terutama sepeda mtor dan mobil, pada hari sabtu dan rabu, yaitu hari pasaran di sebelah utaranya kecamatan, biasanya masyarat dapat menempuhnya dengan sepeda motor dan mobil, yang beroperasi dari desa keberbagai desa terutama ke Desa Palesanggar.

Desa Palesanggar sendiri yang dihuni kurang lebih 8587 jiwa terbagi menjadi delapan dusun yaitu meliputi Dusun Aeng Rasa Dajah, Dusun Aeng Rasa Loak, yang dibatasi jalan aspal antara keduanya dan selatannya lagi termasuk Kecamatan Palenggaan. Dusun Poa yang memiliki banyak pohon mangga, sehingga dinakan Dusun Paon. Dusun Dadak Barat. Dusun Dadak Timur. Dusun Kemuning Tengah. Dusun Kemuning Timur. Dan yang terkhir Dusun Tajuk.

C. Kondisi ekonomi

Sebenarnya bicara masalah ekonomi masyarakat desa Palesanggar saat ini sudah mulai membaik dari sebelumya, Terlihat dari banyaknya bangunan baru atau kondisi mereka setiap harinya. ada banyak yang membuka usaha ayam potong dan ayam petelur dan yang lainnya.


(43)

35

1. Lahan Pendapatan Msayarakat

Secara geografis, desa Palesanggar merupaka wilayah yang bisa dikatakan sebagai lahan yang cukup bagus dan menguntungkan dalam bidang pertanian, dalam hal ini sifatnya kondisional tergantung musim kalau musim kemarau maka mayoritas masyarakat desa Palesanggar menanam tembakau, ada pula yang menanam bawang daun. walaupun sebagian kecil tidak menanam keduanya. Sebelum ditanami tembakau masyarakat bisanya menyiapkan tempat sebelum musim kemarau karena kalau tidak demikian akan mengalami kesulitan ketika mau mencangkul ladang tersebut, jadi sebelum musim hujan habis panin Padi dan Jagung biasaya masyarakat langsung mencangkul guna menyiapkan tempat untuk menanam tembakau yang mereka dambakan „„keuntungan’’ karena tanaman tembakau yang diyakini akan menghasilkan keuntungan yang sangat besar, walaupun ternyata prosesnya sangat berat dan sulit serta melelahkan. Namun sebenarnya kalau dihutung-hitung ala orang-orang Cina maka sebenarnya tidak terlalu besar seperti yang masyarakat bayangkan. Karena semuanya memerlukan biaya yang tidak sedikit dari mulai menanam sampai nanti waktunya panin, seperti; mencari bibit, menanam, panin yang diambil daunnya, proses pematangan, digulung, diiris, dijemur yang dilakukan dua hari sebelum dibungkus, semua itu dari proses-keproses lainnya membutuhkan biaya, belum lagi kalau dihitung sama rasa capek dan payahnya ketika setiap hari marawat dan


(44)

36

menyiramnya. jadi kalau dikalkulasi secara detail hasinya tidak sebesar yang mereka pikirkan.

“Namun masyarakat palesanggar mempunyai semangat yang luar biasa untuk terus-menerus pergi keladang dan bercocok tanam setiap harinya.Saya kalau tidak keladang tidak enak dan jenuh atau kalau tidak keluar rumah, karena aktifitas cuman keladang, ketika diladang tidak hanya fokus pada satu pekerjaan namun banyak yang dikerjakan misalnya seprti orang tuaku sendiri kalau menyiram tembakau, maka sebelum pulang dia masih mencari rumput untuk pakan sapi dan hal itu akan dilakukan Ros-terrosan (terus-menerus).3

Walaupun masyarakat desa Palesanggar keladang setiap hari dengan hasil yang tidak jelas dan menentu akan tetapi semangat mereka tidak sama dengan masyarakat perkotaan, bagi mereka walaupun hasil tidak menentu asalkan yang terpenting kebutuhan setiap harinya bisa terpenuhi seperti kebutuhan pokok atau perlengkapan dapur, orientasi hidup mereka adalah beribadah dan bekerja asalkan halal serta tidak menyusahkan orang lain hal demikian yang agak sulit ditemukan diwilayah lain.

2. Mata Pencaharian dan Pembagian kerja

Secara umum, keadaan ekonomi masyarakat Palesanggar dapat dikatakan cukup meskipun banyak lahan yang luas yang mereka tanami. Karena biasanya ketika musim panin entah itu tembakau ataupun cabe bisanya harganya turun drastis dan memprihatinkan kalau melihat nasib orng-orng petani. dalu pernah harga cabe harga 150 rupiah padahal sebelum musim panin harga cabe sangat tinggi pada waktu itu harganya 15-20 ribu, tetapi ketika musim panin harganya sangat membuat orang

3


(45)

37

petani kesal serta kerugiannya yang tidak sedikit sehingga ada pohon cabe milik salah satu warga yang dicabutin karena merasa kesal dengan haraga 150 ripah tersebut. Dengan harga segitu sangat sedih melihatnya sedangkan yang kaya tinggal enak menikmati hasil derita orang petani.

“sekarang ini yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. seperti saat sekarang ini, secara tidak langsug rakyat kecil atau petani menjadi babu bagi penguasa yang tidak adil dan serakah yang tidak memikirkan nasib rakyat kecil, sedangkan mereka tertawa sambil menikmati hasil dari ladang hasil pertanian kita, sedangka rakyat seperti „’saya’’ tertindas. Kalau hal ini tidak berubah seperti apa nasib orang-orng kecil 10 tahun yang akan datang, katanya.4 Maka kamu harus berusah dan tetap berjuan untuk memenuhi hidup keluarganya kelak kalau sudah kawi, katanya sambil tertawa.5

Masyarakat desa Palesanggar ada yang membuka usaha Tuku ben BerungKenek.6 disana tercatat ada sebanya kurang lebih 37 toko atau warung yang menyebar di seluruh desa Palesanggar, dan biasnya yang menjaganya adalah perempuan, sehingga mereka sambil lalu mengasuh anak nya dirumah serta masak guna menyiapkan makanan suaminya ketika pulang dari ladang. Sebenarnya mengenai pembagian kerja anatara perempuan dan laki-laki memang berbeda namun ada kesamaan, biasanya pekerjaan yang dilakukan laki-laki seperti mencangku, membawa pupuk, intinya yang pekerjaan yang berat semua dalakukan oleh seorang suami, sedangkan perempuan yang dibilang ringan seperti mencari rumput ini

4Mersu’ed,

Wawancara,Aeng Rasa Dejeh, 01-07-17.

5Mersu’ed,

Wawancara, Aeng Rasa Dejeh, 05, 05, 17.

6

TukuArtinyatoko, yang didalamnyamemjualberbagaimacamkebutukansembakoatau yang lainnya.BenArtinyadan.SedangakanBerungKeneksendiriadalahwarungkecildamanamasyar akatdesaPalesanggarmembedakantokodanwarung,


(46)

38

bisa juga dilakukan oleh laki-laki, menyiram tembakau dan pekerjaan ringan-ringan lainnya.

Sebenarnya Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Palesanggar tidak menentu rata-rata Rp.10.000.7 per hari. Dengan hasil yang demikian maka mereka hanya cukup untuk makan saja, sedangkan untuk kebutuhan lain mereka harus mecari pendapatan diluar pertanian sehingga banyak yang merantau karean tuntutan kebutuhan yang semakin besar.Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Palesanggar dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 4,540 orang, yang bekerja disektor jasa 760 orang, dan bekerja disektor lain-lain 55 orang,. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 5,410 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.Lebih jauh lagi, kalau kita mengoreksi kembali perekonomian masyarakat desa Palesanggar yang masih berada pada golongan menengah kebawah.

Lambat laun bahan-bahan pokok semakin mahal sedangkan hasil panen petani malah tidak ada kenaikan terkadang ketika musim panen semuanya akan murah sehingga manyak masyarakat yang malas bercocok tanam karena kalau dihitung dengan modalnya hasilnya masih dikatakan rugi.

7

ProfilDesadanKelurahan.DaftarIsianPotensidan Tingkat PerkembanganDesaTahun


(47)

39

“Masyarakat Palesanggar walaupun dikatagorikan menengah kebawah mayoritas masyarakat bisa memodok-kan sekaligus menyekolahkan putra-puriku dipesantren, kita ketahui bersama bahwa biaya dipesantren tidak sedikit, namun mereka para orang tua percaya bahwa orang yang mencari ilmu rizkinya akan dipermudah dan pasti akan menemukan biaya. Justru saya sangat bangga anak ada di pesantren bisa belajar agama lebih banyak dan fokus dan Mudawamah(terus menerus), sehingga harapan besar apa bila sedah pulang nanti bisa membawa ilmu yang barokah minimal bermanfaat sama dirinya sendiri lebih-lebih bisa diamalkan sama orang lain. Dan masyarakat desa Palesanggar dominan pernah mondok sehingga pengetahuan tentang agama tidak diragukan lagi.8

Ada sebagian masyarakat desa Palesanggar yang memiliki penghasilan lain yang tidak tergantung sepenuhnya pada pertanian. Seperti; pengawai negeri, pengusaha, berdagang, jasa, dan yang lainnya seperti di Tabel bawah ini.

Tabel 1

Mata Pencaharian Masarakat Palesanggar

No Mata

Pencaharian

Jumlah Presentase

1 Pertanian 4.540 Orang 48,7%

2 Jasa/

perdangangan

3 Jasa

Pemerintahan

9 Orang 0,9%

4 Jasa

Perdagangan

580 Orang 6,22%

5 Jasa Angkutan 20 Orang 0,2%

6 Jasa

Keterampilan

180 Orang 1,93% 7 Jasa lainnya 26 Orang 0,27% 8 Sektor lain 55 Orang 0,59% Jumlah 1. 410 58. 04% Sumber; Buku Monografi Desa Palesanggar. Data diolah Kembali

8Ta’ib, Wawancara,


(48)

40

Dari data yang terhimpun, dapat dikatakan bahwa sebagian masyarakat Palesanggar terbilang sudah cukup terpenuhi secara ekonomi. Seperti petani tembakau asalakan kemaunya bagus tidak ada hujan baru harga tembakau akan mahal, namun beberapa tahun kemudian petani sudah mulai mengurang menanam tembakau karena cuaca yang tidak bagus, sehingga setok gudang penimbunan tembakau saat ini kosong.

“Kalau musim ini kemarau nomal maka dipastikan harga tembakau akan mahal karenan semua gunang sudah kehabisan setok. padahal saat ini hanya sekitar 60-70% masyarakat Palesanggar yang menanam tembakau karena pada tahun-tahun sebelumnya mereka gagal.9

Beda halnya dengan petani padi dan jagung yang jelas-jelas hasilnya tidak akan dijual mereka timbun diambil sedikit-demi sedikit untuk keperluan. Jadi setok akan tetap ada sampai hampir musim hujan tiba, baru akan dimakan disisakan untuk pembibitan. Mereka sering membeli beras kalau ada kepetingan seperti kepernikahan selametan dan lain sebagainnya walaupun mereka baru panin mereka memilih membeli. alasannya sipel biar tidak repot.

Adapun buruh bangunan lebih bernasib baik pasalnya buruh bangunan yang ada di desa Palesanggar jarang sekali mandapatkan pekerjaan, kalau ada tujuh samapai sepuluh bulan baru bisa bekerja. jadi mereka juag mencari sampingan seperti mencari kewilayah lain tekadang keluar kota. Kadang juga mereka memborong proyek jalan dan lain

9


(49)

41

sebagainya bagi mereka tolak ukurnya adalah halal kalaupun masih bisa apapun akan dekerjakan demi keluarga.

Selain pencaharian yang sudah ada, sebagian masyarakat Palesanggar sering mencari jalan alternatif demi menambah penghasilan untuk hidup sehari-hari. Bagi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, khususnya para lelaki, terutama yang sudah mempunyai tanggungan „„anak istri’’, untuk mendapatkan penyambung hidup atau tambahan mereka Nyareh Ongkosan Alanduk.10 Waktunya kondisional bisa pagi dan sore bahkan ada juga yang malam hari kalau ladangnya didekat rumah karena terkait dengan penerangan atau lambu. Ada pula yang mencari tambahan uang sebagai koli proyek bayaranya 80 ribu tapi mulai jam 8-4 rokok sama kopi dikasih kalau nasi.

D. Kondisi Keagamaan

“Masyarakat desa Palesanggar merupakan sebuah daerah yang dikatagorikan sangat eksis dalam keagamaannya karena mayoritas alumni podok pesantern 100% beragama Islam”,11

Mereka tetap melakukan tradisi-tradisi santri seperti sholat berjemaah, membaca al-Qur’an setelah shoalat magrib dan subuh. Bahkan mereka bisa mengajak orang lain untuk melakukan tradisi itu. Setiap selesai sholat subuh di desa Palesanggar maka akan banyak terdengar

10

Nyarehberartimencari, Ongkosanadalahimbalan,

sedangkanAlandukArtinyamencangku.Jadimerekamencariimbalan yang

kerjaannyamencangkul, biasanyabuattanamcabe, kacangtanah, dan lain sebagainya, sedangakantarifnyakalaudari jam 7-12 makaimbalanya 40 rbdikasihmakandanrokok, kalaudari jam 1-5 ibalannya 35 dikasihmakansamarokodan kopi.

11


(50)

42

lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an dengan suara yang berbeda-beda dari anak kecil sampai yang tua. Karena dalam Islam mengatur menjalani hubungan keseimbangan, dunia akhirat saling baerkaitan, corak perilaku di dunia akan menentukan keadaan di akhirat. Bayangan tentang kehidupan akhirat mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang.12

“maka tidak heran kalau di Palesanggar jauh berbeda dengan desa-desa sebelah. Dimana setiap harinya tidak terlepas dari hal-hal yang bernilai agamis, contohnya ketika mereka mau bekerja keladang atau aktifiatas lainnya biasanya mereka mendahulukan sholat, zikir dan yang lainnya. Niat yang mereka tanam adalah Lillahi Taala. Mereka meyikini bahwa dunia ini hanyalah tempat singgah sesaat. Saya lihat disana-sini di Palesanggar bernuansa agamis karena apabila mereka melewati sebuah rumah mereka saling sapa dan menebarkan senyuman yang hal itu juga merupakan sedekah, adapun kalau mereka melewati perkampungan yang tida dikenal maka mereka lebih santun dan bilang permisi.13

Dan yang paling aku ajukan jempol pada mereka adalah partisipasi terhadap kegiatan kegamaan yang luar biasa sehingga mereka mengesampingkan dan menunda pekerjaan pribadinya. Karena kata mereka lebih banyak pahalanya kalau membantu mensukseskan acara-acara tersebut, seperti FORSISANT (forum silaturahim santri Sanggar, Pasanggar), yang kemeran dilaksanakan pada tanggal 29- Juni-2017. Yang banyak dihadiri oleh masyarakat Palesanggar dan Pasanggar, dihadiri oleh beberapa Ulama’ seperti K, H, Umar Hamdan, Tamberru Sampang. K,H, Amin Rifqi Bunangkah Pamekasan. Jadi pada intinya masyarakat

12

M. DawamRahardjo, MasyarakatMadani: Agama

KelasMenengahdanPerubahanSosial,(Jakarta: Pustaka, 1999), 1999.

13


(51)

43

Palesanggar keagamaanya sangat eksis mualai dari individu sampai kesosialnya dan patut untuk dijadikan teladan.

E. Kondisi Sosial Keagamaan

Ada beberapa dusun yang peneliti jadikan obyek penelitian yang semua itu bisa mewakili dusu-dusun laainnya, yaitu dusun Tajuk yang berdampingan dengan dusun Kemuning Timur dan Kemuning Tengah. Dusun Pao yang bedampingan dengan Dadak Barat dan Timur serta Aeng Rasa Lao’, dari sekian tempat itu peneliti langsung wawancara dengan tokoh agama dan Pamong(orang nomer satu didusun terkait dengan pemerintahan), ternyata hampir tidak jauh bebeda bahwa sanya masyarakat Palesanggar memang sangat tinggi rasa sosial keagamaannya. Terbukti kalau adalah ada salah satu masyarakat yang ingin mengadakan kegiatan keagamaan seprti Pengajian, Muslimataan, nagji Alumni podok, pembangunan Masjid, maka para tetangga sangat begitu kompak membantu segala hal yang diperlukan guna acara tersebut bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala14. Kehidupan kelompok kekerabatan tersebut terpusat pada tradisi kebudayaan yang telah dipeliharaturun- temurun.15Sebernya tidak hanya masalah keagamaan saja kekompakan dan rasa solidaritas mereka tapi juga keranah lainnya seperti; kalau ada tetangga yang membangun rumah, mushollah dan yang lainnya mereka

14

KH, Hannan, Wawancara, DusunTajuk, 05, Mei, 2017

15

SerjonoSoekanto, SosiologiKeluargaTentangKeluarga, Remaja, danAnak(Jakarta: RinikaCipta, 1992),31.


(52)

44

juga ikut membantunya tanpa Imbalan, karena bagi mereka salingtolong-menolong dalam hal kebaikan adalah suatu hal yang sangat tinggi nilai pahalanya, kerana Allah SWT telah menyampaika lewat firmannya dalam al-Qur’an.QS, 5, 2.

َعتو

َ َّٱَنإَۖ َّ ْا قَت وَ ۚنو ۡدعۡل وَ ۡث ۡۡ َ عَْا نو عتََوَ ۖ ۡقَتل وَِر ۡل َ عَْا نو

َ قعۡل َديدش

٢

.

16

َ

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamukepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Jadi tolong menolong merupakan anjuaran dari Allah SWT apalagi bentuknya dalam rangka kegiatan kegamaan maka tentunya mempunyai nilai tersendiri. Karean rasa kebersamaan akan berpengaruh kepada aktifitas sehari-hari. Masyarakat desa Palesanggar sangat tinggi rasa kebersamaan terutama dalam kegiatan keagamaaan.

“disini msyarakat Palesanggar Agama sangat kental dilihat dari cara mereka menyikapi hal-hal yang kelihatannya sepele namun bagi mereka sangat berpengaruh seperti: wanita keladang tidak memakai kerudung, maka merka anggap sebagai oran yang tidak ber-aklaq.17

F. Pola Pemukiman dan Sistem Kekerabatan

Secara umum, dengan melihat kembali sistem kekerabatan diseluruh masyaakat Madura, maka sistem kekerabatan tersebut tentunya

16

QS, 5, 2.

17


(53)

45

terbentuk dari adanya ikatan-ikatan keturunan.18 Sama persisnya dengan yang terjadi pada sistem kekerabatan masyarakat Palesanggar yang juga masih dipengaruhi oleh ikatan kekelurgaan yang dimaksud, ikatan-ikatan kekeluargaan atau kekerabatan masyarakat adalah awal mula tumbuhnya sebuah solidaritas bagi masyarakat Palesanggar.

Saya ambil contoh, orang tua ibu atau bapak akan mengenalkan anak-anaknya kepada keluarga atau kekerabat yang lain mulai sejak dini sampai menjelang dewasa nanti, biasanya dilakukan pada saat Idul Fitri atau Idul, Idul Adha, karena pada saat itu biasanya para kerabat atau famili lagi berkumpul tidak lupa membawa anak-anaknya samapai menantunya mereka saling dikenalkan satu sama lain agar tidak hilang ketika orang tuanya meningga kelak.

“Jadi kuncinya agar famili atau kerabat tidak menghilang maka kenalkanlah putra-putri kita sejak dini kalau tidak begitu mereka tidak akan tau siapa dan dimana kerabatnya kalau tidak dikasih tau sama orang tunya.19

Hal tersebut akan dilakukan oleh para tetangganya. Artinya, orang tua dituntut untuk memberikan pelajaran berharga bahwa mengenal orang-orang di sekeliling dan lingkungan sangatlah penting dan dianjurkan dalam agama Islam yang disebut menyambung sanak family karena disitu ada banyak menfaatnya.

Pemukiman Masyarakat Madurasecara umumnya dapat dibedakan menjadi dua pola, yaitu pola pemukiman Tanean Lanchengdan pola

18

A. LitiefWiyata, Carok; KonflikkekerasandanHargaDiri Orang Madura, (Yogyakarta: Lkis, 2006),53.

19


(54)

46

pemukiman Bi’Katibi’. Yang keduanya merupakan khas masyarakat Maduara terutama di Palesanggar. Di daerah Pamekasan misalnya, dari pola pemukiman tersebut hanya satu saja yang sering dijumpai yaitu pola pemukiman Tanean Lancheng. Sedangkan pola pemukiman Tanean

Bi’Katibi’ jarang ditemukan pada pemukiman masyarakat Desa

Palesanggar, baik pada masyarakat pedalaman atau masyarakat perkotaan. Pola pemukiman Tanean Lancheng(halaman panjang) dapat kita jumpai di daerah-daerah yang umumnya masih termasuk daerah orang yang mampu secara ekonomi.

Tanean Lancheng merupakan permukiman tradisional Madura yaitu suatu kumpulan rumah yang terdiri atas keluarga-keluarga yang mengikatnya atau saudara serta famili. Jadi pemukiman yang ada di Desa palesanggar kalau bedekatan rumah kemungkinan besar adalah sanak saudara atau masih ada ikatan famili dan jarang sekali orang-orang yang tidak ada ikatan famili dardekatan satu dengan yang lainnya, lagi pula yang mendukung semua itu adalah ikatan menikah denagn sepupu-an atau kerabat sendiri. tetapi misalnya kalau orang tua ingin membangunkan rumah untuk anaknya yang baru menikah maka posisi rumah tersebut tidak boleh ada di hulu orang tuanya karena dikini tidak bagus kedepannya.

langgar merupaka tempat orang desa setempat beribadah dan juga menjadi tempat kumpul bersama keluarga besar hampir setiapnya. Maka jangan heran kalau hampir setiap kepala keluaga mempunyai Langgar, selain ditempati beribadah atau berkumpul biasanya langgar itu juga


(55)

47

dijadikan tempai nyantai karena mayoritas terbut dari Bambu karena memberikan kesejukan tersendiri. Posisi langgar ini biasanya terletak di sebelah barat rumah dan menghadap ketimur.

Kampong Katibi’ adalah satu diantara dua pemikiman masyarakat Madura selain tentang Tanean Lancheng diatas. Kampong Katibi’ yaitu kumpulan atau kelompok-kelompok penduduk pemukiman penduduk yang ada di desa Pelesanggar yang satu sama lain saling terisolasi. Dan jarak antara satu pemukiman dengan pemukiman lainnya sekitar satu atau dua kilometer. Keterisolasian kelompok pemukiman ini yang menjadi semakin nyata oleh adanya Paker pagar dari beberapa rumpun bambu itu sengakja ditanam disekelilingnya. Anatara kelompok-kelompok pemikiman yang satu dengan yang lainny biasanya hanya dapat dihubunkan oleh jalan-jalan desa atau jalan setapak. Dan yang jelas jarang sekali ditemui jalan beraspal, kecuali beberapa jalan makadam, yaitu jalan yang dikeraskan oleh tumpukan batu, kemudian nanti daratakan tanpa dilapis aspal. Namun ketika musim hujan tiba-tiba jalan desa tersebut kondisinya sangat memprihatinkan menjadi sangat jelek( berlimpur serta becek, kalau tanah Rajeh maka akan lengket). Pada setiap desa yang khususnya diluar kota, biasanya akan ditemukan anatara lima samapai sembilan Kampong Katibi’. Namun hal itu tidak menjadi alasan untuk tidak solid dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan terutamamasyarakat yang ada di desa Palesanggar tersebut sehingga banyak yang terharu kepada mereka


(56)

48

karana jarak agak jauh namun tetap hadir dalam mengikutu segala giatan keagamaan.

Merujuk pada lokasi penelitian ini, yaitu di Desa Palesanggar termasuk salah satu desa yang terdapat di kabupaten Pamekasan, keberadaan pemukimandi desa Palesanggar bervareasi ada yang Tanean Lancheng ada pula yang Kampong Katibi’.. Pemukiman atau rumah yang digambarkan oleh satu rumah dengan rumah yang lainnya adalah saling berhadap-hadapan satu sama lainnya.20 Ada beberapa rumah yang saya dapati disana ada empat kepala keluarga yang saling hadap-hadapan yang halamannya hanya satu, dengan begitu anatara satu dengan yang lainnya akan semakin erat rasa kebersamaan yang tidak akan pernah ditemukan di perkotaan.21

“Syahid mengatakan kalau saya disuruh memilih antara hidup dikota atau di desa. saya lebih memilih hidup di desa dari pada di perkotaan, karena saya mempunya famili dikota pamekasan, kalau disana ada orang yang meninggal dunia tidak ada tetangga yang mau memadikan atau tergesa-gesa untuk mensolatinya kecuali pihak keluarga mengundangnya, sungguh sangat miris keadaan sosial disana.22

Bila pola pukiman masyarakat desa Palesanggar dikatkan juga pada sistem kekerabatannya, maka disana ada kemungkinan semua masyarakat Palesanggar terkumpul dalam satu keturunan. Menurut sebagian masyarakat, dulu Palesanggar memiliki satu orang tua atau sepasang keluarga, yaitu orang yang tetalah membesarkan dan menjadikan

20

Kuntowijoyo, PerubahanSosialdalamMasyarakatAgraris; Madura1850-1940,( Yogyakarta: Matabangsa,2002,), 60. .

22


(57)

49

Palesanggar hidup hingga sekarang. Artinya, satu diantara sekian keluarga yang ada di Palesanggar tak lain berasal dari satu keturunan yang sama.

Jadi dalam konsep kekerabatan orang Madura, kekerabatan akan menumbuhkan keakraban sebagai relasi sosial pada tingkat yang sangat tinggi. Relasi sosial tersebut diistilahkan dengan istilah Peleh23yang mana menandai bahwa kehidupan masyarakat Maduara mencpai keharmonisan yang paling tinggi serta dominannya dalam semangat perteman atau persehabatan. Didalam hubungan kekeluargaan atau kekerabatan, istilah Peleh kemudian disebut dengan Tretan (saudara).

Namun dalam arti yang luas, jalinan persaudaraan tersebut merupakan suatu keunikan dan ke-khasan budaya tersendiri yang dimiliki orang Madura secara umum terutama masyarakat Palesanggar. Kemudian jalinan persaudaraan tersebut dapat terjadi karena disitu adanya persamaan atau kesesuaian yang masih mengandung unsur-unsur ikatan keturunan serta kekerabatan.24

23

Peleh yang

berartitemandanmenunjukpadasebuahrelasisosialpertemanandanpersehabatan.Menurutpen gertian orang

Madura,PelehjugaseringdisamakandandiidektikandenganistilahTretanatausaudaradalamh ubungankekerabatan. Dan adajugaistilahPelehTretan yang

berartiPelehadalahTretan.Didalamarti yang lain,

PelehjugadisebutsebagaiKancahatauteman.Namunkalau di desaPalesanggarsendiriPelehitulebihkhususkesanakfamili yang masihadaikatankekeluargaanatauketuruanan.

24

Mahrus Ali, MenggugatDominasiHukum Negara:

PenyelesaianCarokBerdasarkanNilai-NilaiBudayaMasyarakat Madura, (Yogyakarata: Rangrang, 2009),46..


(1)

76

keagamaan tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat dimana hal

tersebut berjalan bertahun-tahun dan dipastikan akan berlanjut untuk

generasi selanjutnya.

C. Faktor-Faktor yang memperlemah solidaritaskegiatankeagamaan Adapun yang memperlambat kegiatanitu:

Dalam kegiatan keagamaan tersebut tidaklah selamanya akan

berjalan dengan mulus tanpa adanya kendala atau hambatan yang sudah

pasti terjadi. Untuk penghambat kelancara kegiatan tersebut hanya ada dua

macam yang biasanya menjadi faktor.

1. Cuaca, Biasanya kalau lagi hujan masyarakat tidak banyak yang hadir

dalam kegiatan-kegiatan tersebut disamping mereka ada yang tua-tua

juga masalah akses jalan menuju tempat acara tersebut, jadi kalau

hujannya tidak terlalu lebat maka sebagian dari anggota akan tetap

hadir.

2. Sakit, Sesolid apapun kalau sesorang sakit maka biasanya memilih

tidak hadir untuk berobat atau istrirahat dan semua anggota yang lain

bisa memaklumi ketidak hadirannya, namun biasanya diwakilkan ke

anak atau menantunya. Dua hal tersebut bisa mengakibatkan

terhambatnya kegiatan keagamaan.

3. Kifayah, Kalau ada tetangga yang meninggal dunia maka otomatis

kegiatan keagmaan tersebut ditunda, karena yang demikian aerupakan


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Solidaritas masyarakat Palesanggar dalam kegiatan kemaan yang

paling di harapakan adalah rasa senasib sepenanggung keagamaan, itu

merupakan jembatan untuk meeratkan satu sama lain karena ketika mereka

mengahidiri sebuah kegiatan keagamaan tentunya mereka saling

komunikasi sama lain. Setelah berbagai macam peneliti dari penjelasan

diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

1. Bahwa masyarakat di desa Palesanggar solidaritasnya tinggi dalam

melakukan kegiatan keagamaan, mereka saling berpartisipasi dalam

mesukseskan sebuah acara atau kegiatan keagamaan dan

mengesampingkan pekerjaan peribadinya. Dan sebenarnya mereka tidak

hanya solid dalam kegiatan keagamaan namun juga solid dalam

kegiatan-kegitan sosial seperti bersih-bersih desa dan gotong royong lainnya.

Pemahaman keagamaan masyarakat desa Palesanggar tidak

berbeda jauh karena mereka rata-rata alumni podok pesantren dan ketika

mereka lulus dari pondok tetap menjalankan tradisi-tradisi pesantren. Ilmu


(3)

78

berjalan dengan baik.Walaupun masayrakat desa Palesanggar ekonominya

rata-rata menengah kebawah tidak menjadi asalan untuk selalu mendorong

anak-anaknya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan masarakat

lebih banyak memilih anaknya dimasukkan ke pesantren setelah lulus SD,

SMP. Karena mereka meyakini kalau melanjutkan ke podok lebih fokus ke

pelajaran Agama.

2. Ada beberapa faktor yang bisa memperlancar dan mengahambat

solidaritas masyarakat Islam dalam melakukan kegiatan keagamaan yaitu:

Kesadaran diri, Tokoh Aagama, Linhkungan, keluarga,

KebiasaanMasyarakat yang ada di desa Palesanggar.

Adapun yang bisa menghambat solidaritas kegiatan keadamaan

adalah: Cuaca,Sakit dan Kifayah. Ketiganya tersebut yang menghambat

sebuah kegiatan keagamaan di desa Palesanggar

B. Saran-saran

Dalam bentuk apapun, adapun saran-saran yang perlu

disampaikan untuk meningkatkan dan mempertahankan solidaritas

kegiatan kegamaan di desa Palesanggar. Tentunya penelitian ini masih

perlu ada kelanjutan mengenai hal-hal yang ada di desa Palesanggar. Ada

beberapa harapan kepada masyarakat Palesanggar

1. Kepada para tokoh agama terutama di desa Palesanggar untuk tetap


(4)

79

2. Kepada seluruh masyarakat Palesanggar untuk selalu solid dalam

berbagai hal terutama dalam kegiatan kegamaan karena dengan begitu

akan tercipta rasa nyaman dan manfaat tersendiri.

3. Untuk semua lembaga yang menjadi pendidik atau guru, karus

menyampaikan denga ikhlas dan sabar karena ada beberapa anak yang

masih kelas SD dipikul oleh salah satu guru sampai luka memer, ada pula

memar disekitar matanya, karena bagaimanapun yang namanya anak kecil

pasti doyan bermain karna itu merupakan masa-masa mereka bermain.

C. Penutup

Alhamdulillahi Binikmatihi Tatimmussholihatu puji syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menyadari akan banyaknya keterbatasan, sehingga uraian skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak pembaca sangatlah diharapkan oleh penulis

demi proses menuju kesempurnaan yang lebih lanjut skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a semoga penulisan ini dapat membawa manfaat bagi penulis sendiri, lebih dari itu, penulis juga

berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat menjadi khasanah keilmuan

sebagai referensi yang bermanfaat bagi penulis selanjutnya dan dapat


(5)

Daftar Pustaka

Ayuob, M, Mahmoud. Islam Antara Keyakinan dan Praktik Ritual, Yogyakarta:

AK Group, 2004.

Bakar , Osman. Tauhid dan Sains Esai-EsaiTentang Sejarah dan Filsafat Sains

Islam,(Bandung: Pustaka Budaya, 1994.

Douglas Ritzer George, J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: keccana,

2011.

Doyle Paul Jhonson.” Teori Sosiologi Klasik Dan Moderen”(Jakarta: Gramedia

Pustaka.1994.

Djamari Agama dalam Prespektif Sosiologi. Bandung: Alfabeta, 1988.

George ritzer,Teori Solidaritas Modern. Jakarta; Kencana, 2005.

Fauzan Almanshur M. Djunaidi Ghony dan.Metode Penelitian kualitatif,

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Jhon Scontt,Wirawan, Teori Sosial: Masala-Masalah dalam

Sosiologi,Yogyakarta: pustaka Pelajar, 2012.

Kontowijoyo, Islam Mengenai Ilmu Epistimologi, Metode dan Etika,Yogyakarta,

Kuntowijoyo, Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris; Madura

1850-1940Yogyakarta: Matabangsa,2002.

Setiyani, Wiwik. Bahan Ajar Studi Praktik Keagamaa, Yogyakarta: Interpena,

2014.

Lexy Jmoleong, Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009.

Litief A. Wiyata, Carok; Konflik kekerasan dan Harga Diri Orang Madura,


(6)

Mariyani, htt://wordpress.com/2014/03/22/hubungan-interaksi-antar-agama.

Nazir, Muh. Metode Penelitian...234, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Paul D,Johnson. Teori Sosiologi; Klasik dan Moderen, Jilid I dan II.Terj. Robet.

1994.

Ritzer George,Teori Sosiologi( Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan MutakhirTeori Sosialposmodern), Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2000.

Scharf, Betty R. Kajian Sosiologi Agama Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

1995.

Syah Wiliyullah al- Dihlawi, Hujja Allah al-Balighah Argumen Puncak Allah,

Kearifan dan Dimensi Batin Syariat, Jakarta; PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005.

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakults

Ekonomi Universitas Indonesia,1993.

Suryawanhindudharna.http://wordpress.com/2011/03/05/dokument/syurga-neraka-menurut-hindu(selasa, 18 juli 2017).

Soekanto,Serjono. Sosiologi Keluarga Tentang Keluarga, Remaja, dan

Anak(Jakarta: Rinika Cipta, 1992.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo, 1990.

Wirawan I.B, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Pradigma, Jakarta: Kencana

peraadamedia Grup,2003