PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PERSPEKTIF AL QUR'AN.

(1)

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

SKRIPSI

Oleh:

RISTA ARIVIDA

NIM. D71212156

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Rista Arivida(D71212156), Pendekatan saintifik dalam kurikulum pendidikan agama islam perspektif Al-Qur’an Program Studi Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Keyword: pendekatan saintifik, kurikulum PAI, Ayat Al-Qur’an terkait.

Skripsi ini mengkaji tentang pendekatan saintifik perspekrtif Al-qur’an. Rumusan masalah penelitian ini adalah:Bagaimana konsep pendekatan saintifik dalam kurikulum pendidikan islam. Bagaimana pendapat para mufassir mengenai pendekatan saintifik dalam kurikulum pendidikan agama islam.Bagaimana analisis pendekatan saintifik dalam kurikulum pendidikan agama islam perspektif Al Qur’an.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research), sedangkan metode pengumpulan datanya menggunakanmenggunakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis. Dalam analisis atau pengolahan data, penulis menggunakan metode tematik.

Hasil penelitian ini adalahkonsep pendekatan saintifik yang terdiri dari lima kegiatan diantaranya mengamati, menanya, mengeksplor/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan yang dalam kaitannya dengan perspektif Al-Qur’an ialah bahwasanya kelima proses tersebut merupakan tuntutan kepada manusia agar mampu mengamati sebaik mungkin segala hal yang ada disekitarnya yang juga merupakan suatu ilmu pengetahan, dan hendaknya menanyakan segala sesuatu yang belum dipahami kepada ahlinya, lalu mampu mengamalkan atau mencoba mealkukan atas apa yang telah diterima dan menggunakan nalarnya sebaik mungkin agar tidak muncul persepsi kurang baik yang tidak ada dasarnya atau asal menyimpulkan saja tanpa ada pertimbangan tentang bagaimana dasarnya yang bisa menguatkan pengetahuan tersebut, lalu dalam proses mengkomunikasikan hendaknya mampu menyampaikan suatu ilmu yang telah kita pahami kepad orang lain yang belum memahaminya sebagaimana dalam ayat, dan secara keseluruhan itu juga menuntut agar mampu berfikir intelektual.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 7

C. TujuanPenelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. RuangLingkupdan BatasanPenelitian ... 8

F. DefinisiOprasional ... 9

G. MetodePenelitian ... 11

H. SistematikaPenulisan ... 22

BAB II: KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang PendekatanSaintifik ... 25

1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 25

2. Esensi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ... 28

3. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 30


(7)

2. Ciri Ciri Kurikuum PAI ... 52

3. Tujuan Kurikulum PAI ... 55

4. Ruang Lingkup Materi dalam PAI ... 57

BAB III AYAT DAN TERJEMAHNYA A. Surat Ali Imran ayat 137 ... 60

1. Ayat dan Terjemahnya ... 60

2. Isi KandunganAyat ... 60

B. Suratan-Nahlayat 43 ... 68

1. AyatdanTerjemanya ... 68

2. AsbabunNuzulayat ... 69

3. Isi Kandungan ... 70

C. Suratan-Nisaayat 40 ... 73

1. AyatdanTerjemahnya ... 73

2. kosa kata ... 73

3. Isi kandunganayat ... 74

D. Suratal-Baqarahayat 44 ... 77

1. Ayat dan Terjemanya ... 77

2. Asbabun Nuzul ... 77

3.Isi Kandungan ... 78

E. Surat Ali Imran ayat 110 ... 80

1. Ayat dan Terjemahnya ... 80

2. Isi kandungan ... 81

BAB IV ANALISIS ... .. A. Analisi Tentang Konsep Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum PAI ... 88

B. Pendapat Para Mufassir tentang Pendekatan Saintifik ... 89


(8)

BAB V PENUTUP ...

A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN... PERNYATAAN KEABSAHAN ... BIOGRAFI PENULIS ...


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran memiliki tujuan agar seluruh aspek mata pelajaran dapat tersampaikan dengan maksimal dengan keberagaman pendekatan dalam pembelajaran. Diantaranya adanya salah satu pendekatan yang telah dipilih sebagai bahan penelitian, yaitu pendekatan saintifik yang tergolong pendekatan baru dalam kurikulum 2013.

Suatu pembelajaran juga tidak lepas dari sebuah kurikulum. Berbicara masalah kurikulum, secara singkat kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.

Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Dalam pembelajaran pendidikan agama islam terdapat kurikulum khusus yaitu kurikulum pendidikan islam. kurikulum pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum secara umum,


(10)

 

perbedaan hanya terletak pada sumber pelajarannya saja. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid dalam bukunya Pembelajaran Agama islam Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam.1

Kurikulum pendidikan dalam islam bersifat fungsional, tujuannya mengeluarkan dan membentuk manusia muslim, kenal agama dan Tuhannya, berakhlaq Al- Qur’an, tetapi juga mengeluarkan manusia yang mengenal kehidupan, sanggup menikmati kehidupan yang mulia, dalam masyarakat bebas dan mulia, sanggup memberi dan membina masyarakat itu dan mendorong dan mengembangkan kehidupan di situ, melalui pekerjaan tertentu yang dikuasainya.2

Aspek – aspek ajaran islam yang diajarkan kepada peserta didik dipilih dan disusun sesuai dengan tingkat umurnya dan tingkat ilmu lainnya yang mereka pelajari.3

Pokok – pokok materi kurikulum pendidikan agama diantaranya, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam.4


(11)

 

Dalam kurikulum 2013 yang didalamnya juga terdapat kurikulum pendidikan agama islam kini telah muncul satu pendekatan khas yang disusung kurikulum 2013. Yaitu pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan – tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, mengamati data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip ‘’ditemukan‘’. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mengetahui berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.5

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik bertujuan :

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khsusnya kemampuan

berfikir tingkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik.

        4 

Abu Ahmadi, Metodik Khusus, Ibid., h. 71 5

 M Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2014 ), h. 34.


(12)

 

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa itu

merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-idee, khsusnya

dalam menulis artikel ilmiah.

6. Untuk mengembangakan karakter siswa.6

Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mngamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisioal. Hasil pebelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahman kontekstual sebesar 50 – 70 persen.7


(13)

 

Oleh karena itu sesuai dengan esensi yang telah dipaparkan dalam sebuah buku karangan Daryanto pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah begitu baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran karena hasil belajar yang jelas lebih baik dari pada pembelajaran terdahulu. Karena dalam pendekatan saintifik mengedepankan keaktifan seorang peserta didik. Juga karena pendekatan saintifik ini akhirnya mampu mendorong terjadinya peningkatan berfikir peserta didik.

Terkait perihal tersebut, telah disebutkan dalam salah satu surah di Al-Qur’an yakni surah Al-Insyiqaq ayat 6, sebagai suatu landasan teori tentang pendekatan saintifik dalam artian proses belajar yang terkandung dalam pendekatan tersebut :

$

y

γ

ƒ

r

'

¯

t

ƒ

ß

⎯≈

|

¡Ρ

M

}

$

#

y

7

¨

Ρ

Î

)

î

y

Ï

Š%

x

.

4

n

<

Î

)

y

7

În

/

u

%

[

n

ô

x

.

Ï

μŠ

É

)≈

n

=

ß

ϑ

s

ù

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya” [QS: Al-insyiqaq : 6]8

Maksudnya manusia di dunia ini baik disadari atau tidak, adalah dalam perjalanan menuju kepada Tuhannya. Dan sudah pasti dia akan menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatan yang baik maupun buruk yang telah dikerjakannya di dunia.

Perjalanan hidup manusia dari lahir sampai mati pada dasarnya merupakan proses belajar. Ketika masih bayi (kecil), manusia sudah mulai       

8 


(14)

 

belajar. Belajar mendengarkan orang-orang di sekitarnya mengucapkan kata-kata, kemudian belajar mengucapkannya. Pada awalnya bayi masih belum fasih mengucapkan kata-kata yang didengar. Namun hal itu terus menerus diucapkan tiada henti, dan akhirnya menjadi fasih. Setelah usia beberapa bulan, mulai belajar berjalan. Kesimpulannya masih terus belajar, belajar apa saja.

Dalam belajar tersebut melalui proses memperhatikan, mendengar, menanya, menalar, mencoba (mempraktekkan), dan mengasosiasikan (membuat jejaring) seperti halnya langkah-langkah dalam pendekatan saintifik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, selanjutnya dapat dirumuskan beberapa permaslahan sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep pendekatan saintifik dalam kurikulum pendidikan islam?

2. Bagaimana pendapat para mufassir mengenai pendekatan saintifik

dalam kurikulum pendidikan agama islam?

3. Bagaimana Analisis pendekatan saintifik dalam kurikulum pendidikan agama islam perspektif Al Qur’an ?

C. Tujuan Penelitian


(15)

 

penelitian ini juga mempunyai tujuan yang berdasarkan dari rumusan masalah yang telah diuraikan diatas. Adapun tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan konsep pendekatan saintifik dalam kurikulum

pendidikan agama islam.

2. Memaparkan beberapa pendapat mufassir mengenai pendekatan

saintik dalam kurikulum pendidikan agama islam.

3. Mendeskripsikan aplikasi dari pendekatan saintifk dalam

kurikulum pendidikan agama islam sesuai dengan Al-Qur’an

D. Manfaat Penelitian

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada siapapun. Diantaranya ialah :

1. Memberikan informasi tentang wacana pendekatan saintifik dalam kurikulum pendidikan agama islam dalam telaah ayat ayat Al Qura’n

2. Memberikan kontribusi secara ilmiah mengenai konsep pendekatan saintifik dalam kurikulum pendidikan agama islam dari sudut pandang Al qur’an.

3. Menambah wawasan bagi peneliti tentang esensi pendekatan

saintifik dalam kurikulum pendidikan agama islam.


(16)

 

Mengingat luasnya pembahasan maka untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini perlu pembatasan masalah dalam pembahsannya. Maka penulis membatasi permasalahan dalam penulisan skripsi ini dengan menfokuskan pada pendekatan saintifik perspektif Al-Qur’an dengan menyajikan beberapa sub dengan beberapa ayat dari beberapa surat, diantaranya:

1. Ali Imran ayat 137 2. An Nahl ayat 43 3. Al- Baqarah ayat 44 4. An Nisa’ ayat 100 5. Ali Imron 110

F. Definisi Oprasional

Agar tidak terjadi salah pengertian dalam judul skripsi ini, maka ditegaskan beberapa istilah di bawah ini:

1. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan – tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, mengamati data, menarik


(17)

 

kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip ‘’ditemukan‘’.9

Adapun yang dimaksud pendekatan saintifik dalam tulisan ini adalah konsep integrasi ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peserta didik sesuai tujuan kurikulum pendidikan agama islam.

2. Kurikulum pendidikan agama islam

kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam.10

Adapun yang dimaksud kurikulum pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya insan kamil yang mampu mengenal tuhan dan ajarannya.

3. Ayat Al-Qur’an terkait

Diantaranya surahAli Imran ayat 137, An Nahl ayat 43, Al- Baqarah ayat 44, An Nisa’ ayat 100, Ali Imron 110. Kesemuanya merupakan sebagian ayat dari sekian banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang membahas tentang perihal proses belajar yang sesuai dengan langkah langkah pendekatan saintifik.

       9 

M Hosnan, Pendekatan Saintifik 21.Ibid, h. 34. 10 


(18)

10 

 

G. Metode Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarakan kebenaran.11 Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka seorang peneliti harus dapat memahami dan menggunakan cara yang benar dalam penelitian tersebut.

Pemilihan metodologi penelitian dalam suatu penelitian ilmiah mempunyai kedudukan yang sangat penting karena di dalamnya membicarakan tata kerja dan cara pemecahannya secara sistematis yang ditemouh seorang peneliti. Metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memahami suatu permasalahan sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Berikut metodologi penelitian yang digunakan penulis yang meliputi jenis penelitian, dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata


(19)

11 

 

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati,12 Data yang dikumpulkan dalam menyelesaikan dan dalam memberikan penafsiran tidak menggunakan angka/rumus statistik. melainkan berupa kata-kata yang digali dari buku atau literatur.

Dengan demikian penelitian ini lebih mengarah pada penelitian literer atau library research, yaitu teknik penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berbagai macam materi baik berupa buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan beberapa tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini.13

Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga karangka teori baru dapat dikembangkan atau sebgai bahan dasar pemecahan masalah.14

Menurut Mestika Zed menjelaskan bahwa studi kepustakaan ini memiliki 4 (empat) ciri, yaitu:

      

12

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 36. 13

Afifuddin, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 111. 14

Tim Penyusun Buku Pedoman Penulisan Skripsi Program Sarjana S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sunan Ampel Surabaya, Pedoman Penulisan Skripsi Program S1 Fakultas Ilmu dan Keguruan Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya:tpn, 2014), h. 11.


(20)

12 

 

a. Bahwa peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan dengan pengetahuan dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya.

b. Data pustaka bersifat “siap pakai” (readymade), artinya peneliti tidak pergi kemana-kemana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia diperpustakaan.

c. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama dilapangan.

d. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya kapanpun ia datang dan pergi data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia sudah merupakan data “mati” yang tersimpan dalam reaman tertulis (teks, angka, gambar, rekaman, tape, atau film).15

b. Sumber data

Yang dimaksud dengan data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.16

Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai data primer dan data sekunder. Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:


(21)

13 

 

Data primer adalah sumber informasi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data atau disebut juga sumber data/ informasi tangan pertama, dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru.17 Sumber data primer yang penulis gunakan adalah :

1) Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Al-Qur’an dan tafsirnya, Semarang: Toha Putra, 2003.

2) Muhammad Qurays Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

3) Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004

Skripsi yang penulis kaji menggunakan al qur’an surat Thoha ayat 114 sebagai data primernya. Di dalam ayat tersebut Allah ta’ala menjelaskan bahwa agar Rasulullah untuk ditambahkan ilmu pengetahuan padanya.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi data – data primer. Adapun sumber data sekunder penulis jadikan sebagai penunnjang data primer, dengan adanya sumber data primer

       17 

Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan : Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1987), h.42.


(22)

14 

 

maka akan semakin menguatkan argumentasi maupun landasan teori dalam kajiannya. 18

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah beberapa ayat Al– Qur’an , yang relavan dan buku-buku yang menunjang didalamnya mengandung tentang tentang pendekatan saintifik dalam kurikulum, diantaranya adalah :

1) Hasan Langgulung, Asas-Asas pendidikan islam, Jakarta : Pustaka Al – Husna, 1988.

2) Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Bandung :

ARMICO, 1985.

3) Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta : GAVA MEDIA, 2014.

4) M Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor : Ghalia Indonesia. 2014

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dan diharapkan data yang diperoleh valid dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi.

Dokumentasi berasal dari kata “Dokumen” yang berarti barang-barang tertulis, di dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki       


(23)

15 

 

benda-benda tertulis. Dalam penelitian ini sebagaimana telah disebutkan diatas data-datanya adalah buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen, surat kabar, dan sebagainya.19

Jadi, dokumentasi adalah mencari data atau informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obyek kajian dan bermanfaat dalam kajian ini, seperti buku, surat kabar, dan sebagainya.

d. Teknik analisis data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.20

Analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya.21 Jadi, bentuk analisis ini dilakukan merupakan penjelasan-penjelasan, bukan berupa angka-angka statistik atau bentuk angka lainnya.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik analisis isi (content analysis).Content analysis adalah suatu teknik penelitian yang

      

19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), h.78.

20

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: PT Bayu Indra Grafika, 1996), h.104.

21


(24)

16 

 

membuat inferensi (simpulan) yang dapat ditiru (replicable) dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya.22

Menurut Berelson yang dikutip oleh Hasan Sadily, metode analisis isi adalah suatu teknik penyelidikan yang berusaha untuk menguraikan secara objektif, sistematik dan isinya termanifetasikan dalam suatu komunikasi.23 Dimana dalam analisis isi ditekankan bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi pada dalam komunikasi. datanya bisa berupa dokumen-dokumen tertulis, film-film, rekaman audio, sajian-sajian video atau lainnya.24

Jadi, analisis isi adalah suatu metode yang diterapkan dalam komunikasi untuk menganalisis isi pesan (teks). Analisis ini bersifat sistematis dan generalis. Objektif dalam artian menurut aturan atau prosedur yang apabila dilaksanakan oleh peneliti lain dapat menghasilkan kesimpulan yang sama.

Adapun metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deduktif dan induktif, yaitu dengan cara menganalisis suatu paragraf yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan ini, kemudian menyimpulkan paragraf tersebut sebagai


(25)

17 

 

penguat argumen pada pembahasan ini dalam bentuk foot note atau kutipan lainnya.

a. Metode Induktif, yaitu pengolahan data yang berangkat dari fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian dari peristiwa-peristiwa tersebut ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.

b. Metode Deduktif, yaitu metode analisis data bertolak dari pengertian yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.25

c. Metode Maudhiy, Secara harfiah, maudhuiy artinya adalah tema atau judul. Adapun dalam arti istilah metode maudhuiy adalah sebuah metode di mana mufassirnya berupaya menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai surat dan yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya. Kemudian, penafsir membahas dan menganalisis kandungan ayat-ayat ini sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Langkah-langkah dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan metode maudhuiy ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Abdul Hay al-Farmawiy, yang juga menjabat guru besar pada fakultas Ushuluddin al-Azhar dalam bukunya al-bidayah fi al-tafsir al-Maudhuiy , sebagai berikut:

a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah (topik)

tersebut.

      

25


(26)

18 

 

c. Menyususn runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai

pengetahuan asbabn nuzul-nya

d. Memahami korelasi ayat –ayat tersbut dalam suratnya masing-masing e. Menyusun pembahsan dalam kerangka yang sempurna (outline)

f. Melengkapi pembahasan dengan Hadis-hadis yang relevan dengan

pembahasan.

g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan

menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengklompokkan anatar yang ‘am (umum) dan yang khas (khusus), mutlak dan muqayyad (terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan.

H.M Quraish Shihab mempunyai beberapa catatan dalam rangka pengembangan metode tafsir maudhuiy dan langkah-langkah yang diusulkan ersebut anatar lain:

a. penetapan masalah yang dibahas, walaupun moetode ini dapat menampung semua persoalan yang diajukan, terlepas apakah jawabannya ada atau tidak namun untuk menghindari kesan keterkaitan yang dihasilkan oleh metode tahlily akibat pembahasannya terlalu bersifat sangat teoritis, maka akan lebih baik bila permasalahan yang dibahas itu diprioritaskan pada pada persoalan yang menyentuh masayarakat dan dirasakan langsung oleh mereka.


(27)

19 

 

Ini berarti, mufassir maudhuiy diharapkan agar terlebih dahulu mempelajari problem-problem masyarakat, atau ganjalan-ganjalan pemikiran yang dirasakan sangat membutuhkan jawaban Al-Qura’n, misalnya petunjuk Al-Qura’n menyangkut kemiskinan, keterbelakngan,, dan penyakit. Dengan demikian, corak dan metode penafsiran semacam ini memberi jawaban terhadap problem masyarakat tertentu di lokasi tertentu dan tidak harus memberi jawaban terhadap mereka yang hidup sesudah generasinya, atau yang tinggal di luar wilayahnya.

b. menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, yaitu hanya dibutuhkan dalam upaya mengetahi perkembangan petunjuk Al-Qur’an menyangkut persoalan yang dibahas, apalagi bagi mereka ang berpendapat adanya nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an. Bagi mereka yang bermaksud menguraikan satu kiash, atau kejadian, maka runtutan yang dibutuhkan adalah kronologi peristiwa.

c. Walaupun metode ini tidak menghariskan uraian tentang pengertian kosakata, namun kesempurnaannya dapat dicapai apabila sejak dini sang mufassir berusaha memahami arti kosakata ayat dengan merujuk kepada penggunaan Al-Qur’an sendiri. Hal ini dapat dinilai sebagai

pengembangan dari tafsir bil ma’tsur, yang pada hakikatnya

merupakan benih awal dari metode maudhuiy. Dengan kata lain,

bahwa tafsir mudhuiy ini masih menggunakan jasa tafsir bil-ma’tsur yang lamggkah-langkahnya telah dikemukakan sebelumnya.


(28)

20 

 

Diantara ulama yang telah menulis tafsir dengan metode maudhuiy

ini anatar lain Fazlur Rahman dalam bukunya Major Themes of The

Qur’an (Tema-tema pokok Al-Qur’an) dan H.M. Quraish Shihab dalam bukunya wawasan Al-Qur’an.

Penafisran Al-Qur’an dengan menggunakan metode maudhuiy ini memiliki beberapa keistimewaan, anatar lain:

a. Menghindari problem atau kelemahan metode lain yang

digambarkan dlam uraian tersebut.

b. Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadis Nabi, satu cara terbaik dalam menafsirkan Al-Qur’an

c. Kesimpulan yang dihasilakn mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena ia membawa pembaca kepada petunjuk Al-Qur’an tanpa mengemukakan berbgai pembahasan terperinci dalam satu disiplin ilmu.

Juga dengan metode ini, dapat dibuktikan bahwa persoalan yang disentuh Al-Qur’an bukan bersifat teoritis semata-mata dan/atau tidak dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, ia dapat membawa kita kepada pendapat Al-Qur’an tentang problem hidup disertai dengan jawaban-jawabannya. Ia dapat memperjelas kembali fungsi Qur’an sebagai kitab suci. Terkahir dapat membuktikan keistimewaan Al-Qur’an; (d) metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak anggapan adanya ayat-ayat yang bertentangan dalam Al-Qur’an. Ia sekaligus dapat


(29)

21 

 

dijadikan bukti bahwa ayat-ayat Al-Qur’an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahan.26

H. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka akan dikemukakan secara garis besar sistematika penulisan skripsi dan materi-materi yang dibahas antara lain :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,Tujuan Penelitian,kegunaan penelitian, penelitian terdahulu,definisi oprasional, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Bab ini memaparkan tentang pendekatan saintifik dalam kurikulum PAI. Yang meliputi pengertian kurikulum Pendidikan agama Islam,tujuan dan manfaat kurikulum Pendidikan agama Islam,dan pelaksanaannya, pengertian pendekatan saintifik, tujuan dan manfaat pendekatan saintifik, serta jenis pendekatan.

BAB III : AYAT DAN TERJEMAHNYA

Pada bab ini berisi tentang teks ayat-ayat terkait (diantaranya Surah Ali Imran ayat 137, An Nahl ayat 43, Al- Baqarah ayat 44,An       

26 


(30)

22 

 

Nisa’ ayat 100, Al Imron 110), kosa kata, asbabun nuzul dan munasabah, terjemah, serta tafsir ayat yang terkait.

BAB IV : PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Bab ini berisi pendekatan saintifik dalam kurikulum Pendidikan agama islam yang tekandung dalam Al – Qur’an beserta aplikasinya.

BAB V: PENUTUP

Dalam bab ini merupakan rangkaian terakhir dari penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan dan saran.


(31)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendeketan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.26 Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.

Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasai penerapan metode ilmiah.

Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktifitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Menurut majalah forum kebijakan ilmiah yang terbit di Amerika pada tahn 2004 sebagimana dikutip       

26 


(32)

26 

 

Wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran peserta didik aktif yang mengintegrasikan peserta didik dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan peserta didik yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengidentifikasi perbedaan kemampuan peserta didik.

Pada penerbitan majalah selanjutnya pada tahun 2007 tentang Scientific Teaching dinyatakan terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan ilmiah; yaitu: belajar peserta didik aktif, dalam hal ini termasuk inqury-based learning atau belajara berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok,

dan belajar berpusat pada peserta didik. Assesment berati

pengukuran kemajuan belajar peserta didik yang dibandingkan dengan target pencapian tujuan belajar.

Metode ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah teradpat aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.27

Jadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip


(33)

27 

 

melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, menumpulkan data dengan berbagai teknik, menganlisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.28

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan ketrampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya peserta didik atau semakin tingginya kelas peserta didik.

Dari penjabaran di atas, maka pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

      

28


(34)

28 

 

1. Berpusat pada peserta didik.

2. Melibatkan ketrampilan proses sains dalam

mengkonstruksi konsep, hkum atau prinsip.

3. Melibatkana proses-proses kognitif yang potensial

dalam merangsang perkembangan intelek, khsusnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

4. Dapat mengembangkan karakter peserta didik. 2. Esensi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan saintifik disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran

induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif

(deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.


(35)

29 

 

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (methode of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahman kontekstual sebesar 50-70 persen.29

Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas bisa kita dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh sebab itulah, dalam Kurikulum 2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan

pembelajaran. Ada sebuah keyakinan bahwa pendekatan ilmiah

      

29 

Daryanto, pendekatan pembelajaran saintifik kurikulum 2013, ( yogyakarta: Gava Media, 2014), h.55.


(36)

30 

 

merupakan sebentuk titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa.

3. Tujuan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahan, dan ketrampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”. Ranah ketrampilan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tah apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah :


(37)

31 

 

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan

sesuatu masalah secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide,

khsusnya dalam menulis artikel ilmiah. 6. Untuk mengembangkan karakter siswa.30 4. Langkah – Langkah Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill) dan peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan.31

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan       

30

Daryanto, Pendekatan Saintifik, Ibid., h. 54.

31 


(38)

32 

 

ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimna dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta untuk semua mata pelajaran, materi atau situasi tertentu, sangat mengkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosdural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan pembelajaran disajikan berikut ini.

a. Mengamati

Metode memngamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode mengamati peserta didik menemukan fakta bahwa ada hbngan antara ibyek yang


(39)

33 

 

dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:

1. Menentukan objek apa yang akan diamati.

2. Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup

objek yang akan diamati.

3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diamati, baik primer maupun skunder.

4. Menentukan dimana tempat objek yang akan diamati.

5. Menentukan secara jelas bagaimana proses pengamatan

akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.32

6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil

pengamatan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk

      

32 

Kemendikbud, Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta: t.p., 2013), h.1.


(40)

34 

 

keterlibatan peserta didik dalamproses pengamatan tersebut. Berikut ini bentuk pengamatannya:

1. Pengamatan biasa (common observation). Pada pengamatan biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan pengamatan (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. 2. Pengematan terkendali (controlled observation). Seperti halnya

pengamatan biasa, pada pengamatan terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Mereka juga tidak memiliki hubungan apapun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian berbeda dengan pengamatan biasa, pada pengamatan terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan pengamatan terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diamati.

3. Pengamatan partispatif (participant observation). Pada pengamatan partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, pengamatan semacam ini paling lazim dilakukan dalam


(41)

35 

 

semacam ini mengharuskan peserta didik melibakan diri pada pelaku, komuntias, atau objek yang diamati. Di bidang pengajran bahasa, misalnya dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” lansung di tempat subjek atau komunitas tertentu pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibatkan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.33

Praktik pengamatan dalam pembalajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi diri dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti:

(1) Tape recorder, untuk merekam pembicaraan.

(2) Kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual.

(3) Film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio visual.

(4) Alat-alat lain sesuai dengan keperluan.

Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan pengamatan, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek,

      

33 


(42)

36 

 

objek tau faktor faktor yang akan diamati. Skala rentang, berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotal berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru menganai kelakuan kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diamati. Alat mekanikal berupa alat mekanik yang dapat diapakai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objk yang diamati.

b. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, ketrampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajara yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memeperoleh tanggapan verbal. Istilah” pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan , asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.


(43)

37 

 

Fungsi bertanya: pertama, membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau

topik pembelajaran; kedua, mendorong dan mnginspirasi

peserta didik untuk aktif belajara,serta mengambangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri; ketiga, mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampikan

ancangan untuk mencari solusinya; keempat, menstruktur

tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, ketrampilan, dan pemahamannya

atas subtansi pembelajaran yang diberikan; kelima,

membangkitkan ketrampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar; keenam, mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengambangkan kemampuan berpikir, dan

menarik simpulan; ketujuh, membangun sikap keterbukaan

untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok; kedelapan, membiasakan peserta didik beepikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon


(44)

38 

 

kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. 34

Kriteria pertanyaan yang baik: pertama, singkat dan jelas; kedua, menginspirasi jawaban; ketiga, memiliki fokus; keempat, bersifat probing atau divergen; kelima, bersifat validatif atau penguatan; keenam, memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang; ketujuh, merangsanagpeningkatan tuntutan kemampuan kognitif; dan kedelapan, merangsang proses interaksi.

c. Mengeksperimen / Mencoba

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses menanya. Untuk memperoleh hasil belajara yang atau otentik, peserta didik harus mencarai tahu apa yang sedang dipelajari atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau subtansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti, misalnya, peserta didik harus memahami konsep Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan kaitannya dengan kehidupan seharai-hari. Peserta didik pun harus memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan


(45)

39 

 

metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapainya sehari-hari.35

Di dalam permendikbud Nomor 81a Tahun 2013. Aktivitas eksplorasi (mengumpulkan informasi) dapat dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain bku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5)

      

35


(46)

40 

 

mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka; (1) guru hendaknya merusmuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik; (2) guru bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang digunakan; (3) perlu memperhitungkan tempat dan waktu; (4) guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan peserta didik; (5) guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen; (6) membagi kertas kerja kepada peserta didik; (7) peserta didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru; dan (8) guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

d. Mengasosiasi / Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat


(47)

41 

 

yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.36

Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik       

36


(48)

42 

 

dengan peserta didik. Pola interaksi itu dilakukan melalui stimulus dan respon (S-R). Teori ini dikembangkan berdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teori Stimulus Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khsus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba.

Merujuk teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghbngkan S dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah :

(a) Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan motivasi peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik benar benar siap menerima pelajaran dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya pembelajaran pun perlu disiapkan secara baik dan seksama.

(b) Latihan (Exercise). Latihan merupakan kegiatan


(49)

43 

 

peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hbngan antara Sdengan R makin intensif dan ekstensif.

(c) Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan

berulang-ulang antara S dengan R akan meningkatkan kualitas ranah sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dirasakan langsung oleh mereka dalam dunia kehidupannya.

Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai intrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di kelas.

Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

a. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap

sesuai dengan tuntutan kurikulum.

b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan cara simulasi.


(50)

44 

 

c. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederehana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati

e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki

f. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

g. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.

h. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan

memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

e. Mengkomunikasi

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didikatau kelompok peserta didik tersebut.kegiatan “mengkomunikasiakan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam permendikbd Nomor 81a,


(51)

45 

 

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.37

B. Tinjauan Tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian kurikulum Pendidikan Agama Islam

Pada mulanya orang islam mengannggap kurikulum hanyalah sekumplan mata pelajaran yang diajarkan kepada sisiwa. Pengertian sempit ini tidak hanya dianut oleh orang islam, orang barat pun pernah menganut pandangan ini. Kemudian

Orang barat memperluas pengetian kurikulum. Ketika konsep-konsep barat itu memasuki dunia islam pada akhir abaf ke-19, dan sudah banyak pula muslim yang mengambil spesialisasi dalam bidang pendidikan modern, maka mulailah muncul kecaman terhadap pengertian kurikulum dalam dalam arti sempit yang masih dianut ketika itu, misalnya oleh Universitas Al-Azhar, Universitas Azzaituna di Tunisia, dan Universitas Al-Qurawiyyin di Maroko. Diantara kecaman yang yang dilontarkan adalah sebagai berikut:

      

37 


(52)

46 

 

1. Dalam kurikulum arti sempit itu dimasukkan semua

pengalaman belajar yang diperoleh sisiwa di sekolah.

2. Perhatian hanya terpusat pada penguasaan teori dan menghafal, kurang memperhatikan pengembangan pengaplikasian teori-teori dan hafalan itu.

3. Terlalu memusatkan perhatian pada mempelajari hal-hal yang telah lalu dan menyiapkan murid berdasarkan masa lalu tersebut.

4. Kurang memeperhatikan kesesuaian materi kurikulum dengan kemampuan, bakat, minat, dan kebutuhan siswa.

5. Kurang menggugah kreatifitas siswa.

6. Pelajaran kadang-kadang berbeda dari kenyataan-kenyataan

yang dialami sisiwa.

7. Kurang memperhatikan perbedaan individu siswa, kurikulum cenderung menyamaratakan siswa yang sebenarnya tidak sama.

8. Tidak menggunakan pendekatan multidisiplin dalam

memecahkan permasalahan.

Kecaman-kecaman ini diperhatikan oleh para pendidik , lantas mereka mulai mengubah pandangan mereka tentang kurikulum; mereka mengubah pandangannya kepada pandangan modern. Setelah mereka berubah, mereka berpendapat bahwa kurikulum pendidikan harus mencakup semua pengalaman siswa di


(53)

47 

 

kurikulum pendidikan Islam seharusnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak. Agama dan akhlak itu harus diambil dri Al-Qur’an dan Hadist serta contoh-contoh dari tokoh terdahulu yang saleh.

2. Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan

pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan ruhani. Untuk pengembangan menyeluruh ini kurikulum harus bersisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan pembinaan setiap aspek itu. Oleh karena itu, di perguruan tinggi diajarkan mata pelajaran seperti ilmu-ilmu Al-Qur’an termasuk tafsir, dan qira’ah; ilmu-ilmu hadis termasuk musthalah al hadist; ilmu fiqh termasuk ushulfiqh; tauhid, filsafat, akhlak, nahwu, sharf, ‘arudl, linguistik termasuk fonologi, dialek, balaghah, bayan, dan kritik sastra; sejarah islam riwayat tokoh, ilmu alam, kimia, obat-obatan, pengobatan, pembedahan, menggambar, ketrampilan dan sebagainya. Sebagai akibatnya, bidang studi yang seharusnya masuk kurikulum pendidikan islam sangat banyak.

Banyaknya bidang studi ini, ditambah dengan adanya kebebasan ilmiah, melahirkan banyak sarjana ensiklopedis yang terkenal karena luasmya pengetahuan mereka seperti


(54)

48 

 

kindi, Al-farabi, ibn Sina, ibn Rusd, Al-Ghazali, dan Ibn Khaldun.

3. Kurikulum pendidikan islam memperhatikan keseimbangan

antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, akal dan ruhani manusia. Keseimbangan itu tentulah bersifat relatif karena tidak dapat diukur secara objektif.

4. Kurikulum pendidikan islami memperhatikan juga seni halus, yaitu ukir, pahat, tulis indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu memperhatikan juga pendidikan jasmani, latijan militer, teknik, ketrampilan, dan bahasa asing sekalipun semuanya ini diberikan kepada perseorangan secara efektif berdasar bakat, minat dan kebutuhan.

5. Kurikulum pendidikan islam mempertimbangkan

perebdaan-perbedaan kebudayaan yang sering teradapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan zaman. Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.

Al-Abrasyi memberi judul untuk bab kurikulum dalam bkunya dengan ‘’ prinsip yang dipertimbangkan dalam menyiapkan kurikulum pendidikan Islam’’. Jadi, ia hanya mengemukakan prinsip-prinsip. Menurut Al-Abrasyi, dalam merencenakan kurikulum pendidikan islam seharusnya dipertimbangkan prinsip-prinsip berikut.


(55)

49 

 

(1) Harus ada mata pelajaran yang ditunjukkan mendidik

ruhani atau hati. Ini berarti perlu diberikan mata pelajaran ketauhidan. Al farabi, sang filosof, telah menempatkan ilmu ketuhanan sebagai pengetahan tertinggi; pengetahuan lainnya hanyalah berfungsi sebagai penyerta pengetahan tertinggi tersebut. Ada sarjana lain yang berpendapat bahwa pengetahuan ketuhanan merupakan pengetahuan tertinggi, matematika merupakan pengetahan menengah, dan fisika merupakan pengetahan terendah. Al-Namiri Al-Qurtubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama membagi pengetahuan (ilmu) menjadi tiga tingkatan, yaitu, pengetahuan tertinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan terendah. Ilmu tertinggi adalah ilmu ketuhanan, ilmu menengah adalah ilmu pengetahuan menganai dunia seperti kedokteran dan ilmu ukur, sedangkan pengetahan terendah adalah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam ketrampilan, keseinian, renang, menunggang kuda, menulis indah. Para filosof Muslim berpendapat bahwa ilmu-ilmu keagamaan adalah ilmu tertinggi, dan siswa yang mempelajari ilmu ini hendaknya tidak mempunyai tujuan-tujuan kebendaan. Al-Ghazali membagi pengetahuan: menjadi tiga juga, yaitu pengetahuan tercela seperti sihir, pengetahuan dipuji seperti


(56)

50 

 

ilmu dan pengetahuan terpuji seperti pengetahan mengenai Allah.

(2) Mata pelajaran harus ada yang berisi tuntunan cara hidup, yaitu ilmu fikih dan ilmu akhlak. Ketinggian fikih tergambar dalam dialog berikut. Salah seorang murid imam Syafi’i berkata bahwa pada suatu hari ia bertanya kepada sang Imam tentang Ilmu tauhid. Imam menjawab singkat padat. Setelah ia mengajukan pertanyaan, imam berkata ‘’apakah engkau mau saya tunjukkan ilmu yang lebih baik?’’ ‘’Ya’’ jawab sang murid. Maka imam syafi’i berkata, ‘’mengenai ilmu tauhid ini bila engkau benar, engkau tidak akan diberi pahala, bila salah, engkau kafir. Tukah engkau ilmu yang bila engkau benar engkau diberi pahala, bila salah engkau berdosa?’’ Sang murid bertanya ‘’ilmu apa itu?’’ ‘’Ilmu Fikih’’.

(3) Mata pelajaran yang diberikan hendaknya mengandung

kelezatan ilmiah, yaitu yang sekarang disebt orang mempelajari ilmu untuk ilmu. Ilmu dipelajari untuk memenuhi rasa ingin tah yang ada pada setiap manusia. (4) Mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara

praktis bagi kehidupan; dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai. Mantik manfaatnya adalah menghindarkan kita


(57)

51 

 

agar siswa terbiasa bersifat teliti dalam berfikir, berbicara, brbuat; ilmu fikih agar siswa mengetahui cara melakukan ibadah; nahwu bergua agar siswa terhindar dari kesalahan dalam menulis dan berbicara; ilmu kedokteran dipelajari agar bebas daripenyakit; mata pelajaran ketrampilan berguna bagi siswa dalam mencari penghidupan.

(5) Mata pelajran yang diberikan berguna dalam mempelajarai ilmu lain; yang dimaksud adalah ilmu alat seperti bahasa dan semua cabangnya.38

2. Ciri-ciri kurikulum Pendidikan Agama Islam

Di antara ciri-ciri Umum Kurikulum Pendidikan Islam dapat disebtkan secara ringkas sebagai berikut:

a. Ciri pertama

Menonjolnya tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat dan tehniknya bercorak agama. Segala yang diajarkan dan diamalkan dalam lingkungan agama dan akhlak dan berdasara pada Al Qur’an, Sunnah, dan peninggalan orang-orang terdahulu yang saleh. Dan dimaksudkan dengannya mencapai tujuan-tujuan agama dan akhlak atau tujuan-tujuan kemanfaatan yang tidak bertentangan dengan agama dan akhlak.

b. Ciri kedua

      

38


(58)

52 

 

Kurikulum yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran-ajarannya adalah kurikulum yang luas dan menyeluruh dalam perhatian dan kandungannya. Disamping itu dia juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan perkembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi peserta didik dari segi intelektual, psikologis, sosial dan spiritual. Di samping menaruh perhatian kepada pengembangan dan bimbingan terhadap aspek spiritual bagi pelajar, dan pembinaan aqidah yang benar padanya, menguatkan hbngan dengan tuhannya, menghaluskan akhlaknya, melalui kajian terhadapa ilmu-ilmu agama, latihan spiritual dan mengamalkan syiar-syiar agama dan akhlak islam.

c. Ciri ketiga

Kurikulum dalam pendidikan islam sebagaimana ia terkenal dengan menyeluruhnya perhatian dan kandungannya, juga menaruh perhatian untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh, saling mlengkapi, dan seimbang anatara orang dan masyarakat.

d. Ciri keempat

Kurikulum pendidikan islam cenderung pada seni-halus, aktivitas oendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan tehnik, latihan kejuruan, bahasa asing, sekalipun atasa dasara perorangan dan juga bagi mereka yang memiliki kesediaan dan bakat bagi perkara-perkara ini dan mempunyai keinginan untuk mempelajari


(59)

53 

 

tidak membawa perkara baru, tetapi hanya menguatkan dua ciri yang lalu, yaitu ciri-ciri menyeluruh dan keseimbangan.

e. Ciri kelima

Ciri –ciri kelima adalah berkaitan antara kurikulum dlam pendidikan islam dengan kesediaan peserta didik dan minat, kemampuan, kebutuhan, dan perbedaan-perbedaan perorangan diantara mereka. Juga berkaitan dengan alam sekitar budaya sosial dimana kurikulum tersebut dilaksanakan. Juga berkaitan dengan kebtuhan-kebutuhan dan masalah masyarakat islam yang selalu berkembang. Begitu juga dengan perkembangan, perubahan dan sifatnya selalu baru sesuai dengan tuntutan kehidupan yang selalu berkembang, berubah dan membaharui diri. Begitu juga dengan pertalian mata pelajaran, tugas-tugas dan perkembangannya yang logis sesuai dengan perkembangan yang terus menerus pada peserta didik.39

3. Tujuan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Adapun tentang perkara yang berhubungan dengan tujuan tujuan yang ingin dicapai oleh kurikulum pendidikan Islam, kami peracaya bahwa tidak perlu lagi kita tambahkan perkara baru kepada yang telah kita sebutkan tentang tujuan-tujuan tertinggi dan tujuan-tujuan umum pendidikan islam sebagai keseluruhan pada perkara yang pada dasarnya berhubungan dengan tujuan tujuan

      

39 


(60)

54 

 

pendidikan islam. Sebab tujuan tujuan terakhir dan umum pendidikan islam adalah tujuan-tujuan yang meliputi kurikulum pendidikan ini dan segala seginya yang lain. Kurikulum sebagai suatau bagian dari proses pendidikan atau suatu unsur dari padanya tidak mempunyai tujuan-tujuan pendidikan sebagai keseluruhan. Tujuan tujuan bahagian tidaklah keluar dari tujuan-tujuan keseluruhan, kalaupun berbeda maka perbedaan itu tidak lebih dari pada perbedaan dalam perincian dan pengkhsusan.

Beradasr pada ini dan sesuai dengan keterangan kita tentang tujuan-tujuan individual dan sosial pendidikan islam oada bab yang lalu, maka kurikulum pendidikan islam bertujuan memberi sumbangan untuk mencapai perkembangan menyelirih dan berpadu bagi pribadi peserta didik, membuka tabir tentang bakat0bakat dan kesedian-kesdiannya dan mengembangkan minatnya, kecakapan, pengetahuan, kemahiran dan sikap yang diingini, menanamkan pada kebiasaan, akhlak dan sikap yang penting bagi kejayaaannya dalam hidup dan kemahiran asas untuk memperoleh pengetahuan; menyiapkannya untuk memikul tanggungjawab dan peranan yang diaharpkannya dalam masayarakat; dan menngemangkan kesadaran agama, budaya, pemikiran, sosial dan politik pada dirinya.


(61)

55 

 

sendiri; memelihara kebudayan dan peninggalannya dan mengembangkan serta membaharuinya terus menerus; mencapai kemajuan, perubahanyang diinginkan, kesatuan, kekuatan, keteguhan, kemuliaan, kebebasan dan kebebasan anggotanya; dan memenuhi kebutuhannya kepada tenaga-tenaga ilmiah, teknis, dan tenaga kerja trampil.

Disamping tujuan-tujuan umum bagi kurikulum dalam pemdidikan islam, ada lagi tujuan-tujuan umum dan tujuan pokok bagi tiap tahap dianatar tahap-tahap pendidikan dan bagi setiap macam pendidikan, bahkan bagi setiap ilmu dan mata pelajaran atau kursusu ataupun aktivitas yang terkandung dalama kurikulum. Tetapi tidaklah menjadi tujuan kita dalam kajian falsafah ini untuk berbicara tentang tujuan ini.40

4. Ruang Lingkup Materi dalam Kurikulum PAI a. Hubungan Manusia dengan Allah swt.

Hubungan vertikal anatar insan dengan khaliknya mendapat prioritas pertama dalam kurikulum ini, karena pokok ajaran inilah yang pertama-tama perlu ditanamkan kepada peserta didik. Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam hubungan manusia dengan Allah swt. Ini mancakup segi keimanan, rukun islam, dan ihsan. Temasuk didalamnya membaca Al Qur’an dan menulis huruf Al-Qur’an.

b. Hubungan manusia dengan manusia

      

40 


(62)

56 

 

Aspek pergaulan hidup manusia dengan sesamanya sebagai pokok ajaran agama islamyang penting ditempatkan pada prioritas kedua dalam urutan kurikulum ini. Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam kurikulum ini mencakup segi kewajiban dan larangan dalam hubungan dengan sesama manusia segu hak dan kewajiban di dalam bidang pemilikan dan jasa, kebiasaan hidup bersih dan sehat jasmani dan rohani dan sifat-sifat kepribadiannya yang baik.

c. Hubungan manusia dengan Alam

Agama islam banyak mengajarkan kepada kita tentang bagaimana alam sekitar, dan manusia diberi mandat oleh Allah swt. Sebagai khalifah di muka bumi. Manusia boleh menggunakan dan mengambil manfaat dari alam menurut garisgaris yang telah ditemtukan agama. Dalam kurikulum pendidikan agama islam yang sudah-sudah aspek ini dimasukkan:

Aspek hubungan manusia dengan alam mempunyai dua arti untuk kehidupan peserta didik:

1. Mendorong peserta didik untuk mengenal alam.

Selanjutnya mencintai dan mengambil manfaat sebanyak-banyaknya. Tentu dengan demikian secara tidak langsung mendorong mereka untuk ikut ambil bagian dalam pembangunan, baik untuk dirinya maupun untuk


(63)

57 

 

2. Dengan mengenal alam dan mencintainya, peserta didik akan mengetahui keindahan dan kehebatan alam semesta. Hal yang demikian akan menambah iman mereka kepada Allah swt. Sebagi maha pencipta.

Tujuan kurikuler yang hendak dicapai mencakup segi cinta alam dan turut serta dalam memelihara, mengolah dan memanfaatkan alam sekitar; sikap syukur terhadap nikmat Allah swt; mengenal hukum-hkum agama tentang makanana dan minuman. 41

      

41 


(64)

BAB III

TAFSIR AYAT-AYAT AL- QUR’AN TERKAIT PENDEKATAN SAINTIFIK

A. Surat Ali Imran ayat 137

1. Ayat dan Terjemah

ô

s

%

ô

M

n

=

y

z

Ï

Β

ö

Ν

ä

3

Î

=

ö

6

s

%

×

s

ß

(

#

ρ

ç

Å

¡

s

ù

Î

û

Ç

Ú

ö

F

{

$

#

(

#

ρ

ã

Ý

à

Ρ

$

$

s

ù

y

#

ø

x

.

t

β

%

x

.

è

π

t

6

É

)≈

t

ã

t

⎦⎫

Î

/

Éj

s

3

ß

ϑ

ø

9

$

#

∩⊇⊂∠∪

‘’Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).’’ [QS. Ali Imran:137]42

2. Isi Kandungan

Bahwa perkara manusia yang menyangkut kehidpan bermasyarakat dan hal-hal yang terjadi di dalamnya, seperti pertarungan antara kebenaran dan kebatilan, dan akibat dari peperangan tersebut, yaitu peperangan, duel, saling menyerang, saling menguasai, adalah berjalan pada rel-rel yang lurus dan kaidah-kaidah yang tetap, sesuai dengan hikmah dan maslahat umum.


(65)

61   

 

Dalam beberapa tempat ayat Al-Qur’an telah disebutkan seperti dalam firman-Nya:

è

%

z

⎯ƒ

Ï

%

©

#

Ïj

9

(

#

ÿ

ρ

ã

x

Ÿ

2

β

Î

)

(

#

θ

ß

γ

t

G

t

ƒ

ö

x

ø

ó

ã

ƒ

Ο

ß

γ

s

9

$

¨

Β

ô

s

%

y

#

n

=

y

β

Î

)

u

ρ

(

#

ρ

ß

Š

θ

ã

è

t

ƒ

ô

s

)

s

ù

ô

M

Ÿ

Ò

t

Β

à

M

¨

Ψ

ß

š

⎥⎫

Ï

9

¨

ρ

F

{

$

#

∩⊂∇∪

‘’Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi Sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu.’’ [QS: al-anfal : 38]43

Dan firman-Nya sehubngan dengan penuturan dakwah islam :

$

t

Β

u

ρ

y

ì

u

Ζ

t

Β

}

¨$

¨

Ζ9

$

#

β

r

&

(

#

þ

θ

ã

Ζ

Ï

Β

÷

σ

ã

ƒ

ø

Œ

Î

)

ã

Ν

è

δ

u

!

%

y

`

3

y

ß

γ

ø

9

$

#

(

#

ρ

ã

Ï

ø

ó

t

G

ó

¡

o

u

ρ

ö

Ν

ß

γ

/

u

H

ω

Î

)

β

r

&

ö

Ν

å

κ

u

Ï

?

ù

'

s

?

è

π

¨

Ζ

ß

t

,

Î

!

¨

ρ

F

{

$

#

÷

ρ

r

&

ã

Ν

å

κ

u

Ï

?

ù

'

t

ƒ

Ü

>#

x

y

è

ø

9

$

#

W

ξ

ç

6

è

%

‘’Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk Telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang Telah berlalu pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.’’[ QS: al kahfi : 55]44

Yang dimaksud dengan pengertian ayat diatas adalah bahwa kehendak Allah pada makhlukNya berjalan sesuai dengan sunnatullah. Yang Maha Bijaksana. Barang siapa berjalan pada sunnah tersebut akan berhasil sekalipun ia       

43

 Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, h. 181

44  44


(66)

62   

seorang mulhid atau wasani. Dan siapa saja menyimpang darinya akan rugi, meskipun ia seorang nabi atau siddiq.

Berdasarkan pengertian ini, tidak mengherankan jika kaum muslimin mengalami kekalahan dalam perang uhud, dan kaum musyrikin bisa mendekati Nabi saw. Bahkan sempat melukai beliau dan merontokkan giginya, serta menjerumuskannya kedalam lubang.

Orang-orang muslim sejati, sudah seharusnya lebih utama mengetahi sunnah-sunnah tersebut, dan lebih pantas berjalan sesuai dengan petunjuk sunnah itu. Oleh karena itu, tidak lama kemudian para sahabat Nabi saw. Sewaktu perang uhud menyadari kekeliruan mereka. Lalu segera mereka membela diri dan Nabi saw. Sampai kaum musyrikin bubar tanpa mmperoleh hasil yang mereka harapkan.

Kesimpulannya bahwa melihat tingkah laku orang-orang yang telah mendahului kamu, baik kalangan orang saleh maupun orang yang tidak mau mempercayainya akan menuntun kamu ke jalan yang lurus. Hal ini bila kalian menempuh jalan orang-orang saleh, maka akibat kalian ialah seperti mereka. Dalam ayat ini terkandung peringatan, sekligus bimbingan bagi orang-orang yang melanggar perintah Nabi saw. Dalam perang uhud. Bahwa mereka


(67)

63   

 

Ayat ini merupakan berita gembira akan kemenangan atas musuh, sekaligus merupakan peringatan dengan akibat yang jelek manakala mereka menyimpang dari sunnatullah atau menempuh jalan orang-orag terdahulu sebelum mereka yang sesat.

Secara global ayat ini mengandung berita tasyri’ , janji, ancaman, perintah dan larangan. Sunnatullah telah menetapkan bahwa bukti untuk menunjukkan suatu hakikat kenyataan itu bukan hanya dengan mulut. Sebab lisan itu mudah dilupakan, dan sedikit sekali perhatian terhadapnya. Mengingat hal ini maka Allah memberikan petunjuk kepada mereka agar mengambil pelajaran dari apa yang menimpa dengan apa yang dialami oleh orang-orang sebelum mereka. Untuk itu Allah SWT berfirman:

(

#

ρ

ç

Å

¡

s

ù

Î

û

Ç

Ú

ö

F

{

$

#

(

#

ρ

ã

Ý

à

Ρ

$

$

s

ù

y

#

ø

x

.

t

β

%

x

.

è

π

t

6

É

)≈

t

ã

t

⎦⎫

Î

/

Éj

s

3

ß

ϑ

ø

9

$

#

∩⊇⊂∠∪

Berjalanlah kalian di muka bumi ini, dan renungkanlah peristiwa peristiwa yang telah menimpa umat sebelum kalian. Jadikanlah tersebut sebagai pelajaran, agar kalian mendapatkan ilmu yang benar, yang didasari oleh bukti. Disitulah kalian mendapatkan petunjuk, bahwa pengaturan antara kebenaran dengan kebatilan memang telah terjadi pada


(1)

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep pendekatan saintifik dalam pendidikan agama islam pada

dasarnya kembali pada tujuan pendidikan dalam al qur’an yaitu untuk mendekatkan seorang hamba kepada penciptanya, jadi konsep pendekatan saintifik dalam pendidikan agama islam lebih dikembangkan dengan pemahaman segala sesuatu tentang tuhannya untuk menjadikan insan kamil.

2. Beberapa penafsiran ayat Al-Qur’an mengenai pendekatan saintifik

menurut beberapa mufassir di dalam kitabnya menjelaskan dalam isi kandungan ayatnya bahwa dalam proses pendekatan saintifik:

a. Mengamati kaitannya dalam ayat 137 surat ali imran

hendaknya manusia memperhatikan atau mengamati segala sesuatu yang diterimanya, dalam kata lain memperhatikan atau mengamati segala ilmu yang diterima.

b. Menanya dalam kaitannya dalam tafsiran beberapa kitab tafsir

menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada manusia hendaknya mereka bertanya atas apa yang belum diketahinya kepada ahlinya.


(2)

106   

c. Mengeksplor atau mencoba dalam beberapa kitab tafsir

menjelaskan bahwa agar kita mau melakukan hala baik sekecil apapun nilainya karena Allah akan memberikan pahala bagi yang telah melakukan hal baik, begitu pula dalam penerapan pendekatan saintifik dalam proses ini hendaknya melakukan suatu project sesuai dengan pengetahuan yang telah dipahami sebelumnya.

d. Mengasosiasi/menalar dalam beberapa penafsiran dijelaskan

bahwa manusia hendaknya menggunakan nalarnya dalam menerima segala informasi atau pengetahuan agar tidak sembarangan dalam memahaminya.

e. Mengkomunikaskan dalam penafsiran beberapa mufassir

menjelaskan bahwa manusia merupakan sebaik-baiknya ciptaan tuhan dan hendaknya mampu memeerintahkan pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

3. Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan yang

diterapkan dalam menyempurnakan kurikulum 2013 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin canggih. Begitu juga adalam Al-Qur’an telah ada beberapa ayat yang menjelaskan mengenai proses-proses dalam penerapan pendekatan saintifik tersebut. Dalam Al-Qur’an tertera dengan jelas mengenai masing-masing proses pendekatan saintifik mulai dari proses mengamati, menanya, mengeksplor/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan


(3)

107   

mengkomunikasikan. Pada dasarnya semua proses di dalam pendekatan saintifik tersebut sama halnya dengan proses perjalanan hidup manusia.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan membutuhkan perbaikan untuk mnyempurnakannya. Oleh karenanya, saran dan kritik disini sangat dibutuhkan demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap selanjutnya akan ada yang membahas atau meneliti dengan lebih mendalam mengenai pendekatan saintifik perspektif Al-qur’an juga Hadist. Selain itu, penulis juga berharap semoga apa yang telah ditulis ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.


(4)

   

DAFTAR PUSTAKA

Majid Abdul, Andayani Dian. Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-husna, 1998.

Ahmadi Abu. Metodik khusus pendidikan agama, Bandung: ARMICO, 1985.

Hosnan M. Pendekatan saintifik kontekstual dalam pembelajaran abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.

Daryanto. Pendekatan pembelajaran saintifik kurikulum 2013, Yogyakarta: Gava Media, 2014.

Kementrian RI, Al-Qur’an Terjemahnya, Bandung: , 2012.

Moleong Lexy J. Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Margono S. Metodologi Penelitian pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Afifudin. Metode penelitian kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.

Tim penyusun Buku pedoman penulisan Skripsi program sarjana S1 Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN sunan Ampel surabaya. Surabaya: UIN Sunan Ampel press, 2014.


(5)

   

Zed Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Ali Muhammad. Penelitian kependidikan prosedur dan strategi, Bandung: Angkasa, 1987.

subagyo Joko, Metode penelitian dalam teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Arikunto Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Malang: UMM Press, 2002.

Muhajir Noeng. Metodologi Penelitian kualitatif, :Yogyakarta, PT Bayu Indra Grafika, 1996.

Krippendorf Klaus. Analisis Isi, Jakarta: Rajawali Press, 1991.

Sadily Hasan, Ensiklopedia, Jakarta: Ikhtiar baru van hoeva, 1980.

Bungin Burhan , Metode penelitian kualitatif, Jakarta : Grafindo Persada, 2001.

Hadi Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta: Andi Offest, 1991.

Nata Abudin, Studi Islam Komperhensif, Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

Hamruni. Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Insan Madani, 2012.

Kemendikbud. Pendekatan, jenis dan metode penelitian pendidikan, Jakarta: Kemendikbud, 2013.


(6)

   

Kemendikbud. Diklat guru dalam rangka implementasi kurikulum 2013, Jakarta: Kmendikbud. 2013.

Langgulung Hasan. Filsafat pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.

mustafa Al-maragi Ahmad. Tafsir Al-Maragi, Semarang: CV Toha Putra, 1993.

Shihab M. Quraish. Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Quthb Sayyid, Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an,

Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 2, Jakarta: Widya Cahaya, 2012.

Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir jilid 2, Jakarta: Pustaka Imam As-syafi’i, 2005.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003.

Amirin, Tatang M. Pokok-pokok teori sistem, Jakarta: Rajawali, 1986.