HUBUNGAN KREATIVITAS DENGAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA DI MTs AL MUSTHOFA MOJOKERTO.

(1)

HUBUNGAN KREATIVITAS DENGAN KEMAMPUANPROBLEM SOLVINGPADA SISWA DI MTs AL MUSTHOFA MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Studi

Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Umi Habibah B07212081

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

PER}IYATAAIY

Dengan ini saya menyatakan bahwa sluipsi yang berjudul "Hubungan Kreativitas dengan Kemampuan Problem solving pada siswa

di

MTs

Al

Musthofa Mojokerto" merupakan karya asli yang diajukan unhrk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di universitas Islam Negeri sunan Ampel surabaya. Karya ini sepanjang pengetahuan saya tidak terdapal karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, keculai yang secarEr tertulis di acu dalarn

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surabay4 24 Agustus 2016


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

Hubungan Ifueativitas dengan l(emampuan Problent Sobing pada Sisu,a di MTs

^1

54u511-rrrra \ Ioiokefio

Oleh Umi Habibah

B0-l I 108 1

Telah Disetujui untuk diajukan pada Seminar Skr;.psi

Surabaya,29 Juli2016

i(lrorriyatul 19771]l

Khotimah, M.Psi, Psikolog 1 620080 i 20 1 8


(4)

SKRIPSI

HT]BT]NGAN KREATTWTAS DENGA}I KEMAMPUAN PROBLEM SOLWNG PADA SISWA DI MTs AL MUSTHOFA MOJOKERTO

Yang disusun oleh Umi Habibah

B,07212081

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

Kesehatan

Susunan Tim Penguji

Penguji VPembimbing,

Dr. S. Khoniyatul Khotimah, M.Psi, Psikolog Nip. 19771 1 162008012018

Pepeuji II,

llniD

w2:

Dra. Hj. SitfAzizah Rahayu, Nip. 195510071

M.Si

1

Hj. Tatik

Nip-Sholetu M.Pd

b.

r9s91a/e199002100r

t97605t12009122002 Penguji IV,

bky Abrbrry, M.Psi, Psikolog Nip. 19791001200604100s


(5)

$

KEMENTERIAI\ AGAMA

T'NTVERSITAS

ISLAM I\TEGERI

SUNAN

AMPEL

SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A. Yani I t7 Surabaya60237 Telp.031-8431972 Fax.031-8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id

Nama NIM

Fakultas/Jurusan E-mail address

:

UMI HABIBAH

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Swabaya, yang berandatangan di bawah ini, saya:

Penulis

dr'(

pmi

Habibah)

:

807272481

:

PSIKOLOGI DAN KESEHATAN/PSIKOLOGI

:

umi.habib ab229 4@gmail.com

Moi

Demi pengembangan ilnau pengetahuan, menyetujui untuk membedkan kepada Pelpustakaan

UIN Sunan Ampel Sutabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

M Sktipsi fl Tesis l-l Desertasi E

Lain-lain (.... .

.

. . .. . .)

yang beriudul :

Hubungan Kreativitas dengan Kemampr.a'l Pnblen Solairyptda Siswa di MTs Al Musthofa

Beserta perangkat yang dipedukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royaki Non-Ekslusifini Perpustakaan

UIN

Suoan Ampel Surabaya bethak menyimpan, mengalih-mediaffotmzt-kqn, mengelolarrya darlam

bentuk

pangkalan

data

(database), mendistribusikarurya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Intetnet atau media lain secata tulltextvlittk kepentingan akademis tzrnpl pedu meminta iiio dari saya selama tetap mencantumkan n2tna saya sebagai penulisfpencrpta dan atau penetbit yang bersangkutan.

Saya betsedia untuk menangguog secara pribadi, taflpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN

Sunan Ampel Surabay4 segala bentuk tufltutan hukum yang timbul atas pelanggamn Hak Cipta

dalam karfa ilnniah saya ini.

Demikian pemyataan niyangsaya buat dengan sebeaarnya.


(6)

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kreativitas dengan kemampuan problem solving pada siswa di MTs Al Musthofa Mojokerto. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Instrumen penelitian berupa skala kreativitas dan skala kemampuanproblem solving. Subjek penelitian berjumlah 48 siswa dari jumlah populasi 192 siswa dengan kriteria berjenis kelamin laki-laki dan perempuan secara seimbang, usia 12-16 tahun dan berada pada kelas unggulan dan reguler melalui teknik pengambilan sampling dengan simple random sampling.

Hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan menggunakan SPSS versi 21.00 for Windows dengan taraf signifikansi sebesar 0,117 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Secara signifikan dibuktikan dengan koefisien korelasi Product Moment sebesar 0,230. Koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan negatif antara kreativitas dengan kemampuan problem solving. Maka hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kreativitas dengan kemampuanproblem solvingpada siswa. Kata kunci:Kreativitas, Kemampuan Problem Solving, Siswa, Korelasi


(7)

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the relationship of creativity and problem solving ability in students at MTs Al Musthofa Mojokerto. This research is a correlation. The research instrument is scale of creativity and problem solving ability scale. Subjects numbered 48 students from a population of 192 students with the criteria of sex men and women equally, aged 12-16 years and are in excellent class and regular class through sampling techniques with simple random sampling.

Results of the study were analyzed using product moment correlation technique using SPSS version 21.00 for Windows with a significance level of 0.117 > 0.05, then Ho is accepted and Ha rejected. Significantly evidenced by Product Moment correlation coefficient of 0.230. The correlation coefficient is negative indicate a relationship between the two variables. The results show that there is not a relationship between creativity and problem solving ability in students.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

INTISARI... xi

ABSTRACT... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Keaslian Penelitian... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Problem Solving... 19

1. PengertianProblem Solving... 19

2. Faktor-faktor yang MempengaruhiProblem Solving... 24

3. TahapanProblem Solving... 27

B. Kreativitas ... 28

1. Pengertian Kreativitas ... 28

2. Aspek-aspek Kreativitas... 34

3. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif... 35

4. Proses Kreativitas... 40

5. Hambatan Kreativitas... 41

C. Hubungan Kreativitas dengan KemampuanProblem Solvingpada Siswa43 D. Landasan Teori... 46

E. Hipotesis... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional ... 50

1. Identifikasi Variabel... 50

2. Definisi Operasional... 50

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 52

1. Populasi ... 52

2. Sampel... 52

3. Teknik Sampling ... 51

C. Teknik Pengumpulan Data ... 53

D. Validitas dan Reliabilitas ... 56

1. Validitas ... 56

2. Reliabilitas ... 60


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian...65

2. Deskripsi Subjek... 66

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data ... 68

1. Deskripsi Data ... 68

2. Reliabilitas Data ... 71

C. Analisis Data ... 75

1. Uji Normalitas Data ... 75

2. Pengujian Hipotesis... 76

D. Pembahasan ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1:Blue Print Skala KemampuanProblem Solving...54

Tabel 3.2:Blue Print Skala Kreativitas...55

Tabel 3.3: Skor Skala KemampuanProblem Solvingdan Kreativitas...55

Tabel 3.4: Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala KemampuanProblem Solving57 Tabel 3.5: Distribusi Aitem Skala Kemampuan Problem Solving Setelah Dilakukan Uji Coba...58

Tabel 3.6: Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Kreativitas ...59

Tabel 3.7: Distribusi Aitem Skala Kreativitas Setelah Dilakukan Uji Coba ...60

Tabel 3.8: Hasil Uji Reliabilitas Skala Uji Coba ...62

Tabel 4.1: Pelaksanaan Penelitian...66

Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...66

Tabel 4.3: Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia ...67

Tabel 4.4: Karakteristik Subjek Berdasarkan pada Tingkat Kelas ...67

Tabel 4.5: Deskripsi Data...68

Tabel 4.6: Deskriptif Data Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ...69

Tabel 4.7: Deskripsi Data Berdasarkan Usia Responden...70

Tabel 4.8: Deskripsi Data Berdasarkan Tingkat Kelas Responden ...71

Tabel 4.9: Hasil Uji Estimasi Reliabilitas ...73

Tabel 4.10: Hasil Uji Normalitas Data...75

Tabel 4.11: Hasil Uji Linieritas Data ...76


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Skema Hubungan Kreativitas dengan Kemampuan Problem Solving...49


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:Blue PrintSkala KemampuanProblem Solving...87

Lampiran 2:Blue PrintSkala Kreativitas ...89

Lampiran 3: Skala KemampuanProblem Solving ...91

Lampiran 4: Skala Kreativitas ...96

Lampiran 5: Tabulasi Data Mentah Uji Coba Skala KemampuanProblem Solving ...100

Lampiran 6: Tabulasi Data Mentah Uji Coba Skala Kreativitas ...105

Lampiran 7: Skoring Data Uji Coba Skala KemampuanProblem Solving ...108

Lampiran 8: Skoring Data Uji Coba Skala Kreativitas ...113

Lampiran 9: Tabulasi Data Mentah Skala KemampuanProblem Solving...117

Lampiran 10: Tabulasi Data Mentah Skala Kreativitas ...118

Lampiran 11: Skoring Data Skala KemampuanProblem Solving...120

Lampiran 12: Skoring Data Skala Kreativitas ...122

Lampiran 13: Uji Validitas dan Reliabiltas Uji Coba Skala Kemampuan Problem Solving...124

Lampiran 14: Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Skala Kreativitas...128

Lampiran 15: Uji Reliabilitas Skala Kemampuan Problem Solving dan Skala Kreativitas dengan Bantuan SPSS 21for Windows ...131

Lampiran 16: Uji Normalitas Data dengan Bantuan SPSS 21for Windows...132

Lampiran 17: Uji Korelasi Data dengan Bantuan SPSS 21for Windows...135

Lampiran 18: Uji Linieritas Data dengan Bantuan SPSS 21for Windows...136

Lampiran 19: Surat Ijin Penelitian dari Kampus ...137

Lampiran 20: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...138


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Suatu masalah pasti akan terjadi pada setiap diri individu. Masalah terjadi ketika ada sesuatu yang menghalangi semua orang untuk sampai ke posisi yang diinginkan. Dari kondisi saat ini ke kondisi yang menjadi tujuan tertentu, smeua orang tidak mengetahui bagaimana mengatasi hambatan itu (Lovett dalam Ling dan Catling, 2012). Hambatan seperti itu biasanya juga dialami oleh siswa. Banyak siswa yang dikatakan telah mempelajari sesuatu yang bermanfaat kecuali mereka sanggup menggunakan informasi dan kemampuan untuk menyelesaikan soal.

Namun, banyak siswa (dan bahkan orang dewasa yang sesungguhnya kompeten) mengalami kesulitan menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Oleh karena itu perlu adanya suatu proses yang dapat diajarkan dan dipelajari oleh siswa yang disebut dengan problem solving (pemecahan masalah) (Slavin, 2011). Dengan harapan bahwa dengan suatu proses pemecahan masalah, siswa mampu menyelesaikan persoalan dengan kemampuannya sendiri. Terlebih lagi masalah dalam sekolah ataupun masalah pribadinya sebagai seorang remaja.

Problem Solving merupakan sebuah upaya untuk mengatasi rintangan yang menghambat jalan menuju solusi (Sternberg, 2006). Maksudnya, dalam setiap tujuan yang akan dicapai, akan ada banyak rintangan yang harus


(14)

2

diselesaikan agar tujuan tersebut bisa tercapai. Menurut Evans (1994) bahwa suatu masalah dapat dipecahkan, dihapuskan, dan diputuskan. Artinya masalah tersebut, perlu untuk kita pecahkan solusinya, kemudian menghilangkan masalah tersebut dalam diri kita serta memutuskan cara dalam menghadapinya.

Ling dan Catling (2012) menjelaskan Problem Solving sebagai keterampilan individu dalam menjalankan skenario berbeda setiap harinya. Mulai dari penyusunan jadwal kegiatan sehari-hari hingga munculnya suatu masalah baru. Mayoritas diantara kita menjalani proses-proses ini tanpa meyelesaikan masalah-masalah bahkan yang paling sederhana sekalipun. Sehingga setiap harinya akan banyak suatu masalah-masalah yang berbeda yang harus diselesaikan.

Menurut Nuzliah (2015) hal ini juga akan dialami oleh siswa di sekolah. Dimana siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas dan masalah-masalah dalam menyelesaikan soal-soal ujian dengan baik. Terutama dalam menghadapi era globalisasi ini, kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, dan rasional yang semakin dibutuhkan. Oleh sebab itu, disamping diberi masalah-masalah yang menantang selama dikelas. Seorang guru dapat juga memulai proses pembelajarannya dengan mengajukan masalah yang cukup menantang dan menarik bagi siswa.

Kurikulum saat ini dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning), sesuai dengan paradigma


(15)

3

pembelajaran abad 21 yang menekankan kepada siswa untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skill). Kecakapan-kecakapan yang dikembangkan diantaranya adalah Kecakapan-kecakapan memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi (Kulsum dan Nugroho, 2014).

Masalah yang paling urgen adalah kompetensi dan daya saing pelajar Indonesia. Tuntunan era ini, tidak hanya sekedar secara formalitas memiliki ijazah pendidikan tinggi, tapi lebih dari itu perlu sekali standar kompetensi, yang terukur sesuai dengan matrik dan variabel yang ditetapkan pemerintah. Urgensitas masalah daya saing karena menyangkut aspek kemandirian dan produktivitas pelajar Indonesia. Jadi daya saing dan kompetensi menjadi kunci yang harus dijawab di era ini.

Ujian yang paling aktual yang dihadapi pelajar adalah kompetensi. Wajib belajar 12 tahun menghasilkan standar kompetensi yang masih belum optimal. Pelajar Indonesia masih memiliki indeks daya saing yang lebih rendah dibanding negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Tugas kita mengejar ketertinggalan, dengan terobosan dan inovasi di dunia pendidikan (NU Post, 2016).

Dalam menghadapi masalah yang begitu kompleks, banyak remaja atau siswa dapat mengatasi masalahnya dengan baik, namun tidak jarang ada sebagian remaja yang kesulitan dalam melewati dan mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya. Remaja yang gagal mengatasi masalah


(16)

4

seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi sekolah menurun, hubungan dengan teman menjadi kurang baik serta berbagai masalah dan konflik lainnya yang terjadi. Hal serupa disebutkan oleh Setianingsih, dkk (2006) bahwa remaja-remaja bermasalah ini kemudian membentuk kelompok yang terdiri dari teman sealiran dan melakukan aktivitas yang negatif seperti perkelahian antar pelajar (tawuran), membolos, minum-minuman keras, mencuri, memalak, mengganggu keamanan masyarakat sekitar dan melakukan tindakan yang dapat membahayakan bagi dirinya sendiri. Hal tersebut membuktikan bahwa remaja di Indonesia masih banyak yang belum mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik.

Dalam Ismail dan Atan (2011) disebutkan bahwa kaidah penyelesaian masalah ini dapat menyediakan peluang untuk pelajar mengaplikasikan konsep, prinsip dan teori yang telah dipelajari. Ini bermakna ia dapat menggalakkan pemikiran kritis, analitis, logis dan rasional. Selain daripada itu ia dapat membina sifat keyakinan dan melengkapi pelajar-pelajar dengan kemahiran menyelesaikan masalah. Proses penyelesaian masalah adalah satu proses pendidikan yang membenarkan pelajar-pelajar menggunakan kemahiran berfikir secara kritikal berdasarkan satu topik yang diberikan. Polya dalam Ngilawajan (2013) memberikan 4 langkah sistematis dalam memecahkan masalah, yaitu: Understanding the problem (memahami masalah), Devising a plan (membuat rencana), Carrying out the plan


(17)

5

Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah sangat dibutuhkan dalam pembelajaran saat ini. Nuzliah (2015) mengatakan

Problem solving (pemecahan masalah) siswa dalam belajar merupakan tugas siswa untuk menunjang pendidikan. Siswa yang mampu memecahkan masalah dalam belajar akan mampu mendapatkan hasil yang memuaskan. Siswa yang tidak mampu memecahkan masalah dalam belajar akan mengalami kegagalan untuk mencapai suatu tujuan. Proses Problem solving

(pemecahan masalah) siswa dalam belajar dipengaruhi oleh motivasi belajar dan kreativitas.

Orang kreatif akan berhasil mencapai gagasan, ide, pemecahan masalah, dan hal baru. Siswa yang kreatif yaitu siswa yang mampu menciptakan ide-ide yang baru, dengan begitu memudahkan siswa untuk memecahkan persoalan dalam belajar (Nuzliah, 2015). Sternberg (2006) menambahkan bahwa dalam melakukan tahapan pemecahan masalah, harus diingat pentingnya fleksibilitas dalam lingkaran pemecahan masalah tersebut. Serta pemakaian langkah perumusan strategi yang melibatkan berpikir divergen dan konvergen.

Menurut Suharnan (2005) bahwa berpikir divergen dan konvergen juga terdapat dalam kreativitas. Guilford (dalam Suharnan, 2005) juga menambahkan dalam teori struktur inteleknya bahwa diantara jenis berpikir yang erat hubungannya dengan kreativitas adalah berpikir divergen. Namun disini yang perlu dipahami adalah bahwa kreativitas tidak sama dengan


(18)

6

berpikir divergen sebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang selama ini. Berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahkan masalah secara kreatif. Berpikir konvergen berorientasi pada satu jawaban yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soal-soal ujian pada umumnya.

Pada umumnya bidang pendidikan lebih menekankan pada berpikir konvergen, dimana para siswa diminta untuk mengingat informasi-informasi faktual. Sehingga respon yang dihasilkan pada stimulus tersebut bersifat sederhana, namun respon tersebut bukanlah ciri berpikir kreatif (Solso, dkk, 2007). Kelemahan pendidikan selama ini dalam konteksnya dengan pengembangan potensi kreatif anak, menurut Gowan (dalam Ali dan Asrori, 2006), kelemahan pendidikan adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan fungsi belahan otak kanan. Akibatnya, tidak sedikit anak-anak yang sebenarnya memiliki potensi kreatif mengalami apa yang disebut dengan istilahcreativity drop(penurunan kreativitas).

Menurut Munandar (2002) dalam uraiannya tentang pengertian

kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu : kemampuan pembuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Kemampuan


(19)

7

yang secara operasional mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.

Santrock (2014) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk berpikir tentang cara baru, dan tidak biasa, datang dengan solusi yang unik. Kreativitas juga diartikan sebagai suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang kegunaannya) (Solso, dkk, 2007).

Banyak orang yang mengatakan bahwa kreativitas hanya dimiliki oleh orang-orang jenius saja dan hanya sedikit orang yang memiliki kemampuan dalam berkreasi (Hurlock, 1999). Hal ini juga didukung dengan melihat ranking kreativitas di Indonesia yang masih rendah. Dalam Global Creativity Index, dalam kriteria Overall Global Creativity Index Ranking, Indonesia menduduki angka 115 dari 139 negara di dunia. Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara berkembang lainnya seperti Malaysia yang berada pada angka 63 dan Thailand yang menduduki ranking 82. Sedang dalam kriteria Global Creativity Class Rankings, Indonesia berada pada urutan 86 dari 93 negara dengan prosentase sebesar 7,95. Indonesia masih dibawah Thailand yang berada pada angka 81 dengan prosentase sebesar 9,85 (Florida, dkk, 2015). Dengan ranking yang diperoleh tersebut, membuktikan bahwa tingkat kreativitas orang Indonesia masih cukup rendah.


(20)

8

Guilford (dalam Munandar, 2002) sendiri menekankan betapa penelitian dalam bidang kreativitas sangat kurang. Gejala ini sampai sekarang masih tampak di Indonesia. Perhatian terhadap kreativitas dan kesadaran akan pentingnya kreativitas bagi dunia ilmu pengetahuan justru datang dari bidang di luar Psikologi. Perusahaan-perusahaan mengakui besarnya makna gagasan-gagasan baru. Banyak departemen pemerintah membutuhkan orang-orang yang memiliki potensi kreatif-inventif. Kebutuhan-kebutuhan ini belum cukup dapat dilayani.

Menurut Munandar (dalam Muhid, dkk, 2013) untuk mengembangkan kreativitas dalam upaya untuk memecahkan masalah dapat dilakukan dengan cara menanggulanginya secara langsung dan yang kedua adalah dengan menyadari pengaruh-pengaruh yang menghambat proses pemecahan masalah untuk kemudian menyingkirkannya dan akhirnya meniadakan hambatan-hambatan tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu proses dalam membantu siswa dalam menumbuhkan sikap kreatif dalam memecahkan masalahnya dalam pembelajaran. Karena sikap seseorang yang baik dan terampil mendukung segala langkah dari suatu proses yang dilaluinya.

Menurut Putra dan Pratitis (2014) kendala dalam peningkatan kreativitas tidak hanya tampak pada mahasiswa saja, namun juga pada dosen-dosennya. Sebagian besar isi perkuliahan adalah proses belajar mengajar yang masih terkesan konvensional, sehingga pemberian insentif, seperti referensi buku atau jurnal yang menarik dan pemanfaatan sarana audio-visual, kurang


(21)

9

dirasakan oleh mahasiswa. Hal ini membuat mahasiswa kurang terdorong untuk meningkatkan aktivitas pikirannya sehingga wawasan kurang luas, menganggap hal-hal baru/tidak biasa menjadi terasa aneh, dan kurang peka akan masalah-masalah. Sehingga ketidakpekaan ini membuat para pelajar atau pendidik menjadi kurang bisa mengembangkan sikap kreatif yang dimilikinya.

Menurut Priambodo, dkk (2013) salah satu periode kritis dalam perkembangan kreativitas adalah pada siswa usia SMP. Belum optimalnya pengembangan kreativitas terbukti dari peringkat kreativitas orang Indonesia yang masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya perubahan pada proses pembelajaran di SMP dengan memasukkan metode pembelajaran yang bisa mengembangkan kreativitas siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil populasi siswa di MTs Al Musthofa kelas VIII.Yang dimana MTs Al Musthofa ini memiliki visi “Jujur, Disiplin, Berani, Kreatif, dan Bertanggung Jawab”. Dari hasil observasi pada

hari Jum’at, 27 Mei 2016 menunjukkan bahwa 30% siswa di MTs Al Musthofa sangat meminati kegiatan kreatif, seperti halnya dalam beberapa kegiatan ekstrakulikuler membatik, jurnalistik, pramuka, robotik, karya ilmiah, voli, drum band, sholawat, dan beberapa ekstrakulilkuler lainnya. Dari beberapa ekstrakulikuler tersebut memerlukan kreativitas siswa dalam pastisipasinya. Selain itu, keterampilan dalam menyelesaikan tugas dengan


(22)

10

baik juga dituntut dalam beberapa ektrakulikuler tersebut seperti membatik dan jurnalisitik. Tidak hanya dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam kegiatan belajar mengajar sekitar 60% siswa di MTs Al Musthofa menunjukkan prestasi belajar yang rendah. Beberapa dari siswa mengaku mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal berdasarkan kurikulum 2013. Sehingga hal itu menyebabkan menurunnya prestasi belajar yang rendah. Akan tetapi, beberapa siswa yang mengikuti ekstrakulikuler mengaku terbantu dengan pelajaran yang diajarkan dalam kegiatan di luar belajar dalam mengatasi kesulitannya mengerjakan soal-soal serta beberapa masalah yang dihadapinya. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa ternyata kreativitas membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Selain itu, beberapa siswa di MTs Al Musthofa juga telah mencetak beberapa prestasi membanggakan. Diantaranya adalah Juara II Regional Olimpiade Matematika se-Jawa yang diadakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta beberapa lomba pidato Bahasa Inggris dan Bahasa Arab se Kabupaten Mojokerto. Tidak hanya dalam prestasi akademik saja, beberapa siswa yang mengikuti ekstrakulikuler Jurnalistik juga sering membuat tulisan di salah satu surat kabar ternama di Mojokerto serta prestasi lainnya yang telah diraih hingga tingkat Provinsi seperti Juara II Voli di Ajang Kompetensi Siswa Madrasah se Jawa Timur. Selain prestasi tersebut, siswa lulusan MTs Al Musthofa juga tidak pernah mengalami ketidaklulusan saat menghadapi Ujian Nassional dan selalu mendapat nilai terbaik. Dari beberapa prestasi


(23)

11

tersebut membuktikan bahwa beberapa siswa MTs Al Musthofa telah mampu memecahkan masalah akademik dan non akademik yang dilaluinya.

Pemilihan siswa SMP atas dasar pertimbangan bahwa usia anak menurut Hergenhan dan Olson (2008) pada usia 11-15 tahun memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrium yang tinggi, sehingga ia dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.

Selain itu menurut Ali dan Asrori (2006), pada usia 11 tahun ke atas, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Dilihat dari perspektif ini, perkembangan kreativitas remaja berada pada posisi seiring dengan tahapan operasional formal. Artinya, perkembangan kreativitasnya, menurut Piaget sedang berada pada tahap yang amat potensial bagi perkembangan kreativitas.


(24)

12

Selain masalah kreativitas siswa, latar belakang penelitian ini didasarkan pada kurangnya penelitian tentang kreativitas dan problem solving di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini khususnya di Fakultas

Psikologi dan Kesehatan. Karena hal inilah maka perlu adanya

pengembangan penelitian kreativitas dan kemampuan problem solving. Terlebih lagi melihat kreativitas mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang cukup baik. Sehingga perlu adanya pengembangan lebih lanjut mengenai kreativitas dan kemampuan problem solving pada mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas diketahui bahwa tingkat kreativitas yang tinggi juga akan berpengaruh pada proses memecahkan masalah pada diri siswa. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih dalam hubungan antara kreativitas siswa dengan kemampuanproblem solving

pada siswa di MTs Al Musthofa Mojokerto. Karena dalam sekolah tersebut ditekankan nilai-nilai Islami pada diri siswa. Yang diharapkan siswa akan mampu melalui segala ujian yang dilaluinya dengan baik sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. Terutama dengan sikap kreatif yang dimiliki oleh siswa dalam menghadapi segala tuntutan jaman. Akan tetapi, menurut hasil wawancara dengan salah satu guru di sekolah tersebut, dalam pengembangannya, guru BK dan siswa kurang memiliki keterkaitan yang baik. Karena guru BK hanya akan beperan ketika siswa mengalami masalah kenakalan atau bolos sekolah saja. Tetapi dalam mengarahkan yang tepat, guru BK masih kurang berperan (Wawancara tanggal 27 Mei 2016).


(25)

13

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara kreativitas dengan kemampuan problem solvingpada siswa di MTs Al Musthofa Mojokerto?

C. TUJUAN PENULISAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kreativitas dengan kemampuanproblem solvingpada siswa di MTs Al Musthofa Mojokerto.

D. MANFAAT PENULISAN

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

a. Manfaat Teoritis

1. Menambah wawasan tentang hasil penelitian dalam bidang Psikologi, khususnya dalam Psikologi Pendidikan.

2. Memberikan informasi tambahan mengenai kreativitas dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). 3. Membuka peluang bagi penelitian selanjutnya untuk topik yang

sejenis, khususnya di lingkup masyarakat Indonesia. b. Maanfaat secara Praktis

1. Bagi siswa dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir

kreatifnya dan kemampuan memecahkan masalah (problem


(26)

14

2. Mampu memberikan suatu wacana pada masyarakat dan yang lainnya, sehingga mereka memperoleh pengetahuan bahwa kreativitas berhubungan dengan kemampuanproblem solving. 3. Dapat membentuk atau mengembangkan kreativitas melalui

kemampuan memecahkan masalah.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Menurut Hawadi (2001) dikatakan bahwa anak usia 13-15 tahun dalam suatu kelompok, khususnya dari anggota-anggota yang berlawanan jenis membuat anak remaja mengendalikan perilaku mereka. Hal ini sama halnya dengan gang-age dimana si remaja menyesuaikan diri dengan tujuan agar bisa diterima oleh kelompoknya.

Pada usia ini pula siswa memiliki kemampuan berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan (Hergenhan dan Olson, 2008).

Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh U. Kulsum dan S.E. Nugroho dalam “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika” yang mengatakan bahwa cooperative problem solving meningkatkan kemampuan komunikasi siswa menjadi lebih baik.


(27)

15

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dhika Rizqi Damayanti, Agung Nugroho Catur S dan Sri Yamtinah dalam “Upaya Peningkatan Kreativitas Dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Disertai Hierarki Konsep Pada Materi Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014” juga dikatakan bahwa Problem Solving disertai hierarki konsep dapat meningkatkan kreativitas siswa (48,00 % pada siklus I meningkat menjadi 76,00 % pada siklus II) dan prestasi belajar siswa (aspek kognitif 68,00% pada siklus I meningkat menjadi 80,00% pada siklus II, aspek afektif siswa 74,49 % pada siklus I meningkat menjadi 79,40% pada siklus II) pada materi pokok hidrolisis garam di kelas XI IPA 3 SMAN 1 Ngemplak tahun pelajaran 2013/2014.

Kemudian dalam Paksi Caponti Putra dan Niken Titi Pratitis dalam “Hubungan Keterbukaan Terhadap Pengalaman dan Efikasi Diri dengan Kreativitas” menyebutkan bahwa Individu yang kreatif selalu bergerak maju dengan bereksplorasi, berimajinasi, dan yakin bahwa apapun yang dilakukannya dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna.

Dan juga penelitian Eko Setianingsih, Zahrotul Uyun, dan Susatyo Yuwono dalam “Hubungan Antara Penyesuaian Sosial Dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja” dikatakan bahwa ada hubungan antara penyesuaian diri dengan kemampuan memecahkan masalah.


(28)

16

Serta penelitian Sarimah Ismail dan Abreza Atan dalam “Aplikasi Pendekatan Penyelesaian Masalah Dalam pengajaran Mata Pelajaran Teknikal dan Vokasional di Fakulti Pendidikan UTM” dikatakan bahwa pendekatan penyelesaian masalah sangat membantu dalam proses belajar mengajar.

Kemudian penelitian lain yang dilakukan oleh Nuzliah dalam “Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas Terhadap Problem Solving (Pemecahan Masalah) Siswa dalam Belajar Serta Implikasi Terhadap Bimbingan dan Konseling di SMPN 29 Padang” mengatakan bahwa terdapat kontribusi antara kreativitas dengan problem solving. Semakin tinggi kreativitas semakin mudah siswa memecahkan masalah dalam belajar.

Hyuksoo Kwon, Eunsang Lee, dan Dongkuk Lee dalam “Meta-analysis on the Effectiveness of Invention Education in South Korea: Creativity, Attitude, and Tendency for Problem Solving” juga menjelaskan bahwa terdapat efektivitas dalam pendidikan bagi siswa yang kreatif, bersikap, dan tendensi dalam memecahkan masalah.

Hal ini juga didukung oleh Tugba Ozturk dan Bulent Guven dalam

“Evaluating Students’ Beliefs in Problem Solving Process: A Case Study”

disebutkan bahwa perlu adanya perhatian pada setiap individu dalam menentukan desain pembelajaran untuk memecahkan suatu masalah. Ulf Anderson dalam “The Contribution of Working Memory to Children’s Mathematical Word Problem Solving” juga menjelaskan bahwa ditemukan


(29)

17

kontribusi dalam memecahkan masalah dalam matematika dengan tingkat Intelegensi, membaca dan usia.

Kemudian Susan H. Landry, Karen E. Smith, dan Paul R. Swank juga meneliti “Responsive Parenting: Establishing Early Foundations for Social, Communication, and Independent Problem-Solving Skills”yang menjelaskan bahwa terdapat efek positif dalam lingkungan perkembangan melalui dua grup dengan pemikiran divergen.

Dan dilanjutkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fan-Ray Kuo, Nian-Shing Chen, Gwo-Jen Hwang dalam “A Creative Thinking Approach To Enhancing The Web-Based Problem Solving Performance of University Students”. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berpikir inferensial memiliki korelasi yang signifikan ketika menggunakan pembelajaranproblem solving.

Hasil review beberapa jurnal menunjukkan bahwa problem solving dan kreativitas memiliki hubungan serta menjadi tema dari penelitian-penelitian yang umum dan dapat dikembangkan. Namun, dalam hal ini, peneliti memiliki perbedaan yang terletak pada subjek penelitian, setting penelitian, teknik pengambilan sampel, dasar teori, instrumen penelitian dan analisis data. Serta hubungan yang dipakai dalam penelitian lain beberapa tidak menggunakanproblem solving dan kreativitas, namun peneliti lebih berfokus pada dua variabel yang berhubungan, yakniproblem solvingdan kreativitas.


(30)

18

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan antara kreativitas dengan kemampuan problem solving pada siswa MTs Al Musthofa Mojokerto dalam menghadapi masalahnya. Terutama pada siswa kelas VIII di MTs Al Musthofa Mojokerto.


(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PROBLEM SOLVING

1. PengertianProblem Solving

Problem Solving oleh Evans (1994) diartikan sebagai aktivitas yang dihubungkan dengan penyeleksian sebuah cara yang cocok untuk tindakan dan mengubah suasana sekarang menjadi suasana yang dibutuhkan. Artinya dalam setiap tahapan penyelesaian masalah, dibutuhkan sebuah filter dalam menentukan cara yang baik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan menyaring berbagai persoalan yang ada, seseorang akan dengan mudah dalam melakukan sebuah proses problem solving dari berbagai masalah yang dihadapinya.

Solso (2007) menjelaskan Problem Solving atau pemecahan masalah adalah suatu pemikiran terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk masalah yang spesifik. Yang ditandai dengan proses tahapan penyelesaian masalah, yaitu:

1) Mengidentifikasi masalah 2) Representasi masalah

3) Merencanakan sebuah solusi 4) Merealisasikan rencana 5) Mengevaluasi rencana 6) Mengevaluasi solusi


(32)

20

Menurut Solso seseorang akan langsung mendapatkan solusi yang terbaik dan spesifik dalam prosesnya. Kita akan mampu menemukan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari kita, sehingga akan membuat kita dapat memilih salah satu atau beberapa cara dalam menyelesaikan masalah kita. Misalnya saja cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang dapat membantu kita dalam menyelesaikan masalah. Dengan cara-cara tersebut kita akan semakin mudah dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

Penyelesaian masalah juga diartikan oleh Slavin (2011) sebagai kemampuan yang dapat diajarkan dan dipelajari. Sehingga kemampuan tersebut juga akan menjadi sebuah pelajaran dan pengalaman dalam hidup seseorang. Dengan adanya suatu pengalaman dan pelajaran tersebut diharapkan seseorang akan lebih belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Definisi problem solving lainnya juga diungkapkan oleh Ling dan Catling (2012) yang diartikan sebagai keterampilan yang digunakan dalam banyak skenario berbeda setiap hari, apakah dalam mengatur jadwal dalam sehari atau menyusun rencana esai. Artinya seseorang yang menjalani kehidupan akan selalu mendapatkan berbagai macam masalah yang berbeda setiap harinya. Sehingga seseorang tersebut juga akan memiliki keterampilan yang berbeda pula setiap harinya dalam menyelesaikan masalahnya. Dengan keterampilan tersebut diharapkan seseorang akan


(33)

21

semakin dewasa dalam mengambil segala solusi yang dipakainya untuk kemudian diterapkannya kembali dalam masalah yang sama.

Davidoff (1988) juga menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah manusia biasanya didefinisikan sebagai suatu usaha yang cukup keras yang melibatkan suatu tujuan dan hambatan-hambatannya. Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan demikian dia menjadi terangsang untuk mencapai tujuan itu dan mengusahakan sedemikian rupa sehingga persoalan itu dapat diatasi. Artinya bahwa setiap orang yang memiliki suatu tujuan dalam mencapai segala hal yang diinginkan akan menemui suatu masalah atau rintangan yang menghadangnya. Akan tetapi, dengan tekad dan usaha yang dimilikinya, seseorang itu akan terus berusaha melawan masalah dan rintangan tersebut hingga akhirnya bisa mencapai tujuan yang diinginkannya.

Anderson (2005) mengatakan “problem solving is goal directed

behavior that often involves setting subgoals to enable the application of

operators”. Artinya pemecahan masalah adalah perilaku dengan tujuan

terarah yang seringkali melibatkan keadaan dari sebuah tujuan untuk memungkinkan orang-orang yang menggunakannya. Sehingga, dalam menggunakan tujuan yang baik, seseorang akan lebih melihat situasi serta kondisi pada saat orang tersebut menyelesaikan masalah.

Oztruk dan Guven (2016) juga menambahkan bahwa problem solving


(34)

22

masalah untuk kemudian mencari informasi yang diperlukan untuk diputuskan solusi pemecahannya dan dievaluasi solusinya. Artinya bahwa seseorang yang menghadapi suatu masalah harus mencari sumber informasi dari akar permasalahan tersebut terlebih dahulu. Sehingga seseorang itu akan dengan mudah memutuskan sebuah solusi yang akan dipakainya dalam memecahkan suatu masalah.

Adapun dalam Islam telah dijelaskan dalam QS. Al Mudatsir ayat 1-7 tentang pemecahan masalah. Sebagaimana berikut ini:

























1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. dan Tuhanmu agungkanlah! 4. dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa orang-orang yang sedang menghadapi suatu masalah cenderung tidak segera menyelesaikaannya dan memutuskan untuk menyendiri. Tetapi Rasul memerintahkan untuk bertemu dengan orang lain dan menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Kemudian diperintahkan untuk meyakini bahwa setiap masalah adalah ujian dari Allah SWT. Selain itu, kita diperintahkan untuk memperbaiki diri kita, ikhlas dalam segala hal, dan kemudian bersabar


(35)

23

berpasrah diri kepada Allah SWT (Al Hikmah, 2008). Artinya ketika kita menghadapi suatu masalah, seharusnya kita tidak menyendiri dan segera menyelesaikan masalah serta berpasrah kepada Allah atas segala ujiannya.























“53. dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. 54. kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari pada kamu, tiba-tiba sebahagian dari pada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain)” (QS. An Nahl, 16:53-54).

Dalam Qur’an surat An Nahl ini mengandung makna bahwa kita harus bersikap waspada bahwa kenikmatan dapat melupakan Allah SWT dan menyebabkan syirik kepadaNya. Kemudian kita diperintahkan untuk menjaga keimanan dan meminta pertolongan kepada Allah SWT harus terus dipertahankan (indonesian.irib.ir, 2014). Artinya bahwa setiap kita menhadapi segala ujian dari Allah SWT, kita tidak boleh melupakanNya dan harus terus mengingatnya serta meminta pertolongan kepada Allah SWT.

Ayat-ayat Al qur’an di atas membuktikan bahwa sebagai manusia, semua akan mengalami ujian dari Allah SWT berupa suatu masalah atau apapun. Dan ujian tersebut wajib untuk diselesaikan dengan tetap


(36)

24

mengingat Allah. Baik dengan berdoa memohon petunjukNya maupun dengan bercerita kepada teman yang tepat. Hal tersebut sudah tercantum dalam Al qur’an.

Jadi, problem solving merupakan suatu proses pemikiran dengan tujuan terarah untuk menemukan jalan keluar dari sebuah masalah yang dihadapi tersebut demi mencapai tujuan yang diinginkan, dengan melalui enam proses tahapan penyelesaian masalah yang diantaranya adalah mengidentifikasi, merepresentasi, merencanakan solusi, merealisasikan rencana, mengevaluasi rencana dan mengevaluasi solusi.

2. Faktor-faktor yang MempengaruhiProblem Solving

Menurut Rakhmat (2001) terdapat empat faktor yang mempengaruhi proses dalamproblem solvingyaitu :

a. Motivasi

Motivasi belajar yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi belajar yang tinggi akan membatasi fleksibilitas.

b. Kepercayaan dan sikap yang salah

Asumsi yang salah dapat menyesatkan pada pemahaman dalam pembelajaran. Apabila terbentuk suatu keyakinan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan material.


(37)

25

Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah sari satu sisi saja menimbulkan pemikiran yang rigid.

d. Emosi

Dalam menghadapi berbagai situasi, tidak disadari terlibat secara emosional. Emosi mewarnai cara berpikir disebagian manusia yang utuh.

Menurut Solso (2007) kreativitas merupakan salah satu faktor yang mendukung pemecahan masalah. Kreativitas merupakan suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu cara baru dalam memandang masalah atau solusinya. Seseorang yang kreatif akan dapat menyusun banyak ide atau alternatif terhadap segala sesuatu yang membantu pemecahan masalahnya. Ada masalah-masalah yang menuntut untuk berpikir kreatif, seperti masalah dalam menciptakan sesuatu yang baru, masalah dalam mengantisipasi suatu kejadian. Sehingga dalam menyelesaikan sebuah masalah atau menghasilkan sesuatu yang baru, seseorang juga harus bisa berpikir secara kreatif.

Ormrod (2008) mengatakan bahwa kemampuan untuk memecahkan masalah berhasil tergantung pada sejumlah faktor yang berhubungan dengan sistem pemrosesan informasi manusia. Faktor-faktor tersebut adalah working memory capacity, pengkodean, dan proses penyimpanan.


(38)

26

Faktor-faktor tersebut juga memiliki tugas masing-masing dalam mempengaruhinya.

Jadi, faktor yang mempengaruhi kemampuan problem solving adalah motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi,working memory capacity, encoding,proses penyimpanan dan kreativitas.

Selain faktor yang mempengaruhi, dalam proses pemecahan masalah juga terdapat faktor penghambatnya. Muhid, dkk (2013) menjelaskan beberapa penghalang mental di dalam proses pemecahan masalah meliputi:

a. Functional Fixedness : seseorang hanya memandang suatu objek

berfungsi sebagaimana dirancang atau diinginkan oleh

pembuatnya.

b. Mental set : orang cenderung mempertahankan aktifitas mental yang telah dilakukan secara berulang-ulang dan berhasil ketika ia menghadapi masalah serupa namun di dalam situasi yang baru. c. Perceptual Added Frame : bingkai tersamar ini membatasi gerak

langkah seseorang dalam mencari jalan keluar atas persoalan yang dihadapi.

d. Informasi yang tidak relevan : penemuan fakta-fakta yang tidak penting membuat fakta yang relevan menjadi bercampur aduk dengan fakta yang tidak relevan sehingga membuat masalah menjadi tidak jelas.


(39)

27

e. Masalah yang tidak jelas : beberapa masalah yang tidak jelas seperti ill defined problem or unstructured problem dapat menghalangi proses pemecahan masalah.

Jadi, faktor yang menghambat proses pemecahan masalah terdiri dari lima hambatan. Yang diantaranya adalah functional fixedness, mental set, perceptual added frame, informasi yang tidak relevan dan masalah yang tidak jelas.

3. Tahapan KemampuanProblem Solving

Menurut Solso (2007) beberapa tahapan problem solving adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi masalah : seseorang harus memahami masalah terlebih dahulu dan mengenali gambaran pokok persoalan secara jelas.

2) Representasi masalah : mempersepsi dan menginterpretasi pokok persoalan. Yang meliputi : a. Apa yang menjadi permasalahan sesungguhnya, b. Apa yang menjadi kriteria pemecahan, c. Keterbatasan-keterbatasan tertentu, dan d. Berbagai macam alternatif bagi pemecahan masalah.

3) Merencanakan sebuah solusi : Seseorang perlu mengidentifikasi operasi yang terlibat serta strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.


(40)

28

4) Merealisasikan rencana : melaksanakan rencana atau strategi yang telah dibuat untuk menyelesaikan masalah.

5) Mengevaluasi rencana : melihat dan mempertimbangkan kembali semua strategi yang telah dibuat dan dilaksanakan untuk menyelesaikan pokok permasalahan.

6) Mengevaluasi solusi : merefleksikan proses pemecahan masalah

yang lalu dan menyimpannya sebagai strategi dalam

menyelesaikan masalah yang sama di kemudian hari serta memperbaiki apa yang masih kurang dalam strategi yang telah direalisasikan.

Jadi, tahapan-tahapan dalam proses pemecahan masalah ada enam tahapan. Yakni mengidentifikasi masalah, representasi masalah, merencanakan sebuah solusi, merealisasikan rencana, mengevaluasi rencana, dan mengevaluasi solusi.

B. KREATIVITAS

1. Pengertian Kreativitas

Dalam bahasa Yunani, istilah yang memiliki makna kreatif hanya diperuntukkan bagi manusia, karena sifat kepercayaan mereka yang antropomorfis sehingga tidak dikenal istilah kreatif khusus untuk Tuhan atau para Dewa. Secara Etimologis istilah kreatif berasal dari bahasa Latin dan merupakan istilah yang diperuntukkan baik untuk Tuhan, Dewa dan manusia. Oleh sebab itu, istilah ini hampir terdapat di semua bahasa yang


(41)

29

menggunakan huruf Latin. Agama Kristen kemudian menganggap bahwa istilah to create adalah mutlak (absolut) sehingga bermakna ex nihilo, dan hanya Tuhan yang memiliki atribut ini (Tabrani, 2006). Artinya, bahwa setiap manusia di dunia ini memiliki sikap kreatif atau pemikiran yang kreatif yang dikaruniai oleh Tuhan sejak lahir. Namun, saat manusia mulai berpikir kreativitas tersebut ada yang berkembang dengan baik atau mungkin ada yang tidak berkembang.

Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir tentang cara baru, dan tidak biasa, datang dengan solusi yang unik (Santrock, 2014). Cara berpikir tersebut merupakan cara seseorang yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Artinya bahwa seseorang yang kreatif akan cenderung menciptakan suatu perilaku yang baru dan berbeda dengan orang lain. Menurut Munandar (2002) menyatakan bahwa kreativitas

adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan

(fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Cerminan kemampuan tersebut merupakan aspek-aspek dari kreativitas itu sendiri. Dengan kata lain, seorang yang kreatif akan memenuhi empat aspek yang ada dalam kreativitas tersebut.

Kreativitas juga diartikan oleh Solso (2007) sebagai suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu


(42)

30

dipandang kegunaannya). Artinya suatu pemikiran tersebut merupakan pemikiran yang tidak hanya dipandang fungsinya saja. Melainkan juga dipandang manfaat yang dihasilkan dari fungsi tersebut. Ali dan Asrori (2006) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Sehingga karya tersebut bukanlah hasil dari duplikasi.

Munandar (1999) mengasumsikan bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang dimiliki atau tidak dimliki dan tidak banyak yang dapat dilakukan melalui pendidikan untuk mempengaruhinya. Kreativitas juga diartikan sebagai hasil dari proses interaksi antara individu dan

lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menghambat upaya kreativitas.

Torrance (dalam Ali dan Asrori, 2006) mendefinisikan kreativitas sebagai suatu proses memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan mengomunikasikan hasil-hasil yang telah dirumuskan. Hal tersebut membuktikan bahwa kreativitas merupakan proses untuk memahami suatu permasalahan untuk kemudian dipecahkan.


(43)

31

Dalam Sternberg (2008) kebanyakan peneliti dibidang kreativitas akan mendefinisikan secara luas kreativitas sebagai suatu proses memproduksi sesuatu yang bernilai dan orisinil. Sesuatu disini bisa memiliki banyak bentuk. Ia bisa berupa sebuah teori, sebuah tarian, sebuah zat kimia, sebuah proses atau prosedur, sebuah cerita, sebuah simfoni ataupun yang lain.

Menurut Suharnan (2005) dalam kreativitas, ada dua istilah yang digunakan oleh para ahli yakni berpikir divergen dan berpikir konvergen. Berpikir konvergen berorientasi pada satu jawaban yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soal-soal ujian pada umumnya. Sementara itu, berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau alternatif yang banyak.

Menurut teori struktur intelek yang diajukan Guilford (dalam Suharnan, 2005) diantara jenis berpikir yang erat hubungannya dengan kreativitas adalah berpikir divergen. Namun disini yang perlu dipahami adalah bahwa kreativitas tidak sama dengan berpikir divergen sebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang selama ini. Berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahkan masalah secara kreatif.

Menurut Carl Rogers (dalam Munandar, 2009) mengatakan tiga kondisi internal pribadi yang kreatif yang diantaranya adalah keterbukaan


(44)

32

terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi seseorang, dan kemampuan untuk bereksperimen. Artinya bahwa setiap orang yang kreatif harus memiliki salah satu atau semua kondisi tersebut. Karena ketiga kondisi tersebut merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif.

Sedangkan menurut Rose dan Nichols (2006) bahwa kreativitas juga menuntut sebuah keberanian. Setiap orang yang kreatif harus berani dalam menghadapi segala resiko dan rintangan yang dihadapinya. Seperti halnya kegagalan dan kritik dari orang lain yang datang ketika pemikiran atau tindakan kita berbeda dengan orang lain. Sebagai orang yang memiliki sikap kreatif, semua rintangan tersebut harus dilalui untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkannya.

Adapun dalam agama Islam dijelaskan bahwa kreativitas itu penting dalam diri manusia yang telah dijelaskan dalam QS. Ar-Ra’d:19 sebagai berikut (Kompasiana, 2013):





Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”.

Yang dimaksud ayat diatas adalah, banyak orang yang dapat berpikir dan memiliki beberapa kemampuan yang sama dengan orang lain, namun


(45)

33

dari setiap suatu permasalahan yang dihadapinya, hanya ada beberapa orang yang berakal saja yang akan menuai hikmahnya. Sehingga tidak semua orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan orang lain. Dalam berpikirpun, juga harus memilah-milah yang baik dan buruknya agar bisa mendapat manfaat yang baik (Kompasiana, 2013).

Selain itu, kreativitas juga diibaratkan seperti sebuah kebaikan yang dimana kebaikan itu akan membawa manfaat bagi umat manusia. Seperti halnya dalam QS. Al Zalzalah ayat 7-8 berikut (Tamyiz, 2014):





“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.”

ِإ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya

kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang

dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no.

1631)”

Kreativitas yang baik adalah seorang yang bergegas-gegas melaksanakan kebaikan, kemudian ditiru orang lain, seperti seorang yang shadaqah dalam hadits tersebut, sehingga orang banyak mengikutinya dan sama dengan apa yang mereka kerjakan. Oleh sebab itu, dalam diri kita


(46)

34

perlu ditanamkan sebuah kreativitas yang baik yang akan membawa manfaat bagi manusia lainnya. Seperti yang dikatakan dalam hadits di atas bahwa kreativitas yang kita munculkan, akan membawa sebuah manfaat bagi orang lain. Baik itu dalam ilmu pengetahuan, sedekah, ataupun dalam membentuk anak yang sholeh-sholehah (Tamyiz, 2014).

Jadi, kreativitas sendiri merupakan suatu sikap yang mampu menghasilkan suatu hal yang baru serta berbeda dari orang lain dengan didasarkan pada manfaatnya, serta mampu dalam menerima segala rintangan yang menghalanginya dan memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pemikiran atau tindakan tersebut bisa melalui berbagai bentuk perilaku ataupun pengembangan dari sebuah pemikiran yang telah ada. Sehingga sikap tersebut terlihat berbeda dari yang lain. Sikap-sikap tersebut juga dioperasionalisasi meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, kelenturan dalam berpikir, kebebasan dalam ungkapan diri, menghargai fantasi, minat terhadap kegiatan kreatif, kepercayaan terhadap gagasan-gagasan sendiri, dan kemandirian dalam memberi pertimbangan.

2. Aspek-aspek Kreativitas

Menurut Munandar (1999), ada empat aspek yang mempengaruhi kreativitas, yaitu:

a. Kelancaran Berpikir (fluency), adalah banyaknya ide yang keluar dari pemikiran seseorang.


(47)

35

b. Fleksibilitas atau keluwesan, yaitu kemampuan untuk

menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru. c. Elaborasi, adalah kemampuan dalam mengembangkan gagasan

dan mengurai secara terinci.

d. Originalitas atau keaslian, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

Selain itu, Munandar (2009) juga mengemukakan bahwa kreativitas

adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan

(fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.

Jadi, aspek-aspek dalam kreativitas meliputi fluency (kelancaran),

flexibility (keluwesan), originality (keaslian), dan elaborasi (keterperincian). Empat aspek inilah yang membuat seseorang terlihat berkembang baik atau buruknya sikap kreatif yang dimilikinya. Dimana sikap kreatif ini diberikan oleh Tuhan dari lahir.

3. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif

Menurut Munandar (2009) biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas


(48)

36

yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko daripada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting, dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka. Tentang Thomas Edison dikatakan bahwa dalam melakukan percobaan ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali, sebelum ia berhasil dengan penemuan bola lampu yang bermakna bagi seluruh umat manusia.

Beberapa ahli psikologi kognitif dan kreativitas berusaha mengungkap berbagai perilaku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku kreatif. Salah satu diantara penemuan penting adalah hasil penelitian Sternberg. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku kreatif memiliki empat dimensi (Suharnan, 2005):

1. Dimensi tanpa kubu (nonentranchment) :

a) Memperbaiki atau menyempurnakan aturan-aturan sepanjang waktu.


(49)

37

c) Mengambil peluang atau memanfaatkan kesempatan

d) Cenderung mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang

dimiliki dan mencoba apa yang menurut orang lain dianggap tidak mungkin

e) Emosional

f) Memiliki semangat bebas

g) Membangun istana di langit (angan-angan yang tinggi) h) Tidak konformis

i) Tidak ortodok

2. Dimensi Rasa Keindahan dan Imajinasi

a. Memiliki apresiasi terhadap seni, musik, dan seterusnya b. Suka sendirian ketika sedang menciptakan sesuatu yang baru c. Dapat menulis, menggambar, dan membuat komposisi musik d. Memiliki cita rasa yang baik

e. Menggunakan bahan-bahan di sekitarnya dan dibuat sesuatu yang unik dari bahan-bahan itu

f. Terjadi harmonisasi antara material dengan proses-proses ekspresi

g. Imajinatif

3. Dimensi Kecerdasan atau Ketajaman Pandangan

a. Mempertanyakan norma-norma sosial, dogma-dogma, atau asumsi-asumsi


(50)

38

c. Berpegang teguh pada suatu pendirian 4. Dimensi Rasa Ingin Tahu (curiousity)

a. Memiliki rasa ingin tahu ketika usia dini b. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

Csikszentmihalyi mengemukakan (dalam Munandar, 2002) sepuluh pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis:

1) Pribadi kreatif mempunyai kekuatan senergi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi tetap tenang dan rileks.

2) Pribadi kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naif.

3) Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin.

4) Pribadi kreatif dapat berseling-seling antara imajinasi dengan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.

5) Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introvert maupun ekstrovert.

6) Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama.

7) Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotipe gender.


(51)

39

8) Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.

9) Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya.

10) Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.

Sedangkan ciri pribadi kreatif menurut Munandar (2009) yang diharapakan oleh guru sekolah dasar dan menengah adalah sebagai berikut:

a. Penuh Energi

b. Mempunyai Prakarsa

c. Percaya Diri

d. Sopan

e. Rajin

f. Melaksanakan Pekerjaan Pada Waktunya

g. Sehat

h. Berani Dalam Berpendapat

i. Mempunyai Ingatan Baik


(52)

40

Jadi, ciri utama pribadi yang kreatif adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Suharnan yang meliputi empat dimensi. Empat dimensi tersebut diantaranya adalah dimensi tanpa kubu, dimensi rasa keindahan dan imajinasi, dimensi kecerdasan atau ketajaman pandangan, dan dimensi rasa ingin tahu.

4. Proses Kreativitas

Dalam Solso, dkk (2007) dijelaskan beberapa proses dari kreativitas yang diambil berdasarkan sejarah psikologi kognitif, Wallas (dalam Solso, 2007) menjelaskan bahwa ada empat tahapan dalam proses kreatif yaitu:

1) Persiapan : memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya.

2) Inkubasi : masa dimana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya.

3) Iluminasi : memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut.

4) Verifikasi : menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.

Jadi, proses dalam kreativitas terdiri dari empat. Yang meliputi proses persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Dimana masing-masing proses terdapat langkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan sikap kreatif.


(53)

41

5. Hambatan Kreativitas

Menurut Munandar (2009) hambatan-hambatan tersebut terdiri dari enam hambatan antara lain :

1. Hambatan yang dibuat sendiri

Seringkali kita menafsirkan apa yang kita lihat sesuai dengan peraturan-peraturan kaku yang telah mendarah daging dalam diri kita. Hal ini menjadikan kita tidak fleksibel dalam berpikir,

sehingga tidak dapat melihat kemungkinan-kemungkinan

penyelesaian lainnya. Kita terpaku pada satu jawaban, karena pandangan kita sendiri.

2. Hambatan untuk tidak berusaha menantang kenyataan

Terlalu sering kita menerima saja hal-hal yang kita lihat, tanpa berusaha memeriksa apakah benar cara kita melihatnya, atau tanpa

mempersoalkan mengapa demikian. Kita cenderung

mengembangkan pola berpikir normatif, sesuai dengan standar yang ada.

3. Hambatan mencari jawaban tunggal dan tepat

Kita seringkali terbelenggu dengan anggapan bahwa suatu persoalan hanya memiliki satu jawaban yang paling lazim atau memberikan jawaban yang kita perkirakan diinginkan oleh si penanya.


(54)

42

Hambatan karena kelaziman terjadi karena kita sudah terbiasa untuk memberikan jawaban yang paling lazim, yang diberikan oleh kebanyakan orang, yaitu jawaban konvensional. Banyak orang yang tidak berani memberikan jawaban orisinal, yang lain daripada yang lain, karena takut dianggap aneh oleh orang lain. Orang kreatif selalu berusaha untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan lainnya, disamping jawaban yang paling lazim.

5. Hambatan untuk memberi penilaian terlalu cepat

Orang yang terlalu berpikir analitis sering cenderung terlalu cepat memberikan penilaian seperti “ah, itu toh tidak mungkin !” atau “itu tidak bakal terjadi !” dengan demikian justru mematikan suatu ide, sebelum ide itu memiliki kesempatan agar dapat muncul dan berkembang. Menangguhkan penilaian merupakan salah satu pedoman utama dari berpikir kreatif.

6. Hambatan takut dianggap bodoh

Banyak orang tidak mampu mewujudkan atau mengaktualisasikan potensi kreatifnya oleh karena mereka cukup memiliki keberanian untuk mengemukakan ide-idenya karena takut dianggap bodoh oleh orang lain. Mereka itu lebih senang untuk mencari aman dengan berdiam diri daripada memberikan suatu gagasan yang mungkin akan ditertawakan atau diejek orang lain.

Moris (dalam Muhid, dkk, 2013) membedakan hambatan-hambatan tersebut menjadi dua hal : mental set dan functional fixedness. Set atau


(55)

43

mental set adalah kecenderungan kita untuk merasakan dan mendekati masalah dengan cara-cara tertentu. Bentuk lain dari set yang secara lebih serius menghalangi suatu pemecahan masalah adalah functional fixedness. Functional fixedness adalah suatu set yang menggunakan objek-objek sesuai dengan fungsinya yang terikat atau sesuai dengan cara yang biasanya kita pakai atau kita pergunakan.

Jadi, hambatan-hambatan yang menghalangi berkembangnya sikap kreatif ada enam. Yang meliputi hambatan yang dibuat sendiri, hambatan untuk tidak berusaha menentang kenyataan, hambatan mencari jwaban tunggal dan tepat, hambatan karena kelaziman, hambatan untuk memberi penilaian terlalu cepat, dan hambatan takut dianggap bodoh. Selain itu, ada hambatan lain yakni mental set dan functional fixedness. Dengan adanya hambatan ini, seseorang akan lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu yang membuatnya tidak bisa berkembang.

C. HUBUNGAN KREATIVITAS DENGAN KEMAMPUAN PROBLEM

SOLVINGPADA SISWA

Problem solving didefinisikan oleh Ling dan Catling (2012) sebagai keterampilan yang digunakan dalam banyak skenario berbeda setiap hari, apakah dalam mengatur jadwal dalam sehari atau menyusun rencana esai. Hal tersebut berarti bahwa dalam kehidupan sehari-hari, akan ada berbagai pemikiran dan rencana yang berbeda dari dalam diri setiap orang. Pemikiran


(56)

44

inilah yang digunakan oleh setiap orang dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.

Sternberg (2006) mengatakan bahwa dalam lingkaran pemecahan masalah terdapat beberapa langkah untuk memecahkan masalah. Salah satunya adalah dengan perumusan strategi. Dalam perumusan strategi ini, juga melibatkan proses berpikir divergen dan konvergen. Kedua proses berpikir ini juga terdapat dalam kreativitas.

Sedangkan menurut Santrock (2014) kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir tentang cara baru, dan tidak biasa, datang dengan solusi yang unik. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Solso (2007) yang mengatakan bahwa kreativitas juga diartikan sebagai suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang kegunaannya). Sehingga pandangan tersebut bisa lebih luas dalam menentukan sebuah cara untuk menyelesaikan masalah.

Menurut Weisberg dalam Suryani (2007) menambahkan, kreativitas itu sendiri bukan sesuatu yang khusus, proses kreativitas digunakan oleh sebagian besar orang untuk memecahkan masalah. Artinya kreativitas merupakan hal dasar dalam diri manusia yang biasanya digunakan untuk menyelesaikan suatu persoalan. Hal tersebut membuktikan bahwa antara kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah memiliki hubungan.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan kreativitas dengan kemampuan problem solving, uji korelasi Product Moment menunjukkan adanya hubungan negatif antara kreativitas dengan kemampuan problem solving. Artinya tidak terdapat hubungan antara kreativitas dengan kemampuanproblem solving.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan oleh berbagai pihak berkaitan dengan kreativitas dan kemampuanproblem solving.

1. Saran untuk siswa

Siswa kelas VIII MTs Al Musthofa Mojokerto setidaknya lebih meningkatkan kreativitasnya sehingga membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari siswa akan mampu memecahkan suatu masalah dengan cara yang lebih baik lagi.

2. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah:

a. Lebih memperhatikan waktu dalam pengambilan data, jangan sampai terlalu dekat dengan waktu libur, UAS, atau ketika


(2)

82

pelajaran berlangsung. Lebih baik jika melakukan pengambilan data saat jam istirahat atau jam kosong.

b. Lebih baik jika responden selalu didampingi saat ia mengisi skala, baik ketika uji coba maupun pengukuran sebenarnya, sehingga tidak terjadimisskomunikasi. Ketika responden kurang memahami instruksi atau pertanyaan yang dimaksud dalam form data demografi maupun skala.

c. Hendaknya pada saat pemberian instrumen peneliti dapat menjelaskan kegunaan pengerjaan instrumen dan menjelaskan kerahasiaan data. Sehingga responden tidak merasa cemas dalam mengisi instrumen dan dapat memberikan data yang lebih akurat. d. Peneliti selanjutnya dapat menganalisa lebih dalam tentang perbedaan tingkat kreativitas dan kemampuan problem solving siswa berdasarkan data demografi yang dipaparkan diatas. Terutama tentang tingkat kreativitas siswa dalam menghadapi masalahnya.

3. Penelitian ini menjadi masukan kepada lembaga sekolah, terutama guru bimbingan dan konseling agar para guru dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menghadapi segala masalah. Sehingga butuh bimbingan lebih lanjut bagi siswa.

4. Agar para guru lebih membimbing siswa dalam memecahkan masalah dengan cara yang baik dan benar. Sehingga siswa tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. & Asrori, M. (2006).Psikologi Remaja. PT. Bumi Aksara: Jakarta

Anderson, J. R.. (2005). Cognitive Psychology and its Implications. 6th ed. 41 Madison Avenue: New York

Andersson, U. (2007). The Contribution of Working Memory to Children’s Mathematical Word Problem Solving. Applied Cognitive Psychology, 21: 1201-1216 (2007)

Arikunto, S.(2006).Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Bandung Azwar, S. (2003).Metode Penelitian.Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Azwar, S. (2012).Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Bungin, M. B. (2005).Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Damayanti, D. R., S. A. N. C., & Yamtinah, S. (2014). Upaya Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Disertai Hierarki Konsep Pada Materi Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014.Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),Vol. 3 No. 4 Tahun 2014. ISSN2337-9995

Davidoff, L. L. (1988).Psikologi Suatu Pengantar. Erlangga: Jakarta Evans, J. R. (1994).Berpikir Kreatif. Bumi Aksara: Jakarta

Florida, R., Mellander, C., & King, K. (2015).The Global Creativity Index 2015. Martin Prosperity Institute: Toronto

Hawadi, A. (2001).Psikologi Perkembangan Anak. PT. Grasindo: Jakarta

Hergenhan, B.R. & Olson, M. H.. (2008).Theories of Learning. Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Hurlock, E.B. (1999).Child Development.Sixth Edition. Erlangga:Jakarta

Hurlock, E.B. (1997).Psikologi Perkembangan.Jilid II.ed. 6. Erlangga: Jakarta Ismail, S. & Atan, A. (2014). Aplikasi Pendekatan Penyelesaian Masalah Dalam

pengajaran Mata Pelajaran Teknikal dan Vokasional di Fakulti Pendidikan UTM. Journal of Educational Psychology and Counseling,Vol. 2, Jun 2011, Pages 113-144/ISSN: 2231-735X


(4)

84

Kulsum, U. & Nugroho, S.E.. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika.Unnes Physics Education Journal 3 (2) 2014

Kuo, F. R., Chen, N. S., & Hwang, G. J. (2014). A Creative Thinking Approach To Enhancing The Web-Based Problem Solving Performance of University Students. Journal of Computers & Education 72 (2014) 220–230

Kwon, H., Lee, E. & Lee, D. (2016). Meta-analysis on The Effectiveness of Invention Education in South Korea: Creativity, Attitude, and Tendency for Problem Solving. Journal of Baltic Science Education, Vol. 15. No. 1, 2016. ISSN: 1648-3898

Landry, S. H., Smith, K. E., & Swank, P. R.. (2006). Responsive Parenting: Establishing Early Foundations for Social, Communication, and Independent Problem-Solving Skills. Developmental Psychology 2006, Vol. 42, No. 4, 627–642

Ling, J. & Catling, J. (2012).Psikologi Kognitif. Erlangga: Jakarta

Margono, S. (2007).Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta Muhid, A. (2012).Analisis Statistik. Zifatama: Sidoarjo

Muhid, A., Fauziyah, N., Balgies, S., & Mukhoyyaroh, T. (2013). Psikologi Umum. IAIN SA Press: Surabaya

Munandar, S.C. U.. (2002).Kreativitas dan Keberbakatan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Munandar, U.. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta: Jakarta

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta: Jakarta

Ngilawajan, D. A. (2013). Proses Berpikir Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Turunan Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent. Pedagogia Vol. 2, No. 1, Februari 2013: halaman 71-83

Nuzliah. (2015). Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas Terhadap Problem Solving (Pemecahan Masalah) Siswa dalam Belajar Serta Implikasi Terhadap Bimbingan dan Konseling di SMPN 29 Padang. Jurnal EdukasiVol 1, Nomor 2, July 2015


(5)

85

Ormrod, J. E. (2008).Human Learning. Pearson Merrill Prentice Hall: Canada Ozturk, T. & Guven, B. (2016). Evaluating Students’ Beliefs in Problem Solving

Process: A Case Study. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,2016, 12(2), 411-429

Patnani, M. (2013). Upaya Meningkatkan Problem Solving Pada Mahasiswa. Jurnal Psikogenesis, Vol. 1, No. 2/ Juni 2013

Priambodo, B., Listiara, A., & Astuti, T. P. (2013). Pengaruh dari Problem Posing Method terhadap Kreativitas Verbal Siswa SMP Kelas VII. Jurnal Psikologi UndipVol.12 No.2 Oktober 2013

Putra, P. C. & Pratitis, N. T. (2014). Hubungan Antara Keterbukaan Terhadap Pengalaman dan Efikassi Diri dengan Kreativitas. Persona. Jurnal Psikologi Indonesia September2014, Vol. 3 No. 03, hal. 95-204 Rakhmat, J.(2002).Psikologi Komunikasi. Remaja Karya: Bandung

Rose, C. & Nichols, M. J. (2006). Accelerated Learning, Cara Belajar Cepat Abad XXI.Penerbit Nuansa: Bandung

Santrock, J. W. (2014). Psikologi Pendidikan. 5th.ed. Salemba Humanika : Jakarta Selatan

Setianingsih, E., Uyun, Z., & Yuwono, S. (2006). Hubungan Antara Penyesuaian Sosial Dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas DiponegoroVol.3 No. 1, Juni 2006

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenamedia Group: Jakarta

Slavin, R. E. (2011).Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. PT. Indeks: Jakarta Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2007). Psikologi Kognitif.

Erlangga: Jakarta

Sternberg, R. J. (2006).Psikologi Kognitif. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Sugiyono. (2010).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta: Bandung

Sugiyono. (2015).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta: Bandung


(6)

86

Suryani. (2007).Psikologi Kognitif. Dakwah Digital Press: Surabaya Tabrani, P. (2006).Kreativitas dan Humanitas. Jalasutra: Yogyakarta

Winarso, W. (2014). Problem Solving, Creativity, dan Decision Making Dalam Pembelajaran Matematika. EdumaVol. 3 No. 1 Juli 2014,ISSN 2086-3918

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur’an.(2008). Al Hikmah. Diponegoro: Bandung

Yuliana, D. (2015). Hubungan Antara Kreativitas dengan Kemampuan Pemecahan Masalah.Naskah Publikasi. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta Muharram, T. (2014). 25 Mei 2014, diakses pada tanggal 23 Juni 2016, Pukul

08:43 wib. http://alislamiyah.uii.ac.id/2014/05/25/kreatifitas-dalam-khazanah-hadits-nabi/

http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/84148-tafsir-l-quran,-surat-an-nahl-ayat-53-57, Kamis, 21 Agustus 2014 05:17, diakses pada tanggal 23 Juni 2016, Pukul 05:32 wib

http://www.kompasiana.com/afifatulwidad/dalil-tentang-kreativitas_ 5529b60bf1 7e61a91bd623e9, 19 Desember 2013 Pukul 18:46:11, diakses pada tanggal 23 Juni 2016, Pukul 05:32 wib

http://www.nu.or.id/post/read/67044/menguji-ujian-nasional, Menguji Ujian Nasional Selasa, 05 April 2016 04:30 diakses pada tanggal 18 Mei 2016, Pukul 09:05 wib