Penguasaan konsep oleh siswa melalui metode problem solving pada konsep sistem respirasi (eksperimen di MTS Negeri Cipondoh Tangerang)

(1)

( Eksperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang )

Oleh

ZUBAIDAH

102016023875

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(2)

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA KONSEP SISTEM RESPIRASI

( Eksperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang ) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh Zubaidah NIM : 102016023875

Pembimbing

Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si NIP. 19540310 198803 1001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(3)

(4)

SURAT KETERANGAN

Nomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah MTs Negeri Cipondoh Tangerang menerangkan bahwa :

Nama : Zubaidah

NIM : 102016023875

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 18 April 1980

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Program Studi : Pendidikan Biologi

Telah melakukan penelitian di MTs Negeri Cipondoh Tangerang pada tanggal 3 Maret sampai tanggal 24 Maret 2007. Dalam rangka menyelesaikan skripsi dengan judul : “Penguasaan Konsep Siswa Melalui Metode Problem Solving”.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tangerang, April 2007 Mengetahui,

a.n Wakil Kurikulum

Drs. Mukhodzin NIP.


(5)

102016023875, telah diujikan pada tanggal 26 Agustus 2010 dan telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif HIdayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Biologi.

Jakarta, 17 September 2010

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Jurusan Tanggal Tanda Tangan

Baiq Hana Susanti, M.Sc ... ... Nip. 19700209 200003 2 001

Sekertaris( Sekertaris Jurusan )

Nengsih Juanengsih, M.Pd ... ... Nip. 19790510 200604 2 001

Penguji I

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd ... ... Nip 19681228 200303 1 004

Penguji II

Ahmad Sofyan, M.Pd ... ... Nip. 19650115 198703 1 020

Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Prof.Dr. Dede Rosyada,M.A Nip. 19571005 198703 1 003


(6)

NIM : 102016023875

Jurusan : Pendidikan IPA – Biologi

Judul Skripsi : Penguasaaan Konsep Siswa Melalui Metode Problem solving.

No Judul dan Halaman Buku/Referensi Paraf

Pembimbing

1.

BAB I

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2004 ), cet. 3, h. 306

2. Lufri, Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang di intervensi dengan Peta Konsep pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan ( Padang : FPMIPA, 2000). h.25

3. Ibid, h.26 √

4. Ibid, h. 26-27 √

5. Aim Abdulkarim, Jurnal FKIP, Memahami Hakikat Berpikir,

(Cianjur : FKIP,2001), h.21 √

6. Wasis D. Dwiyogo, Jurnal Teknologi Pembelajaran : Teori

dan Penelitin, (Malang : FIPUNM, 2000), No.2, h.74

7. Ibid, h. 74 √

8. Muhibin Syah, Opcit, h.123

9. Betty Marisi Turnip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam interaksi kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, (Medan

: 2000), h.172 √

1. BAB II

Binsar Panjaitan, Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah dan Lokus Kendali Siswa terhadap Hasil Belajar dalam Pemecahan Masalah Matematika, ( Medan : IKIP, 2000 ), h. 40

√ 2. Ahmadi Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching,


(7)

5. Ibid, h. 53-67 √ 6. Martinis Yamin, Stategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,

(Jakarta : Gaung Persada Press, 2005), h. 58-64 √

7. Ahmad Sabri, Op. Cit. h. 22-25

8. Nizlel Huda, Suatu Model Pengajaran untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Mahasiswa D2-PGSD Prajabatan FKIP Universitas Jambi, Jurnal Gema Pendidikan, (Jambi : 2000), No.7, Tahun IV, h.29

√ 9. Roland W Scholz & Barbara Fluckiger,Environmental Problem

Solving Ability : Profiles In Aplication Documents Of Research Assistants, Journal Of Environmental Education; Summer97, Vol. 28 Issue 4, p37, 8p, 3 charts, 3 diagram, 2 graphs.

√ 10. Agus Susanto dan Rusdi, Model Pendekatan Heuristik pada

Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan, (Maret : 2006), Vol.4, No.1, hal.15

√ 11. Michael E. Martinez, What Is Problem Solving ?,

http://www-gse.uci.edu/doehome/Deftinfo/faculty/Martinez/Problem_Solvi

ng.html √

12. Cassady, Problem Solving,

http://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.ht

ml. √

13. N. Sudirman, Ilmu pendidikan, (Bandung : Remaja Karya,

2000), h.146 √

14. Muhibin syah, Psikologi Belajar ,( Jakarta : Raja Grafindo

persada, 2004 ), cet 3, h.127 √

15. Akbar Sutawidjaja, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Teknologi Pembelajaran, (Desember :

2000), Th. 6, No.3, h.145 √

16. J. Purmiassa Pical, Menyelesaikan Soal Cerita Matematika,


(8)

19. Akbar Sutawidjaja, Op.cit, h. 144 20. Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem

Solving dan Problem Posing untuk meningkatkan Aktivitas Siswa, Jurnal Kependidikan, (Mei : 2004), vol. 3, No.1, h. 49 – 50

21. Cassady, op.cit.

22. http:www.embracethefuture.org.au/youth/problem_solving.htm

l. √

23. Agus Susanto dan Rusdi, Op. cit, h.15

24. J. Purmiassa Pical, Op. cit, h. 162

25. Akbar Sutawijaya, Loc.Cit. h. 145

26. Sutarto, Buku Ajar Fisika (BAF) denga Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei, 2005), No.054, h. 327

√ 27. Edogogia, Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif, (2004),

vol.1, No.1, h.23 √

28. Betty Marisi Tunip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam Interaksi Kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, Jurnal

Pendidikan, (Medan, 2000), h.173

29. Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2004), cet.3, h.23 √

30. Betty Marisi Tunip, Op. Cit., h.173 √

31. Teori-teori Belajar, (Erlangga : Bandung, 2000), h. 81-82

32. Ibid, h.83

33. Sutarto, Op. Cit, h.332

34. Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,


(9)

Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaja, (Juli : 2006) No.3, Th. XXXIX, h. 498 - 499

37. Aim Abdulkarim, Op. cit, h.21-22

38. Ibid, hal. 25

39. Ibid, hal. 26

1.

BAB III

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 60

√ 2. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-13, h. 245 √ 3. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,

(Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h.100 √

4. Ibid., h. 208

5. Ibid., h. 210

6. Ibid., h. 213

7. Ibid., h. 218

8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003 ) , h. 280-281

1.

BAB IV

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching,

(Padang, PT.Ciputat Prees, 2005), h.24 √

2. Sutarto, Buku Ajar Fisiika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika ( AFKF) Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei, 2005), No.054,h.327


(10)

5. Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2004 ), cet.3, h. 127 √

Pembimbing I

Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si NIP. 19540310 198803 1001


(11)

Zubaidah. Penguasaan Konsep Oleh Siswa Melalui Metode Problem Solving pada Konsep Sistem Respirasi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil penguasaan konsep oleh siswa antara penggunaan metode problem solving dengan metode ceramah. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Maret sampai 24 Maret 2007 yang bertempat di MTs Negeri Cipondoh Tangerang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Sampel diambil dengan teknik random sampling, dengan sampel 30 siswa untuk kelompok metode problem solving (X) dan 30 siswa untuk kelompok metode ceramah (Y).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran biologi dapat ditarik kesimpulan bahwa guru dalam mengajar masih menggunakan metode ekspositori yaitu menyampaikan pembelajaran secara klasikal, terutama menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dari masih rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penguasaan konsep dan masih rendahnya hasil belajar siswa pada semester 1.

Pada penelitian ini siswa diberikan post-test sebelum menggunakan penggunaan metode problem solving dan pre-test sesudah penggunaan metode problem solving. Hal ini untuk mengetahui penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah perlakuan.

Dalam metode problem solving terdapat 4 langkah. 4 langkah problem solving yaitu: perumusan masalah, pelaksanaan pemecahan masalah, membuat rencana penyelesaian, dan evaluasi.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Uji “t” diperoleh harga thitung < ttabel yaitu 1,24 < 2,01. Dari hasil tersebut memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang menggunakan metode problem solving dengan metode ceramah.

Kata Kunci : Metode Problem Solving, Penguasan Konsep Siswa.


(12)

Respiratory System Concept. Thesis, Department of Natural Science Education (Science), Biology Education Studies Program, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta . This study aims to determine whether there are differences in the mastery of concepts by students between the use of problem solving methods with lecture method. The research was conducted on March 3 until March 24, 2007, which took place in Tangerang Cipondoh MTs.

The method used in this study is an experiment. Samples were taken by random sampling technique, with a sample of 30 students for group problem solving method (X) and 30 students for lecture method group (Y).

Based on the observation of biological learning can be concluded that the teacher in teaching are still using the expository method of delivering classical learning, especially using the lecture method. This is evident from the low student involvement in learning, mastery of concepts and the low student learning outcomes in semester 1. In this study, students are given post-test before using problem solving methods and use of pre-test after the use of problem solving methods. This is to know the students’ mastery of concepts before and after treatment. In method of problem solving there are 4 steps. 4 steps problem solving are : problem formulation, implementation problem solving, plan completion, and evaluation.

Based on calculations using the test "t" is obtained tcount price <ttable namely 1.24 <2.01. From these results demonstrate that there is no biological difference in learning outcomes of students who use the method of problem solving with lecture method.

Keywords: Method of Problem Solving, Student Concept dominance.


(13)

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, hidayah serta pertolongan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, dengan judul “Penguasan Konsep Oleh Siswa Melalui Metode Problem Solving (Sebuah Esperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang” pada bulan Maret 2007) pada Konsep Sistem Respirasi.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Srata Satu ( S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berbagai kendala baik internal maupun eksternal merupakan suatu hambatan besar yang harus penulis jalani, namun atas berkat karunia-Nya dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc Kepala Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Ir.H. Mahmud M Siregar, M.Si Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukkan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Ahmad Sopyan, M.Pd Pembimbing Akademik

5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama ini.

6. Bapak H. Moehdiar, S.Ag Kepala Sekolah MTsN Cipondoh Tangerang yang telah memberikan tempat kepada penulis untuk melaksanakan penelitian hingga selesai. 7. Bapak Drs. Mukhodzin Wakil Kepala Sekolah, serta semua dewan guru beserta para

staf MTsN Cipondoh Tangerang.

8. Ibu Rosmani, S.Pd Guru Bidang Studi Biologi serta siswa MTsN Cipondoh khususnya kelas VIII C dan VIII D.


(14)

10.Suami tercinta yang selalu mendampingi, terima kasih atas waktu dan perhatiannya. 11.Teman-temanku : Sumi, Diana, Iyam, Almh. Mimi, Dida, Lilis, Intan, Heti, Yani dan

teman-teman Biologi angkatan 2002, terima kasih atas supportnya.

12.Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Tak ada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang lebih baik dan setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Jakarta, Agustus 2010

Penulis


(15)

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunan Hasil Penelitian... 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis... 10

1. Hakikat Strategi Pembelajaran ... 10

a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 10

b. Komponen Strategi Pembelajaran ……….. 10


(16)

e. Macam-Macam Metode Pembelajaran ... 12

f. Strategi Memilih Metode Pembelajaran ……… 14

g. Pola-pola Belajar Siswa ………. 14

2. Hakikat Problem Solving... 16

a. Pengertian Problem Solving ... 16

b. Jenis Masalah ... 19

c. Langkah – Langkah Problem Solving ... 20

d. Pendekatan Pengajaran Problem Solving……… 23

e. Usaha Meningkatkan Kemampuan Problem Solving ..… 24

f. Kelebihan Problem Solving………... 26

g. Kelemahan Problem Solving………. 26

h. Hasil Belajar Problem Solving……… 26

3. Hakikat Penguasaan Konsep ……….. . 27

a. Pengertian Konsep ……… 27

b. Perolehan Konsep ………. 29

c. Analisis Konsep ……… 29

d. Tingkat – Tingkat Penguasaan Konsep ………. 31

e. Penguasaan Konsep……… 32

B. Penelitian yang Relevan... 33

C. Kerangka Berpikir... 34

D. Hipotesis Penelitian ... 37


(17)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 38

C. Metode dan Desain Penelitian ... 38

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data... 39

F. Prosedur Penelitian ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 42

H. Uji coba Instrument Penelitian ... 43

I. Teknik Analisa Data ... 48

J. Hipotesis Statistik……… 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data ... 52

B. Analisi Data ... 57

C. Hasil Penelitian ……….. 60

D. Pembahasan... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ……….. ... 68


(18)

DAFTAR PUSTAKA……….... 69

LAMPIRAN ………. 72


(19)

1. Hasil Angket Belajar Siswa ……… 7

2. Instrumen Test Hasil Belajar Biologi ………... 42

3. Analisi Uji Taraf Kesukaran ………. 47

4. Deskripsi Nilai Pre-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok Eksperimen …….……… 53

5. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok Eksperimen ……… 53

6. Deskripsi Nilai Pre-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok Kontrol ………. 54

7. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok Kontrol ………... 54

8. Deskripsi Nilai Post-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok Eksperimen ………... 55

9. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok Eksperimen ……….. 56

10.Deskripsi Nilai Post-test pengguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok Kontrol ………. 56

11.Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem Respirasi Kelompok Kontrol ………. 57

12.Hasil Uji Normalitas ……….. 58

13.Hasil Uji Homogenitas ……….. 59

14.Kisi-Kisi Penulisan Soal Tes Hasil Belajar Biologi ……….. 85

15.Skor Uji Reliabilitas ……….. 92

16.Perhitungan UJi Coba Validitas Instrumen ………... 94

17.Skor Instrumen yang Valid ……… 95

18.Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelompok Eksperimen (X) ………. 103


(20)

20.Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai

Post-test Kelompok Eksperimen (X) ……….. 105

21.Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelompok Eksperimen ……….. 106

22.Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelompok Kontrol (Y) ……….. 107

23.Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelompok Kontrol ……….. 108

24.Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelompok Kontrol (Y) ………. 109

25.Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelompok Kontrol ………. 110

26.Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelompok X ……….... 112

27.Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post-test Kelompok X ………... 113

28.Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelompok Y ………. 114

29.Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post-test Kelompok Y ……… 115

30.Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen ……….. 116

31.Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol ……… 118

32.Perhitungan T-test pada Kelompok Eksperimen ………... 120

33.Perhitungan T-test pada Kelompok Kontrol ………. 123

34.UJi Hipotesis ……….. 126

35.Lembar Observasi Penguasaan Konsep dan Pemecahan Masalah ……….... 128

36.Analisis Penguasaan Konsep ………. 130

37.Analisis Pemecahan Masalah ……… 132

38.Model Pembelajaran Problem Solving Sistem Respirasi ……….. 133

39.Model Pembelajaran Metode Ceramah Sistem Respirasi ………. 141


(21)

1. Langkah Problem Solving ……… 22

2. Pendekatan Umum Problem Solving ……… 22

3. Bagan Kerangka Berpikir ………. 36


(22)

1. Angket Cara Belajar Siswa ……… 72

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 73

3. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Biologi... 85

4. Instrumen Uji Coba Hasil Belajar Biologi... 86

5. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen ... 91

6. Skor Uji Reliabilitas... 92

7. Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen ... 93

8. Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Instrumen... 94

9. Skor Instrumen Yang Valid ... 95

10.Perhitungan Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen……… 96

11.Instrumen Penelitian ... 97

12.Kunci Jawaban Instrumen Penelitian... 100

13.Perhitungan Nilai dan Daftar Distribusi Frekuensi... 102

14.Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi

Nilai Pre Test Kelompok Eksperimen (X)... 103

15.Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi

Nilai Post Test Kelompok Eksperimen (X) ... 105

16.Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi

Nilai Pre Test Kelompok Kontrol (Y) ... 107

17.Perhitungan Data dan Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi

Nilai Post Test Kelompok Kontrol (Y)... 109

18.Perhitungan Uji Normalitas ... 111

19.Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelompok X ... 112


(23)

xiii

21.Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelompok Y ... 114

22.Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post Test Kelompok Y... 115

23.Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen... 116

24.Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Kontrol……….. 118

25.Perhitungan t-test pada kelompok eksperimen……… 120

26.Perhitungan t-test pada kelompok Kontrol………. 123

27.Uji Hipotesis ... 126

28.Perhitungan Uji-t………. 127

29.Lembar Observasi Penguasaan Konsep dan Pemecahan Masalah……….. 128

30.Analisis Penguasaan Konsep………... 130

31.Analisis Pemecahan Masalah……….. 132

32.Model Pembelajaran Problem Solving Sistem Respirasi……… 133

33.LKS Kelas Eksperimen Sistem Respirasi……… 136

34.Model Pembelajaran Metode Ceramah Sistem Respirasi……… 141


(24)

A. Latar Belakang Masalah

Siswa merupakan obyek yang akan menerima pelajaran di sekolah. Mutu dari pendidikan yang berjalan akan dicerminkan oleh adanya hasil Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). KBM ini ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor ini dikelompokan menjadi faktor internal dan eksternal.

Secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan kondisi siswa dan rohani siswa.

b. faktor Eksternal (faktor diluar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

c. faktor Pendekatan belajar (Approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.1

Faktor di atas saling mempengaruhi. Jika ketiga faktor tersebut terpenuhi maka proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik. Tetapi dalam pelaksanaannya tidak mungkin terpenuhi semuanya. Salah satunya adalah penggunaan metode pengajaran.

Kenyataan selama ini, pembelajaran masih banyak yang

menggunakan metode tradisional, yang lebih dikenal dengan metode ceramah. Tek seperti dikutip dalam Lufri berpendapat bahwa kebanyakan anak didik mengalami kebosanan dalam pendidikan sains, sebagian besar karena faktor didaktik, termasuk metode pengajaran yang berpusat pada guru. Selanjutnya Waidi dalam lufri menambahkan bahwa sistem pendidikan kita sekarang ini umumnya menerapkan pola satu arah. Pengajaran seperti ini cenderung

1

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004 ), cet. 3, h. 306


(25)

menjadi dogmatis, dominan hafalan, dan memasung kreatifitas atau kemerdekaan berpikir anak didik.2

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran yang lebih didominasi oleh guru dapat menyebabkan anak jadi tergantung dengan guru. Mereka tidak dapat mengemukakan pendapat dan mengembangkan kreatifitas berfikir. Jika hal ini berlarut-larut maka siswa tidak akan mengalami kemajuan dalam belajar. Mereka akan selalu menerima apa yang disampaikan oleh guru sehingga mereka menguasai suatu pelajaran hanya dengan hafalan belaka tanpa memahami pelajaran tersebut. Hal ini tidak akan menjadi masalah bagi siswa yang kuat dalam menghafal tapi bagi siswa yang tidak kuat hapalannya akan menjadi masalah.

Belajar bukan hanya sekedar mengingat, melainkan lebih luas dari itu yakni memahami dan hasil belajar bukan hanya penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Sedangkan pengajar merupakan penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

Salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pengajaran adalah memilih atau menetapkan strategi pengajaran yang sesuai dengan kondisi yang diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Seperti dikutip dalam Lufri, pembelajaran dalam bidang biologi akan menjadi hidup dan menarik jika pembelajaran dapat menggerakkan atau mengaktifkan daya pikir siswa. Pelajaran biologi akan membosankan jika hanya disajikan dalam bentuk hafalan kata-kata atau istilah-istilah. Hal ini didukung oleh hasil wawancara Mason dengan anak didik bahwa kebanyakan mereka menganggap sains itu membosankan, karena merupakan daftar kata-kata dan fakta, menakutkan, dan tidak relevan dengan kehidupan mereka.3

Biologi merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting kedudukannya karena menyangkut kehidupan tentang kehidupan termasuk di dalamnya adalah tentang manusia itu sendiri. Sebenarnya tidak sulit dalam mempelajari biologi, namun jika tidak digunakan metode belajar yang tepat ,

2

Lufri, Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang di intervensi dengan Peta Konsep pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan ( Padang : FPMIPA, 2004). h.25

3


(26)

pelajaran ini akan terasa sulit untuk dipelajari dikarenakan anggapan sebagai pelajaran yang membosankan.

Pembelajaran yang melibatkan anak aktif berpikir adalah sangat penting sehingga perlu dibudayakan, dan pembelajaran yang menyebabkan anak pasif sudah seharusnya ditinggalkan atau paling tidak dikurangi. Menurut teori kerucut belajar Dare dalam lufri, yang dikemukakakn oleh Woods, pembelajaran yang membuat siswa pasif, kecenderungan mereka bisa mengingat materi hanya 50%, tapi kalau pembelajaran yang menuntut siswa aktif, kecenderungan mereka bisa mengingat materi yang telah dipelajari sebanyak 70 % - 90 %.4

Pembelajaran yang mengikutsertakan siswa didalamnya akan sangat bermakna bagi siswa itu dendiri. Siswa merasa menjadi bagian dari pembelajaran dan ikut menemukan pengetahuan baru yang melibatkan kemampuan berpikir mereka. Hal ini akan mempermudah siswa dalam mengingat materi yang telah dipelajari. Jika siswa hanya berperan sebagai pendengar saja dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan kebosanan dalam diri mereka. Mereka menganggap pelajaran itu tidak menarik untuk diikuti.

Beberapa ahli psikologi setuju bahwa berpikir melibatkan suatu bentuk aktivitas mental. Aktivitas tersebut dapat dijelaskan berdasarkan aktivitas yang dilakukan pikiran ketika berpikir. Komponen operasi mental ini terdiri atas dua bentuk umum, yaitu operasi kognitif dan metakognitif. Operasi kognitif terdiri dari operasi-operasi yang digunakan untuk menemukan dan membangun makna. Operasi metakognitif terdiri dari operasi yang digunakan untuk mengarahkan dan mengontrol strategi dan keterampilan menemukan

atau membuat makna.5

Berfikir merupakan manipulasi operasi mental terhadap berbagai input indera dan data yang dipanggil dalam memori untuk diolah, diformulasikan, dan dinilai sehingga diperoleh suatu makna. Walaupun merupakan proses

4

Ibid, h. 26 5

Aim Abdulkarim, Jurnal FKIP, Memahami Hakikat Berpikir, (Cianjur : FKIP,2001), h.21


(27)

yang kompleks, namun berpikir bukanlah proses yang misterius atau magis. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pikiran bekerja untuk membuat makna sebagai produk berfikir. Setiap proses berpikir melibatkan kombinasi atau gabunga operasi-operasi yang dirancang untuk menghasilkan makna ( operasi kognitif ) dan untuk mengarahkan bagaimana makna itu dihasilkan.

Hasil belajar pemecahan masalah merupakan kapabilitas yang paling

tinggi dalam keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan

intelektual. Dengan demikian tujuan pendidikan di sekolah bukan hanya meningkatkan perolehan pengetahuan, akan tetapi harus dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, karena kemampuan memecahkan masalah merupakan aktivitas mental yang paling tinggi.6

Jika kemampuan memecahkan masalah telah diperoleh, seseorang tidak sekedar dapat menyelesaikan masalah serupa, akan tetapi diharpkan dapat menyelesaikan masalah yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari.

Gagne seperti dikutip Wasis, menyatakan bahwa kapabilitas adalah hasil belajar. Ia menyusun kategori kapabilitas belajar menjadi lima jenis, yaitu : (1) informasi verbal, (2) keerampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, (5) keterampilan motorik. Kapabilitas pemecahan masalah berada pada hierarki keterampilan intelektual.7

Keterampilan intelektual merupakan pusat perhatian yang penting dalam kegiatan belajar di sekolah. Dengan keterampilan intelektual, individu dapat merespon lingkungan belajarnya melalui simbol-simbol, misalnya bahasa, angka, dan gambar.

Berdasarkan Gagne dan Bloom terdapat kesamaan pandangan bahwa hasil belajar keterampilan intelektual merupakan suatu hierarki dari mulai yang sederhana menuju ke kompleks. Kapabilitas belajar yang paling komplek adalah pemecahan masalah. Karena kapabilitas ini memerlukan berbagai prasyarat konsep dan kaidah sebagai sub-ordinat. Demikian pula dalam

6

Wasis D. Dwiyogo, Jurnal Teknologi Pembelajaran : Teori dan Penelitin, (Malang : FIPUNM, 2000), No.2, h.74

7


(28)

taksonomi Bloom, pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi mengandung unsur pemecahan masalah.

Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berfikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar pengertian

dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” ( how ) dan “mengapa” ( why ).

Dalam berfikir rasional siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan. Dalam berfikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kedalaman gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.8

Biologi sebagai salah satu mata pelajaran kelompok Sains mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Biologi memiliki struktur keilmuwan dan metode pembelajaran tersendiri serta terdapatnya produk-produk keilmuwan seperti konsep, teori, postulat dan lain-lain.

Pada kenyataannya, hasil belajar konsep siswa, masih rendah. Salah satu di antaranya adalah penguasaan konsep, atau pemahaman yang salah bisa terjadi karena kesempatan memformulasikan konsep, rendahnya asumsi awal dan kesalahan deduksi.9

Berbagai informasi tentang penguasaan konsep Biologi diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan upaya apa yang paling efisien yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep Biologi.

Salah satu metode yang dapat digunakan pada mata pelajaran Biologi adalah metode Problem Solving. Melalui proses problem solving ini, Edwards. L Pizzini yakin bahwa para siswa akan menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksprorel, disainer, pengembangan keputusan, dan sebagai komunikator.

8

Muhibin Syah, Opcit, h.123 9

Betty Marisi Turnip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam interaksi kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, (Medan : 2000), h.172


(29)

Siswa-siswi di MTsN Cipondoh Tangerang kesulitan dalam memahami konsep-konsep Biologi. Mereka lebih cenderung diberikan konsep-konsep dengan pendekatan cara lama dimana guru menjelaskan pelajaran sejelas-jelasnya dan siswa mencatat dan menghafalkan. Jadi konsep-konsep yang diinginkan siswa adalah yang langsung diberikan guru tanpa mereka sendiri yang menemukannya. Akibatnya siswa hanya sekedar mengetahui konsep-konsep tersebut tanpa memahaminya secara mendalam, menjelaskan keterkaitan konsep yang satu dengan yang lain.

Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan dalam belajar masih dalam metode tradisional yaitu ceramah sehingga siswa tidak mempunyai kreatifitas berpikir dalam memecahkan masalah pelajaran Biologi. Sehingga penguasaan konsep oleh siswa MtsN Cipondoh masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil semester 1.

Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa didapatkan hasil (Tabel 1) sebagai berikut : 69 % siswa kadang-kadang membaca buku Biologi sebelum pelajaran biologi, 85,7 % siswa sering mengerjakan tugas yang diberikan guru biologi dengan sebaik-baiknya, 47,6 % siswa kadang-kadang tertarik memperhatikan penjelasan guru, 76,2 % siswa kadang-kadang berdiskusi dengan teman-teman tentang pelajaran biologi, 71,4 % siswa sering mencatat materi pelajaran biologi yang dijelaskan guru, 42,9 % siswa kadang-kadang bersemangat mengikuti pelajaran biologi, 50 % siswa kadang-kadang-kadang-kadang bertanya kepada guru bila tidak mengerti, 42,9 % siswa kadang-kadang merasa senang jika tidak ada pelajaran biologi,73,8 % siswa sering mengikuti kegiatan dalam pembelajaran biologi, dan sebanyak 71,4 % siswa kadang-kadang kurang memperhatikan penjelasan guru biologi.


(30)

Table 1

Hasil Angket Cara Belajar siswa

No Pernyataan Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

1 Membaca buku biologi sebelum pelajaran

biologi

26,2 % 69 % 4,8 %

2 Mengerjakan tugas yang diberikan guru biologi dengan sebaik-baiknya

85,7 % 14,3 % -

3 Tertarik memperhatikan penjelasan guru 45,2 % 47,6 % 7,2 %

4 Berdiskusi dengan teman-teman tentang pelajaran pelajaran biologi

14,3 % 76,2 % 9,5 %

5 Mencatat setiap materi biologi yang dijelaskan guru

71,4 % 26,2 % 2,4 %

6 Bersemangat mengikuti pelajaran biologi 38,1 % 42,9 % 19 %

7 Bertanya kepada guru bila tidak mengerti 42,9 % 50 % 7,1 %

8 Merasa senang jika tidak ada pelajaran biologi di kelas

19 % 42,9 % 38,1 %

9 Mengikuti setiap kegiatan dalam pembelajaran biologi di kelas

73,8 % 16,7 % 9,5 %

10 Kurang memperhatikan penjelasan guru biologi

14,3 % 71,4 % 14,3 %

Rata-rata 43,09% 45,72 % 11,19 %

Konsep di kelas 2 pada umumnya memerlukan penguasaan konsep. Jika siswa salah mengartikan suatu konsep maka akan sangat fatal. Konsep tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Misalnya siswa tidak memahami fungsi dari darah maka mereka akan kesulitan untuk memahami proses pencernaan dan respirasi. Fungsi darah adalah mengangkut oksigen dan sari-sari makanan. Makanan dibakar oleh oksigen yang diperoleh dari pernapasan. Hasil pembakaran ini akan menghasilkan energi yang


(31)

digunakan manusia untuk menjalankan aktifitasnya. Apabila siswa tidak menguasai konsep tersebut maka siswa akan kesulitan untuk memahaminya.

Oleh sebab itu peneliti memilih konsep sistem respirasi pada penelitian ini karena materi ini masih berhubungan dengan konsep sistem pencernaan dan peredaran darah. Metode yang digunakan peneliti adalah problem solving. Karena metode ini berorientasi pada kemampuan berfikir mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan konsep oleh siswa dengan metode pembelajaran sangat berhubungan erat. Namun belum diketahui seberapa besar hubungan itu, oleh sebab itu penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan penguasaan konsep oleh siswa melalui metode problem solving pada konsep sistem respirasi.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :

1. Bagaimanakah penguasaan konsep oleh siswa terhadap pembelajaran

Biologi pada konsep sistem respirasi ?

2. Bagaimanakah metode problem solving mempengaruhi penguasaan

konsep siswa ?

3. Bagaimanakah pembelajaran Biologi dengan metode problem solving di

Mts N Cipondoh Tanggerang ?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh metode pembelajaran problem solving terhadap penguasaan konsep oleh siswa pada konsep sistem respirasi.


(32)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Pengaruh Penguasaan Konsep Sistem Respirasi oleh Siswa melalui metode Problem Solving?”

E. Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui bagaimana metode pengajaran problem solving dapat

mempengaruhi penguasaan konsep siswa.

b. Mengetahui penguasaan konsep siswa melalui metode problem solving.

c. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa.

d. Mengetahui penguasaan konsep pembelajaran biologi di MTs N Cipondoh

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Secara teoritis, dapat menambah khazanah pengetahuan dalam bidang

pendidikan.

b. Guru dapat menemukan metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep

yang akan dipelajari.

c. Mengetahui pengaruh metode problem solving terhadap penguasaan

konsep siswa.

d. Meningkatkan penguasaan konsep Biologi pada siswa kelas VIII MTS N

Cipondoh Tangerang.

e. Informasi bagi penulis khususnya dan pada pembaca umumnya tentang


(33)

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Strategi Pembelajaran a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah gambaran komponen materi dan prosedur atau cara yang digunakan untuk memudahkan siswa belajar.1

Dalam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, agar tujuan pembelajaran berhasil guna. Guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran dimaksud.

b. Komponen Strategi Pembelajaran

Menurut Newman dan Logan sebagaimana dikutip Ahmad Sabri, strategi meliputi empat masalah :

1) Mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

perubahan tingkah laku dan kepribadiaan peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi

dan pandangan hidup masyarakat.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik

pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif .

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan /

kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan

1

Binsar Panjaitan, Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah dan Lokus Kendali Siswa terhadap Hasil Belajar dalam Pemecahan Masalah Matematika, ( Medan : IKIP, 2000 ), h. 40


(34)

pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.2

c. Hal Pokok dalam Strategi Pembelajaran

Dalam melaksanakan strategi pembelajaran, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu :

1) Tahapan mengajar

Terdiri dari tahapan pemula ( pra Instruksional ), tahapan pengajaran ( Instruksional ), dan tahapan penilaian dan tindak lanjut.3

2) Penggunaan model atau pendekatan mengajar

Beberapa model atau pendekatan mengajar diantaranya adalah :

• Pendekatan Ekspositori / model informasi

Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yaitu dikenal dengan istilah kuliah / ceramah / lecture.

• Pendekatan Inquiry / Discovery

Metode mengajar yang biasa digunakan adalah metode diskusi dan pemberian tugas.

• Pendekatan Interaksi Sosial

Metode mengajar yang biasa digunakan adalah diskusi, problem solving, metode simulasi, bekerja kelompok dan pendekatan lain ysng menunjang berkembangnya hubungan sosial siswa.

• Pendekatan tingkah laku ( Behavior Models )

Pendekatan-pendekatan tersebut digunakan pada tahapan intruksional.4

2

Ahmadi Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching, ( Padang, PT. Ciputat Press, 2005 ), h.3

3

Ibid, h.3 4


(35)

3) Penggunaan prinsip mengajar.

Prinsip mengajar yang digunakan disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan pada saat proses belajar mengajar.

Ketiga hal tersebut saling berhubungan tahapan mengajar disesuaikan dengan pendekatan mengajar yang digunakan pada saat proses belajar mengajar.

d. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau tehnik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.5

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.

e. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Beberapa metode pembelajaran diantaranya adalah :

1) Metode Ceramah ( Lecture )

Adalah metode yang dilakukan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas. Interaksi guru dan siswa banyak menggunakan bahasa lisan.

2) Metode Tanya Jawab

Adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung yang bersifat two way traffic. Sebab pada

saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

3) Metode Diskusi

Diskusi suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih teliti tentang sesuatu atau untuk merampungkan keputusan bersama.

5


(36)

4) Metode Tugas Belajar dan Resitasi

Metode ini merangsang siswa aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok.

5) Metode Kerja Kelompok

Mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan ( kelompok ) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil ( sub-sub kelompok ).

6) Metode Demontrasi dan Eksperimen

adalah metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

7) Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

Adalah metode mengajar dengan mendemontrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran menekankan permainan peranan di dalam mendemontrasikan masalah-masalah sosial.

8) Metode Problem Solving

Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya kepada menarik kesimpulan.

9) Metode Sistem Regu ( Team Teaching )

Adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang.

10)Metode Latihan ( drill )

Pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.

11)Metode Karya Wisata

Adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dan membawa siswa mengunjungi objek yang akan dipelajari.6

6


(37)

Dalam proses pembelajaran biasanya digunakan lebih dari satu macam metode. kadang-kadang di dalam proses pembelajaran guru kaku dengan menggunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca. Metode pembelajaran merupakan cara menyampaikan, menyajikan, memberi latihan, dan memberikan contoh pelajaran kepada siswa. Dengan demikian metode dapat dikembangkan dari pengalaman. Metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kita tidak boleh monoton dalam suatu metode.

f. Strategi Memilih Metode Pembelajaran

Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan oleh pengajar dalam memilih metode pembelajaran secara tepat dan akurat, adalah : 1) Tujuan Instruksional

2) Pengetahuan awal siswa

3) Bidang studi / pokok bahasan

4) Alokasi waktu dan sarana penunjang

5) Jumlah siswa.7

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Dalam memilih metode yang tepat, diperlukan pertimbangan-pertimbangan agar proses belajar mengajar dapat berjalan.

g. Pola-Pola Belajar Siswa

Gagne seperti dikutip Ahmad Sabri mengolongkan pola-pola belajar siswa ke dalam tujuh tipe dimana yang satu merupakan pra syarat

7

Martimis Yamin, Strategi pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2005), h.58


(38)

bagi yang lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Tipe-tipe tersebut adalah:

1) Signal Learning ( belajar isyarat )

Merupakan tipe yang paling dasar namun merupakan tingkat yang harus dilalui untuk tipe belajar yang lebih tinggi. Signal Learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar prilaku bersifat involuntary (tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya )

2) Stimulus – Respon Learning ( belajar merangsang tanggapan )

Belajar ini termasuk ke dalam instrumental Condition atau belajar dengan trial dan eror.

3) Chaining ( mempertautkan ) dan 4 tipe Verbal Association

Kondisi yang diperlukan dalam berlangsungnya tipe belajar ini antara lain secara internal anak sudah menguasai sejumlah satuan pola S-R. baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulanggan, dan reinforment tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining dan association.

4) Discrimination Learning ( belajar membedakan )

Kondisi utama dalam proses belajar ini adalah siswa mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman. 5) Concept Learning ( belajar pengertian )

Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari kesimpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian / konsep utama yang diperlukan yaitu kemahiran deskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.

6) Rule Learning ( belajar membuat generalisasi, hukum dan kaidah ) Siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal ( induktif, deduktif, analysis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi dan kausalitas ), sehingga siswa dapat memberikan kesimpulan tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai aturan.


(39)

7) Problem Solving ( belajar memecahkan masalah )

Pada tingkat ini, siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsang yang menggambarkan / membangkitkan situasi problematika, mempergunakan berbagai kaidah yang dikuasainya.8

Guru dapat mengidentifikasi tahap belajar / tipe belajar yang telah dijalaninya dengan proses pengidentifikasian hasil kegiatan mengajar yang tercermin dalam perubahan prilaku, baik secara material- subtansial, struktur fungsional, maupun secara behavioral.

2. Hakikat Problem Solving a. Pengertian Problem Solving

Secara umum pengertian masalah adalah suatu hambatan dalam mencapai tujuan dan apabila tidak diatasi atau diselesaikan akan mengganggu orang yang mempunyai masalah tersebut. Winkel seperti dikutip Nizel Huda menyatakan bahwa masalah adalah suatu yang menghambat, merintangi, mempersulit bagi orang dalam usahanya mencapai sesuatu.9

Jadi suatu pertanyaan akan merupakan masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan / hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.

Menurut Radfors dan Burton dalam Goldin suatu masalah adalah suatu situasi dengan hasil akhir tidak dapat dengan segera dicapai. Sedangkan menurut Newel dan Simon dalam Goldin, seseorang berhadapan dengan suatu masalah apabila ia ingin sesuatu dan tidak mengetahui dengan segera rangkaian tindakan yang dapat dilakukan untuk mendapatkannya.

8

Ahmad Sabri, Op. Cit. h. 22 9

Nizlel Huda, Suatu Model Pengajaran untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Mahasiswa D2-PGSD Prajabatan FKIP Universitas Jambi, Jurnal


(40)

Masalah menurut Granham dan Oakhil seperti dikutip Roland W. Scholz adalah:

“ A problem is charaterized by an intial state, a desired target state, and a barrier that prevents an immediate, direct, or routine transition from the initial to the target state.” 10

Berdasarkan pendapat di atas sebuah masalah adalah sesuatu yang mempunyai karakteristik kuat yang didalamnya terdapat target yang harus diselesaikan dengan segera dan langsung melalui perpindahan yang rutin sehingga target yang dimaksud dapat tercapai.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah adalah suatu pertanyaan atau soal yang dihadapi siswa atau dihadapkan kepada siswa dan sesuai dengan tingkat kognitifnya, namun siswa tersebut tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat digunakan dengan segera untuk mendapatkan jawabannya.

Smith, menyatakan bahwa pengajaran yang baik mempunyai dua tujuan pokok : (1) mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap materi dan (2) meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Metode yang memerlukan kedua pengajaran tersebut adalah problem solving.

Pemecahan masalah menurut Agus Susanta dan Rusdi adalah suatu proses penerapan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman sebelumnya pada situasi yang baru dan asing.11

Menurut Michael E. Martinez, problem solving adalah :

“ Problem Solving is the procces of moving toward a goal when the past to that goal is uncertain. “12

10

Roland W Scholz & Barbara Fluckiger,Environmental Problem Solving Ability : Profiles In Aplication Documents Of Research Assistants, Journal Of Environmental Education; Summer97, Vol. 28 Issue 4, p37, 8p, 3 charts, 3 diagram, 2 graphs.

11

Agus Susanta dan Rusdi, Model Pendekatan Heuristik pada Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan, (Maret : 2006), Vol.4, No.1, hal.15

12

Michael E. Martinez, What Is Problem Solving ?,


(41)

Menurut Martinez problem solving adalah suatu proses perubahan tujuan kedepan ketika tujuan dimasa lalu tidak pasti. Jadi problem solving merupakan suatu proses perubahan yang menghendaki adanya perbaikan dan digunakan ketika sesuatu hal tidak dapat diselesaikan.

Beberapa definisi Problem solving menurut Dr.Cassady adalah:

a. Problem solving is the ability to formulate new answers. Going

beyond the simple application of previously learned rules to create a new solution.

b. Probem solving is also process in the which we perceive and

resolve a gap between a present situation and desired goal, whit the path to the goal blocked by known or unknown obstacles.

c. Problem solving is the process of moving toward a goal when the

path to goal is uncertain. 13

Proses yang dimulai dengan masalah yang telah dibuat dan diakhiri dengan penyelesaian menggunakan informasi yang diberikan. Masalah tak harus ditutup ataupun mempunyai solusi tunggal, tetapi dapat terbuka / dicoba diselesaikan dengan berbagai cara.

Metode problem solving menurut N. Sudirman adalah cara penyajian bahan pengajaran yang menjadi masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa.14

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, luas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam

13

Cassady, Problem Solving, http://www.bsu.edu/web/emmeyer/edpsy393/Problemsolving.html.

14


(42)

menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta

insight (tilikan akal) amat diperlukan.15

Pengajaran dengan menggunakan metode problem solving ini, juga dapat merangsang kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam mencari pemecahannya. Apabila guru mengajarkan problem solving dengan menciptakan lingkungan kelas yang menyenangkan dan mendukung, siswa dapat merasakan kepuasan mencari penyelesaian yang kreatif dan benar dari problem – problem dalam hal ini problem Biologi.

b. Jenis Masalah

Suydam seperti dikutip Akbar sutawidjaja memperoleh suatu daftar ciri pemecahan masalah yang baik sebagai berikut : (a) kemampuan memahami konsep-konsep dan istilah, (6) kemampuan melihat kesamaan, perbedaan dan analogi, (c) kemampuan untuk mengenali unsure-unsur kritis dan memilih data dan prosedur yang benar, (d) kemampuan untuk melihat rincian yang tidak relevan, (8) kemampuan untuk membuat estimasi dan analisis, (f) kemampuan untuk memvisualkan dan menginterpretasi fakta kuantitatif / spasial dan hubungan, (g) kemampuan membuat generalisasi berdasar pada beberapa contoh, (h) kemampuan berpindah metode, (i) percaya diri

dan mempunyai skor rendah pada tes kecemasan.16

Hudoyo dan Sutawidjaja seperti dikutip J. Purmiassa Pical menguraikan jenis masalah sebagai berikut :

1. Masalah translasi merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke

15

Muhibin syah, Psikologi Belajar ,( Jakarta : Raja Grafindo persada, 2004 ), cet 3, h.127

16

Akbar Sutawidjaja, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Teknologi Pembelajaran, (Desember : 2000), Th. 6, No.3, h.145


(43)

bentuk matematika, dengan derajat translasi dari sederhana ke kompleks.

2. Masalah aplikasi memberikan kesempatan bagi siswa

menyelesaikan masalah dengan menggunakan bermacam keterampilan dan prosedur.

3. Masalah proses untuk menyusun langkah-langkah merumuskan

pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah.

4. Masalah teka teki dimaksudkan untuk rekreasi sebagai alat yang

bermanfaat mencapai tujuan afektif dalam pengajaran.17

c. Langkah – Langkah Problem Solving

Metode Problem Solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai menarik kesimpulan. Menurut Nana Sudjana langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut :

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

4. Menarik kesimpulan.18

Polya dalam bukunya “ How To Solve It ” sepertri dikutip

Nizel Huda menguraikan secara rinci empat langkah dalam memecahkan masalah yaitu : (1) memahami masalah, (2) merencanakan atau mencari alternatif pemecahan, (3) melaksanakan rencana atau perhitungan dan (4) memeriksa atau menguji kebenaran perhitungan.19

17

J. Purmiassa Pical, Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Jurnal Pendidikan, (November : 2004), vol. 1, No.2, h. 161

18

Nana Sudjana, Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 85

19


(44)

Selanjutnya Bell seperti dikutip Akbar Sutawidjaja mengemukakan bahwa menyelesaikan masalah biasanya melibatkan empat langkah yaitu : (a) menyatakan masalah dalam bentuk yang umum, (b) menyatakan kembali dalam definisi yang lebih operasional, (c) merumuskan hipotesis dan prosedur yang dipilih yang merupakan alat yang cocok untuk menyelesaikan masalah, (d) mentes hipotesis dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh penyelesaian atau himpunan penyelesaian, dan (e) menentukan penyelesaian mana yang sesuai atau benar tidaknya suatu penyelesaian.20

Sedangkan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Witting dan Williams seperti dikutip Ketut Sukarma adalah : (1) merumuskan masalah, (2) pengolahan dan penyelesaian, dan (3) mengevaluasi penyelesaian. Selanjutnya Ruseffendi mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah adalah : (1) menyatakan masalah dalam bentuk operasional, (2) menyusun hipotesis alternatif dan prosedur kerja dalam memecahkan masalah, (3) mengetes hipotesis dan melakukan kerja, dan (4) memeriksa

k i.21

Langkah embal

problem solving dapat digambarkan melalui singkatan

solve the problem

L - Look back and evaluate the outcome. 22

IDEAL, yaitu :

I - Identify the problem

D - Define and reprensent the problem E - Explore possible strategies to A - Act on the chosen strategy

20

Akbar Sutawidjaja, Op.cit, h. 144 21

Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem Posing untuk meningkatkan Aktivitas Siswa, Jurnal Kependidikan, (Mei : 2004), vol. 3, No.1, h. 49

22


(45)

Gambar 1. Langkah Problem Solving

umum problem solving juga dapat digambarkan ebagai berikut : 23

No

s

Gambar 2. Pendekatan Umum Problem Solving

Identify the problem Represent the problem Select a strategy

Implement the problem Evaluate the Result

Pendekatan s

Identify the problem

Generate solutions

Evaluante solution choose best option action

Is Pr So

oblem lved Ye Exit

Proses yang telah dikemukakan para ahli dalam memecahkan masalah pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga langkah utama, yaitu : (1) merepresentasikan masalah, (2) mencari berbagai alternatif solusi tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki, dan (3) evaluasi

23

http:www.embracethefuture.org.au/youth/problem_solving.html.


(46)

atas solusi yang sudah dilakukan. Apabila masalah tersebut belum terpecahkan, proses pemecahan masalah dapat kembali melakukan

prese

ti menyimpulkan bahwa

langkah-alam soal

ecahan

n prosedur

mengevaluasi langkah-langkah pengerjaan

d.

swa dalam membangun pemahaman yang endal

l, menjelaskan ada tiga pendekatan dalam pemecahan asalah, yaitu :

re ntasi masalah atau mencari solusi baru, demikian seterusnya.

Dari uraian diatas, peneli langkah Problem Solving adalah :

1) Perumusan masalah yaitu mengidentifikasi unsur-unsur d

dan menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.

2) Pelaksanaan pemecahan masalah yaitu pelaksanaan pem

yang sesuai dengan yang telah dibuat.

3) Membuat rencana penyelesaian yaitu pembentukan model,

membuat beberapa alternative pemecahan, dan menyusu kerja untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah.

4) Peninjauan kembali hasil pemecahan masalah yaitu interpretasi

jawaban melalui perwujudan kembali, memeriksa jawaban dan permasalahannya dan

secara keseluruhan.

Pendekatan Pengajaran Problem Solving.

Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah menurut Cobe seperti dikutip Agus Susanta dan Rusdi, guru memberikan masalah yang cukup jelas, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasikan, dan mencoba mengkonstruksi satu atau beberapa proses penyelesaiannya. Dalam pendekatan pemecahan masalah guru sebagai fasilitator, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah, dan bertukar gagasan dengan siswa dalam proses pemecahannya, sehingga guru berperan membantu siswa-si

m am dan prosesnya.24

Thomas Scroeder dan Frank Lester, Ir Kennedy seperti dikutip J. Purmiassa Pica

m

24


(47)

1.

nggunakan strategi yang bervariasi dan bersumber

2.

tuk memperkenalkan aru.

3.

Anak diajak berpikir unt

aiknya dipakai oleh guru, sebab akan

e.

dur yang efektif bagi siswa

suatu

h pernyataan masalah sebagian untuk mencatat konsep yang

ganisasikan

antar siswa, masalah itu dipecahkan dengan menggunakan

Mengajarkan Pemecahan Masalah

Digunakan guru dengan cara menjelaskan suatu proses pemecahan masalah dan me

dari buku teks.

Mengajarkan melalui pemecahan masalah

Guru menggambarkan situasi dunia nyata melalui proses pemecahan masalah dan strateginya un

konsep-konsep dan kemampuan yang b Mengajar melalui pemecahan masalah

Masalah dinilai tidak hanya sebagai suatu tujuan untuk belajar tetapi sebagai alat untuk mengerjakannya.

uk memecahkan masalah secara logika.25

Dari ketiga pendekatan tersebut, pendekatan yang ketiga ini merupakan pendekatan yang seb

memberikan hasil yang maksimal.

Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Barnet mengemukakan prose untuk memahami masalah seperti berikut :

1) Bacalah pernyataan masalah secara lengkap untuk memperoleh

ide umum dari situasi dan memvisualisasikan situasi tersebut.

2) Bacala

sulit.

3) Bacalah pernyataan masalah untuk membantu mengor

langkah-langkah utama untuk kemungkinan pemecahan.

Menurut Akbar Sutawidjaja, cara lain untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah adalah dengan cara guru menyampaikan materi baru. Materi baru dikemas dalam bentuk masalah. Kemudian melalui diskusi antara guru dan siswa serta diskusi

25


(48)

langkah di atas. Cara ini dikenal dengan nama “ belajar mengajar melalui pemecahan masalah.“ 26

Stacey dan Southwell memberikan petunjuk untuk guru dalam mengerjakan pemecahan masalah, yang garis besarnya sebagai berikut :

1) Berikan suatu masalah yang dapat dinikmati dan dari pengalaman

yang menarik.

2) Adakalanya perlu ditunjukkan kepada siswa bagaimana mengerjakan

masalah itu dan arahkan perhatiaan mereka pada keterampilan pemecahan masalah dan strategi yang dapat digunakan.

3) Anjurkan kepada siswa untuk menentukan suatu langkah permulaan,

sekalipun pendekatan mereka harus diperbaiki kemudian. Anjurkan pula agar melihat kembali metode yang tidak berhasil dikerjakan dan mencoba membandingkannya.

Oleh sebab itu, pemecahan suatu masalah jangan diajarkan sebagai pengetahuan saja, melainkan harus menjadi alat bagi siswa untuk selanjutnya dapat memecahkan sendiri masalah-masalah yang mungkin dijumpainya sekarang maupun kelak di sekolah, rumah, maupun di masyarakat.

Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya dapat berlangsung kalau proses-proses belajar fundalis lainnya telah dimiliki dan dikuasai . Kepada anak didik hendaknya :

1) Diberikan stimulus ( rangsangan ) yang dapat menimbulkan situasi

bermasalah dalam diri anak didik.

2) Diberikan kesempatan untuk berlatih mencari alternative

pemecahannya.

3) Diberikan kesempatan untuk berlatih melaksanakan pemecahan dan

pembuktiannya.

26


(49)

f. Kelebihan Problem Solving

Beberapa kebaikan metode Problem Solving dibandingkan metode lainnya berdasarkan uraian diatas, yaitu antara lain :

1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih

relevan dengan kehidupan.

2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat

membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

3) Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh.

4) Metode Problem Solving bukan hanya sekedar metode mengajar

tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

g. Kelemahan Problem Solving

Di samping beberapa kebaikan terdapat pula kelemahan metode ini yang dapat disimpulkan dari uraian diatas. Diantaranya :

1) Kurangnya persiapan yang matang.

2) Kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru.

3) Perumusan masalah yang kurang baik, sehingga batas-batas

masalah tidak jelas.

4) Anak-anak tidak terlatih atau tidak dipersiapkan untuk aktifitas-aktifitas belajar yang semacam ini.

5) Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada

tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula.

6) Metode ini perlu diwaspadai karena akan menimbulkan frustasi di

kalangan siswa, lantaran masing-masing siswa belum dapat menemui solusinya dari proses yang dilakukannya.

h. Hasil Belajar Problem Solving

Adapun hasil belajar dari penggunaan metode Problem Solving ini antara lain :


(50)

1) Terbiasa untuk berfikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif.

2) Siswa memperoleh pengalaman lebih banyak dalam upaya

menemukan cara-cara efektif dalam menyelesaikan masalah.

3) Siswa merasa memiliki keberanian untuk bertanya dan

mengemukakan ide serta gagasannya.

3. Hakikat Penguasaan Konsep a. Pengertian Konsep

Konsep menurut Sutarto adalah kategori yang diberikan pada stimulus - stimulus lingkungan oleh karena itu dalam pengkonsepan selalu ada kejadian (sebagai stimulus) dalam penyajian verbal, yang sering disebut dengan gambaran mental, dengan ini pengonsepan adalah hal yang tidak mudah.27

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Biologi merupakan ilmu yang tidak dapat dianggap mudah dan untuk mempermudah penguasaannya perlu berpijak pada cara bagaimana mempermudah dalam menguasai konsep-konsep yang ada dalam Biologi tersebut.

Carin mengemukakan bahwa konsep adalah gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman tertentu yang relevan. Atas gagasan Bruner tentang belajar konsep, Joyce mengemukakan bahwa fokus dari belajar konsep adalah pada bagaimana subjek secara bertahap memperoleh dan menggunakan informasi tentang suatu

konsep melalui pengkategorisasian (Categorizing), yaitu

mengidentifikasi dan menempatkan objek-objek atau kejadian-kejadian ke dalam kelas-kelas berdasarkan kriteria tertentu.28

Berdasarkan aktivitas pengkategorisasian ini akan terjadi pembentukan konsep, dan perolehan konsep.

27

Sutarto, Buku Ajar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Mei, 2005), No.054, h. 327

28


(51)

Konsep menurut Betty Marisi Tunip adalah kategori pengalaman yang dirumuskan dalam bentuk ungkapan yang berisi atribut dan label. Atribut ialah karakteristik pembeda yang dapat dipakai untuk menentukan apakah sesuatu merupakan contoh bukan contoh suatu konsep.29

Kemampuan memberikan contoh yang memiliki semua ciri pembeda suatu konsep disebut contoh positif, sedangkan yang tidak sesuai dengan ciri pembeda disebut contoh negatif. Pernyataan yang tidak memuat semua ciri pembeda suatu konsep dianggap salah. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa atribut adalah kata kunci dalam pengertian suatu konsep.

Dalam pendidikan sains, konsep (pengetahuan dasar) adalah faktor yang mempengaruhi belajar, seperti dikatakan oleh Clipton dan Slowaczek sebagaimana dikutip Muhibin Syah bahwa kemampuan seseorang untuk memahami dan mengingat informasi penting bergantung pada apa yang mereka telah ketahui dan bagaimana pengetahuan tersebut diatur.30

Manurut Betty Marisi Tunip dilihat dari pengertian tentang konsep, sebenarnya pengajaran IPA, pada tahapan tertentu merupakan

pembentukan, penarikan (generate) dan pengakumulasian konsep.

Kegiatan ini merupakan kegiatan intelek manusia. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fakta atau apa saja yang dialami dimana hasil pengamatan di proses dengan persepsi (perception), penalaran inductif (inductive reasoning) dan kepenemuan (inventiveness).31

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep adalah kategori pengalaman yang diawali dari pengamatan terhadap fakta yang dirumuskan dalam bentuk ungkapan kemudian diproses dengan persepsi, penalaran induktif, dan kepenemuan.

29

Betty Marisi Tunip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam Interaksi Kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, Jurnal Pendidikan, (Medan, 2000), h.173

30

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet.3, h.23 31


(52)

b. Perolehan Konsep

Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh dengan dua cara,

yaitu formasi konsep (Concept Formation) dan asimilasi konsep

(concept assimilation). Formasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep menurut Gagne. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.

Formasi konsep merupakan proses induktif. Pembentukan konsep mengikuti pola contoh / aturan atau pola “ eg-rule ” ( eg = example = contoh ).32

Pada aturan ini anak yang belajar dihadapkan pada sejumlah contoh-contoh dan non contoh dari konsep tertentu. Melalui proses diskriminasi dan abtraksi, ia menetapkan suatu aturan yang menentukan kriteria untuk konsep itu.

Untuk memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi, orang yang belajar harus sudah memperoleh definisi formal dari konsep-konsep itu. Sesudah definisi dari konsep disajikan, konsep itu dapat diilustrasikan dengan memberikan contoh-contoh atau deskripsi-deskripsi verbal dari contoh-contoh. Ini biasanya disebut belajar konsep sebagai aturan / contoh, atau “ rule-eg ”.33

Walaupun kedua bentuk belajar konsep ini efektif, pembentukan konsep lebih memakan waktu daripada asimilasi konsep.

c. Analisis Konsep

Volker seperti dikutip Betty Marisi Tunip merekomendasikan analisis konsep yang dikembangkan oleh Klausmeir- Frayer sebagai analisis konsep yang baik mengukur penguasaan konsep. Analisis yang dilakukan oleh Klausmeir – Frayer mengungkapkan bahwa konsep memiliki delapan dimensi yang berbeda-beda, yaitu : (1) nama konsep,

32

Teori-teori Belajar, (Erlangga : Bandung, 2000), h. 81-82 33


(53)

(2) atribut kriteria , (3) atribut tidak relevan, (4) contoh konsep, (5) bukan contoh, (6) definisi konsep, (7) koordinat konsep, (8) subordinat konsep.34

Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Untuk melakukan analisisi konsep, guru hendaknya memperhatikan hal-hal di bawah ini :

1) Nama konsep

Siswa dapat membentuk konsep-konsep tanpa memberi nama pada konsep – konsep itu, terutama pada tingkat kongkret dan tingkat identitas.

2) Atribut-atribut kriteria dan variabel konsep

Atribut – atribut criteria dari suatu konsep adalah cirri-ciri konsep yang perlu untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-contoh, dan untuk menentukan apakah suatu objek baru merupakan suatu contoh dari konsep.

Atribut-atribut variabel konsep adalah ciri-ciri yang mungkin berbeda diantara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu. Guru-guru dapat mengubah-ubah atribut-atribut ini dalam contoh-contoh yang digunakan dalam mengajar. 3) Definisi konsep

Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakan sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah belajar konsep itu.

4) Contoh-contoh dan noncontoh-contoh

Dengan membuat daftar dari atribut-atribut dari suatu konsep pengembangan konsep-konsep dan nonkonsep-konsep dapat diperlancar.

34


(54)

5) Hubungan konsep pada konsep-konsep lain

Untuk sebagian besar konsep-konsep itu, kita dapat mengembangkan suatu hierarki dari konsep-konsep yang berhubungan yang memperhatikan bagaimana suatu konsep terkait pada konsep-konsep lain.

d. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep

Klausmeier seperti dikutip Sutarto menghipotesiskan, bahwa ada empat tingkat pencapaian konsep, yaitu :

1. Tingkat konkret. Seseorang telah mencapai konsep pada tingkat

konkret, apabila orang itu telah mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Untuk mencapai konsep tingkat konkret, siswa harus dapat memperhatikan benda itu, dan dapat membedakan benda itu dari stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Selanjutnya ia harus menyajikan benda itu sebagai suatu gambaran mental, dan menyimpan gambaran mental itu. 2. Tingkat Identitas. Pada tingkat ini individu telah dapat merespon

rangsangan baru berdasarkan konsep-konsep rangsangan sejenis yang telah dikenal sebelumnya.

3. Tingkat klasifikatoris. Pada tingkat ini individu akan tampak telah dapat mengenal kesetaraan dua atau lebih rangsangan yang berbeda dari kelas yang sama, walaupun pada saat itu belum dapat menentukan kriteria atribut atau menentukan nama konsep rangsangan tersebut.

4. Tingkat formal. Pada tingkat ini individu sudah memiliki

kemampuan untuk menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep suatu rangsangan, dengan demikian pada tingkat ini mereka mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi nama atribut – atribut dan mengevaluasi rangsangan.35

Klausmeier menerapkan tingkatan-tingkatan ini hanya pada konsep-konsep yang mempunyai lebih dari satu contoh, yang

35


(55)

mempunyai contoh-contoh yang dapat diamati, atau wakil-wakil dari contoh-contoh, dan konsep-konsep lain yang mungkin mempunyai hanya sebagian dari kualitas-kualitas ini, jadi mungkin konsep-konsep itu mengikuti pola pencapaian yang berbeda,. Tetapi, konsep-konsep yang diajarkan di sekolah pada umumnya memenuhi persyaratan yang dikemukakan oleh Klausmeir.

e. Penguasaan Konsep

Menurut definisi konseptual, penguasaan konsep IPA adalah kemampuan guru untuk mengatasi konsep-konsep dasar IPA pada ranah kognitif sesuai dengan klasifikasi Bloom yaitu :

1. Tingkat pengetahuan ( knowledge )

Pada level ini menuntut siswa untuk mengingat ( recall ) informasi yang telah diterima sebelumnya.

2. Tingkat pemahaman ( comprehension )

Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.

3. Tingkat penerapan ( application )

Kemampuan untuk menggunakan / menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tingkat analisis ( analysis )

Kemampuan untuk mengidentifikasikan, memisahkan dan membedakan komponen-komponen / elemen, suatu fakta, konsep, pendapat asumsi, hipotesis / kesimplan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.

5. Tingkat sintesis (synthesis )

Kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.


(56)

6. Tingkat evaluasi (evaluation )

Mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk dengan menggunakan kriteria tertentu.36

Definisi operasional penguasaan konsep IPA adalah yang diukur melalui penguasaan kurikulum konsep IPA sesuai tingkatannya.

Penguasaan konsep merupakan penguasaan terhadap abstraksi yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Menurut Piaget pertumbuhan intelektual manusia terjadi karena adanya proses kontinu yang menunjukkan equilibrium, sehingga akan tercapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi

Jadi penguasaan konsep meliputi keseluruhan suatu materi karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan teori yang ada, diduga pengaruh penguasaan konsep oleh siswa dengan menggunakan metode problem solving akan mengalami peningkatan atau menjadi lebih baik.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Susanta dan Rusdi, berdasarkan hasil pengamatan dan yang terjadi pada proses penyelesaian masalah menunjukan bahwa siswa yang mampu menerapkan langkah penyelesaian masalah, maka siswa tersebut juga mampu menyelesaikan persoalan dengan sukses. Sebaliknya jika siswa kurang bisa menerapkan langkah penyelesaian masalah , maka tidak begitu sukses menyelesaikan masalah.37

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nizel Huda, hasil belajar yang diajar dengan menggunakan model pengajaran pemecahan masalah lebih

36

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat : Gaung Persada Press, 2005 ), h. 27-29

37


(57)

baik daripada hasil belajar yang diajar tanpa menggunakan model pengajaran pemecahan masalah. 38

Menurut hasil penelitian Naswan Suharsono, berdasarkan hasil analisis varian satu jalur menunjukan bahwa pembelajaran pemecahan masalah terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir, baik pada taraf signifikansi 0,05 maupun 0,01.39

Menurut hasil penelitian Lufri, peningkatan kualitas pembelajaran melalui aktifitas bekerja dan berpikir, seperti problem solving akan meningkatkan interaksi, sikap dan perilaku maupun proses kognitif, yang akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar. 40

Menurut Betty Marisi Tunip, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa guru dalam mengajarkan konsep selalu memberitahu secara langsung beberapa dimensi konsep tanpa menyuruh siswa untuk mencari dimensi lain. Bahkan tidak jarang dijumpai bahwa guru selalu berpesan kepada siswa agar mereka selalu menghafal konsep yang diajarkan. 41

C. Kerangka Berpikir

Biologi sebagai salah satu pelajaran kelompok sains mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Biologi memiliki struktur keilmuan dan metode pembelajaran tersendiri dari terdapatnya produk-produk keilmuan seperti konsep, teori, postulat, dan lain-lain.

Biologi juga berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami akan secara sistematis sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan.

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang menetap dalam tingkah laku seseorang, diantaranya adalah

38

Nizel Huda, Loc.cit, h. 37 39

Naswan Suharsono, Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah untuk mengembangkan kemampuan Berpikir dan bernalar mahasiswa, (Singaraja, 1998), h. 54

40

Lufri, Pembelajaran Problem Solving yang Diintervensih dengan Peta Konsep Pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan, (Padang : FPMIPA,2004), h.40

41


(58)

perubahan dalam cara berpikir siswa sekolah sebagai jenjang pendidikan formal sangat diharapkan peranannya dalam membentuk sumber daya manusia yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Namun bidang pendidikan ternyata lebih menekankan kepada pemikiran reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses – proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatihkan. Pendekatan seperti ini dapat menimbulkan kekacauan dalam berpikir dan kurang luas dalam meninjau suatu masalah, akibatnya kreatifitas siswa dapat terhambat.

Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal, eksternal, dan pendekatan belajar. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti motivasi, minat, intelektual, bakat dan sikap. Faktor eksternal berasal dari luar siswa seperti sarana, alat, waktu belajar, dan guru. Faktor pendekatan belajar meliputi stategi dan metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar seperti pendekatan interaksi sosial dengan metode yang biasa digunakan misalnya metode problem solving.

Salah satu tolak ukur kepandaian seorang siswa banyak ditentukan oleh kemampuan memecahkan masalah, karena itu dalam proses belajar mengajar siswa perlu diberi soal-soal yang menjadi masalah baginya agar siswa peka terhadap masalah. Kepekaan masalah dapat timbul jika siswa dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahan masalah.

Untuk memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah, siswa perlu melakukan kegiatan mental (berfikir) yang lebih kompleks daripada kegiatan mental ketika siswa menyelesaikan soal rutin. Pengajaran berlandaskan

permasalahan atau pemecahan masalah (problem solving) merupakan

pendekatan yang sangat efektif untuk mengajarkan proses berpikir.

Penguasaan konsep merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan ranah kognitif yang sesuai dengan klasifikasi Bloom yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam taksonomi Bloom, pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi mengandung unsur pemecahan masalah.


(1)

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SISTEM RESPIRASI

No konsep Keterampilan Berpikir

Keterampilan Proses

Indikator Deskripsi Pembelajaran

No soal 1 Mekanisme pernapasan

terdiri dari pernapasan dada dan pernapasan perut.

Analizing argument: indetifying started reason

Menerapkan konsep 1. siswa dapat menjelaskan

mekanisme

pernapasan pada manusia

1. Guru mengingatkan kembali tentang inspirasi dan ekspirasi pada manusia dan memberi contoh tentang mekanisme pernapasan dalam kehidupan sehari-hari.

LKS 1

2 Paru-paru orang dewasa mampu menampung ± 5 liter udara. Kemampuan paru-paru menampung

Judging

credibility of source : criteria :

• menafsirkan • mengkomunikasi

kan

2. dari hasil percobaan yang dilakukan, siswa dapat menyimpulkan

2. Guru menyiapkan

alat, bahan, prosedur, dan LKS

percobaan kapasitas LKS


(2)

udara disebut volume paru-paru. Udara dalam volume paru-paru disebut kapasitas total paru-paru.

ability to give volume paru-paru. vital paru-paru. Siswa melakukan percobaan dan menyimpulkan.

3 Penyakit yang diakibatkan oleh merokok berhubungan dengan pe\aru-paru dan jantung.

Judging

credibility of source : criteria : ability to give

• Mengamati • Menafsirkan • Menerapkan konsep • Mengkomunikasi kan • Menggunakan alat dan bahan

3. siswa dapat melakukan percobaan tentang bahaya merokok dan untuk mengetahui bahan karsinogenik dal;am rokok.

3. Guru menyiapkan alat, bahan, prosedur dan LKS percobaan mengetahui adanya tar dalam rokok. Siswa melakukan percobaan dan menyimpulkannya.

LKS 3

4. Pada umumnya ikan bernapas dengan menggunakan insang. Tetapi ikan yang hidup di daerah bnerlumpur mempunyai labirin sebagai cadangan udara.

Judging

credibility of source : criteria : ability to give

• Mengamati • Menafsirkan • Menerapkan konsep • Mengkomunikasi kan

4. dari hasil pengamatan yang dilakukan, siswa dapat menyimpulkan mekanisme pernapasan ikan

4. Guru menyiapkan alat, bahan, proses dan LKS mengamati mekanisme

pernapasan

Vetebrata yang hidup di air.

LKS 4


(3)

Sehingga dapat bertahan di daerah yang kurang air. Katak pada fase berudu bernapas dengan menggunakan insang. 5. Burung mempunyai

pundit-pundi udara yang membantunya saat terbang.

Judging

credibility of source : criteria : ability to give

• Mengamati • Menafsirkan • Menerapkan

konsep

• Mengkomunikasi kan

5. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, siswa dapat menyimpulkan mekanisme pernapasan burung.

5. Guru menyiapkan alat, bahan, proses dan LKS mengamati

LKS 5


(4)

MODEL PEMBELAJARAN METODE CERAMAH SISTEM RESPIRASI

No konsep Keterampilan Berpikir

Keterampilan Proses

Indikator Deskripsi Pembelajaran

No soal 1 Mekanisme pernapasan

pada manusia terdiri dari pernapasan dada dan pernapasan perut.

Analizing argument: indetifying started reason

Menerapkan konsep 1. siswa dapat menjelaskan

mekanisme

pernapasan pada manusia

1. Guru mengingatkan kembali tentang inspirasi dan ekspirasi pada manusia

LKS 1

2 Paru-paru orang dewasa mampu menampung ± 5 liter udara. Kemampuan paru-paru menampung udara disebut volume paru-paru. Udara dalam volume paru-paru disebut kapasitas total paru-paru.

Analizing argument: indetifying started reason

Menerapkan konsep 2. siswa dapat menjelaskan

pengertian volume paru-paru, kapasitas total paru-par kapasitas vital paru-paru, dan udara pernapasan.

u,

2. Guru mengingatkan kemampuan paru-paru menampung udara.

LKS 2


(5)

3 Penyakit yang berhubungan dengan pernapasan meliputi alat-alat pernapasan

Analizing argument: indetifying started reason

Menerapkan konsep 3. siswa dapat menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat timbul di saluran pernapasan.

3. Guru menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat timbul di saluran pernapasan

LKS 3

4. Pada umumnya ikan bernapas dengan menggunakan insang. Tetapi ikan yang hidup di daerah bnerlumpur mempunyai labirin sebagai cadangan udara. Sehingga dapat bertahan di daerah yang kurang air. Katak pada fase berudu bernapas dengan menggunakan insang.

Analizing argument: indetifying started reason

Menerapkan konsep 4. siswa dapat menjelaskan perbedaan alat pernapasan ikan lele, ikan mas, dan katak.

4. Guru menjelaskan alat pernapasan pada ikan mas, ikan yang hidup di daerah berlumpur ( kurang air ) dan katak.

LKS 4

5. Burung mempunyai pundit-pundi udara yang

Analizing argument:

Menerapkan konsep 5. siswa dapat menjelaskan perbedaan

5. guru menjelaskan perbedaan

LKS 4


(6)

membantunya saat terbang.

indetifying started reason

mekanisme pernapasan burung pada saat terbang dan pada saat istirahat.

mekanisme

pernapasan burung pada saat terbang dan pada saat istirahat.


Dokumen yang terkait

Pengaruh pembelajaran generatif terhadap hasil belajar siswa pada konsep usaha dan energi (kuasi eksperimen di MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh)

0 17 113

Perbandingan pemberian evaluasi dalam bentuk essai berstruktur dan pilihan ganda terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem pernapasan pada manusia dan vertebrata : eksperimen di MTs Negeri Cipondoh Tangerang

0 4 152

Implementasi model pembelajaran problem solving berbasis eksperimen pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit

0 2 6

Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Melalui Permainan bernuansa Nilai : Penelitian Tindakan kelas di MTs Al-Ikhlas Cisereh-Tangerang

4 24 218

Penerapan pendekatan problem solving dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa terhadap konsep mol dalam stoikiometri (PTK di kelas X SMAN 2 Cisauk-Tangerang

7 44 219

Peningkatan Penguasaan Konsep Sistem Respirasi Manusia Melalui Metode Pemecahan Masalah : Problem Solving Penelitian Tindakan kelas di MTs Negeri Tangerang II Pemulang – Banten

0 11 178

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE Peningkatan Pemahaman Konsep Belajar Matematika Siswa Melalui Metode Pembelajaran Problem Solving (Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo).

0 2 11

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS LINGKUNGAN.

0 1 39

peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi inflasi melalui metode diskusi

0 0 41

Peningkatan penalaran siswa pada konsep tekanan melalui penerapan metode problem solving di SMP Pangudi Luhur Moyudan - USD Repository

0 3 131