Upaya meningkatkan minat belajar Matematika materi pengolahan data melalui metode Team Quiz kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PENGOLAHAN DATA MELALUI METODE TEAM QUIZ

KELAS VI MI BINA BANGSA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

YUNI AGUSTINA NIM. D07213044

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FEBRUARI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Yuni Agustina. 2017. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Materi

Pengolahan Data Melalui Metode Team Quiz Kelas VI MI Bina Bangsa

Surabaya. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Sunan Ampel Surabaya.Wahyuniati, M.Si

Kata Kunci: Minat Belajar Matematika, Metode Team Quiz, Pengolahan Data Latar belakang penulisan ini adalah kurang adanya minat belajar pada mata pelajaran matematika. Siswa sering mengeluh bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Guru sering menggunakan ceramah, akhirnya siswa menjadi pasif dan tidak memiliki daya tarik serta semangat ketika proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mengambil pembelajaran melalui metode

team quiz pada mata pelajaran matematika materi pengolahan data.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana

penerapan metode Team Quiz pada mata pelajaran matematika materi pengolahan

data kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya? (2) Bagaimana peningkatan minat belajar matematika materi pengolahan data kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya

setelah menggunakan metode Team Quiz?

Metode penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan yaitu, (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,wawancara,dan angket minat belajar untuk siswa dan orang tua, serta dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktifitas guru dan siswa, lembar wawancara, butir-butir angket minat belajar, serta dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif yang diuraikan secara deskriptif dan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penerapan

metode team quiz pada siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya telah

dilaksanakan dengan baik melalui berbagai perbaikan dari tiap refleksi pada masing-masing siklus. Hal ini dapat dilihat pada skor akhir aktivitas guru meningkat dari 89.58 (baik) pada siklus I menjadi 95.83 (sangat baik) pada siklus II. Begitu pula pada aktivitas siswa meningkat dari skor 81.25 (baik) pada siklus I

menjadi 93.75 (sangat baik) pada siklus II. (2) Penerapan metode team quiz pada

mata pelajaran matematika dapat meningkatkan minat belajar siswa yang terlihat dari peningkatan nilai rata-rata minat belajar siswa dari siklus I sebesar 76,77 (minat rendah) dan siklus II 85,77 (minat tinggi). Presentase peningkatan siswa yang memiliki minat belajar tinggi atau sangat tinggi pada siklus I sebesar 45.83% dan siklus II sebesar 83,33%.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR RUMUS ... xvii

DAFTAR DIAGRAM ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan Yang Dipilih ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 8

F. Signifikansi Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Minat Belajar ... 10

1. Pengertian Minat ... 10

2. Pengertian Belajar ... 13


(8)

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 20

5. Cara Meningkatkan Minat Belajar Siswa... 22

6. Macam-macam dan Ciri-ciri Minat Belajar ... 24

7. Hubungan Antara Motivasi dan Minat Belajar ... 26

8. Indikator Minat Belajar ... 26

B. Hakikat Pembelajaran Matematika ... 27

1. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 27

2. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 30

3. Ruang Lingkup Matematika ... 31

4. Karakteristik Pembelajaran Matematika ... 31

5. Teori Pembelajaran Matematika ... 32

C. Materi Pengolahan Data ... 33

1. Rata-rata Hitung (Mean) dan Modus ... 33

2. Nilai Tertinggi dan Terendah... ... 35

D. Metode Pembelajaran Team Quiz ... 35

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 35

2. Ciri-ciri Metode Pembelajaran yang Baik ... 36

3. Prinsip-prinsip Pemilihan Metode ... 37

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran ... 39

5. Metode Team Quiz ... 40

6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Team Quiz ... 41

7. Sintaks Pelaksanaan Metode Team Quiz ... 42

E. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Menggunakan Metode Team Quiz ... 43

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 44

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 48


(9)

2. Subjek Penelitian ... 49

C. Variabel Penelitian ... 49

D. Rencana Tindakan ... 49

1. Siklus I... 49

2. Siklus II ... 52

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 52

1. Teknik Pengumpulan Data ... 53

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 55

F. Analisis Data ... 61

1. Analisis Data Wawancara ... 62

2. Analisis Data Observasi Guru ... 64

3. Analisis Data Observasi Siswa ... 65

4. Analisis Angket ... 65

G. Indikator Kinerja……… ... 67

H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 69

1. Siklus I... 69

2. Siklus II ... 87

B. Pembahasan ... 104

Bab V PENUTUP A. Simpulan ... 115

B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA………. ... 117

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. ... 120

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………. ... 121


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II... 56

Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 57

Tabel 3.3 Kisi-kisi Butir Angket Minat Belajar Siswa ... 59

Tabel 3.4 Kisi-kisi Butir Angket Minat Belajar Untuk Orang Tua... 60

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran ... 65

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran ... 66

Tabel 3.7 Kriteria Skor Akhir Siswa tentang Minat Belajar ... 66

Tabel 3.8 Kriteria Keberhasilan Minat Belajar ... 67

Tabel 4.1 Nama-nama Kelompok ... 72

Tabel 4.2 Data hasil perolehan skor kuis siklus I... 75

Tabel 4.3 Data hasil angket siswa siklus I minat belajar matematika materi pengolahan data menggunakan metode Team Quiz kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya ... 77

Tabel 4.4 Data hasil angket orang tua siklus I terhadap minat belajar matematika menggunakan metode Team Quiz di kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya ... 80

Tabel 4.5 Data hasil belajar siswa I siklus I mengunakan metode Team Quiz ... 81

Tabel 4.6 Data hasil pengamatan aktivitas guru siklus I ... 83

Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I... 86

Tabel 4.8 Data hasil perolehan skor kuis siklus II ... 92

Tabel 4.9 Data hasil angket siswa siklus II minat belajar matematika materi pengolahan data menggunakan metode Team Quiz kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya ... 93

Tabel 4.10 Data hasil angket orang tua siklus II terhadap minat belajar matematika menggunakan metode Team Quiz di kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya ... 96


(11)

Tabel 4.11 Data hasil belajar I siklus II dengan mengunakan metode Team

Quiz ... 97 Tabel 4.12 Data hasil pengamatan aktivitas guru siklus II ... 99 Tabel 4.13 Data hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II ... 102 Tabel 4.14 Rekapitulasi data hasil observasi guru dan siswa siklus I dan siklus

II ... 105 Tabel 4.15 Rekapitulasi data minat belajar siswa siklus I dan siklus II (Angket

siswa) ... .. 107 Tabel 4.16 Rekapitulasi data minat belajar siswa dari siklus I dan siklus II

(Angket Orang Tua)... 108 Tabel 4.17 Perbandingan minat dengan hasil belajar matematika ... 110 Tabel 4.18 Perbandingan hasil angket siswa dengan angket orang tua tentang


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin ... 47

Gambar 4.1 Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab ... 71

Gambar 4.2 Guru menjelaskan materi ... 72

Gambar 4.3 Perwakilan tim menulis pertanyaan dan jawaban dipapan tulis ... 74

Gambar 4.4 Diskusi Kelompok ... 75

Gambar 4.5 Siswa mengerjakan lembar kerja dan mengisi angket ... 79

Gambar 4.6 Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran hari ini ... 83

Gambar 4.7 Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok ... 89

Gambar 4.8 Guru menjelaskan prosedur team quiz kepada siswa ... 90

Gambar 4.9 Guru membimbing siswa ketika berdiskusi membuat pertanyaan dan jawaban ... 91

Gambar 4.10 Siswa mengerjakan lembar kerja secara individu ... 93

Gambar 4.11 Siswa mengisi angket ... 95


(13)

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Menghitung Hasil Wawancara Minat Belajar ... 62

Rumus 3.2 Menghitung Skor Aktivitas Guru ... 64

Rumus 3.3 Menghitung Skor Aktivitas Siswa ... 65

Rumus 3.4 Menghitung Skor Akhir Minat Belajar Siswa ... 66

Rumus 3.5 Menghitung Nilai Rata-rata Minat Belajar Siswa... 66


(14)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Observasi Aktivitas Guru dan Siswa... 106 Diagram 4.2 Siswa yang memiliki nilai angket siswa >80 dan rata-rata minat

belajar matematika (angket siswa) ... 107 Diagram 4.3 Presentase ketuntasan minat belajar siswa ... 108 Diagram 4.4 Siswa yang memiliki nilai angket siswa >80 dan rata-rata minat

belajar matematika (angket orang tua) ... 109 Diagram 4.5 Presentase ketuntasan minat belajar siswa ... 109 Diagram 4.6 Perbandingan minat belajar dengan hasil belajar matematika

materi pengolahan data ... 111 Diagram 4.7 Perbandingan hasil angket minat belajar siswa dengan angket


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Profil Sekolah

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 3 Validasi Angket

Lampiran 4 Validasi RPP Siklus I Lampiran 5 Validasi RPP Siklus II Lampiran 6 Angket Siswa Siklus I Lampiran 7 Angket Siswa Siklus II Lampiran 8 Angket Orang Tua Siklus I Lampiran 9 Angket Orang Tua Siklus II Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa Siklus I Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Siklus II

Lampiran 12 Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus I Lampiran 13 Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus II


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari siswa-siswi dan diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari matematika lanjut dan mata pelajaran lain. Seorang guru MI yang akan mengajar mata pelajaran matematika memerlukan pemahaman yang memadai tentang hakikat matematika dan bagaimana matematika yang memiliki karakteristik unik dan khas harus diajarkan kepada siswa-siswi. Pemahaman tentang hakikat matematika dan pembelajaran matematika merupakan syarat untuk dapat mengajar

dengan baik.1

Berdasarkan Standar Isi Kurikulum 2006, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini

1


(17)

dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Kehidupan sehari-hari secara langsung memerlukan konsep matematika seperti yang berkaitan dengan menghitung, misalnya saat kita berbelanja. Keterampilan yang berkaitan dengan berhitung seperti pengembalian uang belanja, menginterpretasikan ukuran-ukuran dalam resep makanan, dan menghitung harga barang yang dibeli. Oleh karena itu konsep matematika perlu ditanamkan kuat sejak dini kepada siswa.

Matematika menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak di definisikan ke unsur yang di definisikan, ke

aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.2 Sedangkan hakikat matematika menurut

Soedjadi yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan pada dasarnya adalah interaksi antara pendidik dengan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini

2


(18)

disebut dengan interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan siswa. Pendidikan berfungsi untuk membantu siswa dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya kearah yang

positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.3 Pendidikan bukan sekedar memberikan

pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki siswa, sebab siswa memiliki sesuatu, sedikit atau banyak, telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup (potensial).

Dalam pembelajaran matematika di MI, banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika itu merupakan mata pelajaran yang banyak menghafalkan rumus, berhitung dan menyelesaikan masalah hitungan yang disajikan dalam bentuk soal, sehingga menimbulkan kesan bahwa matematika itu sulit dan membosankan. Pada umumnya guru mengajarkan matematika dengan menuangkan konsep dan operasi matematika, memberi contoh, mengerjakan soal, serta meminta siswa untuk mengerjakan soal yang sudah di

terangkan guru. Model pembelajaran ini disebut model mekanistik.4 Guru bergantung pada

metode ceramah, siswa yang pasif, sedikit tanya jawab, dan siswa mencatat dari papan tulis.

Kenyataan tersebut sesuai dengan yang terjadi pada siswa kelas VI di MI Bina Bangsa Surabaya. Siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit, sehingga minat belajar terhadap pelajaran matematika rendah. Materi yang paling dianggap sulit oleh guru ketika mengajarkannya kepada siswa adalah tentang pengolahan data. Rendahnya minat belajar tersebut menyebabkan hasil belajar dibawah nilai ketuntasan minimal. Minat belajar ditunjukkan dengan adanya rasa ketertarikan

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 3. 4


(19)

terhadap pembelajaran, perasaan senang, adanya perhatian, partisipasi siswa serta keinginan/ kesadaran siswa untuk belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, dari 24 siswa kelas IV, nilai rata-rata minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika materi pengumpulan dan penyajian adalah 56.35, dan prosentase untuk minat belajar siswa hanya 25% dari 24 siswa. Hal inilah yang membuat guru matematika mengeluh karena pembelajaran seringkali tidak efektif dengan adanya beberapa siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, justru membuat gaduh didalam kelas dan mengganggu proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VI, guru sering menggunakan metode ceramah, penugasan, dan sesuai dengan yang ada di buku, dan jarang sekali menggunakan variasi dalam pembelajaran. Kekurangan menggunakan metode ceramah ini adalah guru yang aktif dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya, siswa menjadi pasif dan siswa yang kesulitan belajar matematika menjadi tidak memiliki daya tarik dan semangat ketika proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil analisis diatas, peneliti menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pengolahan data, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang aktif. Metode pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam tercapainya tujuan pendidikan. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membuat proses pembelajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga siswa tidak akan merasa cepat bosan untuk mengikuti pelajaran dan merekapun akan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.

Dalam hal ini, peneliti memilih metode Team Quiz sebagai tindakan yang dipilih


(20)

pembelajaran aktif. Metode ini melibatkan partisipasi siswa dan merupakan suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui kuis. Siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak ada siswa yang mengantuk atupun mengobrol sendiri. Selain itu, siswa juga dituntut untuk bisa menjawab pertanyaan yang diberikan dari kelompok lain sehingga siswa harus selalu berpikir aktif dan tidak ada yang diam karena sebelum dilaksanakannya kuis mereka harus berdiskusi untuk membuat soal yang akan dipertandingkan antar kelompok.

Dari latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul “UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGOLAHAN

DATA MELALUI METODE TEAM QUIZ KELAS VI MI BINA BANGSA

SURABAYA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas, maka objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan metode Team Quiz untuk meningkatkan minat belajar siswa

pada mata pelajaran matematika materi pengolahan data kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya?

2. Bagaimana peningkatan minat belajar matematika materi pengolahan data kelas VI

MI Bina Bangsa Surabaya setelah menggunakan metode Team Quiz?


(21)

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, penulis

memilih metode Team Quiz sebagai tindakan untuk meningkatkan minat belajar

matematika materi pengolahan data pada kelas VI di MI Bina Bangsa Surabaya. Dengan

menggunakan metode Team Quiz, pembelajaran matematika yang pada awalnya terkesan

menakutkan dan sulit, akan di ubah dengan cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.

D. Tujuan Penelitian

Searah dengan rumusan masalah yang diangkat, ada 2 tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui penerapan metode Team Quiz dalam meningkatkan minat belajar

siswa pada mata pelajaran Matematika materi pengolahan data kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya.

2. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar matematika materi pengolahan data

kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya setelah menggunakan metode Team Quiz.

E. Lingkup Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada di MI Bina Bangsa Surabaya. Banyak masalah pembelajaran yang peneliti temukan. Agar penelitian ini bisa terfokus dan hasil penelitian lebih akurat, peneliti membatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya semester genap

tahun ajaran 2016/2017.

2. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah minat belajar pada mata


(22)

3. Implementasi pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan metode Team Quiz untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

F. Signifikansi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penulisan penelitian selanjutnya. Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya penggunaan metode-metode yang mampu mengaktifkan siswa, salah

satunya metode team quiz untuk meningkatkan minat belajar terhadap matematika.

2. Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat merasakan pembelajaran yang menyenangkan dengan

menggunakan metode team quiz, sehingga ketertarikan terhadap mata pelajaran

matematika meningkat.

b. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menarik dan inovatif untuk meningkatkan minat belajar siswa khususnya terhadap mata pelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bentuk sumbangsih yang bermanfaat dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.


(23)

d. Bagi Masyarakat

Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan pendidikan semakin baik.

e. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang

penerapan metode team quiz serta sebagai implementasi dari teori-teori yang


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan

perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu.1

Minat adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang dalam melakukan kegiatan dengan baik, sebagai aspek kejiwaan, minat tidak saja dapat mewarnai perilaku seseorang, tetapi lebih dari itu minat mendorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya untuk terikat pada suatu kegiatan. Sabri menyatakan bahwa minat sebagai suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat merupakan ciri-ciri keinginan yang dilakukan melalui tindakan seorang individu yang dicobanya, dan ditujukan pada hal-hal yang disukainya.

1


(25)

Beberapa ahli lainnya juga telah menjelaskan pengertian minat. Hilgard dalam

Slameto memberi definisi tentang minat: “Interest is persisting tendency to pay

attention to and enjoy some activity or content” yang artinya, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus dan disertai rasa

senang.2 Minat memiliki peran penting dalam kehidupan seseorang, terutama selama

masa kanak-kanak. Pentingnya minat antara lain:

a. Sepanjang masa kanak-kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk

belajar

b. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak

c. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.

Dengan demikian, minat adalah suatu unsur psikologis yang ada dalam diri manusia yang timbul karena adanya rasa simpati, rasa senang, rasa ingin tahu, dan rasa ingin memiliki terhadap sesuatu. Minat pada anak ditandai dengan rasa suka dan terkait pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Artinya, harus ada kerelaan dari seorang anak untuk melakukan sesuatu yang disukai. Timbulnya minat karena adanya penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin kuat atau semakin besar hubungan tersebut maka semakin

dekat minat seorang anak.3

2. Pengertian Belajar

a. Definisi Belajar

2

Meity H. Idris dan Izul Ramdani, Menumbuhkan Minat Membaca pada Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Luxima Metro Media, 2015), 7.

3


(26)

Belajar merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan orang. Belajar bisa di lakukan di mana saja, kapan saja, dan sedang melakukan apa saja, seperti di sekolah, di rumah, di jalan, di pasar, ketika sedang bermain, dan seterusnya. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman tertentu. Belajar dapat membawa perubahan bagi pelakunya, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan adanya perubahan tersebut, maka dapat membantu orang untuk menyelesaikan permasalahan dalam

hidupnya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.4

Belajar menurut Robert M. Gagne merupakan suatu proses yang dapat dilakukan oleh jenis-jenis makhluk hidup tertentu, sebagian besar binatang, termasuk manusia, tetapi tumbuhan tidak. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam hal tersebut, belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya yaitu mendapatkan ilmu yang belum di miliki sebelumnya.

Secara psikologis, belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.5

4

Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 161-162. 5


(27)

Belajar secara umum di artikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara, baik disengaja ataupun tidak dan berlangsung sepanjang waktu, menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang di maksud adalah perubahan prilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan,

dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.6

b. Prinsip-prinsip Belajar7

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan

minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional

2) Belajar harus menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada

siswa untuk mencapai tujuan instruksional

3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif

4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya

5) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya

6) Beajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery

6

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada KTSP, (Jakarta: Kencana, 2009), 16.

7


(28)

7) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan

8) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya

9) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya

10) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang

11) Repetisi, dalam proses belajar perlu ylangan berkali-kali agar pengertian/

keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

1) Faktor-faktor dalam diri individu

Faktor-faktor yang ada dalam diri individu menyangkut aspek jasmaniyah maupun rohaniah. Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam secara terus-menerus, tetapi ada juga yang hanya satu atau dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut juga kelengkapan dan kesehatan panca indera (penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan). Indra yang paling penting adalah pendengaran atau penglihatan. Seseorang yang penglihatan


(29)

atau pendengarannya kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula

terhadap hasil belajarnya.8

Aspek psikis dan rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotorik, serta kondisi afektif dan konatif dari individu. Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, dan konflik-konflik psikis. Kondisi intelektual juga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Kondisi intelektual meliputi tingkat kecerdasan, dan bakat-bakat. Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain,

baik dengan gurunya, orangtua, maupun dengan sesama temannya.9

2) Faktor Lingkungan

Keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Faktor fisik dalam lingkungan keluarga meliputi: keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar, suasana dalam rumah, dan suasana di lingkungan sekitar.

Sedangkan kondisi sosial psikiologis dalam keluarga meliputi keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar, dan hubungan antar anggota keluarga. Keluarga yang tidak utuh, baik secara structural maupun

8

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, 162. 9


(30)

fungsional, kurang memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar. Iklim psikologis yang sehat di warnai dengan rasa

sayang, saling percaya, keterbukaan, keakraban, dan lain sebagainya.10

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana yang ada, sumber-sumber belajar, media pembelajaran, dan lain sebagainya. Sekolah yang mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, akan mendorong semangat belajar siswa.

Lingkungan masyarakat dimana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan

perkembangan belajar siswa.11

3. Pengertian Minat Belajar

Menurut Ayunigtyas, minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan yang menimbulkan keinginan untuk berhubungan lebih aktif yang ditandai adanya hubungan perasaan senang tanpa ada paksaan. Minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku.

10

Ibid., 163-164. 11


(31)

Dalam taksonomi Bloom, minat termasuk dalam domain afektif. Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Afektif merupakan perilaku individu yang bersumber dari getaran jiwa yang diekspresikan dalam bentuk perasaan atau emosi tertentu yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku pada saat berinteraksi dengan

lingkungan.12 Ranah afektif terdiri atas; penerimaan, tanggapan, penghargaan,

pengorganisasian, dan karakterisasi berdasarkan nilai-nilai. Pada dasarnya, minat merupakan bagian dari ranah afektif mulai dari penerimaan hingga pada pilihan nilai.

Penerimaan adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena dilingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. Tanggapan adalah memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Penghargaan adalah nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Pengorganisasian adalah memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik diantaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Sedangkan karakteristik berdasarkan nilai-nilai adalah sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya

hidupnya.13

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang di harapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya

12

Mohammad Surya, Psikologi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2014), 70. 13


(32)

penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk

mempelajarinya.14

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak sesuai minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, sehingga timbullah kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat di lihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran itu. Dari tanda-tanda tersebut, seseorang dapat menemukan apakah sebab kesulitan belajarnya disebabkan karena tidak adanya minat, atau oleh sebab

yang lain.15

Pengaruh minat sangat besar terhadap belajar anak. Jika anak tidak berminat pada suatu topik atau materi matematika yang sedang di pelajarinya, maka mereka akan malas untuk mempelajarinya, dan perhatiannya pada pelajaran tersebut akan hilang. Sebaliknya, jika mereka menaruh minat terhadap suatu topik atau materi matematika yang sedang di pelajari, maka mereka akan senang mempelajarinya Karena belajar dengan situasi yang senang, maka anak akan merasa lebih mudah dalam mempelajari topik tersebut, sehingga hasil belajarnya tinggi. Dengan demikian

anak tersebut akan memperoleh kepuasan.16

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

14

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 180. 15

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 83. 16


(33)

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar pada individu bebeda-beda,

diantaranya:17

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dalam diri siswa. Faktor internal meliputi:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam pembelajaran.

2) Aspek Psikologis

Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri dari, intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang ada diluar diri siswa, yang meliputi:

1) Faktor Sosial

Lingkungan sosial meliputi sekolah, keluarga, masyarakat dan teman sekelas.

2) Faktor Nonsosial

17


(34)

Lingkungan nonsosial terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

5. Cara Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu objek adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner & Tanner menyarankan agar pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi pada diri siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan di berikan dengan bahan

pengajaran yang telah lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa depan.18

Selain itu, dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah di ketahui kebanyakan siswa.

Bila usaha-usaha tersebut tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif adalah alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Pemberian insentif diharapkan mampu membangkitkan motivasi siswa dan minat terhadap bahan yang diajarkan.

18


(35)

Untuk memelihara minat belajar siswa, guru bisa melakukan hal-hal dibawah ini, yaitu:19

a. Meningkatkan minat anak-anak. Guru memiliki kewajiban untuk meningkatkan

minat anak didiknya, sebab minat merupakan komponen penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan, serta pembelajaran diruang kelas pada khususnya

b. Memelihara minat yang timbul, apabila anak-anak menunjukkan minat kecil,

maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut

c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Sekolah merupakan

lembaga yang mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek-aspek ideal agar siswa menjadi anggota masyarakat yang baik

d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak tentang

lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya. Minat merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahui kesenangan anak, sehingga kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu bimbingan lebih lanjut.

6. Macam-macam dan Ciri-ciri Minat Belajar

Menurut Rosyidah, timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat di bedakan menjadi 2 jenis, yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang

berasal dari pengaruh luar.20 Minat yang berasal dari pembawaan timbul dengan

sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Sedangkan minat yang timbul karena pengaruh dari luar diri individu,

19

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014), 67-68. 20


(36)

timbul seiring dengan proses perkembangan individu bersangkutan. Minat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat.

Adapun mengenai macam-macam minat, Kuder mengelompokkan menjadi 10

macam, antara lain:21

a. Minat terhadap alam sekitar, yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang

berhubungan dengan alam, binatang, dan tumbuhan

b. Minat mekanis, yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian dengan

mesin-mesin atau alat mekanik

c. Minat hitung menghitung, yaitu minat terhadap pekerjaan yang membutuhkan

perhitungan

d. Minat terhadap ilmu pengetahuan, yaitu minat untuk menemukan fakta-fakta baru

dan pemecahan problem

e. Minat persuasif, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan untuk

mempengaruhi orang lain

f. Minat seni, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan kesenian,

kerajinan, dan kreasi tangan

g. Minat leterer, yaitu minat yang berhubungan dengan masalah-masalah membaca

dan menulis berbagai karangan

h. Minat musik, yaitu minat terhadap masalah-masalah musik, seperti menonton

konser dan memainkan alat-alat musik

i. Minat layanan sosial, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan untuk

membantu otang lain

j. Minat klerikal, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan administratif.

21


(37)

Berikut adalah ciri-ciri minat belajar:22

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental, Misalnya

perubahan minat dalam hubungannya dengan perubahan usia

b. Minat tergantung pada kesiapan belajar. Kesiapan belajar merupakan salah satu

penyebab meningkatnya minat seseorang

c. Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar merupakan faktor

yangs sangat berharga, sebab tidak semua orang dapat menikmatinya

d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini dikarenakan keadaan

fisik yang tidak memungkinkan

e. Minat dipengaruhi budaya

f. Minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaan, maksudnya bila

suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka akan timbul perasaan yang akhirnya dapat diminatinya

g. Minat berbobot egosentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka

akan timbul hasrat untuk memilikinya.

7. Hubungan Antara Motivasi dan Minat Belajar

Minat pada dasarnya adalah rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Prinsipnya yaitu bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

22


(38)

Dalam hubungan ini, motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Guru hendaknya mampu menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan belajar, sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.23

8. Indikator Minat Belajar

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, indikator artinya sesuatu yang dapat memberikan atau menjadi petunjuk atau keterangan. Indikator minat belajar antara lain:

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.

b. Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

c. Perhatian Siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.

23


(39)

d. Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari

objek tersebut. 24

B. Hakikat Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika berasal dari kata mathema yang artinya pengetahuan, mathanein

artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Depdiknas). Ismail dkk dalam bukunya memberikan definisi hakikat matematika, yaitu ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana

berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.25

Matematika adalah bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Selain itu, matematika merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,

mencatat, serta mengomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas.26

Matematika disebut sebagai bahasa universal karena matematika merupakan bahasa

24

http://www.wawasanpendidikan.com/2015/10/Pengertian-Aspek-Indikator-dan-Manfaat-serta-Faktor-Faktor-yang-Mempengaruhi-Minat-Belajar.html di askes pada tanggal 10 Nopember 2016 pukul 20.45 25

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014), 48.

26


(40)

simbolis yang mampu melakukan pencatatan serta mengomunikasiken ide-ide berkaitan dengan elemen-elemen dan hubungan-hubungan kuantitas. Ruang lingkup matematika meliputi pengoperasian, perhitungan, pengukuran, aritmetika, kalkulasim geometri, dan aljabar.

Seperti yang disampaikan oleh Lerner sebagai berikut:

“Mathematics has beeb called a universal language. It is symbolic language that enables human beings to think about, record, and communicate ideas concerning the elements and the relationships of quantity. The scope of mathematics includes the operations of counting, measurement, arithmetic, calculation, geometry, and algebra, as well as the abilty to think in quantitative terms. The term mathematics encompasses more than the term arithmetic. Mathematics is the study of the whole fabric of numbers and their relationship, arithmetic is simply the computational operations taught in the school.”

Beberapa orang mendefinisikan matematika berdasarkan struktur matematika, pola pikir matematika, pemanfaatannya bagi bidang lain, dan sebagainya. Atas dasar

pertimbangan itu, maka ada beberapa definisi tentang matematika, yaitu:27

a. Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi

b. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak

c. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

d. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya yang

diatur menurut aturan yang logis

e. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang

didasarkan pada observasi (indikuktif) tetapi diterima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif

27


(41)

f. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau theorema

g. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam 3 bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut:28

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalamkehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

28


(42)

3. Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:29

a. Bilangan

b. Geometri dan pengukuran

b. Pengolahan data.

4. Karakteristik Pembelajaran Matematika30

a. Penyajian

Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema maupun definisi, tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa. Misalnya, pengertian perkalian seharusnya tidak langsung menyajikan bentuk matematika, Misalnya 3 x 4 = 12. Penyajiannya hendaknya didahului dengan melakukan penjumlahan berulang denagn memanfaatkan alat peraga, seperti kelereng.

b. Pola Pikir

Pembelajaran matematika disekolah dapat menggunakan pola pikir deduktif maupun induktif. Biasanya di SD menggunakan pendekatan induktif terlebih dahulu, karena hal ini lebih memungkinkan siswa menangkap pengertian yang dimaksud.

29

Ibid., 417. 30


(43)

c. Semesta Pembicaraan

Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga menyesuaikan dalam kekomplekannya, semakin tinggi tahap perkembangan intelektual siswa, semesta matematikanya pun semakin diperluas.

d. Tingkat Keabstrakan

Di SD, dimungkinkan untuk mengonkretkan objek-objek matematika agar siswa lebih memahami pelajaran. Misalnya, dalam pembelajaran fakta bilangan di SD, siswa tidak langsung diperkenalkan simbol: 1,2,3,4,…. beserta sifat urutannya, tetapi dimulai dengan menggunakan benda-benda konkret yang menyuguhkan sifat urutan sebagai sifat “lebih banyak” atau “kurang dari”.

5. Teori Pembelajaran Matematika

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD/MI, diharapkan terjadi

reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD/MI penemuan tersebut merupakan sesuatu yang baru.

Bruner dalam metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

di perlukannya. Menemukan disini adalah menemukan kembali (discovery), atau dapat

juga menemukan yang sama sekali baru (invention).31 Dalam pembelajaran, guru harus

lebih banyak berperan sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi tahu. Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang

31


(44)

dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa, merangsang keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka.

Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut. Siswa harus dapat menghubunkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berfikirnya yang berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang ia hadapi.

C. Materi Pengolahan Data

1. Rata-rata Hitung (Mean) dan Modus

Rata-rata hitung atau mean dari sekumpulan data adalah jumlah data-data itu

dibagi oleh banyaknya data.32 Sedangkan modus adalah data yang sering muncul.

Untuk memudahkan perhitungan, sebaiknya data dinyatakan terlebih dahulu dalam bentuk tabel. Rumus untuk menghitung rata-rata yaitu:

Mean =

Berikut contohnya:33

Hari ini siswa Kelas VI akan dibagi rapor. Rika senang sekali dengan hasil rapornya. Nilai rata-ratanya 7,9. Berikut ini nilai rapor Rika:

No. Mata Pelajaran Nilai

1. Matematika 8

2. B. Indonesia 7

3. IPA 8

4. IPS 7

32

Kusaeri, dkk, Matematika 2 Paket 14, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), 5. 33

A. Dady Permana dan Triyati, Bersahabat dengan Matematika 6, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 120.


(45)

5. B. Inggris 9

6. Agama 8

7. Pendidikan Kesenian 7

8. PJOK 8

9. Pendidikan Kewarganegaraan 9

10. B. Daerah 8

Jumlah 79

Mean =

= 7.9

Dari tabel terlihat bahwa nilai yang paling banyak diperoleh Rika adalah nilai 8. Nilai 8 ini dinamakan juga modus, atau nilai yang paling sering muncul.

2. Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah

Data yang sudah terkumpul dapat ditentukan nilai tertinggi dan nilai terendah. Dengan mengurutkan data yang ada maka dapat menentukan nilai tertinggi dan nila terendah. Kemudian dapat dengan mudah menyajikannya dalam bentuk tabel. Berikut contohnya:

Data nilai ulangan matematika dari 20 siswa kelas VI adalah sebagai berikut:

5 8 7 9 10 6 5 7 6 7 6

7 7 7 8 6 8 7 9 8

Jika diurutkan dari yang terkecil menjadi:

5 5 6 6 6 6 7 7 7 7 7

7 7 8 8 8 8 9 9 10

D. Metode Pembelajaran Team Quiz


(46)

Metode menurut bahasa artinya „cara’. Secara umum, metode di artikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pembelajaran adalah

keterampilan memilih metode.34 Keterampilan memilih metode berkaitan langsung

dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.

Menurut Syifaul B.Djamarah dkk., metode memiliki kedudukan sebagai

berikut:35

a. Sebagai alat untuk motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar

b. Menyiasati perbedaan individual siswa

c. Mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu, fungsi-fungsi metode pembelajaran tidak dapat diabaikan karena metode tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu pembelajaran.

2. Ciri-ciri Metode Pembelajaran yang Baik

Banyak macam metode yang bisa dipilih guru dalam kegiatan mengajar, namun tidak semua metode bisa di kategorikan sebagai metode yang baik, dan tidak pula semua metode dikatakan jelek. Kebaikan suatu metode terletak pada ketepatan

34

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), 55.

35


(47)

memilih sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Berikut adalah ciri-ciri metode yang baik:36

a. Bersifat luwes, fleksibel, dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi

b. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan

siswa pada kemampuan praktis

c. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi

d. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya

e. Mampu menempatkan guru pada posisi yang tepat dan terhormat dalam proses

pembelajaran.

3. Prinsip-prinsip Pemilihan Metode

Dalam memilih metode pembelajaran, bukan tujuan yang menyesuaikan dengan

metode atau karakter anak, tetapi metode hendaknya menjadi “variable dependen

yang dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan siswa. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Metode yang hendak dipilih dalam kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan beberapa prinsip yang mendasari urgensi

metode dalam proses belajar mengajar, yaitu diantaranya:37

a. Prinsip motivasi dan tujuan belajar. Belajar tanpa motivasi bagaikan badan tanpa

jiwa, atau mobil tanpa bahan bakar.

b. Prinsip kematangan dan perbedaan individual. Belajar memiliki masa kepekaan

masing-masing dan tiap anak memiliki tempo kepekaan yang berbeda, yaitu:

36

Ibid., 56. 37


(48)

1) Fase praoperasional, yaitu usia 5-6 tahun atau masa pra sekolah. Pada fase ini anak belum bisa membedakan sesuatu secara konsep ataupun abstrak. Contohnya, ketika anak melihat kucing, lalu kucing itu pindah ke belakang meja, maka ia akan mengatakan tidak ada. Cara mengajarkan yang abstrak

bisa di lakukan melalui cerita, nyanyian, bahkan dengan do’a.

2) Fase operasi kongkret. Masa ini anak sudah mulai bisa dibawa berpikir

abstrak.

3) Fase operasional formal. Pada fase ini, anak sudah mulai bisa memikirkan apa

yang ada di balik realitas, baik melalui percobaan maupun observasi.

c. Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis. Belajar dengan

memperhatikan peluang sebesar-besarnya bagi partisipasi siswa dan pengalaman langsung jauh lebih bermakna daripada belajar verbalistik.

d. Integrasi pemahaman dan pengalaman. Suatu proses pembelajaran mempu

menerapkan pengalaman nyata dalam suatu daur proses belajar.

e. Prinsip fungsional. Belajar merupakan proses pengalaman hidup yang bermanfaat

bagi kehidupan berikutnya. Setiap belajar nampaknya tidak bisa lepas dari nilai manfaat, sekalipun bisa berupa nilai manfaat teoritik atau praktis bagi kehidupan sehari-hari.

f. Prinsip menggembirakan. Belajar merupakan proses yang terus berlanjut tanpa

henti. Metode pembelajaran jangan sampai memberi kesan memberatkan, sehingga kesadaran belajar pada anak cepat berakhir.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran38

a. Tujuan yang hendak dicapai

38


(49)

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode.

b. Materi Pelajaran

Materi pelajaran adalah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa di pelajari dan di kuasai oleh peserta didik.

c. Peserta Didik

Peserta didik merupakan subjek belajar yang memiliki karakteristik berbeda, mulai dari minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depannya.

d. Situasi

Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis.

e. Fasilitas

Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti ada tidaknya laboratorium, untuk praktek.

f. Guru

Guru yang berlatar pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode dan tepat dalam penerapannya. Jadi, untuk menjadi seorang guru pada intinya harus memiliki jiwa yang professional.

5. Metode Team Quiz

Metode team quiz merupakan strategi pembelajaran yang akan meningkatkan


(50)

pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan, yakni dalam bentuk

kuis.39 Metode team quiz yaitu suatu metode yang bermaksud untuk meningkatkan

keaktifan siswa dalam proses belajar. Dalam tipe ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil dengan masing-masing anggota kelompok-kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya dalam memahami materi dan menjawab soal. Yang diwali dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar.

Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut.Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.

6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Team Quiz40

a. Kelebihan Metode Team Quiz

1) Dapat meningkatkan keseriusan

2) Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkungan belajar

3) Mengajak siswa untuk terlibat penuh

4) Meningkatkan proses belajar

5) Membangun kreatifitas diri

6) Meraih makna belajar melalui pengalaman

7) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar

39

Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), 176. 40

http://miratriani.blogspot.co.id/2012/07/metode-team-quiz-dan-talking-stick.html, diaskes pada tanggal 31 Oktober 2016 Pukul 16:06


(51)

8) Menambah semangat dan minat belajar siswa.

b. Kelemahan Metode Team Quiz

1) Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan

terjadi

2) Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni

yang bisa menjawab soal kuis. Karena permainan yang dituntut cepat dan memberikan kesempatan diskusi yang singkat

3) Waktu yang diberikan sangat terbatas jika quiz dilaksanakan oleh seluruh tim

dalam satu pertemuan.

7. Sintaks Pelaksanaan Metode Team Quiz41

a. Pilihlah topik yang dapat di sampaikan dalam tiga segmen

b. Bagi siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok A, B, dan C

c. Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian mulai

penyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit

d. Setelah penyampaian, minta kelompok A untuk menyiapkan

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang baru saja di sampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka

e. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika

kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C

f. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak

bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B

41


(52)

g. Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pembelajaran kedua, dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A

h. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi

pelajaran ketiga, dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya

i. Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya

ada pemahaman siswa yang keliru.

E. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Menggunakan Metode Team Quiz

Upaya meningkatkan minat belajar matematika menggunakan metode team quiz

merupakan suatu usaha untuk meningkatkan minat atau daya tarik siswa terhadap mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran yang aktif, yaitu metode

team quiz. Metode team quiz yaitu suatu metode yang bermaksud untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. Metode ini seringkali digunakan sebagai alternatif apabila siswa pasif dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini, agar tidak didominasi oleh siswa yang pintar, maka setiap siswa diwajibkan mencari jawaban kuis dan guru mencatat nama setiap siswa yang menjawab dengan alasan penambahan nilai sehingga siswa dapat termotivasi dan berminat untuk ikut menjawab.


(53)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan tindakan berupa penggunaan metode Team Quiz, di mana metode tersebut

merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang di harapkan mampu meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika materi pengolahan data. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu memperbaiki mutu pelaksanaan pembelajaran.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan bentuk penelitian kolaboratif, dimana guru dan peneliti bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran. PTK merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari

perlakuan tersebut.1

Secara etimologi, ada 3 istilah yang berhubungan dengan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK), yaitu:2

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah

dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang senngaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang

bebentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar

1

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2009), 26. 2

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), 45.


(54)

3. Kelas adalah sekalompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model Kurt Lewin, dimana dalam satu siklus ada 4 hal yang harus di lakukan dalam proses penelitian

tindakan ini, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.3

1. Perencanaan

Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti. Pada tahap ini, kegiatan yang harus di lakukan meliputi: (1) menentukan rumusan masalah serta tujuan; (2) pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (3) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang di perlukan di kelas; serta (4) mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah perlakuan yang di laksanakan oleh peneliti yang sesuai dengan perencanaan. Pada tahap ini, peneliti mengimplementasikan tindakan yang teah dirumuskan dalam RPP dalam situasi yang nyata, yang meliputi kegiatan awal, inti,d an akhir.

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah: (1) mengamati prilaku-prilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) memantau kegiatan diskusi;

3


(55)

serta (3) mengamati pemahaman tiap anak terhadap penguasaan materi yang dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

4. Refeksi

Refleksi adalah kegiatan anaisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau penemuan baru. Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti meliputi: (1) mencatat hasil observasi; (2) mengevaluasi hasil observasi; (3) menganalisis hasil pembelajaran; serta (4) mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya.

Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam model penelitian Kurt Lewin jika di gambarkan akan membentuk spiral. Pelaksanaan penelitian dalam model ini adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus. Apabila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama, maka bisa menggunakan lebih dari satu siklus.

Berikut adalah gambar alur penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin:4

4

Rido Kurnianto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), 5. Identifikasi

Masalah

Perencanaan (Planning)

Tindakan (Acting)

Observasi (Observing) Refleksi

(Reflecting) Siklus 1

Perencanaan


(56)

Dalam melakukan PTK, hal-hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan observasi awal untuk menentukan masalah, mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor penyebab munculnya masalah, merumuskan hipotesis tindakan sebagai pemecahan masalah, menentukan pilihan hipotesis yang sesuai dengan rumusan masalah, serta merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK.

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting penelitian ini meliputi:

a. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Bina Bangsa Surabaya yang bertempat di Jl. Krembangan Jaya V No.29 Surabaya.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai dari bulan Nopember 2016 - Januari 2017 pada semester genap tahun ajaran 2016-2017. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

c. Siklus Penelitian

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin


(57)

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran matematika dengan

menggunakan metode Team Quiz di MI Bina Bangsa Surabaya.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi subjeknya adalah siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya dengan jumlah siswa keseluruhan 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Input

Dalam PTK ini, yang menjadi variabel input adalah siswa kelas VI MI Bina

Bangsa Surabaya.

2. Variabel Proses

Dalam PTK ini, yang menjadi variabel proses adalah metode Team Quiz.

3. Variabel Output

Dalam PTK ini, yang menjadi variabel output adalah peningkatan minat belajar

siswa kelas VI MI Bina Bangsa pada mata pelajaran matematika.

D. Rencana Tindakan

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan berupa perencanaan-perencanaan sebelum melakukan tindakan terhadap siswa, yang meliputi:


(58)

1) Menentukan metode yang akan digunakan untuk memecahkan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah, maka untuk menyelesaikannya peneliti

menggunakan metode Team Quiz untuk meningkatkan minat belajar siswa

terhadap mata pelajaran matematika materi pengumpulan dan penyajian data

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus yang sesuai

dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran

matematika, dengan penggunaan metode Team Quiz

3) Menyiapkan materi yang akan diajarkan

4) Menyiapkan soal yang akan digunakan dalam tes

5) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

6) Menyiapkan instrumen angket untuk mengukur minat belajar siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

Setelah menyusun perencanaan, maka peneliti siap untuk melakukan tindakan perbaikan di kelas sesuai dengan tahap perencanaan dan RPP yang telah di susun. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya. Berikut adalah langkah-langkah perbaikan pembelajaran pada siklus I:

1) Guru memberi salam

2) Siswa memimpin do’a sebelum pembelajaran di mulai

3) Guru melakukan apersepsi sesuai dengan materi yang diajarkan

4) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai

5) Sebelum menerapkan metode Team Quiz, guru terlebih dahulu memilih topik


(59)

6) Guru membagi kelas menjadi 3 kelompok secara heterogen, yaitu kelompok A, B, dan C

7) Saat penyampaian materi pertama, kelompok A mendapat tugas sebagai

kelompok penanya, sedangkan kelompok B dan C menjadi kelompok penjawab pertanyaan. Apabila kelompok B tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan akan di lempar di kelompok C

8) Saat penyampaian materi yang kedua, kelompok B mendapat tugas sebagai

kelompok penanya, sedangkan kelompok A dan C menjadi kelompok penjawab pertanyaan. Begitupula saat penyampaian materi yang ketiga

9) Pembelajaran di akhiri dengan menyimpulkan tanya jawab. Guru memberi

kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang di mengerti

10) Siswa mengerjakan lembar kerja

11) Siswa memimpin do’a sebelum pelajaran diakhiri

12) Guru mengucap salam

13) Peneliti membagikan angket minat belajar pada siswa.

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan dan mengidentifikasi data yang di peroleh selama pengamatan berlangsung. Data yang di peroleh berupa lembar observasi guru dan siswa, dokumen-dokumen, serta angket minat belajar siswa. Apabila analisis data I sudah diketahui, kemudian baru melakukan refleksi.


(60)

Refleksi di lakukan guru setelah melakukan tindakan. Hasil dari analisis data I, kemudian didiskusikan bersama untuk mengetahui kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus pertama. Tahapan pada siklus kedua sama dengan siklus pertama, yaitu di awali dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan diskusi dan kolaborasi dengan guru untuk mengevaluasi dan membuat kesimpulan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan

metode team quiz untuk meningkatkan minat belajar setelah dilakukannya rangkaian

kegiatan pada siklus I dan siklus II.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam PTK ini antara lain:

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi

tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.5 Dalam PTK, observasi bisa

digunakan untuk memantau guru dan siswa. Dari hasil pengamatan tersebut, dapat

5


(61)

ditemukan berbagai kelemahan sehingga dapat ditindaklanjuti untuk diperbaiki pada siklus berikutnya.

Observasi menjadi instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data. Hal ini disebabkan observasi sebagai proses pengamatan langsung, merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran baik prilaku guru maupun prilaku siswa. Oleh karena itu teknik ini dipilih peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.

b. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. Wawancara di gunakan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian seperti penerapan

pembelajaran tertentu yang berbasis masalah.6

Selain observasi, wawancara merupakan instrumen penelitian yan sering digunakan untuk mengumpulkan data dalam PTK. Hal ini disebabkan karena ada beberapa keuntungan antara lain:

1) Wawancara dapat digunakan untuk mengecek kebenaran data/informasi

yang di peroleh dengan cara lain

2) Teknik wawancara bisa memungkinkan data yang di peroleh lebih luas,

bahkan bisa memunculkan sesuatu yang tidak di fikirkan sebelumnya

6

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas, (tk: Kata Pena, 2014), 40.


(1)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka saran

yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menerapkan metode team

quiz pada mata pelajaran matematika materi pengolahan data yaitu sebagai

berikut:

1. Dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan tidak hanya

bertumpu pada metode ceramah saja. Guru bisa menerapkan berbagai

metode dan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan, agar

siswa tidak pasif dan bisa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Apalagi untuk mata pelajaran matematika, dimana siswa seringkali

menganggapnya susah sehingga minat belajar matematika pun

menurun. Oleh karenanya, guru perlu menggunakan variasi metode.

2. Selain untuk pelajaran matematika, metode team quiz ini bisa juga

digunakan pada mata pelajaran yang lain untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Guru bisa melakukan penelitian yang baru untuk meningkatkan minat

belajar pada mata pelajaran yang lain yang kurang mendapatkan


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen

Dolphie, Bandi. 2009. Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: PT Intan

Sejati

Fathani, Abdul Halim. 2012. Matematika: Hakikat & Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT

Refika Aditama

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika.Jakarta: PT Raja Grafindo

Harahap, Khoirul Amru. 2009. 355 Kunci Menjadi Kekasih Allah Sepanjang Masa. Jakarta:

Tangga Pustaka

Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasari. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Idris, Meity H. dan Izul Ramdani. 2015. Menumbuhkan Minat Membaca pada Anak Usia Dini.

Jakarta: PT Luxima Metro Media

Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan

Kelas. tk: Kata Pena

Kurnianto, Rido, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: LAPIS PGMI


(3)

Permana, A. Dady dan Triyati. 2008. Bersahabat dengan Matematika 6. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Pitadjeng. 2015. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saidah, Chalimatus. 2016. “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Metode

Commonalities (Kesamaan-kesamaan) di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul

Ummah Sidayu Gresik”. Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah Jurusan

Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenadamedia Group

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Sundayana, Rostina. 2015. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:

Alfabeta

Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani

Quraisy

Surya, Mohamad. 2014. Psikologi Guru. Bandung: Alfabeta

Syah, Muhibin. 2003. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya Pada KTSP. Jakarta: Kencana

Widayanti, Esti Yuli, dkk. 2009. Pembelajaran Matematika MI. Surabaya: LAPIS-PGMI

Yuliawati, Fitri. tt. Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik Profesional. Yogyakarta:

PT Pustaka Insan Mandiri

Zaini, Hisyam. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD57-58.

http://miratriani.blogspot.co.id/2012/07/metode-team-quiz-dan-talking-stick.html diaskes pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul 16:06


(4)

http://www.wawasanpendidikan.com/2015/10/Pengertian-Aspek-Indikator-dan-Manfaat-serta-Faktor-Faktor-yang-Mempengaruhi-Minat-Belajar.html di askes pada tanggal 10 Nopember 2016 pukul 20.45


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen

Dolphie, Bandi. 2009. Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: PT Intan

Sejati

Fathani, Abdul Halim. 2012. Matematika: Hakikat & Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT

Refika Aditama

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika.Jakarta: PT Raja Grafindo

Harahap, Khoirul Amru. 2009. 355 Kunci Menjadi Kekasih Allah Sepanjang Masa. Jakarta:

Tangga Pustaka

Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasari. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Idris, Meity H. dan Izul Ramdani. 2015. Menumbuhkan Minat Membaca pada Anak Usia

Dini. Jakarta: PT Luxima Metro Media

Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian

Tindakan Kelas. tk: Kata Pena

Kurnianto, Rido, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: LAPIS PGMI

Kusaeri, dkk. 2009. Matematika 2 Paket 14. Surabaya: LAPIS PGMI

Permana, A. Dady dan Triyati. 2008. Bersahabat dengan Matematika 6. Jakarta: Pusat


(6)

Pitadjeng. 2015. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saidah, Chalimatus. 2016 . “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui

Metode Commonalities (Kesamaan-kesamaan) di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Nahdlatul Ummah Sidayu Gresik”. Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah

Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenadamedia Group

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Sundayana, Rostina. 2015. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.

Bandung: Alfabeta

Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani

Quraisy

Surya, Mohamad. 2014. Psikologi Guru. Bandung: Alfabeta

Syah, Muhibin. 2003. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya Pada KTSP. Jakarta: Kencana

Widayanti, Esti Yuli, dkk. 2009. Pembelajaran Matematika MI. Surabaya: LAPIS-PGMI

Yuliawati, Fitri. tt. Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik Profesional.

Yogyakarta: PT Pustaka Insan Mandiri

Zaini, Hisyam. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD57-58.

http://miratriani.blogspot.co.id/2012/07/metode-team-quiz-dan-talking-stick.html diaskes

pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul 16:06

http://www.wawasanpendidikan.com/2015/10/Pengertian-Aspek-Indikator-dan-Manfaat-serta-Faktor-Faktor-yang-Mempengaruhi-Minat-Belajar.html di askes pada tanggal 10 Nopember 2016 pukul 20.45


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Metode Quiz Team Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di Mts Darul Ma'arif Jakarta Selatan

2 18 139

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGOLAHAN DATA DALAM PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS VI SD

0 7 80

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE TEAM QUIZ Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Team Quiz Siswa Kelas IV SDN Kertomulyo 01 Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE TEAM QUIZ Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Team Quiz Siswa Kelas IV SDN Kertomulyo 01 Tahun Pel

0 1 13

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Melalui Penerapan Strategi Pendekatan CTL Di Kelas IV SD Harapan Bangsa Tahun 2012/2013.

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PENDEKATAN CTL Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Melalui Penerapan Strategi Pendekatan CTL Di Kelas IV SD Harapan Bangsa Tahun 2012/2013.

0 2 11

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM QUIZ SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Penerapan Metode Pembelajaran Team Quiz Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Materi Ham Pada Siswa Kelas VIIC MTs Yassin Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM QUIZ SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI HAM Penerapan Metode Pembelajaran Team Quiz Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Materi Ham Pada Siswa Kelas VIIC MTs Yassin Gemolong Sragen Tahun Pelajar

0 4 18

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ALAT PENCERNAAN MANUSIA MELALUI METODE TEAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ALAT PENCERNAAN MANUSIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SAREN I KALIJAMBE SRAGEN TAHUN PELAJARAN 20

0 1 16

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAM GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH NGADIPURO I DUKUN MAGELANG

0 0 6