BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Problem Based Learning Berbantuan Media Video Pembelajaran dengan Hasil Belajar Menggunakan Metode Konvensional pada Siswa Kelas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran IPA di SD

  Menurut Permendiknas No. 24 (2007: 149), IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan. IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus, siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang seharusnya diarahkan dengan benar oleh guru supaya berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi. Penggalian keingian tahuan siswa ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya: metode eksperimen, demonstrasi, membaca artikel fisis, mendeskripsikan fenomena alam yang ada di sekitarnya, dan lain-lain dengan tujuan siswa dapat menemukan konsep dan pola sendiri secara konstruktif.

  IPA biasanya disebut dengan kata “sains” yang berasal dari kata “natural

  science

  ”.Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan

  science artinya ilmu pengetahuan.Pengguna

  an kata “sains” sebagai IPA berbeda dengan pengertian sosial science, educational science, political science, dan penggunaan kata science yang lainnya. Bundu (2006: 9) menjelaskan secara tegas bahwa yang dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah

  IPA itu sendiri. Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat SD),sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah).

  Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah,dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur Trianto (2010: 137). Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dessiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

  Menurut Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010: 6), Sains adalah:

  

“Science is the name we give to group of process through which

we can sistematically gather information about the natural world.Science is also the knowledge gathered through the use of such process. Finally, science is characterized by those values and attitudes processed by people who use scientific process to gather knowledge.”

  Pengertian sains menurut uraian di atas adalah (1) sains adalah sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar, (2) sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan tertentu, (3) sains dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut (sikap ilmiah).

  Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu “biologi, fisika, dan kimia, merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi,perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep

  ”. Dapat dikatakan bahwa hakikat

  IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

2.2 Problem – Based Learning

2.2.1 Hakekat Problem – Based Learning

  Menurut Arends (2007: 43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Model ini menyediakan sebuah alternatif yang menarik bagi guru yang menginginkan maju melebihi pendekatan-pendekatan yang lebih berpusat pada guru untuk menantang siswa dengan aspek pembelajaran aktif dari model itu.

  Menurut Nurhadi (2004: 109), PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

  Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan kemampuan berfikir tingkat tinggi mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri (Arends dalam Trianto, 2011: 68). Model pembelajaran ini mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasarkan proyek, pembelajaran berdasarkan pengalaman, belajar autentik dan pembelajaran bermakna. Penyajian sebuah masalah dalam pembelajaran dapat membantu siswa lebih baik dalam belajar.

  Dari pendapat beberapa ahli diatas mengenai Problem-Based Learning adalah Problem-Based Learning merupakan suatu proses pendekatan pembelajaran yang diawali dari penyajian suatu masalah kepada siswa dimana masalah yang diberikan kepada siswa merupakan masalah kongkrit yang dihadapi siswa, kemudian pemecahan masalah diselesaikan secara berkelompok dimaksudkan untuk melatih siswa dalam bersosialisasi dan kerjasama. Problem

  

based learning mencakup beberapa pendekatan yaitu kontekstual, kooperatif,

2.2.2 Karakteristik Problem – Based Learning

  Ciri yang paling utama dari model pembelajaran PBL yaitu dimunculkannnya masalah pada awal pembelajarannya. Menurut Arends (Trianto, 2007), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik : (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Karakteristik pengajuan pertanyaan atau masalah ini memiliki 5 syarat yaitu (a) autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu, (b) jelas, masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa, (c) mudah dipahami, masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, (d) luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia, (e) bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah. (2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu. (3) Penyelidikan autentik (nyata) Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. (4) Menghasilkan produk dan memamerkannya Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. (5) Kolaboratif pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar siswa.

  Sedangkan karakteristik Problem Based Learning Menurut Rusman (2010: 232) adalah (1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar, (2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur, (3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple

  

perspective) , (4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

  sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar, (5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama, (6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based learning, (7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif, (8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, (9) sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, (10) Problem

  

based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

belajar.

  Dari pendapat para ahli diatas mengenai karakteristik Problem-Based

  

Learning yang dipaparkan oleh para ahli dapat dikaji beberapa poin penting yang

  terdapat dalam Problem-Based Learning: 1.

  Pengajuan masalah di dalam poin ini terdapat beberapa tahap yang harus diperhatikan yaitu: a) Autentik yaitu masalah yang diangkat/yang akan dibahas harus sesuai dengan kehidupan di dunia nyata siswa, b) Jelas yaitu masalah yang diangkat tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa, c) Mudah dipahami artinya masalah yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan tingkatan berfikir siswa, d) Luas yaitu masalah yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan mencakup seluruh materi pelajaran, e) Bermanfaat yaitu masalah yang diberikan bermanfaat untuk siswa sebagai pemecah masalah dan untuk guru sebagai pembuat masalah.

  2. Fokus masalah yaitu masalah yang diberikan kepada siswa harus memiliki keterkaitan dengan berbagai disiplin

  3. Masalah yang diberikan membuat siswa menjadi tertantang yaitu masalah yang diberikan kepada siswa mampu membuat siswa aktif serta kritis dalam menyikapi masalah yang dipecahkan 4. Penyelidikan autentik yaitu penyelidikan yang dilakukan oleh siswa, siswa harus mampu menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkannya, menghipotesis, kemudian di eksperimenkan sehingga siswa mampu menarik kesimpulan dan memberikan hasil akhir yang bervariasi tidak hanya dari satu sumber saja

  5. Menghasilkan produk yatu siswa mampu menghasilkan produk dari hasil belajarnya kemudian hasil tersebut dipamerkan dalam bentuk karya

  6. Kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif yaitu siswa melakukan kerja kelompok, berinteraksi,kemudian saling mengajar (peer teaching) dan selanjutnya melakukan presentasi dari hasil kerja kelompok yang dilakukan oleh siswa.

2.2.3 Peran Guru dalam Problem – Based Learning

  Menurut Arends (2008: 41) peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan berbagai masalah, memberi berbagai masalah, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Arends menambahkan PBL tidak akan terjadi kecuali jika guru menciptakan lingkungan kelas tempat pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur dapat terjadi. Rusman (2013: 234) Peran guru dalam PBM berbeda dengan peran guru didalam kelas. Guru didalam PBM terus berpikir tentang beberapa hal, yaitu:

  

Bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada

1. di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar.

  2. Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan

  masalah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya ? dan

  3. Bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecah

  masalah yang aktif ?

  Dari pendapat ahli tersebut peran guru dalam problem-based learning adalah memfasilitasi siswa untuk memecahakn sebuah permasalahan. Permasalahan akan disajikan secara mengambang dengan mengambil permasalah- permasalah pada dunia nyata. Siswa akan belajar bagaimana memecahkan permasalahan bersama teman sebayanya yang nantinya akan dipresentasikan didepan kelas. Guru dalam Problem-based learning akan menuntun siswa hingga menemukan hasil dari pemecahan masalah yang sudah dipersiapkan oleh guru.

2.2.4 Langkah – Langkah Problem Based Learning

  Menurut Suprijono (2009: 74-76), terdapat lima tahapan pembelajaran yang disajikan dalam tabel 2.1 di bawah ini :

  problem based learning

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning

FASE PERILAKU GURU

  Fase 1: Guru menyampaikan tujuan pelajaran, Memberikan orientasi tentang mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting permasalahannya kepada peserta dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam didik kegiatan mengatasi masalah

  Fase 2: Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan Mengorganisasikan peserta didik dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait untuk meneliti dengan permasalahannya Fase 3: Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan

  

Membantu investigasi mandiri dan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan

kelompok mencari penjelasan dan solusi Fase 4: Guru membantu peserta didik dalam merencanakan Mengembangkan dan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti

mempresentasikan artefak dan exhibit laporan, rekaman video, dan model-model, dan

membantu mereka untuk menyampaikannya kepada

orang lain

Fase 5: Guru membantu peserta didik melakukan refleksi

  Menganalisis dan mengevaluasi terhadap investigasinya dan proses-proses yang proses mengatasi masalah mereka gunakan

  Pada fase pertama hal-hal yang perlu dielaborasi antara lain: 1. Tujuan utama pembelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah informasi baru tetapi untuk menginvestigasi berbagai permasalahan penting dan menjadi pembelajar mandiri.

  2. Permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak memiliki jawaban mutlak “benar” dan sebagian besar permasalahan kompleks memiliki banyak solusi yang kadang-kadang saling bertentangan.

  3. Selama fase investigasi pelajaran, peserta didik didorong untuk melontarkan pertanyaan dan mencari informasi. Guru memberikan bantuan tetapi peserta didik mestinya berusaha bekerja secara mandiri atau dengan teman- temannya.

4. Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, peserta didik didorong untuk

  Pada fase kedua, guru diharuskan untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara peserta didik dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Pada tahap ini pula guru diharuskan membantu peserta didik merencanakan tugas investigative dan pelaporannya.

  Pada fase ketiga, guru membantu peserta didik menentukan metode investigasi. Penentuan tersebut didasarkan pada sifat masalah yang hendak dicari jawabannya atau dicari solusinya.

  Pada fase keempat, penyelidikan diikuti dengan pembuatan artefak dan exhibits. Artefak dapat berupa laporan tertulis, termasuk rekaman proses yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan. Artefak dapat berupa model-model yang mencakup representasi fisik dari situasi masalah dan solusinya. Exhibit adalah pendemonstrasian atas produk hasil investigasi atau artefak tersebut.

  Pada fase kelima, tugas guru adalah membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. Terpenting dalam fase ini peserta didik mempunyai keterampilan berpikir sistemik berdasarkan metode penelitian yang mereka gunakan. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran berbasis masalah harus ditandai keterbukaan. Keterbukaan, keterlibatan aktif peserta didik, dan atmosfer kebebasan intelektual. Penting pula dalam pengelolaan pembelajaran berbasis masalah memperhatikan hal-hal seperti situasi multi tugas yang akan berimplikasi pada jalannya proses investigasi, tingkat kecepatan yang berbeda dalam penyelesaian masalah, pekerjaan peserta didik, dan gerakan dan perilaku di luar kelas.

  Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka untuk menerapkan pembelajaran

  

problem based learning dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan langkah-

  langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut: (1) Orientasi permasalahan yaitu diawal pembelajaran guru memberikan suatu permasalahan yang akan dibahas / dipecahkan oleh siswa, (2) Organisasi penelitian yaitu guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar siswa dimana dalam setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, (3) Investigasi mandiri dan investigasi kelompok yaitu mengumpulkan data dan eksperimentasi secara mandiri dan berkelompok, (4) Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit yaitu siswa membuat laporan tertulis mengenai pemecahan masalah dan solusi yang diusulkan, selanjutnya siswa mndemonstrasikan atas produk hasil investigasi yang telah dilakukan siswa, (5) Menganalisis dan mengevaluasi permasalahan yaitu guru membantu siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil proses berfikir siswa dan ketrampilan siswa dalam melakukan proses penyelidikan atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa.

2.2.5 Kelebihan Pembelajaran Problem Based Learning

  Menurut Trianto (2011: 96) pembelajaran problem based learning memiliki kelebihan sebagai berikut: (1) Realistis dalam kehidupan siswa, (2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, (3) Memupuk sifat inquiri siswa, (4) Retensi konsep jadi kuat, (5) Memupuk kemampuan problem solving. Menurut Sanjaya (2007: 218), mengidentifikasikan kelebihan model pembelajaran problem based learning adalah sebagai berikut: a) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa b) Meningkatkan motivasi dan aktifitas pembelajaran siswa c) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata d) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan e) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru f) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata g) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir h) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata

2.2.6 Kelemahan Pembelajaran Problem Based Learning

  Kelemahan pembelajaran problem based learning yang dikemukakan oleh Trianto (2011: 97) antara lain: (1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, (2) Sulitnya mencari problem atau masalah yang relevan, (3) Sering terjadi miss-konsepsi, (4) Konsumsi waktu, di mana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Menurut Sanjaya (2007: 218),

  

problem based learning juga memiliki kelemahan, diantaranya: 1) Manakala

  siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya 2) Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

  Berdasarkan pendapat ahli diatas maka kelemahan dalam problem based

  

learning yaitu guru kesulitan dalam menyiapkan perlengkapan yang kompleks

  yang akan digunakan guru untuk mengaitkan masalah yang relevan yang akan dibahas dan yang sering terjadi sehingga terkadang menjadikan beda pandangan, selain itu juga memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa. Selain itu terkadang siswa juga menjadi kurang percaya diri dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi sehingga mengakibatkan siswa menjadi tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan menjadikan siswa menjadi malas untuk mencoba memecahakan suatu permasalahan yang disajikan oleh guru.

2.3 Media Pembelajaran

  Sadiman (2008: 7) menjelaskan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran berupa materi pembelajaran

  Hamdani (2011: 243) “media pembelajaran adalah komponen yang terdiri dari suatu yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk dijadikan bahan sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk be lajar”. Sedangkan menurut Bruner dalam Arsyad (2011: 7), ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrack (symbolic). Hasil belajar seseorang dimulai dari pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan,sampai kepada lambang - lambang verbal (abstrak).

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka Media pembelajaran adalah “suatu alat bantu yang digunakan pada proses pembelajaran”. Dengan adanya media dimaksudkan dapat mempermudah dalam menyampaikan materi ajar dari guru kepada penerima (siswa). sehingga dapat mempertinggi efektifitas dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.3.1 Jenis dan Karakteristik Media

  Setiap media memiliki jenis dan karakteristik tertentu, Menurut Hamdani (2011:

  248) “media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu: media visual, media audio dan media audiovisual”. Menurut Suprihatingrum (2013: 323) me ngemukakan “bahwa jenis-jenis media pembelajaran terdiri dari: media grafis (simbol-simbol komunikasi visual meliputi: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan flanel, papan buletin), media audio (dikaitakan dengan indera pendengaran meliputi: radio, (alat perekam pita magnetik), multimedia (dibantu proyektor LCD misalnya file program komputer multimedia)”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas jenis dan karakteristik media yaitu:

  1. Media visual (gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan flanel, papan buletin)

2. Media audio (radi0 dan perekam pita magnetik) 3.

  Media audio visual/multimedia (tv, dvd, vcd, dan vidio dengan alat bantu

2.3.2 Ciri-Ciri Media Pembelajaran

  Menurut Arsyad (2005: 6

  • –7) ciri-ciri umum yang terkandung dalam media yaitu : a) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat,didengar, atau diraba dengan panca indera. b) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. c) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. d) Media pendidikan memiliki pangertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. e) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. f) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya radio,televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya : modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder). g) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

  Suprihatiningrum (2013: 320) mengemukakan media pembelajaran mempunyai tiga ciri, sebagai berikut: a.

  Ciri fiksatif, berarti media harus memliki kemampuan untuk merekam, meyimpan dan merekonstruksi objek atau kejadian.

  b.

  Ciri manipulatif, media harus memiliki kemampuan dalam memanipulasi objek atau kejadian.

  c.

  Ciri distributif, berarti media harus memiliki kemampuan untuk diproduksi dalam jumlah besar dan disebarluaskan.

  Dari pendapat ahli diatas ciri

  • – ciri media pembelajaran yaitu media pembelajaran harus fiksatif, manipulatif, distributif, berbentuk hardware (perangkat keras) dan berbentuk software (perangkat lunak). Selain itu media pembelajaran juga harus mampu membantu proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dimana media pembelajaran juga berperan sebagai alat komunikasi dan interaksi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran

2.3.3 Fungsi Dan Manfaat Media Pembelajaran

  Menurut Sanjaya (2011: 169) Media pembelajaran berfungsi dan memiliki peran sebagai berikut: 1) Menangkap sesuatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. 2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. 3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Sedangkan menurut Sanaky (2009: 6) Media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan: 1) Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langka, 2) Membuat duplikasi dari obyek sebenarnya, 3) Membuat konsep abstrak ke konsep abstrak menjadi konsep yang konkrit,4) Member kesamaan persepsi, 5) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak, 6) Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan 7) Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

  Dari beberapa pendapat diatas maka fungsi dan manfaat media pembelajaran yaitu menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langka, selain itu juga memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan menarik sehingga dapat menambah gairah dan motivasi belajar siswa supaya materi yang diajarkan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2.4 Media Video

  Selanjutnya menurut Cheppy Riyana (2007 : 2) media video adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Selain itu menurut Sanaky (2009:109) kelebihan yang dimiliki media video antara lain: a) Menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistic, b) Sifatnya yang audivisual, c) Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotor, d) Dapat mengurangi kejenuhan belajar, e) Menambah daya tahan ingatan, f) Portable dan mudah didistribusikan. Anderson mengemukakan keterbatasan yang dimiliki oleh video antara lain: a) Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di tempat penggunaan serta harus cocok ukuran dan formatnya dengan pita video atau piringan video (VCD/DVD) yang akan digunakan. b) Menyusuan naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah, disamping menyita banyak waktu. c) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya, Prastowo (2013: 306).

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka vidio audio-visual merupakan suatu media gerak yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana sangat baik untuk mencapai tujuan belajar psikomotor, selain itu vidio audio-visual membutuhkan biaya produksi yang sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya.

  2.5 Media Gambar

  Di antara media pendidikan, gambar adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmti dimana-mana. Sudjana dan Rivai (2003: 68), Media gambar adalah media yang mengkombinasikan pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang mamanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat dan sebagainya. (R. Angkowo dan A. Kosasih, 2007: 26).

  Gambar dapat membantu guru dalam mencapai tujuan intruksional, karena gambar termasuk media yang mudah serta besar sehingga dapat mempertinggi nilai pengajaran. Sadiman, Rahardjo, Haryono dan Rahardjito (2008: 29-32) mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan media gambar foto yaitu: “1) sifatnya konkret; 2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; 3) media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; 4) gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja; 5) gambar harganya sangat murah”. Bebarapa kelemahan media gambar antara lain: “1) gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata 2) gambar/foto yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran 3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar”.

2.6 Sintak Problem Based Learning Berbantuan Media Vidio Pembelajaran

  Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011: 98) Pembelajaran model Problem Based

Learning berbantuan dengan media vidio pada pembelajaran IPA materi susunan bumi,

sintak pembelajarannya adalah sebagai berikut: a) Orientasi siswa pada masalah: Guru

menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas, tujuan pembelajaran, melakukan

apersepsi dan motivasi yang berupa masalah awal yang dapat membangkitkan

keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah. b) Mengorganisasi siswa untuk belajar

dengan media video: Guru membagi siswa dalma kelompok-kelompok kecil (4-5 orang)

secara heterogen antara kelompok yang pandai dan kelompok yang kurang. Kemudian

guru menyampaikan permasalahan dan memutarkan video sesuai dengan materi

pembelajaran. c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: Guru

membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok kemudian masing-

masing kelompok diminta untuk memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman siswa. d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: Setelah masing-

masing kelompok selesai mengerjakan tugas diskusinya, setiap kelompok menyampaikan

hasil diskusinya di depan kelas, kemudian guru dan kelompok siswa lain menanggapi

atau memberikan komentar untuk kelompok yang sedang menyampaikan hasil

diskusinya. e) Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah:

Guru dan siswa melakukan refleksi atau evaluasi dan membuat kesimpulan terhadap

kejadian, aktivitas, pengetahuan dan penyelidikan yang mereka yang lakukan dalam suatu

pembelajaran.

  Sintak pendekatan Problem Based Learning berbantuan media vidio

pembelajaran berdasarkan ahli diatas ada beberapa tahap yang pertama orientasi

berdasarkan masalah dimana guru harus menyiapkan masalah yang akan dibahas dalam

pembelajaran, kedua mengorganisasi siswa untuk belajar dengan media vidio pada tahap

ini guru harus membagi siswa kedalam 4-5 kelompok belajar yang heterogen, ketiga guru

membimbing siswa dalam melakukan menganalisis vidio pembelajaran baik secara

individu dan kelompok, tahap yang keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil

karya pada tahap ini masing-masing kelompok belajar harus menyampaikan hasil

diskusinya berupa laporan hasil diskusinya di depan kelas, dan tahap kelima yang terakhir

menganalisis dan mengevaluasi proses hasil pemecahan masalah, pada tahap ini guru dan

siswa melakukan refleksi atau evaluasi dan selanjutnya membuat kesimpulan dari hasil

  2.6.1 Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Vidio Pembelajaran dan Pembelajaran Konvensional Berbantuan Media Gambar Berdasarkan Standar Proses

  Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dikemas berdasarkan prosedur yang sesuai. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan langkah awal membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Setiap guru dalam satuan pendidikan wajib membuat RPP secara lengkap dan sistematis. Agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi peserta didik untuk berperan aktif. RPP disusun untuk setiap KD yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan (Permendiknas No. 41 Tahun 2007). (1)

  Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam satu pertemuan pembelajaran. Ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipatif aktif dalam proses pembelajaran (Permendiknas No 41 Tahun 2007). (2)

  Kegiatan Inti Sesuai Permendiknas No. 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (3)

  Kegiatan Akhir Kegiatan akhir atau menutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran. Mengakhiri pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (BSNP No. 41 Tahun 2007).

  Berdasarkan uraian di atas bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Maka dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan vidio pembelajaran dan model pembelajaran konvensional berbantuan media gambar, wajib membuat RPP.

  Adapun pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

  1. Rencana pembelajaran (persiapan), meliputi a. merumuskan indikator yang akan dicapai b. merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran IPA melalui penyusunan RPP c. menyiapkan sumber dan bahan yang diperlukan d. membuat lembar observasi guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat tindakan berlangsung e. membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa dalam pembelajaran

  2. Pelaksanaan, meliputi 1.

  Kegiatan awal a.

  Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajara n dengan bertanya, “sudah siap untuk belajar hari ini?” dan memeriksa sikap duduk siswa dalam menerima pelajaran, memeriksa buku pelajaran dan alat tulis yang diperlukan b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari c.

  Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai d.

  Guru melakukan apersepsi guna menggali konsep dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa tentang materi IPA yaitu peristiwa alam dan dampaknya dengan mengajukan per tanyaan “pernahkah anak-

2. Kegiatan inti

  1) Eksplorasi

  Dalam kegiatan eksplorasi meliputi: a.

  Guru memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa tentang materi peristiwa alam dan dampaknya b.

  Guru menunjukkan video tentang peristiwa alam yang terjadi di Indonesia, hal ini bertujuan agar siswa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan aktif.

  Fase 1: Orientasi Permasalahan c.

  Guru memberikan permasalahan kepada siswa tentang peristiwa alam dan dampaknya bagi kehidupan 2)

  Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi meliputi:

  Fase 2: Organisasi Penelitian a.

  Siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan diberikan topik permasalahan yang berbeda tentang peristiwa alam yaitu: Kelompok A : peristiwa alam gempa bumi dan dampaknya Kelompok B : peristiwa alam gunung meletus dan dampaknya Kelompok C : peristiwa alam banjir dan dampaknya Kelompok D : peristiwa alam tanah longsor dan dampaknya Kelompok E : peristiwa alam kekeringan dan dampaknya b. Selain mengamati video peristiwa alam pada awal pembelajaran, guru membagikan materi tambahan terkait dengan permasalahan dari buku, koran, dan gambar

  Fase 3: Investigasi Mandiri dan Investigasi Kelompok a.

  Setiap kelompok mencari informasi dari buku, koran, gambar, atau pengalaman pribadi tentang topik permasalahan yang ditentukan b. Masing-masing anggota kelompok kembali kekelompoknya dan mengumpulkan semua data atau informasi yang telah mereka dapatkan

  Fase 4: Mengembangkan Artefak dan Exhibit a.

  Masing – masing kelompok mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan dari peristiwa alam yang terjadi serta memberikan cara pencegahan bencana alam tersebut b. Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas kepada teman

  • – teman yang lain c.

  Kelompok yang lain saling bertanya dan menanggapi kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

  Fase 5: Mengembangkan dan Mempresentasikan Artefak dan Exhibit a.

  Masing-masing kelompok mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan dari peristiwa alam yang terjadi serta memberikan saran cara mencegah bencana alam tersebut b. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas kepada teman-teman yang lain c.

  Kelompok yang lain saling bertanya dan menanggapi terhadap kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya d. Siswa saling mengevaluasi hasil diskusi yang telah disampaikan

  3) Konfirmasi

  Dalam kegiatan konfirmasi, meliputi a.

  Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas b.

  Guru memberikan umpan balik dan penguatan 3. Kegiatan akhir a.

  Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran b.

  Guru memberikan post test kepada siswa c. Guru melakukan refleksi berupa pertanyaan “apakah pelajaran hari ini menyenangkan? Apa yang kalian peroleh hari ini?” Sedangkan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional berbantuan media gambar adalah sebagai berikut:

  1. Rencana pembelajaran (persiapan), meliputi a merumuskan indikator yang akan dicapai b merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran

  IPA melalui penyusunan RPP c menyiapkan sumber dan bahan yang diperlukan d membuat lembar observasi guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat tindakan berlangsung e membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa dalam pembelajaran 2. Pelaksanaan, meliputi 1.

  Kegiatan awal a.

  Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan bertan ya, “sudah siap untuk belajar hari ini?” dan memeriksa sikap duduk siswa dalam menerima pelajaran, memeriksa buku pelajaran dan alat tulis yang diperlukan b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari c.

  Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai d.

  Guru melakukan apersepsi guna menggali konsep dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa tentang materi IPA yaitu peristiwa alam dan dampaknya dengan mengajukan pertanyaan “pernahkah anak- anak melihat peristiwa tsunami di Aceh?”

2. Kegiatan inti

  1) Eksplorasi

  Dalam kegiatan eksplorasi meliputi: a.

  Guru memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa tentang materi peristiwa alam dan dampaknya b.

  Guru menunjukkan beberapa gambar tentang peristiwa alam yang terjadi di Indonesia 2)

  Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi meliputi a.

  Guru meminta peserta didik secara individu mulai memikirkan dan mencari/mengidentifikasi peristiwa alam dan dampaknya b.

  Peserta didik menuliskan peristiwa alam dan dampaknya diselembar kertas dengan waktu 5-10 menit c.

  Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok belajar dan membagikan gambar mengenai peristiwa alam.

  d.

  Peserta didik mulai berdiskusi dengan teman sebangkunya untuk mendiskusikan jawaban yang diperoleh dari masing-masing individu e. Setiap pasangan menuliskan hasil diskusinya di selembar kertas untuk dipresentasikan f.

  Beberapa kelompok diskusi mempresentasikan jawaban yang telah diperoleh bersama kelompok pasangannya dan kelompok lain mendengarkan serta memberi tanggapan g. Masing-masing kelompok pasangan diskusi mengumpulkan hasil diskusi

  3) Konfirmasi

  Dalam kegiatan konfirmasi, meliputi a. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas b.

  Guru memberikan umpan balik dan penguatan 3. Kegiatan akhir a.

  Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran b.

  Guru memberikan post test kepada siswa c. Guru melakukan refleksi berupa pertanyaan “apakah pelajaran hari ini menyenangkan? Apa yang kalian peroleh hari ini?” d.

2.7 Hasil Belajar

  Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 22). Kemampuan-kemampuan yang dimiliki tiap siswa tentu berbeda karena pengalaman belajar yang dialami antara siswa satu dengan siswa lain juga berbeda. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel dalam Purwanto, 2008: 45). Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009: 6) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

  1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

  2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

  3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

  Menurut Dimyati (2009: 277) dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan dan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran.

  Hasil belajar seharusnya diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran bidang/materi/dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Ketiga ranah tersebut dinamakan dengan taksonomi tujuan belajar kognitif. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

  Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depan , jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain ( Poerwanti, 2008: 1-4). Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Tingkat Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model SAVI dan CTL pada Siswa Kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Tingkat Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model SAVI dan CTL pada Siswa Kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Tingkat Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model SAVI dan CTL pada Siswa Kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Tingkat Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model SAVI dan CTL pada Siswa Kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

0 0 95

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlogo Seme

0 0 12

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Jenis Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Negeri

0 0 22

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TLOGO SEMESTER II TAHUN 2014 2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlogo Semester II Tahun 2014 / 2015

0 1 94

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Problem Based Learning Berbantuan Media Video Pembelajaran dengan Hasil Belajar Menggunakan Metode Konvensional pada Siswa Kelas 5 SD

0 0 6