BAB II PENGATURAN LEMBAGA DANA PENSIUN DI INDONESIA A. Pengertian, Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis Lembaga Dana Pensiun 1. Pengertian Lembaga Dana Pensiun - Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Ot

BAB II PENGATURAN LEMBAGA DANA PENSIUN DI INDONESIA A. Pengertian, Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis Lembaga Dana Pensiun

1. Pengertian Lembaga Dana Pensiun

  Istilah dana pensiun sebagai badan hukum mulai dikenal setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

  Undang-undang tersebut merupakan dasar penyelenggaraan program pensiun bagi karyawan pemberi kerja/perusahaan. Sebelum adanya Undang-Undang tersebut, dasar penyelenggaraan program pensiun adalah

  Arbeiderfonsend Ordonantie Nomor 377 Tahun 1926, sebagai pelaksanaan

  

  dari pasal 1601 s KUH Perdata buku III yang berbunyi : Tiap perjanjian antara majikan atau seorang pegawainya atau kuasanya dan seorang buruh yang bekerja di bawah salah seorang dari mereka itu, yang mengikat diri buruh itu untuk menggunakan upah atau pendapatannya yang lain seluruhnya atau sebagian menurut cara tertentu atau untuk membeli barang-barang keperluannya di tempat tertentu atau dan orang tertentu, tidak diperbolehkan dan adalah batal. Dan ketentuan- ketentuan tersebut, dikecualikan perjanjian yang mengikutsertakan buruh dalam suatu dana, asal dana tersebut memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam undang-undang.

  Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun menyebutkan bahwa dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Sementara itu, yang dimaksud dengan manfaat pensiun adalah pembayaran berkala

16 Zulaini Wahab, Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia,

  (Bandung: Citra Aditya Bhakti,2001), hal 1 yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan

   dalam peraturan dana pensiun.

  Pada hakikatnya pengelolaan dana oleh dana pensiun merupakan tabungan masyarakat (dalam hal ini peserta dana pensiun) yang mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang untuk dinikmati hasilnya setelah peserta pensiun. Dalam Dictionary of Accounting, dana pensiun diartikan sebagai dana yang sengaja dihimpun secara khusus dengan tujuan untuk memberikan manfaat kepada karyawan pada saat mereka

   mencapai usia pensiun, meninggal dunia atau cacat.

  Menurut Zulaini Wahab, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan pembayaran berkala kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun atau pada saat lain, dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dalam peraturan dana pensiun. Status sebagai badan hukum diperoleh dana pensiun sejak tanggal pengesahan Menteri Keuangan. Karena dalam memastikan dan mengamankan manfaat pensiun tersebut mutlak diperlukan pemisahan dana pensiun harus terpisah dari kekayaan pendirinya, Undang-Undang Dana Pensiun menetapkan dana pensiun sebagai badan hukum. Dana Pensiun selaku badan hukum(persona standi in judicio), subjek hukum mandiri diurus serta dikelola oleh pengurus di bawah pengawasan dewan

   pengawas.

  Sebelum lahirnya Undang-Undang Dana Pensiun, dikenal beberapa

  

  istilah program pensiun, yaitu: Program pensiun yang dikelola oleh perusahaan/pemberi kerja yang dibayarkan dari cadangan perusahaan (book reserved) atau dar biaya 17 perusahaan (pay as you go);

Pasal 1 angka 1 dan angka 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun

  18 (1) A Setiadi, Dana Pensiun Sebagai Badan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1995), hal 4. 19 (2) Zulaini Wahab, Segi Hukum Dana Pensiun, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

  2005), hal 34. 20 Zulaini Wahab, loc.cit, hal 1.

  1. Program pensiun yang dikelola oleh yayasan dana pensiun yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan sebelumnya, dan telah memperoleh fasilitas perpajakan dari pemerintah; 2. Program pensiun pegawai negeri sipil dan pejabat negara yang dikelola oleh PT taspen;

3. Program pensiun anggota TNI dan Polri yang dikelola oleh PT Asabri.

  Program pensiun yang dikelola oleh Perusahaan tersebut ada yang diatur dengan Peraturan Perusahaan, dan ada pula yang diatur dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara Serikat Pekerja mewakili Karyawan/Pekerja dengan perusahaan, dan program pensiun ini tidak memperoleh fasilitas pajak sebagaimana halnya Yayasan dana pensiun, program pensiun Pegawai negeri sipil(PNS) dan pejabat negara serta program pensiun TNI dan Polri.

  Pengertian Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun adalah sebagai badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya, janda/duda/anak, yang dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu dan memiliki status sebagai badan hukum serta memulai kegiatan sejak tanggal pengesahan oleh Menteri Keuangan.

  Selanjutnya pengertian pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan dalam hal ini biasanya diberikan dalam

   bentuk uang dan besarnya tergantung dari peraturan yang ditetapkan.

  Jadi kegiatan perusahaan Dana Pensiun adalah memungut dana dari iuran yang dipotong dari pendapatan karyawan suatu perusahaan. Iuran ini kemudian diinvestasikan lagi ke dalam berbagai kegiatan usaha yang

  

  dianggap paling menguntungkan. Bagi perusahaan dana pensiun iuran yang dipungut dari para karyawan suatu perusahaan tidak dikenakan pajak.

  Hal ini dilakukan pemerintah dalam rangka pengembangan program pensiun kepada masyarakat luas, seperti yang tertuang dalam Peraturan Perundang-Undangan di bidang perpajakan yang memberi fasilitas penundaan pajak penghasilan seperti dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang berbunyi :

  “Iuran yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang disetujui Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh Pemberi Kerja maupun oleh Karyawan dan penghasilan Dana Pensiun dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tidak termasuk dari obyek pajak”.

  Adapun maksud dan tujuan dibentuknya suatu Dana Pensiun, dapat

  

  di lihat dari beberapa sisi : 1. Sisi Pemberi Kerja a.

  Kewajiban Moral: Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun. Tenaga kerja 21 tidak dapat dipandang sebelah mata sebagai faktor produksi. Kewajiban

  Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal , 325. 22 23 Ibid.

  Ibid. moral tersebut diwujudkan dengan memberikan jaminan ketenangan atas masa depan para karyawannya. Karyawan yang sudah memasuki masa pensiun tidak dapat dilepas begitu saja. Perusahaan masih memiliki tanggung jawab moral terhadap mereka. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk mengikutkan atau membentuk sendiri dana pensiun untuk para karyawannya.

  b.

  Loyalitas: Jaminan yang diberikan untuk karyawan akan memberikan dampak positif pada perusahaan. Karyawan akan termotivasi untuk bekerja lebih baik dengan loyalitas dan dedikasi yang tinggi. Loyalitas tersebut akan semakin besar dengan jaminan keamanan yang diterima oleh karyawan.

  c.

  Kompetisi Pasar Tenaga Kerja: Dengan memasukkan Program Pensiun sebagai suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional di pasaran tenaga kerja.

  Dengan tawaran manfaat yang kompetitif bagi para karyawan, perusahaan akan dapat mempertahankan karyawan yang berkualitas. Di era yang semakin ketat, perusahaan-perusahaan bersaing untuk mendapatkan tenaga yang profesional. Salah satu alat pengikat bagi karyawan yang berkualitas adalah tawaran menfaat pensiun pada karyawan tersebut.

2. Sisi Karyawan a.

  Rasa Aman:

  Rasa aman karyawan terhadap masa yang akan datang dalam arti mempunyai penghasilan pada saat mencapai usia pensiun. Karyawan mengharapkan mendapatkan jaminan ekonomis setelah dia memasuki masa pensiun. Harapan ini akan sangat mempengaruhi kinerja saat ini, pada saat ia masih produktif.

  b.

  Kompensasi Yang Lebih Baik: Kompensasi yang lebih baik yaitu karyawan mempunyai tambahan kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun atau berhenti bekerja.

  3. Sisi Pemerintah Dengan adanya Dana Pensiun, bagi karyawan akan mengurangi kerawanan sosial. Kondisi tersebut merupakan unsur yang sangat penting dalam menciptakan kestabilan negara.

  4. Sisi Masyarakat Adanya Dana Pensiun merupakan salah satu lembaga pengumpul dana yang bersumber dari iuran dan hasil pengembangan. Terbentuknya akumulasi dana yang bersumber dari dalam negeri tersebut dapat membiayai pembangunan nasional dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat.

  Selain tujuan dan kegunaannya, pensiun juga memiliki manfaat.

24 Manfaat dari pensiun adalah : a.

  Manfaat Pensiun Normal:

24 Juli Irmayanto dkk, Bank dan Lembaga Keuangan, (Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2004), hal 259.

  Manfaat pensiun normal adalah manfaat yang diterima peserta ketika mencapai usia pensiun normal atau sebaliknya. Setiap lembaga/perusahaan menetapkan umur pensiun normal antara 45 sampai 60 tahun, sesuai kebijakan masing-masing berdasrkan kepentingannya.

  b.

  Manfaat Pensiun Dipercepat: Manfaat pensiun dipercepat adalah manfaat yang diterima bila peserta berhenti bekerja atau tak berpenghasilan lagi minimal 10 tahun sebelum mencapai usia pensiun normal. Pembayarannya dapat diterima paling lambat 1 bulan sejak peserta berhenti bekerja.

  c.

  Manfaaat Pensiun Cacat: Manfaat pensiun cacat adalah manfaat yang diterima bila peserta menderita cacat. Hak ini timbul jika peserta dinyatakan oleh dokter dan disetujui dana pensiun bahwa yang bersangkutan menderita cacat.

  d.

  Manfaat Pensiun Ditunda: Manfaat pensiun ditunda adalah hak yang diterima jika peserta berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun normal. Pembayarannya ditunda sampai peserta mencapai usia sekurang-kurangnya 10 tahun sebelum dicapainya usia pensiun normal.

2. Dasar Hukum Lembaga Dana Pensiun

  (1) Program Pensiun Sebelum Berlakunya Undang-Undang Nomor 11

  Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Selama lebih kurang tujuh puluh tahun, program pensiun diselenggarakan berdasarkan Arbeidersfondsen Ordonnantie (Staatsblad Tahun 1926 Nomor 377). Arbeidersfondsen Ordonnantie merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1601 s bagian kedua KUH Perdata. Pada dasarnya Pasal 1601 s KUH Perdata mengatur tentang perlindungan hukum bagi kaum pekerja. Pasal 1601 s KUH Perdata berbunyi sebagai berikut : “Tiap perjanjian antara majikan atau seorang pegawainya atau kuasanya dan seorang buruh yang bekerja di bawah salah seorang dari mereka itu, yang mengikat diri buruh itu untuk menggunakan upah atau pendapatannya yang lain seluruhnya atau sebagian menurut cara tertentu atau untuk membeli barang-barang keperluannya di tempat tertentu atau dan orang tertentu, tidak diperbolehkan dan adalah batal. Dan ketentuan- ketentuan tersebut, dikecualikan perjanjian yang mengikutsertakan buruh dalam suatu dana, asal dana tersebut memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam undang-undang”. KUH Perdata menggunakan istilah “buruh” untuk menyebut pekerja, dan “majikan” untuk menyebut pengusaha. Dengan berlakunya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702), sudah tidak dipergunakan lagi setelah istilah “buruh” dan “majikan” , tetapi diganti dengan istilah “pekerja” dan “pengusaha”. “Pekerja” adalah tenaga kerja yang bekerja didalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah (Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan. “Pengusaha” adalah: (1) orang perseorangan,

persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; (2) orang perseorangan, persekutuan, atau hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; (3) orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan (2) di atas yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat 4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.

  Inti dari ketentuan Pasal 1601 s KUH Perdata tersebut adalah

  

  sebagai berikut: Tidak diperbolehkan pengusaha mengadakan atau membuat perjanjian dengan pekerja yang mengharuskan pekerja menggunakan upah atau penghasilan yang diterimanya menurut cara-cara tertentu yang ditetapkan pengusaha ataupun membeli barang-barang keperluan sehari- hari di suatu tempat atau pada pihak tertentu yang ditentukan oleh pengusaha.

  Pengusaha diperbolehkan mengadakan atau membuat perjanjian dengan pekerja yang memberikan kesempatan kepada pekerja yang memberikan kesempatan kepada pekerja untuk menjadi peserta dalam satu dana sepanjang dana tersebut memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam undang-undang.

  Sekalipun dalam Pasal 1601 s bagian kedua KUH Perdata disebutkan kata dana, KUH Perdata tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut pengertian/definisi perkataan dana tersebut. Berkaitan dengan itu dapat dipertanyakan apakah yang dimaksud dengan dana menurut Pasal 1601 s 25 bagian kedua KUH Perdata.Dana adalah badan yang menyelenggarakan Zulaini Wahab, Op.Cit, hal 5. program yang menjanjikan pembayaran manfaat pensiun. Dengan kata

   lain, dana adalah dana pensiun.

  Arbeidersfondsen Ordonnantie menafsirkan perkataan dana yang terdapat dalam Pasal 1601 s bagian kedua KUH Perdata dalam dua pengertian sekaligus, yaitu dana adalah program pensiun sekaligus badan yang menyelenggarakan program pensiun. Arbeidersfondsen Ordonnantie mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu dana, baik sebagai program pensiun maupun sebagai dana pensiun. Syarat-syarat yang harus

   dipenuhi oleh suatu dana adalah sebagai berikut.

  a.

  Dana harus dikelola oleh suatu pengurus (Pasal 2) b. Uang milik dana hanya boleh ditempatkan atau diinvestasikan dalam bentuk barang tidak berwujud, surat gadai atau saham yang dijamin dengan tanggungan perorangan (Pasal 3) c. Kekayaan dana terpisah dari kekayaan perusahaan/pendiri (Pasal 4) d. Dana dalam mengelola program pensiun harus didasarkan pada peraturan pensiun (Pasal 6) e.

  Peraturan pensiun, menurut Pasal 9, sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut:

  1. Maksud dan tujuan pembentukan dana; 2.

  Tata cara penggunaan dana serta pembayaran biaya-biaya yang timbul dari kepengurusan;

  3. Tata cara penyimpanan kekayaan dana dan tempat kekayaan itu 26 akan ditempatkan; 27 Ibid.

  Ibid.

  4. Jumlah iuran yang harus dibayar peserta; 5.

  Hak-hak peserta; 6. Akibat dari berakhirnya masa kerja di perusahaan bagi peserta; 7. Tata cara penunjukan pengurus yang berasal dari peserta; 8. Tata cara melakukan perubahan peraturan pensiun; 9. Tata cara penyampaian keluhan, pendapat dan saran-saran dari peserta;

  10. Tata cara pembubaran dana; 11.

  Tata cara penyelesaian yang timbul dalam pelaksanaan peraturan pensiun; dan

  12. Tata cara penyampaian laporan kepada peserta. Walaupun telah ada ketentuan yang mengatur pembentukan dana untuk menyelenggarakan program pensiun sampai dengan lahirnya

  Undang-undang Dana Pensiun, kelembagaan dana tidak pernah dipergunakan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun.

  Tidak satu pun perusahaan mendirikan wadah yang bernama dana untuk menyelenggarakan program pensiun. Bahkan, Dana Pensiun Bank Indonesia yang dikenal sebagai dana pensiun pertama di Indonesia, merupakan kelanjutan dari sebuah bank yang bernama de Javasche

28 Di Indonesia, guna mengatasi kekosongan hukum, di dalam praktik

  Bank.

  telah digunakan kelembagaan “yayasan” sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun. Untuk memberikan ciri yang dapat 28 Ibid. membedakan antara yayasan yang menyelenggarakan program pensiun dengan yayasan yang tidak menyelenggarakan program pensiun, “yayasan” yang menyelenggarakan program pensiun, mempergunakan istilah “yayasan pensiun” atau “yayasan dana pensiun”. Akan tetapi, istilah yang paling umum digunakan dan dikenal oleh masyarakat luas adalah “yayasan dana pensiun”. Misalnya Yayasan Dana Pensiun Pertamina,

   Yayasan Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia.

  Walaupun kelembagaan yayasan cukup lama dipergunakan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun, sampai dengan lahirnya Undang-undang Dana Pensiun yang menyatakan bahwa kelembagaan yayasan tidak dapat digunakan lagi sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun, tidak ada satu ketentuan perundang- undangan pun, baik setingkat undang-undang maupun peraturan pemerintah yang mengatur secara khusus mengenai kelembagaan yayasan. Baru pada awal bulan Agustus 2001 pemerintah menerbitkan Undang- Undang tentang Yayasan (Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan).

  (2) Program Pensiun setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 11

  Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Dengan diakuinya kelembagaan dana pensiun sebagai badan hukum, yang berarti pula menambah khazanah perbendaharaan istilah tentang lembaga badan hukum di Indonesia, di samping badan hukum 29 yang telah ada seperti perseroan terbatas (PT) dan koperasi, memberikan Ibid. jaminan kepastian penyelenggaraan program pensiun setelah berlakunya Undang-Undang Dana Pensiun. Adanya komitmen Undang-Undang Dana Pensiun untuk menjadikan dana pensiun bebas dari praktik-praktik yang dapat merugikan kepentingan peserta, semakin memberikan jaminan kepastian penyelenggaraan program pensiun. Komitmen tersebut dapat dilihat dari Penjelasan Umum Undang-Undang Dana Pensiun yang menyebutkan sebagai berikut :

  “Undang-undang Dana Pensiun diharapkan membawa pertumbuhan Dana Pensiun di Indoensia secara lebih pesat, tertib dan sehat, sehingga membawa manfaat nyata bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat”.

  Sebagai pelaksanaan dari komitmen tersebut, Undang-undang Dana Pensiun secara mendasar melakukan perubahan terhadap pengelolaan dana pensiun antara lain meliputi hal-hal berikut :

1. Penetapan Jenis Dana Pensiun dan Batasan Kepesertaan

  Menurut Undang-undang Dana Pensiun, ada dua jenis dana pensiun, yaitu Dana Pensiun Pemberi kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Undang-undang Dana Pensiun memberikan batasan siapa yang berhak menjadi peserta Dana Pensiun Pemberi Kerja, yaitu karyawan yang berusia sekurang-kurangnya delapan belas tahun atau telah menikah dan telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya satu tahun (Pasal 19). Di samping hak tersebut di atas, karyawan juga tetap dilindungi haknya untuk tidak menjadi peserta dana pensiun, khususnya apabila karyawan harus membayar iuran. Dalam suatu dana pensiun yang karyawannya diwajibkan membayar iuran, kepesertaan karyawan harus bersifat aktif dalam arti karyawan yang menjadi peserta harus menyatakan kesediaanya untuk dipotong upah/gajinya setiap bulan (penjelasan Pasal 19). Kepesertaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan terbuka bagi perorangan, baik karyawan pemberi kerja maupun pekerja mandiri(Pasal

  42 Undang-Undang Dana Pensiun).

  Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa peserta dana

   pensiun terdiri atas peserta aktif dan peserta pensiunan.

  1) Peserta Aktif

  Peserta aktif adalah setiap peserta dana pensiun yang masih aktif membayar iuran. Peserta aktif terdiri atas (1) peserta aktif pada Dana Pensiun Pemberi Kerja; dan (2) peserta aktif pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Adapun peserta aktif pada Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah sebagian atau seluruh karyawan dari perusahaan pensiri Dana Pensiun dan mitra pendiri dana pensiun (apabila ada) yang memenuhi persyaratan sebagai peserta. Peserta aktif pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan adalah sebagian atau seluruh karyawan perusahaan atau pekerja mandiri yang menjadi peserta dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa. 2)

  Peserta Pensiunan Peserta pensiunan adalah setiap peserta yang tidak aktif membayar iuran lagi dan telah menerima manfaat pensiun. Peserta pensiunan pada 30 Dana Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan program pensiun Ibid. manfaat pasti, menerima manfaat pensiun dari dana pensiun yang bersangkutan. Adapun peserta pensiunan pada dana pensiun pemberi kerja yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti atau peserta pensiunan pada dana pensiun lembaga keuangan yang menerima manfaat pensiun dari perusahaan asuransi jiwa yang dipilih oleh peserta dengan cara membeli anuitas seumur hidup yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi jiwa.

2. Dana Pensiun tidak boleh menyelenggarakan Program di luar Program

  Pensiun Pada masa belakunya Arbeidersfondsen Ordonnantie, yayasan dana pensiun bebas menjalankan usahanya. Yayasan dana pensiun dapat menjalankan bermacam-macam program di samping program pensiun, seperti program tunjangan hari tua, program bea siswa, pinjaman kepada peserta pensiunan, penggantian biaya perawatan/kesehatan, dan program lainnya yang bersifat sosial.

  Sejak berlakunya Undang-undang Dana pensiun, dana pensiun hanya diperkenankan menyelenggarakan program pensiun. Dana pensiun tidak diperkenankan menyelenggarakan program diluar program pensiun apa pun nama dan bentuknya, kecuali bagi dana pensiun yang berdiri sebelum berlakunya Undang-undang Dana Pensiun, telah diberikan izin menyelenggarakan program tunjangan hari tua di samping program

   31 pensiun. Undang-Undang Dana Pensiun menyebutkan bahwa dana

Pasal 61 ayat 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun

  pensiun yang menyelenggarakan program tunjangan hari tua tetap dapat melanjutkan program tersebut sampai selesainya seluruh kewajiban kepada peserta program tunjangan hari tua yang telah terdaftar sebagai peserta pada saat mulai berlakunya Undang-Undang Dana Pensiun. Setelah itu, dana pensiun yang bersangkutan dilarang menerima peserta baru dalam penyelenggaraan program tunjangan hari tua.

  Program tunjangan hari tua adalah program yang menjanjikan pembayaran sejumlah uang secara sekaligus (lumpsum) yang dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu ( biasanya usia pensiun) untuk keperluan pemenuhan perumahan peserta pada hari tua atau modal kerja apabila peserta pada hari tua akan membuka usaha atau untuk keperluan lainnya seperti membiayai sekolah anak. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun mulai tanggal 20 April 1992, setelah 20 April 1992, dana pensiun yang telah menyelenggarakan program tunjangan hari tua di samping program pensiun tidak diperkenankan lagi menerima peserta baru dalam program tunjangan hari

   tua.

  Maksud Undang-Undang membatasi kegiatan dana pensiun dengan hanya menyelenggarakan program pensiun adalah agar kekayaan dana pensiun terlindungi dari pembayaran-pembayaran di luar tujuan utamanya yang dapat menggangu kecukupan dana dalam jangka panjang untuk

  

pembayaran manfaat pensiun peserta.

  32 33 Zulaini Wahab, Loc.Cit, hal 24.

  Ibid.

  Untuk menjamin bahwa dana pensiun benar-benar menyelenggarakan program pensiun dan tidak menyelenggarakan program lain diluar program pensiun, perundang-undangan di bidang dana pensiun melakukan pembatasan dengan menetapkan hal-hal sebagai berikut:

  Setiap pembentukan dana pensiun wajib mendapat pengesahan Menteri Keuangan. Pengesahan pembentukan dana pensiun dilakukan melalui pengesahan atas peraturan dana pensiun dari dana pensiun yang bersangkutan (lihat Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Dana Pensiun).

  Peraturan dana pensiun dari suatu dana pensiun hanya dapat menjadi dasar penyelenggaraan satu jenis program pensiun (lihat Pasal 5 ayat 1 Peraturan pemerintah Nomor 76 Tahun 1992).

  Dana pensiun tidak diperkenankan melakukan pembayaran apa pun, kecuali pembayaran yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun (lihat Pasal 31 ayat 1 Undang-undang Dana pensiun).

  Di dalam peraturan dana pensiun harus dicantumkan biaya yang merupakan beban dana pensiun (lihat Pasal 4 huruf q Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992).

3. Dana Pensiun harus dikelola secara Transparan

  Di Amerika Serikat, dana pensiun dikelola berdasarkan hubungan kepercayaan (fiduciary). Menurut undang-undang yang berlaku di Amerika serikat, yaitu undang-undang tentang jaminan pendapatan bagi pensiunan karyawan swasta tahun 1974 (Employee Retirement Income Security Act), disingkat ERISA. Dana pensiun harus dikelola oleh tenaga yang berpengalaman, tekun dan dapat dipercaya serta adanya prinsip diversifikasi invesatasi kekayaan dana pensiun. Untuk itu, diperlukan dokumen hukum yang menjadi dasar atau landasan dari hubungan kepercayaan tersebut, yaitu Peraturan Dana Pensiun dan Arahan Investasi.

   Dokumen tersebut harus dibuat secara transparan. Ada dua alasan utama

  mengapa dana pensiun harus dikelola secara transparan, yaitu sebagai berikut : a)

  Dana pensiun memperoleh fasilitas atau keringanan pajak dari pemerintah.

  b) Dana pensiun harus dikelola secara transparan untuk memastikan bahwa kekayaan dana pensiun dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri sehingga dapat terhindar benturan kepentingan antara pengelola (pengurus) dana pensiun yang notabene sebagai kepanjangan tangan pendiri dengan kepentingan peserta atau pihak lain yang berhak atas manfaat pensiun.

  Ternyata Dana Pensiun di Indonesia menganut prinsip yang hampir sama dengan yang berlaku di Amerika Serikat. Berdasarkan Undang- undang Dana Pensiun, program pensiun harus dikelola secara transparan. Sebagai dukungan atas penyelenggaraan program pensiun secara transparan, pemerintah memberikan fasilitas perpajakan berupa penundaan pajak penghasilan atas iuran yang diterima dana pensiun serta penghasilan dana pensiun dari investasi tertentu (Pasal 49 Undang-Undang Dana

   34 Pensiun). 35 Dennis E.Logue & Jack S.Rader,1997 : 41-43 Ibid.

  Untuk mengatur dana pensiun dikelola secara transparan, peraturan perundang-undangan mewajibkan pengurus dana pensiun untuk menyampaikan laporan kualitas pendanaan dan laporan lainnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu sebagai berikut (Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992). 1)

  Kepada Menteri Keuangan berupa : a.

  Laporan keuangan dan laporan investasi dana pensiun yang telah diaudit oleh akuntan publik; b.

  Laporan keuangan semester dan laporan investasi semester yang disusun oleh pengurus; c.

  Laporan teknis mengenai penyelenggaraan dana pensiun yang disusun oleh pengurus; d.

  Laporan aktuaris sekurang-kurangnya tiga tahun sekali atau setiap terjadi perubahan peraturan dana pensiun yang berkaitan dengan iuran peserta dan manfaat pensiun. 2)

  Kepada pendiri berupa: a.

  Laporan keuangan dan laporan investasi dana pensiun yang telah diaudit oleh akuntan publik; b.

  Laporan tahunan pengurus; c. Keterangan lainnya tentang keadaan dan penyelenggaraan dana pensiun;

  3) Kepada peserta mengenai: a.

  Neraca dan perhitungan hasil usaha; b. Hal-hal yang timbul dalam rangka kepesertaan; c.

  Setiap perubahan peraturan dana pensiun; d. Pengumuman mengenai perkembangan portofolio investasi dan hasilnya.

3. Jenis-Jenis Dana Pensiun

  Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 dalam Pasal 2, Dana Pensiun dapat digolongkan kedalam beberapa jenis yaitu : 1.

  Dana Pensiun Pemberi Kerja Dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan,selaku pendiri, dan untuk menyelenggarakan PPMP (Program

  Pensiun Manfaat Pasti) atau PPIP (Program Pensiun Iuran Pasti) bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.

  2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Dibentuk oleh Bank, atau Perusahaan Asuransi Jiwa (PAJ), yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja pesertanya (UU No.11/1992 tentang Dana Pensiun)

  Jadi pengelolaan dana pensiun dapat dilakukan oleh pemberi kerja (DPPK) atau lembaga keuangan (DPLK). Perusahaan mempunyai beberapa alternatif. Alternatif ini disesuaikan dengan tujuan perusahaan tanpa menghilangkan hak karyawannya. Alternatif yang dapat dipilih tersebut antara lain:

  1. Mendirikan sendiri dana pensiun bagi karyawannya;

  2. Mengikuti program pensiun yang diselenggarakan oleh dana pensiun Lembaga Keungan lainnya; 3. Bergabung dengan dana pensiun yang didirikan oleh pemberi kerja lain atau;

  4. Mendirikan dana pensiun secara bersama-sama dengan pemberi kerja lainnya.

  Selanjutnya penyelenggaraan dana pensiun Lembaga Keuangan dapat pula dilakukan oleh bank umum atau asuransi jiwa setelah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan (DPLK).

  Menurut ketentuan di atas program pensiun yang dapat dijalankan

  

  adalah: 1.

  Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) Adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam Peraturan

  Dana Pensiun dan seluruh iuran beserta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing sebagai manfaat pensiun.

  Manfaat pensiun yang diterima oleh peserta tergantung pada besarnya iuran pasi, hasil pengembangan dana tersebut diinvestasikan serta lamanya menjadi peserta.

  2. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) Adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun atau Program pensiun lain yang bukan merupakan

  Program Pensiun Iuran Pasti.

  3. 36 Program Pensiun Berdasarkan Keuntungan (PPBK)

  

Juli Irmayanto, Bank dan Lembaga Keuangan, (Jakarta : Penerbit Universitas

Trisakti,2004), hal 257.

  Adalah program pensiun iuran pasti, yang iurannya dari pemberi kerja berdasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja.

  Proses pelaksanaan pensiun dapat dilaksanakan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan. Para penerima pensiun dapat memilih salah satu dari berbagai alternatif jenis pensiun yang ada sesuai dengan tujuan masing-masing. Jenia-jenis pensiun yang ditawarkan dapat dilihat dari berbagai kondisi atau dapat pula disesuaikan dengan kondisi yang ada.

  Secara umum jenis pensiun yang dapat dilihat oleh karyawan yang

  

  akan menghadapi pensiun antara lain: 1.

  Pensiun normal Yaitu pensiun yang diberikan untuk karyawan yang usianya telah mencapai masa pensiun seperti yang ditetapkan perusahaan. Sebagai contoh rata-rata usia pensiun di Indonesia adalah telah berusia 55 tahun dan 60 tahun untuk profesi tertentu.

  2. Pensiun Dipercepat Jenis pensiun ini diberikan untuk kondisi tertentu, misalnya karena adanya pengurangan pegawai di perusahaan tersebut.

  3. Pensiun Ditunda Merupakan pensiun yang diberikan kepada para karyawan yang meminta pensiun sendiri, namun usia pensiun belum memenuhi untuk pensiun. Dalam hal tersebut karyawan yang mengajukan tetap keluar dan 37 pensiunnya baru dibayar pada saat usia pensiun tercapai.

  Ibid.

4. Pensiun Cacat

  Pensiun yang diberikan bukan karena usia akan tetapi lebih disebabkan peserta mengalami kecelakaan sehingga dianggap tidak mampu lagi untuk diperkerjakan. Pembayaran pensiun biasanya dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun normal di mana masa kerja diakui seolah-olah sampai usia pensiun normal.

B. Asas-Asas Lembaga Dana Pensiun

  Asas-asas pokok yang di dalam ilmu hukum disebut asas hukum merupakan unsur yang penting dari peraturan hukum. Asas hukum merupakan pokok pikiran yang bersifat umum yang menjadi latar belakang dari peraturan hukum yang konkret (hukum positif). Kalau peraturan hukum konkret itu dapat diterapkan secara langsung pada peristiwanya,

   asas hukum diterapkan secara tidak langsung.

  Sementara itu, menurut Satjipto Raharjo, asas hukum merupakan jantungnya peraturan hukum karena asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Ini berarti bahwa peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Selain disebut landasan, asas hukum disebut juga sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum, atau merupakan rasio logis dari peraturan hukum. Asas hukum tidak akan habis kekuatannya dengan melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan tetap saja ada dan akan 38 melahirkan peraturan-peraturan selanjutnya. Lebih lanjut Satjipto Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, (Yogyakarta : Liberty, 1999), hal 32. mengatakan, karena asas-asas hukum mengandung tuntutan etis, asas hukum merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum dengan

   cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya.

  Menurut penjelasan umum Undang-Undang Dana Pensiun, asas- asas pokok yang berlaku dalam Undang-Undang Dana Pensiun adalah:

  1. Asas Keterpisahan Kekayaan Dana Pensiun dan Asas Penyelenggaraan dalam Sistem Pendanaan

  2. Asas ini didukung oleh adanya suatu badan hukum tersendiri bagi dana pensiun dan diurus serta dikelola berdasarkan ketentuan undang- undang. Asas keterpisahan kekayaan tidak dapat dipisahkan dengan asas penyelenggaraan dengan sistem pendanaan.

  Berdasarkan asas ini dapat dikemukakan hal-hal berikut: Kekayaan dana pensiun yang terutama bersumber dari iuran, terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi pada pendirinya.

  Penyelenggaraan dana pensiun baik bagi karyawan maupun pekerja mandiri, haruslah dilakukan dengan sistem pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta.

  Pembentukan cadangan dalam perusahaan guna membiayai pembayaran manfaat pensiun karyawan tidak diperkenankan.

  Permasalahan hukum yang timbul adalah berkenaan dengan 39 pengelolaan DPLK di mana hampir tidak ada batas pemisah antara Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2000), hal 45. kekayaan dana pensiun dan kekayaan pendiri nya. Walaupun Undang- Undang Dana Pensiun telah menetapkan kekayaan dana pensiun merupakan kekayaan yang terpisah dari kekayaan pendirinya, kenyataannya, DPLK dikelola oleh pendiri dengan menggunakan

   prasarana dan fasilitas milik pendiri.

  Pada umumnya dalam praktik, DPLK berkantor satu tempat dengan kantor pendirinya, dan pelaksanaan pengurusan sehari-hari dari DPLK dilakukan oleh karyawan pendiri. Dengan kata lain, DPLK tidak perlu mengeluarkan modal sendiri untuk mendukung kegiatan operasionalnya karena cukup memanfaatkan fasilitas milik sendiri mulai dari peralatan kantor sampai dengan biaya operasionalnya. Akibatnya, di dalam laporan keuangan dana pensiun tidak terdapat biaya operasional DPLK berupa biaya gaji karyawan, biaya kantor, beban penyusutan dan biaya operasional lainnya karena memang menjadi beban pendiri. Bersamaan dengan itu, program pensiun ditawarkan kepada masyarakat luas seolah- olah disamarkan sebagai produk jasa dari bank atau perusahaan asuransi jiwa pendirinya.

  Apabila keadaan ini dibiarkan secara terus-menerus, terdapat kecenderungan kekayaan pendiri dipergunakan untuk membiayai operasional dana pensiun, yang tentunya akan merugikan pendiri di samping pendiri kehilangan pendapatan yang seharusnya diterima dari jasa pengelolaan dana pensiun.

  Apabila diteliti lebih jauh, menurut Zulaini Wahab, Timbulnya 40 permasalahan di atas berpangkal dari praktik pemasaran produk DPLK

  Zulaini Wahab, Loc.cit, hal 64 dengan memanfaatkan nama dan reputasi yang dimiliki oleh pendirinya yang telah cukup luas dikenal oleh masyarakat dan jaringan operasional pendiri berupa kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan tujuan untuk memberikan jaminan dan kemudahan pelayanan kepada peserta. Semakin lama joint operation ini menempatkan program pensiun yang seharusnya dikelola sendiri oleh dana pensiun menjadi dikelola oleh pendirinya, baik di kantor pusat maupun dikantor-kantor cabangnya, dampaknya kepada masyarakat akan menimbulkan adanya penilaian bahwa program pensiun yang ditawarkan oleh DPLK merupakan produk dari bank atau perusahaan asuransi jiwa dan DPLK bukan merupakan badan hukum terisah dari badan hukum pendirinya. Hal itu berarti adanya penyesatan informasi bagi masyarakat dan dapat menjadi bumerang bagi pediri sendiri jika pada suatu saat terjadi sengketa hukum antara DPLK dan peserta, terutama bila DPLK melakukan tindakan wanprestasi terhadap peserta pendiri dengan sendirinya akan turut digugat oleh peserta

   karena dianggap DPLK adalah identik dengan pendirinya.

2 Asas Pembinaan dan Pengawasan

  Sesuai dengan tujuannya, harus dihindarkan penggunaan kekayaan dana pensiun dari kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari pemupukan dana, yaitu untuk memenuhi pembayaran hak peserta. Dalam pelaksanaannya, pembinaan dan pengawasan meliputi antara lain sistem pendanaan, dan pengawasan atas investasi kekayaan dana pensiun (Penjelasan Undang-Undang Dana Pensiun).

  Asas ini didukung oleh : 1). Pemberian wewenang kepada Menteri Keuangan untuk melakukan pemeriksaan langsung terhadap dana pensiun; 2). Pemberian wewenang Menteri Keuangan untuk menerbitkan berbagai keputusan sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang dan peraturan pemerintah di bidang dana pensiun. Kegiatan pemeriksaan tersebut 41 meliputi mencari, mengumpulkan, mengolah, serta mengevaluasi data atau Ibid. keterangan mengenai dana pensiun untuk memperoleh keyakinan terhadap kebenaran laporan periodik, kesesuaian penyelenggaraan dana pensiun terhadap Undang-Undang Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannya, serta efektivitas penyelenggaraan dana pensiun.

3 Asas Penundaan Manfaat

  Penghimpunanan dana dalam penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun agar kesinambungan penghasilannya terpelihara. Sejalan dengan itu, berlaku asas penundaan manfaat yang mengharuskan bahwa pembayaran hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun, yang pembayarannya dilakkan secara berkala. Asas penundaan manfaat sejalan dengan prinsip pengikatan dana yang dianut dana pensiun. Agar kesinambungan penerimaan peserta setelah yang bersangkutan pensiun terjamin, hak serta atas nama pensiun harus tercantum secara tegas dalam peraturan dana pensiun. Meskipun masalah hak peserta pengaturannya diserahkan kepada peraturan dana pensiun, Undang-Undang Dana Pensiun memberi batasan yang harus dipenuhi oleh pendiri dana pensiun dalam menyusun peraturan dana pensiun, antara lain mengenai hal-hal berikut : 1.

  Hak terdahap setiap manfaat pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun tidak dapat dialihkan maupun disita (Pasal 20 ayat 1 Undang- Undang Dana pensiun). Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kepastian bagi peserta bahwa pada saatnya peserta akan memperoleh manfaat pensiun secara berkala. Dalam praktik, banyak kita temui adanya penjaminan hak pensiun kepada pihak lain sehingga pada saat penerimaan manfaat pensiun, peserta tidak memperoleh manfaat pensiun lagi.

  2. Semua transaksi yang mengakibatkan penyerahan, pembebanan, pengikatan, pembayaran manfaat pensiun sebelum jatuh tempo atau menjaminkan manfaat pensiun yang diperoleh dari dana pensiun dinyatakan batal berdasarkan Undang-Undang Dana pensiun ( Pasal 20 ayat 2).

  Asas ini didukung dengan penetapan jenis-jenis manfaat pensiun, yang terdri atas hal-hal berikut : a.

  Manfaat pensiun normal ialah manfaat pensiun bagi peserta, yang mulai dibayarkan pada saat peserta pensiun setelah mencapai usia pensiun normal atau sesudahnya (Pasal 1 angka (10) Undang-Undang Dana Pensiun.

  b.

  Manfaat pensiun dipercepat ialah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan apabila peserta pensiun pada usia tertentu sebelum usia pensiun normal (Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Dana Pensiun).

  c.

  Manfaat pensiun cacat ialah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan apabila peserta menderita cacat (Pasal 1 angka (12) Undang-Undang Dana Pensiun).

  d.

  Pensiun ditunda ialah hak atas manfaat pensiun bagi peserta yang diberhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun normal,yang ditunda pembayarannya sampai pada saat peserta pensiun sesuai dengan peraturan dana pensiun (Pasal 1 angka (13) Undang-Undang Dana Pensiun).

  Asas penundaan manfaat pensiun telah membuat perbedaan perlakuan dalam pembayaran manfaat pensiun. Bagi peserta yang berhak atas pensiun ditunda, mereka harus menunggu dalam waktu yang cukup lama untuk memperoleh manfaat pensiun, sementara ia telah kehilangan penghasilan karena tidak bekerja lagi. Undang-Undang Dana Pensiun tidak memberikan jalan keluar untuk menjaga kesinambungan penghasilan peserta yang berhak atas pensiun ditunda selama ia menunggu sampai mencapai usia 45 tahun. Hal tersebut dapat di pahami mengingat pada saat diterbitkannya Undang-Undang Dana Pensiun, situasi perekonomian Indonesia cukup baik dan stabil. Bukankah selama masa menunggu tersebut peserta yang bersangkutan tetap memerlukan biaya untuk hidupnya, bahkan bukan saja untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk keluarganya.

  Tanpa disadari, penerapan asas penundaan telah memberatkan peserta yang berhak atas pensiun ditunda terutama peserta yang bersangkutan setelah berhenti bekerja tidak mempunyai pekerjaan baru yang mampu memberikan penghasilan tetap.

  Peraturan perundangan hanya mengantisipasi keadaan bila peserta yang berhak atas pensiun ditunda meninggal dunia sebelum dimulainya pembayaran manfaat pensiun, yaitu berlaku ketentuan tentang hak-hak yang timbul apabila peserta meninggal dunia, dalam hal ini janda/duda atau anak peserta berhak atas manfaat pensiun seketika setelah peserta yang bersangkutan meninggal dunia.

  Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dana Pensiun, tujuan pembentukan program pensiun adalah untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta pada hari tua. Bertitik tolak dari tujan tersebut, sudah seharusnya dipertimbangkan untuk dilakukan perubahan terhadap materi Undang-Undang Dana Pensiun khusunya menyangkut pembayaran manfaat pensiun dengan memberikan pengecualian dalam pembayaran pensiun ditunda bagi peserta yang berhenti bekerja di bawah usia 45 tahun sepanjang peserta yang bersangkutan setelah berhenti tersebut tidak mempunyai pekerjaan lain yang mampu memberikan penghasilan secara tetap, hak atas pensiun ditunda dapat langsung dibayarkan tanpa harus menunggu peserta yang bersangkutan mencapai usia sekurang-kurangnya 45 tahun. Jadi, di sini ukuran pembayaran manfaat pensiun bukan saja atas dasar tercapainya usia pensiun, tetapi juga dikaitkan dengan situasi hilangnya penghasilan peserta sebagai karyawan.

  Begitu juga bagi peserta yang berhenti bekerja di bawah usia 45 tahun akibat pemutusan hubungan kerja yang disebabkan pendiri dana pensiun bubar atau karena pemberi kerja melakukan rasionalisasi karyawan, hak atas pensiun ditunda dapat langsung dibayarkan sebagai mana dikemukakan di atas. Sementara itu, bagi peserta yang berhenti bekerja di bawah 45 tahun, tetapi telah mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain sehingga memperoleh penghasilan secara tetap, hak atas pensiun ditunda dibayarkan pada saat peserta yang bersangkutan mencapai usia sekurang- kurangnya 45 tahun.

  4 Asas Kebebasan untuk Membentuk atau Tidak Membentuk Dana pensiun Berdasarkan asas ini, keputusan membentuk dana pensiun merupakan inisiatif perusahaan untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawannya, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan demikian, inisiatif tersebut harus didasarkan pada kemampuan keuangan perusahaan.

  Hal pokok yang harus selalu menjadi perhatian utama adalah bahwa keputusan untuk menjanjikan manfaat pensiun merupakan suatu komitmen yang membawa konsekuensi pembiayaan, sampai pada saat dana pensiun dibubarkan.

  Asas ini telah menghambat bagi suksesnya program pensiun. Pada satu pihak, masyarakat khususnya karyawan mengharapkan dapat menjadi peserta program pensiun sehingga kesinambungan penghasilan di hari tuanya menjadi terjamin. Di lain pihak, Undang-Undang Dana Pensiun tidak mewajibkan perusahaan/pemberi kerja untuk membentuk dana pensiun, sehingga hanya sedikit perusahaan yang mau menyelenggarakan program pensiun bagi karyawannya.

  5 Prinsip Kehati-hatian Dalam Penjelasan Undang-Undang Dana Pensiun disebutkan bahwa investasi kekayaan dana pensiun merupakan salah satu kegiatan yang memberikan dampak besar kepada keadaan keuangan dana pensiun.

  Oleh sebab itu, kegiatan tersebut harus dilakukan secara profesional dan berhati-hati.

  Menurut Zulaini Wahab, dari Penjelasan Undang-Undang Dana Pensiun di atas menandaskan bahwa dana pensiun dalam mengelola program pensiun harus berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudential

  

principle ). Akan tetapi, sayangnya prinsip kehati-hatian tersebut kurang

  mendapat perhatian dalam Undang-Undang Dana Pensiun. Hal itu terbukti bahwa prinsip kehati-hatian tersebut hanya ditampung dalam bagian Penjelasan Undang-Undang Dana Pensiun, tetapi undang-undang tersebut

   tidak menjelaskan bagaimana bekerjanya prinsip kehati-hatian tersebut.

  Kehati-hatian yang dimaksud adalah memenuhi tanggung jawab profesional dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini berarti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Serta mengetahui resiko dari hal-hal yang dikerjakan sehingga dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan sebaik-baiknya.

C. Kedudukan Lembaga Dana Pensiun Sebagai Badan Hukum 1.

  Pembentukan dan Pengesahan Lembaga Dana Pensiun (a)

  Tata Cara dan Persyaratan Pembentukan Dana Pensiun Pemberi Kerja Setiap orang atau badan yang memeperkerjakan karyawan

  (pemberi kerja) dapat mendirikan/membentuk dana pensiun untuk menyelenggarakan program pensiun bagi karyawannya.

  Pembentukan/pendirian DPPK sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dana Pensiun didasarkan pada :

42 Zulaini Wahab, Loc.Cit. hal, 78.

  1. Pernyataan tertulis pendiri yang menyatakan keputusan nya untuk mendirikan dana pensiun, kesanggupan untuk membiayai dana pensiun dan pernyataan untuk memberlakukan peraturan dana pensiun; 2. Peraturan dana pensiun yang ditetapkan oleh pendiri; dan 3. Penunjukan pengurus, dewan pengawas, dan penerima titipan.

Dokumen yang terkait

BAB II PERMASALAHAN YANG MENGHAMBAT PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH A. Pengertian Usaha dan Wirausa ha - Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 0 15

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering

0 0 21

Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides Terhadap Hasil Uji Tusuk Kulit (Skin Prick Test) dengan Alergen dari Cacing Ascaris pada Anak Sekolah Dasar Negeri 047/XI Koto Baru yang Memiliki Riwayat Atopi di Kecamatan Pesisir Bukit Kota Sungai Penuh Provinsi Jam

0 1 27

Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides Terhadap Hasil Uji Tusuk Kulit (Skin Prick Test) dengan Alergen dari Cacing Ascaris pada Anak Sekolah Dasar Negeri 047/XI Koto Baru yang Memiliki Riwayat Atopi di Kecamatan Pesisir Bukit Kota Sungai Penuh Provinsi Jam

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cacing Usus - Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides Terhadap Hasil Uji Tusuk Kulit (Skin Prick Test) dengan Alergen dari Cacing Ascaris pada Anak Sekolah Dasar Negeri 047/XI Koto Baru yang Memiliki Riwayat Atopi di Kecamatan P

0 0 8

Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides Terhadap Hasil Uji Tusuk Kulit (Skin Prick Test) dengan Alergen dari Cacing Ascaris pada Anak Sekolah Dasar Negeri 047/XI Koto Baru yang Memiliki Riwayat Atopi di Kecamatan Pesisir Bukit Kota Sungai Penuh Provinsi Jam

0 0 21

Sistem Outsourcing Pada Industri Jasa Perbankan Setelah Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PPU-9/2011

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Sistem Outsourcing Pada Industri Jasa Perbankan Setelah Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PPU-9/2011

0 0 11