BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Pengertian Rokok
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung/dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif).
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan- bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat Berikut adalah beberapa bahayang terkandung di dalam rokok.
1. ndungan yang menyebabkan perokok merasa rileks.
2.
3. enyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
4. uga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna.
5. ebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif.
6. (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol.
7. erupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
8. pat ditemukan di mana- mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur- unsur tertentu.
9. airan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat.
10. acun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas da Rokok berdasarkan bahan pembungkus: 1.
rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
2. rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
3. rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
4. atau lisong: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
5. Rokok putih: rokok yang isinya hanya daun tembakau,terkadang ada yang diberi aroma tertentu untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
6. Rokok kretek: rokok yang bahan bakunya berupa daun tembakau dan cengkeh.
7. Rokok Klembak: rokok yang bahan bakunya berupa tembakau, cengkeh dan kemenyan.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi: 1.
Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, danyang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok berdasarkan proses pembuatannya: 1.
dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
2. (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan da pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satberisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar
1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.
Rokok berdasarkan penggunaa 1.
2. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
Dilihat dari komposisinya : 1.
Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasa ditemukan di Asia Tenggara dan India.
2. Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.
Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.
5. Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa buah-buahanyang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, TimurTengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe- kafe.
2.1.4 Bahaya rokok pada tubuh
Berbagai macam anggota tubuh dapat terkena penyakit yang disebabkan oleh merokok. Berikut adalah bagian- bagian tubuh dan penyakit yang ditimbulkan akibat merokok :
1. Mata Rokok dapat menyebabkan katarak dan menyebabkan kebutaan. Resiko perokok adalah tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok.
2. Mulut, tenggorokan, pita suara, dan esophagus Rokok dapat menyebabkan kanker pada bagian tubuh mulut, tenggorokan, pusat suara, dan esophagus dan dapat menyebabkan penyakit gusi, pilek, dan kerongkongan kering. Lebih dari 90% penderita kanker mulut adalah perokok dan
Pada perokok, resiko menderita periodontitis (gusi terbakar yang mengarah ke infeksi dan akan merusak jaringan halus dan tulang) sebesar 10 kali lebih tinggi.
4. Paru- paru Penyakit yang mungkin diderita oleh perokok pada fungsi tubuh paru-paru adalah kanker paru- paru, pneumonia, bronkhitis, asma, dan batuk kronis.
Kematian akibat kanker paru- paru yang disebabkan oleh rokok diperkirakan berkisar lebih dari 80%. Selain itu, studi di Finlandia, menunjukkan bahwa merokok pasif menyumbang timbulnya penyakit asma pada orang dewasa. Dan di Inggris, studi yang dilakukan oleh National Asma Campaign menunjukkan bahwa rokok memicu serangan asma pada 80% penderita.
5. Perut Penyakit akibat merokok yang menyerang perut adalah kanker perut dan lambung. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat resiko kanker perut berbanding lurus dengan jumlah dan lama merokok.
6. Ginjal Kanker ginjal dapat juga menyerang perokok dan kanker ini lebih sering ditemukan di antara perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Kanker kandung kemih merupakan salah satu resiko yang dapat diderita oleh perokok.
9. Leher Rahim Kanker juga dapat menyerang di bagian leher rahim pada penderita perokok.
10. Kehamilan Pada ibu hamil, merokok dapat menyebabkan bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah dan keguguran. Menurut WHO, wanita merokok pada negara maju adalah 15%, pada negara berkembang adalah 8%. Sedangkan di Amerika Serikat, wanita perokok mencapai 15%-30% dan sebagian dari mereka adalah wanita hamil.
11. Tulang Merokok dapat menyebabkan tulang rapuh.
12. Darah Resiko terkena kanker darah (leukemia) pada perokok adalah 1,53 sedangkan pada mantan perokok adalah 1,39. Setelah diketahui mengenai bahaya rokok terhadap tubuh, maka pemerintah mengatur kebijakan mengenai penyelenggaraan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 pada bab 2 yang
2.2.1 Definisi
Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan tembakau. Hal ini seperti dituliskan dalam kertas Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas (KBBI, 1990). Lebih jauh lagi Poerwadarminta (2007), mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok. Fakhrurrozi mengidentifikasi merokok sebagai overt behavior karena merokok merupakan perilaku yang nampak.
Sebagai overt behavior merokok merupakan perilaku yang dapat terlihat karena ketika merokok individu melakukan suatu kegiatan yang nampak yaitu menghisap asap rokok yang dibakar ke dalam tubuh. Hal ini senada dengan pendapat Armstrong (2007), merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Definisi perokok menurut WHO untuk sekarang adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya.
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan serius hingga membawa kematian. Merokok dapat merusak paru- paru, bronkhi, otak, pembuluh darah jantung, dan organ- organ lain. Kebiasaan merokok berhubungan dengan penyakit- penyakit yang berisiko tinggi seperti bronkhitis memicu penggumpalan darah sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Pada wanita hamil dapat memperbesar risiko keguguran, kematian pada janin atau menimbulkan kecacatan pada bayi. Merokok juga dapat meningkatkan sekresi lendir di seluruh saluran pernafasan meningkat, memperlambat gerakan bulu- bulu getar (cilia) pada dinding saluran nafas bahkan silia dapat terbakar karena efek panas dari asap rokok. Hal tersebut mengurangi kemampuan silia dan lendir untuk mengeluarkan kontaminan (benda asing) menjadi berkurang, dinding saluran nafas meradang yang akhirnya dapat berkembang menjadi kanker.
Rokok membuat banyak orang yang menghisapnya ketagihan dan susah untuk berhenti. Bahkan akibat ketagihan tersebut jumlah rokok yang dihisap cenderung bertambah. Hal tersebut dapat terjadi karena rasa nikmat yang dipengaruhi oleh zat nikotin yang bersifat adiktif (membuat orang kecanduan) sehingga membuat ketergantungan merokok. Padahal dibalik rasa nikmat tersebut nikotin merupakan zat racun yang menyebabkan berbagai penyakit. Di antara efek negatif nikotin adalah menyebabkan peningkatan tekanan darah, kecepatan denyut jantung dan penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi) termasuk pembuluh darah koroner. Tekanan darah yang tinggi dapat mempercepat terjadinya kerusakan otak, pembuluh darah, mata, dan ginjal. Gangguan pada pembuluh meliputi: Mudah tersinggung, gelisah, mudah cemas, gugup, kesadaran dan perhatian menurun, gangguan tidur, dan cepat lapar. Gejala- gejala ini bisa terjadi setelah beberapa jam seseorang berhenti merokok, sehingga inilah yang menyebabkan seseorang kembali merokok dalam waktu singkat. Gejala- gejala ini mencapai puncaknya pada hari- hari awal ketika berhenti merokok, dan mungkin mereda dalam beberapa minggu. Namun bagi sebagian orang, gejala ini akan tetap bertahan selama berbulan bulan.
2.2.2 Jenis Perokok
Perokok dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Perokok Aktif
Perokok Aktif adalah seseorang yang dengan sengaja menghisap lintingan atau gulungan tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas, daun, dan kulit jagung. Secara langsung mereka juga menghirup asap rokok yang mereka hembuskan dari mulut mereka. Tujuan mereka merokok pada umumnya adalah untuk menghangatkan badan mereka dari suhu yang dingin. Tapi seiring perjalanan waktu pemanfaatan rokok disalah artikan, sekarang rokok dianggap sebagai suatu sarana untuk pembuktian jati diri bahwa mereka yang merokok adalah keren.
2.2.3 Tahapan dalam Perilaku Merokok
Sebelum menjadi perokok, seseorang melalui beberapa tahapan yang dilaluinya terlebih dahulu. Levental dan Clearly mengungkapkan terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu:
a. Tahap Perpatory, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan.
Hal- hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap Initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka ia mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap Maintenance of Smoking, tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan.
2.2.4 Tipe-tipe Perilaku Merokok
Terdapat berbagai pembagian tipe perilaku merokok yang dibedakan berdasarkan berbagai aspek, diantaranya sebagai berikut. menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di area merokok.
b). Kelompok heterogen (merokok di tengah orang- orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompok, orang sakit, dll).
2). Merokok di tempat- tempat yang bersifat pribadi
a). Kantor atau kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b). Toilet, perokok jenis ini dapat digolongkam sebagai orang yang suka berfantasi.
B. Berdasarkan manajemen terhadap afeksi yang ditimbulkan rokok Menurut Silvan dan Tomkins (2002), ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan management theory of affect, keempat tipe tersebut adalah:
1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif
a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
b) Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedar Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif, banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif yang dirasakannya. Misalnya, merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelemat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi dengan tujuan menghindari perasan yang tidak enak. 3)
Tipe perokok yang adiktif, perokok yang sudah adiksi akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang
4) Tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan, mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.
C. Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari Menurut Smet (1994), tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyak rokok yang dihisap menjadi tiga tipe, yaitu:
1). Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang dalam sehari 2). Perokok sedang yang menghisap 5 - 14 batang rokok dalam sehari 3). Perokok ringan yang menghisap 1 - 4 batang rokok dalam sehari.
2.3 Sejarah munculnya Rokok
Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata.
Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam. Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipe fek buruk bagi kelahiran, dan emfisema.
Ada pun sejarah yang menjelaskan bahwa sejarah rokok dimulai dari mengunyah tembakau dan mengisap tembakau melalui sebuah pipa yang dilakukan warga asli benua Amerika (Maya, dkk) sejak 1.000 tahun sebelum masehi. Mereka melaksanakan tradisi membakar tembakau yang bertujuan untuk menunjukkan persahabatan dan persaudaraan saat beberapa suku yang berbeda berkumpul, serta sebagai ritual pengobatan.
Tidak lama satelah itu kru Columbus membawa tembakau beserta tradisi mengunyah dan membakar lewat pipa ini ke peradaban di Inggris. Namun yang kenaikan dan lonjakan di Eropa, budidaya tembakau mulai dipelajari dengan serius terutama tembakau Virginia yang ditanam di Amerika.
Rolfe adalah orang pertama yang berhasil menanam tembakau dalam skala besar, yang kemudian diikuti oleh perdagangan dan pengiriman tembakau dari AS ke Eropa. Sejarah rokok di Indonesia muncul pada tahun 1880, Haji Jamahri dari Kudus adalah orang yang pertama kali meramu tembakau dengan cengkeh.
Tujuan awalnya adalah mencari obat penyakit asma yang dideritanya, namun pada akhirnya rokok racikan Jamahri menjadi terkenal. Istilah Kretek adalah sebutan khas untuk menamai rokok asal Indonesia, istilah ini berasal dari bunyi rokok saat disedot yang diakibatkan oleh letupan cengkeh yang berbunyi kretek.
Sejarah lainnya menyebutkan bahwa rokok pertama kali muncul dengan bentuk yang kita lihat sekarang ini kurang lebih muncul pada tahun 1492 M ketika pelaut Spanyol melihat pohon tembakau ketika para pelaut menemukan benua Amerika. Sejak itu rokok mulai menyebar begitu cepat di Eropa tepatnya di akhir abad ke-16 dan terus mendunia sampai Raja Inggris James I mulai melarang keras peredaran rokok, dia mengeluarkan pengumuman pada tahun 1604 M tentang pelarangan rokok, di Rusia pada tahun 1634 dikeluarkan peraturan yang sangat keras terhadap para perokok, penjual serta pembeli yang tertangkap diberi pertama kali oleh kaum Nashara (al-Asyribah wa Ahkamuha karya DR.Majid Abu Rikhiyyah, juga al-Mausu'ah al-Muyassarah I/489 oleh Muhammad Syafiq Girbal).
Dari anggapan sebagai obat penyembuh, lambang persahabatan dan persaudaraan, rokok kemudian berkembang menjadi simbol kejantanan pria. Hal ini ditandai sejak dijadikannya rokok sebagai ransum wajib setiap prajurit saat Perang Dunia Pertama. Karena faktbelum terbukti, rokok pada jamannya pernah diiklankan dengan menggunakan beragam model, dari bayi hingga dokter, tetapi sekarang ini fakta rokok yang berbahaya terhadap kesehatan telah dibenarkan oleh medis, misalnya menimbulka sehingga dampaknya memang sekarang hampir tidak ada iklan yg muncul tentang rokok.
Begitu banyak harta dan uang yang telah habis tanpa bekas yang telah dihabiskan manusia untuk menghisap rokok, tidak heran apabila begitu banyak negara yang pendapatan utamanya dari cukai rokok. Banyak orang yang tahu akan kandungan kimia berbahaya dan beracun dari rokok, namun kandungan yang paling akrab ditelinga kita dari batang rokok ini adalah Nikotin yang dikatakan oleh para ilmuan sangat berbahaya bahkan 50 mg dari Nikotin ini apabila masuk
2.4.1 Definisi
Undang-undang Republik Indonesia tentang Rumah Sakit no. 44 tahun 2009 BAB I pasal 1 menyebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut buku pedoman penyelenggaraan pelayanan rumah sakit, Rumah sakit adalah semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik, yang dilaksanakan selama 24 jam melalui upaya kesehatan perorangan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Rumah sakit adalah gedung tempat merawat orang sakit, gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan
2.5.1 Definisi
Istilah kebijakan publik adalah terjemahan istilah bahasa Inggris yaitu
Public Policy , kata policy ada yang menerjemahkan menjadi kebijakan (Wibawa,
1994) dan ada juga yang menerjemahkan menjadi kebijaksanaan (Islamy, 2001).Meskipun belum ada kesepakatan apakah policy diterjemahkan menjadi Kebijakan ataukah kebijaksanaan akan tetapi tampaknya kecenderungan yang akan datang untuk policy digunakan istilah kebijakan maka dalam modul ini, untuk public policy diterjemahkan menjadi kebijakan publik.
a. Thomas R. Dye Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai berikut:
Public Policy is whatever the government choose to do or not to do (Kebijakan
publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu). Menurut Dye, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka tentunya ada tujuannya, karena kebijakan publik merupakan tindakan pemerintah. Apabila pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu, inipun merupakan kebijakan publik, yang tentunya ada tujuannya. Sebagai contoh: becak dilarang beroperasi di wilayah DKI Jakarta, bertujuan untuk kelancaran lalu-lintas, karena becak dianggap mengganggu kelancaran lalu-lintas, di samping tidak melakukan sesuatu.
b. James E. Anderson Anderson mengatakan: Public Policies are those policies developed by
governmental bodies and officials . (Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan
yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah).c. David Easton David Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai berikut:
Public policy is the authoritative allocation of values for the whole society
(Kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai secara sah kepada seluruh anggota masyarakat).
d. Kesimpulan
a. Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah.
b. Kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak meiakukan sesuatu itu mempunyai tujuan tertentu.
c. Kebijakan publik ditujukan untuk kepentingan masyarakat.
2.5.2 Teori Implementasi Kebijakan
Implementasi yang merupakan terjemahan dari kata implementation,
carry into effect; accomplish . (2) to provide with the means for carrying out into effect or fulfilling; to give practical effect to. (3) to provide or equip with implements .
Pertama, to implement dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat); melengkapi dan menyelesaikan. Kedua, to implement dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu. Ketiga, to implement dimaksudkan menyediakan atau melengkapi dengan alat. Sehubungan dengan kata implementasi di atas, Pressman dan Wildavsky mengemukakan bahwa,
ímplementation as to carry out, accomplish fulfill produce, complete. Maksudnya:
membawa, menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi (Tachan, 2008) Jadi secara etimologis implementasi itu dapat dimaksudkasn sebagai suatu aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila pengertian implementasi di atas dirangkaikan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.
Dengan demikian, dalam proses kebijakan publik implementasi kebijakan
between the establishment of a policy…and the consequences of the policy for the
people whom it affects (Tachan, 2008). Sedangkan Grindle (2008) mengemukakan
bahwa: implementation a general process of administrative action that can be investigated at specific program level.
Dari uraian di atas diperoleh suatu gambaran bahwa implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan administratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan/disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika yang top-down, maksudnya menurunkan/menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro.
Sedangkan formulasi kebijakan mengandung logika bottom up, dalam arti proses ini diawali dengan pemetaan kebutuhan publik atau pengakomodasian tuntutan lingkungan lalu diikuti dengan pencarian dan pemilihan alternatif cara pemecahannya, kemudian diusulkan untuk ditetapkan.
Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat menggerakkan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, dan untuk mengimplementasikan kebijakan publik tersebut maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program- program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk UU atau Perda adalah jenis kebijakan yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung dioperasionalkan antara lain Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Daerah, Keptusan Kepala Dinas, dll (Dwijowijoto, 2004)
Sabatier (1979) menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian- kejadian dan kegiatan- kegiatan yang timbul sesudah bahwa sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang- undang dan kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan.
Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu dengan sarana- sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu (Sunggono, 1994). Proses implementasi kebijakan publik baru dapat dimulai apabila tujuan- tujuan kebijakan publik telah ditetapkan, program- program telah dibuat, dan dana telah dialokasikan untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut.
Edward III mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni: (i) faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan dan (ii) faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu kebijakan.
Dijelaskan oleh Edward III secara singkat bahwa pedoman yang tidak dan independensi implementor, bergesernya tujuan dan terjadinya pemborosan sumber daya seperti keterampilan, kreatifitas, dan kemampuan adaptasi. Sumber daya saling berkaitan dengan komunikasi dan mempengaruhi disposisi dalam implementasi. Demikian juga disposisi dari implementor akan mempengaruhi bagaimana mereka menginterpertasikan komunikasi kebijakan baik dalam menerima maupun dalam mengelaborasi lebih lanjut ke bawah rantai komando.
Menurut Teori Implementasi Kebijakan Edward III yang dikutip oleh winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan, yaitu : 1) Komunikasi.
Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity). Faktor pertama yang mendukung implementasi kebijakan adalah transmisi. Seorang pejabat yang mengimlementasikan keputusan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaanya telah dikeluarkan. Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk- petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi tersebut harus jelas. Faktor ketiga yang mendukung implementasi kebijakan adalah konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan
Sumber-sumber penting yang mendukung implementasi kebijakan meliputi: staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan publik.
3) Kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku (sikap birokrasi).
Kecenderungan dari para pelaksana mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu yang dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal. 4) Struktur birokrasi.
Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan, baik itu struktur pemerintah dan juga organisasi-organisasi swasta (Winarno, 2002). Menurut Teori Proses Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Horn yang dikutip oleh Winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan yaitu: (a) Ukuran-ukuran dan tujuan kebijakan. memperlancar implementasi yang efektif. (b) Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan Implementasi dapat berjalan efektif bila disertai dengan ketepatan komunikasi antar para pelaksana. (c) Karakteristik badan-badan pelaksana: Karakteristik badan-badan pelaksana erat kaitannya dengan struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang baik akan mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. (d) Kondisi ekonomi, sosial dan politik: Kondisi ekonomi, sosial dan politik dapat mempengaruhi badan-badan pelaksana dalam pencapaian implementasi kebijakan. (e) Kecenderungan para pelaksana.
2.5.3 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan (Winarno, 2002). Adapun syarat-syarat untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara secara sempurna menurut Teori Implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gun yang dikutip oleh Wahab, yaitu : a.
Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan mengalami gangguan atau kendala yang serius. Hambatan- hambatan tersebut
Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasarkan oleh suatu hubungan kausalitas yang handal.
e.
Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnnya.
f.
Hubungan saling ketergantungan kecil.
g.
Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
h.
Tugas- tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat. i.
Komunikasi dan koordinasi yang sempurna. j.
Pihak- pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna (Wahab, 1997) Intensitas kecenderungan-kecenderungan dari para pelaksana kebijakan akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian kebijakan (Winarno, 2002).
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya. Menurut James Anderson yang dikutip oleh Sunggono, masyarakat mengetahui dan melaksanakan suatu kebijakan publik dikarenakan : (1) Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan- keputusan badan- badan pemerintah lebih sesuai dengan kepentingan pribadi (5) Adanya sanksi- sanksi tertentu yaang akan dikenakan apabila tidak melaksanakan suatu kebijakan (Sunggono,1994)
2.5.4 Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan
Menurut Sunggono, implementasi kebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat, yaitu: a. Isi kebijakan
Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya isi kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci, sarana- sarana dan penerapan prioritas, atau program- program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada. Kedua, karena kurangnya ketetapan intern maupun
ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan. Ketiga, kebijakan yang akan
diimplementasiakan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan- kekurangan yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari timbulnya kegagalan implementasi suatu kebijakan publik dapat terjadi karena kekurangan kekurangan yang menyangkut sumber daya- sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga manusia.
b. Informasi
Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada pengimlementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut.
d. Pembagian Potensi Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan masalah-masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan yang kurang jelas (Sunggono, 1994). Adanya penyesuaian waktu khususnya bagi kebijakan-kebijakan yang kontroversial yang lebih banyak mendapat penolakan warga masyarakat dalam implementasinya.
Menurut Anderson, faktor- faktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu : a) Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum, dimana terdapat beberapa peraturan perundang- undangan atau kebijakan publik yang bersifat kurang mengikat individu- individu masyarakat yang mencenderungkan orang bertindak dengan menipu atau dengan jalan melawan hukum d) Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan ukuran kebijakan yang mungkin saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber ketidakpatuhan orang pada hukum atau kebijakan publik
e) Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam (bertentangan) dengan sistem nilai yang dianut masyarakat secara luas atau kelompok- kelompok tertentu dalam masyarakat (Sunggono, 1994)
Suatu kebijakan publik akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai manfaat positif bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Sehingga apabila perilaku atau perbuatan mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara, maka suatu kebijakan publik tidaklah efektif.
2.5.5 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kebijakan
Peraturan perundang- undangan merupakan sarana bagi implementasi kebijakan publik. Suatu kebijakan akan menjadi efektif apabila dalam pembuatan maupun implementasinya didukung oleh sarana- sarana yang memadai. Adapun Peraturan hukum ataupun kebijakan itu sendiri, di mana terdapat kemungkinan adanya ketidakcocokan antara kebijakan-kebijakan dengan hukum yang tidak tertulis atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
b.
Mentalitas petugas yang menerapkan hukum atau kebijakan. Para petugas hukum (secara formal) yang mencakup hakim, jaksa, polisi, dan sebagainya harus memiliki mental yang baik dalam melaksanakan (menerapkan) suatu peraturan perundang- undangan atau kebijakan. Sebab apabila terjadi yang sebaliknya, maka akan terjadi gangguan- gangguan atau hambatan- hambatan dalam melaksanakan kebijakan/peraturan hukum.
c.
Fasilitas, yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan suatu peraturan hukum. Apabila suatu peraturan perundang- undangan ingin terlaksana dengan baik, harus pula ditunjang oleh fasilitas- fasilitas yang memadai agar tidak menimbulkan gangguan- gangguan atau hambatan- hambatan dalam pelaksanaannya.
d.
Warga masyarakat sebagai objek, dalam hal ini diperlukan adanya kesadaran hukum masyarakat, kepatuhan hukum, dan perilaku warga masyarakat seperti yang dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan (Sunggono, 1994)
2.6 KTR
ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
2.6.2 Landasan Kebijakan KTR 1.
Undang-Undang yg mengatur Kawasan tanpa rokok (KTR) Pada tahun 2009, pemerintah mengeluarkan Undang- Undang tentang kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 pada pasal 115 yang membahas kebijakan mengenai kawasan tanpa rokok. Peraturan tentang penetapan kawasan tanpa rokok dikeluarkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yang didalamnya dijelaskan secara singkat mengenai kandungan zat berbahaya yang terkandung didalam rokok, penyelenggaraan pengamanan rokok (terdapat ketentuan kawasan tanpa rokok pada pasal 22), serta peran masyarakat dalam upaya penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan.
Dalam upaya mewujudkan Indonesia sehat, pemerintah mengeluarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.188/Menkes/PB/I/2011 No.7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok untuk menyempurnakan peraturan-peraturan sebelumnya. Undang-undang Republik Indonesia tentang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009 dalam BAB
VIII mengenai kewajiban dan hak pada pasal 29 ayat 1(t) “memberlakukan
Peraturan Menteri”.
2. Undang-Undang Hak Asasi Manusia
Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Namun, Dalam Pasal 1 ayat 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang- undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Oleh karena itu, beberapa orang beranggapan bahwa merokok merupakan
(Terlaksananya Implementasi).
2.7 Kerangka Pikir Penelitian
INPUT PROSES 1.
1. Pengetahuan Diterapkannya Kawasan tentang KTR Tanpa Rokok.
OUTPUT 2.
Pelaksanaan 2.
Sosialisasi kebijakan Terwujudnya
KTR di RS KTR baik secara
Kawasan langsung (tatap muka)
3. Kebijakan KTR maupun tidak langsung (tertulis dan
Tanpa Rokok (melalui media cetak, tidak tertulis) elektronik) di semua
4. infrastruktur
Kawasan Tanpa 3.
Terpasangnya Tatanan Rokok pengumuman kebijakan
(Terlaksananya KTR melalui poster, 5.
Media promosi tanda larangan tentang larangan
I l t i) merokok, mading, surat merokok/KTR edaran, pengeras suara.
Z