BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perhitutungan Biaya Sumberdaya Domestik Komoditi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki kekayaan dan potensi sumberdaya yang melimpah. Wilayah Indonesia juga memiliki keunggulan berupa posisi geografis yang menguntungkan yaitu terletak di daerah tropis yang memungkinkan untuk memproduksi pertanian sepanjang tahun. Perkembangan diera globalisasi pada dasarnya memberikan peluang bagi sektor pertanian untuk berkembang lebih cepat dan sekaligus memberikan tantangan baru karena komoditas pertanian harus mempunyai keunggulan daya saing dan kemandirian produk pertanian sedemikian rupa sehingga produk pertanian mampu bersaing di pasar Domestik maupun Internasional (Andri, 2013). Kekayaan dan potensi sumberdaya yang melimpah berupa sumber daya alam (SDA) dan kenakaragaman hayati. Menurut Fauzi (2004), sumber daya alam sebagai sumber daya hayati dan non hayati yang dimanfaatkan umat manusia sebagai sumber pangan, bahan dan energi. Sumber daya alam sebagai faktor produksi dari alam yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi. Keanekaragaman hayati bangsa Indonesia salah satunya adalah tanaman pangan. Tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah tanaman padi. Karena padi/beras merupakan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

  Sumber daya alam dianggap sebagai “mesin pertumbuhan” (engine of growth) yang mentransformasikan sumberdaya ke dalam

  “man-mad capital” yang pada gilirannya akan menghasilkan produktivitas yang tinggih di masa mendatang.

  Keterbatasan supply dari sumber daya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dapat disubsitusikan dengan cara intensifikasi (eksploitasi sumber daya secara intensif) atau dengan cara ekstensifikasi (memanfaatkan sumber daya yang belum dieksploitasi). Sumber daya menjadi langka, hal ini akan tercermin dalam dua indikator ekonomi, yakni meningkatnya baik harga otput maupun biaya ekstraksi persatuan output. Meningkatnya harga output akibat meningkatnya biaya per satuan output akan meingkatkan permintaan akan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam. Di sisi lain, peningkatan harga output menimbulkan insentif kepada produsen sumber daya alam untuk berusaha meningkatkan supply. Namun karena ketersedian sumber daya yang terbatas, kombinasi dampak harga dan biaya akan menimbulkan insentif untuk mencari sumber daya subsitusi dan peningkatan daur ulang. Selain itu kelangkaan juga dapat memberikan insentif untuk mengembangkan inovasi-inovasi seperti pencarian deposit baru, peningkatan efisiensi produksi dan peningkatan teknologi daur ulang sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap pengurasan sumber daya alam (Fauzi, 2004).

  Kelangkaan tersebut terjadi karena pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia yang sifatnya tidak terbatas sementara penyediaan sumber daya yang terbatas.

  Namun kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan pangan harus dipenuhi. Dalam hal ini harus dilakukan melaui inovasi teknologi dan perdagangan internasional.

  Pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup merupakan salah satu hak bagi manusia yang paling azazi dan merupakan faktor penentu bagi perwujudan ketahanan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, kekurangan pangan yang terjadi secara meluas di suatu negara akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas suatu negara. Bagi bangsa - bangsa di Asia, beras merupakan pangan pokok yang cukup dominan. Walaupun bervariasi antar negara, namun sumbangan beras terhadap pemenuhan kebutuhan kalori dalam diet sehari-hari masyarakat Asia masih relatif cukup tinggi. Sebagai contoh Laos dan Myanmar konsumsi beras per kapita per tahunnya hingga saat ini mencapai sekitar 179 kg dan 190 kg, sementara Indonesia masih sekitar 142 kg

  (Ariani dan Mardianto, 2004).

  Secara ekonomi, beras masih merupakan komoditas strategis bagi perekonomian nasional negara-negara di Asia, karena (1) usahatani padi masih diusahakan oleh jutaan petani, (2) bagi sebagian negara, seperti Vietnam, Burma, Thailand, India dan China, beras merupakan salah satu penyumbang devisa negara yang cukup besar, dan (3) bagi masyarakat berpendapatan rendah, dimana jumlah golongan berpendapatan tersebut masih dominan di Asia, beras masih merupakan bahan pokok yang utama. Dengan peran strategis tersebut, tidak heran jika sebagian besar di Asia mengalokasikan sumberdaya (khususnya dana) untuk mendukung pertumbuhan produksi tanaman pangan, khususnya beras (Ariani dan Mardianto, 2004).

  Beras merupakan komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisiasi pertanian ke depan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat. Kalau pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka pada tahun 2025 kebutuhan tersebut diproyeksikan sebesar 65,9 juta ton GKG

  (Suryana, dkk., 2005).

  Dalam rangka membantu petani untuk mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau, pemerintah menetapkan pemberian subsidi, penyediaan pupuk yang dimasksudkan untuk membantu petani agar memperoleh pupuk dengan harga terjangkau sehingga proses usahatani dapat berlangsung secara berkesinambungan. Kebijakan pemerintah mengenai kebijakan pupuk, dilandasi pemikiran bahwa pupuk merupakan faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas, dan subsidi dengan harga pupuk yang lebih murah akan mendorong peningkatan penggunaan input tersebut. Selain itu, subsidi pupuk juga dimaksudkan untuk merespon kecenderungan kenaikan harga pupuk di pasar internasional dan penurunan tingkat keuntungan usahatani. Selanjutnya kebijakan pupuk juga bertujuan untuk memenuhi prinsip enam tepat dalam penyaluran pupuk, yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan produktivitas dan produksi pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan petani. Sejak itu, subsidi pupuk terus diberikan dalam bentuk harga eceran tertinggi atau HET

  (Susila, 2010).

  Selain pupuk sarana produksi yang digunakan dalam usahatani padi adalah berupa lahan, tenaga kerja, benih, alat/mesin pertanian dan penyediaan akses pengairan

  (irigasi). Sarana produksi tersebut harus tersedia sehingga usahatani padi dapat berjalan secara berkesinambungan.

  Pada kondisi saat ini, sarana produksi dalam melakukan usahatani padi sawah telah mengalami beberapa perubahan transaksi sumberdaya. Perubahan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh mekanisme harga-harga dari sarana produksi di pasar, seperti harga pupuk, harga tenaga kerja/ harga sewa tenaga kerja, harga benih, harga alat mesin pertanian, dan harga lahan. Sekarang harga pupuk masih terjangkau karena adanya pupuk bersubsidi, namun jika suatu saat pupuk bersubsidi di pasaran tidak ada lagi maka ini akan mempengaruhi produksi padi yang akan menurun karena biaya produksi menjadi sangat tinggi. Peningkatan harga tenaga kerja, harga benih, harga alat mesin pertanian, dan harga lahan akan menyebabkan peningkatan biaya produksi dan akhirnya akan mengurangi keuntungan yang diperoleh petani. Selain mekanisme harga sarana produksi di pasar, perubahan transaksi sumberdaya juga dipengaruhi oleh penyediaan akses pengairan, yang dulunya petani dapat memperoleh secara gratis (open acces) melalui irigasi namun sekarang penggunaan air sebagai pengairan sudah dibatasi, sehingga petani sekarang mendapatkan pengairan untuk usahatani padi sawah sudah secara transaksional melalui penggunaan sumur pompa, dan ini akan menambah biaya produksi yang pada akhirnya biaya produksi menjadi meningkat. Perubahan-perubahan tersebut akan menyebabkan harga beras meningkat dan beras Indonesia tidak dapat bersaing dengan beras dari luar negeri karena harga beras dari luar negeri jauh lebih murah sehingga usahatani padi sawah menjadi tidak kompetitif dan tingkat keuntungan usahatani bagi petani menjadi menurun.

  Perubahan transaksi sumber daya tersebut yang disebabkan oleh mekanisme harga input di pasar yang semakin meningkat dan akan berakibat terhadap meningkatnya biaya produksi sehingga akan menimbulkan dampak terhadap harga output yang juga meningkat. Dalam hal ini peningkatkan harga input padi akan menyebabkan peningkatan harga padi di pasar dan akan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh petani dan daya saing komoditi padi lokal tehadap padi non lokal. Daya saing suatu komoditas dapat diukur dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh David Ricardo untuk menjelaskan efisiensi alokasi sumberdaya di suatu negara dalam sistem ekonomi yang terbuka (Warr, 1992). Hukum keunggulan komparatif dari Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan (Lindert dan Kindleberger, 1993).

  Menurut Simatupang (1991) maupun Sudaryanto dan Simatupang (1993) dalam Saptana, dkk (2006), konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam arti daya saing yang akan dicapai pada perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Aspek yang terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi, dan yang terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu aktivitas.

  Sudaryanto dan Simatupang (1993) mengemukakan bahwa konsep yang lebih

  cocok untuk mengukur kelayakan finansial adalah keunggulan kompetitf atau yang merupakan pengukur daya saing suatu

  revealed competitive advantage kegiatan pada kondisi perekonomian aktual.

  Kabupaten Serdang Berdagai merupakan salah satu lumbung beras di Provinsi Sumatera Utara, dilihat dari luasan panen, produksi dan produktivitas padi di Sumatera Utara berfluktuasi dari setiap tahun, namun tetap dalam kondisi tinggi, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1, maka Kabupaten Serdang Berdagai memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan usahatani padi khususnya padi sawah.

  Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Serdang Bedagai 2010-2012 Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas TM (Ha) (Ton) (Ton/Ha)

  2010 73 688 365 316 49,62 2011 63 766 328 872 51,57 2012 68 494 369 599 53,96

  Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2012

  Berdasarkan posisi strategis beras/padi tersebut, maka usahatani padi sawah seharusnya diusahakan dengan baik sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Dengan adanya penerapan kebijakan subsidi pupuk, maka dapat membantu petani memperoleh pupuk dengan harga terjangkau sehingga dapat menghemat biaya produksi padi dan usahatani dapat berjalan secara berkesinambungan, serta meningkatkan keuntungan dan memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

  Namun terdapat perubahan transaksi sumberdaya lainnya yang dapat meningkatkan biaya produksi seperti harga lahan, harga tenaga kerja, harga alat mesin pertanian dan penyediaan akses pengairan yang sekarang sudah tidak open

  , sehingga petani sekarang membayar biaya air irigasi dan terdapat juga

  acces

  petani yang menggunakan pompa air sebagai akses pengairan dan ini akan menambah biaya produksi. Hal ini akan mempengaruhi keuntungan usahatani padi dan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif usahatani padi. Oleh karena itu, berdasarkan uraian mengenai permasalahan perubahan transaksi sumberdaya domestik, maka perlu dilakukan penelitian mengenai daya saing padi sawah.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka adapun masalah penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)

  Berapa harga input produksi (pupuk, pestisida, peralatan, air, benih dan tenaga kerja) padi sawah di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014 ?

  2) Berapa biaya produksi padi sawah dengan irigasi setengash teknis dan non teknis di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014 ?

  3) Bagaimana daya saing (keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif) usahatani komoditi padi sawah dengan irigasi setengah teknis dan non teknis di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ?

  4) Bagaimana dampak kebijakan pemerintah pada harga input (subsidi pupuk)-

  output (harga dasar gabah) terhadap usahatani padi sawah dengan irigasi setengah dan non teknis di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)

  Untuk mengetahui harga input produksi (pupuk, pestisida, peralatan, air, benih dan tenaga kerja) padi sawah di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014. 2)

  Untuk mengetahui biaya produksi padi sawah dengan irigasi setengah teknis dan non teknis di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014. 3)

  Untuk menganalisis daya saing (keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif) usahatani komoditi padi sawah dengan irigasi setengah teknis dan non teknis di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. 4)

  Untuk menganalisis dampak kebijakan pemerintah pada harga input (subsidi pupuk)-output (harga dasar gabah) terhadap usahatani padi sawah dengan irigasi setengah teknis dan non teknis di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

  1.4 Kegunaan Penelitian

  Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)

  Sebagai informasi dan bahan masukan bagi petani untuk mengetahui sejauh mana daya saing komoditi padi sawah.

  2) Sebagai informasi dan refrensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik akademik maupun non akademik.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bu

0 0 10

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Effek Indonesia (Periode 2011-2013)

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi - Faktor Risiko Yang Dapat Diubah Dan Tidak Dapat Diubah Pada Pasien Penderita Penyakit Jantung Koroner Di Rsup Ham Medan

0 0 27

HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah dengan Judul: Faktor Risiko yang Dapat Diubah dan Tidak Dapat Diubah pada Pasien Penderita Penyakit Jantung Koroner di RSUP HAM Yang dipersiapkan oleh: NANDA LADITA

0 0 16

Efek Aktivitas Masyarakat Terhadap Kelimpahan Ikan Torsp di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

0 0 14

Efek Aktivitas Masyarakat Terhadap Kelimpahan Ikan Torsp di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

0 0 14

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menerapkan Travel Chart, Algoritma BLOCPLAN dan CORELAP di PT. Cahaya Bintang Medan

1 1 30

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menerapkan Travel Chart, Algoritma BLOCPLAN dan CORELAP di PT. Cahaya Bintang Medan

1 1 21

Sumber : Laporan Intensifikasi Pertanian Kecamatan Perbaungan Tahun 2010

0 0 105

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Perhitutungan Biaya Sumberdaya Domestik Komoditi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 43