BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kerangka Teori - Objektivitas Pemberitaan Dugaan kasus Korupsi Nazaruddin di Koran tempo

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Kerangka Teori

  Setiap penelitian memerlukan kerangka teori yang merupakan kemampuan peneliti di dalam mengaplikasikan pola berfikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung masalah penelitian.teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan pandangan dan melahirkan strategi dalam sebuah penelitian.

  Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan masalah atau menyoroti masalah tersebut. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disorot. Uraian didalam kerangka teori ini merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 1998:39-40).

  Sifat dan tujuan teori bukan hanya untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga untuk suatu cara melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tersebut. Karenanya teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Bila sebaliknya, maka teori demikian tergolong teori semu (Abraham Kaplan, 1964).

2.2 Jenis-jenis Isi Surat Kabar

  Menurut Suhandang (2004, p.103-104)., yang dimaksud dengan berita adalah “laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak”.

  Dalam sebuah berita terdapat beberapa kriteria, kriteria tersebut antara lain adalah: a.

  Baru (Aktual) b. Memberi pemahaman pada pembaca tentang informasi yang tidak diketahui sebelumnya c.

  Nyata (Faktual) d. Informasi tentang sesuatu yang sebenarnya terjadi. Gabungan dari kejadian nyata, pendapat dan pernyataan dari nara sumber e.

  Penting f. Menyangkut kepentingan orang banyak g.

  Menarik h. Mengundang orang untuk membaca (menghibur, aneh, menyentuh emosi).

  Sebagai lembaga yang dikelola secara bisnis, perusahaan penerbitan pers juga menghasilkan produk yang dijual pada masyarakat. Beda dengan produk barang lainnya, produk penerbitan pers mempunyai misi tersendiri, yaitu ikut mencerdaskan masyarakat, dan menegakkan keadilan. Itulah sebabnya, produk penerbitan pers tidak bisa dikelola dengan sembarangan. Artinya, produk yang dihasilkan harus disesuaikan dengan perkembangan kehidupan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, dimana pers tersebut melaksanakan operasinya.

  Pada dasarnya, produk jurnalistik atau isi kabar terdiri atas beberapa bagian, pertama adalah penyajian berita sebagai produk utama yang disajikan kepada pembacanya. Dengan penyajian berita, masyarakat akan tahu segala perubahan yang terjadi dan itu sangat mereka butuhkan. Dart penyajian berita inilah konsumen pers akan memperoleh banyak informasi yang dapat menambah wawasan serta mencerdaskan pemikirannya.

  Kedua adalah pandangan atau pendapat. Dalam istilah jurnalistik,

  pandangan atau pendapat irti disebut opini (opinion). Perusahaan penerbit pers, perlu menyajikan pendapat atau pandangan (opini), baik opini masyarakat (public

  opinion) , maupun opini redaksi (desk opinion). Opini adalah sarana bagi

  masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada sistem kehidupan bermasyarakat yang merupakan kontrol bagi pelaksanaan pemerintahan.

  Ketiga adalah periklanan. Isi dari periklanan int merupakan tempat

  perusahan penerbitan pers untuk menggali keuntungan. Dengan iklan dimungkinkan perusahaan surat kabar mendapatkan penghasilan tambahan, selain itu dari menjual berita rnelalui langganan dart eceran. Bahkan manajemen penerbitan pers itu bagus, iklan merupakan penghasilan utama bagi usahanya.

  Secara keseluruhan pers khususnya surat kabar bisa dilihat sebagai berikut:

  1. Pemberitaan (News getter)

  a. Pengertian Berita (Perception news)

  b. Berita Langsung (Straight news)

  Penggalian Berita (Investigative news) c.

  d. Pengemabangan Berita (Depth news)

  e.

  Pojok Karikatur

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karya W. J. Spoerwodarminta, "berita" berarti kabar atau warna, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan balai pustaka, arti berita diperjelas menjadi : "Laporan

  Berita berasal dan bahasa Sanseketrta, yakni Vrit yang dalam bahasa inggris disebut Write, yang artinya sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut Vritta, artinya "kejadian" atau "yang telah terjadi". Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.

   Pemberitaan (News getting)

   Iklan Pariwara (advetorial) 1.

  Iklan Display 2. Iklan Baris 3.

  c. Periklanan 1.

  Tajuk Rencana 2)

   Feature (Human interest news )

  b. Opini penerbit (Press opinion) 1)

  Surat Pembaca

  Artikel 3)

  Komentar 2)

  a. Pendapat masyarakat (Public opinion) 1)

  2. Pandangan atau pendapat (opinion)

a. Pengertian berita (Perception news)

  mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat". Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi. (Junaidi, 1990: 57).

  Berita terdiri dan beberapa bagian. Bagian terkecil dari berita adalah data. Data berasal dan datum, sedangkan datum diambil dan semua kejadian atau peristiwa. Untuk bisa jadi berita, data hams dibuat atau diolah lebih dahulu.

  Seseorang yang kebetulan melihat suatu kejadian atau peristiwa, orang tersebut tidak bisa dikatakan mendapat berita, tetapi disebut orang yang melihat kejadian/peristiwa. Jika orang tersebut kemudian menceritakan kejadian/peristiwa tersebut kepada orang lain secara lisan atau tertulis, orang itulah yang disebut mendapat atau mendengarkan berita.

  Sampai sekarang, masih sulit mendefinisikan berita. Para sarjana publisistik maupun jurnalistik belum merumuskan definisi berita secara pasti.

  Ilmuwan, penulis dan para pakar ilmu komunikasi memberikan definisi berita, dengan beraneka ragam, yaitu: Menurut Williard C. Bleyer, dalam bukunya "Newspaper Writing And Editing": berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar; atau karena ia dapat menarik pembaca-pembaca tersebut (Assegaf, 1991:22).

  Salah satu yang sangat terkenal adalah apa yang ditemukan oleh Jhon Bogart Kepala Desk kota Koran New York Sun, hampir seabad yang lalu Bogart menemukan kata-kata yang sering dikutip mengenai berita, yaitu : "when a dog

  ("jika ada

  bites a man, that's not news. But when a man bites a dog that is news"

  anjing menggigit orang, itu bukan berita. Namun jika ada orang menggigit anjing, itu barn berita") (Torben dan Eric, 2001:17).

  Sedangkan menurut batasan atau definisi, berita dalam arti teknis jurnalistik adalah "laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.

  Apa yang menarik perhatian pembaca haruslah terdapat dalam sebuah berita, namun dari semua itu yang terpenting adalah berita hares ditulis berdasarkan peristiwa yang faktual atau benar-benar terjadi untuk menghindari rekayasa dalam pembuatan berita karena sebuah berita riiemiliki banyak pengaruh terhadap masyarakat.

  Untuk membuat berita, paling tidak hams memenuhi dua syarat, yaitu: a. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sebagian saja.

  b.

  Berita itu hares menceritakan segala aspek secara lengkap.

  Untuk membuat berita yang baik, harus memahami unsur yang terdapat di dalam berita. Agar berita dapat menarik perhatian pembaca, perlu diperhatikan unsur-unsur seperti : aktual atau baru (termasa), jarak, terkenal, keluar biasaan, akibat, ketegangan, pertentangan, seks, kemajuan, human interest, emosi dan humor.

b. Berita langsung (straight news)

  Berita langsung adalah berita yang ditulis secara langsung. Artinya, informasi yang dituangkan dalam berita itu diperoleh langsung dari sumber beritanya. Biasanya diungkapkan dalam bentuk pemaparan (descriptive). Penulisan berita langsung lebih mengutamakan aktualitas informasinya. Informasi disini bisa berasal dari keterangan pejabat atau berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

  Jika ada seorang pejabat atau pimpinan lembaga yang memberikan keterangan tentang suatu kasus maka penjelasan-penjelasan pejabat tersebut bisa dibuat berita secara langsung tanpa ditambah informasi lainnya. Fokus pemberitaannya hanya tertuju pada penjelasan-penjelasan kasus tersebut. Jika pejabat itu beropini, maka opini pejabat bisa menjadi fakta karena opini itulah yang disebut fact in idea.

  Berita langsung biasanya dibuat dengan gaya memaparkan, yaitu suatu gaya penulisan berita yang memaparkan kejadian atau peristiwa yang terjadi, dalam keadaan apa adanya saja, tanpa ditambah dengan penjelasan. Penulisan berita ini cenderung menguraikan suatu peristiwa atau kejadian sejelas-jelasnya.

c. Penggalian berita (investigative news)

  Semua yang hidup di dunia ini pasti ada asalnya. Demikian juga dengan berita. Santa dengan kehidupan yang lain. Asal berita, kita sebut dengan sumber berita. Untuk dapat membuat berita hams ada kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa ini bisa disebut sebagai sumber berita.

  Selain peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh manusia, kumpulan dari berbagai berita bisa juga dijadikan sumber berita. Karena dari manusia dapat kita peroleh data, sedangkan pada kumpulan berita juga bisa diambil datanya, yang merupakan dasar untuk membuat berita. Sumber berita dibagi menjadi dua, yaitu sumber berita utama (primer) dan sumber berita kedua (sekunder).

  Sumber berita utama (primer) adalah kantor berita resmi dari pemerintahan dalam hal menyampaikan pengumuman, pemberitahuan, dan sebagainya. Sedangkan sumber berita kedua (sekunder) adalah media massa, seperti surat kabar, siaran radio, televisi, dan sebagainya.

  Berita harus dalam bentuk sederhana, lugas, langsung, tidak berbunga- bunga, namun kaya akan data. Berita tidak boleh bersumber pada omong kosong, isu, suara-suara halus, wangsit, cerita burung. Selain itu, berita juga hams mendapatakan dukungan data otentik, kejelasan dan segala hal yang telah diperkuat "authority". Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering disebut dengan istilah berita eksklusif. Artinya, berita tersebut jarang terjadi. Tetapi kejadian itu pada akhirnya diketahui banyak orang. Dalam menggali berita untuk mendapatkan sumber berita yang valid (dapat dipercaya) bisa dilakukan dengan tiga cara:

  1) Penulis berita menerima data atau informasi langsung dari informan,

  2) Meliput acara,

  3) Menggali berita

d. Pengungkapan berita (explanatory news)

  Explanatory news adalah pengungkapan berita atau bisa juga disebut

  sebagai berita yang menjelaskan. Artinya, dalam hal penulisan berita, data yang disajikan lebih banyak diuraikan daripada diungkap secara langsung. Explanatory

  news lebih banyak kita jumpai pada reportase berita. Bentuk penulisan ini bisa

  memadukan antara fakta dan opini. Fakta yang diperoleh dijelaskan secara rinci dengan beberapa argumentasi oleh penulisannya sendiri.

  Pengungkapan berita bisa ditulis secara panjang lebar. Jika memungkinkan bisa disajikan secara bersambung dua sampai empat kali tulisan. Karena beritanya panjang, diperlukan banyak data. Jika data yang diperoleh dari suatu peristiwa atau kejadian hanya sebatas peristiwa atau kejadian itu saja, penulis bisa melengkapi dengan data lain yang diungkapkan dan sumber lain. Tetapi data itu harus masih ada hubungan dengan berita yang ditulisnya. Dalam penulisan

  explanatory news , penulis dengan bebas memaparkan data yang baik dari orang lain maupun dad hasil penyelidikan sendiri.

e. Penjelasan berita (interpretative news)

  Interpretative news adalah bentuk berita yang penyajiannya merupakan

  gabungan antara fakta dan interpretasi. Artinya, dalam penulisan berita seperti ini, penulis boleh memasukkan uraian. Komentar dan sebagainya yang ada kaitannya dengan data yang diperoleh dan peristiwa atau kejadian yang dilihatnya. Dalam hal ini sumber berita memberikan data atau informasi yang dirasakan masih kurang jelas arti dan maksudnya. Maka penulis wajib mencarikan penjelasan terhadap arti dan maksud dan informasi tadi. Jika penulis punya banyak wawasan terhadap informasi tersebut, bisa saja penulis mengartikan atau menjelaskan apa arti dan maksud informasi yang diberikan oleh narasumber tersebut. Tetapi jika tidak punya wawasan, penulis bisa mencari penjelasan dengan mewawancarai keinbali narasumber tersebut atau dengan narasumber yang lain, namun masih tetap dalam lingkup permasalahan yang sama.

  f. Pengembangan berita (depth news)

  Pengembangan berita atau depth news, merupakan kelanjutan atau hampir sama dengan investigative news. Bedanya, jika investigative news bermula dari adanya isu atau data mentah yang kemudian dilakukan penelitian atau penggalian. Sedangkan depth news, berasal dan adanya sebuah berita yang masih belum selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan kembali.

  Lahirnya pengembangan berita ini karena banyaknya data yang didapat pada satu peristiwa, tetapi data itu tidak saling terkait meskipun topiknya sama.

  Jika data itu diungkap dengan straight news atau investigative news, rasanya sangat dangkal karena bisa berdiri sendiri-sendiri. Untuk mengatasi ini penulis berita berinisiatif mengembangkan data itu sesuai dengan klarifikasinya, dan kemudian menambah dengan data lain yang sama topiknya. Upaya inilah yang disebut dengan pengembangan berita atau depth news.

  g. Karangan khas (feature)

  adalah bagian dari penyajian berita yang cara menulisnya dapat

  Feature

  mengabaikan pegangan utama dalam penulisan berita, yaitu 5 W + 1 H. Feature sampai sekarang banyak yang mengartikan berbeda. Sebagian pendapat menganggap feature adalah karangan khas. Sebagian lain menyebut feature adalah penyajian berita yang berbentuk human interest.

  "Karangan khas (feature) dalam surat kabar sebenarnya ibarat "asinan" di dalam sajian makanan, yang tidak memberikan kalori utama. Akan tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap. Karangan khas merupakan bagian yang cukup penting sehingga surat kabar tersebut bisa memenuhi pula fungsi ketiga dari pers yang tidak dapat diabaikan, yaitu hiburan (entertainment), disamping fungsi memberi informasi dan pendidikan." (Wolseley dan Campbell, Exploring

  Journalism, Djafar H. Assegaf, Jumalistik Masa Kini) (Assegaf, 1991: 27)

  R. Amak Syarifuddin dalam bukunya Jurnalistik Praktis, membagi sembilan topik yang bisa ditulis secara feature: (1) Sketsa human interest, (2) sketsa kehidupan orang yang menarik publik, (3) Kilasan berita-berita yang menarik, (4) Dokumen otobiografi kemanusiaan yang berkaitan dengan pengalaman seseorang yang disoroti secara objektif, (5) Feature historis, (6) Sketsa perjalanan, (7) Interpretative feature, (8) artikel pengetahuan popular tentang ilmu pengetahuan, teknologi yang ditulis secara populer, dan (9)

  Giudance feature.

2. Pandangan atau Pendapat (opinion)

  Penerbitan pers khususnya surat kabar dan majalah, hampir semuanya menyediakan kolom atau rubrik untuk menampung pendapat atau pandangan (opini). Ini perwujudan dan institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Opini dalam penerbitan pers dapat berasal dan masyarakat luas yang disebut pendapat umum (public opinion) dan yang berasal dari penerbitannya sendiri dinamakan reedaksi (desk opinion). Opini terbagi atas:

a. Pendapat umum (public opinion)

  Pendapat umum (public opinion) adalah pendapat, pandangan atau pemikiran lain dan masyarakat luas, untuk menanggapi atau membahas suatu permasalahan yang dimuat dalam penerbitan pers. Yang dimaksud dengan masyarakat luas adalah orang-orang yang bukan pengelola penerbitan pers itu sendiri. Pendapat biasanya disajikan dalam 3 bentuk, yaitu:

  1) Komentar

  Pendapat, pandangan atau pemikiran yang disampaikan oleh masyarakat khusus menanggapi terjadinya suatu peristiwa, kejadian, atau kebijakan pemerintah yang dimuat dalam penerbitan pers. Komentar ini dilakukan oleh perseorangan dan bersifat individu. Bisa jadi individu tersebut mewakili suatu lembaga. Tetapi fokus pandangannya tetap tertuju pada satu masalah yang dibahasnya.

  2) Artikel

  Artikel adalah opini masyarakat yang dituangkan dalam tulisan tentang berbagai soal, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi bahkan olah raga. Bedanya dengan komentar, tulisannya terfokus untuk menanggapi atau mengomentari nuansa/fenomena dari suatu permasalahan yang terjadi. Sedangkan artikel, penulisannya tidak sekedar mengomentari masalah, tetapi bisa juga mengajukan pandangan, pendapat atau pemikiran lain, baik yang sudah banyak diketahui masyarakat maupun yang belum diketahui.

  3) Surat pembaca

  Surat pembaca (letter to the editor) adalah opini publik yang cukup menarik dalam penerbitan pers. Surat pembaca ini pula dijadikan sebagai umpan balik (feedback) bagi pengelola penerbitan pers untuk mengetahui sejauhmana berita atau informasi yang disajikan itu dibaca/ditanggapi pembacanya. Karena pengirim surat pembaca ini adalah publik yang pada umumnya adalah pelanggan atau pembaca maka masalah yang ditulisnya beraneka ragam, terutama yang menyangkut dengan kehidupan mereka. Penulis surat pembaca hams menyertakan identitas din dan mau dimuat bersama dengan pemuatan suratnya. Surat pembaca seringkali dijadikan sarana berkomunikasi antar sesama pelanggan.

b. Opini penerbit (desk opinion)

  Opini penerbit (desk opinion) adalah pandangan, pendapat atau opini dan redaksi terhadap sesuatu masalah yang terjadi ditengah masyarakat, dan dijadikan sajian dalam penerbitannya. Itu sebabnya, opini penerbit sering juga disebut sebagai "Suara Redaksi". Yang mempunyai hak menulis adalah pemimpin redaksi dan masing-masing penerbitan pers. Tetapi pada pelaksanaannya seringkali pemimpin redaksi tersebut melimpahkan atau menugaskan orang lain. Penulisan opini penerbit ini bisa digunakan untuk menjelaskan informasi yang disajikan, mengkritik kebijakan penguasa, memberikan gambaran suasana yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Opini penerbit biasanya ditulis dalam beberapa bentuk, seperti: Tajuk rencana, Pojok, Catatan kecil, dan Karikatur.

1) Tajuk rencana

  Tajuk rencana, ada juga yang menyebutnya sebagai "Catatan Redaksi", atau bisa juga disebut "Editorial". Tajuk rencana adalah merupakan sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Menulis tajuk memerlukan situasi atau kejadian dalam pemberitahuan sehari-hari. Tajuk rencana tidak bisa mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung. Tajuk rencana juga menggambarkan falsafah dan pandangan hidup dari penerbitnya. Sikap itu bisa eksplisit atau implisit.

  Tajuk rencana biasanya ditulis secara panjang, untuk memberikan kesempatan kepada penulisannya memasukkan analisis dan menguraikan permasalahan yang ingin diungkapkannya. Jenis tajuk rencana antara lain:

  1. Meramalkan (forcasting)

  2. Memaparkan (interpretating) 3.

   Mengungkapkan (explorating) 2) Pojok

  Pojok adalah opini yang penyajiannya dilakukan secara humor. Sentilan lucu terhadap sesuatu yang dimuat dalam penerbitannya. Beda dengan tajuk, pojok ditulis amat singkat, lugas, menohok, tetapi tidak (kehilangan ketepatan dan antisipasi permasalahannya yang di "Pojok" kan. Penulis pojok bisa dilakukan oleh pemimpin redaksi, wartawan senior, atau orang lain yang bisa mewakili penerbitannya.

  3) Karikatur

  Karikatur (carricature/cartoon) adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula karikatur ini hanya selingan atau ilustrasi belaka. Tetapi perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambargambar lucu dan menarik.

  Beda dengan tajuk rencana maupun pojok, pembuat karikatur ini bukan oleh pemimpin redaksi atau wartawan senior, tetapi oleh orang-orang khusus yang bisa menggambar secara kontinyu. Namun demikian, ide dari kritik yang digambarkan itu tetap berasal dari redaksi. Bisa jadi kartunis (istilah penggambar karikatur) adalah orang luar yang mendapat kepercayaan khusus dari redaksi atau orang tersebut memang diangkat menjadi karyawan penerbitannya, khusus membuat gambar-gambar karikatur.

c. Periklanan (advertisement)

  Periklanan adalah kegiatan memasok penghasilan bagi perusahaan pers dengan jalan menjual kolom-kolom yang ada pada surat kabar atau majalah dalam bentuk advertensi (advertising). Iklan nerupakan sumber pendapatan sampingan (selain menjual berita) bagi perusahaan penerbitan pers. Jika dikelola dengan baik, iklan dapat menjadi penghasilan utama yang sangat menunjang bagi bisnis media massaa cetak.

  Dilihat dan bentuknya, iklan pada penerbitan surat kabar atau majalah dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu:

a. Iklan display

  Iklan display memakai ukuran milimeter/kolom. Ukuran ini pula yang menentukan harganya. Misalnya harga iklan Rp. 15.000,- per mm/kolom. Artinya harga tersebut adalah untuk ukuran tiap satu milimeter, dalam satu kolom. Cara menghitungnya, milimeter dihitung dari ujung bagian atas iklan, kebagian bawah. Iklan display itu sendiri sebenarnya masih dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: iklan display biasa, dispaly keluarga dan display koloman.

b. Iklan baris

  Iklan baris adalah iklan yang hanya terdiri dari baris huruf-huruf. Iklan baris bisa dalam beberapa bentuk, seperti "iklan baris dengan huruf biasa". "iklan baris dengan huruf lebih besar", "iklan baris positif" atau "iklan baris negatif (dasar hitam tulisan putih)". Iklan baris jumlah kata-kata yang diiklankan dibatasi barisnya dalam satu kolom. Misalnya minimal 4 baris, maksimal 8 atau 10 baris.

c. Iklan pariwara

  Pariwara, iklan yang berbentuk berita atau artikel. Itu sebabnya pariwara disebut juga sebagai advertorial. Istilah advertorial merupakan gabungan dari kata advertensi dan editorial. Sedangkan bentuk iklan pariwara antara satu surat kabar dengan surat kabar lainnya berbeda. Ini ada kaitannya dengan gaya penulisan berita pada masing-masing media cetak. Biasanya bentuk penyajian iklan pariwara ditentukan pada saat penawaran dan masing-masing media cetak.

2.3 Pengertian Headline

  Pada hakikatnya headline merupakan intisari dari berita. Dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakannya. Karena berita yang harus disajikan itu banyak dan masing-masing berita harus bisa diminati dan dinikmati pembaca, pendengar atau penontonnya, maka headline pun dibuat tidak seragam. Diusahakan agar masing- masing berita dapat ditonjolkan lain dari yang lainnya.

  Headline selain memiliki pengertian sebagai judul berita atau intisari dari

  berita, headline juga memiliki pengertian sebagai berita yang menjadi laporan utama, yang letaknya dihalaman paling depan, dan judul beritanya dicetak lebih besar dari pada kerangka ceritanya yang nantinya menentukan minat khalayak untuk membaca atau tidak (Itule & Anderson, 2003).

  Variasi penyajian headline diusahakan agar khalayak tertarik untuk menikmati pemberitaannya. Dengan demikian headline pun berfungsi untuk memanggil khalayak agar mau membaca, mendengar atau menontonnya. Dalam hal ini kita mengenal berbagai bentuk headline didasarkan pada kepentingan berita, keserasian (susunan) baris (deck) headline-nya, tipografi dan penempatan beritanya (dalam surat kabar atau majalah) (Suhandang, 2004, p.116).

  Menurut Suhandang (2004,p.116), terdapat empat jenis headline, dimana masing-masing headline memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Berikut adalah penjelasan keempat jenis headline tersebut: 1.

  Banner Headline, untuk berita yang sangat atau terpenting. Headline dimaksud dibua dengan jenis dan ukuran huruf yang mencerminkan sifat gagah dan kuat, dalam arti hurufnya terbesar dan lebih tebal ketimbang jenis headline lainnya, serta menduduki dari empat kolom surat kabar.

  2. Spread Headline, untuk berita penting. Headline dimaksud tampak lebih kecil ketimbang jenis banner headline tadi. Maksudnya, besar dan tebal hurufnya kurang dari jenis yang pertama, namun lebih besar daripada

  . Tempat yang diperlukannya pun hanya tiga atau empat

  secondaryheadline kolom saja.

  3. Secondary Headline, untuk berita yang kurang penting. Headline jenis ini tampak lebih kecil lagi dari spread headline, tetapi lebih besar dari

  subordinated headline , baik ukuran maupun ketebalan hurufnya. Demikian pula tempat yang diperlukannya hanya dua kolom saja.

  4. Subordinated headline, untuk berita yang dianggap tidak penting.

  Kehadirannya kadang-kadang dibutuhkan untuk menutup tempat kosong pada halaman yang bersangkutan. Kosong dalam arti sisa tempat pada halaman yang bersangkutan. Kosong dalam arti sisa tempat pada halaman yang memuat berita-berita lain yang dianggap kurang penting sampai dengan yang terpenting. Karena itu tempatnya pun cukup satu kolom saja dengan ukuran huruf dan ketebalannya lebih rendah ketimbang jenis lainnya.

  Didasarkan pada keserasian baris (deck), kita mengenal enam bentuk

  headline masing-masing: 1.

  Cross Line Headline, yaitu headline yang terdiri dari satu deck.

  2. Pyramide Headline, yaitu headline yang lebih dari satu deck dan disusun pyramid.

  3. Inverted Pyramide Headline, yaitu headling yang terdiri dari beberapa deck dan disusun sedemikian rupa membentuk piramid terbalik.

  4. Flush Left Headline, yaitu headline yang terdiri dari bebrapa deck dan disusun dengan tepi sebelah kiri rata.

  5. Flush Right Headline, kebalikan dari Flush Left Headlin, yaitu headline yang terdiri dari bebrapa deck dan disusun dengan tepi sebelah kanannya rata.

  6. Hanging Idention Headline, yaitu headline yang terdiri dari tiga deck atau lebih dimana deck pertama merupakan deck terpanjang dan deck-deck berikutnya sama panjang namun lebih pendek daripada deck pertama serta disusun seolah-oleh menggantung pada deck pertama.

  Dari segi tipografinya kita mengenal headline dalam tujuh macam, yaitu: 1. Red In Headline atau disebut juga Astonisher Headline, yaitu headline yang diberi garis bawah.

  2. Rocket Headline, yaitu headline yang dicetak lebih kecil dan pendek serta ditempatkan dibawah atau diatas headline yang besar dan panjang.

  3. Contrast Headline, yaitu Headline yang menggunakan jenis dan ukuran huruf yang berbeda diatara baris (deck) nya.

  4. Big Part Mental Headline, yaitu headline yang diberi bingkai penuh.

  5. Modified Boxed Headline, yaitu headline yang diberi bingkai tidak penuh.

  6. Jump Headline, yaitu headline yang digunakan sebagai judul dari sambungan berita yang ditempatkan dihalaman lain. Biasanya cukup dengan kata awal dari judul aslinya.

  Khusus bagi headline dari berita yang harus menempati bagian teratas (biasanya sebelah kanan) dari halaman surat kabarnya, kita kenal dengan sebutan

  Hal tersebut dibuat bukan didasarkan kepada kepentingan Top Headline. beritanya, melainkan atas perimbangan bahwa berita dimaksud harus (minta) dibaca lebih dahuli. Pertimbangan tersebut diambil berdasarakan kebiasaan mata pembaca selalu bergerak dari kanan atas halaman objek bacaanya, apabila hendak mancari sasaran bacaannya.

2.4 Pengertian Analisis Isi

  2.4.1 Definisi Analisis Isi

  Analisis isi menurut Kerlinger, “merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak” (Wimmer & Dominick, 2003, p.141). dengan metode ini penulis bisa menganalisis isi pesan yang tampak dalam suatu pemberitaan di media dengan tepat.

  Pertama, analisis secara sistematik berarti isi yang di analisis dipilih berdasarkan aturan yang telah ditetapkan secara eksplisit dan konsisten. Kedua, analisis bersifat objektif yakni opini penulis tidak dapat dimasukkan dalam penelitian. Dan bila penelitian ini dianalisa oleh penulis lain, harus menghasilkan hasil yang sama. Dan ketiga, analisis isi disusun secara kuantitatif yaitu analisis isi lebih mementingkan data statistik angka yang akurat dari pada opini.

  2.4.2 Prinsip Analisis Isi

  Analisis isi memiliki beberapa prinsip dalam penerapannya. Rachmat Kriyantono (2006, p.229) menjelaskan sebagai berikut: a.

  Prinsip Sistematik Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Penulis harus menganalisis keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti.

  b.

  Prinsip Objektif Hasil analisis tergantung pada prosedur penelitian bukan pada penelitinya.

  Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walau penelitinya beda. c.

  Prinip Kuantitatif Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk menggambarkan berbagai jenis isi yang didefenisikan.

  d.

  Prinsip isi yang nyata Hasil penelitian adalah pesan yang tersurat atau tampak, bukan makna yang dirasakan penulis.

2.4.3 Tujuan Analisis Isi

  Tujuan Analisis isi yang dikemukakan Wimmer & Dominick (2003,p.141- 143) sebagai berikut: a.

  Menggambarkan isi Komunikasi Analisis isi digunakan untuk mengidentifikasi suatu hal yang terjadi.

  Selain itu juga bisa digunakan untuk mempelajari perubahan sosial dimasyarakat.

  b.

  Menguji Hipotesis tentang karakteristik pesan Analisis isi digunakan dalam berbagai studi dengan bentuk hipotesis: bila suatu sumber memiliki karakteristik A, maka hasilnya adalah pesan dengan elemen x dan y; dan bila suatu sumber memiliki karakteristik B, maka hasilnya adalah pesan dengan elemen w dan z.

  c.

  Membandingkan isi media dengan dunia nyata Sebagian besar analisis isi merupakan reality check dimana potret dari suatu kelompok, fenomena, cirri atau karakteristik dinilai melawan standar dari kehidupan yang nyata. d.

  Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat.

  Analisis isi digunakan untuk menilai perubahan pada kebijakan media terhadap kelompok tertentu, untuk membuat kesimpulan tentang responsitas media dalam cara pemberitaan yang lebih baik atau untuk mendokumentasi kecenderung sosial.

  e.

  Mendukung studi efek media massa Analisis isi juga digunakan dalam studi agenda setting. Analisis isi media yang relevan adalah penting agar dapat menentukan pentingnya topic berita.

2.5 Konsep Objektivitas Berita

  Berita merupakan sebuah pemberitahuan tentang fakta atau ide dengan dalam periode tertentu, yang dipilih oleh redaksi suatu surat kabar untuk di siarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca karena ia luar biasa, atau karena penting dan akibat yang ditimbulkannya, atau kerena mencakup human interest, emosi dan ketegangan (Assegaf, 1991:24).

  Oleh karena itulah, dalam melaporkan sebuah berita haruslah bersifat objektif, tidak ada pencampuran antara fakta dan opini. Objektivitas adalah prinsip yang sering kali hanya dihubungkan dengan isi. Prinsip tersebut tidak dapat diteliti secara isi dan secara langsung baik pada tingkat masyarakat maupun tingkat organisasi media, meskipun pandangan para komunikator media tentang prinsip itu tetap ada kaitannya dengan pengujian.

  McQuail (1987) menambahkan objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh wartawan sendiri. Prinsip tersebut sangat dihargai dalam kebudayaan modern, termasuk berbagai bidang di luar bidang media massa, terutama dalam kaitannya dengan rasionalitas ilmu pengetahuan dan birokrasi. Objektivitas mempunyai korelasi dengan independensi, prinsip tersebut sangat dihargai bilamana kondisi keanekaragaman mengalami kemunduran, yaitu kondisi yang diwarnai oleh semakin menurunnya jumlah sumber dan uniformitas (situasi monopoli semakin tampak).

  Semakin banyak tipe media independent, semakin banyak pula dukungan terhadap prinsip pluralitas. Objektivitas sangat dihargai bilamana kondisi pluralitas mengalami kemunduran, yaitu kondisi yang diwarnai makin menurunnya jumlah sumber dan kian meningkatknya uniformitas. Objektivitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas.

  Namun persoalan objektivitas itu sendiri bukan tanpa kontroversi. Setidaknya ada dua pandangan dominan mengenai objektivitas ini. Salah satu perdebatan bermutu yang mewakili dua pandangan adalah perdebatan yang melibatkan John C.Merril dan Everette E. Dennin (Kupas 2001:17).

  Merril berpendapat objektivitas jurnalisme itu omong kosong dan mustahil. Hal ini karena semua kerja jurnalistik pada dasarnya adalah subjektif.

  Mulai dari pencarian berita, peliputan, penulisan, sampai editing berita. Nilai-nilai subjektif wartawan ikut memberi pengaruh dalam semua proses kerja jurnalistik.

  Kenapa suatu peristiwa diliput, siapa yang diwawancara, apa yang ditanyakan, kemana kecenderungan berita ditulis, bagian mana yang dihilangkan, bagian mana yang ditonjolkan, semua proses tersebut adalah pertimbangan subjektif, bukan objektif. Karena itu peliputan dua sisi adalah mitos karena pada dasarnya wartawan bukan robot yang mengambil fakta berdasarkan pertimbangan- pertimbangan objektif.

  Sebaliknya, Everette E. Dennis mengatakan bahwan objektivitas jurnalisme itu sesuatu yang mungkin, bukan mutahil (Kupas, 2001:18). Karena semua proses kerja jurnlistik pada dasarnya dapat diukur dengan nilai-nilai objektif. Misalnya memisahkan fakta dan opini, menghindari pandangan emosional dalam melihat peristiwa dan memberitakan prinsip keseimbangan, keadilan dan melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya objektivitas jurnalisme mungkin dilakukan jika mengadopsi metode dan prosedur yang dapat membatasi subjektivitas wartawan atau editor.

  Prosedur ini diterapkan baik pada tingkat peristiwa yang diliput (ada pertimbangan ojektif dan rasional mengapa meliput suatu peristiwa), mencari data (dari mana data akan diambil) sampai menulis (kata-kata apa yang dipakai) dan editing tulisan (apa alasan menempatkan bertita menjadi headline) dan sebagainya. Meskipun kedua ahli ini berbeda pandangan dalam hal objektivitas media, keduanya mempunyai pandangan yang sama dalam hal standar jurnalisme.

  Pada akhirnya keberpihakan media tidak boleh melupakan standar baku jurnalisme-fairness, balance dan cover both side.

  Westersthal (1983) mengembangkan kerangka konseptual dasar bagi meneliti dan mengukur objektivitas pemberitaan yang kemudian dirinci lebih lanjut oleh McQuail:

  

Kerangka Konseptual Ojektivitas

Pemberitaan

Faktualitas Dimensi Kognitif Impartiality Dimensi Evaluatif

1. Faktual

  1. Neutrality

  2. Balance

  a. Fakta Sosiologis a.

  1. Equal Proportional Non Evaluatif

b. Fakta Psikologis (opini & fakta) (Cover Both Side)

b.

  2. Even Handed Non Sensational

  2. Accuracy (kesesuaian judul dan Evaluation

  a. Check dan recheck isi, dramatisasi) (Evaluasi sisi positif dan negative)

  3. Relevansi

  1. Significant

  2. Magnitude

  3. Prominance

  4. Timeliness

  5. Proximity

2.6 Objektivitas Pemberitaan

  Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tak berpihak dan berimbang. Indikator yang digunakan adalah dimensi truth (yakini tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bias diandalkan/realible); relevansi (yakni tingkatan sejauh mana relevansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik/newsworthiness); dan ketidak berpihakan (impartiality) yakni tingkatan sejauhmana fakta-fakta yang diberitakan bersifat netral dan berimbang. Menurut Siahaan, et,at., (2001,p.100-102). Objektivitas pemberitaan diukur dengan indikator-indikator:

2.6.1. Dimensi Truth:

  Dimensi truth terdiri dari faktual dan accuracy. Kefaktualan merupakan penyajian berita seperti apa adanya, tidak ditambahi maupun dikurangi sehingga bersifat original. Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa komentar.

  a.

  Sifat fakta (factualness), adalah sifat fakta bahan buku berita, yang terdiri dari dua kategori: Fakta sosiologis adalah pemberitaan yang bahan bakunya berupa peristiwa/kejadian nyata/faktual.

  Fakta psikologis adalah berita yang bahan bakunya berupa interpretasi subjektif (pernyataan/opini) terhadap fakta kejadian/gagasan.

  b.

  Akurasi adalah kecermatan atau ketepatan fakta yang diberitakan.

  Indikator yang digunakan adalah check and recheck , yakni mengkonfirmasi / menguji kebenaran dan ketepatan fakta kepada subjek, objek, atau saksi berita sebelum disajikan.

2.6.2 Dimensi Relevansi

  Relevansi lebih sulit ditentukan dan dicapai secara objektif. Namun demikian, pada dasarnya relevansi sama pentingnya dengan kebenaran dan berkenaan dengan proses seleksi, bukannya dengan bentuk atau penyajian. Relevansi juga mengisyaratkan perlunya proses seleksi yang dilaksanakan menurut prinsip penggunaan yang jelas demi kepentingan calon penerima dan masyarakat menurut Nondenstreng (dalam Mc Quail, 1996:33).

  Secara umum dapat dikatakan bahwa apapun yang paling berkemungkinan untuk mempengaruhi masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, dan sangat bergunan untuk mereka ketahui, harus dipandang sebagai lebih memiliki relevansi. Relevansi diukur melalui indikator kelayakan berita (newsworthiness), yakini significance, magnitude, prominence, timeless, dan proximity (geografis dan psikologis).

  a.

  Significance adalah fakta yang mempengaruhi kehidupan orang banyak atau berakibat terhadap kehidupan khalayak pembaca.

  b.

  Prominence adalah keterkenalan fakta/tokoh c. Magnitude adalah kebesaran fakta yang berkaitan dengan angka-angka yang berarti, atau fakta yang berakibat bisa di jumlahkan dalam angka yang menarik bagi pembaca.

  d.

  Timeliness adalah fakta yang baru terjadi atau diungkap.

  e.

  Proximity geografis adalah fakta kejadian yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mayoritas khalayak pembaca.

  f.

  Proximity psikologis adalah fakta kejadian yang memiliki kedekatan emosional dengan mayoritas khalayak pembaca.

2.6.3 Ketidakberpihakan (impartiality)

  Ketidakberpihakan adalah tingkatan sejauh mana evaluasi subjektivitas (penilaian, interpretasi, dan opini pribadi) wartawan tak terlibat dalam memproses fakta menjadi bertita. Indikator yang digunakan: a.

  Netralitas adalah tingkatan sejauh mana sikap tak memihak wartawan dalam menyajikan berita. Netralitas diukur dengan indikator : Pencampuran opini dengan fakta adalah opini/pendapat pribadi wartawan masuk ke dalam berita yang disajikan.

  Kesesuaian judul dengan isi adalah kesesuaian substansi judul berita dengan isi /tubuh berita.

  Dramatisasi adalah penyajian fakta secara tidak proporsional sehingga memunculkan kesan berlebihan (menimbulkan kesan ngeri, kesal, jengkel, senang, simpati, antipati, dan sejenisnya).

  b.

  Balance adalah keseimbangan dalam penyajian aspek-aspek evaluative (pendapat, komentar, penafsiran fakta oleh pihak-pihak tertentu) dalam pemberitaan. Balance diukur dengan indikator:

  Cover both sides adalah menyajikan dua/lebih gagasan/tokoh atau pihak-pihak yang berlawanan secara bersamaan dan proporsional.

  Nilai imbang (even handed-evaluation) adalah menyajikan evaluasi dua sisi (aspek negatif dan positif) terhadap fakta maupun pihak- pihak yang menjadi berita secara bersamaan dan proporsional. Dalam beberapa media tidak jarang wartawan memasukkan opini atau sudut pandangnya sendiri tentang suatu permasalahan. Persoalannya kemudian adalah emosional dapat menggusur objektivitas suatu berita. Seperti yang dikatakan Merril, objektivitas berita dapat dicapai melalui 3 cara. Pertama, pemisahan fakta dan pendapat. Kedua, menyajikan pandangan terhadap berita tanpa disertai dimensi emosional. Ketiga, berusaha untuk jujur dan seimbang, memberikan kesempatan kepada seluruh pihak untuk menjawab dalam cara memberikan informasi kepada khalayak (Sudibyo, 2001:73).

  Betapa pun sulitnya membayangkan sebuah berita dapat objektif terhadap semua pihak dan fakta-fakta yang ada, objektivitas tetap perlu dijadikan tolak ukur utama dalam menilai sebuah berita. Menurut Entman, secara teoritik objektivitas membatasi wartawan untuk tidak melukiskan realitas menurut kepentingan sendiri, mencegah kalangan media memperngaruhi pikiran dan perilaku politik masyarakat. Dampak atau pengaruh setiap berita harus terlahir dari fakta yang digambarkan, dan bukan dari jurnalis-jurnalis yang dimasukkan ke dalam penulisan berita.

  Serangkaian prosedur harus dilakukan oleh wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai objektif. Berbagai prosedur itu terinternalisasi dalam pikiran dan dipraktikan dalam praktik produksi berita wartawan. Tuchman menyebut paling tidak ada empat strategi dasar. Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul. Wartawan harusnya menampilkan fakta, tetapi fakta yang dimaksud kadang sukar ditemukan. Kadang-kadang apa yang disebut fakta, bukan fakta tetapi apa yang orang katakan tentang fakta. Kedua, menampilkan fakta- fakta pendukung. Prosedur lain objektivitas yang dapat dikenali dalam tulisan adalah ada fakta-fakta pendukung dalam tulisan. Fakta-fakta pendukung tersebut berfungsi sebagai argumentasi, apa yang disajikan wartawan bukanlah khayalan dan opini pribadi wartawan. Ketiga, pemakaian kutipan pendapat. Prosedur standar lain adalah adanya pemakaian kutipan untuk menyatakan bahwa apa yang disajikan benar-benar bukan pendapat pakar politik tertentu. Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Bagian lain dari tulisan yang objektif adalah menyusun berbagai komentar, aneka informasi, beragam fakta kedalam tata susunan berita tertentu.