BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian ASI Eksklusif - Hubungan Sosial Budaya Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian ASI Eksklusif

  ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau menganti dengan makanan atau minuman lain (Kemenkes RI, 2010). ASI eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, disamping menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes) ASI perah juga diperbolehkan (Depkes RI, 2007). ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa dicampur dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim.

  (Maryunani, 2008).

  Pemberian ASI sampai usia bayi berumur 6 bulan disebabkan sistem imun bayi pada 6 bulan pertama belum sempurna apabila diberikan makanan tambahan, pemberian makanan tambahan sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap untuk mengolah kandungan dari makanan. Sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi, menunda memberikan makanan tambahan sampai bayi berusia 6 bulan melindungi bayi dari obesitas dikemudian hari (Nelson, 2005).

  14

2.1.1. Keuntungan Menyusui Eksklusif

  a. Memberi nutrisi yang optimal dalam hal kualitas dan kuantitas bagi bayi. Dalam ASI terkandung kolostrum, yang merupakan cairan kental dan berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga kehamilan kolostrum dikeluarkan pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Kolostrum sangat penting bagi bayi, karena : kolostrum pada hari pertama sampai hari ke-empat, merupakan cairan emas yang istimewa, kaya akan nutrisi dan antibodi, kolostrum menjadi nutrisi dan melindungi terhadap infeksi dan alergi. Kolostrum merupakan cairan emas yang mengandung 10-17 kali lebih banyak dari ASI biasa/matur (Maryunani, 2008). Memberikan imunisasi pertama, ASI dapat dikatakan “cairan hidup” yang melindungi bayi dari infeksi. Pada tahun pertama kehidupan bayi, sistem kekebalan bayi belum sepenuhnya berkembang dan tidak bisa melawan infeksi seperti halnya pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, maka bayi memerlukan perlindungan dari ibunya. ASI mengandung sel-sel darah putih, sejumlah faktor anti-infeksi yang dapat melindungi bayi terhadap infeksi. ASI juga mengandung antibodi terhadap berbagai infeksi yang pernah di alami ibunya. ASI merupakan “Cairan Hidup” yaitu apabila ibu terserang penyakit infeksi maka sel darah putih yang terdapat dalam tubuh menjadi aktif dan menciptakan antibodi terhadap infeksi tersebut untuk melindungi ibu serta sebagian sel darah putih mengalir ke payudara ibu dan membentuk antibodi dan kemudian dikeluarkan bersama ASI untuk melindungi bayi Kolostrum memiliki efek pencahar yang berfungsi untuk membersihkan usus bayi dari mekonium (tinja pertama bayi yang berwana kehitaman). Hal ini membersihkan bilirubin dari usus membantu mencegah bayi kuning/ikterus.

  Kolostrum

  juga mengandung zat yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan, yang membantu proses pengembangan organ usus bayi yang belum berkembang sempurna setelah bayi dilahirkan. Karena itu kolostrum membantu bayi terhindar dari alergi dan keadaan tidak tahan (intoleransi) terhadap makanan lain. Di samping itu kolostrum lebih kaya vitamin dari pada ASI matur. Khususnya vitamin A. Vitamin A membantu meringankan infeksi berat yang mungkin di derita bayi (Depkes RI, 2007).

  b. Meningkatkan Kecerdasan secara :

  1. Asuh (fisik-biomedis) ASI mengandung zat gizi dengan fungsi spesifik untuk pertumbuhan otak:

  a). Korg-chain Polyunsaturated Fatty Acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak dan retina.

  b). ASI mengandung asam lemak esensial yang tidak terdapat didalam susu sapi atau susu formula. Asam lemak esensial ini dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan mata bayi. Serta kesehatan pembuluh darah. Selain itu, asam lemak terdiri dari Asam lemak Linoleat yang merupakan

  precursor Decosahexaenoic Acid

  (DHA) dan Arachidonic Acid (AA). ASI juga mengandung enzim lipase yang membantu mencerna lemak. Enzim ini tidak terdapat didalam susu hewan atau susu formula. Sehingga lemak yang terdapat dalam ASI dicerna sempurna dan digunakan lebih efesien oleh tubuh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi atau susu formula (Depkes RI, 2007).

  c). Cholestrol untuk myelininsasi jaringan syaraf.

  d). Taurin neurotransmiter inhibitor dan stabilisator membrane.

  e). Laktosa untuk pertumbuhan otak.

  f). Choline yang mungkin meningkatkan memori.

  2. Asah (stimulasi/pendidikan) Menurut Roesli dalam Maryunani (2008) menyusui secara eksklusif merupakan stimulasi awal dimana pandangan, belaian, usapan, kata-kata ibu waktu menyusui memenuhi kebutuhan awal dari pendidikan/kebutuhan stimulasi atau kebutuhan rangsangan.

  3. Asih (fisk-biomedis) Bayi yang disusui eksklusif, dipijat, sering didekap, dibelai, membuat bayi merasa aman, terlindung dan dicintai. Bonding yang baik merupakan dasar terbentuk hubungan yang erat dan penuh kasih sayang yang membuat ibu merasa sangat puas secara emosional (Depkes RI, 2007). Bayi tumbuh menjadi manusia mencintai sesamanya/spiritual yang baik, menyusui dini merupakan latihan bersosialisaasi dini dengan membentuk emosional stabil (Maryunani, 2008).

2.1.2. Manfaat ASI Eksklusif

  Menurut (Maryunani, 2008) manfaat ASI eksklusif bagi bayi adalah sebagai berikut :

  1. ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi.

  2. Secara alami, ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi (seperti bayi prematur, ASI memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding ASI untuk bayi yang cukup bulan).

  3. ASI juga bebas kuman karena diberikan secara langsung.

  4. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

  5. ASI lebih mudah di cerna dan diserap oleh usus bayi.

  6. ASI mengandung banyak kadarselenium yang melindungi gigi dari kerusakan.

  7. Menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu membentuk otot pipi yang baik.

  Maryunani (2008) juga menjelaskan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu diantaranya adalah : a. Manfaat ASI eksklusif bagi ibu

  1. Membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran.

  2. Membantu menunda kehamilan baru, pemberian ASI eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi selama 6 bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya

  ovulasi /pematangan telur sehingga menunda kesuburan.

  3. Melindungi kesehatan ibu antara lain : mencegah kanker payudara karena pada saat menyusui hormon estrogen mengalami penurunan, sementara itu tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi dan inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan progeseron.

  4. Membantu ibu dan bayi dalam mengembangkan hubungan kasih sayang yang erat (bonding) serta memberi rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya

  5. Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli

  b. Keunggulan ASI eksklusif terhadap susu lainnya menurut (Depkes RI, 2007) sebagai berikut :

  1. Aspek Gizi

  a). Mengandung zat gizi berkualitas tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

  b). Zat gizi dalam ASI mudah dicerna dan serap secara efektif.

2. Aspek Imunologis a). ASI mengandung zat gizi anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

  b). Mengandung IgA, Laktoferin, Lysozim, faktor Bifidus dan lain-lain yang mampu menjaga daya tahan tubuh bayi.

  3. Aspek Kecerdasan ASI mengandung Taurin, Docosahexaenoic Acid (DHA) danArachidonic

  Acid

  (AA) yang cukup untuk menjamin pertumbuhan dan tingkat kecerdasan (IQ) bayi yang diberikan ASI lebih tinggi daripada bayi yang diberikan susu formula. (Kemenkes RI, 2011) Keunggulan ASI karena mengandung AA dan DHA untuk “Building Bloc”otak yang siap pakai

2.1.3. Komposisi ASI

  Komposisi ASI tidak selalu sama. Komposisi ASI bervariasi menurut usia bayi, menurut awal hingga akhir proses menyusui, menurut diantara waktu-waktu menyusui dan menurut waktu berlainan pada malam hari dan siang hari.

  a. Komposisi ASI dari hari ke hari

  1. Kolostrum (Susu Jolong)

  a) Kolostrum adalah ASI khusus berwarna kekuningan, agak kental dan diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan. Kolostrum (IgG) dari bahasa latin colostrums atau jolong adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari kelahiran bayi. pada hari ke 2 dan 3 ASI dalam bentuk kolostrum diproduksi lebih banyak dan payudara terasa penuh, keras dan berat. Sebagian orang menyebut kondisi ini “coming-in” (ASI mulai keluar) Kolostrum akan dihasilkan selama 5-7 hari.

  b) Kolostrum lebih banyak mengandung anti bodi dan protein anti- infeksi lainnya dibandingkan ASI matur/matang. Hal ini merupakan alasan mengapa kolostrum lebih banyak mengandung sel protein dibanding ASI matur/matang.

  c) Kolostrum lebih banyak mangandung sel darah putih dibandingkan dengan ASI matur/matang. Protein anti infeksi dan sel darah putih merupakan imunisasi pertama yang diperoleh bayi setelah dilahirkan dan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. Kolostrum membantu mencegah bakteri yang berbahaya penyebab penyakit infeksi pada bayi baru lahir. Disamping itu zat antibodi pada kolostrum dapat mencegah bayi dari kemungkinan timbulnya alergi.

  d) Kolostrum memiliki efek pencahar yang berfungsi membersihkan usus bayi dari mekonium (tinja pertama bayi yang berwarna kehitaman). Hal ini membersihkan bilirubin dari usus dan membantu mencegah bayi kuning/ikterus.

  e) Kolostrum mengandung zat yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan, yang membantu proses pengembangan organ usus bayi yang belum berkembang sempurna setelah bayi dilahirkan. Karena itu kolostrum membantu bayi terhindar dari alergi dan keadaan tidak tahan (intoleransi) terhadap makanan lain.

  f) Kolostrum lebih kaya vitamin dari pada ASI matur/matang, khususnya vitamin A. Vitamin A membantu meringankan infeksi berat yang mungkin di derita bayi. Karena ini sangat penting bagi bayi untuk memperoleh

  kolostrum

  sebagai makanan pertama. Kolostrum sudah tersedia dalam payudara ibu ketika bayi dilahirkan. Kolostrum mengandung semua zat yang dibutuhkan bayi baru lahir sebelum ASI matur/matang dihasilkan.

  2. ASI Peralihan

  a. ASI yang diproduksi pada hari ke delapan sampai dengan hari keempat belas b. Kadar protein berkurang sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat.

  c. Volume ASI semakin meningkat.

  3. ASI Matur/Matang

  a. Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke 14 dan seterusnya, komposisi relative konstan.

  b. Komposisi ASI dari menit ke menit ASI yang diproduksi pada awal proses menyusui disebut susu awal

  (foremilk)

  adalah ASI yang lebih bening, Susu akhir (hind milk) adalah ASI yang lebih putih, diproduksi pada akhir proses menyusui, perbedaan jenis ASI antara kolostrum dengan ASI Matur adalah kolostrum lebih banyak mengandung protein di banding ASI Matur sedangkan susu akhir mengandung lebih banyak lemak dibandingkan susu awal.

  Lemak yang lebih banyak pada susu akhir menyebabkan susu akhir kelihatan lebih putih dibanding susu awal. Lemak yang banyak ini memberikan banyak energy dalam ASI, oleh karena itu jangan menghentikan bayi yang sedang menyusu terlalu cepat. Bayi harus diberi kesempatan untuk menyusu lebih lama sehingga mendapat susu akhir yang kaya lemak secara maksimal.

  Susu awal dihasilkan dalam jumlah banyak, dan susu awal ini banyak mengandung protein, laktosa, dan zat gizi lainnya. Apabila apabila memperoleh susu awal dalam jumlah banyak, maka semua kebutuhan airakan terpenuhi. Bayi tidak memerlukan lagi air minum selain ASI sebelum berumur 6 bulan walaupun bayi tinggal di daerah beriklim panas.

  Jika bayi haus diberi tambahan air minum maka bayi akan kurang memperoleh ASI.

  c. Kandungan Zat dalam ASI

  1. Protein ASI Kandungan zat gizi dalam ASI, untuk merujuk mengapa zat gizi tersebut sangat sempurna untuk bayi. ASI, susu sapi dan susu kambing mengandung protein untuk pertumbuhan dan ketiganya mengandung gula susu yaitu laktosa, yang juga memberi energi, perbedaan jumlah protein yang terdapat dalam ASI dengan susu hewan adalah susu hewan mengandung lebih banyak protein di banding ASI. Protein adalah zat penting dan kita mungkin berpikir bahwa lebih banyak protein pasti lebih baik. Akan tetapi, hewan tumbuh lebih cepat dari pada manusia, karena itu hewan memerlukan susu dengan konsentrasi protein lebih tinggi. Mengingat bayi memiliki organ ginjal yang belum sempurna, maka akan sulit untuk membuang kelebihan sisa protein dari susu hewan.

  Sebagian besar protein dalam susu sapi adalah kasein, yang didalam perut bayi membentuk gumpalan padat dan sulit dicerna. Di dalam ASI, kandungan kaseinnya lebih sedikit dan kasein tersebut membentuk gumpalan yang lembut dan lebih mudah dicerna. Kandungan protein yang mudah larut atau protein whey yang mengandung protein anti-infeksi yang dapat melindungi bayi terhadap infeksi. Susu hewan tidak mengandung jenis protein anti-infeksi tersebut untuk melindungi bayi.

  Bayi yang diberi susu formula kemungkinan akan mengalami

  intoleransi

  terhadap protein yang berasal dari susu hewan. Bayi mungkin akan terkena diare, sakit perut, kulit kemerahan dan lainnya apabila diberi jenis protein lain. Diare mungkin bisa persisten (menetap) dan menunjang terjadinya kurang gizi. Bayi yang diberi susu formula atau susu hewan kemungkinan akan menderita alergi yang dapat menyebabkan eksim dan asma. Bayi mungkin mengalami

  intoleransi

  atau alergi setelah diberi sedikit saja susu formula pada hari-hari pertama kehidupannya.

  Protein whey

  dalam berbagai susu berbeda. ASI mengandung

  alfa-laktalbumin

  dan susu sapi mengandung beta-laktoglobulin, disamping itu protein dalam susu hewan dan susu formula mengandung keseimbangan asam amino yang berbeda dengan ASI. Yang kurang ideal untuk bayi, susu hewan dan susu formula kurang kandungan asam amino sistin, dan susu formula kurang dalam kandungan taurin yang dibutuhkan bayi baru lahir khususnya pertumbuhan otak.

  Protein

  yang mengandung anti-infeksi dalam ASI termasuk laktoferrin (yang mengikat zat besi dan mencegah pertumbuhan bakteri yang membutuhkan zat besi) dan lisozim (yang membunuh bakteri), serta antibodi (immunoglobulin, terutama IgA). Faktor anti-infeksi lainnya termasuk faktor bifidus (yang menunjang pertumbuhan laktobasillus

  bifidus

  yang menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya, dan menyebabkan tinja bayi yang diberi ASI berbau seperti yogurt). ASI juga mengandung faktor anti-virus dan faktor anti-parasit.

  Imunoglobulin

  utama dalam ASI adalah IgA-sering disebut secretory

  

immunoglobulin A (SigA) yang dialirkan ke ASI sebagai respon

  terhadap infeksi pada ibu. IgA berbeda dengan immunoglobulin lain seperti IgG yang dialirkan dalam darah.

  2. Lemak dalam ASI Semua jenis susu mengandung lemak sebagai sumber energi utama yang dibutuhkan bayi manusia atau bayi hewan, dan juga mengandung laktosa yang juga memberi energi. ASI mengandung asam lemak esensial yang tidak terdapat didalam susu sapi atau susu formula. Asam lemak esensial ini dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan mata bayi, serta kesehatan pembuluh darah. Selain itu, asam lemak terdiri dari Asam Lemak Linoleat yang merupakan Prekursor

  Decosahexaenoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA).

  Keunggulan ASI karena mengandung AA dan DHA untuk “building

  block”

  otak yang siap pakai. ASI juga mengandung enzim lipase yang membantu mencerna lemak Enzim ini tidak terdapat di dalam susu hewan atau susu formula. Lemak yang terdapat didalam ASI dicerna lebih sempurna dan digunakan lebih efesien oleh tubuh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi atau susu formula.

  Tinja bayi yang diberi susu formula berbeda dengan tinja bayi yang diberi ASI. Hal ini antara lain disebabkan karena tinja bayi yang diberi susu formula lebih banyak mengandung sisa makanan yang tidak dapat digunakan oleh tubuh bayi. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yang diberi susu formula yang kurang mengandung asam lemak esensial telah terbukti menunjukkan perkembangan mental dan penglihatan yang tidak optimal. Saat lahir lambung bayi belum menghasilkan semua enzim yang dibutuhkan untuk mencerna lemak susu. Lipase dalam ASI membentu menyempurnakan pencernaan lemak di dalam lambung bayi. Lipase dalam ASI disebut bile–salt

  stimulated lipase.

  Karena mulai bekerja di dalam usus bersamaan dengan tersedianya garam-empedu tersebut. Lipase tidak aktif dipayudara atau didalam lambung sebelum ASI bercampur dengan empedu.

  3. Vitamin dalam ASI ASI mengandung Vitamin A, jika ibu cukup mengkonsumsi vitamin A ASI dapat memenuhi kebutuhan vitamin A bagi bayi bahkan sampai tahun di kedua usia bayi. Susu sapi banyak mengandung vitamin B, tetapi tidak mengandung vitamin A dan C sebanyak dalam ASI.

  4. Zat besi dalam ASI Zat besi penting untuk mencegah anemia. Beberapa jenis susu mengandung zat besi dalam jumlah yang sangat sedikit 0,5-07 mg/l. hanya sekitar 10 % zat besi pada susu sapi yang bisa diserap, namun sekitar 50 % zat besi dari ASI dapat diserap oleh usus bayi. Bayi yang diberi susu sapi mungkin tidak mendapat cukup zat besi, sehingga bayi sering menderita anemia. Dengan demikian ASI secara Eksklusif kepada bayi kecukupan zat besi akan terpenuhi dan bayi dapat terlindung dari anemia sampai sekurangnya bayi berumur 6 bulan atau lebih. Pada beberapa merk susu formula ditambahkan zat besi, akan tetapi tambahan tersebut tidak diserap dengan baik sehingga harus ditambah dalam jumlah besar untuk melindungi bayi dari anemia. Penambahan zat besi dapat mempermudah tumbuhnya beberapa jenis bakteri yang mungkin akan meningkatkan peluang terjadinya infeksi misalnya meningitis dan sepsis (Depkes RI, 2007).

2.1.4. Cara Menyusui yang Efektif

  Bila bayi melekat dengan baik, bayi mengeluarkan ASI dengan mudah dan ini disebut “menyusu yang efektif”. Saat bayi menyusu dengan cara ini, mulut dan lidah bayi tidak mengesek kulit payudara dan puting.

  Tanda-tanda perlekatan bayi yang baik adalah :

  a. Tampak areola lebih banyak diatas mulut bayi daripada dibawah mulutnya. Ini menunjukkan bahwa lidah bayi sedang menjangkau bagian bawah sinus laktiferus untuk menekan ASI keluar.

  b. Mulut bayi terbuka lebar.

  c. Bibir bawah bayi terputar keluar.

  d. Dagu bayi menyentuh payudara.

  Tanda ini merupakan tanda yang dapat terlihat dari luar yang menunjukkan bahwa bayi melekat dengan baik pada payudara. Perlekatan yang kurang baik akan menyebabkan nyeri dan kerusakan pada puting. Bila bayi tidak melekat dengan baik dan menghisap puting maka ibunya kesakitan. Perlekatan yang kurang baik merupakan penyebab yang paling penting terjadinya puting lecet. Saat bayi menghisap kuat untuk memperoleh ASI, bayi menarik puting masuk dan keluar. Hal ini menyebabkan puting tergesek oleh mulut bayi. Bila bayi terus menghisap dengan cara ini, bayi merusak kulit puting, dan menyebabkan puting retak (fisura).

  Jika bayi melekat kurang baik, bayi tidak memperoleh ASI secara efektif, akibatnya sebagai berikut : a. Kedua payudara ibu mungkin menjadi bengkak.

  b. Bayi mungkin tidak puas, karena ASI mengalir dengan lambat, bayi mungkin banyak menangis, dan ingin sering menyusu, atau mengisap lama tiap kali menyusu. c. Bayi mungkin tidak mendapat cukup ASI, bayi mungkin sangat frustasi sehingga menolak menyusu sama sekali.

  d. Kenaikan berat badan bayi mungkin kurang.

  Bila refleksoksitosin bekerja dengan baik, bayi akan mendapatkan cukup ASI setidaknya untuk beberapa minggu dengan cara menyusui lebih sering. Tapi ini dapat membuat ibu lelah. Payudara mungkin akan menghasilkan ASI lebih sedikit karena tidak dikosongkan. Menyusu yang lebih banyak akan menghasilkan ASI yang lebih banyak jika bayi melekat dengan baik, menyusu secara efektif akan membiarkan bayi menyelesaikan menyusu sampai payudara kosong. Dalam hal ini jika menyusu lebih sering, payudara ibunya akan menghasilkan lebih banyak ASI, bayi yang menyusu efektif mungkin tidak ingin menyusu terlalu sering, meski jarak antara menyusu mungkin tidak teratur. Penyebab perlekatan yang kurang baik adalah penggunaan botol, bila bayi minum dari botol sebelum proses menyusu terbentuk, bayi akan mengalami kesulitan menyusu secara efektif, gerakan menghisap dari botol berbeda dengan menyusu dari payudara. Bayi yang telah diberi minum beberapa kali dengan botol mungkin mencoba menghisap payudara seolah payudara itu sebuah botol hal ini membuat bayi melakukan “hisapan puting” bila hal ini terjadi disebut “bingung puting”jadi memberi minum bayi dari botol dapat menganggu proses menyusui. Disamping itu ibu tidak berpengalaman karena ibu belum pernah memiliki bayi sebelumnya dan kesulitan fungsional, beberapa keadaan dapat lebih mempersulit bayi melekat dengan baik pada payudara yaitu pada bayi sangat kecil atau lemah serta kurangnya bantuan yang terampil. Penyebab yang sangat penting terjadinya perlekatan yang kurang baik adalah kurangnya bantuan dan dukungan yang terampil. Ada beberapa ibu yang merasa terkucil dan kurang mendapat dukungan dari masyarakat. Ibu mungkin kekurangan bantuan dari ibu berpengalaman misalnya ibu mereka sendiri yang sangat terampil membantu proses menyusui. Petugas kesehatan yang menangani ibu dan bayi misalnya dokter dan bidan mungkin belum dilatih untuk membantu ibu menyusui.

  Tanda-tanda bayi menyusu dengan efektif adalah bayi melakukan hisapan lambat dan dalam ini adalah tanda penting bayi mendapatkan ASI. Bayi melakukan hisapan dangkal dan cepat terus menerus ini adalah tanda bayi kurang mendapatkan ASI. Ia melekat kurang baik dan tidak menyusu secara

  efektif

  . Bayi menelan sampai terlihat atau terdengar tegukannya, bila bayi menelan berarti ia mendapatkan ASI. Kadang terdengar tegukan, apabila bayi membuat suara kecapan ketika menghisap ini adalah tanda bayi melekat kurang baik. Serta bayi terlihat puas menyusu dimana bayi melepaskan sendiri payudara, tampak puas dan mengantuk. Disamping perlekatan bayi yang baik juga harus diperhatikan “Posisi Bayi yang Baik “ pada saat menyusu.

  Tanda-tanda posisi bayi yang baik pada saat menyusui adalah : a. Kepala dan badan bayi dalam garis lurus.

  b. Bayi dipeluk dekat dengan badan ibu.

  c. Seluruh badan bayi di topang. d. Bayi dekat ke payudara, hidung berhadapan dengan putting. Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat dengan baik pada payudara ibu, apabila posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi akan mengisap dengan efektif (Depkes RI, 2007).

2.1.5. Cara Kerja Menyusui

  Dengan memahami proses menyusui, akan dapat ditentukan apa yang terjadi serta langkah penyelesaian masalah menyusu.

  a. Anatomi Payudara Puting dan kulit berwarna gelap disekelilingnya yang di sebut areola. Pada

  

areola ada kelenjar-kelenjar kecil yang di sebut “kelenjar montgomery”yang

  mengeluarkan cairan berminyak untuk menjaga kulit tetap sehat. Didalam payudara ada alveoli, yang berbentuk kantong-kantong kecil terdiri dari “sel-sel pembuat ASI”. Ada jutaan alveoli. Hormonprolaktin merangsang sel-sel alveoli tersebut memproduksi ASI.

  Di sekeliling alveoli terdapat sel-sel otot, yang dapat berkontraksi dan memerah ASI keluar. Hormon oksitosin membuat sel-sel otot tersebut berkontraksi. Pembuluh kecil atau duktus, mengalirkan ASI keluar dari alveoli. Di bawah areola, pembuluh-pembuluh tersebut melebar, dan membentuk sinus-sinus

  laktiferus , dimana ASI mengumpul untuk persiapan satu kali menyusui.

  Pembuluh-pembuluh tersebut menyempit lagi ketika melewati puting. Alveoli dan

  duktus

  ini dikelilingi penyangga dan lemak. Lemak dan penyangga ini memberikan bentuk pada payudara menyebabkan perbedaan antara payudara besar dan kecil. Payudara besar dan kecil mempunyai jaringan kelenjar dalam jumlah yang sama banyaknya sehingga keduanya menghasilkan cukup banyak ASI.

  b. Hormon Prolaktin Ketika bayi menyusui pada payudara rangsangan sensorik mengalir dariputing susu ke otak. Sebagai reaksi, bagian depan (anterior) kelenjar pituitary di dasar otak mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel untuk memproduksi ASI. Sebagian besar

  hormon prolaktin

  berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit setelah proses menyusui, jadi hormon ini membuat payudara memproduksi ASI untuk proses menyusui “berikutnya”. Untuk proses menyusui saat ini, bayi menghisap ASI yang sudah tersedia di dalam payudara.

  Cara untuk meningkatkan pasokan ASI adalah bila bayi menyusui lebih banyak maka payudara ibu akan lebih banyak menghasilkan ASI. “lebih banyak menyusui lebih banyak produksi ASI”. Kebanyakan ibu dapat memproduksi ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi. Bila seorang ibu mempunyai dua bayi dan keduanya menyusu, payudaranya akan memproduksi ASI untuk dua bayi. Bila bayi kurang menyusu, payudara memproduksi ASI lebih sedikit. Bila bayi berhenti menyusu, payudara segera berhenti memproduksi ASI.

  c. Refleks Oksitosin Ketika bayi menyusu payudara, rangsangan sensorik dari puting dikirim ke otak. Sebagai reaksi, bagian belakang kelenjar pituitary di dasar otak mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel otot di sekeliling alveoli berkontraksi. Kontraksi ini membuat ASI yang terkumpul di dalam alveoli mengalir melalui pembuluh menuju sinus-sinus laktiferus. Kadang-kadang ASI mengalir keluar payudara.

  Hal ini disebut “refleks oksitosin” atau refleks pengeluaran ASI.

   Oksitosin

  diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Hormon ini menyebabkan pengeluaran ASI pada waktu proses menyusui. Oksitosin dapat mulai berfungsi sebelum bayi menghisap bila ibu memikirkan akan menyusui. Bila reflek oksitosin ibu tidak berfungsi dengan baik, bayi dapat mengalami kesulitan memperoleh ASI. Tampaknya seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal sebenarnya payudara memproduksi ASI namun ASI tidak mengalir keluar.

  d. Membantu dan Menghambat Refleks Oksitosin Perasaan yang positif misalnya perasaan senang, nyaman dan puas bila ibu bersama bayinya, merasa percaya diri bahwa ASI-nya adalah yang terbaik untuk bayinya dapat membantu refleks oksitosin bekerja dan ASI akan mudah mengalir keluar. Sensasi-sensasi seperti menyentuh atau menatap bayinya, atau mendengar bayinya menangis juga dapat membantu refleks oksitosin. Sebaliknya perasaan kurang nyaman misalnya rasa sakit, khawatir atau ragu bahwa ibu tidak punya cukup ASI akan menganggu refleks oksitosin dan menghentikan ASI mengalir. Untungnya refleks ini hanya sementara. Refleks oksitosin menjelaskan dua “butir kunci” tentang perawatan ibu dan bayi:

  1. Seorang ibu perlu berada dekat bayinya sepanjang waktu, sehingga ia dapat melihat, menyentuh dan meresponnya. Hal ini membantu tubuh ibu menyiapkan diri untuk menyusui dan membantu pengeluaran ASI. Bila ibu terpisah dari bayinya di antara waktu menyusui, refleks oksitosin mungkin tidak bekerja dengan baik.

  2. Perasaan ibu penting sekali membuat ibu merasa baik dan membangun rasa percaya diri untuk membantu ASI keluar dengan lancar. Apabila perasaan khawatir atau membuat ibu tidak percaya diri tidak dapat memberikan ASI. Ibu sering menyadari adanya refleks oksitosin tersebut. Beberapa tanda reflek

  soksitosin sedang berfungsi aktif dapat di ketahui antara lain :

  1. Sensari diperas atau gelenyar (tingling sensation) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung.

  2. ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis.

  3. ASI menetes dari payudara sebelah, bila ibu menyusu pada payudara lainnya.

  4. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui.

  5. Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama kelahiran bayi.

  6. Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwaASI mengalir ke dalam mulut bayi.

  Bila ada satu atau lebih tanda atau sensasi tersebut, maka refleks oksitosin aktif.

  e. Zat Penghambat (Inhibitor) dalam ASI Kadang-kadang payudara berhenti menghasilkan ASI, sementara payudara satunya terus menghasilkan ASI-meskipun oksitosin dan prolaktin sama-sama mengalir kedua payudara. Ada satu zat dalam ASI yang dapat mengurangi atau “mencegah” (inhibit) produksi ASI. Bila ada banyak ASI tertinggal di dalam satu payudara, zat pencegah atau inhibitor tersebut menghentikan sel-sel pembuat ASI agar tidak memproduksi lagi. Penghentian ini membantu melindungi payudara yang di dalamnya masih tertinggal banyak ASI dari bahaya efek kepenuhan. Hal ini juga diperlukan bila bayi meninggal atau berhenti menyusu untuk alasan lainnya. Bila ASI dikeluarkan, baik melalui hisapan bayi atau diperah, inhibitor juga turut dikeluarkan. Payudara akan memproduksi ASI lagi bila bayi berhenti menyusu dari satu payudara, payudara tersebut berhenti memproduksi ASI. Bila bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dibanding payudara satunya. Agar satu payudara terus menghasilkan ASI, maka ASI yang ada di dalamnya harus dikeluarkan, bila bayi tidak dapat menyusu dari salah satu atau keduannya, “ASI harus dikeluarkan dengan cara diperah” untuk memungkinkan produksi ASI berlanjut. Catatan yang harus diperhatikan adalah yang mengendalikan produksi ASI, mengendalikan produksi hormone prolaktin, reflek soksitosin dan zat

  inhibitor

  didalam payudara adalah “hisapan bayi mengendalikan semuanya, hisapan bayilah yang membuat payudara menghasilkan ASI”. Agar ibu mengasilkan cukup ASI, bayinya harus sering menyusu dengan cara benar.

  f. Refleks-refleks pada Bayi Ada tiga refleks utama pada bayi yaitu :

  1. Refleks mencari puting (reflex “Rooting”) Ketika ada sesuatu menyentuh bibir atau pipi, bayi akan membuka mulut dan menggerakkan kepala untuk menemukannya. Bayi menggerakkan lidah kebawah dan kedepan ini di sebut refleks rooting (mencari puting). Biasanya yang dicari adalah payudara.

  2. Refleks menghisap Ketika ada sesuatu menyentuh langit-langit mulutnya, bayi mulai menghisap.

  3. Refleks menelan Ketika mulutnya terisi ASI, bayi akan menelannya. Semua refleks yang terjadi secara otomatis tanpa bayi harus belajar melakukannya (Depkes RI,

  2007).

2.1.6. Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif yang Merupakan Anggapan yang Salah tentang Menyusui

  a. ASI Tidak Keluar (Sedikit) Banyak ibu yang menyangka ASI-nya tidak keluar hanya karena jumlahnya sangat sedikit dihari pertama. ASI akan keluar sedikit demi sedikit, baru berkembang lebih banyak setelah diisap, prinsipnya semakin banyak diisap, semakin banyak ASI dibuat dipayudara. Jadi, sekalipun pada hari pertama yang keluarnya hanya sedikit, tetaplah menyusui. Isapannnya akan merangsang produksi ASI, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perlekatan bayi, posisi bayi waktu menyusu, dengan perlekatan yang baik dan posisi yang baik akan menciptakan menyusui yang efektif sehingga payudara akan membuat ASI lebih banyak lagi (Budiasih, 2006).

  b. Takut Payudara “Turun” Pada saat mencapai usia tertentu, payudara seorang wanita tak lagi sekencang waktu remaja. Selain faktor usia, banyak faktor lain yang menjadi penyebabnya diantaranya pengunaan penutup payudara yang tidak cukup kuat menopang payudara, akibatnya payudara terlihat “turun”).

  c. Takut Badan menjadi “Melar” Banyak ibu yang menolak menyusui karena takut badanya gemuk, justru ibu yang mengurus sendiri bayinya, terutama menyusui, akan lebih banyak beraktivitas, lebih sering bangun untuk menyusui dan cadangan untuk membuat ASI diambil cadangan yang ada ditubuh ibu. Dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya ditambah lagi bayi yang mengurus adalah penjaga bayi mulai dari merawat bayi dan memberi susu formula adalah orang lain, ibu lebih banyak tidur, lebih sedikit beraktivitas dan cadangan untuk membuat ASI tidak diambil dari tubuh ibu, maka bisa ditebak ibu tersebut akan melar badannya (Budiasih, 2006). d. Bayi menjadi Sering Diare Banyak ibu yang menganggap bayinya diare karena BAB-nya cair. Ibu-ibu mengira, buang air besar bayinya akan serupa dengan buang air besar anak atau orang dewasa, ASI yang diduga menyebakan bayinya diare. Bayi yang berumur dibawah satu bulan, bahkan wajar jika bayi BAB 10 kali sehari. Ini adalah mekanisme alami pembersihan usus, bayi usia 3-5 bulan, juga wajar jika BAB nya 3-5 kali sehari. Tak ada ASI yang tidak cocok untuk bayinya. Bayi dan ASI sudah menjadi pasangan yang sudah dibuat Allah dalam tubuh ibu (Budiasih, 2006).

  e. Anak Kurang Montok, Lebih Montok Anak Susu Formula Dalam pandangan mata kasar mungkin benar. Susu formula memang lebih cepat merasa kenyang. Jika bayi cukup agresif makannya, bukan tak mungkin ia terlihat lebih gendut dibandingkan anak seusianya yang minum ASI saja. Susu sapi memang dirancang membuat badan lebih besar (Budiasih, 2006).

  f. Informasi yang Kurang atau Salah Ada klinik atau rumah sakit yang buru-buru menyarankan memberi susu formula atau bahkan langsung memberi susu formula pada bayi baru lahir. Ini bukan hanya sekedar merampas hak ibu untuk memberi ASI eksklusif, tetapi juga sudah melanggar etika.

  g. Pendapat Orang Sekitar Mungkin ibu sering mendengar komentar, sindiran bahkan celaan ketika seorang ibu hanya memberi ASI saja, sementara lingkungan berpendapat seharusnya bayi diberi susu sambungan atau bahkan makanan. Bayi seumuran itu seharusnya sudah makan, sementara ibu yang memberi susu formula atau memberi makanan pada bayi mendapat dukungan untuk membela diri, dengan alasan menangis saja tandanya masih lapar tidak cukup dengan ASI saja. Biasanya intervensi atau pengaruh orang lain sangat bergantung pada keteguhan seseorang. Semakin kita bisa menampilkan sikap konsisten dalam kehidupan sehari-hari, semakin kecil kemungkinan orang lain akan mempengaruhi keputusan kita (Budiasih, 2006).

  h. Godaan Susu Formula Menyusui sebenarnya adalah kegiatan yang bersifat naluriah. Kemajuan teknologi yang mampu mengolah susu sapi menjadi susu formula telah bertindak secara “berlebihan” dengan mencoba mengeser secara halus tentu saja peran menyusui dari ibu untuk bayinya. Iklan pun dibuat sehingga susu formula terlihat sangat hebat diklaim dapat membuat anak montok, pintar dan menggemaskan. Pokoknya, bayi harus minum susu formula (Budiasih, 2006). Ada beberapa bahaya pemberian susu formula : (1) dapat menganggu ikatan psikologis hubungan antara ibu dan bayi, (2) lebih besar kemungkinannya untuk menderita diare, infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan infeksi lainnya, (3) Diare kemungkinan akan persisten atau menetap, (4) bayi bisa mengalami kondisi alergi seperti eksim dan asma, (5) bayi bisa mengalami intoleran terhadap susu hewan yang bisa menyebabkan diare, ruam, dan gejala lainnya seperti muntah, (6) bayi kemungkinan menjadi kegemukan dan meningkatkan resiko menderita kencing manis (diabetes) (Kemenkes RI, 2010).

2.2. Sosial Budaya

  Kata sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir,tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Sedangkan menurut Soekanto (1993) istilah sosial berkaitan dengan prilaku interpersonal,atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial. Sosial adalah social structure yang mencakup

  social relation

  dan social interaction (Sudarno, 2002). Social sructure adalah suatu tatanan hirarki dan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga kelompok dan kelas) di dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.

  Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta rasa dan karsa. Menurut Soemarjan dan Soemardi dalam Setiadi, dkk (2008) kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan. Menurut EB.Taylor dalam Syafrudin, dkk ((2010) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat.

  Dengan demikian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non material.

  Kebudayaan sebagai konsep dasar menjelaskan kaitannya dengan gejala- gejala sosial, seperti proses interaksi sosial dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai pranata kesehatan maupun non-kesehatan tetapi terkait, seperti mencari dan melaksanakan perawatan medis dirumah sakit atau pranata keprametraan tertentu, atau dirumah tangga sendiri, kaitan-kaitannya dapat dinyatakan sebagai gejala-gejala sosial budaya. Gagasan-gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan-hubungan timbal balik antara gejala-gejala sosial dari penyakit dan perawatan kesehatan dengan gejala-gejala biologis dan biomedis. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit.

  Menurut Koentajaraningrat (1990) wujud dari budaya dapat dikelompokan dalam 3 hal, yaitu; (a) wujud sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (b) wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (c) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

2.2.1. Keyakinan atau Kepercayaan

  Kepercayaan atau keyakinan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang yang lebih dapat ia percaya daripada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).

  Menurut Potter & Perry (dalam Ludin, 2009) Keyakinan dan praktek spiritual individu dihubungkan dengan semua aspek kehidupan individu termasuk kesehatan dan penyakit. Ketika tubuh sakit dan emosi berada diluar kontrol, spritualitas, dan keyakinan seseorang mungkin menjadi satu-satunya dukungan yang tersedia.

  Menurut Ba dan Pavlou (2002) kepercayaan atau keyakinan sebagai penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian. Kepercayaan terjadi ketika seseorang yakin dengan realibitas dan itegritas dari orang yang dipercaya. Kepercayaan menurut McKnight, Kacmar, dan Choudry (dalam Zainuddin, 2013), menyatakan bahwa kepercayaan dibangun sebelum pihak-pihak tertentu saling mengenal satu sama lain melalui transaksi atau interaksi.

  Ibu-ibu yang percaya dan menyakini bahwa ASI yang terbentuk dalam tubuh ibu yang melahirkan seorang bayi dalam suatu proses yang secara logika ilmiah hanya dapat diyakini dan dipercaya bahwa memang sudah diatur oleh yang maha kuasa, merupakan standar keyakinan yang penting dimiliki oleh setiap ibu untuk dapat memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya. Akumulasi dari aspek pengetahuan, nilai atau norma, serta keyakinan atau kepercayaan tentang ASI akan berkontribusi membentuk prilaku dalam bentuk tindakan atau praktek pemberian ASI kepada bayi (Hasan, 2009).

2.2.2. Dimensi Kepercayaan

  Menurut McKnigh, dkk (dalam Bachmann dan Zaheer, 2006),kepercayaan dibangun pihak-pihak yang belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses transaksi. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan tentang kebenaran. Dapat dikatakan bahwa kepercayaan adalah suatu tindakan seseorang berdasarkan sugesti dari orang itu sendiri untuk memberikan rasa percaya kepada siapa saja mulai dari diri sendiri, kepada orang lain, kepada pemerintah, dan tentunya kepercayaan kepada tuhan. Dengan menumbuhkan rasa kepercayaan maka setiap orang akan dapat melakukan sesuatu yang terbaik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, dan yang lebih penting adalah kepercayaan kepada Tuhannya.

  Kepercayaan adalah suatu gagasan yang deskriptik yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap menggambarkan penilaian kognitip yang baik maupun tidak baik, peranan-peranan emosional dan kecendrungan berbuat dan bertahan selama kurun waktu tertentu terhadap objek atau gagasan. Kepercayaan dapat diartikan sebagai anggapan bahwa sesuatu itu benar (Poerwadarmita,1976). Dalam pustaka psikologi dapat ditemukan bahwa pengertian kepercayaan sangat erat kaitanya dengan pengertian sikap. Fishbein dan Ajzen (dalam Zainuddin 2013) menyatakan bahwa untuk menjelaskan pembentukan dan perubahan sikap dan instensi, ditemukan proses pembentukan kepercayaan atau keyakinan. Kepercayaan terhadap suatu objek menjadi dasar untuk pembentukan sikap terhadap objek tersebut dan dasar sikap biasanya diukur sebagai jalan mengukur keyakinan-keyakinan seseorang. Kepercayaan adalah suatu keputusan (bervariasi dalam tingkatan kepercayaan) bahwa suatu hal adalah benar atau salah. Pada umumnya kepercayaan menunjuk pada pendapat subjektif seseorang mengenai beberapa aspek yang berbeda- beda dari dunianya.

  Kepercayaan juga sering didefenisikan sebagai kepercayaan pihak lain dalam melakukan hubungan sosial, yang didalamnya tercakup resiko yang berasosiasi dengan harapan itu. Artinya bila seseorang mempercayai orang lain maka ketika hal itu tidak terbukti ia akan menerima konsekwensi seperti merasa dikhianati (Lewicki dan Bunker dalam Zainuddin,2013).

2.2.3. Aspek-aspek Kepercayaan

  Kepercayaan dibentuk melalui 4 aspek pokok kepercayaan, yaitu kompetensi, keterbukaan, kepedulian dan realibilitas (Mishra,1996).

  a. Keterbukaan Aspek keterbukaan sering disejajarkan dengan kejujuran (honesty) meskipun keduanya secara konseptual berbeda. Keduanya memang berkaitan erat satu dengan yang lainnya. Keterbukaan dan kejujuran sering digunakan oleh individu sebagai daya tarik atau untuk menunjukan bahwa dirinya dapat dipercaya.

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Hubungan Sosial Budaya Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

21 120 173

Analisis Determinan Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

3 45 188

Pengaruh Karekteristik Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo Tahun 2013

2 72 105

Pengaruh Konseling Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012

10 80 116

2.2 Pengertian ASI Eksklusif - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014

1 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan - Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI Eksklusif 2.1.1. Pengertian ASI Eksklusif - Karakteristik Keluarga dan Pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

1 2 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 2.1.1. Defenisi 2.1.1.1. Defenisi ASI - Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan Di Puskesmas TerjunKecamatan Medan Marelan Tahun 2014

0 0 27