BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI Eksklusif 2.1.1. Pengertian ASI Eksklusif - Karakteristik Keluarga dan Pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif

2.1.1. Pengertian ASI Eksklusif

  Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

  Menurut Farrer (2001), ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan pencernaan bayi, karena bayi dapat menyerapnya dengan baik, tidak menyebabkan sembelit, dan bayi merasa puas, ASI juga bebas dari kuman, ASI terserang penyakit dan jarang menderita alergi jika dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula (Rohani, 2007).

  WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI Eksklusif Sebelum tahun 2001 selama 4-6 bulan, namun pada tahun 2001 setelah melakukan telaah tentang pemberian ASI, WHO merevisi rekomendasi ASI Eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (Fikawati & Syafiq, 2010).

  Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan makanan atau minuman lain.

  ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004).

  Menurut WHO ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (Fikawati & Syafiq, 2010).

2.1.2. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi

  Payudara terdiri dari bagian luar atau eksternal dan bagian dalam atau internal. Bagian luar payudara terdiri dari sepasang buah dada yang terletak di

  mammae. Bagian dalam payudara terdiri dari kelenjar susu atau mammary alveoli

  yang merupakan tempat ASI diproduksi atau dibuat, gudang susu atau sinus

  

lactiferous yang berfungsi menampung ASI, yang terletak di bawah daerah

  kecoklatan di sekitar putting susu, saluran susu atau ductus lactiferous yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang dan pelindung seperti jaringan ikat dan sel lemak yang melindungi kelenjar payudara (Roesli, 2000).

  Gambar 1. Anatomi Payudara ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks.

  Selama kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk menproduksi ASI, pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang menyebabkan ASI keluar yaitu refleks pembentukan/produksi ASI atau refleks prolaktin yang diransang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI atau let down reflex (Roesli, 2000). pada menjelang akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan penting untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi. Setelah plasenta keluar, korpus luteum berkurang fungsinya sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan areola. Rangsangan ini akan merangsang ujung- ujung saraf sensori yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini kemudian dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spnalis dan mesensephalon.

  Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya akan merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memicu sekresi prolaktin. Faktor-faktor ini kemudian akan merangsang hipofise anterior sehingga mengeluarkan prolaktin. Prolaktin kemudian dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembutan ASI. Hormon ini merangsang sel- sel alveoli yang berfungsi membuat air susu (Soetjiningsih,1997).

  Ditambahkan oleh Soetjiningsih bahwa pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti: stres atau pengaruh psikis, anastesi, seperti reserpin, klorpromazin, fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang buruk dan konsumsi obat-obatan.

  ASI yang telah di buat di alveoli akan dikeluarkan dan dialirkan ke sinus lactiferous yang merupakan gudang susu, pengeluaran ASI terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengkerut karena hormon oksitosin sehingga memeras ASI keluar (Roesli, 2000).

  Ketika ada rangsangan dari isapan bayi, ujung saraf di sekitar payudara dirangsang, sehingga mengirim pesan ke hipotalamus untuk merangsang hipofise posterior menghasilkan hormon oksitosin, oksitosin kemudian akan masuk ke aliran darah menuju payudara sehingga menyebabkan sel otot halus di sekitar payudara berkontraksi. Kontraksi ini akan memeras air susu yang telah dibuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi (Soetjiningsih, 1997).

2.1.3. Komposisi ASI

  Soetjiningsih (1997), menyatakan bahwa komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah (1) stadium laktasi, (2) ras, (3) keadaan nutrisi, (4) diet ibu.

  ASI menurut stadium laktasi menurut Purwanti (2004):

  a. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

  Kolostrum bewarna kekuning-kuningan di sebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum ini merupakan pembersih usus bayi yang ideal untuk membersihkan mekoneum sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.

  Kolostrum mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan ASI matur dengan protein utamanya adalah globulin yang membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat atau padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum. Kolostrum mengandung lebih banyak antibodi dibandingkan ASI matur sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi ketika kondisi sangat lemah, kadar karbohidrat dalam kolostrum lebih rendah dibanding ASI matur karena aktivitas bayi pada tiga hari pertama masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. tetapi kadar mineral terutama natrium, kalium dan kloridanya lebih tinggi. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi sedangkan vitamin yang larut dalam air lebih sedikit.

  b. ASI peralihan ASI peralihan diproduksi dari hari ke-4 sampai hari ke-10. komposisi protein dalam ASI peralihan semakin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meninggi yang berguna untuk memenuhi aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan, pengeluaran ASI pada masa peralihan ini mulai setabil begitu juga kondisi fisik ibu.

  c. ASI matur ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. bayi samapai berumur 6 bulan.

  Secara umun komposisi dari ASI menurut Soetjiningsih (1997) adalah:

  a. Protein ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi protein dalam

  ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin yang tinggi yang merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi.

  b. Karbohirat ASI mengandung karbohidrat yang relatif lebih tinggi daripada susu sapi.

  Karbohidrat yang utama terdapat pada ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini akan difermentasi menjadi asam laktat yang akan memberian kondisi asam dalam usus bayi. Suasana asam ini akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu: menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis, memacu pertumbuhan mikoroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin, memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat, serta mempermudah absorpsi mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium.

  Selain laktosa, juga terdapat glokosa, galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa penting untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Glukosamin merupakan bifidus faktor di samping laktosa, yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.

  Kadar lemak dalam ASI relatif sama dengan susu sapi dan merupakan sumber kalori utama bagi bayi, sumber vitamin larut lemak, dan sebagai sumber asam lemak esensial, tetapi lemak dalam ASI memiliki bentuk emulsi lebih sempurna karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigiliserida menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi. Selain itu kadar asam lemak tidak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih banyak dari susu sapi.

  d. Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi adalah konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung diet ibu dan stadium laktasi. Garam oraganik yang terapat dalam ASI terutama adalah: kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Mineral yang terbanyak adalah kalium sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan pembuat darah relatif sedikit.

  e. Air Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabilik adalah aman. Kadar ASI yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi.

  f. Vitamin Vitamin dalam ASI cukup lengkap. Vitamin A, D, dan C jumlahnya cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam pantothenik g. Kalori Jumlah kalori dalam ASI relatif rendah, yaitu hanya 77 kal/100 ml ASI.

  Sekitar 90% dari jumlah kalori tersebut berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein.

  h. Unsur-unsur lainnya Unsur-unsur lainnya yang terkandung dalam ASI adalah laktorom, kreatinin, urea, xanthin, amonia, dan asam sitrat.

  ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi, tetapi juga zat anti melawan jasat renik, penelitian mengenai ASI membuktikan di dalam ASI terdapat IgA, IgM, dan IgG yang berfungsi melindungi bayi terhadap berbagai ancaman jasat renik penyebab infeksi, zat kebal tubuh yang terdapat di dalam ASI untuk melawan berbagai macam kuman (Alkatiri, 1996).

  Menurut Alkatiri (1996), imunoglobulin di dalam ASI antara lain:

  a. Imunnuglobulin A (IgA) Pada ASI kadar IgA jumlahnya tiga kali lebih besar bila dibandingkan dengan kadar IgG, sebaliknya di dalam serum kadar IgG empat sampai lima kali dari kadar IgA, kadar IgA di dalam ASI lebih tinggi dari pada kadar IgA serum karena berbeda tempat sintesa, fungsi IgA di dalam ASI adalah melindungi tubuh terhadap infeksi lokal atau mencegah masuknya jasat renik selain itu juga dapat menetralisir toksin dan meninggikan efek bakteriolitik dengan cara mengaktifkan komponen memalui jalur alternatif, IgA sebagai pelindung terhadap infeksi yang di sebabkan kuman, seperti menurunkan sifat melekat bakteri pada selaput lainnya dan juga berperan sebagai pelindung terhadap infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti kandidiasis.

  b. Imunnuglobulin M (IgM) Imunoglobulin ini merupakan immunoglobulin dengan berat molekul terbesar di sentesa local pada jaringan sekresi, fungsi IgM di dalam ASI adalah mencegah gerakan jasat renik/antigen, selain itu IgM merupakan zat kebal tubuh yang dapat mengaktifkan komplemen lewat jalur klasik.

  c. Imunnuglobulin G (IgG) IgG di dalam ASI tidak mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan komponen sekretoris, IgG berasal dari transudasi IgG serum, meskipun sintesa lokal dapat terjadi.

2.1.4. Manfaat Pemberian ASI

  Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi antara lain:

  a. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.

  ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tatalaksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun atau lebih b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

  Bayi baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Pada saat kadar zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.

  Bagi bayi pemberian ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat (Roesli, 2000). c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan meliputi: (1) faktor genetik atau faktor bawaan yang menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa, (2) faktor lingkungan, adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi dan direkayasa (Roesli, 2000).

  Secara garis besar ada 3 jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (asuh), kebutuhan untuk perkembangan emosional (asih), kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal, hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien- nutrien yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal, nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi seperti taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6) (Roesli, 2000).

  Hasil penelitian Lucas tahun 1993 terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Riva ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif (dr. Utami R., SpA). Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan mempunyai kecerdasan yang lebih tinggi di masa dewasanya(Pedoman Kesehatan dan Perawatan Anak, 1996). Dari hasil pemeriksaan otak, ternyata otak bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mempunyai kandungan asam lemak tak jejuh (DHA atau asam linoleat) yang lebih tinggi (Purwanti, 2004).

  d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik (Roesli, 2000).

  Manfaat pemberian ASI bagi ibu: pemberikan ASI menyebabkan uterus ibu berkontraksi sehingga pengembalian uterus ke keadaan fisiologis (sebelum kehamilan) lebih cepat, perdarahan setelah melahirkan tipe lambat berkurang, pemberian ASI akan mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara pada masa mendatang, dengan memberikan ASI kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan sehingga dapat membantu keluarga berencana (Soetjiningsih, 1997). Manfaat lain pemberian ASI bagi ibu menurut Roesli (2000), menyusui dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu yang menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti, menyusui dapat mengurangi anemia bagi ibu karena kekurangan zat besi, menyusui dapat membuat ibu lebih cepat langsing karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, menyusui memberikan kepuasan bagi ibu.

  Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ayah yaitu: Praktis dan tidak merepotkan karena tidak perlu membuat susu formula di malam hari, dan jika berpergian dengan bayi ASI eksklusif lebih mudah dan tidak perlu repot membawa bermacam peralatan menyusui (Roesli, 2000).

  Keuntungan pemberian ASI bagi keluarga antara lain: menyusui menghemat biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, menyusui secara eksklusif, menyusui merupakan metode penjarangan kehamilan alami selama 6 bulan pertama, menyusui meningkatkan kehangatan dan kedekatan emosional antar-anggota keluarga (Fransiska, 2010).

2.1.5. Cara Memberikan ASI

  Menurut Perinasia (2003), langkah-langkah memberikan ASI yang benar adalah: (a) Sebelum memberikan ASI, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. (b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara. (c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu saja atau areolanya saja. (d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. (e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. (f) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI ke luar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. (g) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu disanggah lagi (simbolon, 2011).

  Menurut Purwanti (2004), waktu menyusui bayi adalah :

  1. Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Bila bayi membutuhkan atau menangis, ibu harus segera memberikan ASI

  3. Ketika bayi tertidur dalam keadaan masih menyusu, secara perlahan ibu dapat melepaskan puting susu dari mulut bayi, hal ini untuk menghindari puting susu lecet.

2.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif

  Pemberian ASI secara eksklusif mempengaruhi seluruh keluarga, idealnya suami, kakek, nenek dan kakak dilibatkan dalam langkah keberhasilan pemberian ASI Eksklusif karena dukungan keluarga sangat berarti. Langkah penting dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif adalah: (1) ibu mempersiapkan payudara, bila diperlukan, (2) ibu dan keluarga mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui, (3) menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya, (4) memilih tempat melahirkan di tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, rumah bersalin, (5) memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara Eksklusif, (6) konsultasi dengan ahli menyusui seperti berkunjung ke klinik laktasi untu persiapan apabila menemukan kesulitan dalam pemberian ASI, (7) menciptakan sikap yang positif tentang ASI dan menyusui (Roesli, 2000).

  Ayah merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, karena ayah akan menentukan kelancaran reflek pengeluaran ASI atau

let down reflex, yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.

  Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan membantu dalam proses menyusui seperti ayah menyendawakan bayi, ayah memandikan bayi, ayah bermain, dan ayah mengendong bayi (Roesli, 2008)

  Faktor informasi ASI Eksklusif merupakan faktor penting dalam mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif. Faktor informasi ASI Eksklusif meliputi: (1) sumber tempat mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif, yaitu mendapatkan informasi ASI Eksklusif di tempat pelayanan kesehatan (yankes) dan mendapatkan informasi ASI Eksklusif bukan di tempat pelayanan kesehatan (non-yankes), mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif di tempat pelayanan kesehatan (yankes) seperti mendapatkan informasi ASI Eksklusif di puskesmas atau posyandu, mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif bukan di tempat pelayanan kesehatan (non-yankes) seperti mendapatkan informasi ASI Eksklusif di rumah orang tua, saudara dan tetangga, (2) sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari tenaga kesehatan, yaitu dari Dokter, paramedis, (3) sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari kontak interpersonal, yaitu dari keluarga dan dari nonkeluarga, keluarga seperti dari ibu kandung/ibu mertua dan suami, nonkeluarga seperti dari tetangga, kader posyandu. (4) jenis media informasi tentang ASI yang diterima, yaitu media cetak dan media elektronik, media cetak seperti koran, majalah, buku, dan poster, sedangkan media elektronik seperti TV dan radio (Hermina & Hidayat, 2011).

  Keberhasilan pemberian ASI sangat penting untuk mecegah kekurangan gizi pada bayi, keberhasilah pemberian ASI tersebut dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, nilai-nilai budaya, penghasilan keluarga, dan kemudahan dalam mendapatkan akses ke pelayanan kesehatan (Agunbiade & Ogunleye, 2012).

2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Ibu tidak Memberikan ASI Eksklusif

  Menurut Roesli (2000), alasan ibu untuk tidak menyusui terutama secara eksklusif sangat bervariasi. Beberapa faktor yang menyebabkan ibu tidak mau memberikan ASI secara eksklusif, yaitu:

  1. ASI tak cukup Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untuk tidak menyusui secara eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASInya kurang, teapi hanya sedikit

  (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya, ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Umumnya tidak ada ibu yang tidak dapat menyusui tetapi untuk menyusui dengan benar harus belajar.

  2. Ibu bekerja dengan cuti hamil 3 bulan Bekerja sebenarnya bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberikan ASI perah yang diperah sehari sebelumnya.

  3. Takut ditinggal suami Dari sebuah suvei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen

  Indonesia tahun 1995 dalam Roesli (2000), diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberikan ASI pada bayinya adalah “takut ditinggal suami”. Hal ini dikarenakan mitos yang mengatakan bahwa menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek. Pada hal sebenarnya yang mengubah bentuk payudara

  4. Pendapat bahwa tidak diberi ASI tetap berhasil “jadi orang” Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan mungkin berhasil “jadi orang“. Namun, kalau bayi ini diberi ASI eksklusif akan menjadi lebih berhasil. Hal ini dikarenakan ASI memiliki semua yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh secara optimal. Dengan menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik dan neurologik yang optimal pula. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi eksklusif akan lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi dan lebih baik spritualnya.

  5. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering didekap dan dibelai ternyata salah. Anak menjadi kurang mandiri, manja, dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tuanya.

  6. Susu formula lebih praktis Pendapat ini justru tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan formula.

  7. Takut badan tetap gemuk Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui secara eksklusif akan membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat dari pada ibu yang tidak menyusui secara secara eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.

  Kendala pemberian ASI Eksklusif berdasarkan penelitian Agunbiade & Ogunleye (2012), ialah adanya persepsi keluarga bahwa bayi akan terus merasa lapar setelah menyusui sehingga perlu makanan tambahan, karena masalah kesehatan ibu, adanya ketakutan bayi akan kecanduan ASI, tekanan dari ibu mertua agar tidak memberikan ASI, nyeri pada payudara ketika memberikan ASI, kebutuhan ibu untuk bekerja, serta pemberian ASI Eksklusif terganggu karena jumlah anak yang banyak.

2.2. Keluarga

2.2.1. Defenisi Keluarga

  Pengertian keluarga menurut beberapa pendapat dalam Ali (2009): a. Menurut Duval, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya.

  b.

  Menurut departemen kesehatan RI, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.

  c.

  Menurut Bailon dan maglaya, keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

2.2.2. Tipe Keluarga

  Menurut Suprajitno (2004), secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

  1. Keluarga inti, adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

  2. Keluarga besar, adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.

  Menurut Friedman dalam Ali (2009) membagi tipe keluarga seperti berikut:

  1. Nuclear family (keluarga inti), terdiri dari orang tua dan anak yang menjadi keluarga lainnya.

  2. Extended family (keluarga besar), adalah satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.

  3. Single parent family, adalah satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepada kepala keluarga.

  4. Nuclear dyed, adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

  5. Blended family, adalah suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.

  6. Three generation family, adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

  7. Single adult living alone, adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumah.

  8. Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

2.3. Karakteristik Keluarga

  Karakteristik keluarga adalah segala hal yang melekat pada keluarga tersebut dan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak yang berada dalam keluarga dalam pelayanan kesehatan meliputi: umur, jumlah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan suku bangsa di dalam keluarga. Selain itu menurut Gibney (2008), pemberian ASI Eksklusif berkaitan dengan sejumlah besar karakteristik latar belakang keluarga, karakteristik berhubungan dengan perkembangan anak, seperti tingkat pendidikan ibu, usia ibu, penghasilan keluarga, dan jumlah anggota keluarga.

2.3.1. Umur Ibu

  Menurut Whitehead (1986), usia ibu melahirkan sangat berpengaruh pada kesehatan ibu, sehingga kondisi ibu yang sehat akan berpengaruh terhadap adanya ASI yang akan diberikan kepada bayinya. Paling baik untuk wanita untuk mempunyai anak pada usia 20 tahun dan berhenti melahirkan pada usia 35 tahun. Wanita yang lebih muda mempunyai kemampuan laktasi yang lebih baik dibandingkan dengan wanita yang lebih tua (Husna, 2006).

2.3.2. Tingkat Pendidikan Ibu

  Pendidikan merupakan salah satu sumber daya penting bagi keluarga untuk mendukung pengetahuan seseorang dalam menerima informasi yang pada akhirnya dapat membentuk perilaku (Elfrida, 2003)

  Menurut Survei Sosial (2003), latar belakang pendidik seseorang merupakan salah satu unsur penting yang penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan Masalah gizi sering timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Achadi, 2007; Munarni, 2012). Analisis data Susenas 2003, memberikan hasil bahwa pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah menunjukkan prevalensi gizi kurang yang cukup tinggi, dan sebaliknya pada masyarakat yang tingkat pendidikannya cukup tinggi prevalensi gizi kurangnya rendah. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak balita. Pertama, tingkat pendidikan kepala keluarga secara langsung. Kedua, pendidikan ibu modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga, juga berperan dalam pola penyusunan makanan rumah tangga maupun dalam pola pengasuhan anak (Munarni 2012).

  Menurut Depkes (2004), makin tinggi pendidikan, pengetahuan, keterampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pula pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada demikian juga sebaliknya (Nadeak, 2011).

  Sangat ideal bila lingkungan terdekat ibu suportif dengan ASI eksklusif. Tapi bila kondisi ideal ini sulit atau tidak tercapai, satu-satunya benteng pertahanan ibu adalah membekali diri dan suami dengan ilmu dan pengetahuan yang benar tentang pemberian ASI. Dengan bekal pengetahuan yang benar, ibu berpeluang lebih besar untuk dapat menjaga motivasi dan percaya diri memberikan ASI eksklusif (Fitria, 2011). .

  Menurut Soetjiningsih (1997), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan orang tua yang bersifat menghasilkan uang sehingga pendapatan keluarga dapat memadai kebutuhan anak guna pertumbuhan dan perkembangan anak (Husna, 2006).

  Pekerjaan merupakan salah satu kendala ibu untuk memberikan asi eksklusif kepada bayi (Depkes, 2012). Pekerjaan merupakan alasan yang sering digunakan oleh ibu untuk berhenti menyusui bayinya. Di daerah perkotaan, ibu banyak turut bekerja mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui bayinya secara teratur. Sebenarnya walaupun ibu bekerja, ibu masih bisa untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya (Roesli, 2000). banyak ibu-ibu yang bekerja menghentikan pemberian ASI eksklusif dengan alasan tidak memiliki banyak waktu. Padahal sebenarnya, bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, kelengkapan memompa ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat memberi ASI secara eksklusif (Elisabeth, 2010).

  Jenis pekerjaan orangtua menentukan besarnya waktu yang digunakan oleh Ayah dan Ibu di luar rumah untuk mencari nafkah sehingga turut mempengaruhi besarnya waktu yang diberikan dalam mengasuh anak, termasuk di dalam jadwal pemberian ASI (Elfrida, 2003)

2.3.4. Pendapatan Keluarga

  bulan keluarga yang dihitung dari total pengeluaran makanan dan non makanan kemudian dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Dari data pendapatan per kapita dikelompokkan lagi berdasarkan batas garis kemiskinan untuk daerah pedesaan (Nadeak, 2011).

  Dewi (2009) berpendapat bahwa rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tersebut tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendapatan dalam keluarga justru akan menyebabkan semakin rendahnya persentase dalam pemberian ASI, hal ini dijelaskan sebagai berikut semakin tinggi tingkat pendapatan ibu maka akan tinggi pula daya beli ibu terhadap susu formula, dan tambahan makanan pendamping ASI (Rahayu, 2010).

  Keluarga menyediakan anggaran menyusui paling tidak untuk makanan tambahan ibu, suplemen, dan peralatan menyusui lainnya (bra menyusui, alat-alat menyimpan ASI perah, dll). Tetapi angkanya pasti jauh lebih kecil daripada bayi diberi susu formula(Elisabeth, 2010).

2.3.5. Jumlah Anggota Keluarga

  Menurut Soetjiningsih (1995), jumlah anak dalam suatu keluarga turut mempengaruhi perhatian dan kasih sayang yang diberikan, terlebih jika jarak anak terlalu dekat. Apabila keluarga memiliki tingkat sosial ekonomi kurang maka jumlah anak tidak hanya menyebabkan berkurangnya kasih sayang tetapi juga (Rahayu, 2011).

  Menurut Gunarsa (2003), makin besar anggota keluarga, maka jumlah interaksi interpersonal semakin banyak dan kompleks. Semakin besar anggota keluarga akan semakin sedikit perhatian yang diperoleh anak dari orangtuanya. Hal ini disebabkan semakin banyak anggota keluarga maka pembagian perhatian pada masing-masing anggota keluarga juga akan semakin sedikit, sehingga hal ini akan mempengaruhi ibu dalam pengasuhan dan perawatan anak-anaknya (Rahayu, 2011).

  Harlock (2000) membagi besar keluarga ke dalam 4 (empat) kategori umum, seperti berikut : 1) Keluarga dengan satu anak, yaitu keluarga terdiri dari satu anak, 2) keluarga kecil, yaitu keluarga terdiri dari 2-3 anak, 3) keluarga sedang, yaitu keluarga terdiri dari 4-5 anak, dan 4) keluarga besar, yaitu keluarga terdiri > 5 anak (Elfrida, 2003).

2.3.6. Suku Keluarga

  Suku bangsa menurut koentjaningrat adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan budaya, dan kesatuan bahasa Murdiyatmoko (2007).

  Menurut Leininger (1984) dalam (2010), manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan kebudayaan pada setiap saat dimanapun dia berada, kebudayaan dapat menopang perilaku kesehatan maupun dapat (2010), bahwa perilaku pemberian ASI Eksklusif tidak terlepas dari pandangan budaya yang telah diwariskan turun-menurun dalam kebudayaan atau suku yang bersangkutan.