Keywords: information system utilization, adaptation, infusion, performance Abstrak - 070 MEDIASI INFUSI SISTEM INFORMASI ATAS PENGARUH

  

MEDIASI INFUSI SISTEM INFORMASI ATAS PENGARUH

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI TERHADAP KINERJA

PENGGUNA ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)

WIDI ASNITA SIGALOTANG

  

Dinas Pendapatan Kota Makassar

GRACE T. PONTOH

R.A. DAMAYANTI

  

Universitas Hasanuddin

Abstract

  

Today’s era information, utilization and infusion of information system is

used deeply for improving individual performance in organization. This

research to examine and analyze impact of: 1) behaviour of problem

focused and emotion focused adaptation on infusion of information system;

2) utilization of information system to infusion of information system; 3)

infusion on performance of information system users; and 4) mediating

infusion of information system on impact of information system utilization

on performance of information system users. This research draws on IT

Appropriation, Level of Infusion, and its Link with Individual Performance

by Beaudry and Pinsonneault (2000). This research took place at office of

PT PLN, a state-owned electricity company for area South, West, and South

East Sulawesi located in Makassar city. Data collection using survey with

questionnaires to users of Enterprise Resource Planning (ERP) system.The

questionnaires was completed by 101 users and data analyzed with

structural equation modeling using partial least square (PLS) Ver 2.0. The

research result indicates behavior of problem focused and emotion

adaptation has the positive and significant impact on infusion of

information system, utilization of information system has the positive and

significant impact on infusion of information system, and infusion of

information system has the positive impact on performance. The result

support infusion of information system mediate the relationship between

information system utilization and users performance of information system.

  Keywords: information system utilization, adaptation, infusion, performance

  

Abstrak

  Dalam era globalisasi saat ini, informasi menjadi komoditi strategis, sehingga investasi sistem informasi dilakukan dengan harapan pekerja memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kinerja. Penelitian ini bertujuan menguji dan menganalisis pengaruh: 1) perilaku adaptasi berfokus masalah dan perilaku adaptasi berfokus emosi terhadap infusi sistem informasi; 2) pemanfaatan sistem informasi terhadap infusi sistem informasi; 3) infusi sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi; dan 4) mediasi infusi sistem informasi atas pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi. Penelitian ini dilaksanakan di Makassar pada kantor PT. PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan menyebarkan kuisioner kepada pengguna sistem sistem ERP dan data dianalisis dengan pendekatan structural equation modeling menggunakan partial least square (PLS) Ver 2.0. Hasil penelitian menunjukkan perilaku adaptasi berfokus masalah dan adaptasi berfokus emosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi, pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi, dan infusi sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengguna sistem informasi. Hasil penelitian ini mendukung infusi sistem informasi memediasi pemanfaatan sistem informasi untuk meningkatkan kinerja pengguna sistem informasi.

  Kata kunci

  : pemanfaatan sistem informasi, adaptasi, infusi, kinerja

  1. Pendahuluan Peran sistem informasi dalam mendukung keunggulan kompetitif organisasi menjadi topik yang banyak diteliti saat ini (Zaied, 2012). Konsekuensi positif yang diharapkan dari pemanfaatan sistem informasi adalah dampaknya terhadap kinerja individual. Namun, penelitian-penelitian empiris belum menunjukkan hasil yang konsisten (Beaudry dan Pinsonneault, 2000). Beberapa penelitian menemukan pemanfaatan teknologi informasi berdampak positif terhadap peningkatan kinerja individu (Davis et al., 1989; Thompson et al., 1991; Goodhue dan Thompson, 1995, Chang et al., 2011), sementara penelitian lainnya menemukan pemanfaatan sistem informasi tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja (Igbaria et al., 2000; Lucas dan Spitler, 1999; Fung Jin, 2003). Brynjolfsson (1993) mengajukan beberapa penjelasan akan perbedaan hasil ini, yaitu kemungkinan adanya variabel intervensi yang bekerja di antara pemanfaatan sistem dengan kinerja. Cooper dan Zmud (1990) menyatakan bahwa variabel yang mungkin dapat memediasi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja adalah infusi teknologi informasi yang didefinisikan sebagai tingkat melekatnya teknologi informasi ke dalam sistem kerja pengguna sistem informasi.

  Beaudry dan Pinsonneault (2000) menggunakan teori coping yang dikemukakan oleh Folkman dan Lazarus (1980) sebagai dasar yang menghubungkan apropriasi dan infusi teknologi informasi dalam sebuah rerangka kerja konseptual yang baru, hubungan apropriasi dan infusi teknologi informasi dalam pemanfaatan teknologi informasi, dan dampaknya terhadap kinerja individual. Dalam hal ini, apropriasi teknologi informasi didefinisikan sebagai proses coping yang bertujuan meningkatkan derajat infusi teknologi informasi yang didefinisikan sebagai tingkat integrasi teknologi informasi ke dalam sistem kerja, kebiasaan, dan kompetensi pengguna.

  Penelitian ini untuk menguji secara empiris pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap peningkatan kinerja individu dengan infusi sistem informasi sebagai variabel intervening berdasarkan rerangka kerja Beadury dan Pinsonneault (2000) yang menghubungkan proses apropriasi teknologi informasi dalam pemanfaatan teknologi informasi yang berdampak pada level infusi teknologi informasi. Berfokus pada perilaku adaptasi teknologi informasi pada level individu, Fadel (2011) melakukan penelitian empiris untuk menguji perilaku adaptasi pengguna sistem informasi yang berdasarkan model penyelesaian masalah adaptasi pemakai (coping model of user adaptation atau CMUA). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang sistem informasi yang dapat menghasilkan model pemanfaatan sistem informasi yang memengaruhi kinerja pengguna sistem informasi melalui infusi sistem informasi. Bagi para praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengguna sistem informasi maupun organisasi dalam melakukan proses adaptasi terhadap sistem informasi yang baru diterapkan agar manfaat maksimal dari penerapan sistem informasi yang baru dapat diperoleh. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perusahaan atau organisasi dalam menerapkan kebijakan khususnya berkaitan dengan penerapan sistem teknologi informasi.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Pemanfaatan Sistem Informasi

  Pemanfaatan teknologi menunjukkan keputusan individu untuk menggunakan atau tidak menggunakan teknologi dalam menyelesaikan serangkaian tugasnya (Dishaw et

  

al., 2002). Model perilaku pemanfaatan yang paling sering digunakan dalam

  menganalisis perilaku pengguna dalam memanfaatkan teknologi informasi adalah

  

Technology Acceptance Model (TAM) yang dikemukakan oleh Davis (1989), Task-

Technology Fit Model (TTF) yang dikemukakan oleh Goodhue (1995), serta sejumlah

  konstruk yang diajukan untuk membantu menjelaskan pilihan pengguna memanfaatkan sistem informasi contohnya computer self efficacy (Compeau dan Higgins, 1995).

  Doll dan Torkadezh (1998) membangun suatu instrumen untuk mengukur penggunaan berdasarkan pada dampak dari penggunaan, ketimbang berdasarkan frekuensi atau durasi penggunaan. Ukuran-ukuran pemanfaatan terhadap pemanfaatan sistem informasi secara umum mengaplikasikan pengukuran yang sama, yaitu fitur-fitur yang digunakan, dukungan tugas, luasnya pemanfaatan, menggunakan atau tidak menggunakan, pemanfaatan tinggi atau rendah, frekuensi pemanfaatan, dan durasi.

  Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya. Thompson et al. (1991; 1994), Davis et al. (1989) mengukur pemanfaatan sistem informasi berdasarkan intensitas pemanfaatan, frekuensi pemanfaatan, dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan.

  Coping Theory

  Penyelesaian masalah (coping) berhubungan dengan tindakan-tindakan adaptasi yang dilakukan oleh individual dalam merespon ke peristiwa-peristiwa pengganggu yang terjadi di lingkungannya (Jogiyanto, 2007:353). Folkman dan Lazarus (1980) mendefinisikan coping sebagai usaha-usaha kognitif dan perilaku adaptasi yang digunakan untuk mengelola permintaan-permintaan eksternal dan atau internal spesifik yang dinilai melebihi sumber-sumber daya dari orang tersebut.

  Perilaku Adaptasi

  Adaptasi pemakai didefinisikan sebagai suatu penyelesaian masalah (coping), dengan demikian dapat dipelajari aneka macam respon dari pemakai termasuk cara pemakai mengembalikan kestabilan emosinya, memodifikasi tugas-tugas, menginvestasi kembali, dan mengadaptasi teknologi, atau bahkan menolaknya (Jogiyanto, 2007:356).

  Lazarus dan Folkman (1984) membagi coping ke dalam dua bagian yaitu problem-

  

focused coping (adaptasi berfokus masalah) dan emotion-focused coping (adaptasi

  berfokus emosi). Adaptasi berfokus masalah mengarah pada penyelesaian masalah, seperti mencari informasi mengenai suatu masalah, mengumpulkan solusi yang dapat dijadikan alternatif, memilih alternatif, dan menjalankan alternatif yang dipilih. Adaptasi berfokus emosi merupakan sekumpulan proses kognitif yang diarahkan untuk mengurangi penderitaan emosional dan mencakup strategi seperti menghindari, meminimalisir, menjaga jarak, perbandingan positif, dan mencari nilai positif dari sebuah peristiwa negatif.

  Dalam konteks ini, tindakan berfokus masalah (problem focused acts) termasuk seluruh perilaku yang terjadi dalam upaya untuk mengubah teknologi itu sendiri dan prosedur-prosedur pemanfaatannya maupun untuk mengadaptasi sistem kerja tersebut (tugas-tugas, prosedur operasional, dan kebutuhan fungsional) terhadap TI baru. Adaptasi berfokus emosi (emotion focused acts) berorientasi pada diri sendiri dan tujuan personal untuk mengubah persepsi dalam menghadapi konsekuensi kejadian sistem informasi atau mengurangi ketegangan-ketegangan emosional. Kedua jenis tindakan

  

coping ini akan mengarahkan pada peningkatan level infusi IT (Beaudry dan

Pinsonneault, 2000).

  Infusi Sistem Informasi

  Infusi sistem informasi didefinisikan sebagai “peningkatan efektivitas organisasi yang diperoleh melalui pemanfaatan aplikasi teknologi informasi secara penuh”

  (Eder dan Igbaria, 2001), serta melekatnya aplikasi teknologi informasi secara mendalam dan komprehensif dalam sistem kerja organisasi ataupun individual (Saga dan Zmud, 1994). Menurut Fadel (2011) yang pokok dari definisi ini adalah 1) teknologi dapat diintegrasikan pada berbagai tingkatan oleh organisasi dan individual, dan 2) manfaat yang diperoleh dari teknologi oleh organisasi dan individual tergantung pada tingkatan integrasi ini. Hasil dari proses infusi ini adalah pemanfaatan seluruh potensi yang ada dalam aplikasi teknologi informasi secara penuh (Cooper dan Zmud, 1990). Dalam tahapan tersebut, infusi merupakan tahap terakhir pada seluruh tahap implementasi TI. Dengan demikian, infusi merupakan tahap pemanfaatan teknologi informasi paling tinggi karena dimanfaatkannya seluruh aplikasi teknologi informasi untuk mendukung penyelesaian tugas dan pekerjaan individu dalam organisasi.

  Beaudry dan Pinsonneault (2000) mengajukan model (gambar 1) yang mengkaji apropriasi teknologi informasi dan infusi teknologi informasi untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai cara pemanfaatan teknologi informasi dan hubungannya terhadap kinerja individual. Proses apropriasi teknologi informasi akan mendorong ke arah level infusi yang lebih tinggi. Dengan demikian level infusi mengintervensi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja individual. Semakin tinggi level infusi teknologi informasi akan berhubungan dengan peningkatan kinerja (Beaudry dan Pinsonneault, 2000). Gambar 1 Model hubungan apropriasi teknologi informasi, level infusi, dan hubungannya dengan kinerja individual

  

IT Appropriation, Level of Infusion, and its Link with Individual Performance

  IT-Work

  IT-User

  IT Coping Acts Coping Acts Appropriation

  IT-Work

  IT-User Infusion Level of Infusion Infusion Individual Individual

  IT Use Performance Performance

  IT Use

  Sumber: Beaudry dan Pinsonneault (2000)

  Kinerja

  Goodhue dan Thompson (1995) menyatakan bahwa kinerja yang dihasilkan oleh faktor kesesuaian tugas teknologi berimplikasi pada efisiensi, efektivitas, dan kualitas yang lebih tinggi terhadap pemanfaatan teknologi, serta implikasi kinerja yang lebih baik pada sistem informasi. Kinerja yang lebih baik tersebut tercapai karena dapat memenuhi kebutuhan individual dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. Model rantai tekonologi kinerja yang diajukan oleh Goodhue dan Thompson (1995), teknologi informasi memiliki dampak positif terhadap kinerja individual jika teknologi tersebut dimanfaatkan (utilized) dan teknologi memiliki kesesuaian dengan serangkaian tugas yang ada. Kinerja yang lebih baik tercapai karena dapat memenuhi kebutuhan individual dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

  2.1. Pengaruh Adaptasi Berfokus Masalah terhadap Infusi Sistem Informasi

  Adaptasi berfokus masalah diarahkan pada penanganan isu-isu yang berhubungan dengan kegiatan teknologi informasi secara langsung dengan cara mengadaptasi diri sendiri, mengadaptasi pekerjaannya, dan mengadaptasi sistem. Mengadaptasi diri sendiri dilakukan dengan merubah kebiasaan-kebiasaan personal untuk menyesuaikan dirinya ke lingkungan teknologinya (Orlikowski 1996; Tyre dan Orlikowski, 1994), mempelajari keahlian-keahlian baru (Tyre dan Orlikowski, 1994), dan memperbaiki komitmen kerja (Majchrzak dan Cotton, 1988). Mengadaptasi pekerjaan dengan memodifikasi prosedur-prosedur dan pekerjaan-pekerjaan rutin (Tyre dan Orlikowski, 1996). CMUA (Beaudry dan Pinsonneault, 2005) menyatakan bahwa perilaku adaptasi akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas individual dengan menggunakan sistem informasi dalam cara yang lebih produktif. Dalam konsep infusi sistem informasi pengguna sistem informasi akan mengubah lingkungannya untuk mengintegrasikan secara penuh fitur-fitur teknologi ke dalam tugas-tugas rutin yang akan berdampak positif terhadap level infusi sistem informasi (Fadel, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut: H1.

  Perilaku adaptasi berfokus masalah berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi.

  2.2. Pengaruh Adaptasi Berfokus Emosi terhadap Infusi Sistem Informasi

  Adaptasi berfokus emosi diorientasikan menuju ke diri sendiri dan mengarah ke perubahan persepsi seseorang akibat konsekuensi-konsekuensi dari kejadian teknologi informasi atau untuk mengurangi ketegangan emosional (Jogiyanto, 2007:368). emosi terhadap lingkungan kerja baru sistem informasi akan dapat mengintegrasi sistem informasi yang dapat meningkatkan level infusi sistem informasi. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis kedua:

  

H2. Perilaku adaptasi berfokus emosi berpengaruh positif terhadap infusi sistem

informasi.

  2.3. Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi terhadap Infusi Sistem Informasi

  Pemanfaatan teknologi menunjukkan keputusan individu untuk menggunakan atau tidak menggunakan teknologi dalam menyelesaikan serangkaian tugasnya. Konsep pemanfaatan tersebut mencerminkan pilihan individu (atau organisasi) untuk menerima sistem, atau institusionalisasi sistem yang diukur dengan intensitas dan frekuensi pemanfaatan sistem informasi oleh pengguna (Goodhue dan Thompson, 1995).

  Infusi sistem informasi dimungkinkan terjadi jika pengguna memanfaatkan teknologi informasi secara mendalam dan menyeluruh sampai pada sistem tersebut terintegrasi pada pekerjaan rutin pengguna dan proses bisnis yang ada (Cooper dan Zmud, 1990; Eder dan Igbaria, 2001). Fadel (2011) mengemukakan dalam level individual, infusi sistem dikonseptualisasikan sebagai tingkat pemanfaatan sistem informasi oleh pengguna secara penuh terhadap fitur-fitur yang ditawarkan oleh sistem atau derajat pemanfaatan sistem secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut

  

H3. Pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif terhadap infusi sistem

informasi.

  2.4. Pengaruh Infusi Sistem Informasi terhadap Kinerja Pengguna Sistem Informasi

  Infusi sistem informasi telah didefinisikan sebagai tingkat aplikasi teknologi informasi yang melekat secara mendalam dan secara luas dalam sistem kerja seseorang maupun dalam organisasi (Cooper dan Zmud, 1990; Eder dan Igbaria, 2001; Saga dan Zmud, 1994; Zmud dan Apple, 1992). Berdasarkan teori coping, Beaudry dan Pinsonneault (2000) mengajukan model hubungan antara apropriasi teknologi informasi sebagai proses coping antara teknologi informasi, pengguna, dan sistem kerja. Beaudry dan Pinsonneault (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat infusi teknologi informasi berhubungan dengan kinerja pengguna yang meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut H4.

   Infusi sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja pengguna sistem informasi.

  2.5. Mediasi infusi sistem informasi atas pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi

  Konsekuensi positif yang diharapkan dari pemanfaatan teknologi informasi adalah dampaknya terhadap kinerja individual. Namun, penelitian-penelitian empiris belum menunjukkan hasil yang konsisten (Beaudry dan Pinsonneault, 2000). Cooper dan Zmud (1990) menyatakan bahwa variabel yang mungkin dapat memediasi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja adalah infusi teknologi informasi yang didefinisikan sebagai tingkat melekatnya teknologi informasi ke dalam sistem kerja pengguna sistem informasi. Berdasarkan pada teori coping, Beaudry dan Pinsonneault (2000) mengajukan model yang menghubungkan apropriasi teknologi informasi, pemanfaatan sistem, infusi teknologi informasi, dan kinerja pengguna. Menurut Beaudry dan Pinsonneault (2000) proses appropriasi teknologi informasi mengarah pada peningkatan level infusi teknologi informasi. Level infusi mengintervensi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja individual. Berdasarkan model tersebut terlihat semakin tinggi level infusi teknologi informasi akan meningkatkan kinerja pengguna sistem informasi. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut

  H5. Infusi sistem informasi memediasi pemanfaatan sistem Informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi.

  Berdasarkan kelima hipotesis yang dirumuskan maka model penelitian digambarkan seperti yang terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Model Penelitian

  Adaptasi berfokus

  H1

  masalah

  H3 H4

  Kinerja Pemanfaatan Infusi sistem sistem informasi informasi

  H4

  Adaptasi berfokus emosi

  H5

3. Metode Penelitian

  3.1. Populasi dan Metode Pengumpulan Data

  Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna sistem ERP pada Perusahaan Listrik Negara wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Total pengguna sistem ERP sebanyak 208 pengguna dengan jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

  Pengambilan data dilakukan secara sensus yaitu prosedur pengambilan dan pencatatan informasi mengenai karakteristik anggota secara langsung dari suatu populasi tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah manajer maupun staf yang memanfaatkan sistem ERP yang baru diterapkan dalam organisasi.

  Pengumpulan data dilakukan melalui survey dengan menyebar kuisioner yang diantar sendiri maupun melalui email yang dikirim kepada manajer dan staf yang memanfaatkan sistem ERP. Kuisioner ini berisi daftar pertanyaan terstruktur yang ditujukan kepada responden dengan maksud untuk memeroleh informasi tertulis yang berkaitan dengan pemanfaatan sistem informasi, adaptasi sistem informasi, infusi sistem informasi dan kinerja pengguna sistem informasi.

  3.2. Definisi Operasional Variabel

  Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemanfaatan sistem informasi, adaptasi berfokus masalah dan adaptasi berfokus emosi. Definisi operasional dari variabel independen tersebut diuraikan sebagai berikut:

  a. pemanfaatan sistem informasi adalah perilaku pemanfaatan sistem informasi dengan indikator intensitas penggunaan sistem dan frekuensi pemanfaatan sistem yang terdiri dari dua pertanyaan dengan menggunakan skala rasio;

  b. adaptasi berfokus masalah adalah perilaku pengguna dalam mengadaptasi sistem atau teknologi baru dengan berfokus pada masalah. Dimensi adaptasi berfokus masalah menggunakan dua konstruk yaitu mengadaptasi diri sendiri dan mengadaptasi pekerjaan dengan cara mengkomunikasikan pada rekan kerja dan bagian IT cara menjalankan sistem ERP, mencari cara untuk memperoleh pengetahuan sistem ERP, mengkaji beberapa sumber informasi, mengonsultasikan dokumen pendukung sistem, mengikuti pelatihan sistem 10 pertanyaan menggunakan skala likert dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.; dan c. adaptasi berfokus emosi adalah perilaku penguna dalam mengadaptasi sistem atau teknologi baru dengan berfokus pada emosi. Dimensi adaptasi berfokus emosi keluarga, maupun atasan serta penilaian kembali yang positif dengan 7 pertanyaan menggunakan skala likert dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah infusi sistem informasi dan kinerja. Infusi sistem informasi juga merupakan variabel intervening. Variabel intervening adalah variabel yang secara teori memengaruhi fenomena yang diobservasi (variabel dependen), yang efeknya harus diinferensi melalui efek hubungan antara variabel independen dengan fenomenanya (variabel dependennya) (Jogiyanto, 2004:154). Variabel ini juga memediasi (mengintervensi) hubungan kausal variabel independen ke variabel dependen. Berikut definisi operasional dari variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini:

  a. infusi sistem informasi adalah tingkat aplikasi sistem informasi yang melekat secara mendalam dan secara luas dalam sistem kerja seseorang maupun dalam organisasi.

  Variabel ini diukur melalui indikator penggunaan sistem secara penuh, penggunaan seluruh kemampuan sistem mendukung pekerjaan, dan integrasi sistem ke dalam pekerjaan pada level tertinggi dengan 4 pertanyaan menggunakan skala likert.

  b. kinerja adalah manfaat (net benefit) yang dirasakan oleh pengguna sistem jika sistem informasi berkontribusi terhadap individu misalnya dalam hal peningkatan kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Variabel ini diukur menggunakan indikator sistem berdampak positif terhadap peningkatan efektivitas dan produktivitas, serta sistem dirasakan memberi bantuan yang penting dan bernilai dalam melaksanakan pekerjaan. Variabel ini diukur menggunakan 2 pertanyaan menggunakan skala likert.

3.3. Teknik Analisis Data

  Analisis keterkaitan antara berbagai variabel dilakukan dengan pendekatan uji statistik berupa uji statistik dengan pendekatan structural equation modeling (SEM). Dalam penelitian ini analisis data akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

  

Partial Least Square (PLS). PLS merupakan bagian atau alternatif dari SEM. PLS

  adalah salah satu metoda statistik SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik data, seperti ukuran sampel penelitian kecil, adanya data yang hilang dan multikolinearitas (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:11).

  Pada pengujian efek mediasi, ouput parameter uji signifikansi dilihat pada tabel total dilakukan pengujian efek langsung variabel independen ke variabel dependen, tetapi juga hubungan tidak langsung antara variabel independen dengan variabel dependen melalui variabel mediasi. Karena itu total effect digunakan untuk melihat efek total prediksi (direct dan indirect effect) (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:120).

4. Hasil Penelitian 4.1.

   Karakteristik Responden

  Berdasarkan data penelitian yang sudah dikumpulkan, maka diperoleh data mengenai jumlah kuesioner yang disebar. Kuesioner yang dikirim kepada responden sebanyak 208 kuesioner yang disebarkan secara langsung maupun dikirim melalui alamat email pengguna sistem ERP. Kuesioner yang kembali sebanyak 103 eksemplar artinya tingkat pengembalian kuesioner sebesar 49,51%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 105 kuesioner. Kuesioner yang tidak diisi secara lengkap sebanyak 2 kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam analisis model penelitian sebanyak 101 kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan pengalaman menggunakan komputer diketahui bahwa sebagian besar telah memiliki pengalaman menggunakan komputer rata-rata cukup lama yang ditunjukkan dengan jumlah responden terbanyak adalah responden dengan pengalaman menggunakan komputer 16-20 tahun sebanyak 34 orang atau 33,67%. Hasil penelitian berdasarkan jabatan responden menunjukkan bahwa pengisian kuesioner pada posisi staf sebanyak 74 orang atau 73,26%, posisi superviser sebanyak 21 orang atau 20,80%, dan posisi manajer sebanyak 6 orang atau 5,94%.

4.2. Uji Kualitas Data

  Uji Validitas dan Realibilitas Kontsruk Pengujian validitas konstruk secara umum dapat diukur dengan parameter skor

  

loading di model penelitian (Rule of Thumbs > 0,7) dan menggunakan parameter AVE,

  communality, akar AVE dan Redudancy. Skor AVE harus > 0,5, communality > 0,5, dan Redudancy mendekati 1 (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:79-80). Parameter uji validitas konvergen dilihat dari skor AVE dan Communality, masing-masing harus bernilai di atas 0,5 (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:80). Berikut hasil output uji konvergen dengan Partial Least Square menggunakan SmartPLS ver 2.0 M3. Hasil uji validitas menunjukkan kelima variabel dalam penelitian ini valid.

  Teknik statistik yang akan digunakan untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini

  (Jogiyanto, 2009:61). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha>0,70 (Hair et al. 2006) dalam Jogiyanto dan Abdillah (2009:62). Selain Cronbach’s Alpha > 0,70, nilai composite reliability harus > 0,70 (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:81). Hasil uji reliabilitas pada setiap variabel dapat dilihat pada hasil perhitungan pada tabel 1 yang semuanya menunjukkan variabel penelitian ini reliabel. Tabel 1. AVE, Communality, Composite Reliability, dan Cronbach Alpha

  8 0,5548 0,8310 0,7278

  ABE -> ISI 0.3115 0.3095 0.0587 0.0587 5.3101 ABE -> K 0.2017 0.2038 0.0462 0.0462 4.3645 ABM -> ISI 0.1578 0.1544 0.063 0.063 2.5059 ABM -> K 0.1022 0.1022 0.0443 0.0443 2.3063

  (|O/STER R|)

  Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistic

  Sample (O) Sample Mean (M) Standard

  Variabel Original

  Untuk menilai signifikansi model prediksi dalam pengujian struktur model dapat dilihat dari nilai T-statisic antara variabel independen ke variabel dependen dapat dilihat dalam tabel 2 Total efek pada output SmartPLS. Kelima variabel yang dimasukkan dalam model struktural (tabel 2) menunjukkan bahwa variabel adaptasi berfokus masalah (ABM), adaptasi berfokus emosi (ABE), pemanfaatan sistem informasi (PSI) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap variabel infusi sistem informasi (ISI). Berdasarkan nilai koefisien beta dan nilai T-statistik di atas, maka hasil uji untuk masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut. Tabel 2. Total efek pada pengujian model struktur

   Pengujian Hipotesis

  Sumber: hasil olah data, 2013 4.3.

  9 0,7749 0,8731 0,7118

  Kinerja (K) 0,774

  Infusi Sistem Informasi (ISI) 0,554

  Variabel AVE Communali ty

  1 0,5481 0,8936 0,8614

  0,548

  Adaptasi Berfokus Emosi (ABE)

  3 0,6343 0,9335 0,9009

  0,634

  Adaptasi Berfokus Masalah (ABM)

  3 0,7093 0,8296 0,5958

  0,709

  Pemanfaatan Sistem Informasi (PSI)

  Composite Reliability Cronbach’s Alpha

  ISI -> K 0.6476 0.6568 0.0686 0.0686 9.4387 PSI -> ISI 0.5556 0.5642 0.0751 0.0751 7.3966 PSI -> K 0.3598 0.3702 0.0607 0.0607 5.9282

  Pengajuan hipotesis 1 sebagaimana yang dinyatakan dalam hipotesis 1 yaitu perilaku adaptasi berfokus masalah berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi terdukung dan signifikan dengan nilai koefisien beta sebesar 0.1578 dengan T-statistik 2.5059 > t-tabel 1,64. Hipotesis 2 yang dinyatakan yaitu perilaku adaptasi berfokus emosi berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi diterima dan signifikan dengan nilai koefisien beta sebesar 0.3115 dengan T-statistik 5.3101 > t-tabel 1,64. Hipotesis 3 untuk menguji pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap infusi sistem informasi, menunjukkan bahwa pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi dengan nilai koefisien beta sebesar 0.5556 dengan T-statistik 7.3966 > t-tabel 1,64. Hipotesis 4 untuk menguji pengaruh infusi sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi menunjukkan bahwa infusi sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengguna sistem informasi dengan nilai koefisien beta sebesar 0.6476 dengan T-statistik 9.4387 > t-tabel 1,64.

  Hipotesis 5 ingin menunjukkan hubungan antara variabel pemanfaatan sistem informasi sebagai variabel independen dan kinerja pengguna sistem ERP sebagai variabel dependen melalui variabel infusi sistem informasi sebagai variabel mediasi (intervening). Pada pengujian efek mediasi ini tahapan yang telah dilakukan, yaitu: menguji pengaruh langsung variabel independen (pemanfaatan sistem informasi) terhadap variabel dependen (kinerja) pada model dengan melibatkan variabel mediasi (infusi sistem informasi), kemudian menguji pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja tanpa melibatkan variabel infusi sistem informasi, selanjutnya menguji pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap infusi sistem informasi, dan pengaruh infusi sistem informasi terhadap kinerja.

  Hasil perhitungan software SmartPLS 2,0 menunjukkan bahwa pada pengujian pengaruh langsung pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja dengan melibatkan infusi sistem informasi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien beta sebesar 0.3598 dengan T-statistik 5,9282 > t-tabel 1,64. Selanjutnya pada pengujian pengaruh langsung pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja tanpa melibatkan variabel infusi sistem informasi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien beta sebesar 0.6633 dengan T-statistik 6.6686 > t-tabel 1,64 (tabel 3). Tabel 3 Total efek pada pengujian model struktur tanpa variabel mediasi

  Total Effect tanpa variabel mediasi

  Standard Standard Original Sample T Statistics

  Deviation Error Sample (O) Mean (M) (|O/STERR|)

  (STDEV) (STERR) ABE -> K 0.1439 0.1538 0.0612 0.0612 2.3520 ABM -> K 0.2100 0.2057 0.0916 0.0916 2.2940 PSI -> K 0.6633 0.6632 0.0995 0.0995 6.6686

  Hasil kedua pengujian ini menunjukkan bahwa setelah pemanfaatan sistem informasi diintervensi (dimediasi) dengan variabel infusi sistem informasi terjadi penurunan nilai koefisien beta pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja dari 0.6633 menjadi 0.3598. Ini berarti infusi sistem informasi bertindak sebagai variabel mediasi namun sebagian (partial mediation). Infusi sistem informasi bukan sebagai variabel mediasi penuh (fully mediation) karena pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan meskipun tanpa melibatkan variabel mediasi. Hasil pengujian ini menunjukkan hipotesis 5 diterima. Gambar 3. Uji model struktural

  PEMBAHASAN

  Hasil pengujian hipotesis 1 yang menyatakan perilaku adaptasi berfokus masalah berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi terdukung. Diperolehnya pemahaman lebih baik tentang sistem, prosedur dan cara kerja sistem ERP, maka pengguna dapat melakukan infusi sistem melalui penggunaan aplikasi sistem secara dalam sistem kerja organisasi ataupun individual. Dengan demikian, semakin tinggi perilaku adaptasi berfokus masalah pengguna sistem ERP maka semakin tinggi pula infusi sistem ERP.

  Hasil pengujian hipotesis 2 yang menyatakan perilaku adaptasi berfokus emosi berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi terdukung. Adaptasi berfokus emosi oleh pengguna sistem ERP diarahkan dengan mengubah persepsi pengguna terhadap suatu situasi yaitu implementasi ERP. Dalam hal ini, pengguna mengatur emosi, memelihara sikap stabilitas, dan mengurangi ketegangan-ketegangan emosional dengan cara mencari dukungan sosial dari rekan kerja, membicarakan sistem ERP pada teman atau keluarga, membicarakan sistem pada atasan. Perilaku adaptasi berfokus emosi dilakukan pula melalui penilaian kembali secara positif (positive reappraisal) dengan cara pengguna terus menerus memikirkan secara positif bahwa sistem ERP adalah peluang untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru serta menggunakan sistem ERP akan lebih baik seiring berjalannya waktu.

  Melalui proses adaptasi berfokus emosi, pengguna ERP melakukan fokus pendekatan pada kejadian-kejadian sistem ERP sehingga pengguna dapat mengintegrasi sistem tersebut dan memanfaatkannya secara mendalam dan komprehensif dalam sistem kerja individual yang kemudian meningkatkan level infusi sistem informasi. Hasil penelitian ini mendukung model yang dikemukakan oleh Beaudry dan Pinsonneault (2000; 2005) yang menyatakan adaptasi berfokus emosi secara langsung berhubungan dengan perubahan kognitif dan motivasional dengan memuaskan manfaat-manfaat yang dihasilkan oleh sebuah sistem akan mengarahkan pada level infusi teknologi informasi yang lebih tinggi.

  Hasil pengujian hipotesis 3 yang menyatakan pemanfaatan sistem informasi terhadap infusi sistem informasi terdukung. Tingginya pemanfaatan sistem ERP menunjukkan pemanfaatan sistem ERP telah menjadi rutinitas karena mengambil sebagian besar waktu pengguna, pengguna menghabiskan waktunya dengan sistem dalam sehari cukup tinggi untuk menyelesaikan serangkaian tugas yang telah dimandatkan dalam organisasi. Semakin sering pengguna memanfaatkan sistem, maka sistem menjadi aktivitas normal dan hal yang rutin. Pemanfaatan sistem yang tinggi memungkinkan tingkat infusi yang tinggi karena pengguna ERP akan memanfaatkan aplikasi-aplikasi sistem yang tersedia secara lebih komprehensif dan terintegrasi untuk mendukung penyelesaian tugas individu dan sistem kerja organisasi pada tingkat yang

  Hasil pengujian hipotesis 4 yang menyatakan infusi sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja pengguna sistem informasi terdukung. Penelitian ini mendukung teori infusi yang dikembangkan oleh Beaudry dan Pinsonneault (1999) yang menyatakan infusi sistem dikonseptualisasikan sebagai hasil dari perilaku adaptasi pasca implementasi sistem oleh pengguna sistem yang terdiri dari integrasi teknologi informasi pada sistem kerja, kebiasaan dan rutinitas kerja pengguna sistem. Teori ini menyatakan jika sistem informasi secara penuh terinfusi pada tugas dan kebiasaan kerja pengguna akan berdampak pada peningkatan kinerja secara signifikan.

  Hasil pengujian hipotesis 5 yang menyatakan infusi sistem informasi memediasi pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi terdukung. Penelitian ini menunjukkan infusi sistem informasi memediasi sebagian (partial mediation) pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem ERP pada PT.PLN wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Penelitian ini tidak menemukan infusi sistem informasi sebagai variabel mediasi penuh karena pengujian hubungan pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja yang diintervensi dengan variabel infusi sistem informasi menunjukkan nilai yang signifikan demikian halnya dengan uji pengaruh pemanfaatan informasi terhadap kinerja tanpa diintervensi dengan infusi sistem informasi juga memiliki nilai yang signifikan.

  Hasil penelitian ini mendukung model apropriasi TI, level infusi, dan hubungannya dengan kinerja individual yang diajukan oleh Beaudry dan Pinsonneault (1999; 2000) yang menyatakan level infusi mengintervensi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja individual. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Cooper dan Zmud (1990) tentang tahapan proses implementasi sistem MRP. Cooper dan Zmud (1990) menemukan kesuksesan implementasi suatu sistem teknologi informasi hanya terjadi jika terdapat level infusi sistem yang tinggi dalam sistem kerja individual. Sistem teknologi informasi diterapkan di organisasi menjadi komponen dari organisasi bersama-sama dengan manusia. Manusia berinteraksi menggunakan sistem teknologi informasi.

  Penelitian ini menunjukkan tingkat pemanfaatan sistem ERP oleh pengguna tinggi, demikian halnya dengan dampak kinerja yang dirasakan oleh pengguna sistem ERP juga meningkat karena sistem ERP dirasakan memiliki pengaruh yang besar dan positif pada efektivitas dan produktivitas pekerjaan pengguna serta sistem membantu meningkatkan kinerja pengguna sistem ERP. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan semakin tinggi pemanfaatan sistem ERP maka semakin tinggi pula tingkat infusi sistem yang pada akhirnya meningkatkan kinerja pengguna sistem ERP.

5. Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan

  5.1. Kesimpulan

  Penelitian ini berisi model yang menguji mediasi infusi sistem informasi atas pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem Enterprise

  

Resource Planning (ERP). Hasil dari pengujian SEM (Structural Equation Model)

  dengan menggunakan SmartPLS 2.0, menemukan perilaku adaptasi berfokus masalah berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi; perilaku adaptasi berfokus emosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi; pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi; infusi sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengguna sistem informasi, infusi sistem informasi memediasi sebagian pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi. Hasil penelitian ini mendukung teori coping yang didefinisikan sebagai upaya kognitif bentuk adaptasi pemakai sebagai suatu penyelesaian masalah (coping) dalam merespon peristiwa-peristiwa pengganggu yang terjadi di lingkungannya (Lazarus dan Folkman, 1984). Hasil penelitian ini juga mendukung model apropriasi TI, level infusi, dan hubungannya dengan kinerja individual yang diajukan oleh Beaudry dan Pinsonneault (1999; 2000) yang menyatakan level infusi mengintervensi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja individual

  5.2. Implikasi

  Model penelitian yang diuji secara empiris dalam penelitian ini berimplikasi bagi penelitian, praktek, dan kebijakan. Hasil penelitian ini berimplikasi pada penerapan teori coping (penyelesaian masalah) untuk menjelaskan proses adaptasi pengguna terhadap sistem baru yang diterapkan dalam organisasi. Penelitian ini menunjukkan dampak kinerja yang dihasilkan dari infusi sistem informasi erat kaitannya dengan sistem kerja pengguna. Penelitian selanjutnya dapat mengkaji bentuk penilaian kinerja lainnya sebagai dampak dari pemanfaatan dan infusi sistem informasi pada tingkat individual seperti kepuasan pelanggan dan pengendalian manajemen (Torkzadeh dan Doll, 1999), serta pembelajaran (learning) dan efektivitas pengambilan keputusan (decision effectiveness) (Sedera et al., 2004).

  Bagi praktek, dari sisi dampak kinerja yang ditimbulkan penelitian ini erat kaitannya dengan kecocokan tugas teknologi. Kinerja pengguna meningkat sehubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi karena aplikasi-aplikasi sistem cocok atau sesuai dengan tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh pengguna. Sistem informasi memberi dampak positif bagi pengguna jika pengguna memanfaatkan sistem dan sistem tersebut bersesuaian dengan tugas-tugas pengguna (Goodhue dan Thompson, 1995). Bagi kebijakan, hasil penelitian ini mendukung proses adaptasi dan pemanfaatan sistem informasi berpengaruh besar terhadap infusi sistem informasi pada rutinitas, kebiasaan dan sistem kerja pengguna yang dampaknya dirasakan dengan adanya peningkatan kinerja pengguna.

5.3. Keterbatasan

  Pada penelitian ini data dikumpulkan hanya dari satu wilayah perusahaan yaitu PT PLN wilayah Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, sehingga daya generalisasi temuan- temuan dalam penelitian ini masih terbatas. Data yang dianalisis dalam penelitian ini menggunakan instrumen berdasarkan persepsi dari skor jawaban responden, hal ini tentu saja akan menimbulkan bias terhadap hasil peneltian ini, apabila kondisi responden berbeda dengan kondisi yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA

  Beaudry, A. dan Pinsonneault A. “Advancing the Theory of Infusion: An Appropriation Model of the Infusion Process.” Social Science and Humanities Research Council of CanadaI, 1999.

  Beaudry, A. dan Pinsonneault A. “Information Technology and Individual Performance: A Coping-Based Model of the Appropriation Process,” in Proceedings of ASAC- IFSAM, Canada, 2000, pp. 1-11.

  Beaudry, A. dan Pinsonneault A. “Understanding User Responses to Information Technology: A Coping Model of User Adaptation,” MIS Quarterly (29: 3), September 2005, pp. 493-524.

  Bernroider, Edward W.N. “IT governance for enterprise resource planning supported by the Delone-McLean model of information system success,” Information &

  Management 45, May 2008, pp. 257-269.

  Brynjolfsson, E. “The Productivity Paradox of Information Technology,” Communications of the ACM, 36(12), December 1993, pp. 67-77. Burton-Jones, A. dan Straub D. “Reconceptualizing system usage: an approach and empirical test,” Information Systems Research, May 2006, pp. 220-246. Chang, Hsiu-Hua., Chou, Huey-Wen., Yin, Chun-Po., dan Lin, Cecilia I. “ERP Post-

  Implementation Learning, ERP Usage and Individual Performance Impact.” In

  proceeding of Pacific Asia Conference of Information Systems, PACIS 2011, Australia, 7-11 July 2011.

  Compeau, D., dan Higgins, CA. “Computer Self Efficacy: Development of Measure and Initial Test, MIS Quarterly, Vol 19:12, 1995. Cooper, R.B. dan Zmud, R.W. “Information Technology Implementation Research: A Technological Diffusion Approach,” Management Science, 36(2), 1990, pp.

  123-139. Davis, F.D., “Perceived Usefullness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology,” MIS Quarterly, (13:3), 1989, pp. 319-340.

  Davis, F.D., Bagozzi, R.P., dan Warshaw, P.R. “User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theoretical Models,” Management Science (35:8), 1989, pp.982 – 1003.

  Dishaw, M.T. dan Strong, D.M. “Extending the Technology Acceptance Model with Task Technolgy Fit Constructs,” Information and Management (36:1), 1999, pp.

  9-21. Dishaw, M.T., Strong, D.M., dan Brandy, D.B. “Extending the Task-Technology Fit

  th

  Model with Self-Efficacy Constructs.” In Proceedings of the 8 Americas Conference on Information System, Dallas, 2002, pp. 1021-1027. Eder, L. B., dan Igbaria, M., “Determinants of Intranet diffusion and infusion,” Omega (29:3), 2001, pp. 233-242. Doll WJ. dan Torkzadeh G. “Developing a multidimensional measure of system-use in an organizational context,” Information and Management, 1998, pp. 171-185 Fadel, K.J. “The Role of Appraisal in Adapting to Information Systems,” Journal of Organizational and End User Computing, 24(4), 2012, pp. 18-40. Fadel, K.J. “User Adaptation and Infusion of Information Systems,” Journal of Computer Information Systems, Spring 2011, pp. 1-10. Fung Jin, T., “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Teknologi

Dokumen yang terkait

DETERMINAN PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI INTERNET Mya Dewi Trisnawati Komarudin Achmad (Universitas Brawijaya) Abstract - 149 DETERMINAN PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN pemda melalui internet

1 3 21

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN SOSIALISASI ANTISIPATIF TERHADAP SIKAP MAHASISWA AKUNTANSI ATAS AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

0 2 21

EFEKTIVITAS PROGRAM PSG (PENDIDIKAN SISTEM GANDA) PADA DUDI (DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI) BIDANG KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 7 DAN SMK MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA

0 0 29

ANGGARAN WAKTU AUDIT DAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ABDUL HALIM Universitas Gajayana Malang Abstract - 081 ANGGARAN WAKTU AUDIT DAN KOMITMEN PROFESIONAL, kualitas aud

0 0 26

FUNGSI MEDIASI ELEMEN INSTITUSIONAL BUDAYA TERHADAP HUBUNGAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN NILAI-NILAI ISLAM PADA LAPORAN TAHUNAN BANK ISLAM: STUDI LINTAS NEGARA

0 6 27

PENGARUH BIAS SELF FULFILLING PROPHECY DAN INISIATIF PERUBAHAN MANAJEMEN SEBAGAI UPAYA PENGURANGBIASAN GOING CONCERN JUDGMENT

0 0 27

PENGARUH KOMPETENSI, SKEPTISME, HUBUNGAN KLIEN DENGAN AUDITOR, UKURAN KAP TERHADAP KEPUASAN KLIEN DAN KEGUNAAN UNTUK STAKEHOLDER EKSTERNAL DALAM PERSPEKTIF KLIEN IBNU IRAWAN LILI SUGENG WIYANTORO HELMI YAZID EWING YUVISA IBRANI Universitas Sultan Ageng Ti

1 2 21

Universitas Airlangga Abstract - 075 PENGARUH UMUR, GENDER, DAN PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU

0 1 27

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENENTUAN OPINI AUDIT

1 3 21

PENDAPAT GOING CONCERN: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013)

1 1 34