PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN SOSIALISASI ANTISIPATIF TERHADAP SIKAP MAHASISWA AKUNTANSI ATAS AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN SOSIALISASI ANTISIPATIF TERHADAP SIKAP MAHASISWA AKUNTANSI ATAS AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

  • AFDAL M. RIDWAN HASANUDDIN

  Universitas Fajar Abstract

  Social accountability as part of integrated reporting is slow to take hold and accounting education is criticized for its inability to develop social aspects of profession. The purpose of this study is to investigate the effect of professional commitment and anticipatory socialization on accounting students’ attitude on social accountability. This paper argues that the higher professional commitment and anticipatory socialization the higher students’ support on company social accountability. This study uses survey method with 295 accounting student respondents from four universities. The results show that there is a significant positif effect of of professional commitment and anticipatory socialization on accounting students’ support on company social accountability. This results have implications on accounting education and training to increase participants’ professional commitment and anticipatory socialization to support the development of integrated reporting.

  Keywords: Social Accountability, Professional Commitment, Anticipatory Socialization

  Abstrak

  Akuntabilitas sosial sebagai bagian dari pelaporan terintegrasi berkembang dengan lambat dan pendidikan akuntansi mendapat kritik karena ketidakmampuannya untuk mengembangkan aspek sosial profesi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh komitmen profesional dan sosialisasi partisipatif terhadap sikap mahasiswa akuntansi atas akuntabilitas sosial. Artikel ini berargumen bahwa semakin tinggi komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif maka semakin tinggi pula dukungan mahasiswa terhadap akuntabilitas sosial perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan responden sebanyak 295 mahasiswa akuntansi dari empat universitas. Hasi penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif yang positif dan signifikan terhadap dukungan mahasiswa terhadap akuntabilitas sosial perusahaan. Hasil ini memiliki implikasi pada pendidikan dan pelatihan akuntansi untuk meningkatkan komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif untuk mendukung perkembangan pelaporan terintegrasi.

  Kata Kunci : Akuntabilitas sosial, Komitmen Profesional, Sosialisasi

  • * Antisipatif

  Author can be contacted at: afdal091@gmail.com

1. Pendahuluan

  Saat ini, praktik dan konsep pelaporan perusahaan mengenai tanggung jawab sosial sedang berkembang termasuk dengan munculnya ide pelaporan terintegrasi (integrated reporting). Hal ini dapat dilihat dalam survei KPMG yang dirilis pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa 93 persen dari 250 perusahan terbesar di dunia (G250

  

companies ) mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Selain itu, di Asia Pasifik

  mengalami peningkatan yang drastis yaitu, 22 persen selama 2 tahun. Namun, survei tersebut juga mengungkapkan bahwa kualitas laporan yang dipublikasikan masih kurang, nilainya hanya berada pada angka 59 dari total 100 poin. Selain itu, perusahaan yang memiliki kemungkinan yang besar berdampak pada lingkungan dan sosial mengungkapkan tanggung jawab yang lebih rendah daripada perusahaan yang memiliki kemungkinan yang lebih kecil.

  Selain KPMG, Ernst & Young bersama GreenBiz Group juga merilis hasil survei pada tahun 2013 mengenai tanggung jawab sosial termasuk aspek pelaporannya. Survei tersebut menunjukkan bahwa bursa-bursa efek dan para investor, saat ini, semakin keras menekan perusahaan-perusahaan untuk menilai dan mengungkapkan isu keberlanjutan (sustainability) melalui integrated reporting namun perusahaan lambat melakukannya. Hal ini juga diperkuat oleh survei KPMG (2013), bahwa meskipun mengungkap tanggung jawab dalam laporan tahunannya, hanya 1 dari 10 perusahaan yang mengklaim membuat integrated reporting. Disparitas kuantitas dan kualitas laporan tanggung jawab sosial perusahaan ini telah terjadi dari dulu sebagaimana yang diungkap oleh survei Beets dan Souther (1999).

  Padahal informasi lingkungan dan sosial yang diungkapkan oleh perusahaan merupakan informasi yang memiliki nilai bagi para pengguna baik eksternal maupun internal. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa informasi ini mempengaruhi keputusan investasi para pihak eksternal (lihat Guidry dan Patten, 2010; Al-Tuwaijri dkk., 2004; Milne dan Patten, 2002; Chan dan Milne 1999; Teoh dan Shiu, 1990; Belkaoui, 1976). Untuk pengguna internal, penelitian Afdal dan Sholihin (2013) menunjukkan bahwa manajer menggunakan informasi lingkungan dan sosial dalam mengevaluasi sebuah proyek.

  Hasil-hasil survei di atas beserta pemanfaatan informasi tersebut menunjukkan adanya kegagalan pada peran akuntansi dan akuntan dalam menciptakan akuntabilitas sosial perusahaan dan memenuhi kebutuhan pengguna. Hal ini didasarkan pada peran merupakan elemen utama dalam akuntansi dan kepentingan publik (Gray, Owen dan Adams, 1996). Oleh karena itu, Akuntansi dan akuntan seharusnya mampu menjadi pionir dalam mendorong akuntabilitas sosial perusahaan.

  Dari segi konsep akuntansi, saat ini, para ahli telah mengembangkan akuntansi yang mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan seperti, social accounting (Gray, Owen dan Adams 1996) social and environmental accounting (Mathews, 1997), triple

  (Elkington, 1997), sustainability accounting (Schaltegger dkk.,

  bottom line accounting

  2006), integrated reporting, dan lain-lain. Pengembangan dilakukan karena akuntansi konvensional tidak sanggup menciptakan akuntabilitas karena hanya berfokus pada aspek ekonomi (Gray, Owen dan Adams, 1996).

  Dengan demikian, permasalahan besar terletak pada peran akuntan dalam mendorong penggunaan berbagai konsep akuntansi untuk kepentingan akuntabilitas sosial perusahaan. Menurut Gray dan Bebington (2001), akuntan seharusnya mengembangkan skill dan atribut-atribut yang menunjang pekerjaan, mencari jalan kreatif untuk menjalankan tanggung jawab dan membantu organisasi meningkatkan sensitivitas lingkungannya. Namun, meskipun menyadari tanggung jawabnya, banyak akuntan tidak memiliki niat atau tidak siap melaksanakannya (Gray dan Bebington, 2001). Hal ini menunjukkan kelemahan akuntan dari segi etika maupun keterampilan.

  Kegagalan kemampuan intelektual dan etika akuntan sebagian merupakan tanggun jawab pendidikan akuntansi (Gray, Bebbigton dan McPhail, 1994). Pendidikan akuntansi memang mendapat kritikan karena tidak mampu membantu pengembangan aspek sosial dari profesi. Mayer-Sommer dan Loeb (1981) mengatakan bahwa pengalaman pendidikan tidak mampu menyediakan mahasiswa sensitifitas atas identitas profesional, apresiasi terhadap kewajiban etika dan hukum, dan pemahaman mengenai tuntutan dan risiko profesi.

  Berbagai penelitian telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian akuntan termasuk mengenai tanggung jawab yang lebih luas seperti mengungkap masalah yang ditemukan seperti yang dilakukan Eliaz (2006 dan 2008). Kedua penelitiannya mengusulkan dan menguji konsep komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif sebagai faktor yang mendorong peningkatan tanggung jawab mahasiswa akuntansi. Komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif sebagai konsep yang menunjukkan kesadaran akuntan mengenai profesi dan tanggung jawabnya yang luas kelihatannya dapat mendorong peningkatan karakter individu terkait akuntabilitas sosial komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif meningkatkan sikap mahasiswa akuntansi atas akuntabilitas sosial perusahaan.

  Hasil penelitian diharapakan dapat memberi manfaat terutama dalam praktik pendidikan dan akuntabilitas sosial perusahaan seperti: (1) memberi dasar bagi pendidikan akuntansi mengenai pentingnya mengembangkan komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif untuk meningkatkan sikap mahasiswa atas akuntabilitas sosial perusahaan; (2) memberi dasar pula bagi program pelatihan profesi akuntan dalam meningkatkan tanggung jawab akuntan untuk mendorong akuntabilitas sosial perusahaan; (3) pemanfaatan hasil penelitian ini akan mendorong terciptanya akuntabilitas sosial perusahaan yang pada akhirnya dapat mengurangi dampak dan risiko yang terkait dengan aktivitas perusahaan.

2. Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipothesis 2.1. Sikap Mahasiswa Akuntansi atas Akuntabilitas Sosial

  Perusahaan memiliki peran sosial yang harus dijalankan selain menyediakan produk dan jasa kepada pasar. Hal ini disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang menggunakan sumber daya alam, baik tergambar dalam harga produk dan jasanya maupun tidak, sehingga bertanggung jawab memberikan kontribusi kepada generasi sekarang dan masa yang akan datang. Hal ini akan menambah tanggung jawab perusahaan atas aktivitas akuntansi dan pelaporannya (Gordon, 1998) yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perbaikan lingkungan dan sosial (Afdal, 2012).

  Akuntabilitas merupakan “the duty to provide an account (by no means

  

necessarily a financial account) or reckoning of those actions for actions for which one

  ” (Gray, Owen dan Adams, 1996). Hal ini menunjukkan adanya

  is held responsible

  hubungan yang jelas antara akuntabilitas dan cara akuntansi dipandang secara tradisional, dalam hal ini pelaporan selalu menjadi akhir bagi berbagai proses akuntansi (Holland, 2004). Oleh karena itu, mahasiswa akuntansi sebelum memasuki profesi akuntansi perlu memiliki keterampilan dan karakter yang dapat membantu perusahaan menerapkan prinsip akuntabilitas dengan baik.

  Profesi-profesi seperti kedokteran, hukum, begitpula akuntansi, memang menghadapi tantangan menyiapkan mahasiswa untuk memenuhi tanggung jawab karirnya. Untuk menjalankan tanggung jawab dengan efektif, beberapa peneliti menyarankan bahwa mahasiswa perlu mengembangkan identitas profesional yang yang kuat, apresiasi kewajiban hukum dan etika, dan pemahaman yang mendalam atas risiko dan tuntutan profesi (Mayer-Sommer dan Loeb, 1981).

  Mahasiswa sarjana akuntansi biasanya menjalani pendidikannya dengan cara yang konvensional dengan hanya berfokus pada keterampilan. Mereka belajar mata kuliah alat dan teknik seperti menghitung biaya atau menyusun laporan keuangan, dan didorong untuk mengaplikasikannya dalam situasi nyata. Namun, mahasiswa jarang diperkenalkan dengan paradigma baru untuk menguji praktik bisnis saat ini (Holland, 2004) tertutama terkait dengan perkembangan tuntutan akuntabilitas sosial perusahaan.

  Saat ini, terdapat banyak usaha yang dilakukan, setidaknya oleh penulis buku dan peneliti, untuk memperkenalkan kepada mahasiswa program sarjana akuntansi kepada apa yang disebut dengan dimensi sosial akuntansi. Beberapa buku (Gray, Owen, dan Adams, 1996; Gray dan Bebington, 2001; Elkington, 1997; Bebbington, 2007) dan artikel ilmiah (Mathews, 2001; Grinnel dan Hunt, 2000; Gray, Bebbigton dan McPhail, 1994) dipublikasikan untuk dijadikan sebagai panduan memperkenalkan hal ini kepada mahasiswa. Namun, hal tersebut belum banyak direspon oleh kurikulum program pendidikan sarjana akuntansi. Oleh karena itu, untuk menyiapkan calon akuntan dalam menghadapi tuntutan profesi, maka pendidikan akuntansi dapat berfokus pada aspek karakter individu yaitu sikap mahasiswa akuntansi atas akuntabilitas tersebut.

2.2. Komitmen Profesional

  Komitmen profesional merujuk pada kecintaan individu terhadap profesinya (Elias, 2006). Mowday dkk., dalam Lord dan DeZoort (2001) menggambarkan bahwa individu yang memiliki komitmen profesional yang tinggi adalah individu yang memiliki keyakinan yang kuat dan penerimaan terhadap tujuan profesi, keinginan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh untuk kepentingan profesi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam profesi. Tingkat komitmen profesional akuntan merujuk pada tingkat kecintaan, keyakinan terhadap tujuan profesi akuntan, keinginan menggunakan usaha yang lebih demi profesi akuntan, dan keinginan untuk menjadi anggota profesi akuntan. Sebagai contoh, komitmen profesi akuntan untuk melayani kepentingan publik turut serta dihayati oleh akuntan yang memiliki komitmen profesional yang tinggi agar profesi akuntan berhasil menjalankan tugasnya.

  Berdasarkan pada beberapa penelitian, Hall, Smith, dan Langfield-Smith (2005) menjelaskan bahwa komitmen profesional berhubungan dengan kepuasan kerja dan meninggalkan profesi merupakan sikap yang diambil didasarkan pada kecintaan dan keyakinan terhadap tujuan profesi. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara karakter individu terkait profesi dengan sikap individu yang diambil dalam keputusan yang terkait profesi.

  Penelitian mengenai komitmen profesional dilakukan oleh Elias (2006; 2008), dan Lord dan DeZoort (2001). Penelitian Lord dan DeZoort menguji pengaruh komitmen profesional terhadap kecenderungan menyetujui laporan keuangan yang dilaporkan dengan salah saji secara materil. Penelitian tersebut membuktikan bahwa akuntan dengan komitmen profesional yang tinggi bekerja untuk kepentingan publik dengan cenderung tidak menyetujui laporan yang salah saji secara materil tersebut.

  Penelitian Elias (2006) menguji pengaruh komitmen profesional pada mahasiswa akuntansi dengan melihat pengaruhnya terhadap persepsi etika mahasiswa akuntansi. Hasilnya menunjukkan bahwa komitmen profesional yang tinggi cenderung mempersepsi tindakan yang dapat dipertanyakan (questionable actions) sebagai tindakan yang tidak etis. Sementara itu dalam penelitiaannya yang lain terkait

  

whistleblowing , Elias (2008) membuktikan bahwa mahasiswa akuntansi yang memiliki

  komitmen profesional yang tinggi lebih cenderung melaporkan (blow the whistle) tindakan tidak etis manajemen.

  Hasil penelitian-penelitian tersebut mengarahkan penelitian ini untuk mengusulkan bahwa komitmen profesional mempengaruhi sikap mahasiswa akuntansi terhadap akuntabilitas sosial perusahaan. Lebih spesifiknya, mahasiswa akuntansi dengan komitmen profesional yang tinggi mendukung tindakan yang sesuai daripada tindakan yang tidak terlalu sesuai dengan tujuan profesi akuntansi, begitupula sebaliknya.

  Oleh karena itu, penelitian ini memprediksi bahwa mahasiswa akuntansi yang berkomitmen profesional tinggi mendukung pengungkapan informasi yang lengkap atas dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan karena hal tersebut sejalan dengan tujuan profesi akuntansi untuk melayani masyarakat. Sebaliknya, tindakan yang tidak sejalan dengan tujuan profesi akuntansi yang akan membawa pada kegagalan melayani kebutuhan informasi pengguna cenderung dipilih oleh mahasiswa yang berkomitmen profesional rendah. Logika tersebut mendasari diajukannya hipotesis berikut ini:

  

H1. Komitmen profesional berpengaruh positif terhadap dukungan mahasiswa

akuntansi atas akuntabilitas sosial perusahaan.

2.3. Sosialisasi Antisipatif

  Sosialisasi antisipatif merupakan pengakuisisian nilai dan orientasi yang ditemukan dalam sebuah status atau kelompok yang individu belum masuki namun ingin dimasuki (Merton, 1957). Garavan dan Morley (1997) menjelaskan bahwa sosialisasi antisipatif memfasilitasi munculnya harapan individu mengenai kontribusi yang akan diberikan kepada organisasinya. Hal ini menunjukkan adanya pengadopsian nilai yang melekat pada sebuah status atau kelompok yang dilakukan oleh individu di luar kelompok tersebut. Merton (1957) juga menjelaskan bahwa dengan memiliki sosialisasi antisipatif, individu berperilaku sebagaimana status atau kelompok tersebut, sadar atau tidak membentuk implikasi pada masa yang akan datang, dan menjadi orientasinya di masa yang akan datang.

  Akuntan merupakan sebuah status dan kelompok orang yang bergerak di bidang akuntansi dengan berdasarkan nilai tertentu sebagaimana yang tertuang dalam kode etik akuntan. Saat ini, individu yang memasuki profesi akuntan berasal dari mahasiswa yang mengambil jurusan akuntansi. Mahasiswa ini mempelajari teknik dan nilai-nilai yang dianut oleh profesi akuntan terutama lewat mata kuliah di kelas. Mahasiswa ini mendapat gambaran bagaimana menjadi seorang akuntan pada masa yang akan datang dan seharusya menginternalisasi nilai tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa akuntansi seharusnya memiliki tingkat sosialisasi antisipatif meskipun dengan tingkat berbeda- beda, tergantung pada bagaimana pemahaman dan keinginan untuk menginternalisasinya selama belajar.

  Konsep sosialisasi antisipatif banyak dikutip dalam literatur sosiologi. Konsep ini mulai berkembang dalam literatur bidang-bidang lain seperti psikologi (Korte dan Sylvester, 1982; Garavan dan Morley,1997), manajemen (Scholarios, Lockyer dan Johnson, 2003; Paulson dan Baker, 1999), musik (Gabor, 2013), farmasi (Keshishian, 2010) dan akuntansi (Clikeman dan Henning, 2000; Elias, 2006; 2008;). Dalam akuntansi sendiri, konsep ini sangat penting karena kegagalan mentransfer nilai-nilai profesional kepada mahasiswa akuntansi mungkin merugikan baik mahasiswa maupun profesi (Clikeman dan Henning, 2000).

  Kegagalan akuntansi dalam mengikuti perkembangan kebutuhan akuntabilitas perusahaan merupakan bagian kegagalan pendidikan akuntansi (Gray, Bebbigton dan McPhail, 1994). Kegagalan ini terletak dalam proses transfer nilai-nilai profesional yang akan menumbuhkan nilai-nilai tersebut sejak menjadi mahasiswa. Mahasiswa yang tuntunan profesi dan bisa menyiapkan diri secara dini baik dari karakter maupun keterampilan.

  Penelitian Clikeman dan Hening (2000) membuktikan peran pendidikan program sarjana akuntansi dalam mengembangkan sosialisasi antisipatif mahasiswa akuntansi. Kesimpulan ini diambil berdasarkan pengujian pada rasa tanggung jawab mahasiswa akuntansi terhadap pengguna laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan proses sosialisasi pendidikan akuntansi untuk memberikan prioritas pada kepentingan publik.

  Sementara itu, penelitian Elias (2006; 2008) menguji efek sosialisasi antisipatif ini terhadap persepsi etis dan sikap mahasiswa akuntansi mengenai kecenderungan mengungkap perilaku tidak etis. Dalam kedua penelitian tersebut, Elias menunjukkan pengaruh konsep sosialisasi antisipatif dalam mempengaruhi tindakan atau pandangan mahasiswa akuntansi terhadap hal-hal yang melibatkan kepentingan publik. Semakin tinggi sosialisasi antisipatif yang dimiliki, mahasiswa semakin cenderung bertindak untuk kepentingan publik.

  Perusahan yang melaksanakan akuntabilitas sosial menunjukkan usaha yang lebih besar untuk memberi informasi yang lebih lengkap kepada publik. Informasi yang diungkapkn tidak hanya berisi informasi keuangan yang selama ini tujuannya lebih ditekankan pada kelompok masyarakat tertentu, pemodal. Dengan informasi keuangan keuangan saja maka kebutuhan pihak-pihak lain yang juga merasakan dampak aktivitas ekonomi perusahaan tidak terpenuhi. Akuntabilitas melalui akuntansi dan pelaporan tanggung jawab sosial akan memenuhi kebutuhan informasi publik yang lebih luas tersebut. Hal ini juga menunjukkan tanggung jawab perusahaan atas dampak sosial yang ditimbulkan.

  Profesi akuntan merupakan profesi yang menjalankan aktivitas untuk kepentingan publik. Akuntan profesional bekerja dengan usaha terbaik untuk melayani kebutuhan informasi publik. Mahasiswa akuntansi yang memiliki sosialisasi antisipatif yang tinggi menghayati prinsip untuk melayani kepentingan publik tersebut. Sebaliknya, mahasiswa akuntansi yang memiliki sosialisasi antisipatif yang rendah cenderung apatis untuk memenuhi kebutuhan informasi publik. Oleh karena itu, mahasiswa akuntansi yang memiliki sosialisasi antisipatif yang tinggi akan mendukung usaha perusahaan untuk mengungkap tanggung jawab sosialnya karena hal itu sesuai dengan tujuan profesi akuntan, begitupula sebaliknya. Hal inilah yang mendasari

  H2. Sosialisasi antisipatif berpengaruh positif terhadap dukungan mahasiswa akuntansi atas akuntabilitas sosial perusahaan.

3. Metoda Penelitian 3. 1. Sampel dan Pengumpulan Data

  Penelitian ini mengumpulkan data melalui survei menggunakan kuesioner terhadap mahasiswa akuntansi di perguruan-perguruan tinggi di Makassar. Penggunaan beberapa perguruan tinggi dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang mewakili berbagai insititusi sehingga hasil penelitian mewakili berbagai karakter dan arah pendidikan dan dapat terhindar dari pengaruh institusi perguruan tinggi. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan meminta responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner yang diberikan di tempat.

  Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan teknik dengan mengombinasikan metode purposive dan convenience

  nonprobability sampling

sampling . Penentuan perguruan tinggi didasarkan pada tujuan tertentu namun disertai

  dengan pertimbangan kemampuan mengumpulkan data. Untuk memperoleh sampel dari institusi yang bervariasi, maka dipilih empat universitas, yaitu Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) dan Universitas Fajar (UNIFA). Berdasarkan pengalaman dan penelusuran pribadi, keempat universitas tersebut memiliki penekanan orientasi profesi akuntan baik dari segi identitas institusi yang tertuang dalam kurikulum maupun proses pembelajaran. UNHAS mengarahkan mahasiswa pada profesi akuntan secara umum dan mengarah pada perusahaan yang berskala besar; Unifa mengarahkan mahasiswa pada profesi akuntan secara umum dan mengarah pada perusahaan berskala menengah; UIN mengarahkan mahasiswa pada profesi akuntan yang berdasarkan pada pada nilai agama; dan UNM mengarahkan mahasiswa pada profesi akuntan pendidik.

  3. 2. Pengukuran Variabel 3. 2. 1. Sikap atas Akuntabilitas Sosial Perusahaan

  Untuk menilai sikap mahasiswa atas akuntabilitas sosial perusahaan digunakan instrumen dikembangkan oleh Canadian Democracy and Corporate Accountability (CDCAC, 2002) untuk mengukur dukungan atas akuntabilitas sosial perusahaan. Instrumen ini digunakan oleh Shafer (2006), Fukukawa, Shafer dan Lee (2007). Schindler, 2011) karena instrumen tersebut tidak menghadirkan situasi yang mengancam penilaian yang diberikan (Randall dan Fernandes, 1991). Selain itu, modifikasi juga dilakukan dengan memecah beberapa butir untuk menghindari double-

  (Cooper dan Schindler, 2011). Sehingga instrumen yang terdiri atas

  barreled question

  enam butir menjadi delapan butir dan responden diminta untuk memberi nilai sesuai kondisinya dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Modifikasi instrumen yang serupa pernah dilakukan oleh Afdal (2012) untuk mengukur sikap atas akuntabilitas lingkungan.

   Komitmen profesional

  Pengukuran variabel komitmen profesional menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Dwyer, Welker, dan Friedberg (2000). Instrumen komitmen profesional pertama kali dikembangkan oleh N. Aranya, A.Barack, dan J. Amernic pada tahun 1981. Dwyer, Welker, dan Friedberg menemukan instrumen ini, dinamai komitmen profesional afektif, banyak digunakan dalam literatur manajemen, psikologi, dan etika. Instrumen ini memiliki kelemahan dengan adanya banyak faktor dan terdapat butir yang dianggap sebagai faktor yang tidak teridentifikasi yaitu keinginan untuk tetap berada dalam profesi (Bline, Duchon, dan Meixner, 1991). Hal inilah yang mendasari Dwyer, Welker, dan Friedberg (2000) untuk mengembangkannya dengan menciptkan instrumen satu faktor. Instrumen yang awalnya berjumlah 15 butir disusun menjadi 5 butir saja dengan reliabilitas 0,78. Responden mengisi instrumen yang menggambarkan tingkat kesepakatannya atas setiap pernyataan pada skala lima poin, dalam hal ini nilai 1 bermakna sangat tidak setuju sampai dengan nilai 5 yang bermakna sangat setuju.

  3. 2. 3. Sosialisasi Antisipatif

  Untuk mengukur sosialisasi antisipatif, digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Clikeman dan Henning (2000) sebagaimana yang dilakukan oleh Elias (2006; 2008). Clikeman dan Henning (2000) mengembangkan sebuah kuesioner untuk menguji apakah mahasiswa mengalami professional socialization sebelum memasuki profesi akuntansi dengan mengukur persepsi mahasiswa akuntansi terhadap pentingnya pelaporan keuangan. Instrumen ini terdiri dari 11 pertanyaan dan menghasilkan empat faktor. Faktor pertama diberi label "salah saji" dan mengukur kemauan mahasiswa untuk melakukan salah saji atas laporan keuangan. Faktor kedua harus mengungkapkan informasi lebih lanjut kepada pengguna. Faktor ketiga diberi label "biaya-manfaat" dan menunjukkan keyakinan mahasiswa bahwa manfaat pelaporan keuangan lebih besar daripada biaya. Faktor terakhir diberi label "tanggung jawab" dan menunjukkan keyakinan mahasiswa bahwa manajer bertanggung jawab untuk membutat laporan yang akurat. Sama dengan instrumen lainnya, responden mengisi instrumen yang menggambarkan tingkat kesepakatnnya atas setiap penrnyataan pada skala lima poin. Namun, dari 11 pertanyaan, terdapat 6 di antaranya yang menggunakan penskoran terbalik karena pertanyaannya bermakna negatif.

   Analisis Data dan Hasil

  Dalam penelitian ini, kuesioner yang disebarkan adalah 295 rangkap dan terkumpul semua. Penyebaran dilakukan pada mahasiswa yang sedang memiliki waktu lowong sehingga mereka langsung mengisi dan mengumpulknannya. Sebelum melakukan analisis data lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap instrumen penelitian yang digunakan. Evaluasi instrumen dilakukan dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang digunakan untuk mengukur komitmen profesional, sosialisasi antisipatif dan dukungan akuntabilitas sosial. Uji validitas dilakukan dengan menguji validitas konstruk menggunakan analisis faktor, sementara uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha.

  Analisis faktor dilakukan dengan menganalisis secara terpisah variabel komitmen profesional, sosialisasi antisipatif dan dukungan akuntabilitas sosial perusahaan. Khusus untuk variabel sosialisasi antisipatif dilakukan pengujian menggunakan confirmatory factor analysis atas dimensi-dimensi yang dibuat oleh Clikeman dan Henning (2000) dalam mengembangkan instrumen ini. Tabel I menunjukkan hasil analisis faktor yang dilakukan dilakukan dengan memperhatikan nilai factor loading tiap butir skala untuk mengukur masing-masing variabel dan selanjutnya mengeluarkan butir skala pengukuran yang memilki nilai factor loading di bawah 0,45. Hal ini berdasarkan saran dari Hair dkk. (2010) yang mengatakan bahwa untuk mencapai signifikansi secara statistik dan praktik maka factor loading 0,30 bisa diterima bila responden melebihi 350 dan 0,55 bila responden kurang dari 100. Hasil analisis menujukkan adanya beberapa butir pertanyaan yang dikeluarkan dalam proses analisis selanjutnya.

  [Masukkan Tabel I Disini] Nilai Cronbach‘s Alpha sebesar 0,60 menjadi dasar untuk menyatakan bahwa skala pengukuran yang digunakan reliabel (Hair dkk., 2010). Nilai Cronbach Alpha untuk variabel dukuangan akuntabilitas adalah 0,71 dan variabel komitmen profesional adalah 0,61. Sementara itu, variabel sosialisasi antisipatif kurang dari 0,60 meskipun berbagai usaha sebeumnya tidak dilakukan untuk memastikan keandalan instrumen. Usaha tersebut meliputi uji pilot untuk memastikan pemahaman responden atas pernyataan yang diberikan yang disertai perbaikan redaksi. Usaha lainnya adalah berkonsultasi dengan ahli bahasa Inggris dalam menerjemahkan instrumen sosialisasi antisipatif yang dibuat oleh Clikeman dan Henning (2000).

  Deskripsi mengenai responden beserta responnya dapat dilihat dalam Tabel II. Tabel tersebut juga menunjukkan perbedaan respon dari berbagai faktor demografis seperti jenis kelamin, universitas, dan berbagai matakuliah yang pernah diikuti seperti Pengantar Akuntansi, Akuntansi Manajemen, dan Etika Profesi Akuntansi atau sejenisnya. Pengujian perbedaan respon atas dukungan akuntabilitas sosial perusahaan dilakukan dengan menggunakan Kruskal Wallis Test. Sebagaiman yang ditunjukkan oleh tabel tersebut, untuk masing-masing faktor demografis tidak ada yang memberikan respon yang berbeda atas dukungan akuntabilitas sosial yang signifikan secara statistik.

  [Masukkan Tabel II Disini] Sebelum melakukan pengujian hipotesis, berbagai pengujian dilakukan untuk meyakinkan tidak terjadinya pelanggaran terhadap asumsi mendasar untuk melakukan analisis regresi. Uji normalitas dan multikolinearitas ditunjukkan oleh Tabel III dan IV. Tabel III menunjukkan hasil pengujian normalitas residual analisis regresi dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Z dengan p-value 0,305 yamg menunjukkan tidak adanya masalah normalitas data. Dari pengamatan terhadap P-P Plot juga didapati bahwa garisnya diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Sementara itu Tabel IV menunjukkan bahwa seluruh nilai variance inflation factor (VIF) tidak ada yang melebih nilai 10 dan nilai tolerance cukup besar yang menunjukkan bahwa masalah multikolinearitas sangat kecil. Pengujian Pearson Corelation juga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif.

  Pengamatan terhadap Scatterplot atas residual juga menunjukkan tidak terjadinya pelanggaran terhadap asumsi linearitas dan homoskedastisitas.

  [Masukkan Tabel III dan IV Disini] Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi yang hasilnya ditunjukkan sosialisasi antisipatif memiliki koefisien yang positif sebagaimana yang dihipotesiskan. Hal ini berarti semakin tinggi komitmen profesional dan sosialisasi antisiaptif seorang mahasiswa maka semakin tinggi pula dukungannya terhadap akuntabilitas sosial perusahaan. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa pengaruh komitmen profesional terhadap dukungan akuntabilitas sosial terdukung secara statistik (pada level 0,01).

  Dengan demikian, argumentasi yang mendasari hipotesis I dan II terdukung oleh penelitian ini. Pengujian tambahan juga telah dilakukan dengan memasukkan faktor kemampuan akademik yang diwakili oleh nilai indeks prestasi akademik, namun hasil menunjukkan bahwa kemampuan tidak berpengaruh signifikan secara statistik. Begitu juga dengan faktor usia yang menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan.

  [Masukkan Tabel V Disini] 5.

   Simpulan, Implikasi dan Keterbatasan

  Sebagaimana didiskusikan dalam mengembangkan hipotesis dan hasil penelitian, terdapat hubungan yang logis dan terdukung oleh hasil penelitian mengenai hubungan konsep komitmen profesional, sosialisasi antisipatif, dan dukungan akuntabilitas sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif merupakan faktor yang menentukan dukungan mahasiswa terhadap akuntabilitas sosial perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kecintaan dan pemahaman mengenai tanggung jawab profesi akuntan merupakan faktor yang membuat mahasiswa dapat mendorong agar pemerintah, perusahaan dan pimpinan perusahaan dapat meningkatkan akuntabilitas perusahaan. Akuntabilitas merujuk pada terpublikasinya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang dapat tergambarkan dalam pelaporan teritegrasi. Oleh karena itu, komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif mahasiswa dapat mendorong sikapnya untuk mewujudakan pelaporan terintegrasi.

  Hasil penelitian ini berimplikasi pada berbagai proses dan isi pembelajaran pada berbagai pendidikan dan pelatihan akuntansi. Pendidikan dan pelatihan akuntansi seharusnya mengembangkan komitmen peserta terhadap profesi akuntansi begitupala menanamkan nilai profesi. Hal ini akan menumbuhkan sikap yang mendukung akuntabilitas sosial yang lebih dini sehingga kebutuhan pengguna informasi akuntansi akan semakin terpenuhi.

  Namun, hasil penelitian ini perlu diinterpretasi bersama dengan kelemahannya. instrumen juga menunjukkan kelemahan pada instrumen yang digunakan, meskipun telah dilakukan beberapa usaha untuk menghindari hal tersebut. Penelitian selanjutnya dapat mengatasi kelemahan pertama dengan menarik sampel secara acak sempurna yang tentu akan memberikan keyakinan yang lebih tinggi. Pengembangan selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan metode lainnya seperti eksperimen dengan memanipulasi proses pembelejaran yang menginternalisasi faktor komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif.

  

Referensi

  Afdal. 2012. The Effect of Moral Reasoning and Environmental Attitudes on Environmental Accountability. The Indonesian Journal of Accounting Research 15 (3): 223-242.

  Afdal, & Mahfud Sholihin. 2013. The Impact of Social and Environmental Information on Managers’ Decision. Makalah yang dipresentasikan pada Asian Pacific , Bali.

  Conference on International Accounting Issues

  Al-Tuwaijri, A. S., T. E. Christensen, & K. E. Hughes. 2004. The Relations among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and Economic Performance: A Simultaneous Equations Approach. Accounting, Organizations and Society 29: 447–471.

  Bebbington, Jan. 2007. Accounting for Sustainable Development Performance. CIMA Publishing. Beets, S. D., & C. C. Souther. 1999. Corporate Environmental Reports: The Need for

  Standards and an Environmental Assurance Service. Accounting Horizons 13 (2): 129-145. Belkaoui, Ahmed. 1976. The Impact of the Disclosure of the Environmental Effects of Organizational Behavior on the Market. Financial Management 5 (4): 26-31. Canadian Democracy and Corporate Accountability Commission (CDCAC). 2002, The

  New Balance Sheet: Corporate Profits and Responsibility in the 21st Century, tersedia di Clikeman, P.M. & S.L. Henning. 2000. The Socialization of Undergraduate Accounting Students. Issues in Accounting Education 15 (1): 1-9. Cohen, Jeffrey R. & Laurie W. Pant. 1991. Beyond Bean Counting: Establishing High

  Ethical Standards in the Public Accounting Profession. Journal of Business Ethics 10 (1): 45-56

  Cooper, Donald R. & Pamela S. Schindler. 2011. Business Research Methods. Mc Graw-Hill International Edition. Chan, Christian C. C., & Markus J. Milne. 1999. Investor Reactions to Corporate

  Environmental Saints and Sinners: An Experimental Analysis. Accounting and Business Research 29 (4): 265-279. Dwyer, P.D., R.B. Welker, & A.H. Friedberg. 2000. A research note concerning the dimensionality of the professional commitment scale. Behavioral Research in

  Accounting 12: 279-96.

  Elias, Rafik. 2006. The Impact of Professional Commitment and Anticipatory Socialization on Accounting Students' Ethical Orientation. Journal of Business 68 (1): 83-90

  Ethics

  • . 2008. Auditing Students’ Professional Commitment and Anticipatory Socialization and their Relationship to Whistleblowing. Managerial Auditing Journal 23 (3): 283-294.

  Elkington, Jhon. 1997. Cannibals With Forks The Triple Bottom Line of 21st Century . Capstone Publishing Limited.

  Business Ernst & Young & Green Biz Group.2013 six growing trends in corporate sustainability. akses pada 12 Juni 2014.

  Filios, Vassilios P. 1985. Assessment of Attitudes toward Corporate Social Accountability in Britain. Journal of Business Ethics 4 (3): 155-173.

  Gabor, Elena. 2013. ‘Tuning’ the Body of the Classical Musician an Embodied Approach to Vocational Anticipatory Socialization. Qualitative Research in

Organizations and Management, an International Journal 8 (3): 206-223.

  Garavan, T.N. & M. Morley. 1997. The socialisation of high potential graduates into the organisation, initial expectations, experiences and outcomes. Journal of 12 (2): 118-37.

  Managerial Psychology

  Gray, Rob, Jan Bebbington & Ken McPhail. 1994. Teaching Ethics in Accounting and the Ethics of Accounting Teaching: Educating for Immorality and a Possible Case for Social and Envrionmental Accounting Education. Accounting 3 (1): 51-57.

  Education

  Gray, Rob & Jan Bebbington. 2001. Accounting for the Environment. London: Sage Publication Ltd. Gray, Rob, Dave Owen, & Carol Adams. 1996. Accounting and Accountability: .

  changes and challenges in corporate social and environmental reporting

  Europe: Prentice Hall Grinnell, D. Jacque & Herbert G. Hunt III. 2000. Development of an Integrated Course in Accounting: A Focus on Environmental Issues. Issues in Accounting

  Education 15 (1).

  Gordon, I. M. 1998. Enhancing students' knowledge of social responsibility accounting.

  13 (1): 31-46.

  Issues in Accounting Education

  Guidry, Ronald P., & Dennis M. Patten, 2010. Market Reactions to the First-Time Issuance of Corporate Sustainability Reports: Evidence that Quality Matters.

  

Sustainability Accounting, Management and Policy Journal 1 (1): 33 – 50.

  Holland, Leigh. 2004. Experiences from a Student Programme Designed to Examine the Role of the Accountant in Corporate Social Responsibility (CSR). International 5 (4): 404-416

  Journal of Sustainability in Higher Education

  Humphrey, C., L. Lewis & D. Owen. 1996. Still too Distant Voices? Conversations and Reflections on the Social Relevance of Accounting Education. Critical 7: 77 – 99.

  Perspectives on Accounting

  Keshishian, Flora. 2010. Factors Influencing Pharmacy Students’ Choice of Major and Its Relationship to Anticipatory Socialization. American Journal of Pharmaceutical Education 74 (4).

  KPMG International Survey of Corporate Sustainability 2013.

  

diakses pada 12 Juni 2014.

  Korte, Charles & Andrew Sylvester. 1982. Expectations, Experience, and Anticipatory Socialization at a Scottish University. The Journal of Social Psychology 118: 187-197.

  Lord, A.T. & F.T DeZoort. 2001. The impact of commitment and moral reasoning on auditors’ responses to social influence pressure. Accounting, Organizations and

  Society 26: 215-36.

  Mathews, M. R. 2001. Some Thoughts on Social and Environmental Accounting Education. Accounting Education, 10 (4): 335–352. Mathews, M. R. 1997. Twenty-Five Years of Social and Environmental Research: Is there a Silver Jubilee to Celebrate? Accounting, Auditing, & Accountability

  Journal 10 (4): 481–531.

  Milne, Markus J., & Dennis M. Patten. 2002. Securing Organizational Legitimacy: An Experimental Decision Case Examining the Impact of Environmental Disclosures. Accounting, Auditing, & Accountability Journal 15 (3): 372–405.

  Merton, R. 1957. Social Theory and Social Structure. New York: Free Press. Paulson, Steven K., & H. Eugene Baker, III. 1999. An Experiential Approach to

  Facilitate Anticipatory Socialization. The International Journal of Organization 7 (4): 365-378.

  Analysis

  Randall, D. M. & M. F. Fernandes: 1991. The Social Desirability Response Bias in Ethics Research. Journal of Business Ethics 10 (11): 805-817. Schaltegger, S., M. Bennett, & R. Burritt. 2006. Corporate Sustainability Accounting.

  Dalam S. Schaltegger, M. Bennett, & R. Burritt (Eds.), Sustainability . Dordrecht: Springer Publishing.

  Accounting and Reporting

  Scholarios, E.H., C. Lockyer, & H. Johnson. 2003. Anticipatory socialization: the effect of recruitment and selection experiences on career expectations. Career

  Development International 8 (4): 182-96.

  Sterling, Robert R. 1973. Accounting Research, Education and Practice. Journal of (September): 44-52.

  Accountancy

  Teoh, Hai Yap & Godwin Y. Shiu. 1990. Attitudes Towards Corporate Social Responsibility and Perceived Importance of Social Responsibility Information Characteristics in a Decision Context. Journal of Business Ethics 9 (1): 71-77.

  Appendiks

Tabel I. Analisis Faktor: Dukungan Akuntabilitas Sosial Perusahaan, Komitmen Profesional, dan Sosialisasi Antisipatif

Faktor

  Variabel dan Dimensi

  1

  2 Dukungan Akuntabilitas Sosial Perusahaan Dukungan pada Usaha Perusahaan

  Direksi (eksekutif) perusahaan seharusnya bertanggungjawab dengan dampak keputusan mereka pada berbagai ,719 ,028 pemangku kepentingan seperti karyawan, dan masyarakat meskipun itu dapat berdampak pada nilai perusahaan dan jumlah bonus mereka Direksi (eksekutif) perusahaan seharusnya bertanggungjawab dengan dampak dari keputusan mereka terhadap ,240

  ,527

  lingkungan meskipun itu dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan jumlah bonus mereka Perusahaan seharusnya bertanggung jawab terhadap masalah yang berhubungan dengan tanggung jawab lingkungan -,105

  ,591

  seperti emisi, sungai dan limbah, dan dampak pada keanekaragaman hayati meskipun dapat mempengaruhi biaya perusahaan Perusahaan seharusnya bertanggung jawab atas masalah yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial seperti ,238

  ,645

  praktik buruh/tenaga kerja, hak asasi manusia, dan hubungan perusahaan dengan masyarakat meskipun dapat mempengaruhi biaya perusahaan

  Dukungan pada Usaha Pemerintah

  Pemerintah seharusnya menyusun atau mengadopsi standar tanggung jawab sosial perusahaan ,081

  ,808

  Pemerintah seharusnya menyusun atau mengadopsi standar tanggung jawab lingkungan perusahaan -,038

  ,824

  Pemerintah seharusnya mengharuskan perusahaan untuk mempublikasikan usaha untuk memenuhi standar tanggung ,442 ,494 jawab sosial sehingga dapat dinilai apakah perusahaan bertanggung jawab secara sosial

  Pemerintah seharusnya mengharuskan perusahaan untuk mempublikasikan usahanya untuk memenuhi standar tanggung ,504

  ,517

  jawab lingkungan sehingga dapat dinilai apakah perusahaan bertanggung jawab secara lingkungan

  Komitmen Profesional

  Menjadi bagian dari profesi akuntan sungguh menginspirasi kemampuan terbaik saya dalam melakukan pekerjaan .732 Bagi saya, profesi akuntan adalah yang terbaik dari semua profesi untuk dimasuki menjadi anggota

  ,698

  Saya benar-benar peduli dengan nasib profesi akuntan

  ,663

  Saya bangga untuk menceritakan kepada orang lain bahwa saya adalah bagian dari profesi akuntan ,555 Saya ingin berusaha keras melebihi apa yang normalnya diharapkan untuk membantu membuat profesi akuntan berhasil ,496

  Sosialisasi Antisipatif Salah Saji

  Saya akan menghilangkan informasi yang dipersyaratkan dari laporan keuangan jika saya menganggap infomasi

  ,718

  tersebut akan digunakan oleh perusahaan lain untuk menyaingi perusahaan saya Saya akan sengaja menyajikan dengan salah (salah saji) laporan keuangan jika hal itu diperlukan untuk mencegah

  ,687

  kebangkrutan dan menyelamatkan pekerjaan karyawaan saya Gaji manajemen dan penghasilan tambahan (tunjangan) merupakan informasi pribadi dan tidak seharusnya dilaporkan

  ,661

  kepada publik Risiko utama yang dihadapi perusahaan harus digambarkan dalam laporan keuangan meskipun pengungkapannya -,042* membuat perusahaan semakin sulit bertahan hidup

  Pengungkapan

  Pengungkapan keuangan yang luas oleh perusahaan diperlukan untuk mencapai “keadilan” dalam pasar saham dan

  ,817

  obligasi Pengurangan akhir tahun atas pengeluaran diskresioner (seperti pemeliharaan dan iklan) seharusnya dilaporkan di ,528 dalam laporan keuangan Anggaran operasional dan ramalan penjualan untuk tahun yang akan datang seharusnya diungkapkan di dalam laporan ,419* keuangan

  Biaya dan Manfaat

  Aturan akuntansi saat ini memaksa banyak perusahaan untuk mengungkapkan informasi daripada yang seungguhnya

  ,784

  dibutuhkan oleh investor Perusahaan terlalu dibebani oleh keharusan untuk mengikuti aturan akuntansi yang kompleks dan mempublikasikan

  ,784

  laporan keuangan yang luas

  Tanggung Jawab

  Auditor independen (Akuntan Publik Bersertifikat), bukan manajer, bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor dari luar perusahaan Direksi (Eksekutif) perusahaan memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi kepada pemegang saham daripada tanggung -,743 jawab kepada karyawan

  • Tidak dapat dimasukkan pada analisis selanjutnya karena factor loading di bawah 0,45.

  Tabel II. Dekripsi Statistik dan Informasi Demografi Variabel Mean Deviasi Kruskal Wallis Test Standar

  Univ JK Etika PA Akmen

  Dukungan 4,179 0,439 4,695 0,144 0,000 0,312 1,015 Akuntabilitas Sosial (p=0,196) (p=0,70) (p=0,99) (p=0,58) (p=0,31) Komitmen Profesional 4,018 0,516 Sosialisasi Antisipatif 3,195 0,362

  Jenis Kelamin Universitas

  Laki-laki 110 UNIFA

  63 Wanita 185 UNM

  78 UIN

  74 UNHAS

  80 Jumlah 295 295

  Univ: Universitas; JK: Jenis Kelamin; Mata Kuliah yang Pernah Diikuti: Etika: Etika Profesi Akuntansi; PA: Pengantar Akuntansi; Akmen: Akuntansi Manajemen Tabel III: Uji Normalitas Model Regresi Unstandardized Residual

  N 295

  Kolmogorov-Smirnov Z 0,969

  Asymp. Sig. (2-tailed) 0,305

  Tabel IV: Uji Multikolinearitas Model Regresi Tolerance

  VIF

  Komitmen Profesional 1,000 1,000 Sosialisasi Antisipatif 1,000 1,000

  Tabel V: Analisis Regresi Koefisien Takterstandarisasi Koefisien Terstandarisasi B Std. Error Beta T Sig.

  Konstanta 2.159 .276 7.811 .000 Komitmen Profesional .239 .064 .198 3.717 .000 Sosialisasi Antisipatif .312 .045 .367 6.904 .000

  = 0,168 F = 30,581, p < 0,01