PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH

  

(Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU

TERHADAP PRODUKSI

Effects of Various Weight of Shallot Bulb Derived from First Generation on Its

Production

  Oleh:

  S. Putrasamedja Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang-Bandung

  ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi bibit yang berasal dari generasi ke satu.

  

Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Dinas Pertanian Kramat, Tegal, Jawa Tengah pada bulan Maret

sampai dengan bulan Mei 2005. Materi yang dijadikan percobaan adalah bibit bawang merah generasi ke

satu (G-1) yang berasal dari hasil selfing. Perlakuan ini terdiri atas A1 = 1-2,5 gram; A2 = 2,6-3,5 gram; A3

= 3,6-4,6 gram per umbi dan B1 = jarak tanam 10 x 10 cm; B2 = jarak tanam 15 x 15 cm; B3 = jarak tanam

15 x 20 cm. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan 9

kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Hasil akhir diperoleh bahwa pada jarak tanam 15 x 15 cm dengan

ukuran umbi 2,6 - 3,5 gram, diperoleh produksi tinggi diikuti oleh jarak tanam 15 x 20 cm dengan ukuran

umbi 2,6 - 3,5 gram dan jarak tanam 15 x 20 cm dengan berat umbi 3,6 - 4,6 gram Kata kunci: tanggapan, Allium ascalonicum L., bibit, generasi ke satu, produksi.

  ABSTRACT The objective of this experiment was to study how many potention of production from one generation.

  

This experiment was conducted simultan usually site in agricultural of service garden Kramat, Tegal, Central

Java, 4 meter sea level from March until May 2000. Material to experiment from bulp of shallot from selfing.

Contain 9 of combination every treatment 3 repliation which is A1 = 1 - 2,5 gram; A2 = 2,6 - 3,5 gram; A3 =

3,6 - 4,6 gram every bulp and B1 = plant distance 10 x 10 cm; B2 = plant distance 15 x 15 cm; B3 = plant

distance 15 x 20 cm. This treatment were arranged as factorial designed and Randomized block design with 9

replication. The result showed planting design 15 x 15 cm and bulp measure 2,6 - 3,5 gram is highest fallow

by planting distance 15 x 20 cm bulp measure 2,6 - 3,5 gram and planting distance 15 x 20 cm bulp measure

3,6 - 4,6 gram.

  Key word: respons, seed, Allium ascalonicum L., first generation, production.

  

PENDAHULUAN umbi yang ideal untuk dijadikan

pedoman kebutuhan bibit per hektarnya.

  Umumnya bibit bawang merah Selain itu, jarak tanam optimal berapa yang ditanam oleh para petani berasal yang produksinya paling tinggi belum dari umbi bibit. Bibit semacam itu diketahui. Bibit bawang merah G1 adalah ukurannya sangat bervariasi dan ditanam bibit yang berasal dari generatif sehingga dengan cara dicampurkan. Sampai tingkat kesehatan serta potensi hasilnya sekarang belum diketahui bobot rata-rata tinggi. Selama ini para petani selain

METODE PENELITIAN

  ) dari hasil serbuk sendiri (selfing) varietas Kuning. Bibit ditanam setelah bulan setelah panen. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Kramat, Tegal, Jawa Tengah pada bulan Maret sampai dengan Mei 2005. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial. Perlakuan terdiri atas dua faktor, pertama bobot umbi (A) yang terdiri atas: A

  x 20 cm. Masing masing perlakuan diulang 3 kali. Ukuran plot 1.5 m X 3 m, jumlah tanaman 300, 200 dan 150 tanaman per plot. Percobaan dilakukan di kebun percobaan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada ketinggian 4 m

  2 = 15 cm x 15 cm; dan B 3 = 15 cm

  cm; B

  1 = 10 cm x 10

  4.6 g. Faktor kedua yaitu jarak tanam (B), yang terdiri atas: B

  2 = 2.6 – 3.5 g; dan A 3 = 3.6 –

  1 = 1

  1

  Material yang dicoba terdiri atas umbi bawang merah generasi pertama (G

  • – 2.5 g; A

  Percobaan sebelumnya menunjukan bahwa peranan bawang merah yang berasal dari biji kultivar Maja pada jarak tanam 10 cm x 15 cm menunjukkan produksi paling baik (Putrasamedja, 1995a). Jarak tanam dan ukuran umbi berpengaruh besar terhadap produksi dan penampilan. Ada kecenderungan bahwa setiap kultivar mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam produksi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh bobot umbi dan jarak tanam terhadap produksi. Penelitian dilakukan agar dapat diperoleh informasi yang tepat tentang penggunaan kelas bobot umbi yang paling efisien disertai dengan jarak tanam untuk menghasilkan produksi yang optimal. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari potensi bibit yang berasal dari generasi ke satu dengan kriteria bobot dan jarak tanam yang tepat.

  Apabila jarak tanam yang digunakan 15 x 20 cm dengan berat umbi

  Perbedaan semacam ini disebabkan karena jarak tanam yang berbeda-beda (Suherman dan Basuki, 1990).

  Untuk menyiapkan berbagai tingkat ukuran bibit, dilakukan penelitian menggunakan teknik jarak tanam. Hal ini karena adanya kecenderungan bahwa semakin rapat jarak tanam maka biaya penggunaan bibit semakin meningkat penggunaan bibit rata-rata adalah sebesar 40% dari biaya produksi, terutama untuk daerah dataran rendah. Sedangkan, untuk daerah dataran tinggi pada umumnya mencapai 18% dari biaya produksi.

  menggunakan bibit dari berbagai ukuran juga bibit yang mereka tanam berasal dari umbi konsumsi. Kemurnian serta kesehatannya sangat diragukan karena adanya kontaminasi dari generasi sebelumnya tidak terdeteksi sehingga produksi yang diperoleh menjadi rendah. Keberhasilan usaha tani ditentukan oleh penggunaan bibit dengan mutu baik dan teknik penanaman yang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu pengadaan bibit yang bermutu, mengetahui ukuran bibit berapa yang paling optimal dan penampilan warna umbi yang disukai oleh para pengguna.

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  • 3,5 g/umbi maka jumlah bibit yang akan diperlukan pada setiap hektarnya berkisar antara 9 - 12 kw. Sedangkan, apabila yang digunakan bibit umbi yang berasal dari generatif, jumlah kebutuhan bibit setiap hektarnya diharapkan dapat ditekan sampai dengan 50% sehingga biaya pengadaan bibit pun dapat ditekan.

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  dpl dengan jenis tanah aluvial. Tanah tempat percobaan dipupuk dengan pupuk kompos 10 ton/ha dan pupuk buatan yaitu Urea = 435 kg/ha, TSP = 200 kg/ha, dan ZA = 476 kg/ha. Dalam aplikasinya di lapangan, TSP dan KCl diberikan lima hari sebelum tanam sedangkan Urea + ZA 50% diberikan pada saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam (MST) dan sisanya diberikan 7 MST. Agar tanaman tetap sehat diberikan insektisida Decis atau Curacron dan fungisida Dithane M45 atau Antracol dengan dosis masing-masing 1 - 2 cc/l air atau 1 - 2 gram/l air, yang aplikasinya diberikan setiap 4 hari sekali atau disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

  Variabel pertumbuhan yang diamati meliputi: jumlah anakan, tinggi tanaman, dan jumlah daun. Jumlah anakan diamati pada umur 35 hari setelah tanam (HST), sedangkan tinggi tanaman dan jumlah daun diamati pada umur 40 HST. Data variabel pertumbuhan diambil dari 10 tanaman contoh. Variabel hasil meliputi Bobot umbi basah diamati dengan menimbang umbi saat panen pada setiap plot. Hasil umbi kering diperoleh dengan menimbang umbi yang sudah dijemur selama satu minggu. Pengaruh antar perlakuan dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

  Pengamatan jumlah anakan dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berinteraksi terhadap bobot umbi yang ditanam, dimana umbi yang paling besar memiliki jumlah anakan yang paling banyak. Hal ini terlihat pada perlakuan bibit berbobot 3,6 - 4,6 gram dengan jarak tanam 15 x 20 cm dengan jumlah anakan 7 berbeda sangat nyata terhadap kelompok yang beratnya 1 - 2,5 gram dan jarak tanam 10 cm x 10 cm dengan rata-rata jumlah anakan 4, ada interaksi antara jarak tanam dan ukuran umbi.

  Umbi yang berukuran 3 gram ke atas pada umumnya membentuk anakan normal, sifat ini adalah sifat genetis yang diturunkan oleh induknya. Agar umbi menjadi besar besar, jarak tanam juga harus disesuaikan dengan besarnya umbi, sesuai dengan hasil percobaan sebelumnya (Putrasamedja, 1995b). Pada umbi yang besar akan terbentuk jumlah anakan yang banyak.

  Umbi yang memiliki berat 3 gram ke atas, rata-rata jumlah anakannya banyak tetapi menghasilkan umbi yang ukurannya kecil-kecil. Semakin besar umbi semakin banyak tunas di dalam pembentukan jumlah anakan, karena persaingan yang ketat didalam mengkonsumsi zat makan maka umbi menjadi lebih kecil.

  B. Tinggi tanaman

  Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan bobot umbi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Hal ini terjadi selain karena faktor genetik, bibit berasal dari satu induk yang sama dengan cara diselfing sehingga keseragaman genetiknya sama. Terutama pada tinggi tanaman di lapangan terlihat sama tingginya ditambah dengan kesuburan tanah yang merata (Gunadi dan Suwandi, 1989; Hilman dan Suwandi, 1990) juga karena berkaitan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jumlah anakan

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  erat dengan asal bibit yang dijadikan perlakuan, dimana jika bibit yang diperlakukan berasal dari induk yang sama maka genotipenya juga akan sama serta sifat dan karakternya akan sama.

C. Jumlah daun

  Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada perlakuan jarak tanam 15 cm x 20 cm dengan berat umbi 1 - 2,5 gram (A1B1) rata-rata 26,8 helai. Keadaan seperti ini berbeda sangat nyata dengan perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm dengan berat umbi 1 - 2,5 gram (A1B1) jumlah daunnya 26,8 helai dan A3B3 jumlah daunnya 37 helai tetapi tidak ada perbedaan terhadap perlakuan yang lainnya (Tabel 1).

  Tabel. 1. Jumlah anakan, tinggi tanaman dan jumlah daun Perlakuan

  A1B1 4.11 a 36.95 a 26.80 c A1B2 5.01 bc 35.55 a 27.20 bc A1B3 5.29 bc 34.70 a 32.00 abc A2B2 5.17 bc 35.00 a 32.01 abc A2B3 6.59 ab 36.10 a 33.69 abc A3B1 6.57 ab 35.55 a 32.55 ab A3B2 6.56 ab 36.05 a 35.56 ab A3B3 7.66 a 35.75 a 37.01 a CV ( % ) Jumlah Anakan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun 15.77 5. 93 10.71 Keterangan: Angka yang diikuti oleh

  huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %. Untuk karakter karakter lainnya, terjadi suatu keragaman yang berhubungan dengan besar umbi, jumlah anakan, dan jumlah daun. Di sini terlihat jelas bahwa umbi besar rata-rata memiliki jumlah anakan yang banyak, berpengaruh kepada peningkatan jumlah daun dan anakan. Sedangkan pada perlakuan-perlakuan yang berasal dari umbi-umbi yang berukuran kecil, jumlah daun yang diproduksi relatif kecil (Kadams and Amans, 1995) terlihat adanya interaksi antara jarak tanam dan ukuran umbi.

  D. Berat produksi basah

  Hasil per petak yang diperoleh tanam 10 cm x 10 cm berat umbi 1 - 2,5 gram/umbi berbeda nyata dengan perlakuan dengan berat umbi 3,6 - 4,6 gram/umbi. Berat basah rata-rata setiap plot menunjukan bahwa ukuran bibit- bibit yang digunakan akan mempengaruhi ukuran umbi. Pada perlakuan yang berasal dari bibit-bibit yang berukuran lebih dari 3 gram, dalam pertumbuhannya di lapangan, pertumbuhan awalnya rata-rata cukup baik tetapi pada waktu umbi mulai membentuk anakan, umbi yang dihasilkannya kecil-kecil. Hal ini disebabkan adanya persaingan dalam pengambilan unsur hara yang terlalu ketat antara umbi yang satu dengan umbi yang lainnya.

  Sebaliknya pada perlakuan yang berasal umbi-umbi yang berukuran kecil meskipun jumlah anakannya lebih sedikit namun mampu membentuk ukuran umbi yang lebih besar, sehingga dalam penampilannya, baik ukuran maupun warnanya lebih baik dibandingkan dengan umbi-umbi yang berasal dari penanaman umbi berukuran besar. keadaan ini sama dengan percobaan- percobaan sebelumnya (Putrasamedja dan Anggoro, 1997; Gunadi dan Suwandi, 1998).

  E. Bobot kering

  Berat kering umbi yang diamati adalah hasil panen setelah kering eskip, merupakan produksi yang dijemur

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  sampai 1 minggu, ciri-ciri kering eskape (Putrasamedja, 1998), sehingga untuk adalah daun sudah mengering. penanaman generasi berikutnya perlu Hasil produksi rata-rata secara diadakan seleksi berdasarkan warna statistik menunjukkan bahwa antara maupun bentuk umbi. Warna merah perlakuan yang satu dengan yang lainnya adalah merupakan pilihan konsumen. tidak ada perbedaan nyata. Meskipun Tabel 2. Berat Produksi basah, berat demikian, dari angka-angka produksi produksi kering dan warna rata-rata setiap perlakuan, dapat dilihat umbi bahwa perlakuan jarak tanam 15 cm x 15

  Bobot Umbi Bobot Umbi Warna Umbi (%) Perlakuan Basah (kg) Kering (kg) Merah Pucat

  cm dengan berat bibit 2,6 - 3,5 gram

  A1B1 3.48 a 1.93 a

  78

  22

  merupakan perlakuan yang dapat

  A1B2 3.27 ab 1.22 a

  91

  9

  menghasilkan produksi paling tinggi

  A1B3 2.01 ab 1.46 a

  84

  16 A2B1 2.35 ab 1.28 a

  81

  19 dibandingkan dengan perlakuan lainnya. A2B2 2.64 ab 2.03 a

  79

  21 Hasil penelitian menunjukkan bahwa A2B3 2.6 ab 1.96 a

  90

  10 A3B1 1.78 b 1.39 a

  90

  10

  produksi yang berasal dari umbi-umbi

  A3B2 2.77 ab 1.96 a

  85

  15

  dengan ukuran 2,6 - 3,5 gram, selain

  A3B3 1.68 ab 1.43 a

  92

  8

  mampu menghasilkan produksi paling

  CV ( % ) 28.903

  19.69

  tinggi juga penyusutannya tinggi jika

  Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf

  dibandingkan dengan produksi yang

  yang sama tidak berbeda nyata

  berasal dari bibit dengan ukuran 3,6 - 4,6

  menurut Uji Duncan pada taraf

  gram dengan jarak tanam 15 x 20 cm 5 %. (Kusumo dan Muhajir, 1987; Aliudin, 1990). Meskipun demikian, potensi hasilnya tidak kalah jika dibandingkan

  KESIMPULAN

  dengan produksi dari berbagai ukuran Umbi bibit ukuran 2.6 – 3.5 gram

  1995). dalam budidaya bawang merah jarak tanam yang sesuai adalah 15 cm x 15 cm,

F. Warna umbi untuk ukuran umbi bibit 3.6 – 4.5 gram jarak tanam yang sesuai 15 cm x 20 cm.

  Pengamatan pada warna umbi dilakukan pada waktu umbi baru dipanen dari lapangan sehingga masih terlihat

DAFTAR PUSTAKA

  warna aslinya. Warna umbi di dominasi oleh warna merah muda dan sebagian Aliudin, 1990. Pengaruh jarak antara lagi berwarna pucat. baris tanaman dan dosis pupuk

  Secara keseluruhan, terlihat bahwa nitrogen terhadap produksi bawang sebagian besar produksi umbi yang merah kultivar Balijo di musim berasal dari umbi-umbi yang berukuran

  Bul. Penel. Hort penghujan. .

  besar, setelah ditanam tidak banyak 20(11): 26-30. mengalami perubahan warna. Sebaliknya, Kadams A.M, and E.B. Amans, 1995. untuk produksi umbi yang berasal dari

  Onion Seed Producrion in Relation

  umbi-umbi yang berukuran kecil masih

  and Field Management in Nigeria .

  banyak yang mengalami perubahan dari Onion Newsletter for The Tropics. merah muda menjadi warna pucat

  ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

  5(1): 76-80.

  Balitsa, Lembang, Bandung. Hilman, Y.dan Suwandi, 1990. Pengaruh penggunaan pupuk nitrogen dan dosis fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang. Bul.

  Laporan Tahunan Hasil Penelitian.

  Permadi, 1997. Uji Pendahuluan Hasil Hasil Silangan Bawang Merah dan Bawang Daun, Bawang Merah dan Bawang Bombay.

  Putrasamedja, S. dan Anggoro H.

  Tahunan Hasil Penelitian. Balitsa, Lembang, Bandung.

  Bawang Merah dari TSS. Laporan

  Balitsa, Lembang, Bandung. Putrasamedja, S. 1998. Uji Pendahuluan

  Putrasamedja, S. 1995b. Cara produksi benih bawang merah melalui biji (TSS). Prosiding Seminar Ilmiah Komoditas Sayuran.

  cepa var. ascalonicum) . J. Hort.

  Kusumo, S. dan F. Muhadjir, 1987.

  18(1): 11-18. Putrasamedja, S. 1995a. Pengaruh jarak tanam pada bawang merah (Allium

  di Jawa Barat ditinjau dari segi biaya usaha tani terendah. Bul. Penel. Hort.

  cepa var. ascalonicum)

  Strategi pengembangan luas areal usaha tani bawang merah (Allium

  Suherman, R. dan R.S. Basuki, 1990.

  Hort . 18(2): 8-106.

  15:1-5. Gunadi, N. dan Suwandi, 1998. Pengaruh dosis dan waktu aplikasi pemupukan fosfat pada tanaman bawang merah kultivar Sumenep 1. pertumbuhan dan hasil. Bul. Penel.

  Bul. Penel. Hort.

  Pengaruh bibit dan pengolahan tanah terhadap hasil bawang merah.

  Penel. Hort . 19(1): 25-31.