BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laba - Dampak Laba Akuntansi Terhadap Pembagian Dividen Kas Pada Perusahaan Perkebunan Yang Telah Go Public Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Laba

  Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.

   Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya- biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).

  Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.

   Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259), hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.

2.1.1.1 Pengertian Laba Akuntansi

  Ada dua ukuran kinerja akuntansi perusahaan yaitu laba akuntansi dan total arus kas. Belkaoui (2000:332) menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metode historical cost (biaya historis) laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yang masing-masing diukur dengan biaya historis sehingga hasil akan sama dgn laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya.

  Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan (Muqodim 2005:111). Suwardjono (2005:455) mendefinisian laba sebagai penda- patan dikurangi biaya merupakan pendefinisian secara struktural atau sintaktik karena laba tidak didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba yg merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual.

  SFAC No. 1 dalam Ataina (1999) menyatakan bahwa laporan laba rugi yang disusun berdasar basis akrual lebih akurat untuk menaksir prospek aliran kas dari pada laporan laba rugi yang disusun berdasar basis kas. Pengertian semacam ini akan memudahkan pengukuran dan pelaporan laba secara objektif. Perekayasa akuntansi mengharapkan bahwa laba semacam itu bermanfaat bagi para pemakai statemen keuangan khusus investor dan kreditor.

  Pendefinisian laba seperti ini jelas akan lebih bermakna sebagai pengukur kembalian atas investasi (return on investment) daripada sekadar perubahan kas.

  Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen pokok seperti laba kotor laba usaha laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak (Muqodim 2005:131). Sehingga dalam menentukan besar laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1 dalam Belkaoui (2000:332) mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara yang biasa untuk model-model keputusan dari investor dan kreditor. Laba akuntansi dengan berbagai interpretasi diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai (Suwardjono 2005: 456) :

  1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi

  

a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi

para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

  Ada dua jenis perataan laba, yaitu(Riahi- Belkaoui,2004) : intentional atau designed smoothingintentional atau designed smoothing ialah keputusan atau pilihan yangdibuat untuk mengukur fluktuasi earning pada level yang diinginkan.

  d. Laba akuntansi bermanfaat utk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggung jawaban manajemen.

  Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme.

  c.

  Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj kebenaran sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.

  b.

  yang dikemukakan oleh Muqodim (2005 : 114) adalah:

  Bila dilihat secara mendalam laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi

  2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemcn.

  9. Dasar pembagian dividen.

  8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

  7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

  6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.

  5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public.

  4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.

  3. Dasar penentuan besar pengenaan pajak.

  (rate of retun on inuested capital).

2.1.1.2 Jenis Perataan Laba 1.

2. Natural smoothing

  Natural smoothing adalah incme generating process yang natural, bukanhasil dari tindakan yang di ambil manajemen.

2.1.1.3 Jenis-jenis Laba Dalam Akuntansi

  Jenis-jenis laba menurut pengukuran tingkat laba untuk suatu pusat laba tertentu ada lima jenis, yaitu :

  1. Margin kontribusi Laba kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel dari pendapatan yang diperoleh suatu divisi. Konsep ini bermanfaat untuk perencanaan dan pembuatan keputusan laba suatu divisi dalam jangka pendek.

  2. Laba terkendali divisi Laba dihitung dengan cara mengurangi pendapatan dengan biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi yang meliputi biaya variabel yang terkendali dan biaya tetap terkendali.

  3. Laba langsung Laba dapat dihitung dengan mengurangi pendapatan divisi dengan semua biaya yang langsung terjadi dalam divisi yang bersangkutan.

  Profitabilitas ini cocok digunakan untuk menilai profitabilitas jangka panjang.

  4. Laba bersih sebelum pajak Dengan menghitung pendapatan divisi dengan biaya langsung divisi dan biaya kantor pusat. Laba ini mencerminkan prestasi ekonomi divisi, karena divisi menikmati fasilitas kantor pusat, maka divisi mengalokasi biaya kantor pusat.

5. Laba bersih sesudah pajak

  Besar laba dihitung melalui pengurangan laba bersih sebelum pajak dengan pajak penghasilan divisi. Sebagai satu kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri, laba divisi perlu memperhitungkan pajak penghasilannya.

2.1.2 Pengertian Deviden

  Stice at al (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Menurut Skousen et al (2001:757) ” dividen adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Besarnya dividen yang dibagikan biasanya tercermin dalam dividend payoutratio (DPR).

  DPR merupakan ratio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa, dan secara sistematis dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003:27)

  Secara teori, deviden adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham. Laba bersih (net earning) ini sering dsebut sebagai laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa “earning avaible to common stock holde/EAC. Berdasarkan pengertian ini, maka tentu saja laba bersih yang tersedia untuk para pemegang saham dalam bentuk deviden akan berbeda antara perusahaan yang mempunyai hutang dalam struktur modalnya (levered firm) dan perusahaan yang tidak mempunyai hutang dalam struktur pemodalannya (unlevered firm).

  Bagian dari laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa ini, kemudiaan dikeluarkan dari EAC sebesar ratio tertentu disebut dengan dividend

  

payout ratio . Bagian laba bersih yang tidak dibagi dalam bentuk deviden disebut

  dengan saldo laba, dimana bagian dari laba ini kemudian digunakan untuk membiayai operasi lainnya.

  Berbagai pengertian definisi yang diberikan oleh para ahli adalah sebagai berikut : Menurut Halim (2005 : 16) “ Deviden adalah pembagian keuntungan yang diberikan emiten kepada pemegang sahammnya”.

  Berdasarkan pengertiaan diatas dapat disimpulkan bahwa deviden adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Apabila perusahaan penerbit mampu mneghasilkan laba yang besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar juga, karena dengan laba yang besar itu bisa diharapkan tersedianya dana yang besar untuk dibayar sebagai deviden. Tidak ada yang membatasi penentuan besarnya dana yang dialokasikan untuk pembayaran dividen, namun ini tergantung keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang menentukan apakah laba yang besar itu akan dialokasikan untuk pembagian dividen atau sebagai saldo laba.

2.1.2.1 Jenis-jenis Deviden

  Pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba yaitu saldo laba, atau atas beberapa pos modal seperti tambahan modal disetor. Harapan umum dari setiap pemegang saham yang menerima dividen adalah bahwa perusahaan telah beroperasi secara optimal dan ia menerima bagian dari laba tersebut. Deviden memiliki beberapa jenis-jenis antara lain :

  a. Dividen Tunai Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui maka dividen segera diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan daftar pegang saham terakhir harus disiapkan. Karena itu, biasanya terdapat tenggang waktu antara saat pengumuman dan pembayaran.

  Pengumuman dividen tunai merupakan kewajiban dank arena pembayaran biasanya dilakukan dengan segera, maka biasanya disebut sebagai kewajiban lancar. Kewajiban dividen dapat bervariasi antara perseroan. Perseroan yang lebih senior serta telah mapan akan merasa bangga terhadap pembayaran dividen kuartalnya yang tidak pernah terputus dalam jangka waktu yang lama. Mereka baru tidak akan membayar deviden atau mengurangi bila mengalami penurunan laba atua pengurangan kas yang kritis.

  Di sisi lain, perusahaan yang sedang tumbuh akan membayar dividen tunai dalam jumlah kecil atau tidak membayar dividen karena kebijakannya adalah melakukan ekspansi secaara cepat sejauh kondisi keuangan internal dan eksternal memungkinkan. b. Dividen Properti Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut sebagai property atau dividend in kind. Dividen properti dapat berupa barang dagang, real estat, atau investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi.

  c. Dividen Skrip Dividen skrip (scrip dividend) hutang dalam skrip, berarti bahwa perusahaan tidak membayar dividen sekarang tetapi memilih membayarnya pada suatu tanggal dimasa depan. Dividen skrip yang diterbitkan kepada pemegang saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk khusus dari wesel bayar.

  d. Dividen Likuidasi Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan kadang-kadang disebut sebagai dividen likuidasi (liquidation dividend), yang mengisyaratkan bahwa dividen ini merupakan pengambilan dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba. Dengan kata lain setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba merupakan pengurang modal disetor perusahaan dan, sejauh itu, merupakan dividen likuiditasi.

  e. Dividen Saham Jika manajemen ingin mengkapitalisasi sebagian dari laba (misalnya, reklasifikasi jumlah ang dihasilkan ke modal kontribusi), dan dengan demikian menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen, maka perusahaan dapat menerbitkan dividen saham. Dalam kasus ini, tidak ada aktiva yang dibagikan, dan setiap pemegang saham memiliki bagian kepemilikan yang sama atas perusahaan dan total nilai buku yang sama setelah dividen saham diterbitkan, sama seperti sebelum dividen itu diumumkan. Tentu saja, nilai buku per saham akan menjadi lebih rendah karena jumlah saham bertambah.

2.1.2.2 Pengertian Kebijakan Deviden

  Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Beberapa ahli memberikan definisi kebijakan dividen sebagai berikut :

  Menurut Harjito (200 : 253) “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dovoden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.”

  Menurut Tampubolon (2005 : 191)” Kebijakan dividen adalah keputusan keuangan yaitu dengan mempertimbangkan apakah oembayaran dividen akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.”

  Dari pengertian diatas maka dapt disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau sebagai saldo laba untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Berdasarkan keterangan tersebut, prokasi yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen dalam penelitian ini direpresentasikan dalam bentuk rasio. Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio dividend payout ratio (DPR).

  Menurut Jogiyanto (2003 : 278) dividend payout ratio adalah pembagian antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase.

  Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi internal financial perusahaan akan semakin kuat.

  Dividend payout ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan

  dibagikan dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan uang mempunyai risiko tinggi cnderung untuk membayar dividend payout ratio ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi (Jogiyanto 2003 : 280).

2.1.2.3 Kebijakan Pemberian Dividen

  Kebiijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba tersebut dapat dibagikan berupa dividen atau sebagai saldo laba untuk diinvestasikan kembali.

  Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah: a.

  Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya depertahankan selamaa beberapa perusahaan.

  b.

  Kebijakan dividen dengan ratio yang kostan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dbayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut Devidend Payout Ratio (DPR) yaitu persentase dividen per lembar saham terhadap pendapatan per lembar saham.

  c.

  Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah extra Kebijakan ini merupakan kombinasi dua kebijakan diatas. Cara ini memberikan fleksibilitas kepada perusahaan, hanya saja investor masih merasa tetap kurang pasti tentang jumlah yang akan diterimanya. Pada perusahaan yang pendapatannya sangat tidak pasti, cara ini yang mungkin terbaik. Kebijakan ini menetapkan jumlah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Bagi investor ada kepastiaan akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk, kalau keadaan keuangan perusahaan baik maka investor akan menerima investor dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan jika keadaan keuangan memburuk, maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal saja. d.

  Dividen yang fleksibel (Fleksible Dividend) Kebijakan ini menetapkan besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan disesuaikan dengan posisi dfinansial dan kebijaksanaan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

  Kebijakan dividen mempertimbangkan apakah penghasilan setelah pajak pada tahun berjalan sbaiknya diinvestasikan kembali atau dibagikan saja sebagai dividen merupakan saldo laba. Saldo laba itu sendiri merupakan sumber pembiayaan internal yang relative murah. Ada sejumlah pertimbangan saat perusahaan ingin membuat satu kebijakan dividen. Pertimbangan-pertimbangan tambahan ini harus berhubungan dengan konsep teori pembayaran dividend an penilaiian perusahaan. Berikut ini faktor-faktor yang dianalisis perusahaan dalam memutuskan kebijakan dividen. Memuat Horne dan Wachhowicz (terjemahan Fitriasari dan Deny 2007 : 280) a.

  Peraturan-peraturan Hukum Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan batasan-batasan hukum dimana kebijakan dividen dapat digunakan. Peraturan- peraturan hukum ini berhubungan dengan penurunan modal, ketidak solvabilitasan dan laba ditahan yang tidak semestinya.

  Secara khusus badan usaha Perseroaan Terbatas diatur dalam undang- undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 agustus 2007. Sebelum UUPT 2007, berlaku UUPT No. 1 tahun 1995 yang diberlakukan sejak 7 maret 1996 (satu tahun setelah diundangkan) s.d 15 agustus 2007, UUPT tahun 1995 tersebut sebagai pengganti ketentuan-ketentuan Perseroan Terbatas yang diatur dalam KUHD Pasal 36 sampai dengan pasal 56 dan segala perubahannya. Dalam undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) juga mengatur tentang dividen antara lain :

  1. Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan dibagiakan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS.

  2. Dividen hanya boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.

  3. Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan baerakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan.

  4. Pembagian dividen interim dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib.

  5. Pembagian dividen interim tidak boleh mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan perseroan.

6. Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Kominsaris.

  b.

  Kebutuhan pendanaan perusahaan Pada saat batasan-batasan hukum bagi kebijakan dividen perusahaan telah ditetapkan. Langkah selanjutnya adalah penafsiran kebutuhan pendanaan perusahaan. Untuk itu perlu dipersiapkan anggaran kas, proyeksi laporan sumber dan penggunaan dana, dan proyeksi laporan arus kas. Tujuan utamanya adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang mngkin tejadi tanpa adanya perubahan kebijakan dividen. Disamping memperkirakan hasil yang mungkin diterima, perusahan juga harus mempertimbangkan resiko bisnis sehingga dapat diperolah menjadi macam hasil arus kas yang mungkin terjadi.

  c.

  Likuditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam keputusan dividen. Karena dividen merupakan arus keluar kas, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang berkembang dan menguntungkan mungkin tidak likuid karena dana yang dimilikinya digunakan untuk keperluan aktiva tetap dan kerja permanen.

  d.

  Kemampuan untuk meminjam Posisi likuid bukan merupakan satu-satunya cara untuk memberikan perlindungan fleksibilitas keuangan terhadap ketidak pastian. Jika memiliki kemampuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan yang relative baik. Kemampuan meminjam ini dapat berupa batas kredit atau perjanjian kredit beruntun dari bank, atau kemampuan tidak resmi kelembagaan keuangan untuk memerlukan kredit.

  e.

  Batasan-batasan dalam perjanjian hutang Penjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman seringkali berisikan batasan-batasan pembayaran dividen. Batasan ini digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan untuk membayar hutang. Biasanya batasan ini dinyatakan sebagai persentase maksimum laba ditahan komulatif perusahaan. Jika batasan harus diterapkan, maka akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan.

  f.

  Pengendalian Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar, perusahaan kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk mendanai peluang investasi yang memungkinkan. Dalam situasi tersebut kepentingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika pemegang saham yang memiliki tidak mau atau tidak dapat memesan tambahan saham. Para pemegang saham ini lebih memilih pembayaran dividen yang rendah dan pendanaan kebutuhan investasi melalui laba ditahan. Kebijakan dividen ini mungkin tidak memaksimalkan kekayaan keseluruhan pemegang saham, namun dividen tersebut dilakuan demi kepentingan terbaik pihak yang memiliki kendali.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  2.2.1 Penelitian Ahmad Galaxy (2010)

  Judul penelitiian “Analisis Hubungan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Tunai Dengan Dividen Kas Pada Peusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Variable independennya adalah laba akuntansi dan laba tunai , variable dependen adalah dividen kas. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Hasil penelitian ini adalah laba akuntansi dan laba tunai berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.

  2.2.2 Penelitian Surya Warni Sibarani (2011)

  Judul penelitian “Analisis Hubungan Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi Dengan Dividen Tunai Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independennya adalah laba akuntansi dan arus kas operasi, dividen tunai sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah laba akuntansi dan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap dividen tunai.

  2.2.3 Penelitian Mohammad Ali (2010)

  Judul penelitian “Analisis Hubungan Laba Akuntansi Terhadap Dividen Kas Pada Industri Barang Komsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

  Variabel independennya adalah laba akuntansi, variabel dependennya adalah dividen kas. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Hasil penelitian ini adalah laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  No Penelitian Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian (Tahun)

  1. Ahmad Analisis - Laba

  • Laba akuntansi berpengaruh

  Galaxy Hubungan Antara Akuntansi signifikan

  (2010) Laba Akuntansi - Laba terhadap dividen

  Dan Laba Tunai Tunai kas. Dengan Dividen - Dividen Kas Pada Kas • Laba tunai

  berpengaruh

  Peusahaan

  signifikan

  Manufaktur Yang

  terhadap

  Terdaftar Di dividen kas. Bursa Efek Indonesia.

  2. Analisis - Laba

  Surya

  • Laba akuntansi

  Warni Hubungan Laba Akuntansi berpengaruh secara signifikan

  Sibarani Akuntansi, Arus - Arus Kas terhadap

  (2011) Kas Operasi Operasi dividen tunai.

  Dengan Dividen - Dividen Tunai Pada Tunai • Arus kas

  memiliki

  Industri

  pengaruh yang

  Perbankan Yang

  signifikan

  Terdaftar Di

  terhadap

  Bursa Efek dividen tunai. Indonesia .

  3. Mohammad Analisis -Laba

  • Laba akuntasi berpengaruh

  Ali Hubungan Laba akuntansi secara signifikan

  (2010) Akuntansi -Dividen terhadap

  Terhadap Dividen kas dividen kas. Kas Pada Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2.3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas perusahaan dapat di gambarkan dalam kerangka berikut :

  Laba Akuntansi Dividen Kas

(X) (Y)

H1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual mungkin dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur, hal ini disebabkan struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang didasarkan pada proses penalaran logis (logical

  

reasoning ). Atas dasar penalaran ini, teori merupakan proses pemikiran menurut

  kerangka konseptual tertentu untuk menjelaskan kenyataan yang terjadi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila ada fakta atau fenomena baru.

  Kerangka konseptual dapat digambarkan dalam bentuk hirarki yang memiliki beberapa tingkatan. ( Dari kerangka konseptual diatas terlihat bahwa penelitian ini terdiri dari satu variabel indevenden yaitu laba akuntansi dan satu variabel dependen yaitu dividen kas, sehingga kerangka teoritis dapat menggambarkan rumusan hipotesis penelitian.

2.3.2 Hipotesis

2.3.2.1 Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Dividen Kas

  Karakteristik laba berkaitan dengan identifikasi sifat dari laba sehingga memungkinkan untuk menganalisis transaksi/peristiwa yang dapat mempengaruhi laba. Karakteristik laba dapat di identifikasikan dengan memahami cara batasan pengertian laba.

  Earning merupakan suatu ukuran berapa besar harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan kerugian).

  Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba rugi. Para akuntan menggunakan istilah “net income” untuk menyatakan kelebihan pendapatan atas biaya dan istilah “net loss” untuk menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan.

  Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS. Dividen hanya boleh dibagikan apabila perseroan mempunyai saldo laba yang positif. Perseroan dapat membagikan dividen sebelum tahun buku perseroan berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar perseroan.

  Pembagian dividen dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetorkan ditambah cadangan wajib. Pembagian dividen tidak boleh menggunakan atau menyebabkan perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau menggangu kegiatan perseroan. Pembagian dividen ditetapkan berdasarkan keputusan direksi setelah memperoleh persetujuan dewan kominsaris.

  Ho : Laba akuntansi berdampak terhadap dividen kas perusahaan. Ha : Laba akuntansi tidak berdampak terhadap dividen kas perusahaan.

Dokumen yang terkait

Dampak Laba Akuntansi Terhadap Pembagian Dividen Kas Pada Perusahaan Perkebunan Yang Telah Go Public Di Bursa Efek Indonesia

1 38 74

Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

14 80 70

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Dividen - Analisis Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai terhadap Dividen Kas dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perataan Laba - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Dividen - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Saham LQ45 Di Bursa Efek Indonesia

0 2 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 17 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Laba - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laba Akuntansi 2.1.1 Pengertian Laba akuntansi - Pengaruh Laba Akuntansi Dan Arus Kas Operas Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Jenis Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Dividen - Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Current Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23