Aspek teknis BAB VI - 1

  Tahun 2015-2019

  Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kota Sibolga mencakup empat sektor utama yakni pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase.

  Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  BAB

  6 ASPEK TEKNIS

6.1. Pengembangan Permukiman

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

A. Arah Kebijakan

  Tahun 2015-2019

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang.

B. Lingkup Kegiatan

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

6.1.2.1 Isu Strategis

  Dimana dinamika pembangunan Kota Sibolga yang semakin intens tentunya diarahkan untuk mendukung fungsi dan peran Kota baik secara internal maupun eksternal. Perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor pembangunan memerlukan perhatian serius, melalui scenario umum pembangunan perumahan dan permukiman diharapkan dapat menjawab issue-issue pokok permasalahan perumahan dan permukiman yang berkembang di Kota Sibolga. Beberapa issue pokok perumahan dan permukiman di Kota Sibolga antara lain :

  Tahun 2015-2019

  1. Masalah Kelembagaan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Permasalah kelembagaan pembangunan perumahan dan permukiman menyangkut aspek:  aspek peraturan perundangan yang harus mendukung berbagai aspek kemudahan pengembangan perumahan dan permukiman, dalam hal ini juga yang termasuk aspek perijinan.

   Belum tersedianya pranata/lembaga yang secara khusus mengangani sektor perumahan dan permukinan dari tingkat nasional – kota/kabupaten  Belum mantapnya pelayanan

  2. Permasalahan perkembangan kawasan/lingkungan kumuh kota Sibolga serta masalah kualitas lingkungan termasuk kesenjangan sosial/konflik social.

  Kawasan/lingkungan kumuh di Kota Sibolga berkembang seiring dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, faktor kemiskinan dan kurangnya perhatian pemerintah kota dalam memberikan ”pelayanan” sarana dan prasarana lingkungan perukiman yang memadai. Seringkali pemerintah kota tidak mampu melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana karena keterbatan pendanaan.

  3. Permasalahan backlog perumahan yang cukup tinggi Dengan asumsi bahwa 1 KK menempati 1 rumah, maka terdapat ketimpangan antara jumlah KK dengan jumlah rumah yang tersedia, becklog Kota Sibolga Masih tinggi dikarenakan didalam 1 rumah masih dihuni beberapa keluarga.

  4. Kurangnya masyarakat miskin untuk memperoleh akses yang luas dalam bidang perumahan dan permukiman  Belum mantapnya pelayanan perumahan khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah  Ketidakmampuan masyarakat golongan miskin dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau yang memenuhi standar lingkungan permukiman yang responsif (sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan)  Terbatasnya akses terhadap sumber daya kunci dan informasi, terutama bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah/miskin, yang berkaitan dalam penyediaan tanah, rumah dan kredit bagi sistem penyediaan perumahan dan permukiman.

  5. Percepatan pencapaian target MDGs 2015 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan yang membutuhkan perhatian khusus

  6. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

6.1.2.2 Kondisi Eksisting Kondisi Permukiman di Kota Sibolga dapat diuraikan berikut ini:

  Tahun 2015-2019

  • Jumlah bangunan Rumah di Kota Sibolga tercatat sebanyak 16.072 Unit yang menyebar di 4 (empat) Kecamtan.
  • Bangunan Semi Permanen Sebanyak 5.882 Unit (36,7%), Non Permanen sebanyak 5.331 Unit (33,3%), dan Bangunan Permanen sebanyak 4914 Unit (30,7%).
  • Penyebaran Permukiman keatas air laut dan ke atas perbukitan
  • Masih banyaknya pelanggaran permukiman, seperti bangunan rumah diatas lahan ilegal, bantaran sungai dan pantai.
  • Masih banyak bangunan yang tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
  • Kecenderungan bertumbuhnya permukiman kumuh dan permukiman yang sangat padat di pinggiran pantai dan diaas air laut
  • Masih adanya beberapa kawasan yang tidak mendapakan pelayanan sarana dan prasarana

A. Kawasan Perumahan

  Tujuan pengembangan kawasan perumahan di Kota Sibolga adalah menyediakan tanah untuk pengembangan rumah tinggal dengan kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk yang bervariasi di seluruh Kota, mengakomodasi bermacam tipe rumah tinggal dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat di Kota Sibolga, serta merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang. Pengembangan kawasan perumahan direncanakan tersebar di seluruh wilayah kota. penataan ruang pusat-pusat permukiman melalui konsolidasi lahan guna mengurangi lingkungan permukiman kumuh di kawasan pusat kota. Luas penggunaan lahan untuk permukiman di

  Kota Sibolga adalah 240,68 Ha. Dalam kaitannya dengan pendistribusian penduduk serta pengembangan karakter ruang kota serta pertimbangan pertimbangan daya dukung dan daya tampung ruang, maka kawasan perumahan di

  Kota Sibolga diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kawasan perumahan Dengan tingkat kepadatan sedang dan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah.

  a. Kawasan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di sekitar pusat pasar belakang, Aek Habil, Ketapang

  b. Kawasan perumahan kepadatan sedang diarahkan pada kawasan bagian Kotaberingin, kawasan pusat kota c. Kawasan Perumahan kepadatan rendah diarahkan di Pancuran Gerobak Dala kaitannya dengan pengembangan karakteristik yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat khususnya masyarakat nelayan, maka di Kota Sibolga dikembangkan perumahan nelayan dengan tingkat kepadatan rendah sampai sedang.

  Perumahan nelayan adalah perumahan yang dibangun dengan ketentuan atau persyaratan teknis

  Tahun 2015-2019

  bangunan/konstruksi tahan gempa, sehingga perumahan yang dibangun tahan terhadap bencana seperti gempa dan tsunami. Perumahan ini juga ditata dengan baik dengan dilengkapi dengan jalur- jalur penyelamatan dari bencana. Perumahan nelayan dibatasi pertumbuhannya dan hanya diperuntukkan untuk penduduk yang benar-benar tinggal dan bermata pencaharian di pantai khususnya nelayan. Pembangunan perumahan di daerah perkotaan akan mengarah pada model bangunan vertikal karena keterbatasan lahan. Pengembangan kawasan perumahan nelayan ini diarahkan di kawasan yang telah ada sebelumnya yaitu di kawasan tepi pantai.

B. Kawasan Permukiman Kumuh Kota Sibolga

  Jumlah permukiman Kumuh di Kota Sibolga = 5 kawasan tersebar di 3 Kecamatan (Luas = 46,37 Ha) Kategori Kumuh di Kota Sibolga terdiri dari : Kumuh Berat : Kecamatan Sibolga Kota Kelurahan Pasar Belakang (luas 11,35 Ha) Kumuh Sedang : Kecamatan Sibolga Selatan Kelurahan Aek Muara Pinang (luas 14,63 Ha)

  Kecamtan sibolga Kota Kelurahan Pancuran Gerobak (luas 2,74 Ha) Kumuh Ringan : Kecamatan Sibolga Selatan Kelurahan Aek Manis (luas 5,13 Ha)

  Kecamatan Sibolga Sambas Kelurahan Pancuran Bambu (Luas 15,52 Ha) Kondisi Fisik Kawasan Kumuh secara umum : Pada umumnya tidak memiliki keteraturan bangunan dengan konstruksi semi permanen dan temporer, aksebilitas buruk dan rusak serta tidak dilengkapi dengan saluran samping, Drainase lingkungan juga tidak berfungsi dengan konstruksi beton, rata-rata rumah memiliki fasilitas jamban/ septick, tetapi hanya sebagian kecil yang terlayani saluran pembuangan air kotor. Sebagian kecil saja yang terlayani oleh sistem pengelolaan persampahan, Hanya sebagian kecil yang dilayani dengan air minum sistem perpipaan sedangkan pada umumnya masyarakat masih menggunakan sumur atau sungai, Lahan permukiman pada umumnya milik sendiri.

  Tahun 2015-2019 Aspek teknis

  BAB VI - 6 Peta 6.1.1 Kawasan Permukiman Kumuh Kota Sibolga Tahun 2015-2019

C. Jalur Evakuasi Bencana ALam Pendekatan pembangunan kota saat ini adalah penataan ruang berbasis mitigasi bencana.

  Artinya, bagaimana penataan kota tersebut dapat meminimalkan korban jika terjadi bencana. Untuk konteks Kota Sibolga, bencana yang dialami adalah bencana alam gempa bumi dan kemungkinan terjadinya tsunami akibat gempa tersebut karena Kota Sibolga merupakan salah satu daerah yang di lewati jalur sesar semangko. Ruang Evakuasi atau jalur penyelamatan (Escape Road) di Kota Sibolga telah dibuat dengan memanfaatkan jalan-jalan kota yang dikembangkan/direncanakan sebagai jalur pelarian ke bangunan/bukit penyelamatan dan wilayah yang aman apabila terjadi bencana alam (gempa). Strategi yang dapat dilakukan adalah :  Pemanfaatan RTH sebagai salah satu kawasan evakuasi.  Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem kota secara umum;

   Meningkatkan kualitas jalan yang ada menjadi jalan evakuasi dengan cara : pelebaran jalan, perbaikan agliment jalan eksisting, peningkatan kualitas badan jalan penambahan jalan-jalan baru untuk meningkatkan aksesibilitas, efektivitas dan efisiensi kota;  Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting tersebut dengan rencana jalur penyelamatan yang merupakan urban sistem lama sehingga menjadi suatu sistem kota yang terpadu dan dapat memitigasi bencana alam;  Pembangunan jalur penyelamatan harus disertai dengan: penyadaran public (pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, demo evakuasi dan sebagainya);

   Penanaman pohon-pohon besar sebagai peneduh jalan dan taman secara teratur memberikan keteduhan kota dan jiwa warga kota. Jenis pohon yang ditanam adalah jenis tanaman lokal. Pohon-pohon besar tersebut akan dirancang sebagai pohon penyelamatan (Escape Trees) di sepanjang rute-rute penyelamatan, taman penyelamatan, atau bangunan penyelamatan lainnya  Jalan-jalan yang dapat dikembangkan sebagai jalur penyelamatan (Escape Road) di Kota Sibolga adalah

   Sutomo, Jl, Thamrin, Jl. Katamso yang mengarah ke Jl. Sibolga-Tarutung  Jl. Imam Bonjol, Jl. Diponegoro dan Jl. Kakap mengarah ke perbukitan yang ada di Kel.

  Pancuran Gerobak.  Daerah yang berada di Kec. Sibolga Sambas dan Sibolga Selatan dapat mengarah ke perbukitan yang ada di Kel. Aek Parombuna  jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya.

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  BAB VI - 8 Peta 6.1.2 Rawan Bencana dan Longsor

  Tahun 2015-2019

D. Kawasan Prioritas Permukiman Kota Sibolga

  Berikut daftar kawasan permukiman yang diusulkan dinilai penetapan prioritasnya, yakni :

  1. Kawasan Pasar Belakang

  2. Kawasan Tangkahan

  3. Kawasan Sibolga Julu

  4. Kawasan Aek Parombunan Bawah

  5. Kawasan Sibolga Ilir

  6. Kawasan Muara Pinang

  7. Kawasan Aek Manis

  8. Kawasan Cendrawasih-Merpati-Sianturi Penilaian (scoring) Kawasan permukiman dilakukan dengan memberikan kesempatan pertama bagi instansi/SKPD yang berkewenangan untuk memberikan data/informasi dan pandangan terkait kondisi indikator kriteria yang ada di suatu kawasan permukiman. Misalnya, masukan atas indikator kriteria permasalahan sanitasi akan disampaikan oleh Dinas KPRP (Kebersihan, Penataan Ruang dan Permukiman). Kemudian, peserta lainnya, termasuk narasumber, memberikan pertimbangan lainnya. Atas dasar masukan dari seluruh peserta, kemudian diambil kesepakatan penilaian (scoring) terhadap setiap indikator kriteria pada masing-masing kawasan permukiman.

  Hasil penilaian prioritas penanganan kawasan permukiman dapat dilihat pada Tabel berikut :

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  1

  11 Cendrahwasih – Merpati - Sianturi

  3

  2

  2

  1

  3

  2

  3

  2

  3

  2

  5

  12 Koridor Sisingamangaraja

  2

  2

  1

  1

  2

  1

  2

  2

  3

  1

  2

  2

  2

  8

  9 Tangkahan

  3

  3

  3

  1

  3

  2

  3

  3

  3

  3

  2

  10 Muara Pinang

  3

  2

  3

  1

  3

  2

  3

  1

  13

  2

  16 Aek Manis

  2

  1

  2

  2

  2

  2

  1

  2

  9

  3

  2

  3

  2

  2

  2

  2

  3

  2

  1

  1

  4 Ranking Total Skore Terbobot

  3

  15 Santeong

  13 Aek Parombunan Atas

  15

  2

  2

  1

  1

  2

  2

  1

  1

  1

  2

  14 Aek Parombunan Bawah

  7

  3

  3

  3

  1

  3

  2

  1

  2

  1

  1

  2

  2

  BAB VI - 10 Tabel 6.1.1 Hasil Skoring Penetapan Kawasan Prioritas Permukiman Kota Sibolga Pada Kegiatan SPPIP Sibolga Sumber: Hasil Skoring Penetapan Kawasan Prioritas, FGD 2 – Kegiatan SPPIP Sibolga

  1

  1

  1

  1

  1

  2

  16

  3 Sibolga Julu

  3

  1

  1

  1

  3

  2

  2

  1

  1

  2

  11

  4 Pasar Belakang

  3

  3

  1

  1

  1

  2

  1 2a 2b 2c 2d 2e 2f

  3

  4

  5 1 2a 2b 2c 2d 2e 2f

  3

  4

  5 RTRW Jln Ling Drain Air Bersih Limbah Sampah Tata Bang Urgen Kontrib Pengemb RTRW Jln Ling Drain Air Bersih Limbah Sampah Tata Bang

  Urgen Kontrib Pengemb 5 10 10 10 10 10 10 15 5 5

  1 Sibolga Ilir

  3

  1

  1

  1

  3

  2

  3

  2

  2

  3

  6

  2 Siboliga Baru

  3

  2

  3

  2

  1

  1

  2

  14

  7 Pusat Kota

  3

  1

  1

  1

  2

  2

  2

  2

  2

  2

  10

  8 Aek Habil

  2

  2

  2

  2

  3

  1

  1

  2

  1

  3

  3

  3

  3

  1

  5 Suprapto

  3

  1

  2

  1

  1

  2

  2

  1

  2

  3

  12

  6 Pelabuhan

  3

  1

  1

  1

  No. Kecamatan/Kelurahan Skore

  Tahun 2015-2019

  Setelah seluruh indikator kriteria kawasan prioritas telah terisi dari diskusi sebelumnya. Untuk mendapatkan nilai total setiap kawasan permukiman, maka hasil nilai indikator kriteria akan diproses menjadi nilai indikator terbobot, yaitu : perkalian nilai indikator kiteria dengan bobot kriteria. Proses penghitungan jumlah total skor terbobot diadakan dengan panduan Konsultan Pendamping. Dari penghitungan total skore terbobot masing-masing kawasan permukiman maka diberikan nomor urut berdasarkan nilai jumlah skor terbobot dari yang terbesar hingga terkecil. Tabel 6.1.1 memperlihatkan Tabel Skoring Terbobot dan Hasil Jumlah Skoring pada masing-masing kawasan permukiman. Dari diskusi telah disepakati untuk penetapan kawasan prioritas akan diambil 5 (lima) terbesar pertama skor terbobot dari seluruh kawasan prioritas. Berikut daftar 5 (lima) kawasan prioritas yang berurutan tersebut, yakni : Dari diskusi telah disepakati untuk penetapan kawasan prioritas akan diambil 5 (lima) terbesar pertama skor terbobot dari seluruh kawasan prioritas. Berikut daftar 5 (lima) kawasan prioritas yang berurutan tersebut, yakni :

  1. Kawasan Perumahan Tangkahan (290);

  2. Kawasan Aek Muara Pinang (265);

  3. Kawasan Pasar Belakang (235);

  4. Kawasan Aek Manis (225); 5. Kawasan Cenderawasih-Merpati-Sianturi (225).

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  BAB VI - 12 Peta 6.1.3 Sebaran Hasil Pemilihan Kawasan Prioritas

  Tahun 2015-2019 D.1 Kawasan Permukiman Pasar Belakang

  Kawasan permukiman pasar belakang ini adalah kawasan permukiman pusat kota yang berkembang kearah laut. Kawasan yang bersebelahan dengan kantor Pemerintah (Kantor DPRD Kota Sibolga) dan diarah selatan berbatasan dengan depok pertamina). Kawasan Pasar Belakang mempunya fungsi utama adalah sebagai kawasan Permukiman yang sangat padat, dimana hanya di koridor Jl. Perintis Kemerdekaan yang mempunya mix-use antara permukiman dengan perdagangan, pergudangan dan perdagangan ikan). Kawasan Permukiman Pasar Belakang ini, setengah berdiri diatas tanah dan setengahnya lagi berdiri diatas laut. Kegiatan utama dalam kawasan permukiman ini adalah, pengolahan dan pnjemuran ikan. Bangunan di Kawasan Pasar Belakang ini merupakan kawasan dengan bangunan yang umumnya 1 lantai dan kepadatan tinggi baik pada kawasan permukiman pantai padat dan perumahan di atas air. Kepadatan bangunan ini terlihat tidak adanya jarak antar bangunan dan GSB hampir paling besar sejauh 0 meter dengan orientasi bangunan yang tidak teratur bahkan antar rumah yang dilalui jalan setapak dalam lingkungan. Semakin menjauh dari jalan lingkungan dan mendekati pantai, namun bangunan-bangunan yang berdiri relaif teratur, kecuali bangunan yang berdiri diatas air laut. Semua bangunan yang berdiri diatas tanah rata-rata berkonstruksi temporer dan non permanen dengan ukuran kaplingan rata-rata 100 Bangunan /Ha. Dan GSB di Kawasan Permukiman Pasar Belakang ini cukup sempit yaitu antara 0-0,5 Meter. Kawasan permukiman dengan orientasi bangunan yang tidak teratur dengan kualitas bangunan rumah yang masih bagus dan sebagian yang tidak bagus (banguan yang berdiri diatas laut). Sedangkan pertumbuhan kawasan kumuh cenderung di Kawasan bangunan yang berdiri diatas laut. Secara Hirarki jala-jalan yang melayani kawasan ini adalah jalan Kota (Jl. Perintis kemerdekaan) dan jalan kecil serta gang lainnya. Jalan kota dibangun dengan dimensi perkerasan Leber rata-rata 4 Meter, sedangkan Jalan Lingkungan yang menghubungkan strukutur permukiman di Kawasan ini adalah gang- gang kecil dengan Lebar 1,2 – 2 Meter. Jalan Kota berkonstruksi aspal, sedangkan Jalan Lingkungan ada yang aspal, beton dan papan. Kondisi Jalan Kota di kawasan ini masih bagus, sedangkan jalan Lingkungan masih ada sebagian yang rusak.

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  BAB VI - 14 Peta 6.1.4 Kawasan Pasar Belakang

  Tahun 2015-2019 D.2 Kawasan Permukiman Tangkahan

  Kawasan Permukiman Tangkahan ini merupakan permukiman yang melayani kegiatan di daerah tangkahan (pergudangan dan perdagangan Ikan dalam partai besar) dan Kampung Nelayan (Pengolahan dan Penjemuran Ikan) di sepanjang Jalan Ahmad Dahlan. Kawasan Permukiman Tangkahan bercampur dengan kegiatan perdagangan dan jasa, parkiran dan perbaikan kapal ikan. Kawasan Permukiman yang berfungsi khusus untuk tempat tinggal berada di ujung Jl. Damar laut yang bersebelahan dengan Pelabuhan Samudra, bersebelahan dengan tangkahan, dan dibelakang Jl. Ahmad dahlan kearah gunung (antara Koridor Jl. Ahmad Dahlan dengan Jl. Merpati) Kawasan permukiman ini merupakan permukiman yang padat. Hal ini karena semakin berkurangnya lahan yang digunakagan sebagai kawasan tangkahan dan pengolahan ikan, sehingga masyarakat memanfaatkan semua lahan yang ada semaksimal mungkin untuk tempat permukiman, sehingga di Kawasan ini jarang lagi ditemukan lahan kosong, bahkan banyak bangunan yang berdiri diatas air laut mengikuti perkembangan pembangunan tangkahan. Seluruh bangunan yang ada di Kawasan Permukiman Sibolga Baru ini rata-rata Non Pemanen. Bangunan di Kawasan Jl. Ahmad Dahlan ini merupakan kawasan dengan bangunan yang umumnya 1-2 lantai dan kepadatan tinggi. Kepadatan bangunan ini terlihat tidak adanya jarak antar bangunan dan GSB hampir paling besar sejauh 1 meter dengan orientasi bangunan yang tidak teratur bahkan antar rumah yang dilalui jalan lingkungan. Secara hirarki jalan-jalan yang melayani kawasan ini adalah: jalan primer (Jl. KH. Ahmad Dahlan), jalan lingkungan dan jalan-jalan setapak dan gang lainnya. Jalan Primer dibangun menggunakan aspal dengan lebar rata-rata 8-10 Meter. Jalan Lingkungan bervariasi konstruksinya, ada yang aspal, beton (untuk jalan yang masuk keatas air). Kondisi Jalan Lingkungan masih bagus, namun Jalan Primer yaitu Jalan A. Dahlan rusak, namun hanya pada titik tempat perdagangan Ikan.

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  BAB VI - 16 Peta 6.1.5 Kawasan Tangkahan

  Tahun 2015-2019 D.3 Kawasan Permukiman Aek Muara Pinang

  Kawasan Permukiman Aek Muara Pinang ini merupakan permukiman pinggiran Kota Sibolga ke arah selatan. Karakter permukiman terbagi 2 (dua) jenis permukiman yaitu (1). Permukiman yang berdiri diatas air, dan (2). Permukiman yang berada di tepi pantai dan permukiman yang berdiri diatas air laut. Permukiman yang ada diatas tanah merupakan permukiman yang padat, namun masih terdapat ruang terbuka. Sedangkan permukiman yang dipinggir pantai, merupakan permukiman yang berdiri diatas reklamasi dengan sampah, dan permukiman yang berdiri diatas air sangat padat. Permukiman ini juga berorientasi pada Kegiatan penjemuran ikan. Kawasan ini juga merupakan kampung nelayan dengan kegiatan pengolahan dan penjemuran ikan. Kawasan ini berbatasan dengan Kab. Tapteng, sehingga hal itu sering menjadi masalah dalam penanganan masalah permukiman maupun infrastruktur. Seluruh bangunan yang ada di Kawasan Permukiman Aek Habil ini rata-rata Temporer dan Non Permanen. Bangunan di Kawasan Aek Habil ini merupakan kawasan dengan bangunan yang umumnya 1 lantai dan kepadatan sedang untuk

  kawasan yang di at as lahan,

  bangunan ini terlihat masih renggang jarak antar bangunan dan GSB hampir paling besar sejauh 2 meter dengan orientasi bangunan yang relatif teratur. Sedangkan untuk kawasan yang dipinggir pantai merupakan bangunan non permanen dan kepadaan tinggi. Kepadatan bangunan ini terlihat tidak adanya jarak antar bangunan dan GSB hampir paling besar sejauh 1 meter dengan orientasi bangunan yang tidak teratur bahkan antar rumah yang dilalui jalan lingkungan. Secara hirarki jalan-jalan yang melayani kawasan ini adalah : jalan Lingkungan, (jl. Kutilang, Jl. Camar, Jl. Rajawali), dan jalan-jalan setapak dan gang lainnya yang berada di atas tanah. Jalan Lingkungan dibangun rata-rata Lebar perkerasannya (aspal) rata-rata kira 4 Meter dan Rumaja 6 meter.Sedangkan Jalan lingkungan dengan rata – rata 3 Meter. Jalan Lingkungan bervariasi konstruksinya, ada yang aspal, beton, dan papan. Kondisi jalan Kota masih bagus, sedangkan Jalan Lingkungan ada yang bagus dan ada yang agak rusak.

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  BAB VI - 18 Peta 6.1.6 Kawasan Aek Muara Pinang

  Tahun 2015-2019

6.1.2.3 Permasalahan

  :

  Permasalahan yang dijumpai dalam pembangunan permukiman di Kota Sibolga adalah

  1. Jumlah permukiman Kumuh di Kota Sibolga = 5 kawasan tersebar di 3 Kecamatan (Luas = 46,37 Ha).

  Kumuh Berat : Kecamatan Sibolga Kota Kelurahan Pasar Belakang (luas 11,35 Ha) Kumuh Sedang : Kecamatan Sibolga Selatan Kelurahan Aek Muara Pinang (luas 14,63 Ha)

  Kecamtan sibolga Kota Kelurahan Pancuran Gerobak (luas 2,74 Ha) Kumuh Ringan : Kecamatan Sibolga Selatan Kelurahan Aek Manis (luas 5,13 Ha)

  Kecamatan Sibolga Sambas Kelurahan Pancuran Bambu (Luas 15,52 Ha) Pada umumnya pada kawasan kumuh perkotaan di Kota Sibolga tidak memiliki keteraturan bangunan dengan konstruksi semi permanen dan temporer, aksebilitas buruk dan rusak serta tidak dilengkapi dengan saluran samping, Drainase lingkungan juga tidak berfungsi dengan konstruksi beton, rata-rata rumah memiliki fasilitas jamban/ septick, tetapi hanya sebagian kecil yang terlayani saluran pembuangan air kotor. Sebagian kecil saja yang terlayani oleh sistem pengelolaan persampahan, Hanya sebagian kecil yang dilayani dengan air minum sistem perpipaan sedangkan pada umumnya masyarakat masih menggunakan sumur atau sungai, Lahan permukiman pada umumnya milik sendiri..

  2. Daya tampung lahan sudah terbatas dan daya dukung lingkungan sudah mulai berkurang

  3. Kepadatan penduduk dan bangunan hampir diseluruh wilayah kota telah mencapai tingkat yang tinggi

  4. Tidak terkendalinya dan tidak tertatanya perkembangan mixed use pada jalan primer, pendirian bangunan burung walet di pusat kota, pendirian bangunan pada pinggiran sempadan pantai, sungai dan saluran drainase, dan pada lahan lereng bukit di atas 18 %

  5. Munculnya kawasan perumahan dan permukiman serta rumah-rumah yang kurang layak huni (kumuh)

  6. Terdapatnya kecenderungan munculnya perumahan yang tidak layak huni pada lahan-lahan marginal

  7. Banyaknya bangunan-bangunan bersejarah dan memiliki arsitektur menarik yang mulai menurun kualitasnya karena ditelantarkan dan sebagian telah diubah

  8. Terjadinya degradasi antara kawasan permukiman dengan kawasan straegis ekonomis dan kawasan yang berpotensi wisata dan ekonomi dengan permukiman nelayan yang dibiarkan kumuh

  9. Harga lahan dan harga sewa bangunan cukup mahal

  10. Pada kawasan proiritas permukiman Kota Sibolga masih banyak terdapat pada jalan lingkungan bervariasi konstruksinya, ada yang aspal, beton, dan papan. Kondisi jalan Kota masih bagus, sedangkan Jalan Lingkungan ada yang bagus dan ada yang agak rusak .

  Tahun 2015-2019

6.1.2.4 Tantangan Pengembangan Permukiman

  Tantangan yang dijumpai dalam pembangunan permukiman di Kota Sibolga adalah :

  1. Upaya peningkatan sarana dan prasarana bidang Cipta Karya di Kota Sibolga

  2. Upaya peningkatan kesejahteraan petani untuk meningkatkan produksi pertanian dengan meningkatkan sarana dan prasarananya.

  3. Upaya pembangunan yang sesuai dengan Tata Ruang.

  4. Upaya peningkatan Kelembagaan dan kapasitas SDA di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Sibolga dengan melakukan pembinaan dan pelatihan.

  Seluruh upaya yang disebut di atas adalah merupakan tantangan bagi pemerintah Kota Sibolga dalam pembangunan, khususnya pembangunan bidang Cipta Karya. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut harus pula didukung oleh dana yang tidak sedikit. Untuk itu pemerintah Kota Sibolga juga harus mengupayakan dengan menggali sumber-sumber pendanaan baik yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, Swasta, CSR, dan lain-lain.

6.1.3 Analisa Kebutuhan Pengembangan Permukiman

6.1.3.1 Proyeksi Kebutuhan Perumahan dan Permukiman

  Pemerintah telah menyadari pentingnya suatu pendekatan yang terintegrasi untuk perumahan dan lingkungannya melalui beberapa program yang meliputi penanganan permukiman kumuh. Program perumahan untuk masyarakat miskin yang lebih difokuskan pada rehabilitasi dan pengelolaan daerah perumahan yang sudah ada dan pengelolaan daerah perumahan yang sudah ada dan menjadikannya tempat tinggal yang lebih baik. Prediksi kebutuhan rumah di Kota Sibolga dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :

  a. Satu unit hunian akan ditempati oleh satu keluarga (1 unit = 1 KK)

  b. Prediksi jumlah KK ditentukan dengan membagi jumlah penduduk dengan rata-rata jumlah jiwa / KK, yaitu 5 jiwa / KK.

  Prediksi kebutuhan tambahan rumah

  Untuk menghitung prediksi kebutuhan tambahan rumah (termasuk backlog rumah) digunakan asumsi jumlah kebutuhan hunian untuk setiap periode tahun (X) ditentukan dengan mengurangi jumlah KK pada tahun (X) dengan jumlah Rumah pada tahun (X-1). Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk Kota Sibolga sampai tahun 2030 adalah 106.719 jiwa. Sehingga jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2011 adalah sebesar 86.144 jiwa terdapat penambahan penduduk sebanyak 20.575 jiwa dan dengan asumsi 1 kk terdiri dari 5 orang maka sampai dengan tahun 2030 dibutuhkan penambahan perumahan sebanyak 21.343 unit rumah.

  Tahun 2015-2019 Predisksi Kebutuhan Lahan Pengembangan Perumahan

  Pola 1 : 3 : 6 merupakan kebijakan Perumahan dengan maksud untuk memastikan bahwa sebagian besar pembangunan perumahan ditujukan bagi masyarakat miskin. Walaupun kenyataannya kebijakan tersebut tidak mencapai target yang disebabkan karena biaya pembangunan RSS cukup mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat miskin. Alasan lain juga disebabkan karena pembangunan perumahan tersebut terkait dengan penggunaan dana bank dengan tingkat suku bunga pinjaman yang cukup tinggi dibandingkan dengan daya jangkau kemampuan mencicil masyarakat miskin. Alasan lain yang memungkinkan menghambat masyarakat miskin memanfaatkan fasilitas yang ada adalah :

  • Tidak memiliki akses ke lembaga keuangan
  • Tidak terbiasa dengan konsep keuangan dengan sistem perbankan dengan pola tingkat bunga tertentu
  • Penghasilan rendah dan budaya menabung yang rendah • Pekerjaan tidak tetap dan penghasilan tidak tetap. Sebagai akibatnya banyak masyarakat miskin yang tinggal di permukiman tidak terencana dengan rumah-rumah yang dibangun seadanya atas swadaya masyarakat sendiri. Secara umum permintaan terhadap rumah sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

  1. Kondisi perekonomian nasional, Baik atau buruknya kondisi perekonomian nasional memberikan dampak yang luas pada permintaan akan rumah. Kondisi perekonomian saat ini, yang masih mengalami krisis akibat pengaruh situasi politik amatlah mempengaruhi. Diperkirakan tidak akan banyak pengaruhnya terhadap permintaan perumahan terutama untuk golongan menengah bawah.

  2. Kondisi keluarga, Permintaan terhadap perumahan antara lain dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, tabungan keluarga, serta gaya hidup keluarga. Hal ini tidak mungkin bagi sebagian penduduk yang termasuk dalam rumah tangga miskin.

  3. Harga rumah dan tingkat bunga, Pada saat harga rumah tinggi akan cenderung terjadi penundaan atau pembatalan terhadap pembelian rumah. Hal ini mempengaruhi terhadap permintaan akan rumah. Demikian pula dengan tingkat bunga. Pemerintah telah menyadari pentingnya suatu pendekatan yang terintegrasi untuk perumahan dan lingkungannya melalui beberapa program yang meliputi penanganan permukiman kumuh. Program perumahan untuk masyarakat miskin yang lebih difokuskan pada rehabilitasi dan pengelolaan daerah perumahan yang sudah ada dan pengelolaan daerah perumahan yang sudah ada dan menjadikannya tempat tinggal yang lebih baik.

  1. Prediksi kebutuhan rumah di Kota Sibolga dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai Satu unit hunian akan ditempati oleh satu keluarga (1 unit = 1 KK)

  Tahun 2015-2019

  2. Prediksi jumlah KK ditentukan dengan membagi jumlah penduduk dengan rata-rata jumlah jiwa / KK, yaitu 5 jiwa / KK. berikut : kebutuhan lahan untuk kawasan perumahan adalah seluas 339,61 Ha. Untuk itu pengembangan perumahan di Kota Sibolga lima belas tahun ke depan harus dilakukan dengan pola perbaikan rumah sesuai dengan luas klasifikasi type rumah, seperti perbaikan kawasa kumuh di Kota Sibolga, serta penambahan rumah berdasarkan kebutuhan rumah pada setiap tahunnya berdasarkan perhitungana tabel dibawah ini.

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  4. Aek Muara Pinang

  70 596 4,17 623 4,36 660 4,62 698 4,88 738 5,1 Sibolga Selat an

  70 3 .7 81 2 6 ,47 3 .9 56 2 8 4 .1 85

  29,29 4 .4 28 3 0 ,99 4 .6 84 3 2 ,7

  1. Aek Habil

  70 816 5,71 854 5,98 903 6,32 956 6,69 1.011 7,0

  2. Aek Manis

  70 1.137 7,96 1.189 8,32 1.258 8,81 1.331 9,32 1.408 9,8

  3. Aek Parombunan

  70 1.002 7,02 1.049 7,34 1.109 7,77 1.174 8,22 1.242 8,6

  70 826 5,78 864 6,05 914 6,40 967 6,77 1.023 7,1 Sibolga Sambas

  70 745 5,21 779 5,45 824 5,77 872 6,10 922 6,4

  70 2 .0 85 1 4 ,59 2 .1 81 1 5 2 .3 07

  16,15 2 .4 41 1 7 ,09 2 .5 83 1 8 ,0

  1. Pancuran Pinang

  70 656 4,59 686 4,80 726 5,08 768 5,38 813 5,6

  2. Pancuran Kerambil

  70 406 2,84 424 2,97 449 3,14 475 3,32 502 3,5

  3. Pancuran Dewa

  70 143 1,00 150 1,05 159 1,11 168 1,17 177 1,2

  4. Pancuran Bambu

  4. Pancuran Gerobak

  3. Pasar Belakang

  BAB VI - 23 Tabel 6.1.2 Perkiraan Kebutuhan Rumah di Kota Sibolga Tahun 2030 No. Nama Kecamat an Lahan Per Unit

  70 409 2,86 428 3,00 453 3,17 479 3,35 507 3,5

  ( m 2 ) Tahun 2 0 11 Tahun 2 0 15 Tahun 2 0 20 Tahun 2 0 25 Tahun 2 0 30 Jumlah Rumah ( Unit ) Luas Lahan ( Ha) Jumlah Rumah ( Unit ) Luas Lahan ( Ha) Jumlah Rumah ( Unit ) Luas Lahan ( Ha) Jumlah Rumah ( Unit ) Luas Lahan ( Ha) Jumlah Rumah ( Unit ) Luas Lahan ( Ha) Rumah Type Kecil

  Sibolga Ut ara 2 0 ,9

  70 2 .4 24

  16,97 2 .5 33

  17,73 2 .6 80

  18,76 2 .8 35 1 9 ,84 2 .9 99

  1. Sibolga I lir

  70 746 5,22 780 5,46 825 5,78 873 6,11 924 6,4

  2. Angin Nauli

  3. Huta Tonga-tonga

  70 318 2,22 332 2,33 352 2,46 372 2,60 394 2,7

  70 340 2,38 356 2,49 377 2,64 399 2,79 422 2,9

  4. Huta Barangan

  70 257 1,80 266 1,86 282 1,97 298 2,08 315 2,2

  5. Simare-m are

  70 671 4,70 702 4,92 743 5,20 786 5,50 832 5,8 Sibolga Kot a

  70 2 .0 47 1 4 ,33 2 .1 42 1 5 2 .2 66

  15,86 2 .3 97 1 6 ,78 2 .5 37 1 7 ,7

  1. Kota Baringin

  70 389 2,72 407 2,85 431 3,02 456 3,19 482 3,3

  2. Pasar Baru

  70 880 6,16 921 6,44 974 6,82 1.030 7,21 1.090 7,6 Jumlah Type Kecil 1 0 .33 7 7 2 ,36 1 0 .81 1 7 5 ,68 1 1 .43 8 8 0 ,07 1 2 .10 1 8 4 ,71 1 2 .80 3 8 9 ,6 Rumah Type Sedang

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB VI - 24

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB VI - 25

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   Sumber : Rencana Tahun 2015-2019

6.1.3.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Sibolga

  Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat- pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.

  Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:

  1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota;

  2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan

  3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Tabel 6.1.3 Rencana Pembagian Wilayah Pengembangan dan Fungsinya di Kota Sibolga

  Tahun 2015-2019 Aspek Teknis

  BAB VI - 27 Peta 6.1.7 Rencana Pembagian Wilayah Pengembangan dan Fungsinya

  

di Kota Sibolga

  Tahun 2015-2019

6.1.3.3 Rencana Pusat Pelayanan di Wilayah Kota Sibolga

  Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional, yang meliputi:

  • Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional
  • Sub pusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah
  • Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota Untuk menunjang pelayanan kota dan wilayah sekitarnya maka pusat pelayanan yang dikembangkan di Kota Sibolga berpola Konsentrik dengan pusat pelayanan kota adalah Kawasan Pasar Baru dan Pasar Belakang (Pusat Kota Sibolga). Pusat Pelayanan Kota (PPK), dengan skala pelayanan kota dan regional (Pusat Primer), dengan fungsi pengembangan sebagai pusat perdagangan dan jasa regional Kota Sibolga (CBD), merupakan kawasan pusat kegiatan utama perkotaan Kota Sibolga. Kawasan ini merupakan jantung kegiatan utama Kota Sibolga dengan tingkat pelayanan regional. Kawasan ini memiliki karakteristik : Memiliki tingkat perkembangan penduduk, ekonomi dan guna lahan yang tinggi.
  • Ketersediaan daya dukung lahan yang terbatas.
  • Memiliki potensi ekonomi yang tinggi.
  • Pusat aktivitas perkotaan.
  • Simpul transportasi regional Tingginya tingkat pertumbuhan kawasan dan terbatasnya daya dukung lahan pada wilayah pengembangan ini menyebabkan arah pengembangannya perlu dibatasi sehingga keberlanjutan fungsi yang diemban tetap dapat berjalan dengan optimal. Wilayah pengembangan ini diarahkan untuk kegiatan-kegiatan utama perkotaan yang mencakup perdagangan dan jasa regional, pusat akomodasi pariwisata, penyediaan fasilitas umum dan sosial. Fungsi utama PPK ini adalah sebagai pusat kegiatan utama (CBD) dengan fungsi- fungsi pendukung adalah Perdagangan dan jasa regional, pelayanan umum dan sosial serta permukiman kepadatan tinggi.

  Didalam kawasan ini terdapat pusat-pusat kegiatan yaitu Pusat Kegiatan Primer yang mencakup kegiatan pasar regional Kota Sibolga. PPK Kota Sibolga berpusat di UL Pasar Baru seluas 17,96 Ha dan UL Pasar Belakang seluas 58,50 Ha. Konsep pengembangan struktur kawasan Perkotaan Kota Sibolga ialah dengan pola konsentrik dimana CBD (Central Bisnis Distric) Kota Sibolga merupakan pusat utama kegiatan di sekitarnya tidak hanya di kawasan perkotaan tetapi juga dalam lingkup regional disekitarnya. Keterbatasan jumlah lahan pada pusat kota Sibolga menyebabkan kebutuhan dalam penyediaan lahan dalam menampung perkembangan kota yang terus meningkat. Konsep pengembangan perkotaan tersebut diwujudkan kedalam rencana struktur tata ruang kawasan dan rencana penggunaan lahan.

  Tahun 2015-2019