BAB I PENDAHULUAN - LAK Dit. Sarana Distribusi dan Logistik 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Pengembangan Dalam rangka pengembangan dan penerapan sistem pertanggung

  dan penerapan sistem

  jawaban penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan

  pertanggung jawaban yang

  yang tepat, jelas terukur dan akun tabel, dan terselenggaranya

  tepat, jelas terukur dan akuntabel

  pemerintah yang good governance diperlukan pengembangan dan

  serta legitimatemaka

  penerapan sistem sebagaimana yang didasarkan kepada Inpres No. 7

  akan tercapai suatu

  Tahun 1999 (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).

  pemerintahan yang good governance

  Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia, pada umumnya saat ini dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis mempengaruhi paradigma kepemerintahan yang baik (good governance) yang memberikan nuansa peran dan fungsi yang seimbang antara pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan prinsip- prinsip yang mendasarinya antara lain: transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Untuk mewujudkan aparatur negara yang profesional serta memahami tugas dan fungsinya, diperlukan instrumen yang mampu mengukur indikator pertanggung jawaban setiap penyelenggara negara dan pemerintahan. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan, antara lain: (1) TAP MPR Nomor XI Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; (2) Undang undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam pasal 3 TAP MPRI XI tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelengaraan negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelengaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas; (3) INPRES Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (4) INPRES Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; dan (5) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I. Peraturan tersebut pada hakekatnya menyatakan bahwa setiap instansi pemerintah diwajibkan mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

  Tujuan mengimplementasikan SAKIP adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang akuntabel dan terpercaya (good governance).

  Sebagaimana diamanatkan dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1011/M-DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementerian Perdagangan.

  Sesuai amanat yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

  Peran Strategis Direktorat

  Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, arah kebijakan

  SaranaDistribusi dan Logistik

  pembangunan perdagangan dalam negeri periode dimaksud dititikberatkan kepada “Peningkatan Penataan Sistem Distribusi Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa, kepastian berusaha dan peningkatan daya saing produk domestik”. Dalam rangka mengimplementasikan arah kebijakan tersebut, salah satu peran dari Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik dalam menunjang arah kebijakan Ditjen perdagangan Dalam Negeri yaitu Meningkatkan Intergrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui pengembangan jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong kelancaran arus barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan harga dapat terjaga.

  Sejalan dengan itu, peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam pembangunan ekonomi secara nasional. Logistik adalah bagian dari rantai pasok (supply chain) yang menangani arus barang, arus informasi dan arus uang melalui proses pengadaan, pengiriman, transportasi, distribusi dan pelayanan penghantaran sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki konsumen secara aman, efektif dan efisien mulai dari titik asal sampai dengan titik tujuan.

  Dengan demikian peranan jasa logistik sangat menentukan untuk memperlancar arus distribusi barang untuk mewujudkan stabilitas harga dan stok, meminimalisir disparitas harga baik antar daerah maupun antar waktu, serta memperkuat daya saing komoditi nasional baik untuk pasar dalam negeri maupun internasional. Sejalan dengan itu, peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, pariwisata, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam pembangunan ekonomi secara nasional. Kegiatan- kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, peningkatan iklim usaha, pembangunan/revitalisasi pasar tradisional, peningkatan kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok dan barang penting, penurunan disparitas harga antar provinsi serta stabilisasi harga.

B. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

  Reformasi Birokrasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logsitk merupakan eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

1. Sub Direktorat Pengembangan Sarana Distribusi dan dibagi dalam :

2. Sub Direktorat Pengelolaan Sarana Distribusi dan dibagi dalam:

3. Sub Direktorat Kerjasama Logistik dan dibagi dalam:

  b. Seksi Perdagangan Perbatasan

  b. Pengawasan Perdagangan Antar pulau dan Perbatasan

  5. Pengawasan Sarana Distribusi Antar Pulau dan Perbatasan dibagi dalam : a. Pengawasan Sarana Distribusi

  4. Sub Direktorat Perdagangan Antar Pulau dan Perbatasan dibagi dalam: a. Seksi Perdagangan Antar Pulau

  Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M- DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik mempunyai struktur organisasi terdiri dari :

  b. Seksi Informasi Logistik

  a. Seksi Penyedia Jasa Logistik

  b. Seksi Optimalisasi Pusat Distribusi dan Pergudangan

  a. Seksi Pemberdayaan dan Aktifasi Pasar Rakyat

  b. Seksi Pengembangan Pusat Distribusi dan Pergudangan

  a. Seksi Pengembangan Pasar Rakyat

6. Sub Bagian Tata Usaha

  DISTRIBUSI DAN DIREKTORAT LOGISTIK SARANA TATA USAHA SUB BAGIAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN KERJA SAMA PERDAGANGAN SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT DISTRIBUSI DISTRIBUSI PERBATASAN SARANA SARANA LOGISTIK ANTARPULAU DAN ANTARPULAU DAN SUBDIREKTORAT PENGAWASAN PERBATASAN DISTRIBUSI SARANA SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI PENGAWASAN PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN PENYEDIA PERDAGANGAN SARANA PASAR RAKYAT DAN AKTIFASI JASA LOGISTIK ASNTARPULAU DISTRIBUSI PASAR RAKYAT SEKSI SEKSI PENGEMBANGAN PERGUDANGAN DISTRIBUSI DAN PUSAT SEKSI OPTIMALISASI PENGAWASAN PERDAGANG PERBATASAN DISTRIBUSI PUSAT DAN INFORMASI PERDAGANGAN LOGISTIK SEKSI PERBATASAN SEKSI PERDAGANGAN ANTARPULAU DAN

  Bagan Struktur Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi Saat ini jumlah sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi berjumlah 51 (Lima Puluh Satu) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang eselon II, 5 (lima) orang eselon III, 11 (sebelas) orang Eselon IV, dan 34 (tiga puluh empat) orang staf dengan jenjang pendidikan dari SMA sampai dengan Pasca Sarjana tingkat Doktor. Jumlah tersebut termasuk pasca sarjana logistik sebanyak 9 (sembilan) orang.

  Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Organisasi dimaksud Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria

  • Eselon II 1 - -
  • Eselon III
  • Eselon IV
  • Fungsional - - - -
  • Pelaksana
  • Golongan IV 5 - -
  • Golongan III

  • Golongan II

  • Golongan I - -

  7

  16 10 -

  26 b.S1

  11 2 -

  13 c.D3

  2 1 -

  3 e.SLTA 7 - -

  1 g.SD - - - -

  f. SLTP 1 - -

  Sumber : Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi Tugas Pokok Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik adalah

  Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang logistik dan sarana distribusi perdagangan, dan mempunyai fungsi debagai berikut :

  1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan sarana

  distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau ;

  2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sarana

  distribusi, pengelolaan saranadistribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulaudan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi danperdagangan antar pulau ;

  1 a.S2

  MenurutPendidikan

  a.S3 1 -

  5

  serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dibidang Logistik dan Sarana Distribusi perdagangan. Dalam melaksananakan tugas dimaksud, berikut kekuatan personil Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik sebagai berikut :

  Tabel 1. Kekuatan Personil Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

  Uraian Posisi Awal Tambah Kurang Posisi Akhir

  MenurutJabatan

  1

  4 1 -

  9 2 -

  5

  11

  28 11 -

  34 MenurutGolongan

  6

  29 11 -

  40

  4 1 -

  Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

  3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di

  bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau ;

  4. Penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

  bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau ; dan

  5. Penyiapan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan sarana

  distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau

  6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi.

  Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi C. Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

  Peran dari Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik dalam menunjang arah kebijakan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri yaitu meningkatkan integrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui pengembangan jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong kelancaran arus barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan harga dapat terjaga. Peran tersebut diharapkan dapat mendorong kearah sistim logistik nasional yang efektif dan efisien yang mampu mengintegrasikan daratan dan lautan menjadi satu kesatuan yang utuh dan berdaulat, sehingga dapat menjadi penggerak bagi terwujudnya Indonesia sebagai negara maritim. Sistim Logistik juga memiliki peran strategis dalam mensinkronkan dan menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif, sekaligus menjadi benteng bagi kedaulatan dan ketahanan ekonomi nasional.

  Tingginya biaya

  Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Logistik dan

  logistik nasional sebagai penyebab

  Sarana Distribusi sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan

  disparitas harga di kawasan Timur

  Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang perubahan atas Peraturan

  Indonesia dengan Kawasan Barat

  Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-

  Indonesia

  DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, terdapat beberapa isu strategis antara lain:

1. Terkait dengan Pengembangan Sistem Logistik Nasional

  khususnya yang menjadi tanggung jawab dari Kementerian Perdagangan c.q Direktorat Sarana Distribusi dan Logisitk, permasalahan strategis yang dihadapi adalah “Tingginya biaya logistik nasional sehingga menyebabkan harga yang terbentuk di tingkat konsumen menjadi kurang terjangkau dan terjadi disparitas harga antara kawasan timur Indonesia dengan kawasan barat.” Disamping itu, beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sistem logistik nasional adalah:

A. Gerai Maritim merupakan sebuah sistem distribusi logistik bahan pokok antar pulau yang terintegrasi melalui jalur laut.

  Tujuan strategis Kementerian Perdagangan RI meluncurkan program ini adalah untuk menjamin ketersediaan dan stabilisasi harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting di berbagai wilayah terpencil dan terluarIndonesia, serta mengurangi disparitas harga antardaerah.

  B. Kapasitas dan kompetensi SDM yang masih kurang memadai khususnya pemahaman tentang sistem logistik nasional dan konektivitas baik dari segi kuantitas maupun dari kualitas. Hal ini menyebabkan lambatnya pelaksanaan rencana aksi sebagaimana tercantum dalam dokumen perencanaan dan jumlah rekomendasi dan masukan yang masih harus ditingkatkan.

  C. Data dan informasi terkait dengan logistik yang masih rendah sehingga sulit untuk dapat memberikan analisa dan rekomendasi yang tepat dan akurat.

2. Pengelolaan Pasar Rakyat :

  Pengelolaan pasar rakyat yang ideal hendaknya meliputi perencanaan, pengorganisasian, implementasi serta monitoring dan evaluasi. Pengelolaan ini terkait dengan kinerja dari pasar rakyat itu sendiri. Jika pasar rakyat tersebut dikelola secara baik maka diharapkan penghasilan pedagang akan meningkat dan kesejahteraan pun akan meningkat, kesejahteraan pedagang meningkat, sehingga terwujudnya pasar rakyat yang bersih, aman, nyaman, ramah, tertib, jujur, dan sehat serta melestarikan nilai sosial budaya. Permasalahan terkait pengelolaan pasar rakyat antara lain adalah:

  A. Tumpah tindihnya kebijakan pengelolaan pasar rakyat baik ditingkat pusat maupun daerah antar dinas terkait adanya perbedaan pelaksanaan kebijakan pusat dan daerah; B. Rendahnya penegakkan hukum atas pelanggaran kebijakan/aturan yang telah dibuat sehingga banyak pedagang yang berjualan hingga meluap ke bahu jalan atau berjualan hingga barang dagangan menutupi lorong/koridor pasar rakyat; sampah yang dibuang tidak pada tempatnya; banyaknya kios atau los yang disewakan oleh pemilik sehingga kios atau lapak tidak lagi menjadi milik pedagang melainkan milik segelintir orang yang menguasai kios atau lapak dan menguasai sewa kios atau los tersebut;

  C. Kemampuan pengelola pasar rakyat yang rendah dalam mengelola ketertiban pedagang dan melakukan pemberdayaan terhadap pedagang;

  D. Pengelolaan pasar rakyat yang dilakukan oleh beberapa instansi pemerintah di daerah sehingga menyulitkan koordinasi pengelolaan;

  E. Tidak adanya sebuah lembaga pengelola pasar rakyat yang diberi wewenang pengelolaan pasar rakyat secara utuh; F. Sebagian besar pasar rakyat tidak mengalokasikan hasil retribusinya untuk pemeliharaan pasar tradisional tersebut; G. SDM pengelola yang tidak memahami manajemen pasar rakyat. Yang dimaksudkan adalah kepala pasar rakyat tidak memiliki visi dan misi mengenai pengembangan pasar rakyat maupun pengelolaannya secara baik;

  H. Jumlah SDM pengelola pasar rakyat tidak sesuai dengan luasan pasar rakyat sehingga tidak memungkinkan pengelola dapat melakukan tugasnya dengan baik;

  I. Penghasilan yang kurang memadai bagi pengelola pasar rakyat sehingga tidak memotivasi pengelola untuk bekerja secara optimal;

  J. Pengelolaan retribusi pasar rakyat, sewa maupun pendapatan lainnya yang kurang transparan; K. Tidak adanya pengelolaan keuangan pasar rakyat dengan sistem pembukuan dan pencatatan yang baik dan transparan serta tidak adanya sistem audit keuangan yang akuntabel;

  L. Sistem penarikan retribusi yang tidak optimal sehingga dapat memberikan peluang kepada oknum untuk melakukan penyelewengan retribusi;

  M. Tidak adanya pengelolaan keamanan pasar rakyat sehingga sebagai besar pasar dikuasai oleh preman pasar ; N. Tidak adanya pengaturan zonasi pedagang yang akhirnya menyulitkan pengelola pasar rakyat dalam melakukan pengelolaan yang baik dan tertata rapi;

  O. Tidak adanya penanda zonasi yang membedakan produk atau komoditas yang dijual dalam pasar rakyat sehingga hal ini terkadang membingungkan pembeli maupun pengunjung;

  P. Tidak adanya pengaturan lahan parkir, area bongkar muat, MCK, dan fasilitas pendukung lainnya sehingga setiap fasilitas pasar tidak dapat dimanfaatkan secara optimal;

  Q. Tidak adanya pengecekan timbangan atau adanya bahan berbahaya dalam komoditas yang diperdagangkan di pasar rakyat;

  R. Pengelolaan air bersih dan listrik yang kurang baik sehingga mengakibatkan ketidaksediaan air bersih ataupun tidak adanya hidran untuk mencegah kebakaran;

  S. Pengelolaan sampah dan limbah pasar yang kurang baik sehingga sering mengakibatkan pasar tradisional menjadi kotor dan bau.

3. Permasalahan Disparitas harga dan kesenjangan perdagangan antar wilayah (sebagaimana tercantum dalam renstra Kemendag) :

  Pengaruh musim terutama berpengaruh pada komoditi pertanian, perkebunan dan hasil-hasil sumber daya alam lainnya yang tidak tahan lama, sehingga pada musim panen harga cenderung turun dan pasa musim tanam harga mengalami kenaikan. Pengaruh musim ini pada gilirannya mempengaruhi kelancaran pasokan ke daerah-daerah diluar sentra produksi dengan daerah luar. Biaya logistik dalam negeri dan kualitas pelayanan merupakan permasalahan utama menyebabkan belum optimalnya kinerja logistik Indonesia. Permasalahan utama ini muncul sebagai akibat beberapa kondisi sebagai berikut : a. Rendahnya tingkat penyediaan insfrastruktur baik kuantitas maupun kualitas; b. Banyaknya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi; c. Tingginya waktu pelayanan ekspor dan impor yang disertai dengan adanya hambatan operasional pelayanan pelabuhan;

d. Terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa logistik nasional.

  Isu strategis yang sudah dipaparkan di atas merupakan tantangan yang perlu dihadapi oleh Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik agar dapat lebih berkembang dan sukses.

BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA A. Perencanaan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Sesuai amanat yang tertuang dalam Rencana Jangka Menengah Nasional, arah kebijakan pembangunan perdagangan dalam negeri

  periode dimaksud dititikberatkan kepada “Peningkatan Penataan Sistem Distribusi Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa, kepastian berusaha dan peningkatan daya saing produk domestik”.

  Dalam rangka mengimplementasikan arah kebijakan tersebut, salah satu peran dari Direktorat Sarana Logistik dan Logistik dalam menunjang arah kebijakan Ditjen perdagangan Dalam Negeri yaitu: Meningkatkan Intergrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui pengembangan jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong kelancaran arus barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan harga dapat terjaga.

  Rencana Strategis merupakan suatu proses awal dari rangkaian proses dalam usaha untuk mencapai tujuan. Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri telah ditetapkan misi, tujuan dan sasaran yang akan dilaksanakan.

  Tujuan dari yang hendak dicapai Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yang ingin dicapai antara lain adalah:

  1. Peningkatan pelayanan perizinan/non perizinan sektor perdagangan dalam negeri terkait penyederhanaan prosedur dan waktu serta harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri;

  2. Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, supaya kemampuan/daya beli masyarakat terjaga;

3. Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi;

  4. Peningkatan kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran terhadap produk domestik bruto;

5. Pengembangan sarana distribusi dan kapasitas penyedia jasa logistik.

B. Rencana Kerja Tahunan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

  20% Persentase Jumlah Pasar rakyat yang diindentifikasi untuk mendapat Pemberdayaan Terpadu Nasional 100 Pasar Jumlah Penyedia Jasa Logistik Sektor Pedagangan yang dilakukan pembinaan

  3. Pemberdayaan Pedagang Pasar;

  2. Pemberdayaan Pasar Percontohan;

  1. Penilaian dan Pengembangan Pasar;

  Secara detail kegiatan yang mendukung rencana kinerja tersebut di atas, antara lain meliputi :

  34 Prov Daerah

  600 Peserta Jumlah Informasi Sarana Distribusi dan Logistik dibidang Perdagangan

  Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi

  Dalam rangka mendukung visi, misi, sasaran strategis dan program Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, maka telah disusun Rencana Kerja Tahunan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik sebagai berikut :

  1 Unit Meningkatnya Penataan dan Pembinaan Sarana dan Informasi Logistik Perdagangan

  72 Pasar Jumlah Pasar Rakyat yang Mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional 100 Pasar Jumlah Pusat Distribusi Regional yang dibangun

  96 Pasar Jumlah Pasar Rakyat Tipe B

  Jumlah Pasar Rakyat Tipe A

  Terbangunnya Sarana Perdagangan Dalam Rangka kelancaran Distribusi Barang Kebutuhan Pokok diwilayah Indonesia termasuk wilayah perbatasan.

  Outcome Uraian Indikator Target Satuan Target

  Tabel 2. Rencana Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Tahun 2016

  Pertumbuhan omzet pedagang Pasar Rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi

  4. Workshop Peningkatan Pemahaman Kebijakan Logistik dan Sarana Distribusi Bagi Aparatur di Daerah;

  5. Sosialiasasi Minuman Beralkohol;

  6. Koordinasi Pengembangan Pasar Percontohan;

  7. Bimbingan Teknis Pengelolaan Pasar Tradisional;

  8. Pemantauan Pengelolaan Pasar Non Percontohan yang direvitalisasi tahun 2016

  9. Evaluasi Pembangunan dan Peresmian Pasar Percontohan

  10. Persiapan revitalisasi dan relokasi pedagang

  11. Sosialisasi revitalisasi pasar melalui media cetak dan elektronik

  12. Penghimpunan Informasi Sarana Logistik di Daerah

  13. Penyusunan Revisi Permendag tentang Pergudangan

  14. Monitoring Perdagangan Antar Pulau Kelapa Sawit dan Produk Turunannya

  15. Identifikasi pelaksanaan kebijakan komoditas pokok dan strategis

  16. Kajian lokasi strategis Pusat Distribusi Regional dan Pusat Distribusi Provinsi

  17. Kajian Pengembangan Pasar Tradisional

  18. Pemantauan Minuman Beralkohol;

  19. Pengembangan Konektivitas Sektor Perdagangan

  20. Koordinasi Peningkatan Kelnacaran Logistik Komoditas Pokok dan Strategis

  21. Partisipasi pada forum koordinasi/seminar/konferensi/workshop dan sidang logistik.

C. Kontrak Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

  Kontrak Kinerja

  Penyusunan Kontrak Kinerja mengacu pada RPJPN 2005-2025,

  Direktorat Sarana

  Rencana Strategis Kementerian Perdagangan serta Rencana

  Distribusi dan

LogistikTahun Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Penjabaran

2016

  dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri disusun secara sinergis,terintegrasi dan berkesinambungan dengan kegiatan pada Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik yang dituangkan pada Kontrak Kinerja Per tahun. Tujuan khusus kontrak kinerja adalah untuk : (1) meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur (2) wujud nyata komitmen antara penerima dengan pemberi amanah (3) Dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, dan (4) menciptakan tolak ukur dasar evaluasi kinerja aparatur.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Capaian IKU Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Direktorat Sarana Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Distribusi dan Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Instansi Pemerintah, Logstik pada

  tahun 2016

  maka Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2016. Indikator kinerja utama di lingkungan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Hasil pengukuran indikator kinerja utama memperlihatkan gambaran capaian pelaksanaan kegiatan selama 1 (satu) tahun anggaran 2016 sampai dengan bulan Desember 2016, sebagai berikut :

  

Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

  Tahun 2016

  Target Realisasi Capaian No Indikator Kinerja Utama Satuan 2016 2016 (%) 1.

  Jumlah Pasar Rakyat Tipe A

  96

  76 Unit

  79.17 2.

  Jumlah Pasar Rakyat Tipe B

  Unit

  72

  57

  79.17 3.

  Jumlah Pasar Rakyat yang mendapatkan

  100 Unit 100 100

  Pemberdayaan Terpadu Nasional 4. Jumlah Pusat Distribusi Regional yang

  100 Unit

  1

  1

  dibangun 5. Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar

  135.7 Persentase 20% 27.14%

  Rakyat Tipe A yang telah di Revitalisasi 6. Jumlah Pasar Rakyat yang di Identifikasi 100

  100 Daerah 100

  Untuk Mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional 7.

  600

  Jumlah Penyedia Jasa Logsitik Sektor

  137.5 Peserta 825

  Perdagangan yang dilakukan Pembinaan

8 Jumlah Informasi Sarana Distribusi dan

  34 100 Provinsi

  34 Logistik dibidang Perdagangan

  Sumber : Direktorat Sarana Distribusi dan Logsitik

  Tabel 4. Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi

  Tahun 2015 dan 2016

  Target Realisasi Capaian (%) Satuan No Indikator Kinerja Utama 2015 2016 2015 2016 2015 2016 1.

  Jumlah Pasar Rakyat Tipe A

  Unit

  

26

26 100

  96

  76

  79.17 2.

  Jumlah Pasar Rakyat Tipe B

  Unit

  

50

  72

  50 57 100

  79.17 3.

  Jumlah Pasar Rakyat yang

  100 Unit

  mendapatkan Pemberdayaan 100 100 100 100 100 Terpadu Nasional 4.

  Jumlah Pusat Distribusi Regional

  100 Unit

  

2

  1

  1 - -

  yang dibangun 5. Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar Rakyat Tipe A yang telah di

  135.7 Persentase

  20% 20% 20% 27.14% 100%

  Revitalisasi 6. Jumlah Pasar Rakyat yang di Identifikasi Untuk Mendapatkan

  100 Daerah

  100 100 100 100 100

  Pemberdayaan Terpadu Nasional 7. Jumlah Penyedia Jasa Logsitik

  137.5

  Sektor Perdagangan yang

  Peserta 600 600 1010 825 168.3%

  dilakukan Pembinaan 8. Jumlah Informasi Sarana

  100 Provinsi

  Distribusi dan Logistik dibidang

  

33

  34

  33 34 100

  Perdagangan

  Rata-rata 100 100

  Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Tahun 2016 Analisis dan

  Berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1011/M-

  evaluasi target dan realisasi

  DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem

  pencapaian

  Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Lingkungan

  Indikator Kinerja Direktorat Sarana

  Kementerian Perdagangan, evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang

  Distribusi dan Logistik Tahun

  membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan

  2016 hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.

  Analisis dan evaluasi akuntabilitas akan menjabarkan hasil evaluasi capaian indikator kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik menurut sasaran yang tertuang dalam rencana strategis secara lebih terperinci meliputi pengukuran target dan realisasi indikator- indikator kinerja, membandingkan dengan pencapian tahun lalu, serta mengulas kembali capian IKU. Dari delapan IKU untuk menggambarkan keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi pada tahun 2016 telah mencapai lebih dari 100 % berdasarkan perbandingan target dan realisasi. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian IKU Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi juga melebihi 100 % .

  Sedangkan analisa meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, dan misi serta visi sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan strategis. Dalam analisis ini dijelaskan proses pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan rinci, sebagaimana uraian dibawah ini :

  IK-1

  Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Negara Pendayagunaan

  Jumlah Pasar

  Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman

  Rakyat Tipe A

  Umum Penetapan Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka dalam menghadapi pertumbuhan pasar modern yang cukup pesat, maka perlu dilakukan peningkatan citra dalam upaya peningkatan kualitas dan daya saing pasar tradisional terhadap perkembangan Toko Modern dan Pasar Modern, Kementerian Perdagangan telah 4 tahun melaksanakan identifikasi calon kandidat pasar percontohan dengan tujuan menciptakan pasar tradisional yang bersih, sehat/higienes, aman, segar, nyaman, tertib, jujur dan ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan kelancaran arus barang serta dapat menjaga stabilitas harga bahan pokok. Pada tahun 2016 calon kandidat pasar rakyat yang telah diseleksi, verifikasi, evaluasi dan finalisasi berdasarkan survey ke lokasi pasar yang layak dijadikan sebagai calon kandidat pasar percontohan sebanyak 63 pasar,dengan target capaian sebagai berikut :

  Capaian target pasar TIpe A Tabel 5 : Capaian target pasar yang diidentifikasi sebanyak 96 pasar Tahun 2016

  Indikator Satuan Kinerja Target Capaian (%) Realisasi

  Jumlah Pasar Rakyat yang unit

  96 76 79,17%

  diidentifikasi Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Tabel 6 : Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi.

  Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi

  120 100

  80

  60

  96

  79.17

  76

  40

  20 Target Realisasi Capaian (%) Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

  Kendala yang dihadapi dalam pembangunan pasar rakyat adalah Bencana Alam, Keterlambatan DIPA yang diterima sampai di Kab/Kota, Waktu pelaksanaan pembangunan proyek yang pendek, Mengundurkan diri.

  Penilaian Pasar Rakyat menggunakan metode analisis TEV (Tree diagram

  and expected value). Metode ini untuk menilai sebuah obyek (yang

  manisfestasinya bias sebagai barang, jasa, kegiatan maupun lainnya) yang hasil penilaiannya adalah ukuran kualitas yang dikuantitaskan. Metode ini juga dapat diterapkan untuk membandingkan antar dua obyek atau lebih yang memiliki karakteristik yang sama. Metode TEV menggunakan proses hirarki tree diagram; dimana perhitungan pada setiap hirarki menggunakan formula expected value (EV) yang diawali dari ukuran bobot dan nilai yang dihasilkan dari perhitungan pendapat responden terhadap obyek paling bawah (turunan paling akhir / kenyataan di lapangan).

  Kriteria dan indikator penilaian pasar rakyat

  KRITERIA

  INDIKATOR UKURAN PENILAIAN (1-3) PERSYARATAN ADMINISTRATIF

  A. KOMITMEN PEMDA

  1. Surat Permohonan ke Kementerian

  1 Tidak Ada Perdagangan

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  3 Ada, berupa surat asli

  2. Surat Rekomendasi Gubernur

  1 Tidak Ada

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  3 Ada, berupa surat asli

  3. Surat Pernyataan Gubernur /

  1 Tidak Ada Walikota / Bupati tentang Keabsahan Dokumen

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  3 Ada, berupa surat asli

  4. Surat Keputusan Gubernur /

  1 Tidak Ada Walikota / Bupati tentang Terbentuknya Pasar

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  3 Ada, berupa surat salinan (fotokopi) yang telah dilegalisir

  5. Sertifikat Kepemilikan Tanah

  1 Tidak Ada

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  3 Ada, berupa surat salinan (fotokopi) yang telah dilegalisir

  6. Surat Rekomendasi Dinas

  1 Tidak Ada Perdagangan Tingkat Provinsi

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  2 Rp 100 Juta – 300 Juta

  B. PERKEMBANGAN PASAR DAN PEDAGANG

  12. Jumlah Pedagang

  1 Kurang dari 75 Orang 2 75 – 149 Orang

  3 Lebih 150 Orang

  13. Omset Pedagang per Bulan

  1 Kurang dari Rp 100 Juta

  3 Lebih dari Rp 300 Juta

  2 Ada, untuk 2 tahun terakhir

  14. Data Perkembangan Jumlah Pedagang

  1 Tersedia, kurang dari 1 tahun

  2 Tersedia, antara 1 – 2 tahun

  3 Tersedia, dalam waktu 3 tahun atau lebih

  15. Jumlah Kios / Lapak

  1 Tidak ada

  2 Ada, kurang lengkap

  3 Ada, untuk 3 tahun terakhir

  1 Ada, untuk 1 tahun terakhir

  3 Ada, berupa surat asli

  3 Ada, berupa surat asli

  7. Surat Pernyataan Komitmen Pemda Mengenai Dana Pendamping

  1 Tidak Ada

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  3 Ada, berupa surat asli

  8. Surat Pernyataan Komitmen Kepala Daerah untuk Perawatan dengan Dana APBD

  1 Tidak Ada

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  9. Surat Persetujuan Pedagang

  11. Gambaran Kinerja Penerimaan Pajak dan Retribusi dari Pasar 3 Tahun Terakhir

  1 Tidak Ada

  2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

  3 Ada, berupa surat asli

  10. Data Perkembangan Jumlah Penduduk 3 Tahun Terakhir

  1 Ada, untuk 1 tahun terakhir

  2 Ada, untuk 2 tahun terakhir

  3 Ada, untuk 3 tahun terakhir

  3 Ada, lengkap disertai denah eksisting

  16. Waktu Operasional Pasar 1 1-2 hari perminggu 2 3-5 hari per minggu 3 6-7 hari per minggu (setiap hari)

  2 Cukup Lancar

  2 Jumlahnya kurang memadai, tetapi masih bisa melaksanakan tugasnya dengan baik

  1 Jumlahnya tidak memadai, tidak sebanding dengan beban tugasnya

  23. Personil Pengelolaan Pasar

  3 Terkoordinasi dengan instansi teknis di daerah

  2 Terkait dengan instansi teknis di daerah, namun kurang koordinasi

  1 Tidak terkoordinasi dengan instansi teknis di daerah (misalnya Disperindag)

  22. Pola Koordinasi Pengelolaan Pasar

  3 Ada pengelola, merupakan perangkat dinas / pemda

  2 Ada manajemen pengelolaan pasar, tapi tidak resmi (misalnya dikelola oleh perangkat desa)

  1 Tidak ada manajemen pengelolaan pasar

  21. Pengelolaan Pasar

  D. TATA KELOLA PASAR

  3 Lancar, tersedia sepanjang tahun

  1 Tidak lancar

  C. DATA KOMODITI

  20. Kelancaran Pasokan

  3 Ada, lengkap dengan daftar asal (suplier) komoditi

  2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas

  1 Tidak ada

  19. Data Asal Komoditi

  3 Ada, lengkap dengan uraian yang memadai kapasitas perdagangannya

  2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas

  1 Tidak Ada

  18. Data Jenis Komoditi yang Diperdagangkan di Pasar

  3 Ada, lengkap dengan volume produksi

  2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas

  1 Tidak Ada

  17. Data Potensi Komoditi Daerah

  3 Cukup memadai, dan dapat melaksanakan tugasnya secara optimal

  24. Struktur Organisasi Pengelola

  3 Ada, sudah disahkan

  1 Tidak Sesuai

  2 Kurang Sesuai

  3 Sesuai

  30. Perda RTRW

  1 Tidak Ada

  2 Masih dalam tahap penyusunan / draft

  31. Koordinat Lokasi Pasar

  3 Ada, Sertifikat Hak Milik

  1 Tidak ada

  2 Ada, tidak dilengkapi peta lokasi

  3 Ada, dilengkapi peta lokasi

  F. PERENCANAAN PENGEMBANGAN PASAR

  32. TOR / KAK Pengembangan Pasar

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tapi kurang jelas

  29. Kesesuaian Lahan dengan RTRW

  2 Ada, berupa Girik/HGU/HGB

  1 Tidak ada

  E. DATA LAHAN

  2 Ada, tetapi tidak disertai deskripsi kerja untuk mendukung fungsi kerja pengelolaan pasar

  3 Ada dan lengkap

  25. Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Pasar

  1 Tidak Ada

  2 Ada beberapa, sebagian telah diimpelemtasikan dan sebagian belum diimplementasikan

  3 Ada dan diimplementasikan dengan baik PERSYARATAN TEKNIS

  26. Luas Lahan

  1 Tidak Ada

  1 Kurang dari 1.500 m 2 2 1.500 – 2.999 m 2

  3 Lebih dari 3.000 m 2

  27. Status Kepemilikan Lahan

  1 Tidak jelas statusnya

  2 Milik perorangan / swasta / ulayat

  3 Milik negara / pemda

  28. Dokumen Kepemilikan Lahan

  3 Ada, uraian lengkap disertai dasar pemikiran dan konsep pengembangan

  33. Dokumen Gambar Desain Arsitektur

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  40. Pos Ukur Ulang

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  41. Pos Kesehatan

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  42. Pos Keamanan

  39. Tempat Ibadah

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  43. Drainase

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  44. Tempat Penampungan Sampah Sementara

  1 Tidak Ada

  1 Tidak Ada

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  1 Tidak Ada

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  2 Ada, tapi kurang lengkap

  3 Ada, uraian lengkap disertai konsep perencanaan arsitektural dan peta

  34. Estimasi Biaya (RAB)

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tapi kurang lengkap

  3 Ada, uraian lengkap disertai lampiran rincian RAB G. PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

  35. Kantor Pengelola dan Kantor Fasilitas Pembiayaan

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  36. Kios

  2 Ada, tidak ada uraian

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  37. Ruang Serbaguna

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  38. Toilet / WC

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  52. Jaringan Listrik

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  53. Telekomunikasi

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  54. Sistem Informasi Harga dan Stok

  51. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  55. Papan Informasi Harga Harian

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  56. CCTV

  1 Tidak Ada

  2 Ada, tidak ada uraian

  1 Tidak Ada

  3 Ada, dengan uraian lengkap

  45. Gudang Tempat Penyimpanan Stok Barang

  2 Ada, tidak ada uraian

  1 Tidak Ada