Chapter II FaktorFaktor Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di
mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua minggu
ke 13 hingga ke 27, dan trimester ketiga minggu ke 28 hingga ke 40
(Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu.
Karena itu, ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama
suami, agar dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan
nyaman dan aman (Musbikin, 2005). Kehamilan trimester ketiga adalah
periode kehamilan bulan terakhir/sepertiga masa kehamilan terakhir.

Trimester ketiga kehamilan dimulai pada minggu ke-27 sampai kehamilan
dinilai cukup bulan (38-40 minggu) (Fauziah dan Sutejo, 2012).

B. Dukungan Suami
1. Pengertian
Secara harfiah, dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain baik moril maupun materil untuk memotivasi orang
tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Maka seorang ibu tentu sangat

membutuhkan dukungan keluarga dalam membantunya memberi ASI
kepada

bayi.

Ketika

ibu

memutuskan


untuk

menyusui

bayinya,

komunikasikan keputusan tersebut dengan keluarga agar mereka juga dapat
berperan dalam membantu ibu. Keluarga yang dimaksud tentunya yang
pertama sekali adalah suami (Nurani, 2013).
Menurut Nurani ( 2013) suami adalah soulmate ibu. Dialah orang
yang paling dekat dengan ibu saat ini. Suami memiliki peran utama dalam
menentukan sukses atau tidaknya ibu menyusui. Menurut Werdayanti
(2013) Suami adalah penjamin pasokan ASI, untuk memproduksi ASI ada 2
hormon yang berperan, yaitu hormon prolaktin oksitosin. Hormon prolaktin
dialirkan oleh darah kekelenjar payudara untuk merangsang produksi ASI.
Kerja hormon ini dipengaruhi frekuensi, intensitas, dan durasi anak dalam
menyusu. Semakin sering anak menyusu, maka kadar hormon ini semakin
meningkat. Hormon oksitosin membuat sel otot halus disekitar kelenjar
payudara mengerut hingga memeras ASI keluar. Reflek oksitosin sangat
dipengaruhi kondisi fisik, pikiran, dan perasaan ibu. Di sinilah peran

seorang ayah, yaitu memastikan istrinya tidak kelelahan, menciptakan,
suasana positif yang intinya istri merasa nyaman, aman, dan tidak stres.
Ayah menyusui (Breastfeeding father) adalah ayah ikut berperan
dalam proses menyusui anak. Pengambilan peran ini bukan dalam rangka
mendukung istri yang dititipi tugas menyusui langsung bayi dari
payudaranya. Seorang ayah diharapkan memiliki inisiatif untuk melibatkan
diri sehingga bayi mendapatkan ASI yang semestinya. Selama ini menyusui
dianggap sebagai interaksi 2 pihak, antara ibu dan bayi. Padahal faktor

terpenting ibu menyusui adalah dukungan suami, jadi lebih tepat menyusui
merupakan hasil interaksi antara bayi, ibu dan ayah.

2. Peran Suami Dalam Membantu Ibu Menyusui
Inti peran ayah adalah dukungan menciptakan suasana yang yang
memudahkan dan nyaman untuk menyusui (Werdayanti, 2013). Menurut
Nurani (2013), terdapat beberapa hal peran suami dalam membantu ibu
menyusui adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan suasana positif
Hal pertama yang bisa dilakukannya adalah dengan menciptakan
suasana rumah tangga yang positif. Suami tidak hanya mendukung

keputusan ibu untuk menyusui, tapi dia juga menciptakan kondisi yang
kondusif agar ibu merasa tenang dan nyaman untuk menyusui.
Pandangan ini akan memengaruhi suami dalam membuat skala prioritas
untuk ibu dan bayi. Suami adalah orang yang dipercaya istri, jadi dia
harus ingat untuk bersikap positif selama istrinya menyusui.
b. Memberikan dukungan dan semangat
Menyusui tidak hanya melelahkan secara fisik tapi juga
menuntut sikap emosional ibu. Pada masa awal menyusui ibu akan
menghadapi banyak kendala seperti ASI tidak keluar bahkan hingga
mengalami baby blues. Istri membutuhkan dukungan dan semangat dari
pasangan.

Maka dianjurkan

penghargaan

atas

usaha


suami untuk
istrinya

dan

memberikan pujian,
kata-kata

yang

bisa

membangkitkan semangat untuk tidak menyerah dan berhenti
menyusui. Namun suami juga harus ingat bahwa tidak mudah
memahami perasaan seorang istri. Ada kalanya istri tampak seperti

tidak menghargai dukungan yang diberikan suami. Dalam keadaan
stress misalnya, istri justru marah saat dipuji. Dukungan suami
hendaknya terus diberikan sepanjang ibu masih menyusui.
c. Menjadi suami siaga

Suami juga hendaknya mengetahui dan mengenal ciri-ciri kapan
bayi membutuhkan ASI atau hal lainnya. Suami dapat bergantian
bersama istri untuk menjaga bayi, sehingga aktifitas sehari-hari ibu di
rumah tidak terganggu. Suami senantiasa sigap dan tanggap membantu
istri dalam memenuhi kebutuhan bayinya. Ajari juga suami untuk dapat
memberikan ASI kepada bayi sehingga hubungan kedekatan antara ibu
bayi dapat dirasakan juga olehnya. Tidak ada salahnya juga apabila
suami mau membantu dan belajar membersihkan popok bayi serta
memandikannya.

3. Peran Ayah Dalam Proses Pemberian ASI Supaya Optimal
Menurut Yuliarti ( 2010) Agar peran ayah dalam proses pemberian
ASi dapat optimal, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu:
a.

Ayah harus belajar sebelum kehamilan, bahkan pada saat istri sedang
hamil, calon ayah dapat membaca beberapa literatur berkaitan dengan
proses kehamilan, perawatan dan pengasuhan bayi, termasuk juga
literatur tentang pemberian ASI. Ayah perlu meningkatkan berbagai
kemampuan yang dimilikinya berkaitan dengan perawatan bayi.


b.

Setiap ibu dapat menyusui, tak ada masalah dengan bentuk puting
meskipun kecil atau masuk kedalam sekalipun. Apapun bentuk
putingnya, sang ibu tetap dapat menyusui. Para tenaga kesehatan
memang terkadang kurang dapat membantu. Dalam hal ini, informasi

menyusui belum diterima dengan baik sehingga menjadi salah kaprah,
termasuk dalam hal bentuk puting. Puting susu pendek, masuk, atau
datar bukanlah alasan karena bayi menyusu pada payudara, bukan pada
puting

4. Jenis-jenis Dukungan
Menurut Bobak, Lowdermilk, & jensen (2005) ada empat jenis
dukungan yang digambarkan oleh House (1981) yaitu:
a. Dukungan emosi
Sumber utama dukungan pria ialah pasangannya. Dukungan ini
harus dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan
memberi asuhan tambahan terhadap kebutuhan istrinya. Oleh karena

itu, para ayah perlu mencari dukungan dari keluarga dan temantemannya.
b. Dukungan instrumental
Ayah perlu mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada
keluarga atau teman, jika memerlukan bantuan.
c. Dukungan informasi
Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat (misalnya,
professional atau sanak saudara) memberi nasihat tentang cara
menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul.
d. Dukungan penilaian
Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi kriteria
yang ia gunakan untuk mengukur keterampilannya.

C. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena
didalamnya mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA,
DHA taurin, dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Ada
banyak manfaat yang terkandung dalam ASI. Oleh karena itu, tidak ada
alasan apapun bagi ibu untuk tidak menyusui. Pemberian ASI merupakan
hak anak sehingga jika ibu menolak melakukannya maka ia telah

menelantarkan anaknya sendiri (Yuliarti, 2010).
ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta
terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat,
lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang
sakit (Sulistyoningsih, 2010).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga
berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia
6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. ASI
mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh
kembangnya, serta antibodi yang bisa membantu bayi membangun sistem
kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya (Prasetyono, 2012).

2. Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Prasetyono (2011) Menyusui bayi dapat memberikan
keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai

makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena
mengandung enzim pencernaan. ASI juga dapat mencegah terjadinya
penyakit infeksi lantaran mengandung zat penangkal penyakit, yakni
immunoglobulin. ASI bersifat praktis, mudah diberikan kepada bayi, murah
serta bersih. ASI mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. ASI selalu berada dalam
suhu yang tepat, tidak menyebabkan alergi, dapat mencegah kerusakan gigi,
mengoptimalkan perkembangan bayi, serta meningkatkan jalinan psikologis
antara ibu dan bayi.
Keuntungan bagi ibu, yaitu mencegah pendarahan setelah persalinan,
mempercepat mengecilnya rahim, menunda masa subur, mengurangi
anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker payudara, serta sebagai
metode keluarga berencana sementara. Dari tinjauan psikologis, kegiatan
menyusui akan membantu ibu dan bayi untuk membentuk tali kasih. Kontak
batin akan terjalin antara ibu dan bayi setelah persalinan saat ibu menyusui
bayinya untuk pertama kali.

3. Komposisi ASI
Menurut Werdayanti (2013 ), komposisi ASI yaitu sebagai berikut :
a. Karbohidrat

Karbohidrat utama ASI adalah laktosa. Laktosa pada ASI mudah
diserap tubuh karena ada enzim lactase untuk memecah laktosa. Kadar
laktosa ASI lebih tinggi dari pada susu sapi. Laktosa sebagai sumber

tenaga, perkembangan otak, penyerapan kalsium, dan pertumbuhan
bakteri baik diusus.
b. Protein
Protein utama dalam kolostrum adalah globulin. Protein utama
dalam ASI mature whey dan sedikit kasein.
c. Lemak
Lemak pada ASI memiliki keistimewaan, yaitu hadir bersama
enzim lipase yang tugasnya memecahkan trigliserida menjadi
digliserida dan kemudian monogliserida sehingga ASI lebih mudah
dicerna. Lipase aktif saat sudah bertemu dengan garam empedu di usus
bayi.
d. Vitamin
ASI mengandung vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K) dan
vitamin larut air (vitamin B dan C). Vitamin A untuk kesehatan mata,
pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Vitamin E untuk
ketahanan dinding sel darah merah sehingga terhindar dari anemia.
Vitamin K sebagai faktor pembekuan darah. ASI sedikit mengandung
vitamin D. Asupan nutrisi ibu berpengaruh terhadap vitamin larut air,
yaitu vitamin B dan C. vitamin C pada ASI tiga kali lebih banyak
dibanding susu sapi. ASI mengandung nutrient-karier protein pengikat
vitamin B 12 dan asam folat sehingga tidak berada dalam keadaan
bebas. Jika vitamin ini dalam keadaan bebas, akan digunakan bakteri
E.coli untuk tumbuh.

e. Mineral
Mineral utama dalam ASI berupa kalsium, magnesium, fosfor,
sodium, potassium, dan kloride. Mineral lain ada dalam jumlah sedikit,
yaitu zinc, iron, copper, mangan, selenium, iodine, fluoride. Kadar
mineral rata-rata konstan selama masa laktasi, kecuali beberapa mineral
spesifik yang kadarnya tergantung asupan ibu. Zat besi dan kalsium
dalam ASI sangat stabil dan tidak dipengaruhi makanan ibu. Zat besi
pada ASI terikat dengan protein sehingga absorpsi lebih mudah dan
tidak akan dimanfaatkan bakteri untuk tumbuh
f.

Enzim
Enzim adalah biomolekuler berupa protein sebagai katalis, yaitu
senyawa yang mempercepat suatu reaksi. Semua proses biologis
memerlukan enzim agar berlangsung cepat pada lintasan metabolisme
yang ditentukan hormon sebagai promoter. Enzim dalam ASI
menyebabkannya mudah dicerna.

g. Hormon
Hormon adalah zat kimia pembawa pesan kimiawi antar sel
dengan memberi sinyal ke sel target yang selanjutnya akan melakukan
aktifitas tertentu. Satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan
hormon lainnya.

4. Macam-Macam ASI
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang diproduksi di hari-hari pertama
biasanya selama 4 hari. Bayi perlu sering menyusu langsung untuk
merangsang ASI. Komposisi kolostrum mirip nutrisi yang diterima bayi

dalam rahim. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, terutama
immunoglobulin, protein dalam jumlah dominan juga mencegah gula
darah rendah.
b. ASI Transisi
Setelah beberapa hari menghasilkan kolostrum, selanjutnya
dihasilkan ASI transisi. ASI transisi mulai diproduksi hari ke 4-10
setelah kelahiran. Terjadi perubahan komposisi dari kolostrum ke ASI
transisi. Kadar protein dan immunoglobulin berkurang, kadar lemak dan
karbohidrat meningkat dibanding kolostrum.
c. ASI Mature
ASI mature diproduksi setelah hari ke 10 sampai akhir masa
laktasi atau penyapihan nanti, berwarna putih kekuningan, tidak
menggumpal bila dipanaskan, dengan volume 300-850 ml per 24 jam.
ASI mature terus berubah disesuaikan perkembangan bayi. Pada malam
hari, ASI ini lebih banyak mengandung lemak yang akan membantu
meningkatkan berat badan dan perkembangan otak yang maksimal.
d. Foremilk – Hindmilk
Pada satu kali sesi menyusui, ternyata ada 2 macam ASI yang
diproduksi, yaitu foremilk terlebih dahulu, kemudian hindmilk.
Foremilk berwarna lebih bening, kandungan utamanya protein, laktosa,
vitamin, mineral dan sedikit lemak. Foremilk memiliki kadar air cukup
tinggi sehingga lebih encer dibanding hindmilk dan diproduksi dalam
jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan cairan. Hindmilk berwarna
lebih putih karena kandungan lemak 4-5 kali lebih banyak pada
foremilk. Inilah yang membuat bayi kenyang. Bayi mendapat sebagian

energi dari lemak sehingga penting memastikan bayi mendapatkan
hindmilk dengan tidak menghentikan menyusu terlalu cepat.

5. Beberapa Alasan yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI
Eksklusif
Menurut Sulistyoningsih (2010), Banyak yang diperoleh ketika
dilakukan pemberian ASI secara eksklusif namun sangat sedikit ibu yang
melakukan pemberian ASI eksklusif, dengan berbagai sebab diantaranya
adalah :
a. ASI dianggap tidak mencukupi
Banyak ibu yang beranggapan bahwa ASI tidak mencukupi
sehingga memutuskan untuk menambah atau mengganti dengan susu
formula. Sebenarnya, hampir semua ibu yang melahirkan akan berhasil
menyusui bayinya dengan jumlah ASI yang cukup dan sesuai dengan
kebutuhan bayinya. Hal yang harus diperhatikan agar ASI dapat
diproduksi dengan jumlah dan kualitas yang baik
menyusui

adalah teknik

yang benar, asupan gizi ibu, serta frekuensi menyusui.

Semakin sering bayi menghisap/menyusu kepada ibunya maka produksi
ASI akan semakin lancer.
b. Ibu Bekerja di Luar Rumah
Ibu bekerja harus meninggalkan bayinya seharian penuh
sehingga ini menjadi alasan ibu menggantikannya dengan susu formula.
Sebenarnya, seorang ibu yang bekerja masih dapat memberikan ASI
eksklusif dengan dukungan pengetahuan yang cukup dan benar dari ibu,
perlerngkapan memerah ASI, serta dukungan lingkungan keluarga dan
juga lingkungan tempat kerja.

c.

Beranggapan Bahwa Susu Formula Lebih Baik dan Lebih Praktis dari
ASI
Gencarnya promosi tentang susu formula serta kurangnya
pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan tidak sedukit ibu yang
beranggapan bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik
dari ASI. Padahal, tidak ada satu alasan pun bagi ibu untuk lebih
memilih susu formula dibandingkan ASI karena begitu banyak manfaat
dan kelebihan ASI dibandingkan susu formula.

d.

Kekhawatiran Tubuh Menjadi Gemuk
Ibu biasanya beranggapan bahwa nafsu makan ibu menyusui
lebih besar dibandingkan ibu yang tidak menyusui sehingga timbul
kekhawatiran berat badannya akan meningkat. Pendapat ini tidaklah
benar seluruhnya, karena produksi ASI tidak hanya terjadi pada pasca
persalinan tetapi telah dipersiapkan selama kehamilan. Selama hamil
telah dipersiapkan timbunan lemak yang akan dipergunakan selama
proses menyusui, dengan demikian perempuan yang tidak menyusui
malah akan lebih sulit untuk menghilangkan timbunan lemak ini.

D. Faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif
Ada beberapa faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif
pada ibu hamil trimester III yaitu:
1.

Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2012) pengetahuan adalah hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
yaitu (Notoatmodjo, 2012):
a.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara

lain

dapat

menyebutkan,

menguraikan,

mendefisikan,

menyatakan, dan sebagainya
b. Memahami (comprehension)
Memahami

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham

tehadap

objek

atau

materi

harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagai dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsipprinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti

dapat

menggambarkan,

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.misalnya,
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Paramita (2008) dalam Suryani & Mularsih (2011),
tidak semua suami

dapat memberikan dukungan yang diharapkan

kepada ibu menyusui. Suami akan mendukung praktik pemberian ASI
bila memiliki pengetahuan yang baik tentang hal yang berhubungan
dengan pemberian ASI, memiliki hubungan yang baik dengan ibu, dan
juga terlibat dalam keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit
yaitu antara suami, ibu dan bayi.

2.

Informasi
Masukan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan baik dari orang
maupun media. Media dibagi 2 yaitu media cetak, dan elektronik. Media
cetak yaitu sarana komunikasi dengan tulisan terdiri dari booklet, leflet, rubrik
di majalah atau surat kabar. Media elektronik yaitu sarana komunikasi dengan
elektronik terdiri dari televisi, radio, video dan slide Media (Notoatmodjo,
2005 dalam Meilani, 2001). Penyuluhan atau penyebaran informasi melalui
siaran radio, televisi, video, artikel dimajalah, tabloit, surat kabar dapat
meningkatkan pengetahuan, tetapi tidak selalu dapat mengubah apa yang
dilakukan. Informasi tentang ASI perlu diberikan kepada siapa saja dan sedini
mungkin agar terjadi lingkungan yang mendukung pemberian ASI (Perinasia,
2003 dalam Meilani, 2011).

Motif ingin tahu segala sesuatu yang dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang, mendorong orang tersebut mencapainya dengan cara mencari dan
mendapatkan sesuatu tersebut. Setiap orang membutuhkan informasi sebagai
bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan
kebutuhannya (Yusup, 1995).
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru, informasi baru yang di dapat
merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau
merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya (Mubarak, 2012).
Menurut Erfandi (2009), mengatakan bahwa informasi yang diperoleh
baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacammacam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diperlukan informasi-informasi yang akurat. Sehingga masyarakat dapat
memahami dan mengerti tentang informasi yang diberikan.

3.

Budaya
Menurut Helman, (1990 dalam bobak et all, 2005) budaya adalah
sebagai seperangkat pedoman yang diwarisi individu sebagai anggota
masyarakat tertentu dan memberitahu individu cara memandang dunia dan
cara berhubungan dengan orang lain, dengan kekuatan supranatural dan
dengan lingkungan alam.
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita (Mubarak,
2012). Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial
budaya antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu
formula. Adapun kebiasaan yang tidak mendukung pemberian ASI adalah
memberikan makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa,
nasi papah, pisang dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan
keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula
dan adanya kepercayaan kalau menyusui dapat merusak bentuk payudara
(Depkes RI, 2008 dalam Wati, 2013).

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45