Pengaruh Debit Limpasan (Surface Run Off) Terhadap Debit Banjar pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sail Kota Pekanbaru

  Jurnal aintis

  ISSN: 1410-7783

  Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013, 86-100

PENGARUH DEBIT LIMPASAN (SURFACE RUN OFF) TERHADAP DEBIT BANJIR

PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SAIL

  

KOTA PEKANBARU

SHERLYA DESRIANI & Yolly Adriaty

  Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru- 28284

  Abstrak Pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah perkotaan menyebabkan perubahan data dari

kebutuhan guna lahan, prasarana dan sarana. Besarnya perubahan dalam penggunaan lahan untuk

pembangunan perkotaan tersebut akan mengurangi daya serap lahan, sehingga koefisien aliran juga akan

semakin besar dan volume air yang mengalir juga akan meningkat. Akibatnya limpasan permukaan (surface

run off) semakin besar dan mengakibatkan genangan pada tempat-tempat elevasi rendah. Tujuan dari

penelitian ini adalah mengetahui besar pengaruh debit limpasan (surface run off) terhadap debit banjir DAS

Sail Kota Pekanbaru.

  Nilai hujan rancangan dihitung dengan Distribusi Frekuensi Log Pearson III. Sedangkan perhitungan

intensitas curah hujan berbagai kala ulang dihitung dengan rumus Mononobe. Debit limpasan DAS Sail

dihitung dengan menggunakan metode rasional dan dengan rumus Manning untuk menghitung kecepatan

aliran sungai, maka didapatkan nilai debit Sungai Sail. Sedangkan analisa debit banjir rancangan dihitung

dengan metode hidrograf satuan sintetik nakayasu.

  Berdasarkan data dan perhitungan, hasil yang diperoleh antara lain : Intensitas hujan tertinggi kala

ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun masing-masing adalah 187,1845 mm/jam ; 230,4096 mm/jam ;

251,7579 mm/jam ; 273,2190 mm/jam ; 286,2192 mm/jam ; 297,2433 mm/jam. Debit limpasan berbagai

3 3

kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun masing-masing adalah 48,6004 m /dtk ; 59,8233 m /dtk ; 65,3661

3 3 3 3 3

m /dtk ; 70,9383 m /dtk ; 74,3136 m /dtk ; dan 77,1759 m /dtk. Debit Sungai Sail sebesar 20,61 m /dtk. Dan

debit banjir rancangan berbagai kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun masing-masing adalah 90,694

m3/dtk ; 111,637 m3/dtk ; 121,981 m3/dtk ; 132,379 m3/dtk ; 138,678 m3/dtk dan 144,019 m3/dtk. Debit

total yang diperoleh dari penjumlahan besar debit limpasan dengan debit sungai, pada kala ulang 2, 5, 10, 25,

3 3 3

50, dan 100 tahun yang masing-masing nilainya adalah 69,210 m /dtk; 80,433 m /dtk; 85,976 m /dtk; 91,548

3 3 3 Total Banjir

m /dtk; 94,924 m /dtk; 97,786 m /dtk, lebih kecil daripada nilai debit banjir (Q < Q ), hal ini

menunjukkan bahwa DAS Sail masih dalam kategori aman. Jadi dapat disimpulkan bahwa debit limpasan

yang terjadi tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap debit banjir pada DAS Sail Kota Pekanbaru. Untuk

memperkecil debit limpasan dimasa yang akan datang perlu adanya tindakan pencegahan semenjak dini,

beberapa diantaranya seperti melakukan normalisasi sungai secara berkala untuk mengembalikan kapasitas

tampung sungai dan melakukan reboisasi di daerah hulu sungai agar jumlah debit yang masuk ke daerah hilir

berkurang.

  Kata kunci : debit limpasan, intensitas curah hujan, debit banjir, kala ulang.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Secara alamiah hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap kedalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan (surface run off). Kondisi daerah di tempat hujan itu turun akan sangat berpengaruh terhadap jumlah air hujan yang akan meresap kedalam tanah dan yang akan membentuk limpasan air permukaan. Karakteristik daerah aliran sungai yang pengaruh terhadap respon hidrologi. Dengan demikian hal ini harus diperhatikan, terutama dalam penataan suatu kawasan perkotaan.

  2 Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang memiliki luas 632,26 km . Kota ini dibelah oleh

  Sungai Siak, dan DAS Sail merupakan sub DAS dari DAS Siak. Pekanbaru berada pada ketinggian berkisar antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut (Anonymous, 2013).

  Saat ini kota Pekanbaru berkembang cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan infrastruktur jalan, bangunan, serta peningkatan jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk kota Pekanbaru baik dari segi jumlah dan kepadatannya meningkat pesat hampir seratus persen selama 20 tahun terakhir ini. Jumlah penduduk pada tahun 1992 sekitar 400 ribuan meningkat menjadi 800 ribu jiwa pada tahun 2009 (Penyusunan Master Plan Drainase Kota Pekanbaru, Tahap II).

  Pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah perkotaan menyebabkan perubahan data dari kebutuhan guna lahan, prasarana dan sarana seperti perumahan, tempat-tempat rekreasi, pertokoan, pusat-pusat industri, jalan, lapangan parkir dan lain-lain semakin meningkat. DAS Sail meliputi 4 kecamatan, yaitu Bukit Raya yang berada pada Wilayah Pengembangan (WP) V, yang diperuntukkan untuk perumahan, pertanian, pendidikan, kawasan lindung, perdagangan dan jasa, industri kecil dan pemerintahan. Kecamatan Sail berada pada WP I, yang diperuntukkan untuk perdagangan, pemerintahan, jasa/perkantoran, industri kecil, perumahan, dan pendidikan. Kecamatan Tenayan Raya berada pada WP IV, yang diperuntukkan untuk perumahan, kawasan lindung, pendidikan, pertanian, industry, olah raga dan rekreasi, serta pemerintahan. Sedangkan Kecamatan Lima Puluh berada pada WP I dan IV (Peta pemantapan fungsi wilayah pembangunan (WP) Kota Pekanbaru tahun 2007-2026).

  Besarnya perubahan dalam penggunaan lahan untuk pembangunan perkotaan tersebut, tentu menambah bagian lahan kedap air, yang akibatnya akan mengurangi daya serap lahan, sehingga koefisien aliran juga akan semakin besar dan volume air yang mengalir juga akan meningkat. Akibatnya limpasan a i r permukaan semakin besar dan mengakibatkan genangan pada tempat- tempat elevasi rendah.

  Dengan permasalahan di atas, maka penulis mengajukan judul penelitian “Pengaruh Debit

  

Limpasan (Surface Run Off) Terhadap Debit Banjir Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sail

Kota Pekanbaru”, agar permasalahan genangan dapat diidentifikasi dan diketahui penyebabnya

  serta dicari solusinya.

  Adapun rumusan masalah yang dalam pengaruh aliran permukaan (Surface Run Off) terhadap debit banjir pada DAS Sail Kota Pekanbaru :

  1. Berapakah besaran intensitas hujan yang terjadi pada DAS Sail pada periode ulang dan frekuensi tertentu ?

  2. Berapa besar debit limpasan pada DAS Sail ?

  3. Berapakah besar debit Sungai Sail ?

  4. Berapakah besar debit banjir Sungai Sail ?

  5. Berapa besar pengaruh debit limpasan (Surface Run Off) terhadap debit banjir pada DAS Sail ?

METODE PENELITIAN

  Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah DAS Sail. DAS Sail merupakan salah satu DAS yang berada di kota Pekanbaru, provinsi Riau. DAS ini memiliki luas 13.580 ha dan panjang 42 km, yang meliputi 4 kecamatan, yaitu Bukit Raya, Sail, Tenayan Raya, dan Lima Puluh. Semua aliran sungai dari DAS tersebut mengarah ke sungai Siak, dimana sungai Siak merupakan tempat pembuangan akhir sungai-sungai yang ada di Pekanbaru.

  Dalam suatu penelitian kita harus mempunyai alur tahapan-tahapan penelitian. Pada penelitian ini tahap-tahap pelaksanaan penelitian adalah :

  1. Persiapan Persiapan yang dilakukan pada penelitian dimulai dari persiapan pembuatan proposal tugas akhir dan surat-surat yang berkaitan tentang pengambilan data.

  2. Pengumpulan Data Dalam penyelesaian penelitian ini penulis memerlukan beberapa referensi informasi data- data. Adapun data primer yang diperlukan seperti dokumentasi, sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah data curah hujan, karakteristik DAS, data sungai, dan peta. Sebagian besar data bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau.

  3. Analisa Data Tahap ini dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan dicapai dalam penulisan tugas akhir, meliputi perhitungan pola distribusi hujan, uji kecocokan, intensitas curah hujan, debit limpasan pada DAS Sail, debit sungai Sail, dan hidrograf banjir yang terjadi pada DAS Sail.

  4. Hasil Analisis Yaitu suatu hasil analisa dari beberapa perhitungan-perhitungan yang sudah dianalisa sebelumnya, yaitu sebaran/pola distribusi, uji kecocokan, intensitas curah hujan, debit limpasan

  (surface run off) pada DAS Sail, debit sungai Sail, dan hidrograf banjir DAS Sail, untuk mengetahui pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir pada DAS Sail.

  5. Pembahasan Yaitu membuat suatu rangkuman hasil dari analisa perhitungan yang telah dianalisa.

  6. Kesimpulan Pada tahap ini merupakan tahap akhir yang menghasilkan kesimpulan dari tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang telah dilaksanakan.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DAS Sail

  DAS Sail merupakan salah satu DAS yang berada di kota Pekanbaru, provinsi Riau. Bagian hulu DAS Sail berbatasan dengan jaringan jalan raya diperbatasan kota Pekanbaru yang berkembang pesat saat ini. Sedangkan bagian hilir DAS Sail berada diluar kota Pekanbaru. DAS Sail meliputi 4 kecamatan yaitu : Bukit Raya, Sail, Tenayan Raya, dan Lima Puluh. DAS Sail terdiri dari beberapa anak sungai, yaitu Anak Sungai Sail, sungai Pembatuan, Sungai Binjai Raya, dan Sungai Sail Atas (Peta pemantapan fungsi wilayah pembangunan (WP) Kota Pekanbaru tahun 2007-2026).

  DAS Sail terletak pada koordinat 0 32’10’’ LU / 101 26’29’’ BT. Luas DAS Sail berdasarkan perhitungan yang diambil dari Peta RTRW Kota Pekanbaru Tahun 2006 adalah 13.580 ha (perhitungan) dan panjang sungai Sail adalah 42 km.

  Uji Kecocokan

  Dari distribusi yang telah diketahui, maka dilakukan uji statistik untuk mengetahui kesesuaian distribusi yang dipilih dengan hasil empiris. Pada penelitian ini, uji statistik dilakukan dengan metode Chi-Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov.

  Tabel Hasil uji Chi-Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov dengan α = 5% Uji Kecocokan Nilai Tabel Nilai Hitung Chi-Kuadrat 5,991 3,333 Smirnov-Kolmogorov 0,34 0,084

  2

  2 Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dengan uji chi kuadrat diperoleh nilai X hitung < X tabel ,

  sedangkan pada uji smirnov-kolmogorov diperoleh nilai D hitung < D tabel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan distribusi Log Pearson Tipe III memenuhi syarat.

  Curah Hujan Rencana

  Berdasarkan analisis frekuensi yang dilakukan pada data curah hujan harian maksimum diperoleh bahwa jenis distribusi yang paling cocok dengan sebaran data curah hujan harian maksimum di DAS Sail adalah distribusi Log Pearson III. Untuk itu, data curah hujan harian maksimum diubah dalam bentuk logaritmik, sehingga parameter statistik berubah sesuai dengan Tabel.

  Tabel Parameter statistik analisis frekuensi distribusi Log Pearson Type III No Parameter Nilai

  = 1.9998

  1. Rata-rata

  2. Simpangan baku S = 0.1206

  3. Koefisien kemencengan G = -0,7449 Setelah diperoleh nilai parameter statistik frekuensi distribusi Log Pearson Tipe III di atas, kemudian dilakukan perhitungan curah hujan rancangan pada periode ulang tertentu. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel

  Tabel Hujan Rancangan berbagai periode ulang Kala Ulang Hujan Rencana (Tahun) (mm)

  2 103,0116 5 126,7993 10 138,5477 25 150,3582 50 157,5125 100 163,5793

  Intensitas Curah Hujan

  Untuk mendapatkan intensitas hujan dalam 1 jam dari data curah hujan harian maksimun. Hal ini disebabkan karena data curah hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data curah hujan harian. Maka intensitas curah hujan dapat dihitung dengan rumus mononobe dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel

  Tabel Perhitungan intensitas hujan dengan periode ulang tertentu Periode ulang Intensitas (I)

  2

  5

  10

  25 50 100 R24(mm) 103,0116 126,7993 138,5477 150,3582 157,5125 163,5793 t (menit) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam)

  5 187,1845 230,4096 251,7579 273,2190 286,2192 297,2433 10 117,9189 145,1490 158,5975 172,1172 180,3068 187,2515 15 89,9889 110,7694 121,0326 131,3500 137,5998 142,8997 30 56,6895 69,7803 76,2457 82,7453 86,6825 90,0211 60 35,7121 43,9589 48,0318 52,1263 54,6065 56,7098 120 22,4972 27,6923 30,2581 32,8375 34,4000 35,7249

  180 17,1686 21,1332 23,0913 25,0597 26,2521 27,2632 240 14,1742 17,4451 19,0614 20,6863 21,6706 22,5053 Dari Tabel 5.7 maka dibuat kurva IDF (Intensity Duration Frequency), seperti pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. kurva IDF (Intensity Duration Frequency)

  Dari hasil perhitungan pada Tabel dan Gambar terlihat bahwa intensitas hujan yang tinggi berlangsung dengan durasi pendek. Hal ini menunjukkan bahwa hujan sangat deras ( >60 mm/jam) pada umumnya berlangsung dalam waktu singkat yaitu sekitar 5-10 menit, sedangkan hujan normal (3,00 -18,00 mm/jam) berlangsung dalam waktu lama yaitu 1 jam lebih.

  Debit Limpasan dengan Metode Rasional

  Hasil perhitungan debit limpasan dengan metode rasional pada DAS Sail dapat dilihat pada Tabel

  Tabel Debit puncak DAS Sail Periode Ulang

  I Q

  3 (Tahun) (mm/jam) (m /dtk)

  2 2,6863 48,6004 5 3,3066 59,8233 10 3,6130 65,3661 25 3,9210 70,9383 50 4,1075 74,3136 100 4,2658 77,1759

  Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel, dapat dinyatakan bahwa pada kala ulang 2 tahun selama durasi hujan (waktu konsentrasi) 48,47 jam dengan intensitas hujan 2,6863 mm/jam seluas

  3 13.580 ha, maka debit puncak yang diperoleh pada DAS Sail adalah sebesar 48,6004 m /dtk.

  Debit Sungai Sail

  Setelah dilakukan beberapa perhitungan dengan menggunakan data yang ada, maka didapatkan hasil beberapa parameter untuk menghitung kecepatan aliran sungai, seperti yang terlihat pada Tabel

  Tabel. Parameter untuk menghitung kecepatan aliran sungai Parameter Nilai

  2 A 51,66 m

  O 26,9 m R 1,92 m

  Kecepatan aliran dengan rumus Manning

  Kecepatan aliran, pada penelitian ini penulis menggunakan rumus manning. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel.

  Tabel. Perhitungan kecepatan aliran menggunakan rumus Manning

  V

  33,33 1,55 m 0,0077 0,399 m/dtk Dari hasil perhitungan pada Tabel. didapat kecepatan aliran rata-rata Sungai Sail sebesar 0,399 m/dtk. Kecepatan aliran ini dibutuhkan untuk menghitung debit aliran Sungai Sail. Perhitungan debit sungai Sail dapat dilihat pada Tabel 5.11.

  Tabel. Perhitungan debit Sungai Sail A

  V Q = A.V

  2

  3

  51,66 m 0,399 m/dtk 20,61 m /dtk

  2 Dengan luas penampang sungai sebesar 51,66 m dan kecepatan aliran sungai sebesar 0,399

  3 m/dtk, maka diperoleh debit Sungai Sail sebesar 20,61 m /dtk.

  Hujan Efektif

  Dengan menggunakan Persamaan, maka diperoleh intensitas hujan satuan yang dapat dilihat pada Tabel,

  Tabel. Intensitas hujan satuan untuk jam ke-n T (Jam) Rt (mm) Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 Jam ke-5

  5 0,58 0,37 0,28 0,23 0,20

  Tabel. Distribusi Hujan Satuan Hujan ke (t) = t.Rt – (t-1).R(t-1) Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 Jam ke-5

  0,5848 0,1520 0,1066 0,0849 0,0717 58,48% 15,20% 10,66% 8,49% 7,17%

  Setelah menghitung distribusi hujan satuannya, maka hujan efektif dapat dihitung dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.14. Untuk langkah-langkah perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran A.7.

Tabel 5.14. Analisis Hujan Efektif Jam ke-n

  Distribusi (%) Hujan Jam-jaman (mm/jam) 2 th 5 th 10 th 25 th 50 th 100 th

  1 58 28,86 35,52 38,81 42,12 44,12 45,82

  2 15 7,50 9,23 10,09 10,95 11,47 11,91

  3 11 5,26 6,48 7,08 7,68 8,04 8,35

  4 9 4,19 5,16 5,63 6,11 6,40 6,65

  5 7 3,54 4,35 4,76 5,16 5,41 5,62

  Hujan rancangan 103,01 126,80 138,55 150,36 157,51 163,58 Koefisien pengaliran 0,479 0,479 0,479 0,479 0,479 0,479 Hujan efektif 49,34 60,74 66,36 72,02 75,45 78,35

  Dari hasil perhitungan pada Tabel, diperoleh hasil hujan efektif kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun masing-masing sebesar 49,34 mm, 60,74 mm, 66,36 mm, 72,02 mm, 75,45 mm, dan 78,35 mm. Hujan efektif akan digunakan pada perhitungan selanjutnya, yaitu perhitungan hidrograf banjir satuan Nakayasu.

  Hidrograf Banjir Tabel. Rekapitulasi Hasil Perhitungan HSS Nakayasu Berbagai Kala Ulang t Q 2th Q 5th Q 10th Q 25th Q 50th Q 100th

  (jam) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk)

  0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1 2,776 3,417 3,734 4,052 4,245 4,408 2 15,374 18,924 20,678 22,440 23,508 24,414 3 43,088 53,038 57,952 62,892 65,885 68,422 4 90,489 111,385 121,705 132,080 138,365 143,694 5 90,694 111,637 121,981 132,379 138,678 144,019 6 86,773 106,811 116,708 126,657 132,683 137,794 7 79,880 98,326 107,437 116,595 122,143 126,847 8 70,023 86,193 94,179 102,207 107,070 111,194 9 56,448 69,483 75,921 82,393 86,314 89,638

  10 46,194 56,861 62,129 67,426 70,634 73,354 11 38,785 47,741 52,164 56,611 59,305 61,589 12 32,915 40,516 44,270 48,043 50,329 52,268 13 28,191 34,701 37,916 41,148 43,106 44,766

  14 24,347 29,970 32,746 35,538 37,229 38,663 15 21,135 26,015 28,425 30,849 32,316 33,561 16 18,346 22,582 24,675 26,778 28,052 29,133 17 15,925 19,602 21,419 23,244 24,350 25,288 18 13,824 17,016 18,592 20,177 21,137 21,951 19 12,185 14,998 16,388 17,785 18,631 19,349 20 10,820 13,319 14,553 15,793 16,545 17,182 21 9,652 11,881 12,982 14,089 14,759 15,328 22 8,645 10,641 11,627 12,618 13,219 13,728 23 7,770 9,565 10,451 11,342 11,881 12,339 24 6,988 8,601 9,398 10,200 10,685 11,096 25 6,284 7,735 8,452 9,173 9,609 9,979 26 5,651 6,956 7,601 8,249 8,641 8,974 27 5,082 6,256 6,836 7,418 7,771 8,071 28 4,571 5,626 6,147 6,671 6,989 7,258 29 4,110 5,060 5,528 6,000 6,285 6,527 30 3,696 4,550 4,972 5,395 5,652 5,870 31 3,324 4,092 4,471 4,852 5,083 5,279 32 2,990 3,680 4,021 4,364 4,571 4,747 33 2,688 3,309 3,616 3,924 4,111 4,269 34 2,418 2,976 3,252 3,529 3,697 3,839 35 2,174 2,676 2,924 3,174 3,325 3,453

  36 1,955 2,407 2,630 2,854 2,990 3,105 37 1,758 2,165 2,365 2,567 2,689 2,792 38 1,581 1,947 2,127 2,308 2,418 2,511 39 1,422 1,751 1,913 2,076 2,175 2,258 40 1,279 1,574 1,720 1,867 1,956 2,031 41 1,150 1,416 1,547 1,679 1,759 1,826 42 1,034 1,273 1,391 1,510 1,582 1,643 43 0,930 1,145 1,251 1,358 1,422 1,477 44 0,837 1,030 1,125 1,221 1,279 1,328

  Dari analisa perhitungan HSS Nakayasu berbagai kala ulang pada Tabel, terlihat bahwa debit maksimum terbesar adalah 144,019 m3/dtk, yang terjadi pada saat t = 5 jam. Untuk grafiknya dapat dilihat pada Gambar.

  

Gambar. Grafik HSS Nakayasu Berbagai Kala Ulang

Besar Pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir DAS Sail Kota Pekanbaru

  Dari seluruh analisa perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa besar debit total pada seluruh kala ulang lebih kecil dari besar debit banjir yang terjadi (Q

  Total

  < Q

  Banjir

  ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa debit limpasan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap debit banjir yang terjadi pada DAS Sail Kota Pekanbaru. Meski pengaruhnya kecil debit limpasan tetap memiliki pengaruh terhadap debit banjir yang terjadi.

  Batasan aman debit limpasan

  Pada Tabel, dapat dilihat kategori syarat batasan aman debit limpasan terhadap debit Sungai Sail,

Tabel 5.18. Persyaratan batas aman debit limpasan Persyaratan Kategori

  Q L < 10,305 m

  3

  3

  /dtk Sangat kritis 25 70,938 Q L > 15,458 m

  3

  /dtk Sangat kritis 50 74,314 Q L > 15,458 m

  3

  /dtk Sangat kritis 100 77,176 Q L > 15,458 m

  3

  /dtk Sangat kritis Dari Tabel, dapat dilihat bahwa debit limpasan (Q L ) yang terjadi pada seluruh kala ulang nilainya > 15,458 m

  /dtk, bahkan melebihi besar debit Sungai Sail. kondisi ini termasuk dalam kategori sangat kritis dan dapat menyebabkan terjadinya genangan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh debit limpasan terhadap debit Sungai Sail cukup besar.

  3

  Debit total

  Untuk mengetahui pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir pada DAS Sail, maka perlu dihitung besar debit total yang terjadi, dengan menjumlahkan nilai debit limpasan dengan debit sungai.

  Tabel.

  Besar debit total (Q

  Total

  )

  Kala Ulang (Tahun) Q L (m 3 /dtk) Q Sungai

(m

3 /dtk) Q Total

  (m 3 /dtk)

  /dtk Sangat kritis 10 65,366 Q L > 15,458 m

  > 15,458 m

  3

  /dtk Sangat kritis

  /dtk Aman Q

  L

  > 10,305 – 15,458 m

  3

  /dtk Kritis Q

  L

  > 15,458 m

  3

  Pengaruh debit limpasan terhadap debit Sungai Sail

  L

  Dari persyaratan di atas, maka dapat diketahui kondisi Sungai Sail akibat pengaruh debit limpasan yang terjadi, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.19 :

  Tabel. Kondisi Sungai Sail akibat pengaruh debit limpasan Kala Ulang (Tahun) Q L (m

  3 /dtk) Keterangan Kategori

  2 48,600 Q

  L

  > 15,458 m

  3

  /dtk Sangat kritis 5 59,823 Q

  2 48,600 20,61 69,210 5 59,823 20,61 80,433 10 65,366 20,61 85,976 25 70,938 20,61 91,548

  50 74,314 20,61 94,924 100 77,176 20,61 97,786

  Pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir pada DAS Sail Kota Pekanbaru

  Setelah diperoleh nilai debit total, maka dapat diketahui pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir pada DAS Sail Kota Pekanbaru, hasilnya dapat dilihat pada Tabel.

  Tabel. Pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir DAS Sail

  Dari

  Q Total Q Banjir Kala Ulang

  tabel di

  Keterangan Kategori

  atas dapat

  3

  3 (Tahun) (m /dtk) (m /dtk)

  dilihat bahwa 2 69,210 90,694 Q Total < Q Banjir Aman nilai debit total pada 5 80,433 111,637 Q Total < Q Banjir Aman seluruh kala ulang

  10 85,976 121,981 Q Total < Q Banjir Aman lebih kecil dari nilai 25 91,548 132,379 Q Total < Q Banjir Aman debit banjir

  50 94,924 138,678 Q Total < Q Banjir Aman (Q Total <

  Banjir Total Banjir Q ), hal

  100 97,786 144,019 Q < Q Aman ini menandakan bahwa DAS Sail masih dalam kategori aman. Jadi dari seluruh data dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa debit limpasan yang terjadi tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap debit banjir pada DAS Sail Kota Pekanbaru. Walaupun demikian kelestarian DAS dan sungai harus tetap dijaga, serta saluran pembuang/bangunan air harus selalu dirawat dan dipelihara, karena bukan tidak mungkin kondisi DAS Sail dapat berubah menjadi buruk bila tidak dilakukan pencegahan sejak dini.

  Prosentase pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir pada DAS Sail Kota Pekanbaru

  Prosentase pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir pada DAS Sail Kota Pekanbaru berbagai kala ulang dapat dilihat pada Tabel.

  Tabel. Prosentase pengaruh debit limpasan terhadap debit banjir DAS Sail Total Banjir Kala Ulang L Q Q Prosentase Q 3

  3

  3 (%) (m /dtk) (Tahun) (m /dtk) (m /dtk)

  2 48,600 69,210 90,694 30,4 5 59,823 80,433 111,637 31,1 10 65,366 85,976 121,981 31,4 25 70,938 91,548 132,379 31,7

  50 74,314 94,924 138,678 31,8 Dari 100 77,176 97,786 144,019 31,9

  Tabel. dapat disimpulkan bahwa prosentase pengaruh rata-rata debit limpasan terhadap debit banjir pada DAS

  Sail adalah 31,4%

  Perbandingan Hasil Penelitian

  Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan besar debit total yang terjadi pada seluruh kala ulang lebih kecil dari besar debit banjir (Q Total < Q Banjir ), hal ini menandakan bahwa DAS Sail masih dalam kategori aman, yang artinya debit limpasan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap debit banjir yang terjadi pada DAS Sail Kota Pekanbaru.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suroso dan Susanto menunjukkan bahwa perubahan tata guna lahan yang terjadi pada tahun 1995 hingga 2001 menyebabkan peningkatan debit banjir sungai Banjaran di titik kontrol Patikraja. Dari nilai koefisien korelasi parsial yang diperoleh, tata guna lahan yang paling berpengaruh terhadap debit banjir adalah lahan sawah dan pemukiman kemudian tegalan.

  Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maya Amalia menunjukkan perubahan tata guna lahan DAS Progo dapat dilihat dari peningkatan nilai curve number komposit pada kondisi basah yaitu pada tahun 2006 sebesar 83,5 menjadi 86,2 pada tahun 2010. Kenaikan 2,7% tersebut mengakibatkan kenaikan puncak hidrograf satuan terukur sebesar 16,3%.

  Gambar. Grafik Perbandingan Hasil Penelitian

  Dari Gambar. Grafik perbandingan hasil penelitian dapat dilihat kesamaan masing-masing penelitian adalah semua penelitian memiliki pengaruh terhadap debit banjir yang terjadi. Maka dapat disimpulkan bahwa debit limpasan dan perubahan tata guna lahan berpengaruh terhadap debit banjir.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Dari hasil analisa dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

  1. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus mononobe, dapat disimpulkan bahwa intensitas hujan yang tinggi berlangsung dengan durasi pendek. Hal ini menunjukkan bahwa hujan sangat deras (>60mm/jam) pada umumnya berlangsung dalam waktu singkat yaitu 5-10 menit, sedangkan hujan normal (3,00-18,00 mm/jam) berlangsung dalam waktu yang lama yaitu 1 jam lebih.

  2. Untuk menghitung debit limpasan Sungai Sail digunakan Metode Rasional, didapatkan hasil

  3 debit limpasan terbesar terjadi pada kala ulang 100 tahun, yaitu sebesar 77,1759 m /dtk.

  3. Dengan menggunakan rumus Manning untuk menghitung kecepatan aliran sungai, maka

  3 didapatkan nilai debit Sungai Sail sebesar 20,61 m /dtk.

  4. Dari analisa debit banjir rancangan yang dihitung dengan menggunakan Metode Nakayasu, dapat diketahui bahwa debit banjir rancangan berbagai kala ulang terbesar terjadi pada saat t=5 jam.

  5. Debit total yang diperoleh dari penjumlahan besar debit limpasan dengan debit sungai, pada kala

  3

  ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun yang masing-masing nilainya adalah 69,210 m /dtk; 80,433

  3

  3

  3

  3

  3

  m /dtk; 85,976 m /dtk; 91,548 m /dtk; 94,924 m /dtk; 97,786 m /dtk, lebih kecil daripada nilai debit banjir yang pada kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun masing-masing nilainya sebesar

  3

  3

  

3

  3

  3

  90,694 m /dtk; 111,637 m /dtk; 121,981 m /dtk; 132,379 m /dtk; 138,678 m /dtk; 144,019

3 Total Banjir

  m /dtk (Q < Q ), hal ini menunjukkan bahwa DAS Sail masih dalam kategori aman. Jadi dari seluruh data dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa debit limpasan yang terjadi tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap debit banjir pada DAS Sail Kota Pekanbaru.

  Saran

  Adapun saran-saran yang berhubungan dengan penelitian ini adalah :

  1. Mengadakan program pengerukan sedimentasi sungai (normalisasi sungai) secara berkala untuk mengembalikan kapasitas tampung sungai.

  2. Melakukan program penghijauan di daerah hulu sungai (reboisasi).

  3. Membuat Bioretention atau disebut juga Rain Garden. Bioretention adalah sistem hidup yang dirancang untuk menyaring limpasan air hujan dengan media perentara berupa tanaman asli.

  Sistem kerja dari sebuah bioretention adalah mengumpulkan limpasan air, menyimpannya, kemudian akan disaring dan diserap oleh tanah.

  .

  4. Membuat sumur resapan Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan, air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan atau halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam sumur resapan. Akibat yang bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman atau selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan.

  5. Bagi peneliti selanjutnya, besar debit banjir yang telah dihitung dapat dipergunakan untuk perhitungan pembuatan bendungan dan waduk di DAS Sail.

DAFTAR PUSTAKA

  sAmalia, Maya. 2011. “Analisa Peningkatan Nilai Curve Number Terhadap Debit Banjir Daerah Aliran Sungai Progo”. INFO TEKNIK Volume 12 No 2. Anonymous. 2013. ”Banjir”. [Online]. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir , diakses tanggal 24 Juli

  2013)

  (

  Anonymous.2013.“Kota_Pekanbaru”.[Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pekanbaru, diakses tanggal 24 Juli 2013) Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 03-3424-1994 Tentang Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. Br, Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cahyono, A.T. 2011. “Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang”. Tugas Akhir. Fakultas Teknik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Farizal. 2011. “Analisa Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Aliran Permukaan (Run-Off) di

  Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan. Tugas Akhir. Fakultas Teknik. Universitas Islam Riau. Pekanbaru. Khairuddin, D.A. 2011. “Analisa Hidrologi Pada Rencana Waduk Gagah Jurit”. Tugas Akhir.

  Fakultas Teknik. UNIKOM. Bandung. Presiden Republik Indonesia. 1991. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai.

  Jakarta. Soemarto, 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga. Sosrodarsono, dkk. 1999. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.

  Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi. Suroso dan Susanto. 2006. “Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Banjir Daerah

  Aliran Sungai Banjaran”. Jurnal Teknik Sipil, Volume 3 No 2. Jawa Tengah Syahril. Rekayasa Hidrologi dan Drainase. Bandung: ITB.

  Triatmodjo, Bambang. 2009. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset Yogyakarta.