KAJIAN KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG KURANJI UNTUK KETERSEDIAAN AIR BERKELANJUTAN

  

KAJIAN KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG

KURANJI UNTUK KETERSEDIAAN AIR BERKELANJUTAN

Anton Sudarwo' Isril Berd,² Jhon Nurifdinsyah²

  

'Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan Pesisir dan Kelautan, Program Studi Pascasarjana Universitas Bung Hatta

²Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan Pesisir dan Kelautan, Program Studi Pascasarjana Universitas Bung Hatta

Email : anton_sud@yahoo.com

ABSTRAK

  Pengelolaan DAS perlu dilakukan secara terpadu dengan melakukan Koordinasi, konsultasi dan komunikasi antar para pihak, oleh sebab itu data dan informasi tentang karakteristik DAS sangat diperlukan dalam penyusunan perencanaan pengelolaan DAS.Tujuan penelitian adalah (i) mengkaji karakteristik biogeofisik DAS; (ii) mengkaji dampak penggunaan lahan saat ini terhadap erosi tanah, degradasi lahan; (iii) mengkaji Neraca Air atau keseimbangan antara aliran masuk dan aliran keluar di DAS Kuranji. Penelitian ini menggunakan pendekatan satuan lahan sebagai unit analisis dan unit pemetaan. Potensi air menggunakan metode neraca air Thorntwaite Mather, pendugaan erosi menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE), dengan mempertimbangan karakteristik morfometri, karakteristik meteorologi dan karakteristik morfologi DAS Kuranji. Hasil penelitian menunjukkan DAS Kuranji yakni DAS klasifikasi kecil memiliki kerapatan aliran sungai 1,28 km/km², Karakteristik meteorologinya menunjukkan bahwa 73,35 % wilayahnya memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Selanjutnya 65,24 % wilayahnya didominasi oleh lahan atau kelompok lahan yang tidak dapat diolah tanpa memperhatikan konservasi tanahnya. Rata-rata laju erosi aktual di DAS Kuranji diperkirakan sebesar 94,83 ton/ha/th. atau 2.157.689,38 ton/th dan erosi yang diperbolehkan sebesar 60,90 ton/ha/th atau sebesar 1.385.768,07 ton/ha/th. Potensi air di sub DAS Kuranji sangat besar, yaitu rata- rata 18.757,69 m3/ha/th atau sebesar 427.066.416 m³/Thn. Neraca air menunjukkan bahwa di DAS Kuranji termasuk dalam kriteria tidak kekurangan air. Untuk menekan laju erosi dan degradasi lahan, hasil penelitian ini merekomendasikan pengelolaan lahan dengan mengacu kepada zona hidrologi di DAS Kuranji untuk tetap mempertahankan luasan hutan, membuat embung-embung dan sumur resapan

  Kata kunci: Daerah Aliran Sungai, Karakteristik biogeofisik, erosi tanah, Degradasi lahan dan

  Neraca air

1. PENDAHULUAN

  Sumber daya alam (Hutan, Tanah, dan Air) merupakan modal dasar dalam pembangunan nasional. Manusia memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam memanfaatkan SDA tersebut terkadang manusia tidak memperhatikan prinsip- prinsip kelestarian lingkungan sehingga sering terjadi degradasi SDA.

  Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka terjadi pula peningkatan berbagai jenis kebutuhan yang pada akhirnya bertumpu pada sumberdaya alam dan lingkungan. Tekanan terhadap penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang semakin meningkat seringkali menimbulkan kerawanan dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut Berd (2003)’ Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan SDA baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya, telah memaksa manusia untuk memanfaatkan SDA tersebut diluar kemampuannya, tanpa memperhatikan tindakan konservasinya sehingga telah menimbulkan degradasi atau kerusakan dari SDA yang terbatas tersebut.

  Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai salah satu sumber daya alam tidak terlepas dari dilema tersebut. Pemanfaatan DAS untuk berbagai peruntukan seperti untuk lahan pertanian, perkebunan, perikanan, pemukiman, pertambangan dan ekploitasi hasil hutan terjadi hampir di seluruh bagian DAS Indonesia.

  Meningkatnya kebutuhan dan intervensi manusia dalam pemanfaatan sumber daya dalam DAS membuat makin banyak DAS yang rusak. Meskipun kegiatan konservasi tanah dan air dalam pengelolaan DAS telah dilakukan sejak tahun 1970- an, namun kerusakan DAS tetap meningkat. Sebagai kesatuan ekosistem, daerah aliran sungai (DAS) harus dikelola berdasarkan karakteristik dan saling keterkaitan antar komponen ekosistem dari hulu hingga hilir secara terpadu. Namun pengelolaan DAS terpadu masih mengalami kendala dalam implementasinya. Misalnya, pengelolaan sumberdaya alam dalam DAS masih bersifat sektoral, belum memperhatikan keterkaitan hulu hilir dan belum melibatkan semua pihak terkait dalam DAS serta penggunaan teknologi serta model-model pengelolaan yang mengintegrasikan konsep keseimbangan lingkungan, ekonomi dan sosial budaya dalam pengelolaan DAS masih terbatas.

  Dalam konteks pengelolaan DAS terpadu dan berkelanjutan, agar ketersediaan air pada DAS stabil (baik kuantitas maupun kualitasnya) sepanjang tahun, maka sudah waktunya kita mengelola DAS secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan mempertimbang- kan karakteristik DAS tersebut.

  Proses siklus air pada suatu daerah untuk periode tertentu terdapat hubungan keseimbangan antara aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow). Hubungan antara ketersediaan air untuk berbagai macam sektor harus terjadi keseimbangan, hubungan keseimbangan disebut “Neraca kebutuhan dan ketersediaan air” sering disebut juga dengan “Neraca Air” (water balance). Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari sistem (sub-sistem) tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut (Limantara

  et al ,. 2008) MASUKAN (I) KELUARAN ( O )

2. TELAAHAN PUSTAKA

  Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain (Arsyad, 2010).

  4. Peta Kelas Lereng Provinsi Sumatera Barat

  1. Seperangkat komputer (Laptop) dengan perangkat lunak: ArcGIS 10.1, Global Mapper 12, MS Office (Program Excel, dan Word). SISTEM

  3.3 Alat yang digunakan

  9. Data suhu udara tahun 1993 s.d 2012

  8. Data hujan Tahun 1992 s.d 2012

  7. Peta Jaringan Sungai Kota Padang

  6. Peta Geologi Provinsi Sumatera Barat

  5. Peta Penggunaan Lahan Kota Padang

  3. Peta Jenis Tanah Provinsi Sumatera Barat

  Aliran permukaan (overland flow) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah sebagai aliran (runoff) menuju sungai, danau dan lautan (Arsyad, 2010)

  2. Peta administrasi Kota Padang

  Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan dalam DAS dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak, 2010).

  3.2 Bahan yang digunakan

  Secara administratif DAS Batang Kuranji berada di Kota Padang yang meliputi Kecamatan Koto Tangah, Pauh, Kuranji, Nanggalo, dan Padang Utara, serta hanya sedikit terdapat di Kecamatan Kubung dan Lubuk Sikarah Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Secara Geografis DAS Batang kuranji berbatasan sebelah Utara dengan DAS Air Dingin, sebelah Selatan dengan DAS Batang Kuranji, Sebelah Timur dengan DAS Indragiri dan sebelah barat langsung ke Samudera Hindia.

  3.1 Lokasi Penelitian

  3. METODOLOGI PENELITIAN

  Gambar 1. Skema Neraca Air

  Pengertian lain DAS adalah suatu ekosistem dimana di dalamnya terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor biotik, nonbiotik, dan manusia. Sebagai suatu ekosistem, maka setiap ada masukan (input) ke dalamnya, proses yang terjadi dan berlangsung di dalamnya dapat dievaluasi berdasarkan keluaran (output) dari ekosistem tersebut. Komponen masukan dalam ekosistem DAS adalah curah hujan, sedangkan keluaran terdiri dari debit air dan muatan sedimen. Komponen-komponen DAS berupa vegetasi, tanah dan saluran/sungai dalam hal ini bertindak sebagai prosesor (Suripin, 2004)..

  1. Peta rupa bumi Indonesia Skala 1 : 50.000

  2. Global Possitioning System (GPS), untuk penentuan titik-titik koordinat geografis di lapangan.

  10.1 dari peta digital yang telah dideliniasi diperoleh luas DAS Batang Kuranji adalah seluas 22.754 ha.

  4.1.5 Kerapatan Aliran

  Gambar 2. Peta Pola Aliran

  Berdasarkan kondisi hasil interpretasi bentuk wilayah pada DAS Kuranji dengan menggunakan Peta Citra DEM, maka DAS Kuranji memiliki Pola Aliran atau berkarakter jenis Dendritik. Untuk melihat gambar pola aliran das kuranji, disajikan dalam gambar 2 berikut ini.

  4.1.4 Pola Aliran

  5 Sungai Orde 5 1 1.533 225 290.282 JUMLAH

  4 Sungai Orde 4 2 28.508

  3 Sungai Orde 3 9 49.738

  2 Sungai Orde 2 48 70.966

  1 Sungai Orde 1 165 139.537

  NO DAS Jumlah Total Panjang (m)

  Tabel 1. Fisiografi Jaringan Sungai DAS Batang Kuranji

  Berdasarkan hasil perhitungan panjang dan kelas Orde sungai, maka diperoleh hasil jumlah dan panjang kelas orde sungai-sungai pada wilayah DAS Batang kuranji sebagai mana tabel 1 dibawah ini.

  4.1.3 Orde Sungai

  DAS Kuranji jika diklasifikasikan berdasarkan luas, maka DAS Kuranji termasuk kedalam DAS Kecil.

  Automatic dengan menggunakan Software ArcGIS

  3. Kamera digital, untuk pengambilan dokumentasi di lapangan.

  Data karakteristik morfometri DAS diperoleh dari data peta tematik yang diterbitkan oleh Kemetarian Kehutanan, PUSLITNAK Bogor, BPDAS Agam Kuantan dan pengamatan di lapangan.

  4. Alat tulis menulis.

  3.4 Karakteristik Morfometri DAS

  Perhitungan data morfometri DAS dilakukan dengan cara interpretasi data citra penginderaan jauh Digital Elevation Model (DEM) dan Shutle Radar Topography Mission (SRTM), analisis, pembacaan peta dasar serta peta-peta tematik. Penghitungan data morfometri yakni 1) luas DAS; 2) jaringan sungai; 3) pola aliran; 4) kerapatan aliran; 5) panjang sungai utama dan panjang sungai terpanjang;

  3.5 Karakteristik Morfometri DAS

  Data karakteristik meteorologi/ klimatologi DAS diperoleh dari data Primer hasil pencatatan (tabulasi) alat-alat yang dipasang pada stasiun cuaca/iklim di lapangan oleh instansi BMKG, PSDA dan Balai Wilayah Sungai V Kementerian Pekerjaan Umum.

  3.6 Karakteristik Morfologi DAS

  3.7 Karakteristik Kemampuan DAS

  Berdasarkan hasil penghitungan secara

  Karakteristik kemampuan DAS berkaitan dengan erosi dan bahaya erosi. Bahaya erosi adalah perkiraan jumlah tanah yang hilang maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan jika pengelolaan tanahnya tidak mengalami perubahan. Perkiraan jumlah kehilangan lapisan tanah atas sebagai erosi permukaan dihitung secara prediktif kuantitatif berdasarkan konsep satuan lahan.

  Perhitungan jumlah erosi aktual (A) dilakukan dengan menggunakan persamaan matematis yang dikemukakan oleh Wischmeir dan Smith (1978) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) yang dikenal sebagai persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation), yaitu : A = R.K.LS.C.

  A Jumlah erosi dalam ton/ha/tahun R faktor erosivitas hujan K faktor erodibilitas tanah L faktor panjang lereng S faktor kemiringan lereng C faktor pengelolaan tanaman P faktor tindakan konservasi tanah

  4 HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.1 Karakteristik Morfometri DAS

  4.1.2 Luas DAS

  Berdasarkan peta Jaringan sungai diperoleh data nilai kerapatan aliran Dd adalah sebesar = 1,28 km/km2. Hasil tersebut diperoleh dari nilai panjang sungai keseluruhan yang ada di DAS Kuranji yakni 290.282 M (290,28 Km) dibagi dengan luas DAS 22.754 Ha (227.540 Km²).

  Lynsley (1975) menyatakan bahwa jika nilai kepadatan aliran lebih kecil dari 1 mile/mile² (0,62 Km/ Km²), DAS akan mengalami penggenangan, sedangkan jika nilai kerapatan aliran lebih besar dari 5mile/mile² (3,10 Km/Km²), DAS sering mengalami kekeringan.

4.1.5 Panjang Sungai Utama

  Berdasarkan Hasil penghitungan peta jaringan sungai yang dibuat, maka mulai dari pertemuan sungai padang Janiah dengan sungai padang karuah hingga muara sungai batang kuranji, diperoleh hasil penghitungan sepanjang 19,14 Km

  Peta rata-rata intensitas curah hujan pada wilayah DAS kuranji disajikan sebagaimana gambar 4 dibawah ini :

  Dengan kondisi topografi pada wilayah hulu dan tengah DAS kuranji curam sampai sangat curam maka pada kondisi tersebut patut diwaspadai, hal ini dikarenakan tanah yang jenuh akibat distribusi hujan harian yang tinggi atau hujan yang terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya bahaya banjir dan tanah longsor. Intensitas hujan yang tinggi memaksa tanah menyerap air setiap saat, sehingga setiap hujan yang turun bisa berpotensi menyebabkan genangan air dikarenakan tanah tersebut telah jenuh air.

  Intensitas Hujan (mm/hari) 1 > 13,60 Sangat rendah 2 13,61 – 20,70 Rendah 3 20,71 – 27,70 Sedang 4 27,71 – 34,80 Tinggi 5 < 5 34,81 Sangat Tinggi No Kategori Nilai

  Tabel 3. Klasifikasi Intensitas Hujan

  Klasifikasi intensitas hujan yang digunakan adalah menurut Kementerian Kehutanan dalam Pedoman Identifikasi Karakteristik DAS seperti tabel 3 dibawah ini.

  DAS kuranji yang wilayahnya dari dataran hingga bergunung, berdasarkan data curah hujan periode 20 Tahun dari tahun 1992 sampai dengan Tahun 2012, diketahui intensitas hujan rata-rata adalah sebesar 30,40 mm/jam hal ini menunjukkan bahwa itensitas Hujan Pada Wilayah DAS Kuranji adalah berkategori Tinggi.

  4.2.2 Intensitas Hujan

  Gambar 3. Peta Curah Hujan

4.2 Karakteristik Meteorologi DAS

4.2.1 Curah Hujan

  Berdasarkan data curah hujan yang ada tersebut selanjutnya dilakukan pembuatan peta curah hujan menggunakan software ArcGIS 10.1, dengan menginterpolasi nilai jumlah curah hujan tahunan pada masing-masing stasiun hujan. Untuk melihat penyebaran wilayah sebaran curah hujan disajikan pada gambar 3 dibawah ini.

  Berdasarkan dari data tabel 2 diatas dapat disimpulkan bahwa pada wilayah penelitian yakni DAS Kuranji umumnya tidak ditemui periode kering pada satu tahun periode hujan, hal ini dapat dilihat dari masing-masing stasiun nilai curah hujan bulanan rata-ratanya lebih besar dari 100 mm.

  Batu Busuk 1992 s.d 2012 218,0 192,0 273,4 306,4 257,4 252,1 238,7 240,6 259,1 262,9 350,6 329,0 Gunung Nago 1992 s.d 2012 216,9 198,7 239,9 269,7 255,1 239,9 282,6 232,3 334,4 324,8 408,1 342,7 Simpang Alai 1992 s.d 2012 252,4 194,3 257,0 257,2 244,9 262,1 221,2 255,4 282,2 284,9 356,5 382,9 Ladang Padi 1992 s.d 2012 312,1 267,0 361,6 371,4 333,0 289,8 290,0 271,7 352,3 367,6 444,4 377,7

  Tabel 2. Rata-rata Jumlah Curah Hujan Bulanan Periode 20 Tahun Masing-masing Stasiun di DAS Kuranji STASIUN TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES BMG 1992 s.d 2012 309,0 306,3 350,4 319,2 243,4 297,9 301,6 297,3 344,2 428,3 513,1 447,1 Gunung Sarik 1992 s.d 2012 229,9 269,6 219,7 246,3 254,8 247,5 269,1 284,6 301,0 352,7 419,1 352,1

  Dari data harian tersebut setelah dilakukan rekapitulasi untuk masing-masing stasiun hujan, diperoleh Data nilai curah hujan bulanan rata-rata selama periode 20 tahun disajikan Tabel 2.

  Data yang diperoleh berupa data harian yang direkapitulasi selama periode 20 Tahun yakni sejak Tahun 1992 sampai dengan Tahun 2012.

  Data curah hujan pada wilayah penelitian diperoleh dari beberapa stasiun pencatat curah hujan yakni (1) Stasiun Simpang Alai (2) Stasiun Gunung Sarik; (3) Stasiun Ladang Padi; (4) Stasiun Batu Busuk; (5) Stasiun Gunung Nago; (6) Stasiun BMG.

  Gambar 4. Peta Intensitas Curah Hujan

  Indonesia yang berada di sekitar katulistiwa secara umum termasuk kedalam wilayah yang beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi. Tipe iklim wilayah penelitian ditentukan berdasarkan dari data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pengamat hujan di DAS Kuranji dan sekitarnya.

  Secara rinci luas masing-masing kelas lereng pada DAS Kuranji disajikan pada Tabel 5 dan penyebaran kelas lereng disajikan sebagaimana gambar 7.

  Topografi DAS Kuranji terdiri dari dataran landai sampai pegunungan dengan kecuraman lereng yang bervariasi. Kecuraman lereng tersebut dapat dilihat dari pembagian kelas kemiringan lereng.Kemiringan lerang sangat berpengaruh terhadap kecepatan erosi pada suatu wilayah di dalam DAS, hal ini disebabkan kemiringan rata-rata DAS (Sb) merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap limpasan permukaan.

  4.3.3 Topografi

  Gambar 6. Peta Geomorfologi DAS Kuranji

  Penyebaran kondisi geomorfologi DAS Kuranji disajikan pada gambar 6 dibawah ini.

  Berdasarkan hasil perhitungan peta geomorfologi yang bersumber dari Peta RTk RHL Balai Pengelolaan DAS Agam Kuantan, maka diperoleh data geomorfologi pada DAS Kuranji atas lima bentuk lahan bentukan yakni 1) Punggung- punggung gunung tak teratur di atas batuan vulkanik berbasalt; 2) Kipas aluvial non vulkanik yang melereng sedang; 3) Gunungan-gunungan dan endapan pasir pesisir pantai; 4) Dataran-dataran pasir paduan sungai/muara dan 5) Dataran aluvial vulkanik yang melereng landai.

  4.3.2 Geomorfologi

  4 Qv Quarternary Volcanic Volcanism Subaerial Batuan Gunungapi Kuarter 12.106 53,20 22.754 100,00 Jumlah

  3 QTtb Lithic Crystal Tuff Volcanism Subaerial Lithic Crystal Tuff 1.749 7,69

  2 Qh Younger Alluvium Terrestrial Alluvium Aluvium Muda 7.312 32,14

  1 Qf Piedmont fan Terrestrial Alluvium Kipas Aluvium 1.587 6,97

  NO SIMBOL FORMASI STRUKTUR JENIS BATUAN LUAS % LUAS

  Tabel 4. Data Geologi Pada DAS Kuranji

4.2.3 Type Iklim

  Berdasarkan hasil perhitungan peta geologi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Wilayah Sumatera Barat diperoleh hasil susunan batuan induk (geologi) yang tersusun pada wilayah DAS Kuranji. Luas dan persentase luasnya sesuai dengan batas DAS disajikan sebagaimana tabel 4 berikut ini :

  Gambar 5. Grafik Hari hujan dan curah hujan rata- rata bulanan DAS Kuranji Periode 20 Tahun (1992-2012)

  Banyaknya hari hujan rata-rata untuk bulan basah yaitu berkisar 14 hari hujan/bulan, dengan hari hujan tertinggi terjadi bulan November. Hari hujan dan curah hujan bulanan DAS Kuranji seperti Gambar 5 dibawah ini.

  Sesuai data curah hujan selama 20 (dua puluh) tahun terakhir menunjukkan bahwa bulan basah terjadi sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1918,3 mm/tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, DAS Kuranji termasuk ke dalam type iklim A.

4.3 Karakteristik Morfologi DAS

4.3.1 Geologi

  Tabel 5. Luas kelas kemiringan lereng DAS Kuranji KEMIRINGAN LERENG 25 - 45 % 15 - 25 % 0 - 8 % KELAS LUAS (Ha) % LUAS 4 2.229 9,80 3 11.603 50,99 2 0,00 1 7.909 34,76 - 8 - 15 %

  > 45 % JUMLAH 22.754 100,00 5 1.013 4,45

  Gambar 8. Peta Jenis Tanah DAS Kuranji

  4.4 Karakteristik Kemampuan DAS

  4.4.1. Penggunaan Lahan

  Kondisi penggunaan lahan pada DAS kuranji sangat beragam, hal ini dikarenakan pada DAS Kuranji meliputi dari wilayah pegunungan yakni jajaran bukit barisan terus ke arah barat yang

  Gambar 7. Peta Kelas Kemiringan Lereng DAS Kuranji

  membelah wilayah Administrasi kota padang sampai dengan wilayah landai atau datar yaitu

4.3.4 Tanah daerah pesisir pantai.

  Berdasarkan hasil perhitungan penelitian diperoleh hasil bahwa wilayah DAS Kuranji Jika dilihat secara utuh sesuai batas DAS, dikelompokkan kedalam jenis tanah yaitu Regosol, penutupan lahan pada DAS Kuranji hampir Aluvial, Latosol dan Andosol. setengahnya atau seluas 11.336,57 Ha (49,82%) adalah Hutan Lahan Kering Primer. Hutan tersebut

  Jenis tanah pada DAS Kuranji sangat tersebar pada wilayah hulu DAS yang merupakan berpengaruh terhadap proses infiltrasi atau aliran jajaran bukit barisan. Luas dan persentase bawah permukaan (Subsurface flow). Jenis tanah penggunaan lahan pada DAS Kuranji disajikan yang bertekstur berpasir banyak dijumpai diwilayah dalam Tabel 7 berikut ini. hilir DAS, Jenis tanah ini akan memiliki tingkat infiltrasi yang lebih tinggi dibanding jenis tanah

  Tabel 7. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan yang bertekstur lempung. pada DAS Kuranji

  Kemampuan tanah yang dapat tererosi No PENGGUNAAN LAHAN LUAS PERSEN (%) ditentukan oleh sifat fisik tanah dan jenis tanahnya. 1 Bandara 227 1,00 2 Belukar 990 4,35 Diantara sifat fisik yang sangat berperanan adalah 3 Hutan Lahan Kering Primer 11.963 52,58 tekstur tanah, sktruktur tanah, kandungan bahan 5 Pertanian Lahan Kering 1.178 5,18 4 Hutan Lahan Kering Sekunder 501 2,20 organik dan permeabilitas tanah. Tanah tanah yang 6 Pertanian Lahan Kering Campur 3.953 17,37 bertekstur lebih kasar atau sedang kadang kadang 7 Pemukiman 2.396 10,53 menampilkan sifat erosidibilitas tanah yang tinggi 9 Tubuh Air 8 Sawah 1.458 6,41 88 0,39 atau dikatakan peka terhadap erosi. JUMLAH 22.754 100

  Luas masing-masing Jenis tanah pada DAS

  Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian 2014

  Kuranji dapat di lihat sebagaimana Tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Luas dan Persentase Jenis Tanah pada

  DAS Kuranji

  NO JENIS TANAH TEKSTUR KEDALAMAN LUAS % LUAS

  1 Entisol Kasar Sangat Dangkal (< 30 Cm) 489 2,15

  2 Andisol Agak Kasar Sedang (50 - 75 Cm) 1.088 4,78

  3 Oxisol Halus Sangat Dalam (> 100 Cm) 12.988 57,08

  4 Inceptisol Sedang Sangat Dalam (> 100 Cm) 8.189 35,99 JUMLAH 22.754 100,00

  Untuk lebih jelasnya penyebaran jenis tanah pada DAS Kuranji disajikan sebagaimana Gambar 9. Peta Penggunaan Lahan DAS Kuranji

4.4.2. Satuan Lahan

  Erosi aktual adalah perkiraan jumlah tanah hilang maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan bila pengelolaan lahan atau tanahnya tidak mengalami perubahan saat ini.

  4.4.4. Tingkat Bahaya Erosi Klasifikasi tingkat bahaya erosi (TBE) merupakan klasifikasi besarnya laju erosi aktual atau kehilangan tanah maksimum dengan faktor kedalaman

  17 C - PLk - 2 167,10 608 101.598,75 18 C - PLk - 3 429,15 366 157.069,41 19 C - PLkC - 2 334,21 157 52.470,40 20 C - PLkC - 3 858,30 264 226.591,94 21 D - HLkP - 3 8,56 2.227 19.070,87 22 D - HLkP - 4 2,99 2 5,98 23 E - HLkP - 3 10,82 1.013 10.957,65 94,83 22.754 2.157.689,38 Jumlah/rata-rata

  10 C - Be - 2 17,47 295 5.153,61 11 C - Be - 3 43,15 695 29.990,99 12 C - HLkP - 2 1,65 26 42,83 13 C - HLkP - 3 3,83 7.605 29.134,99 14 C - HLkP - 4 1,09 1.085 1.184,68 15 C - HLkS - 2 8,24 7 57,66 16 C - HLkS - 3 19,30 495 9.552,30

  3 A - PLk - 3 21,14 40 845,57 4 A - PLkC - 2 19,66 3.256 64.010,36 5 A - PLkC - 3 50,49 281 14.187,24 6 A - Pm - 1 31,05 480 14.905,25 7 A - Pm - 2 41,44 1.915 79.358,94 8 A - Sw - 2 1,01 1.459 1.478,96 9 A - Ta - 2 0,00 87 -

  Tabel 9 Nilai Erosi Aktual Wilayah DAS Kuranji No SATUAN LAHAN A ton/ha/thn LUAS (Ha) TOTAL EROSI ton/tahun 1 A - Bdr - 2 100,53 227 22.820,31 2 A - PLk - 2 9,83 164 1.612,05

  Hasil penghitungan nilai erosi dengan menggunakan parameter-parameter diatas disajikan sebagaimana tabel 9 berikut ini.

  Parameter-parameter yang digunakan dalam model persamaan ini adalah: erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), faktor pengelolaan tanaman (C), dan faktor konservasi tanah (P).

  Penentuan laju erosi bertujuan untuk mengetahui besaran erosi yang terjadi disetiap satuan lahan. Penghitungan laju erosi menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation).

  Berdasarkan analisis spasial, hasil tumpang susun tiga peta tematik yaitu peta jenis tanah, peta Kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan maka diperoleh 23 satuan lahan atau unit lahan tentatif sebagai unit terkecil atau stratifikasi dalam pengamatan karakteristik lingkungan dan fisik lahan.

  Luas masing-masing satuan lahan pada DAS Kuranji disajikan pada Tabel 8. dan penyebarannya disajikan dalam peta satuan lahan seperti Gambar 10 dibawah ini.

  Gambar 10. Peta Satuan Lahan DAS Kuranji

  Jenis Tanah 1 : Inceptisol 2 : Entisol 3 : Oxisol 4 : Andisol

  Penggunaan Lahan : HLkP Hutan Lahan Kering Primer HLkS Hutan Lahan Kering Sekunder PLk Pertanian Lahan Kering PLkC Hutan Lahan Kering Sekunder Sw Sawah Be Belukar Pm Pemukiman Bdr Bandara Ta Tubuh Air

  A : 0 – 8 % D : 25 – 40 % B : 8 – 15 % E : Lebih dari 40 % C : 15 – 25 %

  Keterangan : Kelas Lereng :

  18 C - PLk - 3 366 1,61 19 C - PLkC - 2 157 0,69 20 C - PLkC - 3 264 1,16 21 D - HLkP - 3 2.227 9,79 22 D - HLkP - 4 2 0,01 23 E - HLkP - 3 1.013 4,45 22.754 100 JUMLAH

  11 C - Be - 3 695 3,05 12 C - HLkP - 2 26 0,11 13 C - HLkP - 3 7.605 33,42 14 C - HLkP - 4 1.085 4,77 15 C - HLkS - 2 7 0,03 16 C - HLkS - 3 495 2,18 17 C - PLk - 2 608 2,67

  4 A - PLkC - 2 3.256 14,31 5 A - PLkC - 3 281 1,23 6 A - Pm - 1 480 2,11 7 A - Pm - 2 1.915 8,42 8 A - Sw - 2 1.459 6,41 9 A - Ta - 2 87 0,38 10 C - Be - 2 295 1,30

  Tabel 8. Jenis dan Luas Satuan Lahan Wilayah DAS Kuranji No SATUAN LAHAN LUAS % PERSENTASE 1 A - Bdr - 2 227 1,00 2 A - PLk - 2 164 0,72 3 A - PLk - 3 40 0,18

  4.4.3. Erosi solum tanah pada setiap unit lahan apabila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan. Pada dasarnya jumlah laju erosi aktual atau kehilangan tanah maksimum ini harus lebih kecil atau sama dengan poses pembentukan tanah, sehingga produktivitas lahan tetap berkelanjutan.

  Nilai laju erosi aktual dalam penelitian ini merupakan nilai erosi aktual (A) yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan USLE. Data solum tanah pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan profil tanah di lapangan. Penghitungan klasifikasi TBE setiap satuan lahan di DAS Kuranji disajikan pada Tabel 10 berikut ini :

  Tabel 10 : Tingkat Bahaya Erosi Wilayah DAS Kuranji < 15 15 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480 1 A - Bdr - 2 60 - 90 - - 100,53 - - 227 Berat

  2 A - PLk - 2 60 - 90 9,83 - - - - 164 Ringan 3 A - PLk - 3 > 90 - 21,14 - - - 40 Sedang 4 A - PLkC - 2 30 - 60 - 19,66 - - - 3.256 Sangat Berat 5 A - PLkC - 3 > 90 - 50,49 - - - 281 Sedang 6 A - Pm - 1 30 - 60 - 31,05 - - - 480 Sangat Berat 7 A - Pm - 2 30 - 60 - 41,44 - - - 1.915 Sangat Berat 8 A - Sw - 2 30 - 60 1,01 - - - - 1.459 Sangat Ringan

  9 A - Ta - 2 30 - 60 0,00 - - - - 87 Sangat Ringan 10 C - Be - 2 30 - 60 - 17,47 - - - 295 Sangat Berat 11 C - Be - 3 > 90 - 43,31 - - - 695 Sedang 12 C - HLkP - 2 60 - 90 1,65 - - - - 26 Ringan 13 C - HLkP - 3 > 90 3,83 - - - - 7.605 Ringan 14 C - HLkP - 4 > 90 1,09 - - - - 1.085 Ringan 15 C - HLkS - 2 > 90 8,24 - - - - 7 Ringan

  16 C - HLkS - 3 > 90 - 19,30 - - - 495 Sedang 17 C - PLk - 2 > 90 - - 167,10 - - 608 Berat 18 C - PLk - 3 > 90 - - - 429,15 366 Sangat Berat 19 C - PLkC - 2 > 90 - - - 334,21 157 Sangat Berat 20 C - PLkC - 3 > 90 - - - - 858,30 264 Sangat Berat 21 D - HLkP - 3 > 90 8,56 - - - - 2.227 Ringan 22 D - HLkP - 4 > 90 2,99 - - - - 2 Ringan

  23 E - HLkP - 3 > 90 10,82 - - - - 1.013 Ringan Keterangan No Satuan Lahan Luas Tebal Solum (Cm) Erosi Maksimum (A) ton/ha/tahun Penyebaran tingkat bahaya erosi di DAS Kuranji disajikan pada gambar 11 dibawah ini.

  Gambar 11. Peta Tingkat Bahaya Erosi DAS Kuranji

  Neraca air atau keseimbangan air DAS dalam memenuhi kebutuhan air di DAS kuranji diperoleh dari nilai ketersediaan air yang ada dikurangi dengan nilai kebutuhan air pada DAS Kuranji.

  Ketersediaan air pada DAS kuranji dihitung secara biofisik dengan hanya melihat surplus dan defisit air menggunakan metode Thorntwaite Mather, sedangkan besar kebutuhan air pada DAS Kuranji menggunakan hasil penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada DAS Kuranji.

  Ketersediaan Air

  Ketersediaan air pada DAS kuranji dihitung secara biofisik. Dalam penentuan ketersediaan air dengan metode Thornthwaite dan Mather (1957) variabel utama sebagai masukan dalam penentuan neraca air adalah curah hujan (P), Temperatur dan Nilai WHC yang diduga dengan menggunakan tabel Pendugaan WHC berdasarkan kombinasi tekstur tanah dan vegetasi penutup.

  Berdasarkan hasil perhitungan neraca air menggunakan metode Thorntwaite Mather maka dapat digambarkan secara grafik surplus dan defisit air rata-rata selama 20 tahun setiap bulan disajikan sebagaimana gambar 12 dibawah ini.

  Gambar 12. Grafik Rata-rata surplus dan defisit Air Tanah pada DAS Kuranji

  Selanjutnya gambar grafik rata-rata curah hujan dan evapotranspirasi potensial selama periode 20 tahun dari tahun 1992-2002 di DAS Kuranji disajikan pada gambar 13 berikut.

4.4.5. Neraca Air

  Gambar 13. Grafik Rata-Rata Curah Hujan dan ETP pada DAS Kuranji

  Sesuai dengan data gambar 12 dapat dijelaskan bahwa walaupun DAS Kuranji memiliki potensi air yang besar, namun ada beberapa bulan terdapat kekurangan air sehingga perlu dilakukan upaya agar potensi air merata sepanjang tahun..

  Berdasarkan hasil overley peta zonasi dengan peta pewilayahan DAS peta kemiringan lereng, peta penutupan lahan dan peta curah hujan, dapat dijelaskan bahwa zona hidrologi 4 dan 5 yang berada pada hulu DAS kuranji dengan penggunaan lahannya sebahagian besar hutan dan bertopografi curam sampai dengan sangat curam harus dilindungi karena apabila hutan-hutan dibagian hulu rusak maka bahaya banjir limpasan akan menghadang, disebabkan karena topografinya yang curam serta tingginya curah hujan pada zona tersebut.

  Perhitungan kebutuhan air pada penelitian ini menggunakan data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Nursidah (2012), Penghitungan kebutuhan air yang dilakukan dengan membagi atas 4 kelompok, yaitu : Kebutuhan air rumah tangga atau domestik (Qrt), kebutuhan air untuk pertanian (Qpert), kebutuhan air perkotaan (Qkota) dan kebutuhan air untuk industri (Qind).

  Hasil perhitungan kebutuhan air masing- masing kelompok yang telah dilakukan penelitian disajikan sebagaimana tabel 11 Berikut ini Tabel 11. Kebutuhan Air pada Wilayah DAS

  Kuranji I Tahun 2009

  1 Rumah Tangga 41.554.338 36.391.223 18.391.223 14.291.814 4.298.922 2 Perkotaan 16.621.735 14.556.849 7.356.489 5.716.725 1.719.569 3 Pertanian 150.744.855 124.296.883 38.379.613 71.093.997 14.823.272 4 Industri 272.923.161 263.507.107 97.847.583 159.538.345 8.457.587 481.844.089 438.752.062 161.974.908 250.640.881 29.299.350

  II Proyeksi Tahun 2018 1 Rumah Tangga 59.707.120 54.376.386 25.792.944 21.188.633 7.394.809 2 Perkotaan 23.882.848 21.750.554 10.317.178 8.475.453 2.957.924 3 Pertanian 143.116.760 118.012.166 36.448.677 67.505.635 14.056.328 4 Industri 281.702.405 271.321.206 102.231.261 162.341.345 9.324.490 508.409.133 465.460.312 174.790.060 259.511.066 33.733.551 III Proyeksi Tahun 2028

  1 Rumah Tangga 87.622.294 80.769.492 38.312.214 31.473.187 10.984.091 2 Perkotaan 35.048.918 32.307.797 15.324.886 12.589.275 4.393.636 3 Pertanian 135.495.931 111.732.306 34.517.805 63.918.827 13.295.675 4 Industri 291.381.522 279.936.248 107.064.265 165.431.653 10.280.250 549.548.665 504.745.843 195.219.170 273.412.942 38.953.652 DAS Batang Air Dingin Jumlah Tahun 2009 Jumlah Proyeksi 2018 Jumlah Proyeksi 2028 No Sektor Kota Padang SWP DAS Arau DAS Batang Arau DAS Batang Kuranji Perkiraan Kebutuhan Air (M³/tahun) Sumber : Nursidah, 2012

  Berdasarkan hasil perhitungan ketersediaan air masing-masing satuan lahan DAS Kuranji dengan luas 22.754 Ha memiliki potensi air rata- rata sebesar 427.066.416 m³/Thn. Jika dibandingkan dengan kebutuhan air untuk Rumah Tangga, Perkotaan, Pertanian dan Industri hasil penelitian (Nursidah, 2012) sesuai Tabel 12 diatas, maka masih terdapat potensi air yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air pada kegiatan lain salah satunya untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar.

  Kebutuhan Air

  Secara teknik untuk jangka pendek dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, embung-embung, serta cekdam-cekdam. Kegiatan untuk jangka panjang dapat dilakukan dengan cara vegetatif yakni dengan melakukan kegiatan penghijauan dan reboisasi.

  Penzonasian wilayah hidrologi adalah untuk mengetahui zona/wilayah mana yang paling mempengaruhi kondisi debit air pada wilayah DAS, kuranji, sehingga nantinya dapat diprioritaskan lebih awal untuk kegiatan rehabilitasi sesuai dengan kondisi karakteristik DAS Kuranji.

  Berikut Luas dan persentase luas masing- masing zona hidrologi seperti tabel 12 berikut : Tabel 12. Luas wilayah zona hidrologi No Wilayah Hidrologi Luas % (persen) 1 Zona 1 4.546 19,98 2 Zona 2 5.017 22,05 3 Zona 3 2.179 9,58 4 Zona 4 4.985 21,91

  5 Zona 5 5.339 23,46 6 Zona 6 688 3,02 22.754 100 Jumlah

  Gambar 14. Peta Wilayah Zonasi Hidrologi DAS Kuranji

4.5 Ketersediaan Air Berkelanjutan

  Wilayah zona hidrologi 4 dan 5 agar selalu diupayakan penggunaan lahanya tetap berupa hutan atau yang merupakan daerah dengan vegetasi rapat.

  Keberlanjutan (sustainable) ketersediaan air dapat dilakukan dengan membuat kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air. Kebijakan Pengelolaan sumber daya air terutama pada sistem pengelolaan sumberdaya alamnya dan pendistribusian air dalam memenuhi kebutuhan air pada DAS Kuranji.

  Wilayah zona hidrologi 2, 3 dan 6 merupakan zona yang sering dilakukan aktifitas- aktifitas didalamnya. Dengan demikian disarankan ketika melakukan aktifitas pembangunan didalamnya agar tidak mengabaikan konservasi tanah dan airnya.

  6. DAFTAR PUSTAKA

  Zona hidrologi 1 hampir keseluruhannnya berada diwilayah hilir DAS yang merupakan wilayah pemukiman terpadat dibandingkan wilayah lainnya pada DAS kuranji. Pada zona hidrologi 1 ini upaya koservasi dapat dilakukan dengan penanaman pohon-pohon pelindung pada kiri kanan jalan, fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah, kantor, tempat peribadatan dan sekitar areal bandara Tabing. Selain itu perlu juga dilakukan penambahan saluran-saluran air atau drainase, hal ini dikarenakan zona 1 merupakan daerah datar yang rawan terhadap banjir genangan.

  Rencana Teknik Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Propinsi Sumatera Barat. BP DAS Agam Kuantan. Padang. Bapedalda Kota Padang. 2009. Laporan Status

  Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor. Balai Pengelolaan DAS Agam Kuantan. 2009.

  Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

5. KESIMPULAN

  adanya potensi air yang sangat besar, yakni rata-rata 18.757,69 m³/ha/th. atau sebesar 427.066.416 m³/Thn Jika dibandingkan dengan kebutuhan air untuk Rumah Tangga, Perkotaan, Pertanian dan Industri yang diproyeksikan sampai dengan tahun 2028 dengan rata-rata kebutuhan air m³/Thn, maka masih didapat sisa potensi air cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air kegiatan lainnya.

  3. Neraca air di DAS kuranji menunjukkan

  2. Dengan kondisi penggunaan lahan saat ini, rata-rata laju erosi aktual di DAS Kuranji diperkirakan sebesar 94,83 ton/ha/th. atau 2.157.689,38 ton/th. dengan erosi yang diperbolehkan di DAS Kuranji sebesar 60,90 ton/ha/th atau sebesar 1.385.768,07 ton/ha/th, maka nilai erosi aktual telah melebihi nilai erosi yang diperbolehkan (Edp), hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi lahan di wilayah DAS Kuranji.

  Karakteristik morfologi yang didominasi oleh lahan atau kelompok lahan yang tidak dapat diolah tanpa memperhatikan konservasi tanahnya, sebab 65,24 % wilayah DAS Kuranji memiliki topografi agak curam sampai dengan sangat curam

  1. DAS kuranji seluas 22.754 Ha merupakan DAS yang klasifikasinya sebagai DAS kecil memiliki karakteristik morfometri dengan kerapatan aliran sebesar 1,28 km/km², selain itu karakteristik meteorologi dengan 73,35 % wilayahnya memiliki curah hujan yang sangat tinggi.

  Berd, I. 2003 Prediksi Upaya Perbaikan Pengelolaan dan Tata Guna Lahan untuk Menekan Laju Erosi Sub DAS Hulu Batang Mahat. Makalah Seminar Nasional Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dalam Era Otonomi Daerah dan Globalisasi, bekerja sama Universitas Tridinti dengan Universitas Sriwijaya, Palembang, Mei 2-3, 2003.

  Kementerian Kehutanan. 2013. Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Nomor : P.3/V-SET//2013 Tentang Pedoman Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

  Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata guna Lahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Limantara, L.M., M.J. Ismoyo dan A. Supriyatna.

  2008. Neraca Air Bendungan Teritip Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.

  Agritech

  Vol. 16, No. 12. Hal 2376-2393 Nursidah. 2012. Pengembangan institusi untuk membangun kemandirian dalam pengelolaan DAS terpadu (studi kasus pada SWP DAS Arau Sumatera barat). Disertasi.

  Institut Pertanian Bogor. Bogor Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi, Yogyakarta.

  Thornthwaite dan Mather. 1957. Instruction and

  Tables for Computing Potential Evapotranspiration and Water Balance .

  Lingkungan Hidup Daerah Kota Padang Tahun 2009. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Padang. Padang. Publication Climatology. Vol. X no.3. Centerton. New Jersey

Dokumen yang terkait

MODUL MATEMATIKA UNTUK SMA

0 0 8

PERANAN SWITCHING COSTS MEMODERASI HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH DEPOSITO BANK BNI CABANG SUNGAI PENUH ARTIKEL

0 0 12

1 PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI SUMATERA

1 2 28

PENGARUH PRODUK POLITIK, PROMOSI POLITIK, DAN CITRA KANDIDAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PARIAMAN DENGAN KEPERCAYAAN KONSTITUEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ARTIKEL

0 0 15

PENGARUH DUKUNGAN ORGANISASI DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PUSKESMAS DI KOTA SUNGAI PENUH

2 5 14

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI MODERASI

0 0 19

1 PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ARTIKEL

0 0 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, PARTISIPASI, KOMUNIKASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN UNTUK PERUBAHAN (STUDI PADA GURU SD DI KECAMATAN SIPORA UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI) ARTIKEL

0 1 11

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN BEBAN KERJA GURU TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN STRES KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 1 16

PENGARUH CITRA INSTANSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DENGAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA UPTD PELAYANAN PENDAPATAN PROVINSI DI KOTA SUNGAI PENUH ARTIKEL

0 0 15