TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID TUA MINANGKABAU DI LUHAK NAN TIGO ( Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh Kota ) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2

TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID TUA MINANGKABAU DI LUHAK NAN TIGO

( Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh Kota )

Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2

PEMBIMBING I :

IR. SYAMSUL ASRI, PhD

PEMBIMBING II : IR. SUDIRMAN IS, MT, PhD

Oleh:

RANDY MAJESTICA PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2015

TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID TUA MINANGKABAU DI LUHAK NAN TIGO (Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh Kota)

Randy Majestica, Syamsul Asri, Sudirman Is

Program Studi Teknik Arsitektur, Program PascaSarjana, Universitas Bung Hatta

E-mail : [email protected] ,

ABSTRAK

Masjid merupakan sebuah karya budaya manusia, beragamnya bentuk Arsitektur Masjid yang ada di Sumatera Barat mencerminkan kebudayaan yang beragam, penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana keberagaman Masjid itu terjadi melalui Tipologi. Tipologi adalah suatu tindakan berfikir dalam kerangka klasifikasi dan pengelompokan objek –objek arsitektur. Klasifikasi dan pengelompokan ini disusun berdasarkan kesamaan bentuk –bentuk dasar, sifat–sifat dasar, gaya/langgam, simbolisme dalam konteks sosial yang ada, serta asal –usul dan proses perkembangan bentuk arsitektur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metodologi Kualitatif Deduktif. Cara penelitian melalui pendekatan kualitatif deduktif dengan landasan teori – teori yang berkaitan dengan penelitian ini, dan kemudian di kaitkan dengan objek amatan. Penelitian dititik beratkan pada pengamatan Tipologi arsitektur Masjid –Masjid Tua yang menjadi objek amatan sebanyak 6 objek Masjid Tua. Dari pengamatan tersebut data akan di olah dan kemudian dikelompokkan berdasarkan elemen –elemen Tipologi menurut teori yang ada. Melalui analisa ini maka akan dirumuskan pengelompokan elemen –elemen Tipologi hasil dari penelitian tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat seperti apa Tipologi arsitektur Masjid tua yang ada di Minangkabau. Serta bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi Tipologi arsitektur Masjid di Minangkabau. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini memberikan informasi pentingnya warisan budaya Arsitektur Masjid Tua Minangkabau serta dapat menjadi pedoman bagi Praktisi dalam pembangunan Masjid nantinya.

Kata kunci : Tipologi Arsitektur, Klasifikasi, Warisan Budaya

ARCHITECTURAL TYPOLOGY MINANGKABAU OLD MOSQUE IN LUHAK NAN TIGO (Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh Kota)

Randy Majestica, Syamsul Asri, Sudirman Is

Program Studi Teknik Arsitektur, Program PascaSarjana, Universitas Bung Hatta

E-mail : [email protected] ,

ABSTRACT

The mosque is a masterpiece of human culture , the diversity of forms of mosque architecture in West Sumatra reflects the diverse cultures , this study is intended to look at how the diversity of the mosque took place through Typology. Typology is the act of thinking in terms of classification and grouping objects of architecture . Classification and grouping is based on similarity of basic shapes , traits , style, symbolism in a social context , as well as the origin and development process of architectural forms . This study used a qualitative methodology of deductive . How to research through a qualitative approach to the runway deductive theories related to this study , and then associated with the observed objects . Research emphasis on architectural typology observation old mosques that became the object of observation as much as 6 old mosque . From these observations the data will be processed and then grouped according to the typology of the elements according to existing theories . Through this analysis it will be formulated grouping the elements typology of the research results. The aim of this study was to see what kind of architectural typology old mosque in Minangkabau . And how factors affecting the architectural typology of the mosque at Minangkabau . The benefits expected from this research is to provide information about the importance of the cultural heritage of the old mosque architecture Minangkabau and can serve as guidelines for practitioners in the construction of the mosque .

Keywords: Architectural Typology , Clasification, Cultural Heritage

BAB I. PENDAHULUAN

Arsitektur Masjid Tua Minangkabau di

Luhak Nan Tigo “.

I.1. Latar Belakang

Masjid merupakan sebuah karya

I.2. Rumusan Masalah

budaya manusia, beragamnya bentuk Ada pun beberapa maksud dan Arsitektur Masjid yang ada di Sumatera

tujuan dari penulis, antara lain : Barat mencerminkan kebudayaan yang

Pertanyaan Penelitian :

beragam. Masjid bagi

1. Seperti apa Tipologi arsitektur Minangkabau

masyarakat

Masjid Tua Minangkabau, kebudayaan suatu daerah ( nagari ). Pada

merupakan

cerminan

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi dasarnya Masjid berfungsi sebagai tempat

Tipologi arsitektur Masjid Tua beribadah, selain itu Masjid dapat juga

Minangkabau.

berfungsi sebagai tempat Upacara Adat,

Manfaat Penelitian

dan Upacara Kenagarian. Beragamnya Dapat memberikan informasi kepada bentuk Arsitektur Masjid disumatera Barat

masyarakat tentang sejarah Masjid dan menunjukan adanya beragam Tipologi

keberagaman Masjid-Masjid di Sumatera Arsitektur Masjid. ( Jonny Wongso 2009 )

Barat. Dapat memberikan informasi Saat ini beberapa Masjid tua yang

pentingnya warisan budaya Arsitektur ada disumatera barat masih dapat

Masjid Tua Minangkabau.

digunakan oleh masyarakat. Berdasarkan Dapat memberikan informasi kepada inventarisasi Balai Pelestarian Peninggalan

Praktisi tentang warisan budaya Arsitektur Purbakala

Masjid Tua Minangkabau. dan juga dapat Batusangkar) dalam Buku yang berjudul

Batusangkar

(BPCB

menjadi pedoman bagi Praktisi dalam Masjid – Masjid Kuna di Sumatera Barat,

pembangunan Masjid nantinya.

Riau, dan Kepulauan Riau yang

I.3. Tujuan Penelitian

diterbitkan tahun 2005, jumlah Masjid Tua Penelitian ini menekankan pada

yang ada di Sumatera Barat Sebanyak 25 pemahaman perbandingan dari teori-teori

unit, dan dari 25 unit ini, 6 unit yang telah ada dan menemukan benang

diantaranya merupakan Surau. Pada merah dari telaah tersebut. Diawali dengan

umumnya Masjid yang ada berusia diatas mengumpulkan teori-teori yang merujuk

80 tahun. pada Tipologi arsitektur. Kemudian

Banyaknya keberagaman Masjid mencoba merumuskan permasalahan, yang ada di Sumatera Barat, serta Masjid-

mengolah data dan dianalisis berdasarkan Masjid di Nagari yang merupakan salah

teori terkait. Tujuan dari penelitian ini satu syarat pembentuk perkampungan

untuk melihat seperti apa Tipologi Minangkabau, penelitian ini dimaksudkan

arsitektur Masjid tua yang ada di untuk melihat bagaimana keberagaman

Minangkabau. Serta bagaimana faktor- Masjid itu terjadi. Untuk membatasi

faktor yang mempengaruhi Tipologi lingkup penelitian ini, Masjid-Masjid yang

arsitektur Masjid di Minangkabau. akan diamati adalah Masjid yang yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA berada di Luhak Nan Tigo. Dari latar

II.1. Pengertian Tipologi

belakang diatas, Judul dari penelitian ini Tipologi adalah studi tentang tipe

dapat disimpulkan yaitu “ Tipologi untuk membuat klasifikasi-klasifikasi yang dapat disimpulkan yaitu “ Tipologi untuk membuat klasifikasi-klasifikasi yang

2. Susunan Ruang

Tipe berasal dari kata Typos (bahasa

3. Struktur Bangunan

Yunani), yang

II.2.3. Kajian Tipologi Berdasarkan gambaran (imej), atau figur dari sesuatu.

bermakna

impresi,

façade bangunan

Secara umum, tipe sering digunakan untuk Komposisi suatu façade, dengan menjelaskan bentuk keseluruhan, struktur,

mempertimbangkan semua persyaratan atau karakter dari suatu bentuk atau objek

fungsionalnya (jendela, pintu, sun shading, tertentu. Bila ditinjau dari objek bangunan,

bidang atap) pada prinsipnya dilakukan Tipologi terbagi atas tiga hal pokok, yaitu

dengan menciptakan kesatuan yang site (tapak) bangunan, form (bentuk)

harmonis dengan menggunakan komposisi bangunan, dan organisasi bagian – bagian

yang proporsional, unsur vertikal dan bangunan tersebut.

horisontal yang terstruktur, material,

II.2. Kajian Tipologi warna dan elemen-elemen dekoratif. Hal

lain yang tidak kalah penting untuk Perspektif Imu Arsitektur

II.2.1. Kajian Tipologi

Berdasarkan

mendapatkan perhatian yang lebih adalah Tipologi dapat didefinisikan sebagai

proporsi bukaan-bukaan, tinggi bangunan, sebuah konsep yang memilah sebuah

keseimbangan kelompok objek berdasarkan kesamaan

prinsip

perulangan,

komposisi yang baik, serta tema yang sifat-sifat dasar, atau dapat diartikan pula

tercakup ke dalam variasi (Krier1988:72). bahwa Tipologi adalah tindakan berfikir

Menurut Krier (1988:78) elemen- dalam rangka pengelompokkan. Tipologi

elemen arsitektur pendukung façade. akan mengarah pada upaya untuk

Façade beradaptasi dengan cuaca karena mengkelaskan, mengelompokkan atau

adanya ornamen di atas tembok (teritisan mengklasifikasikan berdasar aspek atau

atap dan sun shading), yaitu teritisan atau kaidah tertentu. Aspek tersebut antara lain:

biasa disebut sun shading. Menurut 1). Fungsi (meliputi penggunaan ruang,

Lippsmeier (1980:74-90) elemen façade struktural, simbolis, dan lain-lain);

dari sebuah bangunan yang sekaligus merupakan komponen-komponen yang

2). Geometrik (meliputi bentuk, prinsip mempengaruhi façade bangunan adalah: tatanan, dan lain-lain); dan

1). Atap;

3). Langgam (meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau kekuasaan,

2). Dinding; dan

etnik dan budaya, dan lain-lain).

3). Lantai.

II.2.2. Kajian Tipologi Berdasarkan Gaya Berdasarkan kepada seluruh paparan Bangunan.

di muka, maka dapat disimpulkan bahwa Pengertian gaya/langgam merujuk

Tipologi adalah suatu atau tindakan hal yang lebih spesifik, yaitu menyangkut

berfikir dalam kerangka klasifikasi dan karakteristik atau ornamentasi arsitektur

pengelompokan objek – objek arsitektur. yang khas, pada waktu tertentu, periode

Klasifikasi dan pengelompokan ini disusun tertentu, daerah tertentu, ataupun orang

berdasarkan kesamaan bentuk – bentuk tertentu.

dasar, sifat – sifat dasar, gaya/langgam, Ada 3 macam komponen antara lain :

simbolisme dalam konteks sosial yang ada,

1. Bentuk Bangunan serta asal – usul dan proses perkembangan

bentuk arsitektur.

kembangnya masyarakat dan peradaban Islam. Bangunan Masjid dipengaruhi gerakan Islam Tradisional yang diwakili oleh NU dan gerakan Islam Modernis yang diwakili antara lain Muhammadiyah. Dua

gerakan ini mewakili doktrin keagamaan

yang secara teologis sesungguhnya

dipertemukan dalam dasar – dasar dan

konsep fundamental keagamaan yang sama. Perbedaan yang terjadi diduga

memberi pengaruh terhadap perbedaan arsitektur Masjid.

Penggunaan kubah pada Masjid meminggirkan arsitektur tradisional di

Indonesia. Arsitek terkemuka dalam Early Muslim Architecture, mengatakan bentuk

pertama Masjid Madinah (Masjid Nabawi) belum menggunakan kubah. Desain

Gambar II.1. Skema penentuan variabel penelitian

Masjid pertama umat islam itu sangat Sumber : analisa penulis 2015 sederhana, “ hanya berbentuk segi empat

II.3. Pengertian Masjid

pembatas di Saifullah, A ( 1989 ) menyatakan

Masjid dapat diartikan secara luas dan Pada tahun 1947, penelitian

sempit, dijelaskanya bahwa menurut hadist Belanda G.F. Pijper telah meyebutkan

yang diriwayatkan oleh Tarmizi dari Abi bahwa tipe bentuk Masjid di Indonesia

Said Al Chudri bahwa setiap potong tanah berasal dari Masjid Jawa. Menurutnya ada yang ada dimuka bumi ini adalah Masjid, enam karakter umum tipe Masjid Jawa itu kecuali perkuburan dan pemandian umum.

yakni :

Dalam hadist lain Rasullullah SAW bersabda bahwa seluruh bumi sudah

1. Berdenah bujur sangkar,

dijadikan Masjid bagiku ( tempat sholat ) Lantainya langsung berada berada pada

fundamen yang masif atau tidak sehingga dalam arti yang luas Masjid – memiliki kolong lantai sebagaimana

Masjid tidak terikat pada suatu tempat

tertentu pula. Sedangkan dalam arti yang – rumah vernakular Indonesia

rumah

atau tempat ibadah berukuran kecil sempit, diterangkan melalui firman Allah

seperti langgar (Jawa), tajug (Sunda), SWT pada Q.S At Taubah ayat 108 yang

artinya „sesungguhnya Masjid yang dan bale (Banten), didirikan/dibangun atas dasar taqwa sejak

3. Memiliki atap tumpang dari dua hingga lima tumpukan yang mengerucut ke

hari pertama lebih patut kamu sembahyang

satu titik di puncaknya,

didalamnya.

II.4. Arsitektur Masjid di Indonesia Mempunyai ruang tambahan pada

sebelah barat atau barat laut untuk Masjid merupakan pusat kegiatan

mihrab,

ibadah umat Islam. Masjid berfungsi sebagai

pendukung

tumbuh

dan

5. Mempunyai berada baik pada sebelah dari pelepah dan daunnya. Denah Masjid depan (timur) atau samping yang biasa

pada kondisi awal relatif berbentuk bujur disebut surambi atau surambi (Jawa)

sangkar yang kemudian menjadi panutan atau tepas Masjid (Sunda), dan

bagi dibangunnya Masjid – Masjid sejenis.

II.5. Pengaruh Perkembangan Arsitektur Masjid yang dikelilingi pagar pembatas

6. Memiliki ruang terbuka yang mengitari

Masjid Di Indonesia

dengan satu pintu masuknya di bagian

II.5.1. Pengaruh Arsitektur Masjid Timur muka sebelah timur. Minaret atau

Tengah dan India Terhadap menara tidak dikenal dalam arsitektur

Tipologi Masjid di Indonesia. Masjid kuno Jawa.

Perkembangan Masjid di Nusantara Secara umum bentuk atap Masjid

dengan pengaruh Masjid Timur Tengah sebelum kubah di Jawa ataupun di

dan India beberapa perbedaan orientasi Nusantara menggunakan langgam tajug

faham keislaman basis masyarakat atau tumpangan susun 3 atau kelipatan

pendukungnya. Seperti pada Masjid di ganjil. Pengaruh arsitektur modern, dengan

Jawa yang banyak mengalami perubahan campur tangan orang Eropa, juga terdapat

dengan perombakan yang sangat banyak pada Masjid tua Palembang, yang

pada bentuk fasadenya. Pilar – pilar yang dibangun masa kekuasaan Sultan Mahmud

memiliki lengkung lebar di serambi Baddarudin I (1724 – 1757). Pada abad ke

dihilangkan digantikan deretan pilar kecil – 19, ketika mengunjungi Palembang

dengan lengkung yang lebih kecil, dinding sudah memiliki kubah, yang mungkin

bangunan depan ditinggikan hingga ditambahkan setelah bertahun – tahun

menutup setengah atap tajuk. Menara di Masjid itu berdiri. Kubah itu, yang terbuat

depan dihilangkan. Selain itu, terdapat dari daun kelapa, berada di atas menara.

penambahan bangunan kotak yang Kubah menjadi bagian arsitektur

menjorok ke depan di bagian serambi yang identik dengan Masjid – Masjid di

Masjid dan diberi kubah di atasnya. Nusantara, karena dianggap kuno “gaya

Ketinggian kubah tersebut sedikit lebih arsitektur Indonesia kuno Nasional ”.

rendah dari atap tajuk dan berdiri Bentuk

berdampingan dengan atap tajuk. Karena diaplikasikanterhadap Masjid ini pada saat

letaknya yang berada di depan maka kubah itu dapat dijumpai pada bangunan –

ini sedikit menutupi pandangan atap tajuk bangunan Masjid timur Tengah dan India

jika dilihat dari depan Masjid. dengan ciri khas dinding depan Masjid

Serambi Masjid yang semula terbuka yang tinggi dengan hiasan ornamen

kemudian ditutup dengan dibangun reliefnya dan busur/pelengkung ditopang

tembok pembatas yang tidak tinggi dengan dengan pilar yang sangat banyak, selain itu

bukaan yang terbentuk dari lengkungan adanya kubah, menara/minaret yang

setengah lingkaran yang ditopang oleh memiliki balustrade dan menjulang tinggi.

kolom – kolom kecil dan semakin rapat. Bentuk Masjid awal sebagaimana

Bangunan tambahan yang berfungsi menurut sejarah adalah sebuah bangunan

sebagai pintu masuk setelah pagar sederhana berlantaikan tanah, dinding

halaman. Dengan tampilan demikian terbuat dari tanah yang dikeringkan,

semakin muncul kesan tertutup serta tiangnya dari batang kurma dan atapnya

secara eksplisit menimbulkan kesan yang secara eksplisit menimbulkan kesan yang

atau meru karena pengaruh hindu, bentuk Bentuk tampilan fasade yang

atap kubah karena pengaruh Timur Tengah diaplikasikan terhadap Masjid ini pada saat

yang dibawa para Kyai/Ulama masa itu dapat di jumpai pada bangunan –

lampau sesudah naik Haji. Bentuk kubah bangunan Masjid di Timur Tengah dan

selanjutnya menjadi simbol utama bahkan India dengan ciri khas dinding depan

“merk” tradisionalitas Masjid, sehingga Masjid yang tinggi dengan hiasan ornamen

kubah dipakai tidak selalu karena alasan reliefnya dan busur/pelengkung ditopang

penanda Masjid dengan pilar yang sangat banyak, selain itu

fungsional

tetapi

menggantikan memolo. Tajuk dan kubah adanya kubah, menara/minaret yang

merupakan langgam pengaruh Hindu memiliki balustrade dan menjulang tinggi.

(meru atau candi) serta Islam (kubah dan

lengkungan pada elemen arsitektur Tradisionalitas Dan Modernitas di

II.5.2. Pengaruh

Arsitektur

Masjid

tersebut Tipologi Masjid Tradisional Jawa. Indonesia

Yang kemudian secara turun temurun Asal – usul arsitektur dan proses

diikuti oleh masyarakat Islam tradisionalis perkembangannya saat ini, sering dilihat

ada usaha pembaruan. Sebaliknya, dalam sudut pandangan yang berbeda,

modernitas bentuk atap diperlihatkan yaitu objek arsitektural dianggap sebagai

dengan bentuk – bentuk yang non- sesuatu yang unik orisinal, keran

simbolik tidak terika t sebagai “merk” dan merupakan ekspresi yang dipikirkan oleh

lebih didasarkan kepada pertimbangan pembuatnya. Secara metodologi, untuk

perancangan rasional dan ide – ide. bisa merumuskan suatu Tipologi arsitektur

BAB III. METODE PENELITIAN dalam arti klasifikasi dan pengelompokkan

III.1. METODE PENELITIAN bangunan berdasarkan tipe – tipe tertentu.

III.1.1. Jenis Penelitian

Tradisionalitas bentuk dasar arsitektur

menggunakan Masjid umunya diperlihatkan dengan

Penelitian

ini

kualitatif, bentuk – bentuk denah persegi / bujur

pendekatan

rasionalistik

bertolak dari kerangka teoritik penelitian, sangkar, dengan serambi di mukanya,

teori – teori yang dikenal dan buah pikiran bagian utama adalah bujur sangkar dalam,

kemudian yang biasanya memiliki empat kolom

dikonstruksikan menjadi sesuatu yang (sakaguru) untuk mendukung atap. Meski

mengandung sejumlah problematik yang kolom ini sekarang digantikan dengan

perlu diteliti lebih lanjut (Muhajir, 1996 elemen lain karena perkembangan

sit. Darmawan & Ratnatami, 2005). teknologi, namun simbolik Tipologi ini

III.1.2. Lingkup Penelitian

tetap dipakai pada tradisionalitas Masjid,

penelitian dalam sebaliknya

Lingkup

penyelesaian penulisan ini adalah sebagai menghadirkan bentuk dasar yang historis,

tak memiliki keterkaitan terhadap bentuk Pada dasarnya Sumatera Barat tertentu, kecuali didasarkan pada fungsi – memiliki beberapa Masjid tua yang masih

fungsi sesuai dengan analisis kebutuhan. digunakan dan masih berdiri dengan

Tradisionalitas Tipologi bentuk megahnya saat ini. Namun untuk dasar atap biasanya diperlihatkan dengan

membatasi penelitian ini agar lebih fokus, membatasi penelitian ini agar lebih fokus,

III.1.4. Alat dan Bahan Penelitian beberapa pertimbangan antara lain:

Dalam penelitian ini digunakan alat

1. Masjid yang dijadikan sebagai objek – alat dan bahan penelitian, antara lain : penelitian adalah Masjid Tua di

1. Media komputer dengan perangkat Sumatera Barat yang terdaftar sebagai

berguna untuk bangunan cagar budaya di Balai

softwarenya,

memindahkan data secara digital, Pelestarian Peninggalan Purbakala

sketsa komputer maupun untuk Batusangkar ( BPCB Batusangkar ),

pengetikan hasil penelitian. secara keseluruhan Masjid yang ada

2. Berbagai macam data sumber dari sebanyak 25 unit Masjid dan 6 unit

metoda identifikasi yang telah ada. Surau. Namun untuk pembahasan

3. Data – data, foto – foto identifikasi pada penelitian ini sebanyak 6 unit

pada masa lalu sebagai perbandingan. Masjid saja.

4. Buku – buku referensi yang

2. Lokasi penelitian di Sumatera Barat, mendukung jalannya penelitian. terkait dengan judul Masjid Tua

III.1.5. Cara Penelitian

Minangkabau, lokasi penelitian dari

1. Studi pusaka mengenai sejarah tiga luhak yaitu Luhak Agam, Luhak

arsitektur masjid dan teori tipologi Limapuluh Kota, Luhak Tanah Datar.

masjid.

3. Elemen – elemen yang akan menjadi

2. Observasi lapangan pada lokasi objek dan yang akan dilakukan

pengamatan yang telah ditentukan. penelitian

diantaranya,

Tapak

antara lain:

Bangunan, Denah Bangunan, Tampak

a. Menginventarisir kebutuhan alat – Bangunan, dan Struktur Bangunan.

alat survey untuk mendukung Metode penelitian yang digunakan

kegiatan lapangan

dalam penelitian ini adalah Metodologi

b. Menentukan jumlah sebaran Kualitatif Deduktif ( Rasionalistik ). Cara

masjid amatan yang akan penelitian melalui pendekatan kualitatif

disurvey

deduktif dengan landasan teori – teori

c. Menyusun format kebutuhan data yang berkaitan dengan penelitian ini, dan

yang akan diambil dan diamati di kemudian di kaitkan dengan objek amatan.

lapangan seperti fisik dan non –

III.1.3. Fokus Penelitian

fisik

d. Menyusun langkah mengenai pengamatan Tipologi arsitektur Masjid –

Penelitian dititik beratkan pada

pengukuran fisik masjid amatan Masjid Tua yang menjadi objek amatan.

dengan Dari pengamatan tersebut data akan di

dilapangan

mempergunakan alat ukur manual olah dan kemudian dikelompokkan

e. Memindahkan data pengukuran berdasarkan elemen – elemen Tipologi

untuk dijadikan menurut teori yang ada. Melalui analisa ini

dilapangan

sebagai gambar dan laporan. maka akan dirumuskan pengelompokan

3. Analisa dari data yang diperoleh elemen – elemen Tipologi hasil dari

dilapangan

penelitian tersebut. Tahap ini adalah bagaimana menganalisa data – data fisik dan non– fisik yang telah diperoleh dijadikan penelitian tersebut. Tahap ini adalah bagaimana menganalisa data – data fisik dan non– fisik yang telah diperoleh dijadikan

Berikut Masjid Tua yang berada di dikembangkan sebagai

survey

yang

Sumatera Barat yang menjadi sampel atau menganalisa dari tujuan penelitian.

alat

untuk

objek amatan berdasarkan daftar yang di

4. Menarik kesimpulan

Pelestarian Dari analisa untuk dijadikan sebagai

Peningggalan Purbakala ( BPPP ) / Balai Guidelines. Panduan atau arahan yang

Peningggalan Cagar Budaya Wilayah telah didapat dari analisa tersebut

Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau. dijadikan sebagai alat pada pengambilan

(25/BCB- kesimpulan

1. Masjid

Lima Kaum,

TB/SMB)

penelitian. Masjid Lima Kaum termasuk Masjid BAB IV. DATA DAN ANALISA

tertua di KAB. Tanah Datar. Denahnya

IV.1. DATA berbentuk bujur sangkar. Lantainya berupa

IV.1.1. Masjid Tua di Luhak Nan Tigo ( lantai panggung dari bahan kayu. Jendela –

Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, jendela pada dinding – dindingnya sudah

Luhak Limo Puluh Koto ) diganti dengan kaca nako. Bagian yang masih benar

– benar asli adalah tiang – tiang utamanya sebanyak 25 tiang yang

melambangkan jumlah ninik mamak dan

penghulu yang ada dinagari lima kaum. Adapun tiang gantung ( tiang atas ) yang

Luhak 50

Luhak

berjumlah 15 melambangkan banyaknya

Koto

Agam

iman dan khatib.

Luhak

Tanah

Gambar IV.2. Masjid Lima Kaum

Sumber : Survey Lapangan 2015

Atap Masjid berbentuk tumpang bersusun lima. Pada atap kelima, bagian

atasnya terdapat puncak Masjid seperti pada puncak menara.

2. Masjid Bingkudu, (67/BCB-TB/SMB) Masjid Jami‟Bingkudu merupakan salah satu Masjid tua yang terdapat di Sumatera Barat. Bangunan Masjid yang terletak pada ketinggian 1.050 m di atas

permukaan laut ini, dibangun di atas

Gambar IV.1. Peta Luhak Nan Tigo

sebidang tanah seluas 60 x 60 m, dengan

Sumber : Tambo Minangkabau dan Adatnya, oleh Ahmad Dt

luas bangunan 21 x 21 m. Masjid ini

Batuah 1956 Batuah 1956

mempunyai atap tumpang tiga dari bahan Sementara arsitekturnya mengikuti corak

seng dengan kemuncaknya berupa rumah panggung dengan ketinggian sekitar

mustoko yang runcing di atas. Antara atap

19 m. Masjid tersebut diperkirakan berdiri atas dengan bawahnya diberi dinding sejak tahun 1823 di Kampung Tigasuro.

papan yang berhiaskan ukiran matahari, Pendirian Masjid merupakan hasil

sedangkan antara atap tengah dengan kesepakatan (musyawarah) masyarakat

bawahnya juga diberi pembatas dinding setempat yang diprakarsai oleh Inyiak

papan, tetapi polos.

Lareh Candung yang bergelar Inyiak Basa

4. Masjid Pincuran Gadang, (76/BCB- (H. Salam).

TB/SMB)

Bagunan Masjid ini dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 0,5 m, panjang 28 m dan lebar di sisi selatan. Bagian mihrab berukuran 7,5 x 4,5 m. Serambi depan berukuran 5,25 x 5 m. Pada bagian tengah ruang utama terdapat 9 tiang dari bahan kayu yang posisinya secara persegi

Gambar IV.3. Masjid Raya Bingkudu

konsentris terhadap sebuah tiang utama

Sumber : Survey Lapangan 2011

yang berada di tengah ruangan. Tiang

3. Masjid Gadang Balai Nan Duo, utama tersebut berhias ukiran bunga dan

(344/BCB-TB/SMB )

kaligrafi Arab yang distilir.

Masjid Gadang Balai Nan Duo

informasi dari merupakan suatu kompleks yang terdiri

Berdasarkan

masyarakat setempat, bangunan Masjid ini dari beberapa bangunan. Bangunan utama

dibangun pada sekitar tahun 1885. adalah Masjid yang berada pada bagian

tengah, perpustakaan, rumah garin WC di

sebelah timur ( depan Masjid ), dan TPA

di sebelah selatan Masjid. Sebuah

bangunan dari bahan bata berbentuk

kerucut berada di sisi barat dekat mihrab

dan sebuah garpu jaga terletak di dekat

pintu masuk lokasi Masjid.

Gambar IV.5. Masjid Tuo Pincuran Gadang Sumber : Survey Lapangan 2015

5. Masjid Rao – Rao, (06/BCB-TB/SMB) Masjid ini berlokasi sekitar 5 km dari Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar Kearah Baso Kabupaten Agam. Masjid ini

dilbangun pada tahun. Atap Masjid berbentuk atap tumpang bersusun empat,

Gambar IV.4. Masjid Gadang Balai Nan Duo

hal ini melambangkan empat suku yang

Sumber : Survey Lapangan 2011

ada di nagari Rao - Rao, yaitu Caniago,

Bendang Mandailing, Koto Piliang, dan Gurun, yaitu Bendang, Koto Anti, Piliang, Petapang Koto Ampek. Menara Masjid

koto, dan Patapa. Pada bagian dalam memakai gonjong sejumlah 4 buah yang

Masjid terdapat 4 tiang, yang menurut juga melambangkan keempat suku

penjaga Masjid, tiang tersebut tidak tersebut. Pintu masuk Masjid berjumlah 4

memakai besi sebagai penyangg tetapi buah, tiang pada bagian utama Masjid 4

menggunakan bambu sebagai penyangga. buah, dan tiang di depan mihrab juga 4

Pintu masuk pada Masjid ini terdapat 2 buah. Kesemuanya ini juga melambangkan

buah dengan jendela berjumlah 6 buah. keempat suku yang ada.

IV.2. Analisa dan Temuan

IV.2.1. Tapak Bangunan / Site Plan Tapak bangunan atau biasa disebut juga site bangunan merupakan letak bangunan pada lokasi atau tapak yang ada. Letak bangunan ini bertujuan untuk menentukan orientasi bangunan terhadap site.

Masjid Lima Kaum (Luhak Tanah

Gambar IV.6. Masjid Rao

– Rao Setelah diperbaiki

Datar)

Sumber : Survey Lapangan 2015

a. Masjid terletak dekat dengan (07/BCB-TB/SMB)

6. Masjid Sa‟adah, Kab. Tanah Datar

permukiman masyarakat. Masjid Sa'adah mulai dibangun

b. Memiliki dua buah pintu masuk tanggal 1 januari 1910 dan muiai dipakai

utama site berupa gerbang yaitu pada sebagai tempat ibadah pada tanggal 1

sisi kanan dan kiri Masjid. Januari 1917. Masjid ini dibangun oleh Dt

c. Pada sisi bagian belakang Masjid Intan, seorang tokoh yang cukup kaya di

terdapat bangunan tempat wudhu Nagari Gurun pada waktu itu. Tukang

laki - laki dan perempuan yang Masjid Saa'dah dan Masjid Rao- Rao sama

dipisah.

d. Kemudian disisi yang sama juga Saa'dah dan Rao-Rao pun hampir mirip.

orangnya, sehingga arsitektur Masjid

terdapat bangunan berlantai dua yang

bangunan penunjang (TPA dan Kantor).

merupakan

e.

Selain itu juga terdapat kolam/tabek yang berada di sisi belakang

bangunan penunjang.

f.

Beralih ke bagian depan site, pada sisi bagian kanan bangunan terdapat

satu kolam bulat seperti bak

. Masjid Sa’adah Sumber : Survey Lapangan 2015

Gambar IV.7

penampungan air,

g. Kemudian disisi kanan dan kiri bujursangkar. Bahan bangunan Masjid

Bangunan utama Masjid berdenah

mihrab pada bagian luarnya terdapat keseluruhan terbuat dari beton. Atap

dua kuburan lama. Kemudian di Masjid berupa atap tumpang bersusun lima

bagian depan pada sisi menyeberangi yang melambangkan 5 suku di nagari bagian depan pada sisi menyeberangi yang melambangkan 5 suku di nagari

f. Selain itu juga terdapat kolam/tabek umum.

yang berada di sisi belakang Masjid.

3. Masjid Gadang Balai Nan Duo (Luhak Lima Puluh Kota)

Gambar IV.8. Kondisi Eksisting Site Masjid Lima kaum Sumber : Survey Lapangan 2015

2. Masjid Bingkudu ( Luhak Agam )

Gambar IV.10. Kondisi Eksisting Site Masjid Balai Nan Duo Sumber : Survey Lapangan 2015

a. Masjid

terletak

disekitar

permukiman warga

b. Memiliki satu pintu masuk utama ke site yaitu pada sisi belakang bagian

kanan Masjid untuk akses umum,

sementara ada satu pintu masuk ke

site lagi pada bagian depan sisi kiri yang digunakan sebagian warga

sekitar.

Gambar IV.9. Kondisi Eksisting Site Masjid Bingkudu Sumber : Survey Lapangan 2011

c. Juga terdapat satu bangunan yang merupakan TPA.

a. Masjid terletak sedikit jauh dari

d.

permukiman warga Pada sisi belakang terdapat toilet dan

b. Memiliki satu pintu masuk utama ke

tempat wudhu.

e.

site yaitu pada sisi kanan Masjid, Terdapat kolam/tabek pada sekitar

tempat wudhu.

yang mana

f. Terdapat satu unit makam pada menggunakan pavinblock. bagian sisi kanan depan di sebelah

bagian

jalannya

c. Diarea pintu masuk utama terdapat

mihrab.

makam dan pos jaga,

4. Masjid Pincuran Gadang (Luhak

d. Kemudian pada sudut bagian

Agam)

belakang terdapat

bangunan

a.

penunjang, Masjid terletak sedikit jauh dari

e. Pada sisi kiri bagian belakang

permukiman warga

b. Memiliki satu pintu masuk utama ke Masjid terdapat bangunan tempat site yaitu pada sisi kiri belakang wudhu yang lama dan yang baru. Masjid, jalan masuk menuju area

Masjid curam dan berliku.

a. Masjid terletak dekat dengan menara Masjid yang berdiri kokoh,

c. Diarea pintu masuk utama terdapat

permukiman warga

b. Memiliki satu pintu masuk utama ke belakang dekat menara terdapat

d. Kemudian pada sudut bagian

site yaitu pada sisi belakang Masjid bangunan penunjang.

berupa gerbang yang sangat megah.

c. Diarea pintu masuk utama pada sisi terdapat bangunan tempat wudhu

e. pada bagian belakang Masjid

bagian kiri terdapat bangunan dua laki - laki dan tempat wudhu

lantai yang digunakan sebagai TPA. perempuan pada bagian depan

d. Pada sisi kanan terdapat tempat Masjid sisi bagian kanan.

wudhu bagi perempuan dan

f. Selain itu juga terdapat kolam disebelahnya tempat wudhu laki – pemandian dengan air yang sangat

laki.

jernih yang berada di sisi kiri

e. Kedua tempat wudhu ini dipisahkan Masjid.

oleh kolam yang cukup luas yang bisa digunakan untuk mandi pada

hari

– hari tertentu.

f. Pada sisi bagian depan atau

disebelah mihrab bagian kanan, terdapat satu bangunan penunjang

yang berfungsi sebagai kantor.

g. Disisi bagian depan mihrab terdapat beberapa unit kuburan.

6. Masjid Sa’adah ( Luhak Tanah Datar )

Gambar IV.11. Kondisi Eksisting Site Masjid Pincuran Gadang

Sumber : Survey Lapangan 2015

5. Masjid Rao – Rao (Luhak Tanah Datar)

Gambar IV.13. Kondisi Eksisting Site Masjid Sa’adah Sumber : Survey Lapangan 2015

a. Masjid terletak dekat dengan

permukiman warga

b. Memiliki satu pintu masuk utama ke site yaitu pada sisi belakang Masjid berupa gerbang yang cukup megah.

Gambar IV.12. Kondisi Eksisting Site Masjid Rao - Rao Sumber : Survey Lapangan 2015

c. Diarea pintu masuk utama pada sisi bagian kanan terdapat bangunan dua c. Diarea pintu masuk utama pada sisi bagian kanan terdapat bangunan dua

2. Masjid Bingkudu ( Luhak Agam ) kantor.

a. Denah Masjid berbentuk persegi

d. Dan di bagian samping bangunan dengan mihrab dibagian depannya kantor terdapat tempat wudhu.

berbentuk persegi panjang,

belakang ada disebelah mihrab bagian kanan,

e. Pada sisi bagian depan atau

b. Pada

bagian

penambahan Beranda bagian dalam terdapat beberapa unit kuburan.

yang berbentuk persegi delapan, juga

f. Di sisi bagian depan mihrab terdapat berfungsi sebagai menara Masjid. kolam/tabek.

c. Pintu masuk utama Masjid terdapat

g. TPA pada Masjid ini terletak di di bagian belakang dekat menara, bagian sisi sebelah kiri bangunan,

pada dua sisinya kiri dan kanan. berdiri dengan kokoh bangunan dua

d. Terdapat satu tiang utama ditengah, lantai.

dan dikelilingi 24

IV.2.2. Analisa Denah Bangunan

1. Masjid Lima Kaum ( Luhak Tanah

Datar )

a. Denah Masjid berbentuk persegi

dengan mihrab dibagian depannya berbentuk persegi panjang.

b. Pada bagian

belakang

ada

penambahan Beranda bagian dalam

yang berbentuk persegi delapan, juga

berfungsi sebagai menara Masjid.

c. Pintu masuk utama Masjid terdapat di bagian belakang dekat menara,

pada dua sisinya kiri dan kanan. Gambar IV.15.Denah Masjid Bingkudu

Sumber : Survey Lapangan 2015

3. Masjid Gadang Balai Nan Duo ( Luhak dan 66 tiang kecil.

d. Terdapat satu tiang utama di tengah

Lima Puluh Kota )

Gambar IV.14. Denah Masjid Lima Kaum Sumber : Survey Lapangan 2015

Gambar IV.16. Denah Masjid Gadang Balai Nan Duo Sumber : Survey Lapangan 2011

a. Denah Masjid berbentuk persegi

dengan mihrab dibagian depannya berbentuk

persegi

panjang.

Bangunan Masjid berbentuk empat sisi pintu masuk serta dibagian kiri persegi dengan ukuran 140 x 168

dan kanan terdapat masing – masing meter.

satu pintu.

c. Terdapat penambahan ruang disisi namun ada sedikit terasa sebagai

b. Tidak ada penambahan beranda,

kanan dan kiri mihrab, yang penanda pintu masuk.

berfungsi sebagai ruang peralatan.

d. Sebelum masuk kebagian utama di bagian belakang.

c. Pintu masuk utama Masjid terdapat

bangunan, terdapat bangunan seperti

d. Terdapat satu tiang utama ditengah Beranda, yang mengelilingi ruang dan dikelilingi 20 tiang kecil

utama.

4. Masjid Pincuran Gadang (Luhak

e. Memiliki tiang utama sebanyak 4 Agam) tiang dan tidak memiliki tiang-tiang

a. Denah Masjid berbentuk persegi

kecil

dengan mihrab dibagian depannya

berbentuk persegi.

b. Pada bagian

belakang

ada

penambahan Beranda bagian dalam yang berbentuk persegi.

c. Pintu masuk utama Masjid terdapat di bagian belakang dan terdapat dua

sisi pintu masuk.

d. Terdapat satu tiang utama dan

dikelilingi 8 tiang kecil.

Gambar IV.18. Denah Masjid Rao - Rao Sumber : Survey Lapangan 2015

Masjid Sa’adah ( Luhak Tanah Datar )

a. Denah Masjid berbentuk persegi

dengan mihrab dibagian depannya berbentuk persegi.

b. Pintu masuk utama Masjid terdapat di bagian belakang dan terdapat dua

sisi pintu masuk dibagian kiri dan

kanan terdapat masing – masing satu

Gambar IV.17. Denah Masjid Pincuran Gadang

pintu.

Sumber : Survey Lapangan 2015

c. Sebelum masuk kebagian utama

5. Masjid Rao – Rao (Luhak Tanah Datar) bangunan, terdapat bangunan seperti

a. Denah Masjid berbentuk persegi Beranda, yang mengelilingi ruang

dengan mihrab dibagian depannya

utama

berbentuk persegi.

d. Terdapat 4 tiang utama, tanpa tiang-

b. Pintu masuk utama Masjid terdapat

tiang kecil.

di bagian belakang dan terdapat dua di bagian belakang dan terdapat dua

dengan

material

papan/kayu

2. Masjid Bingkudu ( Luhak Agam )

a. Bagian dinding masih menggunakan material kayu.

b. Disetiap dinding, hampir seluruhnya di tutupi jendela, jendela yang digunakan saat ini adalah jendela

kaca pada bagian dalam dan jendela

kayu pada bagian luarnya.

c. Dibagian bawah jendela terdapat

Gambar IV.18 . Denah Masjid Sa’adah Sumber : Survey Lapangan 2015

ukiran – ukiran tradisional.

IV.2.3. Analisa Tampak Bangunan

d. Atap Masjid berbentuk atap tumpang

1. Masjid Lima Kaum ( Luhak Tanah bersusun tiga, material atap yang Datar )

digunakan adalah atap ijuk dengan kemuncaknya berupa mustoko yang

runcing di atas. Antara atap atas

dengan bawahnya diberi dinding

papan. Pada

ruang belakang

(beranda dalam) bagian atapnya berbentuk seperti puncak menara dan

atapnya berbentuk kubah.

Gambar IV.19. Tampak Masjid Lima Kaum

e. Lantai bangunan merupakan lantai

Sumber : Analisa Penulis 2015

a. Bagian dinding masih menggunakan panggung dengan material lantai material kayu.

papan/kayu

b. Disetiap dinding, hampir seluruhnya di tutupi jendela, jendela yang digunakan saat ini adalah jendela kaca nako.

c. Atap Masjid berbentuk tumpang

bersusun lima. Pada atap kelima,

Gambar IV.20. Tampak Masjid Bingkudu

bagian atasnya terdapat puncak

Sumber : Analisa Penulis 2015

Masjid seperti pada puncak menara

3. Masjid Gadang Balai Nan Duo ( Luhak dan material atap seng.

Lima Puluh Kota )

a. Bagian dinding masih menggunakan bagian atapnya berbentuk kerucut

d. Bagian puncak Masjid tersebut

material kayu.

yang pada bagian atasnya terdapat

b. Disetiap dinding, hampir seluruhnya hiasan berbentuk catra seperti yang

di tutupi jendela, jendela yang terdapat pada stupa candi. Begitu

digunakan saat ini adalah jendela juga dengan atap bagian depan atau

kayu pada bagian luarnya. bagian mihrab.

c. Bangunan Masjid Balai nan Duo mempunyai atap tumpang tiga dari bahan seng dengan kemuncaknya c. Bangunan Masjid Balai nan Duo mempunyai atap tumpang tiga dari bahan seng dengan kemuncaknya

a. Bagian dinding sudah menggunakan atas.

beton.

b. Disetiap dinding, hampir seluruhnya diberi

d. Antara atap atas dengan bawahnya

di tutupi jendela, jendela yang berhiaskan

digunakan saat ini adalah jendela sedangkan antara atap tengah dengan

ukiran

matahari,

kaca list kayu.

c. Masjid ini memiliki Beranda yang dinding papan, tetapi polos.

bawahnya juga diberi pembatas

tiap Berandanya memiliki ornamen

e. Lantai merupakan lantai panggung

yang sangat indah.

dan materialnya papan/kayu

d. Bangunan Masjid mempunyai atap tumpang tiga dari bahan seng dengan kemuncaknya

seperti atap minangkabau bergonjong 4 sisi.

e.

Pada bagian Beranda belakang bagian atapnya berbentuk seperti

puncak menara dan atapnya

Gambar IV.21. Tampak Masjid gadang Balai Nan Duo

Sumber : Analisa Penulis 2015

berbentuk kubah.

sudah Agam)

4. Masjid Pincuran Gadang (Luhak

f. Lantai

bangunan

menggunakan beton.

Gambar IV.22. Tampak Masjid Pincuran gadang Gambar IV.22. Tampak Masjid Rao - Rao Sumber : Analisa Penulis 2015

a. Bagian dinding sudah menggunakan

Sumber : Analisa Penulis 2015

6. Masjid Sa’adah ( Luhak Tanah Datar ) beton.

b. Disetiap dinding, hampir seluruhnya

di tutupi jendela, jendela yang

digunakan saat ini adalah jendela

kaca list kayu.

c. Bangunan Masjid mempunyai atap

Gambar IV.23. Tampak Masjid Sa’adah

tumpang tiga dari bahan seng dengan

Sumber : Analisa Penulis 2015

kemuncaknya berupa mustoko yang

a. Bagian dinding sudah menggunakan runcing di atas. Antara atap atas

beton.

dengan bawahnya diberi dinding

b. Disetiap dinding, hampir seluruhnya papan.

di tutupi jendela, jendela yang

d. Pada bagian mimbar atapnya berupa digunakan saat ini adalah jendela kubah dengan material seng.

kaca list kayu.

c. Masjid ini memiliki Beranda yang menggunakan beton.

e. Lantai bangunan

sudah

tiap Berandanya memiliki ornamen

5. Masjid Rao – Rao (Luhak Tanah Datar) 5. Masjid Rao – Rao (Luhak Tanah Datar)

sebagai tiang pendamping dan satu

d. Bangunan Masjid mempunyai atap tiang utama yang terdapat di tengah tumpang tiga dari bahan seng dengan

ruangan. Untuk tiang utama ini, kemuncaknya

digunakan kayu yang lebih besar minangkabau bergonjong 4 sisi.

seperti

atap

dengan diameter 75 cm yang

e. ada bagian Beranda belakang bagian lingkarannya dibentuk menjadi segi atapnya berbentuk sama seperti

enam belas. Pada bagian atas tiang bentuk atap puncak Masjid atap

lainnya, terdapat aneka ukiran yang minangkabau bergonjong.

menjadi ciri khas Masjid Bingkudu.

menggunakan menggunakan beton.

f. Lantai bangunan

sudah

c. Dinding

Masjid

material papan dengan rangka kayu.

IV.2.4. Analisa Struktur Bangunan

d. Bagian jendela bangunan saat ini

1. Masjid Lima Kaum ( Luhak Tanah berupa jendela kaca bagian dalam Datar )

dan bagian luar kayu.

e. Masjid Bingkudu memiliki lantai panggung dengan material papan dan

a. Masjid Lima Kaum memiliki lantai

panggung dengan material papan dan rangka lantai kayu.

rangka lantai kayu.

b. Struktur rangka atap yang masih menggunakan kayu, Untuk saat ini atap yang digunakan pada Masjid berupa atap seng.

c. Kemudian tiang–tiang kecil dan

bahkan tiang utama Masjid juga

Gambar IV.25. Potongan Masjid Bingkudu

menggunakan material kayu.

Sumber : Analisa Penulis 2015

3. Masjid Gadang Balai Nan Duo ( Luhak material papan dengan rangka kayu.

d. Dinding Masjid

menggunakan

Lima Puluh Kota )

Gambar IV.26. Potongan Masjid Balai Nan Duo

Gambar IV.24. Potongan Masjid Lima Kaum Sumber : Analisa Penulis 2015 Sumber : Analisa Penulis 2015

a. Struktur rangka atap yang masih

2. Masjid Bingkudu ( Luhak Agam )

menggunakan kayu,

b. Kemudian tiang – tiang kecil dan menggunakan kayu, Untuk saat ini

a. Struktur rangka atap yang masih

bahkan tiang utama Masjid juga atap yang digunakan pada Masjid

menggunakan material kayu. Tiang berupa atap ijuk.

ini diberi beberapa ornamen di

b. Kemudian tiang – tiang kecil dan

dan bagian bahkan tiang utama Masjid juga

bagian

atasnya

tengahnya. Dari 21 buah tiang, menggunakan material kayu. Di

terdapat empat buah tiang yang dalam Masjid, terdapat 53 buah tiang terdapat empat buah tiang yang dalam Masjid, terdapat 53 buah tiang

Beranda.

c. Dinding Masjid

menggunakan

material papan dengan rangka kayu.

5. Masjid Rao – Rao (Luhak Tanah Datar)

d. Bagian jendela bangunan saat ini

berupa jendela kaca bagian dalam dan bagian luar kayu.

e. Lantai Masjid ini merupakan lantai panggung dengan material papan dan rangka lantai kayu. Untuk saat ini

atap yang digunakan pada Masjid

Gambar IV.28. Potongan Masjid Rao - Rao

berupa atap seng. Sumber : Analisa Penulis 2015

a. Dinding Masjid sudah menggunakan

4. Masjid Pincuran Gadang (Luhak

beton.

Agam)

b. Tiang–tiang penopang bangunan juga sudah menggunakan beton.

Terdapat empat tiang besar ditengah – tengah bangunan dan hanya empat

tiang ini yang menopang tinggi Masjid.

c. Bagian jendela bangunan saat ini

Gambar IV.27. Potongan Masjid Pincuran Gadang Sumber : Analisa Penulis 2015

berupa jendela kaca bagian dalam

a. Dinding Masjid sudah menggunakan

dan bagian luar kayu.

beton.

d. Untuk saat ini atap yang digunakan

pada Masjid berupa atap seng, menggunakan material kayu. Satu

b. Tiang–tiang

Masjid

masih

e. Sementara itu rangka atap yang tiang

besar

ditengah –tengah

digunakan berupa kayu.

bangunan dan kemudian diapit

f. Lantai bangunan Masjid merupakan beberapa tiang yang menyokongnya,

beton tidak lagi kayu.

ada sekitar 8 tiang yang membentuk

6. Masjid Sa’adah ( Luhak Tanah Datar ) persegi mengelilingi tiang besar.

c. Bagian jendela bangunan saat ini

berupa jendela kaca bagian dalam

dan bagian luar kayu.

d. Untuk saat ini atap yang digunakan

pada Masjid berupa atap seng,

e. Sementara itu rangka atap yang

Gambar IV.29 . Potongan Masjid Sa’adah

digunakan berupa kayu.

f. Lantai bangunan Masjid merupakan

Sumber : Analisa Penulis 2015

a. Lantai dan dinding Masjid sudah beton tidak lagi kayu dan tidak lagi

menggunakan beton beton tidak lagi berlantai panggung.

kayu.

b. Tiang–tiang penopang bangunan Sebelum masuk kebagian utama

g. Masuk kedalam bangunan terdapat

juga sudah menggunakan beton. terdapat empat tiang besar ditengah

– tengah bangunan dan hanya empat dikarena Masjid sebagai pusat kegiatan tiang ini yang menopang tinggi

masyarakat. Fasilitas yang dimiliki Masjid..

seperti :

a. Memiliki pusat pendidikan agama berupa jendela kaca bagian dalam

c. Bagian jendela bangunan saat ini

untuk usia dini

dan bagian luar kayu.

b. Memiliki

bangunan penunjang

d. Untuk saat ini atap yang digunakan seperti bangunan pengelola pada Masjid berupa atap seng,

c. Memiliki kolam atau tabek sementara itu rangka atap yang

d. Memiliki pemakaman.

e. Tempat Wudhu yang terpisah dari BAB.V. TEMUAN PENELITIAN

digunakan berupa kayu.

bangunan utama Masjid. V.1.Temuan Penelitian

V.1.2. Denah Bangunan

Dari hasil pengamatan dan anlisa Bentuk denah pada Masjid amatan kemudian dikelompokkan berdasarkan

umumnya sama dengan bentuk baku elemen – elemen tipologi menurut teori

persegi. Namun jika di lihat dan diurutkan yang ada. Melalui analisa ini maka akan

berdasarkan tahun berdirinya, ada dirumuskan pengelompokan elemen –

beberapa perbedaan yang mendasar, hal ini elemen tipologi hasil dari penelitian

lah yang menjadi temuan atas amatan yang tersebut.

dilakuan. Berdasarkan hasil amatan yang

V.1.1. Tapak/Siteplan Bangunan dilakukan terhadap 6 Masjid sebagai objek Hasil temuan atas amatan yang

studi, dapat disimpulkan bahwa, seperti dilakukan pada objek studi mengenai

berikut :

1. Jika dilihat dari tahun berdirinya Minangkabau, dengan jumlah objek studi

Tipologi Arsitektur

Masjid

Tua

Masjid, Masjid yang berdiri sebelum sebanyak 6 bangunan Masjid dapat

abad ke 19 tidak memiliki beranda pada disimpulkan bahwa :

keliling bangunan, beranda hanya

berada di belakang bangunan sebagai Minangkabau salah satunya adalah

1. Pembentuk suatu

Nagari

di

pintu masuk utama, seperti Masjid memiliki Masjid Nagari. Masjid Nagari

Lima Kaum, Masjid Bingkudu, Masjid merupakan Masjid atau tempat yang

Balai Nan Duo dan Masjid Pincuran dijadikan sebagai pusat kegiatan suatu

Gadang . Berbeda dengan Masjid yang nagari, seperti kegiatan keagamaan dan

dibangunan pada abad ke 19, Masjid ini juga kegiatan adat. Oleh karena itu letak

memiliki beranda disekeling bangunan Masjid nagari biasanya berada dekat

seperti terlihat pada Masjid Rao – Rao, dengan permukiman atau mudah

dan Masjid Sa’adah.

2. Jika dilihat dari sirkulasi bangunan, dilakukan letak Masjid – Masjid yang

diakses. Dari hasil amatan yang

Masjid yang berdiri sebelum abad ke 19 menjadi objek amatan berada dekat

hanya memiliki satu sisi entrance yaitu dengan permukiman warga, meskipun

dari sisi belakang, seperti Masjid Lima ada dua Masjid yang letaknya sedikit

Kaum, Masjid Bingkudu, Masjid Balai jauh namun masih mudah diakses.

Nan Duo dan Masjid Pincuran Gadang .

Masjid Hampir keseluruhan Masjid amatan yang memiliki fasilitas yang sama, hal ini

Berbeda

dengan

dibangunan pada abad ke 19, Masjid ini dibangunan pada abad ke 19, Masjid ini

Balai Nan Duo dan Masjid Pincuran Rao – Rao, dan Masjid Sa’adah.

Gadang sama – sama menggunkan

3. Jika dilihat dari perletakan kolom/tiang puncak atap seperti puncak atap Masjid bangunan, Masjid yang berdiri sebelum

pada umumnya. Berbeda dengan Masjid abad ke 19 hanya memiliki satu

Lima Kaum puncak atapnya memiliki tiang/kolom utama dan di kelilingi

bangunan kecil seperti menara. Masjid kolom atau tiang – tiang kecil yang

Rao – Rao dan Masjid Sa’adah juga digunakan sebagai penopang bangunan,

berbeda dengan yang lainnya, Masjid seperti Masjid Lima Kaum, Masjid

ini puncak atapnya sudah mengadopsi Bingkudu, Masjid Balai Nan Duo dan

bangunan Masjid Pincuran Gadang . Sementara

tradisional minangkabau.

itu Masjid yang dibangunan pada abad

V.1.4. Potongan/Struktur Bangunan ke 19, Masjid ini hanya memiliki tiang

Struktur bangunan merupakan kajian utama seanyak 4 tiang/kolom tanpa

Tipologi yang menjelaskan mengenai tiang seperti terlihat pada Masjid Rao –

struktur kontruksi bangunan Masjid. Pada Rao, dan Masjid Sa’adah.

umumnya Masjid yang menjadi amatan ini