Ilanun Orang Laut dan Perdagangan di Sin
ILANUN, BAJAK LAUT DAN PERDAGANGAN DI
SINGAPURA 1833 – 1874
Oleh:
M Novaldy Kharismawan
Ilmu Sejarah
1206267721
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Depok, Desember 2013
Latar Belakang
Selat Malaka adalah pusat perdagangan internasional pada abad ke 7
hingga ke 19. Letak Malaka yang strategis berada di antara India dan Cina
sehingga banyak pedagang dari dua negara tersebut yang datang berkunjung ke
kawasan Selat Malaka. Selain karena merupakan titik temu dari India dan Cina,
Malaka juga dekat dengan derah daerah penghasil rempah seperti Maluku,
Banda dan lain lain. Pada abad ke 15 bangsa Eropa melakukan penjelajahan
samudera dengan membawa misi “ Gold Glory Gospel “ yang mana artinya
adalah mencari kekayaan, kejayaan dan menyebarkan agama.
Bangsa Eropa pertama kali mendarat di Malaka pada tahun 1511.
Adalah bangsa Portugis yang dipimpin Alfonso D’Alberqueue yang pertama
kali menginjakkan kaki di Malaka. Pada perkembanganya pada abad ke 19
seluruh Malaka berada di kekuasaan Inggris ( EIC ) dan beberapa wilayah di
Indonesia berada di tangan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada saat itu
berdiri beberapa kota dagang yang besar yaitu di salah satunya adalah Tumasik
atau Singapura. Selain berdagang dengan bangsa bangsa seperti Cina, India,
Arab dan bangsa eropa lain, Singapura juga membuka hubungan dagang
dengan kesultanan yang masih merdeka di nusantara salah satunya adalah
kesultanan Sulu yang terletak di sebelah barat daya kepulauan Filipina.
Dalam melakukan kegiatan perdagangan kota kota Imperium mendapat
suatu masalah yang besar di laut lepas, yaitu bajak laut. Bajak laut yang
terkenal pada masa itu adalah orang Ilanun yang dikenal sebagai penguasa laut
timur , orang Balangingi yang dikenal sebagai “nelayan manusia” dan orang
laut dari Dayak dan Riau.
Isi
Suku suku bajak laut di Nusantara
Suku suku maritim di Nusantara terkenal sebagai pelaut ulung, mereka
memiliki keterampilan khusus dalam berlayar baik sebagai nahkoda, ahli
navigasi maupun sebagai anak buah kapal atau kru. Keterampilan dalam
berlayar tersebut dimiliki oleh para orang orang laut karena kondisi geografis
kepulauan nusantara yang membutuhkan alat penghubung antara satu pulau
dengan pulau yang lain, cara yang dapat ditempuh untuk menghubungkan
kepulauan itu adalah dengan berlayar mengarungi samudera, sehingga lama
kelamaan suku suku maritim di Nusantara memiliki keterampilan khusus yang
membuat mereka menjadi pelaut yang ulung. Selain itu suku suku tersebut juga
mampu membuat kapal kapal dari kayu dengan kualitas yang sangat bagus.
Kemampuan mereka sebagai pelaut dan pembuat perahu yang ulung
membuat beberapa suku kemudian berlayar dan berdagang di pusat pusat
perdagangan di Nusantara. Hasil hasil laut menjadi komoditi utama suku suku
maritim di masa itu. Akan tetapi selain berdagang beberapa suku maritim
melakukan perompakan untuk mendapatkan jarahan, kapal maupun manusia
untuk dijadikan sebagai budak mereka, atau mungkin dibawa ke kota kota besar
di nusantara untuk dijual di pasar budak. Selain merompak kapal kapal, untuk
mendapatkan budak mereka juga menyerang desa desa di pinggir pantai yang
tidak berada dalam lindungan kerajaan besar.
Orang Illanun, mereka dikenal sebagai perampok dari Sulu 1 bahkan
Illanun memiliki “kemampuan khusus” dalam melakukan perampokan manusia
1 Inggris menganggap seluruh orang illanun adalah bajak laut Sulu
yang nantinya akan di jadikan budak atau slave raiding2. Nama Illanun sendiri
menunjukan asal usul dari Illanun bahwa sebenarnya adalah orang Maranao.
Illanun sendiri berarti “orang orang danau” yang berasal dari danau Lanao di
Mindanao yang kemudian bermigrasi ke tepian laut.
Selain Ilanun adapula orang Balangingi yang hidup berdampingan
dengan orang Illanun di kawasan laut Sulu. Balangingi sering disebut “nelayan
manusia”
atau the fisher of men karena keahliannya dalam melakukan
perburuan manusia3. Dalam melakukan penyerangan baik Ilanun atau
Balangingi menggunakan kapal yang disebut prahu atau perahu.
Ribuan pulau yang ada di kawasan Asia tenggara
memberikan
keuntungan bagi Ilanun maupun Balangingi untuk melakukan praktik
perampokan dan pembajakan. Jumlah pulau pulau kecil yang sangat banyak
digunakan oleh Ilanun untuk melakukan penyergapan. Selain pulau yang
banyak, angin tentu saja memiliki pengaruh bagi kegiatan Ilanun karena angin
menentukan arah armada kapal Ilanun, akan tetapi karena angin itulah pola
serangan Ilanun dapat terbaca. Belanda dan Inggris yang menguasai daerah
selat Malaka mengeluarkan peringatan bagi warga yang tinggal di daerah tepi
pantai pada bulan Agustus, September dan Oktober yang dikenal sebagai “
Pirates wind “ atau angin bajak laut karena angina pada bulan itu membawa
Ilanun menuju selat Malaka 4.
Bajak laut di kawasan Singapura
Singapura adalah kota dagang beasar yang berada di kawasan Selat
Malaka. Singapura sendiri pada abad 19 masih dikuasai oleh Inggris, yang
menguasai semenanjung Malaya. Singapura dibeli oleh EIC (east indian
2 James F Warren , The Sulu Zone, (Singapore:Singapore University
Press,1981) hal 149
3 Ibid, hal 184
4 Ibid, hal 154
company) pada tahun 1824.5 Singapura adalah kota dagang yang ramai pada
abad 19 dimana kapal kapal dari Eropa, Cina, India maupun kapal kapal lokal
bersandar di pelabuhan Singapura untuk berdagang. Akan tetapi faktor
keamanan kurang diperhatikan oleh panguasa Singapura sehingga Ilanun dapat
melakukan pembajakan di sekitar selat Malaka.
Selat Gelasa yang berada di antara pulau Bangka dan Belitung menjadi
tempat Ilanun untuk “berburu” kapal kapal dagang dari Jawa yang berlayar
menuju Malaka dan turun ke sepanjang tepian pantai di pulau Bangka dan
Belitung untuk mencari budak.6 Ilanun juga menyerang sungai untuk
menghancurkan kampung kampung dan menyerang tambang timah untuk
diambil pekerjanya yang dijadikan sebagai budak dan kemudian dijual ke pasar
budak yang ada di Makassar.
Karena jarak yang sangat jauh antara Sulu dengan Malaka, Ilanun
kemudian membuat kampung kampung di pantai Kalimantan, Sulawesi dan
Sumatera. Jarak yang jauh antara Sulu dengan Malaka menyusut oleh jaringan
komunitas kampung yang berhubungan untuk merampok. Di kampung
kampung Ilanun dapat melakuakan beberapa kegiatan seperti mengurus
tawanan mereka, tawanan dapat disimpan maupun dijual, memperbaiki armada
mereka dan melakukan serangan ke daerah yang berdekatan dengan kampung
mereka. Ilanun akan menetap pada kampung kampung hingga mereka siap
untuk kembali ke Sulu dan Mindanao
Pembajakan yang dilakukan Ilanun mengancam perdagangan di
Singapura pada abad ke 19. Ilanun termasuk bajak laut yang terorganisasi
dengan baik dan paling berbahaya karena memiliki armada besar dengan kapal
kapal bersenjata berat yang melakukan perjalanan tahunan untuk memporak
5 C. M. Turnbull , A History of Singapore 1819-1975 (Singapore:Oxford
Singapore University press,1977) hal xiii
6 James F Warren , The Sulu Zone, (Singapore:Singapore University
Press,1981) hal 158
porandakan dari kepulauan timur menuju semenanjung Malaya. 7 Pembajakan
membuat perdagangan hamper macet di seluruh semenanjung Malaya. Para
pedagang Singapura semakin enggan untuk meninitipkan barangnya karena
takut barang barangnya akan hilang dirampas oleh bajak laut dan pada 1831
pelaut dari bugis mengancam akan meninggalkan perdagangan di Singapura
jika bajak laut tidak ditekan oleh pemerintah.8
Dalam usaha untuk menekan Bajak laut pemerintah mengirimkan kapal
kapal angkatan laut kerajaan. Kapal kapal kerajaan ini dapat menekan bajak laut
secara efektif karena bajak laut belum pernah menemui armada kerajaan
sebelumnya sehingga kawasan Selat Malaka kembali aman. Akan tetapi pada
1854 serangan dari bajak laut menjadi semakin sering hingga hanya separuh
kapal yang berhasil mencapai Singapura9. Pada musim musim tertentu ada
kapal dengan persenjataan berat dan awak yang banyak tetapi kosong
meninggalkan pelabuhan Singapura. Dapat dipastikan mereka adalah bajak laut
tapi tidak ada perturan untuk menghentikan mereka. Hingga pada 1855 para
saudagar Singapura mengirimkan petisi kepada Gubernur Jenderal di India
untuk meminta perlindungan dan hak untuk menangkap mereka yang diduga
Bajak laut10.
Sejak saat itu hari hari bajak laut di selat malaka berakhir. Perjanjian
antara bangsa barat dengan Cina untuk mengatasi pembajakan ditandatangani
dan membuat semakin banyaknya angkatan laut Inggris yang berada di kawasan
Asia Tenggara dan Cina dengan tujuan menekan bajak laut di laut Cina Selatan
dan selat Malaka. Meningkatnya kekuasaan Belanda di Sumatera dan juga
perlindungan Inggris di kawasan barat Malaya membuat gagalnya pembajakan
7 C. M. Turnbull , A History of Singapore 1819-1975 (Singapore:Oxford
Singapore University press,1977) hal 41
8 ibid
9 Ibid hal 42
10 ibid
yang terjadi di wilayah Selat Malaka sehingga keamanan di pelabuhan
Singapura terjamin.
Penutup
Pembajakan yang dilakuakan Ilanun di selat Malaka membuat sejumlah
kota dagang yang berada di sekitar selat Malaka bermasalah, salah satunya
adalah Singapura yang terletak di selatan semenanjung Malaya. Ilanun yang
terorganisasi dengan baik dan tidak adanya peraturan yang memberi otoritas
untuk menangkap bajak laut membuat praktek pembajakan semakin meningkat
sehingga perekonomian menurun karena saudagar di Singapura enggan
menitipkan barangnya untuk diperdagangkan karena takut kalau barang
barangnya hilang dibajak.
Daftar Pustaka
-
Turnbull, C. M. 1977. A History of Singapore 1819 – 1975.
-
Singapura:Oxford Singapore University Press
Warren, James Francis. 1981. The Sulu Zone 1768 – 1898. Singapura :
Singapore University Press
SINGAPURA 1833 – 1874
Oleh:
M Novaldy Kharismawan
Ilmu Sejarah
1206267721
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Depok, Desember 2013
Latar Belakang
Selat Malaka adalah pusat perdagangan internasional pada abad ke 7
hingga ke 19. Letak Malaka yang strategis berada di antara India dan Cina
sehingga banyak pedagang dari dua negara tersebut yang datang berkunjung ke
kawasan Selat Malaka. Selain karena merupakan titik temu dari India dan Cina,
Malaka juga dekat dengan derah daerah penghasil rempah seperti Maluku,
Banda dan lain lain. Pada abad ke 15 bangsa Eropa melakukan penjelajahan
samudera dengan membawa misi “ Gold Glory Gospel “ yang mana artinya
adalah mencari kekayaan, kejayaan dan menyebarkan agama.
Bangsa Eropa pertama kali mendarat di Malaka pada tahun 1511.
Adalah bangsa Portugis yang dipimpin Alfonso D’Alberqueue yang pertama
kali menginjakkan kaki di Malaka. Pada perkembanganya pada abad ke 19
seluruh Malaka berada di kekuasaan Inggris ( EIC ) dan beberapa wilayah di
Indonesia berada di tangan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada saat itu
berdiri beberapa kota dagang yang besar yaitu di salah satunya adalah Tumasik
atau Singapura. Selain berdagang dengan bangsa bangsa seperti Cina, India,
Arab dan bangsa eropa lain, Singapura juga membuka hubungan dagang
dengan kesultanan yang masih merdeka di nusantara salah satunya adalah
kesultanan Sulu yang terletak di sebelah barat daya kepulauan Filipina.
Dalam melakukan kegiatan perdagangan kota kota Imperium mendapat
suatu masalah yang besar di laut lepas, yaitu bajak laut. Bajak laut yang
terkenal pada masa itu adalah orang Ilanun yang dikenal sebagai penguasa laut
timur , orang Balangingi yang dikenal sebagai “nelayan manusia” dan orang
laut dari Dayak dan Riau.
Isi
Suku suku bajak laut di Nusantara
Suku suku maritim di Nusantara terkenal sebagai pelaut ulung, mereka
memiliki keterampilan khusus dalam berlayar baik sebagai nahkoda, ahli
navigasi maupun sebagai anak buah kapal atau kru. Keterampilan dalam
berlayar tersebut dimiliki oleh para orang orang laut karena kondisi geografis
kepulauan nusantara yang membutuhkan alat penghubung antara satu pulau
dengan pulau yang lain, cara yang dapat ditempuh untuk menghubungkan
kepulauan itu adalah dengan berlayar mengarungi samudera, sehingga lama
kelamaan suku suku maritim di Nusantara memiliki keterampilan khusus yang
membuat mereka menjadi pelaut yang ulung. Selain itu suku suku tersebut juga
mampu membuat kapal kapal dari kayu dengan kualitas yang sangat bagus.
Kemampuan mereka sebagai pelaut dan pembuat perahu yang ulung
membuat beberapa suku kemudian berlayar dan berdagang di pusat pusat
perdagangan di Nusantara. Hasil hasil laut menjadi komoditi utama suku suku
maritim di masa itu. Akan tetapi selain berdagang beberapa suku maritim
melakukan perompakan untuk mendapatkan jarahan, kapal maupun manusia
untuk dijadikan sebagai budak mereka, atau mungkin dibawa ke kota kota besar
di nusantara untuk dijual di pasar budak. Selain merompak kapal kapal, untuk
mendapatkan budak mereka juga menyerang desa desa di pinggir pantai yang
tidak berada dalam lindungan kerajaan besar.
Orang Illanun, mereka dikenal sebagai perampok dari Sulu 1 bahkan
Illanun memiliki “kemampuan khusus” dalam melakukan perampokan manusia
1 Inggris menganggap seluruh orang illanun adalah bajak laut Sulu
yang nantinya akan di jadikan budak atau slave raiding2. Nama Illanun sendiri
menunjukan asal usul dari Illanun bahwa sebenarnya adalah orang Maranao.
Illanun sendiri berarti “orang orang danau” yang berasal dari danau Lanao di
Mindanao yang kemudian bermigrasi ke tepian laut.
Selain Ilanun adapula orang Balangingi yang hidup berdampingan
dengan orang Illanun di kawasan laut Sulu. Balangingi sering disebut “nelayan
manusia”
atau the fisher of men karena keahliannya dalam melakukan
perburuan manusia3. Dalam melakukan penyerangan baik Ilanun atau
Balangingi menggunakan kapal yang disebut prahu atau perahu.
Ribuan pulau yang ada di kawasan Asia tenggara
memberikan
keuntungan bagi Ilanun maupun Balangingi untuk melakukan praktik
perampokan dan pembajakan. Jumlah pulau pulau kecil yang sangat banyak
digunakan oleh Ilanun untuk melakukan penyergapan. Selain pulau yang
banyak, angin tentu saja memiliki pengaruh bagi kegiatan Ilanun karena angin
menentukan arah armada kapal Ilanun, akan tetapi karena angin itulah pola
serangan Ilanun dapat terbaca. Belanda dan Inggris yang menguasai daerah
selat Malaka mengeluarkan peringatan bagi warga yang tinggal di daerah tepi
pantai pada bulan Agustus, September dan Oktober yang dikenal sebagai “
Pirates wind “ atau angin bajak laut karena angina pada bulan itu membawa
Ilanun menuju selat Malaka 4.
Bajak laut di kawasan Singapura
Singapura adalah kota dagang beasar yang berada di kawasan Selat
Malaka. Singapura sendiri pada abad 19 masih dikuasai oleh Inggris, yang
menguasai semenanjung Malaya. Singapura dibeli oleh EIC (east indian
2 James F Warren , The Sulu Zone, (Singapore:Singapore University
Press,1981) hal 149
3 Ibid, hal 184
4 Ibid, hal 154
company) pada tahun 1824.5 Singapura adalah kota dagang yang ramai pada
abad 19 dimana kapal kapal dari Eropa, Cina, India maupun kapal kapal lokal
bersandar di pelabuhan Singapura untuk berdagang. Akan tetapi faktor
keamanan kurang diperhatikan oleh panguasa Singapura sehingga Ilanun dapat
melakukan pembajakan di sekitar selat Malaka.
Selat Gelasa yang berada di antara pulau Bangka dan Belitung menjadi
tempat Ilanun untuk “berburu” kapal kapal dagang dari Jawa yang berlayar
menuju Malaka dan turun ke sepanjang tepian pantai di pulau Bangka dan
Belitung untuk mencari budak.6 Ilanun juga menyerang sungai untuk
menghancurkan kampung kampung dan menyerang tambang timah untuk
diambil pekerjanya yang dijadikan sebagai budak dan kemudian dijual ke pasar
budak yang ada di Makassar.
Karena jarak yang sangat jauh antara Sulu dengan Malaka, Ilanun
kemudian membuat kampung kampung di pantai Kalimantan, Sulawesi dan
Sumatera. Jarak yang jauh antara Sulu dengan Malaka menyusut oleh jaringan
komunitas kampung yang berhubungan untuk merampok. Di kampung
kampung Ilanun dapat melakuakan beberapa kegiatan seperti mengurus
tawanan mereka, tawanan dapat disimpan maupun dijual, memperbaiki armada
mereka dan melakukan serangan ke daerah yang berdekatan dengan kampung
mereka. Ilanun akan menetap pada kampung kampung hingga mereka siap
untuk kembali ke Sulu dan Mindanao
Pembajakan yang dilakukan Ilanun mengancam perdagangan di
Singapura pada abad ke 19. Ilanun termasuk bajak laut yang terorganisasi
dengan baik dan paling berbahaya karena memiliki armada besar dengan kapal
kapal bersenjata berat yang melakukan perjalanan tahunan untuk memporak
5 C. M. Turnbull , A History of Singapore 1819-1975 (Singapore:Oxford
Singapore University press,1977) hal xiii
6 James F Warren , The Sulu Zone, (Singapore:Singapore University
Press,1981) hal 158
porandakan dari kepulauan timur menuju semenanjung Malaya. 7 Pembajakan
membuat perdagangan hamper macet di seluruh semenanjung Malaya. Para
pedagang Singapura semakin enggan untuk meninitipkan barangnya karena
takut barang barangnya akan hilang dirampas oleh bajak laut dan pada 1831
pelaut dari bugis mengancam akan meninggalkan perdagangan di Singapura
jika bajak laut tidak ditekan oleh pemerintah.8
Dalam usaha untuk menekan Bajak laut pemerintah mengirimkan kapal
kapal angkatan laut kerajaan. Kapal kapal kerajaan ini dapat menekan bajak laut
secara efektif karena bajak laut belum pernah menemui armada kerajaan
sebelumnya sehingga kawasan Selat Malaka kembali aman. Akan tetapi pada
1854 serangan dari bajak laut menjadi semakin sering hingga hanya separuh
kapal yang berhasil mencapai Singapura9. Pada musim musim tertentu ada
kapal dengan persenjataan berat dan awak yang banyak tetapi kosong
meninggalkan pelabuhan Singapura. Dapat dipastikan mereka adalah bajak laut
tapi tidak ada perturan untuk menghentikan mereka. Hingga pada 1855 para
saudagar Singapura mengirimkan petisi kepada Gubernur Jenderal di India
untuk meminta perlindungan dan hak untuk menangkap mereka yang diduga
Bajak laut10.
Sejak saat itu hari hari bajak laut di selat malaka berakhir. Perjanjian
antara bangsa barat dengan Cina untuk mengatasi pembajakan ditandatangani
dan membuat semakin banyaknya angkatan laut Inggris yang berada di kawasan
Asia Tenggara dan Cina dengan tujuan menekan bajak laut di laut Cina Selatan
dan selat Malaka. Meningkatnya kekuasaan Belanda di Sumatera dan juga
perlindungan Inggris di kawasan barat Malaya membuat gagalnya pembajakan
7 C. M. Turnbull , A History of Singapore 1819-1975 (Singapore:Oxford
Singapore University press,1977) hal 41
8 ibid
9 Ibid hal 42
10 ibid
yang terjadi di wilayah Selat Malaka sehingga keamanan di pelabuhan
Singapura terjamin.
Penutup
Pembajakan yang dilakuakan Ilanun di selat Malaka membuat sejumlah
kota dagang yang berada di sekitar selat Malaka bermasalah, salah satunya
adalah Singapura yang terletak di selatan semenanjung Malaya. Ilanun yang
terorganisasi dengan baik dan tidak adanya peraturan yang memberi otoritas
untuk menangkap bajak laut membuat praktek pembajakan semakin meningkat
sehingga perekonomian menurun karena saudagar di Singapura enggan
menitipkan barangnya untuk diperdagangkan karena takut kalau barang
barangnya hilang dibajak.
Daftar Pustaka
-
Turnbull, C. M. 1977. A History of Singapore 1819 – 1975.
-
Singapura:Oxford Singapore University Press
Warren, James Francis. 1981. The Sulu Zone 1768 – 1898. Singapura :
Singapore University Press