T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Peringkat Akreditasi (Studi pada Program Studi Seni Musik Fakultas Seni Pertunjukkan Universitas Kristen SatyaWacana) T2 BAB IV
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Objek
Penelitian ini dilakukan di Progdi Seni Musik,
Fakultas Seni Pertunjukkan UKSW. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode FGD pada
nara sumber kunci yang di prodi tersebut yang terdiri
dari para pengisi borang dan kaprogdi. Progdi Seni
Musik mendapatkan peringkat akreditasi C dari BANPT pada tahun 2011. Hal ini disebabkan karena adanya
beberapa
permasalahan
pada
beberapa
standar
akreditasi. Bab ini akan membahasa mengenai akar
permasalahan yang menyebabkan turunnya peringkat
akreditasi pada progdi ini. Melalui FGD yang dilakukan
maka akar permasalahan ditemukan dan kemudian
dicarikan
strategi
untuk
meningkatkan
peringkat
akreditasinya.
1.1.1 Progdi Seni Musik
Progdi
Seni
Musik
pada
Fakultas
Seni
Pertunjukkan memiliki tiga pilihan konsentrasi yaitu
Penyajian Musik, Penciptaan Musik, dan Musik Gereja.
Dalam hal ini mahasiswa diwajibkan memilih salah
satu dari tiga pilihan konsentrasi. Diharapkan profil
lulusan yang dihasilkan kelak dapat menjadi seorang
penyaji yang mumpuni sesuai dengan konsentrasi yang
dipilihnya. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka
setiap pilihan konsentrasi tentunya haruslah memiliki
tenaga
pendidik
sesuai.
Profil
yang
dosen
memiliki
yang
kemampuan
haruslah
dimiliki
yang
oleh
konsentrasi penyajian musik seharuslah memiliki gelar
pada bidang penyajian musik. Demikian halnya pada
konsentrasi
penciptaan
musik
dan
musik
gereja
dimana setiap pengajar seharuslah memiliki gelar
akademis pada bidang penciptaan musik dan musik
gereja. Hanya saja berdasarkan hasil temuan sejauh
belum ada dosen yang memiliki gelar akademis dalam
bidang penyajian musik.
Tabel 4.1Data Dosen Tetap
Jenjang Pendidikan
Jumlah
S1
-
S2 Pendidikan Seni
3
S2
Pengkajian
Seni
2
Pertunjukkan
S2 Penciptaan Seni
2
S2 Musik Gereja
2
S2 Direksi Paduan Suara
1
S3
-
Studi Lanjut
1
Total
11
Sumber:dokumen sekolah, diolah
Tabel diatas menunjukkan jumlah dosen tetap
serta gelar akademis pada bidangnya masing-masing.
Dapat dilihat prodi ini memiliki sembilan orang dosen
yang memiliki jenjang pendidikan Strata 2 pada bidang
Pendidikan
Seni,
Pengkajian
Seni
Pertunjukkan,
Penciptaan Seni, Musik Gereja dan Direksi Paduan
Suara. Terlihat juga bahwa belum ada dosen yang
memiliki gelar akademis Strata 3, serta ada 1 orang
dosen yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang
Strata 3. Pada FGD tahap 1 yang telah dilakukan
diketahui akan ada 1 orang dosen lagi yang akan
melanjutkan studi pada jenjang Strata 3. Dapat juga
terlihat pada tabel diatas bahwa belum ada dosen yang
memiliki
gelar
Penyajian
akademis
Musik.
Strata
Padahal
2
Progdi
pada
ini
bidang
memiliki
konsentrasi penyajian musik yang juga merupakan
salah satu jurusan dengan peminat yang banyak.
4.2 Hasil Penelitian
Dokumen hasil visitasi reakreditasi 2011 dan Hasil
FGD serta wawancara yang dilakukan dengan para
nara sumber kunci akan disajikan sebagai berikut:
1.2.1 Penurunan Peringkat Akreditasi Hasil Visitasi 2011
Sebelum melakukan FGD dan wawancara, peneliti
melakukan
studi
dokumenpada
Borang
Pengelola,
Borang Prodi dan Evaluasi Diri, juga pada hasil visitasi
dari Ban-PT. Pada tanggal 25-26 Juni 2011 Prodi Seni
Musik Fakultas Seni Pertunjukkan menerima visitasi
dari
BAN-PT
dalam
rangka
melakukan
proses
akreditasi Prodi dan Fakultas. Berdasarkan visitasi
tersebut Prodi Seni Musik mendapatkan akreditasi C.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
terjadi
penurunan
peringkat akreditasi dari B menjadi C. (lampiran 1)
Dari
dokumen
hasil
visitasi
assesor
pada
akreditasi 2011 peneliti menemukan bahwa terdapat
beberapa
permasalahan
pada
beberapa
standar.
Namun jika ditinjau lebih jauh maka permasalahanpermasalahan yang ada memiliki akar permasalahan
yang hampir sama satu dengan yang lainnya. Secara
ringkas peneliti mengelompokkan menjadi dua bagian
besar, yaitu pada butir 1-10 permasalah terletak pada
standar 2 tentang Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem
Pengelolaan dan Penjaminan Mutu. Sedangkan pada
butir 11-20 dapat dilihat bahwa permasalahan utama
terletak
pada
standar
Pelayanan/Pengabdian
7
tentang
kepada
Penelitian,
Masyarakat
dan
kerjasama.
1.2.2 Hasil FGD dan Akar Permasalahan Akreditasi C
Diagram Fishbone digunakan dalam penelitian ini
untuk menelusuri akar permasalahan yang terjadi pada
Progdi
Seni
Musik,
Fakultas
Seni
Pertunjukkan.
Diharapkan dengan menggunakan instrumen ini maka
akar permasalahan akan dapat diketahui, dalam hal ini
permasalahan
yang
menyebabkan
menurunnya
peringkat akreditasi pada Progdi Seni Musik, Fakultas
Seni Pertunjukkan. Arcaro (2005), diagram ini dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
komponen-
komponen masalah dan juga bentuk perencanaan baru
yang efektif dan efisien.
Pada penelitian ini dilakukan dua tahap FGD. FGD
tahap
pertama
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
mendapatkan gambaran umum penyebab turunnya
peringkat akreditasi dari B menjadi C pada Progdi ini.
Para peserta FGD adalah para narasumber kunci dari
progdi ini. Mereka adalah para pengisi borang yang
juga pemangku kebijakan pada fakultas dan progdi.
Metode
freewheeling
keleluasaan
pada
mencurahkan
dilakukan
para
pendapatnya.
untuk
nara
Satu
memberi
sumber
untuk
persatu
standar
akreditasi dibahas dan peneliti mendengarkan cerita
dan
pendapat
dari
para
nara
sumber
tentang
permasalah yang ada pada setiap standar. Setiap
pendapat dari para nara sumber dicatat dan kemudian
dikelompokkan
untuk
dimasukkan
pada
diagram
fishbone. Dari FGD tahap 1 telah ditemukan bahwa:
Pada standar 1 tentang visi, misi, tujuan dan
sasaran, serta strategi pencapaian terungkap bahwa
visi misi pada prodi ini masih kurang jelas dan tidak
terukur. Tidak terukur dikarenakan pada visi dan misi
menggunakan kata-kata yang bersifat abstrak.
Pada standar 2 tentang tata pamong, sistem
pengelolaan dan penjaminan mutu ditemukan bahwa
prodi ini belum memiliki satgas penjaminan mutu
sebagai suatu bagian dari prodi yang memantau
jalannya kegiatan akademis maupun non akademis.
Selain itu SOP pada prodi ini juga belum lengkap.
Hanya ada beberapa SOP yang telah dibuat dan
sebagian besar SOP untuk kegiatan akademik maupun
non akademik belum ada.
Pada standar 3 tentang profil mahasiswa dan
lulusan ditemukan bahwa terjadi suatu fenomena yang
oleh para nara sumber disebut sebagai “bottle neck”
yaitu penumpukkan mahasiswa pada masa akhir studi
mereka. Hal ini dianggap oleh nara sumber sebagai
dampak dari proses penyaringan awal yang kurang
baik. Menurut keterangan dari nara sumber bahwa
prodi menerima mahasiswa tanpa mempertimbangkan
kemampuan
calon
mahasiswa.
Oleh
karena
itu
kemampuan calom mahasiswa menjadi beragam dari
yang
sudah
memiliki
pengetahuan
musik
yang
memadai dari segi teori dan kemampuan praktek
bermusik sampai yang benar-benar tidak memiliki
pengetahuan teori musik dan hanya sekedar bisa
memainkan
alat
musik. Hal ini
disebabkan
oleh
dorongan finansial. Dalam hal ini pemasukkan prodi
bergantung pada jumlah mahasiswa yang masuk tiap
tahunnya. Namun hal tersebut membawa dampak
jangka panjang. Menurut nara sumber, mahasiswa
yang masuk dengan pengetahuan teori musik yang
rendah
pada
akhirnya
menemui
kesulitan
dalam
menempuh jenjang pendidikan tahap akhir, bahkan
ada yang berhenti kuliah ditengah jalan atau kesulitan
menyelesaikan tugas akhir. Hal ini berakibat pada
sedikitnya jumlah lulusan pertahun. Permasalahan
lainnya pada standar ini adalah pada penjaringan
alumni. Prodi masih belum melakukan upaya yang
serius
atau
maksimal
dalam
menjangkau
para
alumninya. Data tentang alumni masih sangat minim
karena prodi ini melakukan komunikasi dengan alumni
hanya melalui media sosial sehingga prodi ini tidak
memiliki data alumni yang lengkap.
Pada standar 4 tentang sumber daya manusia
ditemukan beberapa permasalahan tentang kualifikasi
akademik
pengajar
yang
kurang
sesuai
dengan
pemilihan konsentrasi yang ditawarkan oleh prodi ini.
Salah
satu
konsentrasi
yang
ditawarkan
adalah
konsentrasi penyajian musik tetapi belum ada dosen
yang memiliki pendidikan Strata Dua pada bidang
penyajian
musik.
Beberapa
dosen
memilik
latar
belakang pendidikan Strata Satu pada bidang Musik
Sekolah,
sehingga
mereka
memilih
untuk
menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata Dua
dengan mengambil studi tentang pendidikan musik
sedangkan
tidak
terdapat
konsentrasi
pendidikan
musik pada prodi ini. Dari FGD yang dilakukan juga
terungkap
bahwa
permasalahan
lainnya
adalah
peningkatan kualitas SDM yang lambat. Belum ada
dosen yang telah menempuh jenjang pendidikan Strata
Tiga dan hanya ada satu dosen yang berstatus studi
lanjut pada jenjang pendidikan tahap Strata Tiga.
Pada standar 5 tentang kurikulum, pembelajaran
dan suasana akademik ditemukan bahwa SAP dan
Silabus tidak lengkap. Hal ini berkaitan dengan tidak
ada
nya
penjaminan
mutu
yang
melakukan
pemantauan pada kegiatan akademik di prodi ini.
Pada standar 6 tentang pembiayaan, sarana dan
prasarana serta sistem informasi para nara sumber
mengungkapkan bahwa jumlah mahasiswa yang masuk
tiap tahunnya sedikit sehingga hal ini berpengaruh
pada jumlah pemasukan dan dana yang bisa dipakai
tiap tahunnya. Hal lainnya adalah sarana sistem
informasi yang ada belum memadai.
Lebih lanjut berdasarkan FGD ditemukan bahwa
Penelitian
dan
Pengabdian
pada
Prodi
ini
juga
terabaikan. Jumlah penelitian dan publikasi penulisan
pun kurang. Tercatat sejak akreditasi tahun 2011,
hanya ada 1 dosen yang melakukan penelitian dan
kemudian
terseleksi
untuk
dipresentasikan
pada
ICAPAS 2014 (International Conference for Asia Pacific
Arts Studies). Pengabdian kepada masyarakat juga
tidak dilakukan.
Peneliti kemudian memasukkan hasil FGD diatas
kedalam diagram fishbone. Dapat dilihat pada Gambar
4.1dihalaman berikut:
Gambar 4.1 Diagram Fishbone
Berdasarkan pada diagram fishbone diatas maka
dapat terlihat bahwa ada 3 standar yang memiliki
beberapa permasalahan yaitu standar 2, standar 4 dan
standar 7. Setelah menemukan permasalahan pada
ketiga
standar
diatas
maka
peneliti
kemudian
membandingkan hasil FGD pada diagram fishbone
diatas dengan hasil studi dokumen visitasi pada
akreditasi 2011. Pada dokumen visitasi akreditasi 2011
dimana peneliti telah mengelompokkan permasalahanpermasalahan dalam dua standar yaitu standar 2
tentang Tata Pamong, Kepemipinan, Sistem Pengelolaan
dan
Penjaminan
Mutu
serta
standar
2
tentang
Penelitian, Pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat
dan Kerjasama. Sehingga terlihat perbedaan yang
muncul antara hasil FGD dan dokumen hasil visitasi
pada reakreditasi 2011.
Peneliti kemudian melakukan perbandingan pada
Permasalahan-permasalahan yang ada pada ketiga
standar diatas dengan matrix penilaian akreditasi.
Ditemukan bahwa presentase pada standar 2 tentang
Tata Pamong, Sistem Pengelolaan dan Penjaminan
Mutu memiliki bobot poin yang tinggi yaitu 6,24%
sedangkan pada standar 4 yaitu SDM memiliki bobot
poin 21,90% dan kemudian pada standar 7 tentang
Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat dengan
bobot poin 18,78%. Dengan demikian hasil pembobotan
dari ketiga standar diatas memberi sumbangsih sebesar
46,92%
untuk
perbaikan
pada
reakreditasi
mendatangUntuk meraih peringkat akreditasi yang
maksimal maka prodi perlu memfokuskan diri pada
perbaikan ketiga standar diatas.
Setelah
bermasalah
menemukan
beserta
ketiga
bobotnya
standar
menurut
yang
matriks
penilaian akreditasi, maka FGD tahap kedua pun
diadakan.
Ketiga
bidang
beserta
permasalahan
ditampilkan pada para peserta FGD (nara sumber
kunci). Selain itu peneliti juga menampilkan prosentase
setiap standar. Para nara sumber mengemukakan
pendapat mereka tentang penyebab dari permasalahan
ketiga hal diatas. Peneliti membantu dengan memberi
simpulan akhir dari curahan pendapat para nara
sumber. Simpulan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3
tentang Akar Permasalahan Peringkat Akreditasi C.
Tabel 4.3 Akar Permasalahan Akreditasi C
Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa akar
permasalahan pada tiap standar berbeda satu dengan
yang lainnya.
1.2.3 Strategi Peningkatan Peringkat Akreditasi
Pada
FGD
memaparkan
tahap
ketiga
dua
setelah
peneliti
bidang yang bermasalah
dan
menyimpulkan akar permasalahannya, peneliti juga
memaparkan
strategi
yang
pemecahan
permasalahan.
digunakan
dalam
merupakan
singkatan
Achieavable,
telah
disusun
Metode
menyusun
dari
sebagai
SMART
strategi.
Specific,
Reliable/Reasonable,
juga
SMART
Measurable,
dan
Time
BoundSpecific berarti strategi disusun setelah melalui
proses penelitian sehingga strategi tersebut bersifat
khusus bagi prodi yang bersangkutan.
Measurable
berarti strategi yang diambil terukur. Achievableberarti
strategi yang disusun dapat dilaksanakan oleh seluruh
dosen dan staff fakultas prodi. Dalam kasus ini strategi
yang disusun tidaklah terlalu tinggi sehingga sulit
untuk
dikerjakan,
tetapi
disesuaikan
dengan
kemampuan para staff dan dosen baik ditingkat
fakultas
maupun
prodi.
Reliableberarti
dapat
diandalkan. Artinya strategi yang disusun ini membawa
pengaruh
yang
besar
bagi
peningkatan
peringkat
akreditasi. Time Bound merupakan indikator terakhir
dimana
strategi
yang
disusun
menggunakan
oertimbangan waktu. Dalam penelitian ini, strategi
yang disusun disesuaikan dengan waktu reakreditasi
yang sudah semakin dekat yaitu Agusutus tahun 2016.
Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh prodi
maka strategi yang disusun haruslah dapat terlaksana
dalam waktu yang dekat.
Tahap selanjutnya yaitu peneliti bersama-sama
dengan
para
nara
sumber
kunci
mendiskusikan
pemecahan dari permasalahan tersebut. Para nara
sumber
bersama
memutuskan
untuk
mengatasi
permasalahan pada standar 2 dengan mengagendakan
pembuatan SOP selama 3 hari penuh dimana para
dosen hanya akan fokus untuk mengerjakan SOP-SOP
yang diperlukan dan diharapkan setelah 3 hari tersebut
maka sebagian besar SOP sudah dapat tersusun.
Permasalahan pada standar 4 tentang Sumber Daya
Manusia akan diatasi dengan mendorong agar para
dosen yang telah menyelesaikan studi pada jenjang
Strata 2 agar melanjutkan studi mereka ke jenjang
Strata 3. Beberapa dosen akan dihimbau untuk mulai
menuliskan proposal penelitian mereka untuk diajukan
sebagai bahan penelitian untuk studi lanjut mereka ke
jenjang Strata 3. Permasalahan pada standar 7 akan
diatasi dengan cara mendorong penelitian kerjasama
dengan para mahasiswa bimbingan setiap dosen yang
sedang menulis tugas akhir atau skripsi mereka. Akan
diberlakukan aturan mengenai pembuatan jurnal dari
hasil tulisan tugas akhir mahasiswa. Hal ini sudah
dilakukan oleh satu orang nara sumber bersama
dengan mahasiswa bimbingannya. Selain itu peneliti
juga
menyarankan
untuk
memberlakukan
sistem
reward and punishment untuk mendorong para dosen
melakukan
suasana
penelitian.
atau
kompetitif
Hal
lingkungan
bagi
para
ini
guna
yang
dosen
membangun
mendukung
untuk
dan
melakukan
penelitian. Strategi lainnya yang ditawarkan adalah
melakukan mengelompokkan dosen yang terdiri dari
kelompok dosen peneliti dan dosen pengajar. Beban
mengajar yang diberikan pada kelompok dosen peneliti
lebih sedikit dibanding dosen pengajar, demikian juga
sebaliknya.
Hal
ini
dilakukan
guna
memberi
keleluasaan waktu pada para dosen peneliti untuk
fokus
melakukan
penelitian.
Adapun
kegiatan
pengabdian kepada masyarakat juga akan dilakukan.
Tahap
awal
yaitu
para
nara
sumber
akan
mendiskusikan tentang pengabdian kepada masyarakat
yang akan mulai dilakukan di gereja-geraja yang ada
dipedesaan.
Strategi
yang
didiskusikan
bersama
dengan para nara sumber kemudian dibagikan kepada
para dosen lainnya melalui rapat Prodi. Dekan dan
Kaprodi telah menyetujui saran dan strategi yang
ditawarkan.
Adapun strategi yang telah dirumuskan dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.4Akar Permasalahan dan Strategi
Standar
Akar Permasalahan
Strategi
2
SOP tidak lengkap
Mengadakan
karena dosen tidak
pertemuan
membuat
untuk
khusus
mengerjakan
SOP
2
4
Belum
ada
Membentuk
satgas
Penjaminan Mutu
Penjaminan Mutu
Dosen
Dekan
merasa
akan
beban tugas berat
mendorong
sehingga
dosen
sempat
tidak
membuat
proposal
untuk
melanjutkan
4
satgas
studi
untuk
mempersiapkan
agar
diri
dapat
melanjutkan studi ke
S3
jenjang S3
Belum ada pengajar
Merekrut
yang
berpotensi
memiliki
beberapa
mahasiswa
untuk
kualifikasi
nantinya
akan
Pendidikan strata 2
melanjutkan
studi
pada
strata
pada
Konsentrasi
Penyajian Musik
dua
bidang
penyajian
musik.
7
Kurangnya jumlah
penelitian/
publikasi
Memberlakukan
sistem joint research
antara pengajar dan
karya tulis serta
mahasiswa
pengabdian pada
bimbingan.
masyarakat karena
Pengabdian
dosen belum
masyarakat
memiliki
mulai
pemahaman
menyeluruh
dengan
kerja
akan
dilaksanakan
melakukan
sama
tentang Tri Darma
gereja-gereja
Perguruan Tinggi.
pendukung
salatiga
dengan
disekitar
Adapun strategi diatas disusun sebagai strategi
untuk
meningkatkan
didasarkan
pada
prestasi
akreditasi
kemampuan
prodi
dan
untuk
melaksanakan.
1. Pada FGD tahap kedua penulis menyarankan
agar pimpinan fakultas mempertimbangkan
untuk mengadakan pertemuan khusus untuk
membuat SOP dan menyelesaikan dalam 3
hari.
Selama
meluangkan
3
hari
waktu
para
penuh
dosen
harus
bersama-sama
untuk menyelesaikan SOP. Penulis melihat
bahwa menyelesaikan SOP berkaitan dengan
kemauan dan fokus dari para dosen. Dalam
hal ini penulis melihat bahwa para dosen
mampu untuk menyelesaikan semua SOP
asalkan mereka bisa fokus.
2. Satgas Penjaminan Mutu juga akan dibentuk
sebagai upaya untuk meningkatkan peringkat
akreditasi
dan
juga
untuk
melakukan
pemantauan pada kegiatan-kegiatan akademik
maupun non akademik ditingkat fakultas
maupun prodi.
3. Dekan
selaku
pimpinan
fakultas
yang
menaungi prodi juga akan mendorong para
dosen tetap untuk melanjutkan studi pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu
Strata 3.
4. Sebagai rencana jangka panjang fakultas akan
merekrut
mahasiswa
berpotensi
untuk
selanjutnya
akan
diarahkan
menempuh
pendidikan strata dua mengambil konsentrasi
penyajian musik.
5. Peneliti menawarkan 3 strategi sebagai jalan
keluar untuk mengatasi permasalahan yang
ada pada standar 7 yaitu: memberlakukan
reward and punishment bagi semua dosen
tetap
agar
penelitian
terdorong
sebagai
untuk
langkah
melakukan
awal
untuk
membangun lingkungan yang mendukung.
Strategi
kedua
yang
ditawarkan
adalah
melakukan sistem joint research bagi para
dosen pembimbing dan mahasiswa bimbingan.
Strategi ketiga ada membuat pengelompokkan
dosen yaitu dosen peneliti dan dosen pengajar.
Yang dipilih oleh para nara sumber adalah
strategi yang kedua yaitu memberlakukan
sistem joint research adalah strategi yang bisa
segera diberlakukan.
4.3 Pembahasan
Kualitas dari suatu institusi pendidikan dapat
terlihat
dari
peringkat
akreditasi
yang
diraihnya
(Brodjonegoro 2015). Dengan kata lain hasil akreditasi
suatu
institusi
pendidikan
menandakan
standar
kualitasnya. Melalui penelitian ini akan terlihat akar
permasalahan
yang
ada
pada
Prodi
Seni
Musik,
Fakultas Seni Pertunjukkan. Pada bagian ini peneliti
akan
membahas
permasalahan
yang
lebih
rinci
mengenai
menyebabkan
akar
menurunnya
peringkat akreditasi pada prodi ini. pada reakreditasi
tahun 2011 prodi ini mengalami penurunan peringkat
akreditasi dari B menjadi C. Pada bagian ini akan
dibahas mengenai akar permasalah yang menyebabkan
kekurangan poin tersebut. Alternatif strategi yang
dirumuskan dapat dipakai untuk menaikkan poin
akreditasi prodi, sehingga peringkat akreditasi B dapat
dicapai.
1.3.1 Akar Permasalahan
Ada tiga bidang penilaian matriks akreditasi yang
merupakan sumber permasalahan pada Prodi Seni
Musik,
Fakultas
Seni
Pertunjukkan.
Berikut
merupakan bidang permasalahan bersama dengan akar
permasalahan yang ada.
4.3.1.1 Sistem Pengelolaan Fungsional dan
Operasional Program Studi.
Untuk menjawab tantangan masyarakat akan
institusi pendidikan tinggi yang berkualitas maka suatu
institusi mulai mencari cara untuk mencapai suatu
komponen pengelolaan yang juga berkualitas (Sims
1995). Dalam hal ini bukan hanya berkualitas dalam
bidang akademis tapi juga pada sistem pengelolaan.
Sistem pengelolaan pada satu institusi pendidikan
tinggi mencakup planning, organizing, staffing, leading,
controlling yang haruslah dilaksanakansepenuhnya oleh
suatu institusi pendidikan.
Dalam penelitian ini ada dua masalah yang
ditemukan. Kedua masalah tersebut dibahas sebagai
berikut:
A.
Dokumen SOP Yang Tidak Lengkap
Pada penelitian ini ditemukan bahwa hanya ada
15 dokumen SOP untuk bidang akademik dan
non
akademik. Hal ini cukup mempengaruhi jumlah nilai
yang dicapai oleh prodi ini mengingat kelengkapan SOP
adalah salah satu poin penilaian dari standar kedua
tentang
tata
pamong,
sistem
pengelolaan
dan
penjaminan mutu. ditemukan pada borang bahwa
belum ada SOP dalam sistem pengelolaan fungsional
dan operasional program, oleh karena itu perlu disusun
lagi SOP untuk segala lini pengelolaan, termasuk
didalamnya SOP untuk kegiatan-kegiatan akademik
seperti pembimbingan untuk tugas akhir.
Pada FGD dipaparkan bahwa ada kondisi dimana
beberapa dosen memiliki tugas ganda, ada beberapa
dosen yang bersifat acuh tak acuh dengan kondisi
prodi. Acuh tak acuh dalam hal ini adalah beberapa
dosen tidak mau terlibat dalam kegiatan akademis
maupun fungsional pada tingkat fakultas maupun
prodi. Sehingga beban kerja yang menumpuk membuat
dosen yang bertugas membuat SOP tidak lagi memiliki
waktu untuk membuat SOP yang diperlukan. Pada
FGD
tahap
kedua
sempat
dikemukakan
untuk
menggunakan tenaga bantuan untuk mengerjakan
SOP. Dalam kasus ini prodi berencana untuk menyewa
tenaga dari pembuat SOP agar semua SOP yagn
diperlukan dapat terselesaikan. Peneliti menganjurkan
agar para dosen yang terlibat sebagai penyusun SOP
untuk mengambil waktu khusus selama tiga hari
penuh untuk fokus menyelesaikan seluruh SOP, SAP
dan silabus. Peneliti melihat bahwa ini hanyalah
masalah fokus dan kemauan dari para dosen terkait
untuk mengerjakan seluruh SOP, SAP dan Silabus
B.
Penjaminan Mutu
Dari hasil temuan nampak bahwa tidak ada
sistem penjaminan mutu pada tingkat prodi maupun
fakultas.
prodi
Hal ini penting untuk menjadi perhatian
maupun
fakultas
mengingat
bahwa
satgas
penjaminan mutu perlu dibentuk demi berlangsungnya
sistem monitoring pada prodi dan fakultas, baik itu
untuk kegiatan akademik maupun non akademik.
Berdasarkan hasil FGD seperti yang telah dikemukakan
diatas
bahwa
penjaminan
monitoring
dampak
mutu
yang
pada
lemah
dari
tidak
prodi
ini
sehingga
adanya
sistem
adalah
sistem
ditemukan
tidak
adanya SAP dan Silabus pada beberapa mata kuliah.
Dari FGD yang dilakukan juga ditemukan bahwa
sebenarnya
universitas
telah
memiliki
sistem
penjaminan mutu yang telah berjalan dengan baik, oleh
karena itu prodi bisa menjadikan sistem penjaminan
mutu
tingkat
membuat
universitas
turunannya
sebagai
dan
acuan
disesuaikan
untuk
dengan
kebutuhan prodi.
4.3.1.2 Kulifikasi Akademik Sumber Daya Manusia
(Dosen)
Salah
satu
komponen
dalam
mengelola
perguruan tinggi yang berkualitas adalah komponen
sumber daya manusia atau dalam hal ini dosen
(Santoso 2012). Dalam hal ini dosen dituntut untuk
memiliki kemampuan akademik yang baik agar dapat
memuaskan
kebutuhan
pelanggan
dalam
hal
ini
mahasiswa. Sallis (2002) juga berpendapat bahwa
sumber daya manusia dalam satu institusi pendidikan
juga menentukan mutu institusi tersebut.
Dalam
penelitian
ini
ditemukan
dua
permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan
kualitas SDM atau dosen.
A.
Jumlah Dosen dengan Status Studi Lanjut
Sangat Kurang
Pada
Prodi
Seni
Musik
Fakultas
Seni
Pertunjukkan ditemukan bahwa jumlah dosen yang
berstatus studi lanjut hanya 1 orang. Dosen tersebut
adalah satu-satunya dosen yang sedang menempuh
pendidikan Strata Tiga. Seluruh dosen tetap pada prodi
ini telah memiliki gelar Strata Dua, tapi belum ada satu
dosen pun yang memiliki gelar Strata Tiga. Hal ini
dipandang
perlu
untuk
diperhatikan
mengingat
kualifikasi akademis dosen menjadi salah satu poin
penilaian
pada
Standar
4
tentang
Sumber
Daya
Manusia. Senada dengan yang dikatakan oleh Grace
(2006),ia mengemukakan standar internasional yang
diperlukan
dalam
membangun
universitas
riset
menurut antara lainmempunyai cukup tenaga pengajar
dan peneliti yang bergelar S2 dan S3 (Magister dan
Doktor). Berdasarkan FGD penyebab kurangnya dosen
yang studi lanjut ke jenjang Strata Tiga adalah karena
keterbatasan waktu untuk membuat tulisan atau
proposal
ke
jenjang
Strata
Tiga.
Hal
tersebut
disebabkan adanya beban tugas ganda pada beberapa
dosen yang menyebabkan hal ini terjadi.
B.
Kesinambungan Antara Konsentrasi Yang
Ditawarkan dan Pendidikan Dosen.
Prodi Seni Musik menawarkan tiga konsentrasi
pilihan yaitu Konsentrasi Penciptaan Musik, Penyajian
Musik, dan Musik Gereja. Berdasarkan FGD ditemukan
bahwa tidak ada dosen yang bergelar Strata Dua pada
bidang penyajian musik. Hal ini tentunya menjadi salah
satu
hal
yang
perlu
untuk
dipikirkan
bersama,
mengingat bahwa prodi ini menawarkan Penyajian
Musik sebagai salah satu konsentrasi pilihan. Rata-rata
dosen
memiliki
gelar
Strata
Dua
pada
bidang
penciptaan musik, dan ada empat orang dosen yang
memiliki gelar Strata Dua pada bidang Pendidikan
Musik. Faktanya adalah prodi ini tidak memiliki
konsentrasi pendidikan musik sebagai salah satu
pilihan. Tidak dipaparkan dalam FGD mengapa hal ini
terjadi pada prodi ini. peneliti mencoba untuk terus
bertanya dan ditemukan bahwa jurusan penyajian
musik pada jenjang Strata Dua tidak bisa ditempuh di
Indonesia,
dan
paling
dekat
adalah
Singapura.
Keterbatasan kemampuan berbahasa inggris membuat
para dosen enggan dan membatasi diri untuk tidak
melanjutkan pendidikan mereka di bidang penyajian
musik.
4.3.1.3 Kurangnya Jumlah Publikasi/Karya Tulis
Serta Pengabdian Pada Masyarakat.
Penelitian
dan
pengabdian
masyarakat
merupakan salah satu elemen penilaian dalam proses
reakreditasi. Hal ini terlihat pada standar 7 tentang
penelitian,
pengabdian
kepada
masyarakat
dan
kerjasama. Penelitian merupakan salah satu poin
penting dalam dunia pendidikan. Setiap dosen wajib
melakukan Tridharma yang didalamnya mencakup
tentang penelitian.
Berdasarkan FGD permasalahan yang ditemukan
pada poin adalah kurang produktifnya para dosen
dalam melakukan penelitian dan juga pengabdian
kepada masyarakat. Sebagian besar dosen tidak secara
aktif melakukan penelitian. Dari hasil FGD ditemukan
bahwa minat untuk melakukan penelitian masih sangat
rendah
dikarenakan
lingkungan
yang
kurang
mendukung. Dalam hal ini hampir seluruh dosen tidak
melakukan penelitian sehingga
tidak ada tercipta
suasana yang kompetitif untuk melakukan penelitian.
Hal ini menunjukkan bahwa para dosen pada prodi ini
belum memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang
Tridharma perguruan tinggi dimana penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat menjadi salah satu
poin
yang
Sebagian
wajib
besar
dilaksanakan
dosen
oleh
hanyalah
para
berfokus
dosen.
pada
tugasnya sebagai pengajar dan belum ada kesadaran
untuk juga melakukan penelitian. Terkait penelitian
ditemukan bahwa belum ada aturan khusus yang
mengatur tentang penelitian dosen. Seberapa sering
seorang dosen harus melakukan penelitian. Sehingga
tidak ada rasa terbeban bagi para dosen untuk
melakukan penelitian.
1.3.2 Strategi Peningkatan Peringkat Akreditasi
Berdasarkan pada paparan diatas tentang akar
permasalahan menurunnya peringkat akreditasi pada
prodi seni musik maka pada bagian ini akan membahas
tentang strategi peningkatan peringkat reakreditasi
pada prodi tersebut. Strategi dan strategi alternatif
akan dibahas pada bagian ini. TQM merupakan filosofi
yang
dapat
membantu
sebuah
institusi
dalam
peningkatan mutu untuk kepuasan pelanggan (Scott
2003). Hal ini senada dengan tujuan dari akreditasi
yaitu
peningkatan
mutu
dalam
suatu
institusi
pendidikan. Oleh karena itu untuk meningkatkan
peringkat akreditasi pada prodi ini telah disusun
perencanaan strategi berdasarkan akar permasalahan
yagn ditemukan.
4.3.2.1
Sistem Pengelolaan Fungsional dan Operasional
Program Studi.
Berdasarkan hasil FGD pada tahap 1 ditemukan
bahwa akar permasalahan pertama ada pada sikap
para dosen yang cenderung acuh tak acuh dengan
kebutuhan
fakultas.
Beberapa
dosen
yang
bersangkutan telah ditunjuk untuk membuat SOP yang
dibutuhkan sebagai bagian dari sistem pengelolaan
baik itu fungsional maupun operasional program studi.
Namun pada kenyataan, hanya satu atau dua dosen
saja
yang
membuat
SOP
yang
dibutuhkan.
Berdasarkan pada akar permasalahan ini peneliti
melihat fokus dan
kemauan dari para dosen adalah
kunci utama untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Maka strategi yang dapat dilakukan adalah: prodi akan
mengadakan
sebuah
mengagendakan
pertemuan
pembuatan
SOP
yang
khusus
sebagai
kegiatan
utama.
Para
dosen
yang
terlibat
akan
dikumpulkan
selama tiga hari untuk mengerjakan SOP sampai
tuntas. Hal ini dimaksudkan agar semua dosen yang
bersangkutan dapat fokus bekerja tanpa diganggu oleh
kegiatan-kegiatan yang lain.
4.3.2.2
Pembentukan Satgas Penjaminan Mutu
Proses penjaminan mutu dalam suatu institusi
perguruan
tinggi
haruslah
berjalan
secara
berkelanjutan. Evans & Lindsay (2005) berkata bahwa
Penjaminan
pemenuhan
konsisten
produsen,
mutu
adalah
standar
dan
dan
proses
mutu
penetapan
pengelolaan
berkelanjutan, sehingga
pihak
lain
yang
dan
secara
konsumen,
berkepentingan
memperoleh kepuasan. Oleh karena itu penjaminan
mutu dalam suatu institusi pendidikan tinggi sangatlah
penting. Guna tercapainya sistem penjaminan mutu
yang baik maka diperlukan suatu badan penjaminan
mutu atau biasa disebut satgas penjaminan mutu .
Satgas penjaminan mutu ini dapat menjadi pengawas
bagi jalannya proses kegiatan akademik maupun non
akademik. Akar dari beberapa permasalahan penyebab
turunnya peringkat akreditasi pada Prodi Seni Musik
Fakultas
Seni
Pertunjukkan
adalah
tidak
adanya
Satgas Penjaminan Mutu. hal ini tentunya berdampak
pada
lemahnya
kegiatan
sistem
akdemik
monitoring
maupun
non
pada
kegiatan-
akademik
prodi
tersebut. Oleh sebab itu perlu dibentuknya satgas
penjaminan mutu pada prodi ini. Satgas penjaminan
mutu ini.
4.3.2.3
Beban Tugas Berat
Beban tugas yang berat yang dimaksud pada
akar permasalahan ini adalah para dosen merasa
bahwa beban kerja mereka terlalu banyak meliputi
kegiatan
kegiatan
mengajar
lain
di
diluar
kelas,
pembimbingan,
kegiatan
prodi.
Hal
dan
ini
menyebabkan mereka tidak lagi memiliki kesempatan
untuk fokus pada pembuatan proposal penelitian
untuk studi lanjut ke jenjang Strata Tiga. Oleh sebab
itu, untuk mengatasi akar permasalahan tersebut maka
Dekan selaku pimpinan fakultas yang menaungi prodi
ini berinisiatif untuk memberlakukan aturan bahwa
setiap dosen wajib mengikuti aturan fakultas tentang
urutan tugas studi, tanpa terkecuali.
4.3.2.4
Kualifikasi Pendidikan Dosen dan Konsentrasi
yang Ditawarkan.
Fakultas Seni Pertunjukkan memiliki satu prodi
seni musik yang kemudian menawarkan tiga pilihan
konsentrasi yaitu Penciptaan Musik, Penyajian Musik
dan Musik gereja. Sehingga hendaklah para dosen
pengajar memiliki
kualifikasi
yang sesuai
dengan
konsentrasi yang ditawarkan. Berdasarkan FGD yang
dilakukan peneliti menemukan bahwa tidak ada dosen
yang memiliki gelar Strata 2 pada bidang Penyajian
Musik. Peneliti menggali lebih dalam penyebab hal
tersebut dan ditemukan bahwa jurusan Penyajian
Musik hanya dapat ditempuh di universitas diluar
negeri. Tentunya kemampuan bahasa inggris yang baik
dibutuhkan. Dalam hal ini para dosen merasa enggan
untuk melanjutkan studi keluar negeri dengan alasan
keterbatasan bahasa inggris.
Oleh karena itu rata-rata dosen memilih untuk
melanjutkan studi Strata 2 dengan mengambil jurusan
penciptaan musik. Oleh sebab itu, rencana jangka
panjang dari prodi yaitu akan merekrut tenaga-tenaga
muda berpotensi yang merupakan alumni dari fakultas
ini untuk kemudian diutus melanjutkan studi mereka
keluar negeri. Sejauh ini sudah ada 1 calon dosen
dengan kualifikasi Strata 2 pada jurusan Penyajian
Musik yang sedang menempuh studi di Amerika.
4.3.2.5
Pemahaman Tridarma Perguruan Tinggi yang
Belum Menyeluruh.
Berdasarkan hasil FGD ditemukan bahwa jumlah
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang
dilakukan oleh dosen dari prodi ini sangatlah kurang.
Setelah dilakukan FGD tahap kedua maka ditemukan
akar permasalahan penyebab kurangnya penelitian dan
pengadian kepada masyarakat adalah karena sebagian
besar dosen masih belum memiliki pemahaman yang
utuh akan Tri Darma Perguruan Tinggi yang salah
satunya berbicara tentang penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat. Hal ini meyebabkan para dosen
tidak
melakukan
penelitian
hanya
berfokus
pada
kegiatan mengajar saja. Padahal menurut Gaspersz,
(2011) kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat di dalam sebuah prodi merupakan wujud
nyata dari kontribusi perguruan tinggi dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas bangsa.
Tentu saja keterlibatan pemangku kebijakan
dalam prodi sangat berperan penting. Dalam hal ini
pemangku kebijakan dapatlah menyusun aturan untuk
mengatur hal ini. sejauh ini peneliti tidak melihat
bahwa ada aturan yang telah diberlakukan secara
khusus untuk mengatur tentang kegiatan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga sebagian
besar dosen hanya asyik melakukan kegiatan mengajar
tanpa peduli untuk melakukan penelitian. Oleh sebab
itu untuk mengatasi akar permasalahan ini maka prodi
akan memberlakukan aturan bahwa setiap dosen
haruslah melakukan joint research bersama dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Hal
tersebut
menjadi
langkah awal untuk menciptakan kebiasaan meneliti
dan
membuat
tulisan
yang
kemudian
akan
dipublikasikan baik dalam bentuk jurnal maupun
prosiding. Selain itu, kebijakan tersebut diharapkan
dapat membangun suasana yang mendukung bagi para
dosen untuk merasa berkompetisi dalam menghasilkan
karya tulis. Sehingga diharapkan selangkah demi
selangkah penelitian akan menjadi suatu hal yang
biasa dilakukan oleh para dosen. Selain itu, kegiatankegiatan pengabdian kepada masyarakat juga akan
dilakukan. Langkah awal yang telah direncanakan
adalah
melakukan
kegiatan-kegiatan
pengabdian
kepada masyarakat pada gereja-gereja pendukung yang
ada di wilayah sekitar salatiga. Keterlibatan semua
dosen diharapkan dalam mendukung kegiatan ini.
seperti yang dikatakan oleh Primiani dan Ariani (2005)
bahwa keterlibatan dari seluruh pihak diperlukan guna
tercapainya proses perbaikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Objek
Penelitian ini dilakukan di Progdi Seni Musik,
Fakultas Seni Pertunjukkan UKSW. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode FGD pada
nara sumber kunci yang di prodi tersebut yang terdiri
dari para pengisi borang dan kaprogdi. Progdi Seni
Musik mendapatkan peringkat akreditasi C dari BANPT pada tahun 2011. Hal ini disebabkan karena adanya
beberapa
permasalahan
pada
beberapa
standar
akreditasi. Bab ini akan membahasa mengenai akar
permasalahan yang menyebabkan turunnya peringkat
akreditasi pada progdi ini. Melalui FGD yang dilakukan
maka akar permasalahan ditemukan dan kemudian
dicarikan
strategi
untuk
meningkatkan
peringkat
akreditasinya.
1.1.1 Progdi Seni Musik
Progdi
Seni
Musik
pada
Fakultas
Seni
Pertunjukkan memiliki tiga pilihan konsentrasi yaitu
Penyajian Musik, Penciptaan Musik, dan Musik Gereja.
Dalam hal ini mahasiswa diwajibkan memilih salah
satu dari tiga pilihan konsentrasi. Diharapkan profil
lulusan yang dihasilkan kelak dapat menjadi seorang
penyaji yang mumpuni sesuai dengan konsentrasi yang
dipilihnya. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka
setiap pilihan konsentrasi tentunya haruslah memiliki
tenaga
pendidik
sesuai.
Profil
yang
dosen
memiliki
yang
kemampuan
haruslah
dimiliki
yang
oleh
konsentrasi penyajian musik seharuslah memiliki gelar
pada bidang penyajian musik. Demikian halnya pada
konsentrasi
penciptaan
musik
dan
musik
gereja
dimana setiap pengajar seharuslah memiliki gelar
akademis pada bidang penciptaan musik dan musik
gereja. Hanya saja berdasarkan hasil temuan sejauh
belum ada dosen yang memiliki gelar akademis dalam
bidang penyajian musik.
Tabel 4.1Data Dosen Tetap
Jenjang Pendidikan
Jumlah
S1
-
S2 Pendidikan Seni
3
S2
Pengkajian
Seni
2
Pertunjukkan
S2 Penciptaan Seni
2
S2 Musik Gereja
2
S2 Direksi Paduan Suara
1
S3
-
Studi Lanjut
1
Total
11
Sumber:dokumen sekolah, diolah
Tabel diatas menunjukkan jumlah dosen tetap
serta gelar akademis pada bidangnya masing-masing.
Dapat dilihat prodi ini memiliki sembilan orang dosen
yang memiliki jenjang pendidikan Strata 2 pada bidang
Pendidikan
Seni,
Pengkajian
Seni
Pertunjukkan,
Penciptaan Seni, Musik Gereja dan Direksi Paduan
Suara. Terlihat juga bahwa belum ada dosen yang
memiliki gelar akademis Strata 3, serta ada 1 orang
dosen yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang
Strata 3. Pada FGD tahap 1 yang telah dilakukan
diketahui akan ada 1 orang dosen lagi yang akan
melanjutkan studi pada jenjang Strata 3. Dapat juga
terlihat pada tabel diatas bahwa belum ada dosen yang
memiliki
gelar
Penyajian
akademis
Musik.
Strata
Padahal
2
Progdi
pada
ini
bidang
memiliki
konsentrasi penyajian musik yang juga merupakan
salah satu jurusan dengan peminat yang banyak.
4.2 Hasil Penelitian
Dokumen hasil visitasi reakreditasi 2011 dan Hasil
FGD serta wawancara yang dilakukan dengan para
nara sumber kunci akan disajikan sebagai berikut:
1.2.1 Penurunan Peringkat Akreditasi Hasil Visitasi 2011
Sebelum melakukan FGD dan wawancara, peneliti
melakukan
studi
dokumenpada
Borang
Pengelola,
Borang Prodi dan Evaluasi Diri, juga pada hasil visitasi
dari Ban-PT. Pada tanggal 25-26 Juni 2011 Prodi Seni
Musik Fakultas Seni Pertunjukkan menerima visitasi
dari
BAN-PT
dalam
rangka
melakukan
proses
akreditasi Prodi dan Fakultas. Berdasarkan visitasi
tersebut Prodi Seni Musik mendapatkan akreditasi C.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
terjadi
penurunan
peringkat akreditasi dari B menjadi C. (lampiran 1)
Dari
dokumen
hasil
visitasi
assesor
pada
akreditasi 2011 peneliti menemukan bahwa terdapat
beberapa
permasalahan
pada
beberapa
standar.
Namun jika ditinjau lebih jauh maka permasalahanpermasalahan yang ada memiliki akar permasalahan
yang hampir sama satu dengan yang lainnya. Secara
ringkas peneliti mengelompokkan menjadi dua bagian
besar, yaitu pada butir 1-10 permasalah terletak pada
standar 2 tentang Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem
Pengelolaan dan Penjaminan Mutu. Sedangkan pada
butir 11-20 dapat dilihat bahwa permasalahan utama
terletak
pada
standar
Pelayanan/Pengabdian
7
tentang
kepada
Penelitian,
Masyarakat
dan
kerjasama.
1.2.2 Hasil FGD dan Akar Permasalahan Akreditasi C
Diagram Fishbone digunakan dalam penelitian ini
untuk menelusuri akar permasalahan yang terjadi pada
Progdi
Seni
Musik,
Fakultas
Seni
Pertunjukkan.
Diharapkan dengan menggunakan instrumen ini maka
akar permasalahan akan dapat diketahui, dalam hal ini
permasalahan
yang
menyebabkan
menurunnya
peringkat akreditasi pada Progdi Seni Musik, Fakultas
Seni Pertunjukkan. Arcaro (2005), diagram ini dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
komponen-
komponen masalah dan juga bentuk perencanaan baru
yang efektif dan efisien.
Pada penelitian ini dilakukan dua tahap FGD. FGD
tahap
pertama
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
mendapatkan gambaran umum penyebab turunnya
peringkat akreditasi dari B menjadi C pada Progdi ini.
Para peserta FGD adalah para narasumber kunci dari
progdi ini. Mereka adalah para pengisi borang yang
juga pemangku kebijakan pada fakultas dan progdi.
Metode
freewheeling
keleluasaan
pada
mencurahkan
dilakukan
para
pendapatnya.
untuk
nara
Satu
memberi
sumber
untuk
persatu
standar
akreditasi dibahas dan peneliti mendengarkan cerita
dan
pendapat
dari
para
nara
sumber
tentang
permasalah yang ada pada setiap standar. Setiap
pendapat dari para nara sumber dicatat dan kemudian
dikelompokkan
untuk
dimasukkan
pada
diagram
fishbone. Dari FGD tahap 1 telah ditemukan bahwa:
Pada standar 1 tentang visi, misi, tujuan dan
sasaran, serta strategi pencapaian terungkap bahwa
visi misi pada prodi ini masih kurang jelas dan tidak
terukur. Tidak terukur dikarenakan pada visi dan misi
menggunakan kata-kata yang bersifat abstrak.
Pada standar 2 tentang tata pamong, sistem
pengelolaan dan penjaminan mutu ditemukan bahwa
prodi ini belum memiliki satgas penjaminan mutu
sebagai suatu bagian dari prodi yang memantau
jalannya kegiatan akademis maupun non akademis.
Selain itu SOP pada prodi ini juga belum lengkap.
Hanya ada beberapa SOP yang telah dibuat dan
sebagian besar SOP untuk kegiatan akademik maupun
non akademik belum ada.
Pada standar 3 tentang profil mahasiswa dan
lulusan ditemukan bahwa terjadi suatu fenomena yang
oleh para nara sumber disebut sebagai “bottle neck”
yaitu penumpukkan mahasiswa pada masa akhir studi
mereka. Hal ini dianggap oleh nara sumber sebagai
dampak dari proses penyaringan awal yang kurang
baik. Menurut keterangan dari nara sumber bahwa
prodi menerima mahasiswa tanpa mempertimbangkan
kemampuan
calon
mahasiswa.
Oleh
karena
itu
kemampuan calom mahasiswa menjadi beragam dari
yang
sudah
memiliki
pengetahuan
musik
yang
memadai dari segi teori dan kemampuan praktek
bermusik sampai yang benar-benar tidak memiliki
pengetahuan teori musik dan hanya sekedar bisa
memainkan
alat
musik. Hal ini
disebabkan
oleh
dorongan finansial. Dalam hal ini pemasukkan prodi
bergantung pada jumlah mahasiswa yang masuk tiap
tahunnya. Namun hal tersebut membawa dampak
jangka panjang. Menurut nara sumber, mahasiswa
yang masuk dengan pengetahuan teori musik yang
rendah
pada
akhirnya
menemui
kesulitan
dalam
menempuh jenjang pendidikan tahap akhir, bahkan
ada yang berhenti kuliah ditengah jalan atau kesulitan
menyelesaikan tugas akhir. Hal ini berakibat pada
sedikitnya jumlah lulusan pertahun. Permasalahan
lainnya pada standar ini adalah pada penjaringan
alumni. Prodi masih belum melakukan upaya yang
serius
atau
maksimal
dalam
menjangkau
para
alumninya. Data tentang alumni masih sangat minim
karena prodi ini melakukan komunikasi dengan alumni
hanya melalui media sosial sehingga prodi ini tidak
memiliki data alumni yang lengkap.
Pada standar 4 tentang sumber daya manusia
ditemukan beberapa permasalahan tentang kualifikasi
akademik
pengajar
yang
kurang
sesuai
dengan
pemilihan konsentrasi yang ditawarkan oleh prodi ini.
Salah
satu
konsentrasi
yang
ditawarkan
adalah
konsentrasi penyajian musik tetapi belum ada dosen
yang memiliki pendidikan Strata Dua pada bidang
penyajian
musik.
Beberapa
dosen
memilik
latar
belakang pendidikan Strata Satu pada bidang Musik
Sekolah,
sehingga
mereka
memilih
untuk
menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata Dua
dengan mengambil studi tentang pendidikan musik
sedangkan
tidak
terdapat
konsentrasi
pendidikan
musik pada prodi ini. Dari FGD yang dilakukan juga
terungkap
bahwa
permasalahan
lainnya
adalah
peningkatan kualitas SDM yang lambat. Belum ada
dosen yang telah menempuh jenjang pendidikan Strata
Tiga dan hanya ada satu dosen yang berstatus studi
lanjut pada jenjang pendidikan tahap Strata Tiga.
Pada standar 5 tentang kurikulum, pembelajaran
dan suasana akademik ditemukan bahwa SAP dan
Silabus tidak lengkap. Hal ini berkaitan dengan tidak
ada
nya
penjaminan
mutu
yang
melakukan
pemantauan pada kegiatan akademik di prodi ini.
Pada standar 6 tentang pembiayaan, sarana dan
prasarana serta sistem informasi para nara sumber
mengungkapkan bahwa jumlah mahasiswa yang masuk
tiap tahunnya sedikit sehingga hal ini berpengaruh
pada jumlah pemasukan dan dana yang bisa dipakai
tiap tahunnya. Hal lainnya adalah sarana sistem
informasi yang ada belum memadai.
Lebih lanjut berdasarkan FGD ditemukan bahwa
Penelitian
dan
Pengabdian
pada
Prodi
ini
juga
terabaikan. Jumlah penelitian dan publikasi penulisan
pun kurang. Tercatat sejak akreditasi tahun 2011,
hanya ada 1 dosen yang melakukan penelitian dan
kemudian
terseleksi
untuk
dipresentasikan
pada
ICAPAS 2014 (International Conference for Asia Pacific
Arts Studies). Pengabdian kepada masyarakat juga
tidak dilakukan.
Peneliti kemudian memasukkan hasil FGD diatas
kedalam diagram fishbone. Dapat dilihat pada Gambar
4.1dihalaman berikut:
Gambar 4.1 Diagram Fishbone
Berdasarkan pada diagram fishbone diatas maka
dapat terlihat bahwa ada 3 standar yang memiliki
beberapa permasalahan yaitu standar 2, standar 4 dan
standar 7. Setelah menemukan permasalahan pada
ketiga
standar
diatas
maka
peneliti
kemudian
membandingkan hasil FGD pada diagram fishbone
diatas dengan hasil studi dokumen visitasi pada
akreditasi 2011. Pada dokumen visitasi akreditasi 2011
dimana peneliti telah mengelompokkan permasalahanpermasalahan dalam dua standar yaitu standar 2
tentang Tata Pamong, Kepemipinan, Sistem Pengelolaan
dan
Penjaminan
Mutu
serta
standar
2
tentang
Penelitian, Pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat
dan Kerjasama. Sehingga terlihat perbedaan yang
muncul antara hasil FGD dan dokumen hasil visitasi
pada reakreditasi 2011.
Peneliti kemudian melakukan perbandingan pada
Permasalahan-permasalahan yang ada pada ketiga
standar diatas dengan matrix penilaian akreditasi.
Ditemukan bahwa presentase pada standar 2 tentang
Tata Pamong, Sistem Pengelolaan dan Penjaminan
Mutu memiliki bobot poin yang tinggi yaitu 6,24%
sedangkan pada standar 4 yaitu SDM memiliki bobot
poin 21,90% dan kemudian pada standar 7 tentang
Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat dengan
bobot poin 18,78%. Dengan demikian hasil pembobotan
dari ketiga standar diatas memberi sumbangsih sebesar
46,92%
untuk
perbaikan
pada
reakreditasi
mendatangUntuk meraih peringkat akreditasi yang
maksimal maka prodi perlu memfokuskan diri pada
perbaikan ketiga standar diatas.
Setelah
bermasalah
menemukan
beserta
ketiga
bobotnya
standar
menurut
yang
matriks
penilaian akreditasi, maka FGD tahap kedua pun
diadakan.
Ketiga
bidang
beserta
permasalahan
ditampilkan pada para peserta FGD (nara sumber
kunci). Selain itu peneliti juga menampilkan prosentase
setiap standar. Para nara sumber mengemukakan
pendapat mereka tentang penyebab dari permasalahan
ketiga hal diatas. Peneliti membantu dengan memberi
simpulan akhir dari curahan pendapat para nara
sumber. Simpulan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3
tentang Akar Permasalahan Peringkat Akreditasi C.
Tabel 4.3 Akar Permasalahan Akreditasi C
Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa akar
permasalahan pada tiap standar berbeda satu dengan
yang lainnya.
1.2.3 Strategi Peningkatan Peringkat Akreditasi
Pada
FGD
memaparkan
tahap
ketiga
dua
setelah
peneliti
bidang yang bermasalah
dan
menyimpulkan akar permasalahannya, peneliti juga
memaparkan
strategi
yang
pemecahan
permasalahan.
digunakan
dalam
merupakan
singkatan
Achieavable,
telah
disusun
Metode
menyusun
dari
sebagai
SMART
strategi.
Specific,
Reliable/Reasonable,
juga
SMART
Measurable,
dan
Time
BoundSpecific berarti strategi disusun setelah melalui
proses penelitian sehingga strategi tersebut bersifat
khusus bagi prodi yang bersangkutan.
Measurable
berarti strategi yang diambil terukur. Achievableberarti
strategi yang disusun dapat dilaksanakan oleh seluruh
dosen dan staff fakultas prodi. Dalam kasus ini strategi
yang disusun tidaklah terlalu tinggi sehingga sulit
untuk
dikerjakan,
tetapi
disesuaikan
dengan
kemampuan para staff dan dosen baik ditingkat
fakultas
maupun
prodi.
Reliableberarti
dapat
diandalkan. Artinya strategi yang disusun ini membawa
pengaruh
yang
besar
bagi
peningkatan
peringkat
akreditasi. Time Bound merupakan indikator terakhir
dimana
strategi
yang
disusun
menggunakan
oertimbangan waktu. Dalam penelitian ini, strategi
yang disusun disesuaikan dengan waktu reakreditasi
yang sudah semakin dekat yaitu Agusutus tahun 2016.
Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh prodi
maka strategi yang disusun haruslah dapat terlaksana
dalam waktu yang dekat.
Tahap selanjutnya yaitu peneliti bersama-sama
dengan
para
nara
sumber
kunci
mendiskusikan
pemecahan dari permasalahan tersebut. Para nara
sumber
bersama
memutuskan
untuk
mengatasi
permasalahan pada standar 2 dengan mengagendakan
pembuatan SOP selama 3 hari penuh dimana para
dosen hanya akan fokus untuk mengerjakan SOP-SOP
yang diperlukan dan diharapkan setelah 3 hari tersebut
maka sebagian besar SOP sudah dapat tersusun.
Permasalahan pada standar 4 tentang Sumber Daya
Manusia akan diatasi dengan mendorong agar para
dosen yang telah menyelesaikan studi pada jenjang
Strata 2 agar melanjutkan studi mereka ke jenjang
Strata 3. Beberapa dosen akan dihimbau untuk mulai
menuliskan proposal penelitian mereka untuk diajukan
sebagai bahan penelitian untuk studi lanjut mereka ke
jenjang Strata 3. Permasalahan pada standar 7 akan
diatasi dengan cara mendorong penelitian kerjasama
dengan para mahasiswa bimbingan setiap dosen yang
sedang menulis tugas akhir atau skripsi mereka. Akan
diberlakukan aturan mengenai pembuatan jurnal dari
hasil tulisan tugas akhir mahasiswa. Hal ini sudah
dilakukan oleh satu orang nara sumber bersama
dengan mahasiswa bimbingannya. Selain itu peneliti
juga
menyarankan
untuk
memberlakukan
sistem
reward and punishment untuk mendorong para dosen
melakukan
suasana
penelitian.
atau
kompetitif
Hal
lingkungan
bagi
para
ini
guna
yang
dosen
membangun
mendukung
untuk
dan
melakukan
penelitian. Strategi lainnya yang ditawarkan adalah
melakukan mengelompokkan dosen yang terdiri dari
kelompok dosen peneliti dan dosen pengajar. Beban
mengajar yang diberikan pada kelompok dosen peneliti
lebih sedikit dibanding dosen pengajar, demikian juga
sebaliknya.
Hal
ini
dilakukan
guna
memberi
keleluasaan waktu pada para dosen peneliti untuk
fokus
melakukan
penelitian.
Adapun
kegiatan
pengabdian kepada masyarakat juga akan dilakukan.
Tahap
awal
yaitu
para
nara
sumber
akan
mendiskusikan tentang pengabdian kepada masyarakat
yang akan mulai dilakukan di gereja-geraja yang ada
dipedesaan.
Strategi
yang
didiskusikan
bersama
dengan para nara sumber kemudian dibagikan kepada
para dosen lainnya melalui rapat Prodi. Dekan dan
Kaprodi telah menyetujui saran dan strategi yang
ditawarkan.
Adapun strategi yang telah dirumuskan dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.4Akar Permasalahan dan Strategi
Standar
Akar Permasalahan
Strategi
2
SOP tidak lengkap
Mengadakan
karena dosen tidak
pertemuan
membuat
untuk
khusus
mengerjakan
SOP
2
4
Belum
ada
Membentuk
satgas
Penjaminan Mutu
Penjaminan Mutu
Dosen
Dekan
merasa
akan
beban tugas berat
mendorong
sehingga
dosen
sempat
tidak
membuat
proposal
untuk
melanjutkan
4
satgas
studi
untuk
mempersiapkan
agar
diri
dapat
melanjutkan studi ke
S3
jenjang S3
Belum ada pengajar
Merekrut
yang
berpotensi
memiliki
beberapa
mahasiswa
untuk
kualifikasi
nantinya
akan
Pendidikan strata 2
melanjutkan
studi
pada
strata
pada
Konsentrasi
Penyajian Musik
dua
bidang
penyajian
musik.
7
Kurangnya jumlah
penelitian/
publikasi
Memberlakukan
sistem joint research
antara pengajar dan
karya tulis serta
mahasiswa
pengabdian pada
bimbingan.
masyarakat karena
Pengabdian
dosen belum
masyarakat
memiliki
mulai
pemahaman
menyeluruh
dengan
kerja
akan
dilaksanakan
melakukan
sama
tentang Tri Darma
gereja-gereja
Perguruan Tinggi.
pendukung
salatiga
dengan
disekitar
Adapun strategi diatas disusun sebagai strategi
untuk
meningkatkan
didasarkan
pada
prestasi
akreditasi
kemampuan
prodi
dan
untuk
melaksanakan.
1. Pada FGD tahap kedua penulis menyarankan
agar pimpinan fakultas mempertimbangkan
untuk mengadakan pertemuan khusus untuk
membuat SOP dan menyelesaikan dalam 3
hari.
Selama
meluangkan
3
hari
waktu
para
penuh
dosen
harus
bersama-sama
untuk menyelesaikan SOP. Penulis melihat
bahwa menyelesaikan SOP berkaitan dengan
kemauan dan fokus dari para dosen. Dalam
hal ini penulis melihat bahwa para dosen
mampu untuk menyelesaikan semua SOP
asalkan mereka bisa fokus.
2. Satgas Penjaminan Mutu juga akan dibentuk
sebagai upaya untuk meningkatkan peringkat
akreditasi
dan
juga
untuk
melakukan
pemantauan pada kegiatan-kegiatan akademik
maupun non akademik ditingkat fakultas
maupun prodi.
3. Dekan
selaku
pimpinan
fakultas
yang
menaungi prodi juga akan mendorong para
dosen tetap untuk melanjutkan studi pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu
Strata 3.
4. Sebagai rencana jangka panjang fakultas akan
merekrut
mahasiswa
berpotensi
untuk
selanjutnya
akan
diarahkan
menempuh
pendidikan strata dua mengambil konsentrasi
penyajian musik.
5. Peneliti menawarkan 3 strategi sebagai jalan
keluar untuk mengatasi permasalahan yang
ada pada standar 7 yaitu: memberlakukan
reward and punishment bagi semua dosen
tetap
agar
penelitian
terdorong
sebagai
untuk
langkah
melakukan
awal
untuk
membangun lingkungan yang mendukung.
Strategi
kedua
yang
ditawarkan
adalah
melakukan sistem joint research bagi para
dosen pembimbing dan mahasiswa bimbingan.
Strategi ketiga ada membuat pengelompokkan
dosen yaitu dosen peneliti dan dosen pengajar.
Yang dipilih oleh para nara sumber adalah
strategi yang kedua yaitu memberlakukan
sistem joint research adalah strategi yang bisa
segera diberlakukan.
4.3 Pembahasan
Kualitas dari suatu institusi pendidikan dapat
terlihat
dari
peringkat
akreditasi
yang
diraihnya
(Brodjonegoro 2015). Dengan kata lain hasil akreditasi
suatu
institusi
pendidikan
menandakan
standar
kualitasnya. Melalui penelitian ini akan terlihat akar
permasalahan
yang
ada
pada
Prodi
Seni
Musik,
Fakultas Seni Pertunjukkan. Pada bagian ini peneliti
akan
membahas
permasalahan
yang
lebih
rinci
mengenai
menyebabkan
akar
menurunnya
peringkat akreditasi pada prodi ini. pada reakreditasi
tahun 2011 prodi ini mengalami penurunan peringkat
akreditasi dari B menjadi C. Pada bagian ini akan
dibahas mengenai akar permasalah yang menyebabkan
kekurangan poin tersebut. Alternatif strategi yang
dirumuskan dapat dipakai untuk menaikkan poin
akreditasi prodi, sehingga peringkat akreditasi B dapat
dicapai.
1.3.1 Akar Permasalahan
Ada tiga bidang penilaian matriks akreditasi yang
merupakan sumber permasalahan pada Prodi Seni
Musik,
Fakultas
Seni
Pertunjukkan.
Berikut
merupakan bidang permasalahan bersama dengan akar
permasalahan yang ada.
4.3.1.1 Sistem Pengelolaan Fungsional dan
Operasional Program Studi.
Untuk menjawab tantangan masyarakat akan
institusi pendidikan tinggi yang berkualitas maka suatu
institusi mulai mencari cara untuk mencapai suatu
komponen pengelolaan yang juga berkualitas (Sims
1995). Dalam hal ini bukan hanya berkualitas dalam
bidang akademis tapi juga pada sistem pengelolaan.
Sistem pengelolaan pada satu institusi pendidikan
tinggi mencakup planning, organizing, staffing, leading,
controlling yang haruslah dilaksanakansepenuhnya oleh
suatu institusi pendidikan.
Dalam penelitian ini ada dua masalah yang
ditemukan. Kedua masalah tersebut dibahas sebagai
berikut:
A.
Dokumen SOP Yang Tidak Lengkap
Pada penelitian ini ditemukan bahwa hanya ada
15 dokumen SOP untuk bidang akademik dan
non
akademik. Hal ini cukup mempengaruhi jumlah nilai
yang dicapai oleh prodi ini mengingat kelengkapan SOP
adalah salah satu poin penilaian dari standar kedua
tentang
tata
pamong,
sistem
pengelolaan
dan
penjaminan mutu. ditemukan pada borang bahwa
belum ada SOP dalam sistem pengelolaan fungsional
dan operasional program, oleh karena itu perlu disusun
lagi SOP untuk segala lini pengelolaan, termasuk
didalamnya SOP untuk kegiatan-kegiatan akademik
seperti pembimbingan untuk tugas akhir.
Pada FGD dipaparkan bahwa ada kondisi dimana
beberapa dosen memiliki tugas ganda, ada beberapa
dosen yang bersifat acuh tak acuh dengan kondisi
prodi. Acuh tak acuh dalam hal ini adalah beberapa
dosen tidak mau terlibat dalam kegiatan akademis
maupun fungsional pada tingkat fakultas maupun
prodi. Sehingga beban kerja yang menumpuk membuat
dosen yang bertugas membuat SOP tidak lagi memiliki
waktu untuk membuat SOP yang diperlukan. Pada
FGD
tahap
kedua
sempat
dikemukakan
untuk
menggunakan tenaga bantuan untuk mengerjakan
SOP. Dalam kasus ini prodi berencana untuk menyewa
tenaga dari pembuat SOP agar semua SOP yagn
diperlukan dapat terselesaikan. Peneliti menganjurkan
agar para dosen yang terlibat sebagai penyusun SOP
untuk mengambil waktu khusus selama tiga hari
penuh untuk fokus menyelesaikan seluruh SOP, SAP
dan silabus. Peneliti melihat bahwa ini hanyalah
masalah fokus dan kemauan dari para dosen terkait
untuk mengerjakan seluruh SOP, SAP dan Silabus
B.
Penjaminan Mutu
Dari hasil temuan nampak bahwa tidak ada
sistem penjaminan mutu pada tingkat prodi maupun
fakultas.
prodi
Hal ini penting untuk menjadi perhatian
maupun
fakultas
mengingat
bahwa
satgas
penjaminan mutu perlu dibentuk demi berlangsungnya
sistem monitoring pada prodi dan fakultas, baik itu
untuk kegiatan akademik maupun non akademik.
Berdasarkan hasil FGD seperti yang telah dikemukakan
diatas
bahwa
penjaminan
monitoring
dampak
mutu
yang
pada
lemah
dari
tidak
prodi
ini
sehingga
adanya
sistem
adalah
sistem
ditemukan
tidak
adanya SAP dan Silabus pada beberapa mata kuliah.
Dari FGD yang dilakukan juga ditemukan bahwa
sebenarnya
universitas
telah
memiliki
sistem
penjaminan mutu yang telah berjalan dengan baik, oleh
karena itu prodi bisa menjadikan sistem penjaminan
mutu
tingkat
membuat
universitas
turunannya
sebagai
dan
acuan
disesuaikan
untuk
dengan
kebutuhan prodi.
4.3.1.2 Kulifikasi Akademik Sumber Daya Manusia
(Dosen)
Salah
satu
komponen
dalam
mengelola
perguruan tinggi yang berkualitas adalah komponen
sumber daya manusia atau dalam hal ini dosen
(Santoso 2012). Dalam hal ini dosen dituntut untuk
memiliki kemampuan akademik yang baik agar dapat
memuaskan
kebutuhan
pelanggan
dalam
hal
ini
mahasiswa. Sallis (2002) juga berpendapat bahwa
sumber daya manusia dalam satu institusi pendidikan
juga menentukan mutu institusi tersebut.
Dalam
penelitian
ini
ditemukan
dua
permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan
kualitas SDM atau dosen.
A.
Jumlah Dosen dengan Status Studi Lanjut
Sangat Kurang
Pada
Prodi
Seni
Musik
Fakultas
Seni
Pertunjukkan ditemukan bahwa jumlah dosen yang
berstatus studi lanjut hanya 1 orang. Dosen tersebut
adalah satu-satunya dosen yang sedang menempuh
pendidikan Strata Tiga. Seluruh dosen tetap pada prodi
ini telah memiliki gelar Strata Dua, tapi belum ada satu
dosen pun yang memiliki gelar Strata Tiga. Hal ini
dipandang
perlu
untuk
diperhatikan
mengingat
kualifikasi akademis dosen menjadi salah satu poin
penilaian
pada
Standar
4
tentang
Sumber
Daya
Manusia. Senada dengan yang dikatakan oleh Grace
(2006),ia mengemukakan standar internasional yang
diperlukan
dalam
membangun
universitas
riset
menurut antara lainmempunyai cukup tenaga pengajar
dan peneliti yang bergelar S2 dan S3 (Magister dan
Doktor). Berdasarkan FGD penyebab kurangnya dosen
yang studi lanjut ke jenjang Strata Tiga adalah karena
keterbatasan waktu untuk membuat tulisan atau
proposal
ke
jenjang
Strata
Tiga.
Hal
tersebut
disebabkan adanya beban tugas ganda pada beberapa
dosen yang menyebabkan hal ini terjadi.
B.
Kesinambungan Antara Konsentrasi Yang
Ditawarkan dan Pendidikan Dosen.
Prodi Seni Musik menawarkan tiga konsentrasi
pilihan yaitu Konsentrasi Penciptaan Musik, Penyajian
Musik, dan Musik Gereja. Berdasarkan FGD ditemukan
bahwa tidak ada dosen yang bergelar Strata Dua pada
bidang penyajian musik. Hal ini tentunya menjadi salah
satu
hal
yang
perlu
untuk
dipikirkan
bersama,
mengingat bahwa prodi ini menawarkan Penyajian
Musik sebagai salah satu konsentrasi pilihan. Rata-rata
dosen
memiliki
gelar
Strata
Dua
pada
bidang
penciptaan musik, dan ada empat orang dosen yang
memiliki gelar Strata Dua pada bidang Pendidikan
Musik. Faktanya adalah prodi ini tidak memiliki
konsentrasi pendidikan musik sebagai salah satu
pilihan. Tidak dipaparkan dalam FGD mengapa hal ini
terjadi pada prodi ini. peneliti mencoba untuk terus
bertanya dan ditemukan bahwa jurusan penyajian
musik pada jenjang Strata Dua tidak bisa ditempuh di
Indonesia,
dan
paling
dekat
adalah
Singapura.
Keterbatasan kemampuan berbahasa inggris membuat
para dosen enggan dan membatasi diri untuk tidak
melanjutkan pendidikan mereka di bidang penyajian
musik.
4.3.1.3 Kurangnya Jumlah Publikasi/Karya Tulis
Serta Pengabdian Pada Masyarakat.
Penelitian
dan
pengabdian
masyarakat
merupakan salah satu elemen penilaian dalam proses
reakreditasi. Hal ini terlihat pada standar 7 tentang
penelitian,
pengabdian
kepada
masyarakat
dan
kerjasama. Penelitian merupakan salah satu poin
penting dalam dunia pendidikan. Setiap dosen wajib
melakukan Tridharma yang didalamnya mencakup
tentang penelitian.
Berdasarkan FGD permasalahan yang ditemukan
pada poin adalah kurang produktifnya para dosen
dalam melakukan penelitian dan juga pengabdian
kepada masyarakat. Sebagian besar dosen tidak secara
aktif melakukan penelitian. Dari hasil FGD ditemukan
bahwa minat untuk melakukan penelitian masih sangat
rendah
dikarenakan
lingkungan
yang
kurang
mendukung. Dalam hal ini hampir seluruh dosen tidak
melakukan penelitian sehingga
tidak ada tercipta
suasana yang kompetitif untuk melakukan penelitian.
Hal ini menunjukkan bahwa para dosen pada prodi ini
belum memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang
Tridharma perguruan tinggi dimana penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat menjadi salah satu
poin
yang
Sebagian
wajib
besar
dilaksanakan
dosen
oleh
hanyalah
para
berfokus
dosen.
pada
tugasnya sebagai pengajar dan belum ada kesadaran
untuk juga melakukan penelitian. Terkait penelitian
ditemukan bahwa belum ada aturan khusus yang
mengatur tentang penelitian dosen. Seberapa sering
seorang dosen harus melakukan penelitian. Sehingga
tidak ada rasa terbeban bagi para dosen untuk
melakukan penelitian.
1.3.2 Strategi Peningkatan Peringkat Akreditasi
Berdasarkan pada paparan diatas tentang akar
permasalahan menurunnya peringkat akreditasi pada
prodi seni musik maka pada bagian ini akan membahas
tentang strategi peningkatan peringkat reakreditasi
pada prodi tersebut. Strategi dan strategi alternatif
akan dibahas pada bagian ini. TQM merupakan filosofi
yang
dapat
membantu
sebuah
institusi
dalam
peningkatan mutu untuk kepuasan pelanggan (Scott
2003). Hal ini senada dengan tujuan dari akreditasi
yaitu
peningkatan
mutu
dalam
suatu
institusi
pendidikan. Oleh karena itu untuk meningkatkan
peringkat akreditasi pada prodi ini telah disusun
perencanaan strategi berdasarkan akar permasalahan
yagn ditemukan.
4.3.2.1
Sistem Pengelolaan Fungsional dan Operasional
Program Studi.
Berdasarkan hasil FGD pada tahap 1 ditemukan
bahwa akar permasalahan pertama ada pada sikap
para dosen yang cenderung acuh tak acuh dengan
kebutuhan
fakultas.
Beberapa
dosen
yang
bersangkutan telah ditunjuk untuk membuat SOP yang
dibutuhkan sebagai bagian dari sistem pengelolaan
baik itu fungsional maupun operasional program studi.
Namun pada kenyataan, hanya satu atau dua dosen
saja
yang
membuat
SOP
yang
dibutuhkan.
Berdasarkan pada akar permasalahan ini peneliti
melihat fokus dan
kemauan dari para dosen adalah
kunci utama untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Maka strategi yang dapat dilakukan adalah: prodi akan
mengadakan
sebuah
mengagendakan
pertemuan
pembuatan
SOP
yang
khusus
sebagai
kegiatan
utama.
Para
dosen
yang
terlibat
akan
dikumpulkan
selama tiga hari untuk mengerjakan SOP sampai
tuntas. Hal ini dimaksudkan agar semua dosen yang
bersangkutan dapat fokus bekerja tanpa diganggu oleh
kegiatan-kegiatan yang lain.
4.3.2.2
Pembentukan Satgas Penjaminan Mutu
Proses penjaminan mutu dalam suatu institusi
perguruan
tinggi
haruslah
berjalan
secara
berkelanjutan. Evans & Lindsay (2005) berkata bahwa
Penjaminan
pemenuhan
konsisten
produsen,
mutu
adalah
standar
dan
dan
proses
mutu
penetapan
pengelolaan
berkelanjutan, sehingga
pihak
lain
yang
dan
secara
konsumen,
berkepentingan
memperoleh kepuasan. Oleh karena itu penjaminan
mutu dalam suatu institusi pendidikan tinggi sangatlah
penting. Guna tercapainya sistem penjaminan mutu
yang baik maka diperlukan suatu badan penjaminan
mutu atau biasa disebut satgas penjaminan mutu .
Satgas penjaminan mutu ini dapat menjadi pengawas
bagi jalannya proses kegiatan akademik maupun non
akademik. Akar dari beberapa permasalahan penyebab
turunnya peringkat akreditasi pada Prodi Seni Musik
Fakultas
Seni
Pertunjukkan
adalah
tidak
adanya
Satgas Penjaminan Mutu. hal ini tentunya berdampak
pada
lemahnya
kegiatan
sistem
akdemik
monitoring
maupun
non
pada
kegiatan-
akademik
prodi
tersebut. Oleh sebab itu perlu dibentuknya satgas
penjaminan mutu pada prodi ini. Satgas penjaminan
mutu ini.
4.3.2.3
Beban Tugas Berat
Beban tugas yang berat yang dimaksud pada
akar permasalahan ini adalah para dosen merasa
bahwa beban kerja mereka terlalu banyak meliputi
kegiatan
kegiatan
mengajar
lain
di
diluar
kelas,
pembimbingan,
kegiatan
prodi.
Hal
dan
ini
menyebabkan mereka tidak lagi memiliki kesempatan
untuk fokus pada pembuatan proposal penelitian
untuk studi lanjut ke jenjang Strata Tiga. Oleh sebab
itu, untuk mengatasi akar permasalahan tersebut maka
Dekan selaku pimpinan fakultas yang menaungi prodi
ini berinisiatif untuk memberlakukan aturan bahwa
setiap dosen wajib mengikuti aturan fakultas tentang
urutan tugas studi, tanpa terkecuali.
4.3.2.4
Kualifikasi Pendidikan Dosen dan Konsentrasi
yang Ditawarkan.
Fakultas Seni Pertunjukkan memiliki satu prodi
seni musik yang kemudian menawarkan tiga pilihan
konsentrasi yaitu Penciptaan Musik, Penyajian Musik
dan Musik gereja. Sehingga hendaklah para dosen
pengajar memiliki
kualifikasi
yang sesuai
dengan
konsentrasi yang ditawarkan. Berdasarkan FGD yang
dilakukan peneliti menemukan bahwa tidak ada dosen
yang memiliki gelar Strata 2 pada bidang Penyajian
Musik. Peneliti menggali lebih dalam penyebab hal
tersebut dan ditemukan bahwa jurusan Penyajian
Musik hanya dapat ditempuh di universitas diluar
negeri. Tentunya kemampuan bahasa inggris yang baik
dibutuhkan. Dalam hal ini para dosen merasa enggan
untuk melanjutkan studi keluar negeri dengan alasan
keterbatasan bahasa inggris.
Oleh karena itu rata-rata dosen memilih untuk
melanjutkan studi Strata 2 dengan mengambil jurusan
penciptaan musik. Oleh sebab itu, rencana jangka
panjang dari prodi yaitu akan merekrut tenaga-tenaga
muda berpotensi yang merupakan alumni dari fakultas
ini untuk kemudian diutus melanjutkan studi mereka
keluar negeri. Sejauh ini sudah ada 1 calon dosen
dengan kualifikasi Strata 2 pada jurusan Penyajian
Musik yang sedang menempuh studi di Amerika.
4.3.2.5
Pemahaman Tridarma Perguruan Tinggi yang
Belum Menyeluruh.
Berdasarkan hasil FGD ditemukan bahwa jumlah
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang
dilakukan oleh dosen dari prodi ini sangatlah kurang.
Setelah dilakukan FGD tahap kedua maka ditemukan
akar permasalahan penyebab kurangnya penelitian dan
pengadian kepada masyarakat adalah karena sebagian
besar dosen masih belum memiliki pemahaman yang
utuh akan Tri Darma Perguruan Tinggi yang salah
satunya berbicara tentang penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat. Hal ini meyebabkan para dosen
tidak
melakukan
penelitian
hanya
berfokus
pada
kegiatan mengajar saja. Padahal menurut Gaspersz,
(2011) kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat di dalam sebuah prodi merupakan wujud
nyata dari kontribusi perguruan tinggi dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas bangsa.
Tentu saja keterlibatan pemangku kebijakan
dalam prodi sangat berperan penting. Dalam hal ini
pemangku kebijakan dapatlah menyusun aturan untuk
mengatur hal ini. sejauh ini peneliti tidak melihat
bahwa ada aturan yang telah diberlakukan secara
khusus untuk mengatur tentang kegiatan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga sebagian
besar dosen hanya asyik melakukan kegiatan mengajar
tanpa peduli untuk melakukan penelitian. Oleh sebab
itu untuk mengatasi akar permasalahan ini maka prodi
akan memberlakukan aturan bahwa setiap dosen
haruslah melakukan joint research bersama dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Hal
tersebut
menjadi
langkah awal untuk menciptakan kebiasaan meneliti
dan
membuat
tulisan
yang
kemudian
akan
dipublikasikan baik dalam bentuk jurnal maupun
prosiding. Selain itu, kebijakan tersebut diharapkan
dapat membangun suasana yang mendukung bagi para
dosen untuk merasa berkompetisi dalam menghasilkan
karya tulis. Sehingga diharapkan selangkah demi
selangkah penelitian akan menjadi suatu hal yang
biasa dilakukan oleh para dosen. Selain itu, kegiatankegiatan pengabdian kepada masyarakat juga akan
dilakukan. Langkah awal yang telah direncanakan
adalah
melakukan
kegiatan-kegiatan
pengabdian
kepada masyarakat pada gereja-gereja pendukung yang
ada di wilayah sekitar salatiga. Keterlibatan semua
dosen diharapkan dalam mendukung kegiatan ini.
seperti yang dikatakan oleh Primiani dan Ariani (2005)
bahwa keterlibatan dari seluruh pihak diperlukan guna
tercapainya proses perbaikan.