Manfaat belajar sambil bermain dalam per

Manfaat belajar sambil bermain dalam perkembangan anak
TUGAS
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah psikologi
perkembangan
Semester genap
Dosen Pembimbing :
Harri Santoso,S.Psi,M.pd
Di susun
Oleh:
ERLINDA
NIM : 170901096

PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT. Rabb yang merajai
segala makhluk-Nya, berkehendak terhadap alam yang diciptakan-Nya, semua

kekuasaan dan kemampuan ada di dalam tangan-Nya. Shalawat beserta salam
selalu tercurahkan kepada uswah kita, Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan
seluruh kaum yang mengikuti Sunnahnya.
Tidak ada kesempurnaan selain kesempurnaan yang di tawarkan islam.
tidak ada kebahagiaan sejati kecuali kebahagiaan orang yang tetap berada di jalan
allah swt. maka, atas karunia-nya dan di dorong oleh niat yang suci, penulis
dengan segala keterbatasan dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul
“diksi atau pemilihan kata yang tepat’
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
Makalah ini, namun jika ada kesalahan penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
penyusunan makalah. Selanjutnya semoga makalah yang telah penulis susun dapat
bermanfaat untuk pembaca.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya
kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat mencapai hasil yang di harapkan.
Hanya kepada Allah SWT kita bertawakkal dan mohon ampun dari segala dosa.
Amiin

Banda Aceh, 2 juni 2018
Penulis

1.

Defenisi Bermain
Komplikasi bermain mempuat defenisi bermain menjadi sangat sulit dan

secara umum di anggap bahwa tidak ada satu pun defenisi bermain yang di
perlukan atau memadai ( smith dan pellegrini, 1998 ). Salah satu criteria yang

paling di sepakati untuk mendefenisikan bermain adalah prilaku yang tampak nya
tidak memiliki tujuan langsung yang jelas. Menurut defenisi ini, anak-anak kurang
perduli pada hasil prilaku tersebut ketimbang proses-proses prilaku itu sendiri.
Bermain telah juga di defenisikan berdasarkan kondisi-kondisi yang
memunculkan dan mendukungnya. Rubin, Fein dan Vandenberg 1983,
berpendapat bahwa konteenks nya harus di kenal baik (dalam hal objek dan
orang), aman dan ramah agar bermain dapat terjadi dan anak-anak harus bebas
dari stress, rasa lapar dan letih agar dapat bermain.
Dengan cara bermain telah di defenisikan sebagai prilaku

yang


bergantung pada konsekuensi-konsekuensinya. Contoh, suatu prilaku dapat di
katagorikan sebagai perkelahian main-main karena anak-anak tetap bersamasama sesudah nya, preilaku yang sama dapat di defenisikan sebagai agresi jika
anak-anak menjadi berpisah setelah itu ( smith dan pellegrini, 1998 ).
2. Teori-Teori Bermain
a) Teori energy berlebih (spencer, 1873) menyatakan bahwa bermain bermula
dari bertumpuk nya energi yang berlebihan dalam tubuh yang perlu di
salurkan. Bermain hanya di mungkinkan ketika system biologis
menumpuk ekses atau energi yang berlebihan . setelah akumulasi
membuang atau melepaskan energi yang berlebihan tersebut.
b) persiapan bagi kehidupan (Groos,1998). Anak-anak bermain untuk meniru
orang dewasa dan mempraktikkan seperti apa rasanya bila menjadi orang
dewasa. Banyak prabikan menjual mainan-mainan yang di rancangkan
berdasarkan premis ini contoh nya oven mainan, peralatan bangunan,
telepeon, boneka, pakean bagus, dan sebagainya.

c) Teori-teori Bermain Psikoanalitik
Contoh nya freud 1856-1939, menekankan kepentingan nya bermain
dalam kedidupan social dan emosional anak. Psikoanalisis meyakini
bahwa bermain memungkinkan anak memiliki keahlihan atas objek-objek
situasi-situasi social dengan memanipulasi nya dalam permainan. bermain


juga memungkinkan anak untuk memuaskan keinginan dan hasrat yang
tidak mungkin di penuhi dalam kenyataan. Maka seorang anak lelaki kecil
dapat ‘membunuh’ tentara mainan dan menghidupkan nya kembali.
d) Teori-teori bermain kognitif
Piaget 1962, menggambarkan tiga tahab bermain yang kemudian di perinci
oleh smilansky 1968. Tahap-tahap ini berkisar dari sederhana yakni, secara
intelegtual tidak menantang kekompleks yakni membutuhkan pemahaman
tentang peraturan-peraturan dan logika.
Pemainan fungsional melibatkan sederhana yang berulang yang tidak perlu
membangun realitas dengan cara-cara simbolik. Bayi yang terus-menerus
menjatuhkan objek-objek dari kusi tinggi dan tertawa ketika mendengar
suara jatuh nya sedang melakukan permainan fungsional. Piaget menyebut
prilaku pengulangan ini.
Penting untuk di catat bahwa meski biaget meyakini bermain dapat
membantu perkembangan intelegtual, ia tidak mengagab bermain sinonim
dengan itu.
c) menurut vygotsky
melalui bermain anak-anak belajar memakai belajar objek-objek, memilah
hubungan-hubungan, mecoba dan mempraktekan peran-peran yang beda.

Bermain juga dapat membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak
untuk mendapatkan pemuasan segera.Vygotsky mencontohkan seoranga
anak yang menaiki kuda namun tidak mendapatkannya, jadi dia
menggunakan sebatang tongkat untuk mewakili kuda dan bermain dan
menunggangi nya.
Bermain juga dapat mendorong perkembangan karena dalam bermain
anak-anak mendapatkan dan menciptakan aturan-aturan dan dengn cara ini
kemampuan-kemapuan konseptual anak menjadi lebih tinggi.
Bermain juga berfungsi sebagai sarana bagi anak-anak untuk memiliki
pikiran abstak. Bermain pada ank-anak melibatkan permainan-permainan
yang di dasarkan pada memori dan penciptaulang situasi-situasi nyata.
Kemudian mulai penggunaan imajinasi dan ketaatan pada aturan-aturan.

menurut vygotsky bermain menciptakan suatu zona perkembangan
proksimal, dimana anak-anak dapat merasakan suatu rasa keahlian, karena
ketika bermain mereka mampu berfungsi di puncak zona tersebut.
3. Fungsi Bermain
Bermain memiliki hubungan tak terpisahkan dengan perkembangan social,
kognitif, dan linguistic awal. Bermain digambarkan sebagai sesuatu yang penting
bagi kesehatan mental dan fisik serta kesejahteraan social dan emosional.

a. Kesejateraan psikologis
Freud dan erikson meyakini bahwa bermain membantu mengatasi
kecemasan dan konflik. Bermain melepaskan ketegangan, memungkinkan
anak-anak mengatasi masalah-masalah kehidupan. Terapi bermain di
dasarkan pada gagasan ini dan memungkinkan anak-anak mengatasi energi
yang berlebihan dan melepaskan emosi-emosi yang terkungkung. Dalam
terapi bermain juga memberikan kesempatan untuk menganalisis konflikkonflik anak adan cara-cara mengahadapinya.
b. Perkembanga kognitif
Piaget tetap berpendapat bahwa bermain simbolik meningkatkan
perkembangan kognitif. Melalui bermain anak-anak mampu melatih
kopentensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan mereka secara
rileks dan menyenangakan.
Vygotsky juga berpendapat bahwa bermain simbolik bernilai bagi
perekmbangan kognitif terutama di masa prasekolah.bermain juga
dianggap bernilai bagi perkembangan bahasa, karena bermain bersama
anak-anak lain melibatkan komunikasi. Anak-anak menikmati nyayian
anak-anak dan permainan kata yang membantu meereka belajar tentang
ritme dan pola-pola bahasa lisan. Pengamatan terhadap anak-anak usia dini
menujukkan bahwa mereka bermain dengan bahasa melalui pengulangan
bunyi, mebuat ritma-ritma


yang tidak masuk akal dan secara umum

berlatih memanipulasi bunyi-bunyi dan makna bahasa.
c. Perkembangan social dan emosional
Bermain kerap digambarkan mencerminkan kompetensi social kendati
kompetensi social.

Bermain meningkatkan afiliasi dengan teman-teman sebaya dengan
meningkatkan

kemungkinan

anak-anak

untuk

berinteraksi

dan


berkomunikasi, sehingga mendorong terbentuknya pertemanan. Hubungan
denga teman-teman sebaya dan afiliasi kelompok juga penting bagi
perkembangan identitas diri.
Bermain juga dapat mengatkan peran jender, salah satu aspek
perkembangan identitas. Semakin banyak waktu yang di habiskan anak
laki denga sama anak lelaki, tingkat aktivitas dan bermain kasar dan
berguling mereka pun meningkat. sebalik nya semakin banyak waktu yang
di habiskan anak-anak perempuan dengan anak perempuan, agresi dan
tingakat aktivitas merekapun menurun.
Bermain juga di kaikan dengan perkembangan pengaturan diri, yakni
kemampuan mengendalikan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan
prilaku-prilaku kita sendiri.
d. Perkembangan fisik
Bermain juga memungkinkan

anakk-anak

melatih


ketrampilan-

ketrampilan motorik mereka yang sedang berkembang. Pada usia 2-4
tahun , terlihat kemajuan inpresif dalam perembangan mororik kasar dan
keterampilan-keterampilan motorik halus. Pengendalian tuhuh yang lebih
baik memungkinkan anak berlari dan melompat, mengendari sepeda roda
tiga, menikmati bermain luncuran dan ayunan di taman. Melakukan jenis
bermain juga memiliki implikasi-implikasi bagi pertumbuhan fisik dalam
hal kekuatan, stamina, dan kesehatan umum.
Perkembangan motorik halus memungkinkan anak untuk menggambar,
mewarnai, membangun dan membuat berbagai benda.kendati jenis
bermain ini dapat berupa aktivitas yang di lakukan sendiri, namun juga
dapat berupa aktivitas social, terutama pada masa prasekolah.
4. Jenis-jenis Permainan
1. Klasifikasi social permaian.
Dalam model ini, berdasarkan observasi terhadap permainan di masa
prasekolah, parten menjabarkan enam jenis permaian.
Jenis permaian
Bermain tampa terokupasi


Diskripsi prilaku bermain
Anak relative diam dan tampak melakukan
gerakan-gerakan acak tanpa tujuan jelas.

Gaya bermain yang relative jarangan.
Anak yang sepenuh nya asik dalam bermain
Perrmain seorang diri

dan tampak nya tidak memperhatikan anakanak lain
Anak meniru pemain anak-anak lain, namun

Permainan bersama

tidak terlibat secara aktif dengan mereka.
Contoh, mereka menggunakan maian yang
sama.
Anak kini tertarik pada anak-anak lain
ketimbang

Pemain asosiatif


mainan-mainan

yang

mereka

gunakan. Ini mereupakan kata gori pertama
yang melibatkan interaksi social yang kuat
antara anak-anak ketika mereka bermain
Aktifitas bermain yang terorganisasi, contoh,

Permainan kerja sama

permainan miliki tujuan dan anak-anak kerap
mengadopsi berbagai peran dan bertindak
sebagai satu kelompok.

2. Klafikasi Berdasarkan Aktifitas
Model in juga di angagap memiliki keterbatasan karena mengabaikan
aspek-aspek koknitif bermain (Bergen,1988). Cara yang lebih
bermanfaat dalam mengklafikasi bermain mungkin dengan fokus pada
jenis aktivitas ketimbanga pada aspek-as[ek social. Rubin dkk. (1998)
menjabarkan 3 jenis aktivitas utama yang lahir dari cara berpikir ini.
Jenis aktivitas
Permain fungsional

Deskripsi berilaku bermain
Aktivitas-aktivitas
fisik

seperti

memantulkan bola, bermain kasar, dan
Permainan konstruktif

berguling.
Membangun dan membuat sesuatu,

Permaiana sosiodrama

menggambar, mewarnai.
Bermain peran atau ‘berpura-pura
menjadi’

5. Factor-faktor yang mempengaruhi bermain.
a. Pengaruh keluarga

Missal kelurga yang broken home itu bias mempengaruhi anak saat
bermain dengan teman nya.
b. Jender
Cara anak bermain dan memilih mainaan sesuai jender nya juga bias
mempengaruhi bermain, di kaitkan bahwa prilaku-prilaku ini dapat
mempengaruhi ketrampilan-ketrampilan dan kemampuan-kemampuan
selanjut nya. Contohnya bermain dengan maaskulin di anggap
mempengaruhi perkembangan keterampilan-keterapilan dan minatminat spesial (linn dan Peterson,1985,signorella,Jamison, dan krupa,
1989).
6. Contoh Bermain Sesuai Usia Anak
a. Usia 0-3 bulan
Pada usia ini, kemampuan bayi masih sangat terbatas, sehingga kita
perlu berhati-hati dalammelakukan permainan. Bayi baru mulai bisa
membedakan warna, serta baru mulai melakukan interaksinya dengan
dunia luar.
1. Kecerdasan Interpersonal dan Linguistik
Bercakap-cakap dengan bayi Anda, dalam bahasa yang singkat dan
jelas. Misalnya “Ini Mama”. Sambil bercakap-cakap, arahkan wajah Anda
berhadapan dengan wajahnhya. Permainan ini akan menjadi dasar
kemampuan bahasa, serta dengan melakukan tatap muka, maka bayi mulai
diajarkan untuk melakukan kontak dengan orang lain.
2. Kecerdasan Musikal
Perdengarkan musik bagi bayi Anda. Bunyi-bunyian yang memiliki
ritme tetap juga akan membantu anak untuk belajar memahami bunyi.
3. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
Perdengarkan sumber suara, misalnya kerincingan, suara ibu atau
ayah. Dan biarkan bayi mencari sumber suara. Ingat, respons bayi masih
lambat, tidak heran bila ada jeda beberapa detik sebelum bayi memberikan
respons. Lakukan dengan memindah-mindahkan sumber suara.

Bila memungkinkan, gantung mainan bayi di atas, lalu biarkan mainan itu
bergerak memutar dan bersuara. Ini akan membuat bayi menggerakkan
bola mata, dan menggerakkan kepala mengikuti sumber gerakan dan suara.
Berikan rattles, atau mainan lembut lainnya (soft toys), sehingga
bayi

mulai

belajar

menggenggam

serta

menggerakkan

mainan

tersebut.Letakkan mainan di depan bayi dalam posisi telungkup dan dalam
jangkauan, biarkan bayi mencoba maraih/mengambil mainan tersebut.
b. Usia 3-6 Bulan
1. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
Pasangkan sepatu/kaus kaki yang memiliki karakter atau figur tertentu
pada bagian ujung, sehingga bayi tertarik untuk mengangkat kaki dan
melihat karakter tersebut.Bayi juga akan berusaha meraih kaus kakinya, ini
akan melatih kecerdasan spasialnya.Bunyikan mainan di sekitarnya,
biarkan bayi mencari sumber suara, dan mencoba meraih mainan tersebut.
2. Kecerdasan Linguistik
Tirukan suara-suara yang keluar dari si bayi, bisa secara secara
langsung, bisa juga dengan merekam dan meperdengarkan kembali.Buat
gerakan mengangguk, atau jawaban atas suara yang dihasilkan bayi,
sehingga Anda seolah-olah sedang bercakap-cakap dengannya. Ini akan
merangsang bayi untuk tetap mengeluarkan suara
Membaca buku juga akan merangsang anak untuk belajar kata-kata.
Semakin sering kita membacakan buku, semakin banyak kata yang bisa
diserap. Bacakan dengan perlahan, sambil memperlihatkan buku dan
gambar-gambar di dalam buku tersebut. Selain mengembangkan
kecerdasan linguistik, hal ini juga akan membantu mengembangkan
kecerdasan interpersonal.
c. Usia 6-9 bulan
Pada usia ini, bayi mulai belajar untuk duduk, merangkak, mulai belajar
untuk berdiri. Dengan demikian, variasi permainan bisa menjadi lebih luas
lagi.

1. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik
Berikan mainan yang bisa bergerak, seperti mobil-mobilan, dan
jalankan mobil tersebut, biarkan bayi bergerak mengikuti arah mobil.
Jangan terlalu jauh, sehingga sulit terjangkau, merasa frustrasi dan
tidak ingin bermain.Bermain dengan bola, terutama yang mudah
digenggam, tidak besar, tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga mudah
dimasukan ke dalam mulut, sehingga bayi bisa mengeksplorasi dengan
baik.
Untuk anak yang lebih besar dan sudah tumbuh gigi, coba berikan
wadah berisi biskuit kecil dan biarkan si kecil mencoba mengambil
dan belajar untuk memasukkan ke dalam mulut.Anak yang sudah
diberikan makanan pendamping ASI dan sudah mulai bisa duduk, ada
baiknya juga didudukkan di kursi makan bayi (high chair), sehingga ia
bisa belajar duduk dengan baik.
2. Kecerdasan Linguistik
Tetap berikan buku pada anak, agar ia terbiasa melihat gambar dan
mendengarkan kata-kata. Pilih mainan yang bisa bersuara, misalnya
telepon-teleponan yang bisa mengeluarkan suara sehingga anak tertarik
mendengarkan dan memainkan.
3. Kecerdasan Interpersonal
Melambai-lambaikan tangan, “gimme five”, atau salaman, akan
merangsang anak menciptakan interaksi dengan orang lain. Ajak anak
bermain di taman dekat rumah, biarkan ia mulai mengenal orang lain
di luar keluarga.
4. Kecerdasan Intrapersonal
Panggil namanya, biarkan ia memahami bahwa itu adalah
namanya, dan tunggu sampai ia memberikan respons, misalnya dengan
menoleh ke arah pemanggil.
5. Kecerdasan Naturalis

Bawa anak ke halaman rumah, perkenalkan dengan binatang piaraan,
perkenalkan dengan tanaman dan pohon-pohon. Lihat reaksinya.
Perhatikan, hati-hati dengan binatang peliharaan. Beberapa jenis anjing
tidak terlalu bersahabat dengan bayi, sehingga bisa membuat bayi
ketakukan. Perhatikan jarak aman.
6. Kecerdasan Logis Matematis
Berikan beberapa benda yang sama pada anak, misalnya bola. Lalu
sambil memberikan pada anak, kita mulai menghitung “satu.. dua.”
Anak mulai dikenalkan pada konsep angka.
d. Usia 9-12 bulan
1. Kecerdasan Kinestetik
Berikan anak mainan yang bisa didorong (misal walk & ride),
sehingga anak belajar untuk berdiri dan mulai melangkah. Perhatikan
bobot mainan, jangan sampai terlalu ringan, sehingga bisa membuat anak
jatuh. Bermain lempar bola. Ajarkan anak melempar bola. Memainkan
drum, melatih koordinasi tangan. Belajar menyusun balok. Ajak anak
untuk menari dengan iringan lagu yang riang.
2. Kecerdasan Logis Matematis
Mengajarkan menyusun urutan balok, dari depan sampai terakhir, akan
mengajarkan anak sekuensial.
3. Kecerdasan Interpersonal
Ajak anak untuk bermain dengan anak-anak sebaya. Tujuannya
mengenalkan anak dengan anak lainnya, sehingga anak terbiasa dengan
anak lainnya. Ajak anak memberikan respons ketika dibacakan buku.
Biarkan anak memilih buku yang diinginkan, lalu baca bersama-sama.
Bermain “ciluk baa” dengan tujuan melatih anak memberikan reaksi atas
tindakan orang lain, dan sebaliknya.
4. Kecerdasan Naturalis

Ajak anak melihat lingkungan sekitar, melihat binatang, tanaman, alam
lainnya. Bisa dengan mengajaknya ke kebun Binatang, piknik, atau
melihat kegiatan berkebun. Menonton film tentang binatang.
5. Kecerdasan Musikal
Putarkan lagu-lagu anak-anak, ajak mereka untuk mendengarkan dan
menirukan lagu.

6. Kecerdasan Linguistik
Ajak anak bercakap-cakap sambil memainkan mainannya. Tirukan
suara mereka sambil menambahkan ekspresi muka, sehingga mereka
senang dan mendapatkan penguatan untuk mengulangi lagi suaranya.
e. Usia 1-3 Tahun
Pada saat ini, perkembangan kecerdasan anak sudah sangat maju dan
kompleks, maka perlu stimulasi yang lebih untuk mengembangkan mereka.
Usia ini anak sudah mulai bisa berkomunikasi dalam bentuk percakapan
sederhana, sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah, dan ini saat yang
tepat untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.
1. Kecerdasan Kinestetik
Bermain bola, anak sudah mulai bisa menendang serta menangkap
bola. Ajak mereka melakukan permainan bola. Permainan ini bisa menjadi
permainan favorit mereka. Anak sudah mulai bisa mengayuh sepeda, jadi
tidak ada salahnya mulai memberikan mereka sepeda roda tiga. Jika
orangtua memiliki sepeda, bisa bersepeda bersama, jika tidak, orangtua
bisa mendampingi anak bersepeda. Bermain panjat tangga serta perosotan.
Bermain petak umpet.
2. Kecerdasan Logis matematis

Bermain pasel (puzzle) sederhana (kurang dari 10 keping). Bermain
balok membentuk bangunan.
3. Kecerdasan Linguistik
Telpon mainan, melatih anak untuk bercakap-cakap. Hand puppet.
Buku cerita bergambar.
4. Kecerdasan Interpersonal
Bermain peran. Bermain dengan teman sebaya.
5. Kecerdasan Naturalis
Pergi ke kebun binatang. Ajak anak untuk melakukan kegiatan
berkebun ringan. Pergunakan media buku atau kartu bergambar binatang.
6. Kecerdasan Musikal
Perdengarkan lagu, ajak anak bernyanyi bersama. Memainkan alat
musik, misalnya drum atau xylophone.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Buku gambar dan krayon non toxic, sebagai media mengekspresikan
diri dan mengembangkan imajinasi.
7. Kesimpulan nya
Bermain sangat bermanfaat bagi anak, baik dari ssegi motorik,
kognitif, fisiologis. Seperti pendidikan di firlandia, anak di bolehkan
masuk sekolah di umur 7 tahun, sebelum nya anak menghabiskan masa
bermain bersama anak-anak yang seusia nya.Dan pilih mainan sesuai usia
anak, dan peran orang tua sangat penting bagi perkembangan anak.
Kesimpulan nya biarkan anak bermain di usia nya untuk memberi
perkembangan yang baik bagi anak, tidak ada salah nya mecoba dan
mencontoh pendidikan yang sudah terbukti maju dalam teori belajar dan
perkembangan anak di firlandia.
Daftar Pustaka

Erlangga,2012.psikologi perkembangan,Jakarta, Jl.H.Baping Raya no.100
Ciracas
www.anakku.net/permainan-yang-cerdaskan.htlm