PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMBACA PROGRAM

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMBACA PROGRAM BAHASA
INDONESIA BAGI PENUTUR ASING TINGKAT INTERMEDIATE

Agnes Suprihatin
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak. Perkembangan bahasa Indonesia sudah sangat pesat
dengan semakin banyaknya orang asing yang belajar bahasa
Indonesia. Kondisi ini membuat para penggiat BIPA berusaha
untuk meningkatkan layanan dalam hal akademik dan nonakademik. Dalam hal akademik, pengadaan bahan ajar sangat
diperlukan. bahan ajar yang dibuat selama ini masih
berdasarkan pendekatan integratif. Sementara itu, di ISPMCE
ada dua jenis buku yang digunakan, yaitu buku yang
berdasarkan pendekatan integratif dan buku yang berdasarkan
pendekatan diskret. Bahan ajar membaca merupakan salah satu
bahan ajar yang dibuat di ISPMCE. Prototipe bahan ajar
membaca ini dikembangkan berdasarkan standar kompetensi
kemahiran bahasa ACTFL tingkat intermediate. Penelitian ini
menggunakan model Borg & Gall.
Kata kunci: Membaca, BIPA, Intermediate, ACTFL
PENDAHULUAN


Bahasa merupakan hal yang
sangat diperlukan dalam kegiatan
berkomunikasi. Seseorang dapat
berkomunikasi dengan baik jika
menguasai sebuah bahasa, baik
bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Bahasa dapat diperoleh melalui
pemerolehan dan pembelajaran. Di
Indonesia, bahasa resmi yang
digunakan adalah bahasa Indonesia,
seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal
36 yang dinyatakan bahwa bahasa
negara adalah bahasa Indonesia. Hal
ini juga dinyatakan dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor
24 tahun 2009, pasal 25 ayat (3),
yaitu bahasa Indonesia sebagai resmi
kenegaraan, pengantar pendidikan,


komunikasi
tingkat
nasional,
pengembangan kebudayaan nasional,
transaksi dan dokumentasi niaga,
serta sarana pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan bahasa media
massa.
Dalam perkembangan ilmu
bahasa Indonesia, dikenal istilah
bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua (BIDA) dan bahasa Indonesia
sebagai bahasa asing (BIPA). Kedua
istilah tersebut berbeda maknanya
jika dilihat dari penuturnya. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua
dituturkan dan digunakan sebagai
alat komunikasi oleh penutur
Indonesia. Sementara itu, bahasa

Indonesia sebagai bahasa asing
banyak dituturkan dan digunakan
oleh penutur asing. Menurut Sugono

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 297

(dalam Widodo, 2010), masyarakat
Indonesia ada yang menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa
pertama (BIMA), tetapi ada juga
yang menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua (BIDA).
Sebagai bahasa kedua, bahasa
Indonesia harus dipelajari agar dapat
berkomunikasi
dengan
baik.
Sementara itu, sebagai bahasa asing
bahasa Indonesia harus dipelajari
dengan lebih intensif.

Terdapat
perbedaan
antara
bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa asing meskipun keduanya
diperoleh dengan belajar. Dalam
pembelajaran BIDA sudah ada
kurikulum yang baku, silabus,
pengajar yang mempunyai keahlian
dalam bidang bahasa Indonesia,
materi ajar, dan media yang
bervariasi. Sementarai itu, dalam
pembelajaran BIPA belum ada
kurikulum dan silabus yang baku,
pengajar yang berasal dari ilmu yang
tidak relevan dengan bahasa
Indonesia, tetapi bisa berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia, materi yang
terbatas, dan media pembelajaran

juga terbatas. Sebagai salah satu
komponen dalam pembelajaran,
materi ajar/buku memegang peranan
penting agar pembelajaran dapat
berlangsung sesuai dengan tujuan
dan rencana. Materi ajar yang ada
selama ini masih dibuat sendiri oleh
setiap lembaga yang disesuaikan
dengan karakteristik pelajar, tujuan
pelajar, dan jenis program.
Melihat kondisi tersebut maka
diperlukan pengembangan dalam
pembelajaran BIPA. Pengembangan
ini
lebih
dikhususkan
pada
pengembangan bahan ajar membaca.
Alasan dipilihnya pengembangan


bahan ajar membaca ini karena
selama ini bahan ajar yang ada masih
berupa lembaran-lembaran yang
belum dibukukan. Selain itu, selama
ini buku teks yang ada masih banyak
yang berupa bahan pengajaran
keterampilan
berbicara
(conversation), sedangkan buku teks
untuk membaca jumlahnya sangat
terbatas (Bernard & Kuncoro, 2000).
Bahan ajar merupakan issue
penting yang selama ini mewarnai
Konferensi Internasional Pengajaran
BIPA I (KIPBIPA) di Solo tahun
1993 sampai dengan KIPBIPA VI di
Banten tahun 2006. Issue bahan ajar
BIPA juga hangat dibicarakan dalam
Semiloka Internasional BIPA Juli
2007 yang diadakan oleh Badan

Bahasa di Jakarta (Susanto, 2008).
Hal serupa juga disampaikan
oleh Young-rhim (2007) dalam
makalahnya
yang
berjudul
Problematika Bahan Ajar dalam
Pengajaran BIPA di Luar Negeri.
Dalam makalahnya, Young-rhim
menjelaskan bahwa bahan ajar yang
dipakai di Universitas Bahasa Asing
Hankuk, Korea Selatan, berdasarkan
program dan rencana pengajar
sendiri, baik bahan yang ada di
pasaran maupun bahan yang dibuat
pengajar sendiri.
Penelitian bahan ajar BIPA,
menurut pengamatan peneliti, masih
belum banyak dilakukan. Beberapa
penelitian

terdahuu
tentang
pengembangan bahan ajar BIPA
antara lain yang dilakukan oleh Gatut
Susanto pada tesisnya yang berjudul
Bahan Ajar BIPA untuk Pelajar
Tingkat
Pemula.
Dalam
penelitiannya,
Susanto
(2008)
mengemukakan
bahwa
ada
perbedaan yang mendasar pada
pengembangan bahan ajar untuk

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 298


BIPA. Perbedaan tersebut terletak
pada beberapa aspek, antara lain;
latar belakarang budaya dan bahasa
pelajar, karakteristik pelajar, asal
pelajar. Oleh karena itu, pemilihan
bahan ajar harus disesuaikan dengan
hal tersebut.
Penelitian pengembangan bahan
ajar BIPA yang lain adalah yang
dilakukan oleh Anneke Heritaningsih
Tupan yang berjudul Pengembangan
Bahan Ajar BIPA Melalui Materi
Otentik yang Bermuatan Budaya
Indonesia. Dalam penelitiannya,
Tupan
menjelaskan
pentingnya
pemilihan materi otentik yang tepat
akan
membuat

pelajar
dapat
mengikuti
pelajaran
dengan
memanfaatkan pengetahuan dasarnya
untuk menebak materi pelajaran
yuang dipelajari (Tupan, 2007:149).
Hal senada juga disampaikan
oleh Katharina Endriati Sukamto
(2007) dalam penelitiannya yang
berjudul
Peningkatan
Mutu
Pengajaran BIPA dengan Materi
dan
Situasi
Otentik.
Dalam
penelitiannya, Sukamto menjelaskan

pentingnya materi otentik untuk
pelajar BIPA tingkat madya sampai
dengan mahir yang belajar bahasa
Indonesia untuk tujuan khusus.
Materi dan situasi otentik dalam
pembelajaran akan membantu pelajar
untuk berhadapan dengan dunia
nyata yang akan dihadapi dalam
kehidupan atau pekerjaan mereka
sehari-hari di Indonesia.
Penelitian pengembangan bahan
ajar BIPA juga dilakukan oleh Imam
Suyitno (2010) yang berjudul
Pengembangan
Materi
Pembelajaran BIPA Berdasarkan
Tujuan Pelajar Asing. Dalam
penelitiannya Suyitno menjelaskan
bahwa
dalam
mengembangkan

pembelajaran BIPA pada penerapan
pedagogis, diperlukan pemahaman
secara memadai kebutuhan pelajar
dalam belajar BIPA. Pemahaman
terhadap karakteristik pelajar BIPA
menjadi
titik
awal
dalam
mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran BIPA (Suyitno, 2010).
Penelitian
yang
sudah
disebutkan di atas dapat dijadikan
sebagai
acuan
awal
untuk
dilakukannya
penelitian
pengembangan bahan ajar bagi
pembelajaran BIPA. Perlu dipahami,
bahwa penelitian pengembangan
dalam bidang BIPA masih belum
terlalu banyak dilakukan sehingga
diharapkan penelitian pengembangan
ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk
dilakukannya
penelitian
selanjutnya.
Adapun tujuan pengembangan
bahan ajar adalah (1) mempersiapkan
kegiatan
pembelajaran
dalam
berbagai situasi supaya dapat
berlangsung secara optimal, (2)
meningkatkan motivasi pengajar
untuk mengelola kegiatan belajarmengajar, dan (3) mempersiapkan
kegiatan belajar-mengajar dengan
mengisi bahan-bahan yang selalu
baru, ditampilkan dengan cara baru,
dan dilaksanakan dengan strategi
yang baru pula (Widodo, 2010).
Lembaga yang dijadikan tempat
penelitian ini adalah Indonesian
Studies Program Malangkuçeçwara
School of Economic (ISPMCE).
Pentingnya pemilihan tempat ini
karena pembuatan bahan ajar
membaca masih belum maksimal.
Pembelajaran
BIPA
yang
diselenggarakan di ISPMCE sudah
diakui oleh pihak luar karena
mempunyai
karakteristik
yang
berbeda
dengan
lembaga

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 299

penyelenggara BIPA yang lain.
Karakteristik tersebut terletak pada
penggunaan pendekatan diskret yang
sudah mulai ditinggalkan dalam
pembelajaran bahasa. Penggunaan
pendekatan diskret ini dipilih khusus
untuk program semester atau disebut
Program BIPA Khusus atau Program
Area Studies.
Alasan pemilihan pendekatan
diskret ini tentu melalui pengamatan
beberapa program BIPA Khusus dan
program Area Studies yang ternyata
kurang efektif ketika menerapkan
pendekatan
integratif.
Setelah
melalui beberapa kali uji coba,
akhirnya dipilih pendekatan diskret
untuk pembelajaran bahasa Indonesia
program BIPA Khusus dan program
Area Studies. Alasan lain adalah
dengan
pendekatan
diskret,
pembelajaran
keterampilan
berbahasa dan tata bahasa menjadi
lebih terarah. Dengan menggunakan
pendekatan
diskret
diharapkan
komptensi pelajar menjadi semakin
baik.
Penggunaan pendekatan diskret
di ISPMCE berorientasi pada
peningkatan kompetensi berbahasa
pelajar supaya menjadi lebih baik
karena
jika
menggunakan
pendekatan
integratif
kurang
tertangani. Akan tetapi, pemilihan
pendekatan ini tidak selalu berjalan
lancar. Di lapangan, para pengajar
sedikit mengalami kesulitan ketika
menyusun materi pembelajaran. Hal
ini terjadi karena pengajar harus
menyusun materi ajar yang sesuai
dengan minat pelajar dan memilih
materi yang akan tetap up to date.
Dari kelima jenis materi yang
ada, peneliti
memilih materi
membaca. Pemilihan materi ini
didasarkan pada pengelaman peneliti

yang juga pengajar di lembaga
tempat penelitian. Selama ini materi
yang ada hanya berupa lembaranlembaran materi yang belum
dibukukan. Pemilihan materi pun
didasarkan pada minat pelajar yang
belajar di ISPMCE.
Pemilihan materi ajar membaca
ini didasarkan juga pada alasan
pentingnya membaca. Membaca
sebgai
kunci
sebuah
ilmu
pengetahuan merupakan hal penting
yang harus diajarkan secara khusus.
Belajar bahasa atau pelajaran apa
pun tidak akan lepas dari kegiatan
membaca. Membaca merupakan
bagian integral dari kehidupan
sehari-hari yang sangat penting bagi
kehidupan akademik, personal, dan
sosial
seseorang
(Danasasmita,
2007).
Mengingat
pentingnya
kegiatan membaca bagi kehidupan
manusia, tidak mengherankan jika
banyak pihak yang peduli terhadap
kemampuan membaca ini. Salah
satunya
adalah
penyelenggara
pembelajaran BIPA di Malang,
khususnya di ISPMCE.
Pengembangan
buku
ajar
membaca ini didasarkan pada
beberapa hal tentang pengembangan
buku ajar khususnya buku ajar yang
digunakan
dalam
pembelajaran
BIPA. Pengembangan buku ajar
BIPA harus memerhatikan beberapa
prinsip berikut ini.
Pembelajar BIPA adalah orang
asing yang memiliki latar belakang
bahasa dan budaya yang berbeda
dengan budaya Indonesia yang
dipelajarinya
(Widodo,
2010).
Perbedaan bahasa dan budaya
tersebut memiliki konsekuensi pada
penyusunan program pembelajaran
yang akan digunakan. Selain
perbedaan bahasa dan budaya,

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 300

sebuah lembaga penyelenggara BIPA
juga
harus
mempertimbangkan
kepentingan pelajar. Kepentingan
pelajar tersebut antara lain adalah
tujuan belajar. Tujuan seorang
pelajar BIPA sangat beragam, antara
lain untuk kepentingan penelitian,
bekerja pada perusahaan asing yang
berdomisili di Indonesia, atau hanya
untuk bisa berkomunikasi secara
lisan yang sederhana. Mereka yang
datang ke Indonesia ada yang telah
belajar bahasa Indonesia secara
formal dalam jangka waktu tertentu,
ada juga karena mereka anggota klub
Indonesia, ada yang orangtuanya
orang Indonesia, tetapi mereka tidak
pernah berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia, dan ada juga mereka yang
betul-betul mencintai Indonesia
dengan
keanekaragamannya
(Kurniawan, 2007:285).
Penguasaan
kemampuan
berbahasa yang sesuai dengan
harapan
pelajar
merupakan
komponen utama yang harus selalu
dijadikan pedoman dalam merancang
sebuah bahan ajar. Komponen utama
itu akan memberi arah pada
penguasaan keterampilan berbahasa
(mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis) dan tata bahasa
(Kurniawan, 2007:287).
Keberadaan buku ajar tentu
disesuaikan dengan karakteristik dan
tujuan pelajar BIPA belajar BI. Buku
ajar BIPA berbeda dengan buku ajar
BI untuk siswa SD, SMP, SMA, dan
SMK. Buku ajar BIPA dirancang
khusus untuk pelajar asing. Dengan
demikian, karakteristik pelajar asing
perlu
dipertimbangkan
dalam
merancang buku ajar. Hal ini senada
dengan yang disampaikan oleh
Suyitno (2010) yang menyatakan
bahwa dalam pembelajaran BIPA

perbedaan bahasa dan budaya pelajar
asing memiliki konsekuensi pada
pemilihan
materi
yang
akan
diajarkan.
Pada
tahap
awal
pembelajaran BIPA, pelajar asing
masih banyak yang dipengaruhi oleh
bahasa pertama, budaya, dan gaya
belajar yang telah dimiliki.
Pelajar BIPA memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda-beda,
mulai tingkat pemula sampai dengan
tingkat lanjut. Berdasarkan tingkat
kemampuan pelajar BIPA, buku ajar
dapat dibedakan menjadi beberapa
tingkat. Ada yang membedakan
menjadi tiga kriteria, yaitu buku ajar
untuk tingkat (1) pemula, (2)
menengah, dan (3) lanjut.
Sementara itu, dalam Widodo
(2010) dijelaskan, lembaga Uji
Kemahiran
Bahasa
Indonesia
(UKBI)
Jepang
membuat
pengelompokan kompetensi penutur
bahas Indonesia menjadi empat
kelompok, yaitu pemula, menengah,
lanjut, dan mahir. Selain itu, UKBI
Jepang juga memilah peringkat
BIPA menjadi empat yaitu (1) BIPA
I dan BIPA II, (2) BIPA III dan
BIPA IV, (3) BIPA V, (4) BIPA VI
dan BIPA untuk tujuan khusus.
Penjelasan peringkat BIPA tersebut
adalah BIPA I untuk pelajar tingkat
pemula, BIPA II untuk pelajar pramenengah, BIPA III untuk pelajar
tingkat menengah, BIPA IV untuk
pelajar pra-lanjut, BIPA V untuk
pelajar tingkat lanjut, dan BIPA VI
untuk mahir,serta BI untuk tujuan
khusus (Indonesian for a Special
Purposes).
Menurut korespondensi skala
kemahiran American Council for
Teaching
Foreign
Language
(ACTFL), kemampuan pelajar BIPA
dibedakan menjadi dua belas

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 301

peringkat. Peringkat tersebut adalah
(1) peringkat 0, (2) novice-low, (3)
novice-mid, (4) novice-high, (5)
intermediate-low, (6) intermediatemid, (7) intermediate-high, (8)
advance, (9) advance plus, (10)
superior, (11) distinguished, dan (12)
native.
Pelajar asing yang belajar BIPA
pada umumnya adalah orang dewasa.
Oleh karena itu, Soegiono (dalam
Widodo, 2010) menjelaskan bahwa
ada beberapa sifat yang harus
diperhatikan dalam penyusunan
bahan ajar BIPA. Pertama, orang
dewasa sudah memiliki cukup
banyak pengetahuan dan wawasan
sehingga kebutuhan mereka adalah
kebutuhan orang dewasa, bukan lagi
kebutuhan anak-anak. Kedua, orang
asing
(terutama
Barat)
suka
mengekspresikan
diri
mereka,
mempresentasikan
sesuatu,
mengemukakan pendapat sehingga
tugas di luar kelas atau membuat
proyek yang sederhana akan sangat
menarik.
Pembelajar dewasa memiliki
keyakinan yang berbeda dalam
belajar bahasa di kelas. Ada sebuah
penelitian yang dilakukan oleh
Wenden (dalam Widodo, 2007).
Penelitian
tersebut
dilakukan
terhadap 25 orang dewasa yang
belajar bahasa Inggris paruh waktu di
universitas di Amerika. Wenden
menemukan ada tiga kelompok yang
berbeda keyakikan dalam belajar
bahasa Inggris. Kelompok pertama
mementingkan pemakaian bahasa.
Keyakinan kelompok ini membawa
konsekuensi pada pentingnya belajar
bahasa di situasi pemakaian yang
alami. Yang dilakukan adalah
berlatih terus dan mencoba berpikir
dalam bahasa target, hidup, dan

belajar dalam lingkungan tempat
bahasa bahasa Inggri tersebut
digunakan.
Kelompok
kedua
mementingkan
belajar
tentang
bahasa Inggris, sehingga mereka
lebih
mementingkan
belajar
tatabahasa, menghafalkan kata-kata,
masuk dengan rajin ke dalam kelas
bahasa Inggris supaya mendapatkan
balikan
dari
kesalahan
yang
dibuatnya. Kelompok ketiga dilabeli
pentingnya
faktor
personal.
Kelompok ketiga ini mementingkan
fasilitas
yang
menunjang
pembelajaran, memahami konsep,
dan sikap pada bahasa Inggris
tersebut (Widodo, 2007).
METODE
Penelitian ini menggunakan
model pengembangan Research and
Development Borg & Gall (1983).
Menurut Borg dan Gall, penelitian
pengembangan terdiri atas sepuluh
langkah. Namun dengan megacu
pada
keterbatasan
penelitian,
beberapa langkah dalam model
pengembangan tersebut dimodifikasi,
terutama dalam hal jumlah subjek uji
coba.
Modifikasi tersebut adalah; (1)
melakukan analisis produk yang
akan dikembangkan, (2) melakukan
perencanaan, (3) mengembangkan
bentuk produk awal, (4) melakukan
validasi terhadap ahli, (5) melakukan
uji coba produk, (6) melakukan
revisi produk (berdasarkan saransaran dan hasil uji lapangan).
Pada
tahap
prosedur
pengembangan dilakukan tahapan
pendahuluan/pra-pengembangan,
prosedur
pengembangan,
uji
lapangan, dan revisi. Pada tahap
pendahuluan/pra-pengembangan

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 302

peneliti melakukan analisis produk,
telaah teori, dan telaah penelitian
terdahulu. Pada tahap pengembangan
peneliti melakukan pengembangan
bentuk produk awal. Setelah produk
awal dikembangkan, langkah/tahap
selanjutnya adalah melakukan uji
coba produk dan terakhir adalah
revisi produk.

Instrumen pengumpul data yang
digunakan dalam penelitian ini
berupa (1) panduan observasi
program, (2) panduan angket
wawancara kepada pengajar BIPA,
dan (3) format masukan dari pakar.
Angket
yang
digunakan
menggunakan skala Likert dengan
alternatif empat jawaban. Tabel skala
Likert dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 3.1 Pengukuran dengan Skala Likert
No.

Pengukuran dengan
Skala Likert

Hasil Penilaian

1.
2.
3.
4.

4
3
2
1

Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju

Jenis data yang digunakan dalam
penelitian pengembangan ini adalah
data kualitatif. Data kualitatif terdiri
atas sekumpulan inforamsi, baik
dalam bentuk masukan maupun
saran. Data kualitiatif berupa
informasi atas kelayakan prototipe
bahan ajar Membaca dari (1) ahli
pembelajaran BIPA, (2) ahli buku
ajar BIPA, dan (3) praktisi/pengajar
BIPA.
Teknis analisis data dalam
penelitian ini adalah analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan langkahlangkah mengumpulkan data dari
hasil wawancara dan observasi,
mengorganisasi,
memilah,
dan
mengklasifikasi data yang sudah
didapatkan berdasarkan kelompok
uji,
dan
menganalisis
dan
merumuskan
simpulan
analisis
sebagai dasar untuk melakukan
tindakan terhadap produk bahan ajar
yang
dikembangkan.
Analisis
kualitatif
digunakan
untuk
menganalisis data yang berupada

data kualitatif yaitu hasil wawancara
dan observasi.
Sementara
itu,
analisis
kuantitatif
digunakan
untuk
menghitung presentasi jawaban tiap
butir pertanyaan yang diajukan
dalam angket penilaian. Pengolahan
data angket yang diperoleh dari
penyebaran angket kepada ahli,
praktisi, dan pelajar asing yang
sudah divalidasi, dianalisis dengan
menggunakan
rumus
Arikunto
(1998: 224) berikut.
1) Rumus untuk mengolah data
per item
P =,
X 100%
Keterangan:
P : persentase
X : jawaban responden dalam
satu item
Xi : nilai ideal dalam satu item
100% : konstanta
2) Rumus untuk mengolah data
secara keseluruhan
P =,∑ ∑ X 100%
Keterangan:

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 303

P : persentase
∑x : jumlah keseluruhan
jawaban responden dalam seluruh
item
∑xi : jumlah keseluruhan skor
ideal dalam satu item
100% : konstanta
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Kelayakan Produk
Menurut Ahli Pembelajaran BIPA
Berdasarkan
uji
ahli
pembelajaran BIPA diperoleh data
rata-rata kelayakan aspek pemilihan
materi mencapai presentase 87.5%.
Rata-rata kelayakan aspek bahasa
mencapai 75%. Rata-rata kelayakan
aspek kemudahan memahami materi
mencapai
91.66%.
Rata-rata
kelayakan
aspek
evaluasi
pemahaman konsep buku ajar
mencapai 80%. Rata-rata kelayakan
aspek materi dalam buku ajar
mencapai 75%. Rata-rata kelayakan
aspek keinteraktifan penyajian soal
mencapai 75%. Rata-rata kelayakan
aspek kelayakan produk digunakan
dalam pembelajaran mencapai 75%.
Hasil analisis keseluruhan aspek
mencapai persentase 79.88%.
Hasil tersebut menunjukkan
bahwa produk buku ajar Membaca
ini memiliki kualifikasi layak untuk
diterapkan.
Hasil Uji Kelayakan Produk
Menurut Ahli Buku Ajar BIPA
Berdasarkan uji ahli buku ajar
BIPA, diperoleh rata-rata kelayakan
aspek kesesuaian uraian materi
mencapai
66.66%.
Rata-rata
kelayakan aspek teknik penyajian
mencapai
66.66%.
Rata-rata
kelayakan
aspek
kelengkapan
penyajian mencapai 75%. Rata-rata
kelayakan aspek bentuk bahasa

mencapai 75%. Rata-rata kelayakan
aspek tampilan buku mencapai 75%.
Rata-rata kelayakan aspek kelayakan
buku mencapai 75%. Rata-rata
kelayakan aspek kualitas mencapai
75%.
Hasil
analisis
keseluruhan
mencapai 72.61%. Hasil tersebut
menunjukkan buku ini cukup layak
untuk digunakan dalam pembelajaran
BIPA.
Namun,
masih
perlu
diterapkan perbaikan berdasarkan
saran dan komentar ahli.
Hasil Uji Kelayakan Produk
Menurut Praktisi/Pengajar BIPA
Berdasarkan
uji
praktisi,
diperoleh data rata-rata kelayakan
aspek penyajian buku mencapai
persentase
91.66%.
Rata-rata
kelayakan
aspek
ilustrasi,
gambar/foto
yang
digunakan
mencapai 100%. Rata-rata kelayakan
pemilihan materi mencapai 87.5%.
Rata-rata kelayakan aspek kebahasan
mencapai 100%. Rata-rata kelayakan
evaluasi dalam buku ajar mencapai
90%. Rata-rata kelayakan aspek
keterterapan buku mencapai 100%,
Hasil analisis keseluruhan aspek
mencapai 94.86%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa produk buku
ajar Membaca ini sangat layak
diterapkan.
Hasil Uji Kelayakan di Lapangan
Berdasarkan
uji
lapangan,
diperoleh rata-rata kelayakan aspek
tampilan buku mencapai persentase
93.75%. Rata-rata kelayakan aspek
isi/materi mencapai 96.87%. Hasil
analisis secara keseluruhan aspek
mencapai 95.31%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa produk buku
ajar
Membaca
ini
memiliki
kualifikasi sangat layak diterpakan
Hasil
validasi
analisis
keseluruhan uji coba produk, yaitu

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 304

uji ahli pembelajaran BIPA, ahli
buku ajar BIPA, praktisi, dan uji
coba lapangan kepada pelajar asing

dapat dilihat pada diagram berikut
ini.

Diagram 1. Hasil Validasi Uji Coba Produk

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kajian dan
revisi produk buku ajar Membaca di
atas dapat dikemukakan saran-saran
untuk
memberikan
sumbangan
pemikiran
bagi
lembaga
penyelanggara BIPA baik di Malang,
maupun di luar Malang, khususnya
yang
menyelenggarakan
pembelajaran dengan pendekatan
diskret.
Prototipe bahan ajar membaca
ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga
penyelenggara
BIPA
yang
menyelenggarakan program semester
yang
berdasarkan
pendekatan
diskret. Baik pengajar maupun
pelajar akan sangat terbantu dengan
buku
ini
khususnya
untuk
mempelajari keterampilan menulis.
Secara pengembangan, produk
yang dikembangkan ini masih
memiliki keterbatasan dan belum
sempurna
sehingga
masih
memerlukan pengembangan lebih
lanjut. Pengajar disarankan dapat
mengembangkan materi yang ada
dalam prototipe bahan ajar membaca

ini sehingga pembelajaran di kelas
menjadi lebih kaya.
Bagi pengembangan program
BIPA, prototipe bahan ajar membaca
ini dapat dijadikan sebagai salah satu
prototipe bahan ajar khususnya
keterampilan membaca.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bernard, Erlin S. & Kuncoro, Ajar
Budi. 1999. Murid atau Guru
Sentris?: Pendekatan dalam
Pengajaran Membaca BIPA.
Prosiding
Konferensi
Internasional Pengajaran BIPA
III. Bandung: CV Andira.
Borg, Walter R. & Gall, Meredith
Damien. 1983. Educational
Research: An Introduction.
England: Longman.
Danasasmita,
Wawan.
2007.
Efektivitas Model Directed
Reading Activity (DRA) dalam
Pengajaran Membaca Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Asing.

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 305

Jurnal Educationist Vol.1 No. 2.
(Online),
(http://file.upi.edu./Direktori/JU
RNAL/EDUCATIONIST/Vol.1
No2-Juli2007/7Wawan
Danasasmita Layout.pdf. diakses
12 Agustus 2014).
Kurniawan,
Khaerudin.
2007.
Peningkatan
Mutu
Penyelenggaraan
Pendidikan
Bahasa Indonesia bagi Penutur
Asing (BIPA) yang Profesional.
Seminar
&
Lokakarya
Internasional Pengajaran BIPA.
Jakarta: Depdiknas.
Sukamto, Katharina Endriati. 2007.
Peningkatan Mutu Pengajaran
BIPA dengan Materi dan Situasi
Otentik. Seminar & Lokakarya
Internasional Pengajaran BIPA.
Jakarta: Depdiknas.
Susanto, Gatut. 2008. Bahan Ajar
Tingkat Pemula untuk Pelajar
Jepang. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
Suyitno,
Imam.
2010.
Pengembangan
Materi
Pembelajaran
BIPA
Berdasarkan Tujuan Belajar
Pelajar Asing. Disajikan pada
Pengukuhan Guru Besar dalam
Bidang
Ilmu
Pembelajaran
Bahasa pada Fakultas Sastra.
Malang: Universitas Negeri
Malang.
Tupan, Anneke Heritaningsih. 2007.
Pengembangan Bahan Ajar
BIPA Melalui Materi Otentik.
Seminar
&
Lokakarya
Internasional Pengajaran BIPA.
Jakarta: Depdiknas.
Widodo. 2007. Sejarah, BIPA,
Tantangan,
&
Peluang
Pengembangan BIPA. Seminar
& Lokakarya Internasional

Pengajaran BIPA.
Jakarta:
Depdiknas.
Widodo.
2010.
Pengembangan
Bahan Ajar Mata Kuliah BIPA.
Bahan Perkuliahan Universitas
Negeri Malang.

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 306