Pendidikan Layanan Khusus bagi Anak CiBi

Pendidikan Layanan Khusus bagi Anak Berbakat
Posted on December 13, 2012 by Kabar Pendidikan Luar Biasa
Jika setiap anak mendapatkan ‘menu’ belajar yang sama tanpa memandang bakat
dan kecerdasanya, menurut Prof. Dr, Conny Semiawan dan Prof. Dr. Utami
Munandar, kita melakukan ‘pemubadziran’ potensi kecerdasan anak. Dalam
analogi yang sederhana kita mempunyai bahan mentah daging segar untuk
dimasak, tapi selalu daging tersebut dimasak dengan cara dibakar atau digoreng
saja, tanpa pernah dibuat rendang, atau menu lain yang lebih baik, sehingga
daging tersebut tidak mempunyai nilai rasa dan nilai jual yang baik.
Kehadiran program percepatan belajar atau lebih dikenal dengan program kelas
akselerasi, mencoba melakukan layanan terhadap anak yang mempunyai
kemampuan kecerdasan istimewa. Melalui layanan ini diharapkan anak-anak yang
mempunyai criteria yang dipersyaratkan, mampu mengembangkan kecedasannya
secara optimal.
Program Percepatan Belajar
Program percepatan belajar (akselerasi) adalah program layanan pendidikan yang
diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecedasan dan bakat istimewa
untuk dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari siswa yang lain
(program
regular).
Istilah siswa yang memiliki kemampuan dan kecedasan istimewa yang terdapat

pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, semula dikenal dengan istilah
siswa berbakat. Istilah ini merupakan terjemahan dari Gifted Childern atau
Talented Childern atau Genius dari literatur-literatur dalam bahasa Inggris. Istilah
Gifted, Telented atau Genius mempunyai kecenderungan digunakan untuk
menyebut siswa yang memiliki kemampuan maupun kecerdasan yang melebihi
siswa
lain
pada
umumnya
yang
sebaya
dengannya.
Istilah kecerdasan berhubungan dengan intelektual, sedangkan istilah kemampuan
berhubungan dengan aspek yang sifatnya non-intelektual. Jika suatu keberbakatan
diukur dengan tes intelegensi, Terman(1959) menyebutkan bahwa siswa berbakat
adalah mereka yang memiliki IQ diatas 140 (yang termasuk very superior).
Tapi ahli lain, seperti, Renzulli (1981),menyebut adanya tiga kemampuan yang
harus dimiliki oleh siswa berbakat yang dikenal dengan three-ring conception of
giftedness yaitu: kemampuan umum yang dapat diukur dengan tes intelegensi,
krestivitas, dan pengikatan diri terhadap tugas. Seseorang dikatakan berbakat jika

memiliki tiga dimensi tersebut dengan kadar yang tinggi. (Balitbang Diknas,
1999).

Konsep Keberbakatan Menurut Renzulli
Implementasi Program Percepatan Belajar/Akselerasi di sekolah penyelenggaraan
pendidikan secara regular yang dilaksanakan selama ini masih bersifat massal,
yaitu berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya
jumlah siswa. Kelemahan yang segera tampak adalah tidak terakomodasinya
kebutuhan individual siswa. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa tidak terlayani secara baik sehingga potensi yang dimilikinya tidak dapat
tersalur
dan
berkembang
secara
optimal
(underachiever).
Berdasarkan pengalaman, siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa cenderung lebih cepat menguasai materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Akibatnya, siswa seperti ini harus menunggu siswa lain yang memiliki
kurang kemampuan dan kecerdasan darinya. Kedaan ini seing memunculkan

tindakan yang kurang baik dari siswa tersebut. Siswa yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa sering dikesankan santai dan nampak kurang
memperhatikan pelajaran. Bahkan lebih dari itu, siswa tersebut cenderung
dianggap sebagai sumber penghambat kelancaran pembelajaran di kelas karena

mangganggu temannya ataupun berbagai perilaku yang dimunculkan untuk
memperoleh
perhatian
guru.
Berdasarakan pengalaman di atas, maka siswa yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa perlu mendapatkan penanganan dan program khusus, sehingga
potensi
kecerdasan
dapat
berkembang
secara
optimal.
Pengembangan program bagi siwa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa didasarkan pada dua prinsip utama, yaitu akselerasi dan eskalasi.
Pertama, Akselerasi dalam program ini menunjuk pada pengertian akselerasi

dalam cakupan kurikulum atau program, yang berarti meningkatkan kecepatan
waktu dalam menguasai materi yang dipelajari melalui kurikulum berdi-ferensiasi.
Selain menggunakan kurikulum berdiferensiasi, dapat juga dengan membedakan
beban belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar tiap
semesternya. Kedua, Istilah Eskalasi menunjuk pada penanjakan kehidupan
mental melalui berbagai program pengayaan materi. Model eskalasi seperti ini
menggunakan kurikulum regular yang dipadatkan sehingga lebih cepat waktu
penyelesaiannya, dan ada waktu untuk dalam. Dalam program ini bentuk yang
diambil adalah pengayaan kurikulum dalam arti pemberian pengalaman belajar
yang lebih berarti dan mendalam pada mata-mata pelajaran atau latihan-latihan
tertentu.
Dalam pelaksanaan Program Akselerasi, Komponen pendidikan yang perlu
dikembangkan
disekolah
sebagai
berikut:
1.
Siswa
Rekurtment siswa, meliputi; penilian akademis, psikolog, nominasi orang tua,
nominasi teman sebaya, rekomendasi guru dan kesediaan calon siswa serta

persetujuan
orang
tua.
2.
Kurikulum
Kurikulum yang digunakan kurikulum nasional yang disesuaikan (improvisasi)
alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar akseleran. Kurikulum yang
dinamis
yang
mampu
merangsang
kreatifitas
siswa.
3.
Guru
Rekurtmen guru yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan criteria
kompetensi dan komitmen yang sangat dibutuhkan untuk dapat mengembangkan
potensi anak. Guru harus mempunyai kapasitas akademis yang bisa mencukupi
berbagai pertanyaan yang kadang tak terduga, guru juga dituntut sabar dalam
manghadapi perilaku akseleran sebagaimana menghadapi putra-putri sendiri yang

membutuhkan perhatian lebih. Guru juga harus membuka akses komunikasi yang
lebar segala ide dan kritik yang memebganun dari akseleran selayaknya
ditanggapi.
4.
Sarana-prasarana
Sarana-prasarana yang menunjang disesuaikan denga kemampuan dan kecedasan
siswa yang dapat digunakan utnuk memenuhi kebutuhan belajar serta
menyalurkan kemampuan, bakat dan minatnya baik dalam kegiatan kurikuler
maupun
ekstrakurikuler.
5.
Manajemen
Manajemen yang berorientasi jauh kedepan dengan fleksibilitas yang tinggi
didasari oleh komitmen, ketekunan, pemahaman yang sama serta kebersamaan
semua
pihak
yang
terlibat.
6.
Lingkungan

belajar
yang
kondusif

Lingkungan yang mendukung berkembangnya potensi keunggulan menjadi
prestasi belajar yang nyata dan hasil karta yang bermanfaat. Metode pembelajaran
kkonvensional didalam kelas saja kurang efektif, perlu program refreshment untuk
pembelajaran
diluar
kelas/sekolah.
7.
Proses
Belajar
Mengajar
Proses
belajar
mengajar
yang
bekualitas
dan

hasilnya
dapat
dipertanggungjawabkan pada siswa, orang tua dan masyarakat. Proses
pembelajaran yang kondusif sesuai dengan kebutuhan anak berbakat perlu
diusahakan untuk memberikan pengayaan pengalaman, merangsang
keingintahuan dan memberikan dorongan kepada siswa untuk berbagai gagasan
dan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalah dengan cepat dan tepat.
8.
Dana
Untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perlu dukungan dana
yang memadai.
Pendidikan anak berbakat dapat dilakukan dengan berbagai jenis layanan
pendidikan seperti :
1.
Program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.
Program akselerasi merupakan layanan pendidikan bagi anak yang memiliki
potensi berbakat istimewa. Pada program ini, anak dapat menyelesaikan
pendidikan dengan jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan
program normal lainnya. Seperti anak didik bias menyelesaikan pendidikan di
sekolah dasar dalam jangka waktu 5 tahun.

2.

Program Home-schooling.
Selain program akselerasi ada juga program yang dikenal dengan home-schooling
yang merupakan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah. Pada homeschooling tenaga ahli yang ditugaskan dapat membuat program khusus yang
sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan.

3.

Membuat kelas khusus untuk anak berbakat.
Pada program pembuatan kelas khusus ini, anak-anak yang diseleksi dan
mempunyai kemampuan ataupun bakat yang unggul dikumpulkan dalam satu
kelas selanjutnya diberi pendidikan khusus, serta berbeda dari kelas-kelas normal
pada anak-anak sebayanya. Kelas khusus ini harus merupakan kelas yang
mempunyai kapasitas kecil dan pendekatan individual lebih difokuskan dari pada
pendekatan klasikal. Kelas khusus bagi anak berbakat juga harus mempunyai
kurikulum khusus dan didesain tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak
berbakat tersebut. Langkah selanjutnya system evaluasi dan konsep belajardibua
tsesuai dengan kebutuhan mereka.
Beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat dapat dilakukan dengan cara

sebagai
berikut:
1) Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.
Program akselerasi dapat dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari
Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi
misalnya langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian
juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang

anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat
dilakukan untuk: (1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun
(2) akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi
untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara
berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah
Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya
diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I
Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia
diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain
tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat
maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di
kelas

V
atau
VI.
2) Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah
keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas
atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah
memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut
home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk
bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang
bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia
bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat
perkembangannya.
3) Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.
Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga
perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai,
misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar
menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan
materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya
anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang
mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi
sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbedabeda
tingkat
perkembangan
dan
ritme
belajarnya.
4) Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang
memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi
pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak
seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan
individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak
berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai
dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun
harus
dibuat
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
mereka.

sumber:
berbakat.html

http://www.bruderfic.or.id/h-63/deteksi-dini-terhadap-anak-anak-