LAPORAN OBSERVASI KOMUNIKASI LINTAS BUDA

LAPORAN OBSERVASI KOMUNIKASI LINTAS
BUDAYA
ANALISIS PENANANGANAN KORBAN BENCANA
LUMPUR LAPINDO

Oleh

: Mitha Wahyu Ningtyas
Alshya Sekar AW

Kelas

(15041184013)
(15041184072)

: Komunikasi Lintas Budaya (A)

Latar Belakang
Bencana Lumpur Sidoarjo yang terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 sedikitnya
kurang lebih 33 ribu Kepala Keluarga menjadi korban dari bencana lumpur Sidoario
yang berlokasi di sekitar kecamatan Porong. Lumpur yang keluar dari ersebut meluas

hingga membanjiri sumur rumah-rumah warga dari pusat. Tidak bisa berhenti keluar
lumpur ini terus meluas hingga beberapa Porong keluarnya lumpur dan sampai
mengenangi 3 kompleks perumahan di Kecamatan Porong. PT.Lapindo Brantas yang
bekerjasama

dengan pamerintah akhimya membuat tanggul untuk membendung

lumpur agar tidak banjir Atap rumah yang tak kunjung berhenti ini membuat warga
untuk mengungsi di Pasar Porong lama dan meminta bantuan kejelasan terhadap
pihak PT.Lapindo Brantas Lapindo Brantas hanya menyediakan makanan dan
kebutuhan yang diperlukan warga yang mengungsi.
Setelah kejadian meluapnya lumpur pada tanggal 29 Mei 2006. 6 bulan
kemudian tepatnya tanggal 22 November 2006 lumpur tersebut meledak hebat yang
mengakibatkan pecahnya tanggul dan membanjiri rumah-rumah warga hingga ada
yang tewas, tidak hanya rumah warga saja tetapi lokasi jalan tol Surabaya-Gempol
pun terendam Tidak bisa dibendung lagi, korban yang mengungsi pun semakin
bertambah Dan pada suatu waktu korban-korban lumpur sidoarjo demo melayangkan
protes kepada PT.Lapindo Brantas karena tidak membayar ganti rugi rumah yang
telah tenggelam oleh lumpur. Karena banyaknya kepala keluarga yang terkena, pihak
PT.Lapindo Brantas membayar ganti rugi setengahnya terlebih dahulu hingga PT

Lapindo Brantas sedikit mulai bangkrut. Pt lapindo brantas menyerah dan bekerjasa
dengan pemerintah untuk bisa memproses masalah lumpur dan pembagian dana ganti
rugi Pemerintah yang akhirnya memegang kendali dan dibuatlah suatu badan yang
menangani khusus lumpur sidoaejo yaitu Badan Penanggulangan Lumpur membantu
pemerintah untuk infrastruktur, melakukan cara untuk memberhentikan luapan
lumpur, dan melakukan BPLS sudah membayar ganti rugi kepada kepala keluarga
yang menjadi korban Meskipun hanya setengahnya tetapi kepala keluarga tersebut

selalu melayangkan protes Pihak pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten
Sidoarjo memberikan fasilitas perumahan yaitu Kahuripan Nirwana dimana kepala
keluarga ini sudah diberikan pilihan apa mereka mau menerima dana atau menerima l
unit rumah. Tetapi warga tetap susah untuk bisa bekerja sama dengan pemerintah dan
pihak BPLS Ada yang sudah menerima dana tetapi masih suka protes dan demo
Sudah diberikan rumah tetapi tidak mau pindah dari tempat pengungsian Pihak BPLS
pun bersih keras memikirkan cara bagaimana agar warga tidak susah untuk bisa patuh
kepada mereka yang berkali-kali selalu gagal. Pihak Humas BPLS dan pegawainya
pun langsung terjun lapangan Mereka mencoba warga-warga di pengungsian. Dengan
cara Face Negotiation, mulai dari mendekati provokator yang suka melakukan demo
mendekati kepala desa RTRw Humas dan pegawai BPLs hampir setiap hari datang ke
pengungsian untuk mengadakan acara ma menginap di pengungsian untuk

mengetahui curahan warga-warga yang menjadi korban, mengadakan rapat bersama
untuk kepentingan bersama mengajak makan bersama jika BPLS mengadakan acara,
memberikan santunan kepada adek- karena sekolahnya terendam banjir, disini
pegawai yang ditugaskan ia terjun bukan sebagai pegawai tapi ia terjun untuk
menjadi teman bagi korban-korban. Dengan cara seperti ini pasti keakraban dari
warga yang dulunya memiliki pikiran batu, mereka akan luluh dengan cara ini. Tidak
lama kemudian warga mau untuk dipindahkan kerumah barunya yang di sediakan
oleh pemerintah dan warga sabar untuk mendapatkan uang ganti rugi tidak dengan
cara demo anarkis lagi.

Pembahasan
Akomodasi theory dicetuskan oleh Howard Giles dan para koleganya , teori
ini mengacu pada bagaimana perilaku komunikasi kita terhadap perilaku komunikasi
orang lain . Banyaknya unsure budaya dari masing masing individu sangat
mempengaruhi bagaimana individu tersebut bisa mengkomunikasikan sesuai dengan
budaya yang telah dianutnya sejak ia bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
maupun keluarganya . Alo mengatakan bahwa Komunikasi Antar Budaya
mengharuskan setiap orang untuk berusahan setiap pelakunya medapatkan ,
mempertahankan , dan mengembangkan aspek-aspek positif bersama . Setiap
seseorang pun harus mengetahui latar belakang budaya yang dianutnya sejak lama

dan seseorang pun juga harus mengerti latar belakang dari budaya orang lain apalagi
dengan orang yang berkomunikasi dengan dia . Kita harus bisa beradaptasi dengan
budaya orang lain yang beda dengan budaya kita agar menghindari kesalahpahaman
dalam pemahaman budaya lain . Jika kita sedang terjun ke lingkungan masyarakat
pasti tidak luput dari yang namanya komunikasi dengan orang lain , dari kegiatan
komunikasi tersebut akan menghasilkan berbagai reaksi dari lawan bicara yang mana
kita juga harus bisa mengakomodasi dari hal tersebut .
Asumsi communication accomodation theory juga di jelaskan oleh West and
Turner bahwa akomodasi dipengaruhi oleh keadaan situasional , budaya dan keadaan
personal yang dibagi sebagai berikut :
1. Persamaan dan Perbedaan berbicara ada di perilaku dalam percakapan.
2. Cara dimana kita mempersepsikan perilaku dan tutur orang lain akan
menentukan bagaimana kita akan mengevaluasi dalam sebuah percakapan.
3. Bahasa dan Perilaku akan mempengaruhi sebuah informasi dari status social
dan keanggotaan kelompok.
4. Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian dan norma akan
mengarahkan proses akomodasi.

Dari hal-hal tersebut pastinya perlu kita untuk mengetahui bagaimana kita
bisa berkomunikasi dengan mengakomodasi sesuatu yang nantinya setiap orang akan

membalas komunikasi kita . Ada 2 cara dalam mengakomodasi di pembahasan
makalah ini yaitu :
1. Convergen , Giles , Nikolas Coupland dan Justine Coupland mendefinisikan
convergence sebagai strategi dimana individu bisa beradaptasi dengan
komunikasi orang lain . Orang akan bisa beradaptasi dari bagaimana dilihat
dari segi berbicara , jeda , mimic muka , kecepatan perilaku verbal dan non
verbal lainnya . Disini Convergence juga didasari atas rasa ketertarikan ,
bagaimana nantinya proses akomodasi ini bisa sejalan dengan baik .
2. Divergen , Giles (1980) percaya bahwa pembicara saat berkomunikasi selalu
menunjukkan perbedaan verbal dan non verbal diantara diri mereka dan orang
lain . Sehingga dalam komunikasi divergen ini bisa tidak berjalan dengan baik
. Divergence ini tidak ada usaha antara komunikator untuk menunjukkan
persamaan .
Dari beberapa teori Akomodasi tersebut , jika dikaitkan dengan judul dari
makalah ini memiliki kesinambungan maka dari itu , teori ini bisa untuk menjelaskan
dari judul makalah ini .
I.

Awal Mula dan Bagaimana Reaksi Korban Lumpur setelah munculnya
kejadian Lumpur Sidoarjo yang merupakan bencana yang sangat besar.

Setelah terjadinya peristiwa lumpur yang terjadi pada tanggal 29 Mei

2006 , Ledakan lumpur yang pertama sedikitnya 13 Kepala Keluarga telah menjadi
korban . Disini pemerintah juga ikut turun tangan dengan memberikan saran kepada
PT. Lapindo Brantas untuk menyelamatkan 13 Kepala Keluarga yang termasuk dalam
peta terdampak dalam tanggul karena adanya Keputusan Presiden yang mengatakan

bahwa yang bertanggung jawab dalam peta terdampak dalam tanggul adalah
sepenuhnya tanggung jawab dari PT,Lapindo Brantas harus bertangung jawab dalam
pembenahan semburan dan masalah social di wilayah tersebut . Tidak berhenti disitu
setelah ledakan yang pertama banyak semburan lain (babel) yang muncul di rumah
warga sekitar peta area terdampak dalam dan adanya ledakan lumpur yang kedua
Sedikitnya 13 ribu Kepala Keluarga yang menjadi korban ledakan lumpur Sidoarjo .
Sehingga dari berdarkan data yang ada di Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo
20 ribu Kepala Keluarga telah menjadi korban dari semburan lumpur Sidoarjo . 20
ribu Kepala Keluarga menjadi kehilangan harta benda yang telah lama dimiliki oleh
mereka . Rumah , Tanah , Barang-Barang berharga , Sawah , Pabrik dan Pekerjaan
pun hilang diraup oleh lumpur yang keluar secara tiba-tiba dari pengeboran minyak
PT.Lapindo Brantas . Pabrik dan Sawah yang merupakan pekerjaan mayoritas dari
masyarakat Porong lenyap . Korban lumpur pun merasakan sedih kecewa dan

psikologis yang akhirnya terganggu . Sembari menunggu proses dari pihak Lapindo
Brantas korban-korban ini sementara diberikan tempat untuk mengungsi tepatnya di
Pasar Porong . Dari total 20 ribu warga ini bisa dirasakan bahwa di Pasar Porong
kurang memadai untuk tempat mengungsi dan sejumlah korban yang mencapai
ribuan mengungsi disana semua , Dan pada Akhirnya korban lumpur dari ledakan
yang pertama dimana bantuan ditangani oleh pihak PT.Lapindo Brantas telah
mendapatkan bantuan yaitu pembelian tanah rumah mereka dan sawah-sawah yang
tenggelam oleh pihak lumpur dan 13 Kepala Keluarga . Karena bencana ini tidak
dapat diketahui kapan bisa berhenti makan PT.Lapindo Brantas melakukan cara
tersebut . Korban diberikan pilihan mereka mau memilih rumah yang telah disediakan
PT.Lapindo Brantas di Perumahan Kahuripan Nirwana atau diberi uang seharga tanah
untuk dibelikan rumah sendiri . PT.Lapindo Brantas telah memenuhi hak-hak korban
lumpur ledakan yang pertama . Dan korban ada yang mau menerima dan masih
belum menerima ganti rugi tersebut . Dari ledakan lumpur yang kedua karena adanya
Keputusan Presiden yang telah diganti lagi , maka semua bantuan dari korban lumpur
ledakan yang kedua sepenuhnya ditangani oleh pemerintah . Disini banyak pro dan
kontra antara korban , notaries , dan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.

Mayoritas warga menyerang kubu pemerintah karena kurang adanya akomodasi
komunikasi tersebut .

II.

Akomodasi

Komunikasi

Antara

Korban

Lumpur

dengan

Badan

Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.
Pro dan Kontra antara korban lumpur dengan Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo dikarenakan pihak korban tidak mau meninggalkan rumah yang sudah dibeli
pemerintah, pihak korban tidak mau menerima ganti rugi karena beberapa alasan

yakni meminta uang ganti rugi yaitu membeli tanah dengan harga yang tinggi , dirasa
uang ganti rugi tidak bisa tepat waktu dan tidak efisien . padahal korban sangat
membutuhkan tempat tinggal dan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup . Kami
mewawancarai 3 korban lumpur , yang pertama Bapak Kosin yakni korban lumpur
akibat ledakan yang pertama . Dari ledakan yang pertama hampir semua mengalami
yang namanya protes karena pihak lapindo lama dalam mengurus ganti rugi , ada-ada
saja dalam beralasan . RT tempat pak kosin juga sering meminta ke pihak Lapindo
untuk segera membayar semua ganti rugi , demo ke Bakrie Grup di Jakarta pernah
dilakukan oleh Pak Kosin , setelah beberapa hari pihak lapindo akhirnya
membicarakan baik-baik jika beberapa hari lagi semua yang berurusan dengan ganti
rugi akan di cairkan . Pak Kosin menganggap bahwa setelah dibicarakan baik-baik
PT.Lapindo Brantas sigap untuk membayar ganti rugi yaitu dengan cara 13 Kepala
Keluarga ini dipindahkan ke Perumahan Kahuripan Nirwana.
Pro dan Kontra yang kedua adalah korban lumpur dari ledakan yang kedua disini
banyak sekali permasalahan yang muncul ketika ganti rugi diserahkan sepenuhnya ke
pemerintah lewat Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo . Kami mewawancarai
korban ke 2 yang merupakan terkena imbasnya dari ledakan yang kedua . Bapak Sigit
, yang saat ini bertempat tinggal di Krian . Bapak Sigit mengatakan bahwa warga
Porong yang menjadi korban lumpur sering melakukan demo ke BPLS dan sering
melakukan perdebatan antara Pemerintah dan Perwakilan dari korban-korban

lumpur . Sering sekali jika diadakan pertemua kadang-kadang tidak sejalan antara

korban dengan pemerintah . Memang korban juga sering egois dalam penanganan hal
ini . Karena juga pribadi individu dan budaya yang melatarbelakangi mereka untuk
tidak bisa sejalan dalam memperbaiki masalah ini .
Humas BPLS, Bapak Priambodo ketika diwawancarai mengatakan bahwa
memang awal-awal pemikiran dan cara komunikasi antara BPLS dan korban susah
untuk diatasi . Tetapi karena sigapnya humas dan pegawai BPLS yang menangani pro
dan kontra ini akhirnya korban bisa patuh terhadap pemerintah . BPLS sempat
kebingungan karena banyaknya unjuk rasa dari korban lumpur ledakan kedua yang
banyak menuntut ini itu . BPLS langsung sigap yaitu memikirkan bagaimana cara
mereka

untuk

bisa

membujuk

korban-korban


lumpur

,

bagaimana

bisa

mengakomodasikan komunikasi antara Humas BPLS dan korban . Awalnya mereka
selalu mengadakan jadwal untuk memproses ganti rugi , dari ganti rugi tersebut pasti
membutuhkan waktu yang sangat lama agar bisa cair korban ledakan kedua ini
diberikan ganti rugi untuk menerima sejumlah uang tunai yang nantinya warga bisa
membeli rumah sendiri . Dalam masa proses ganti rugi korban yang sudah mengurus
akan diberikan rumah kontrakan dari pemerintah untuk bisa 2 tahun sementara
ditinggali oleh korban . Dana yang dikucurkan untuk korban lumpur ini berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) . Dari langkah awal tersebut
masih banyak warga yang tidak mau menerima ganti rugi dengan alasan uang ganti
rugi yang dianggap kurang padahal pemerintah sudah melakukan prosedur dari surat
keterangan . Pihak Humas akhirnya melakukan cara akomodasi yang kedua yaitu
dengan mendatangi pengungsi-pengungsi di Pasar Porong dan membagikan Bantuan
Sosial untuk setia p warga tidak hanya itu warga juga diberikan games dan
mendatangkan psikolog untuk mencari tahu dan menjadi wadah curhatan hati dari
setiap warga yang trauma untuk memulihkan keadaan psikologis mereka akibat
bencana ini ketertarikan antara warga dengan pemerintah pun semakin dekat dan
Pihak Humas pun tidak mau antara warga dan BPLS ada sekat yang membatasi ,
disini semua keluarga . Cara tersebut sudah sedikitnya sudah membuat warga patuh
terhadap peraturan ganti rugi yang ada . Karena banyaknya sifat dari pribadi

individu , dan budaya menjadi identitas mereka yang memberikan persepsi berbeda
dari setiap warga masih saja beberapa warga bersifat arogan meskipun ganti rugi
sudah dibayarkan mereka tetap ingin tinggal dirumah yang lama . BPLS pun tidak
mau sampai warga terkena musibah karena mereka tidak tahu dan tidak bisa
memprediksi lumpur yang mesikupun sudah ditutup oleh tanggul bisa saja ambles
karena sesuatu hal . Humas melakukan cara lagi untuk warga korban lumpur yaitu
dengan cara mengadakan pengajian akbar selama 2 -3 bulan sekali diatas tanggul
yang diikuti oleh pegawai BPLS beserta korban – korban lumpur untuk bersamasama berdoa . Tidak hanya itu Humas pun setiap malam selalu mengadakan acara
“cangkruk bareng” yang biasanya diikuti oleh bapak-bapak agar komunikasi antar
keduanya saling terbuka dan sejalan . Untuk kegiatan yang diberikan ada lagi
diadakan pelatihan membuat sepatu di pabrik sepatu Tanggulangin . selama kurang
lebih 2 bulan ibu-ibu ini diberikan bekal dan ilmu untuk bisa membuat sepatu dimana
sepatu ini merupakan produk UKM Kabupaten Sidoarjo yang terkenal sampai
Mancanegara dan dilatih untuk mengolah pangan bekerjasama dengan Sidoarjo
Education Center . Setelah mengikuti pelatihan 2 bulan , ibu – ibu yang dianggap
memiliki dedikasi dan kreatif yang tinggi akan direkrut oleh pabrik . Rumah-rumah
yang ditinggali warga tadi akan segera di gusur agar warga tidak curang dan patuh .
Setelah digusur nanti , pemerintah Kabupaten Sidoarjo akan memeratakan bekas
bangunan tersebut dan akan menjadikan hutan kota disekitar tanggul lumpur . Pak
sigit mengatakan bahwa trik yang dilakukan humas BPLS sangat baik sehingga tidak
ada lagi kerenggangan antara korban dengan pemerintah . Setelah humas melakukan
cara akomodasi tersebut ,sebagian ganti rugi warga sudah selesai hanya beberapa
yang belum karena masalah negosiasi harga.

III.

Mengapa Masih Ada Korban Lumpur Yang Masih Melakukan Demo?

Pada saat awal-awal ledakan lumpur , Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang
disaat itu masih menjabat sebagai Presiden RI mengatakan bahwa “selamatkan warga
terlebih dahulu” karena perintah dari Presiden RI maka pihak Lapindo Brantas
menyelamatkan dan membayar ganti rugi warga yang menjadi urusan Lapindo
Brantas . Sehingga para pengusaha kecil maupun besar yang memiliki pabrik belum
terurus untuk masalah ganti rugi tersebut . Sampai saat ini PT.Lapindo Brantas masih
belakukan pengurusan terhadap ganti rugi pengusaha-pengusaha kecil maupun besar
dan demo juga dilakukan oleh warga yang masih belum terima ganti rugi karena ingin
menaikkan harga tanahnya . Bapak Ade salah satunya pemilik usaha roti kecil-kecilan
dirumahnya merasa bahwa belum mendapatkan proses kejelasan dari pihak PT
Lapindo Brantas , Pak Ade juga sering melakukan protes ke DPR Jawa Timur agar
mereka segera mendapatkan keadilan dari PT.Lapindo . Ada ketua dari pengusaha
yang terkena imbas lumpur Sidoarjo mengatakan pihaknya dengan para pengusahapengusaha mengajak untuk bertemu dengan Pihak PT,Lapindo untuk membahas .
Dan setelah melakukan komunikasi akomodasi akhirnya warga memyetujui
kesepakatan antara Lapindo dengan pengusaha-pengusaha ini . PT.Lapindo Brantas
juga sedang mengurus ganti rugi dengan warga yang menjadi korban ini .

KESIMPULAN

Suatu masalah pasti dikarenakan oleh perbedaan komunikasi . Setiap orang memiliki
identitas budaya dan karakteristik individu masing – masing . Bagaimana sebagai
komunikator yang cerdas harus bisa beradaptasi terlebih dahulu dengan lawan bicara
yang berbeda budaya . Komunikasi yang awalnya tidak sejalan (divergen) jika kita
melakukan akomodasi yang baik maka hasilnya akan menjadi (konvergen) . Dengan
memerhatikan lawan bicara berbeda budaya yang baik maka akan menghasilkan nilai
yang positif untuk berkomunikasi .

Daftar Pustaka
http://e-journal.uajy.ac.id/4251/
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26875/3/MARIA
%20ULPA-FDIKOM.pdf
http://eprints.undip.ac.id/29021/1/
SUMMARY_SKRIPSI_Hanum_Salsabila.pdf
http://lib.ui.ac.id/fleefleldigital/20313861-T%2031753-Akomodasi
%20komunikasi-full%20text.pdf
http://ejournal.ilkom.fsip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2016/02/
jurnal%20adi%20(02-25-16-03-13-08).pdf
http://thesis.binus.ac.id/Doc/WorkingPaper/2014-2-01372-MC
%20WorkingPaper001.pdf
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/download/1109/pdf
http://elib.unikom.ac.id/fles/disk1/698/jbptunikompp-gdl-mochammade34873-9-unikom_m-i.pdf
http://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/viewFile/296/pdf
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Kinesik/article/view/7560
http://digilib.uinsby.ac.id/1868/4/Bab%201.pdf