BAB II LANDASAN TEORI INVENRORY

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.

Pengertian Prosedur
Prosedur adalah aturan atau ketentuan yang mengatur suatu tata cara

pelaksanaan kegiatan yang memiliki tahapan-tahapan secara berurutan agar
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sejak awal.
Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul “Sistem Akuntansi” adalah
sebagai berikut : “Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat
untuk menjamin penanganan secara seragam

transaksi

perusahaan

yang


terjadi berulang-ulang”. (2,5)
Pengertian prosedur menurut Cecil Gillepsie yang dikutip oleh La.Midjan dan
Aazhar Susanto dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi II mendefinisikan
prosedur sebagai berikut: “ Prosedur adalah suatu urut-urutan dari pekerjaan
tata usah ( Clerical Operation) yang biasanya melibatkan beberapa petugas di
dalam suatu bagian atau lebih yang diadakan berulang-ulang di dalam
perusahaan atau instansi”. (2007:264)

4

5

Jadi, dapat didefinisikan bahwa prosedur merupakan langkah suatu kegiatan
yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat
untuk menangani secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

2.2.

Pengertian Pemeriksaan
Secara umum pengertian pemeriksaan adalah proses perbandingan antara


kondisi dan kriteria. Kondisi yang dimaksud disini adalah kenyataan yang ada atau
keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa. Sedangkan
kriteria adalah tolak ukur, yaitu hal yang seharusnya terjadi atau hal yang seharusnya
melekat pada objek yang diperiksa.
Pengertian Pemeriksaan Menurut Para Ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Mulyadi (2002 ; 40) , definisi pemeriksaan adalah :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengvaluassi bukti
secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuain antara pernyataan tersebut
dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan”.
Menurut Sukirno Agoes dalam bukunya “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh
Kantor Akuntan Publik”, pengertian pemeriksaan operasional adalah :

“Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu peerusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. (Agoes,

2004:175)”.
Menurut Agoes (2004) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) :

6

“Sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang disusun
oleh manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti – bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”
Menurut Arens (2003) mendefinisikan auditing :
“Sebagai proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang
informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud
dengan kriteria – kriteria yang telah di tetapkan.”
Menurut Boynton et.al (2002) mendefinisikan pemeriksaan (auditing):
“Sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa
ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersiasersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta

penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
Pemeriksaan dilakukan dalam rangka pengendalian suatu kegiatan yang
dijalankan oleh suatu unit usaha tertentu. Oleh karena itu, pemeriksaan merupakan
bagian dari pengawasan sedangkan pengawasan merupakan bagian dari pengendalian.
Suatu pengawasan akan menghasilkan temuan-temuan yang memerlukan tindak
lanjut. Apabila keseluruhan tindak lanjut itu dilakksanakan, maka keseluruhan
pekerjaan tersebut merupakan pengendalian. Akan tetapi bilamana tindak lanjut tidak
dilaksanakan maka tetap dinamakan pengawasan.

2.3.

Pengertian Kas
Standar Akuntansi Keuangan memberikan pengertian sebagai berikut:

7

“Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai
kegiatan umum perusahaan”.(2000:157)
Menurut Munawir kas didefinisikan sebagai berikut :
“Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi

perusahaan. Uang tunai yang dimiliki perusahaan tetapi sudah ditentukan
penggunaannya ( misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan
pelunasan hutang obligasi, pembelian aktiva tetap atau tuujuan-tujuan
lain) tidak dapat dimasukan kedalam pos kas”.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kas merupakan alat
pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang. Dan dapat
diterima sebagai setoran dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan
bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.

2.4.

Pengertian Bukti
Pengertian Bukti menurut Kamus Bahasa Indonesia “ sesuatu yg menyatakan

kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata; tanda: surat ini sbg -- bahwa Tuan
sudah meminjam uang saya; hal yg menjadi tanda perbuatan jahat: ia dituduh
mencuri, tetapi tidak ada – nya”

2.5.


Pengertian Pengeluaran Kas
Secara garis besar pengeluaran kas perusahaan dilakukan melalui dua system,

yaitu pengeluaran kas dengan cek dan system pengeluaran kas dengan uang tunai

8

melalui dana kas kecil. Pengeluaran kas yang dilakukan dengan tunai biasanya karena
jumlahnya relative kecil.
Pengeluaran kas dengan cek dinilai lebih aman dibanding dengan pengeluaran
kas secara tunai. Adapun kebaikan pengeluaran kas melalui cek ditinjau dari
pengendalian internnya sebagai berikut: (Mulyadi,2002:509)
1. Dengan menggunakan cek atas nama, pengeluaran cek akan diterima oleh
pihak yang namanya tertulis dalam formulir cek.
2. Dengan menggunakan cek, pencatatan transaksi pengeluaran kas juga
akan direkam oleh pihak Bank.

2.6.

Pengertian Cost Control (Pengendalian Biaya)

2.6.1. Pengertian Cost
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam

satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi uantuk tujuan tertentu
Mulyadi. (2005).
Jenis biaya berdasarkan sifat kegunaannya, terdiri dari :
a. Biaya Investasi, yaitu biaya yang manfaatnya dapat dipergunakan selama
lebih dari satu tahun. Yang termasuk dalam biaya investasi adalah biaya
gedung, biaya alat medis, biaya alat non medis.
b. Biaya Pemeliharaan, yaitu biaya yang berfungsi untuk mempertahankan
atau memperpanjang kapasitas barang investasi. Dengan demikian

9

klasifikasinya mengikuti klasifikasi biaya investasi (biaya gedung, biaya
alat medis, biaya alat non medis).
c. Biaya Opersional, yaitu biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatankegiatan suatu proses produksi dan memiliki sifat habis pakai
dalam kurung waktu relative singkat. Yang termasuk biaya operasional
adalah biaya gaji, biaya obat dan bahan, biaya makan, biaya ATK, dan

biaya umum lainnya (listrik, telepon, air, dll).

2.6.2. Pengertian Pengendalian (Control)
Sedangkan pengendalian adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
untuk mengadakan pengawasan, penyempurnaan, dan penilaian (evaluator) untuk
menjamin bahwa tujuan dapat tercapai sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
perencanaan. (Soedjadi, 1996).
Menurut palaykim (1991) “Control tidaklah berarti mengntrol saja, tetapi juga
meliputi aspek penelitian, apakah yang dicapai itu sesuai dan sejalan dengan tujuantujuan yang sudah ditetapkan, lengkap dengan rencananya, kebijaksanaan, program,
dan lain sebagainya dari manajemen”.
Terdapat beberapa pengertian mengenai Cost Control, antara lain :
1. Berdasarkan Bushiness Dictionary
a. Cost Control merupakan penerapan dari proses penyelidikan untuk
mendeteksi adanya penyimpangan biaya actual dari dana anggaran.

10

b. Merupakan prosedur pemeriksaan untuk memastikan penyebab
terjadinya penyimpangan/perselisihan dan melakukan tindakan
koreksi antara realisasinya dengan anggaran yang telah ditetapkan.

2. Menurut Wideman (1995) “Cost Control bertanggung jawab dalam
menelusuri biaya / aliran dana terhadap anggaran/budget yang telah
ditetapkan”.

2.6.3

Peran Cost Control

Pencatatan, penggalangan, pengalokasian, dan pelaporan biaya akan berperan
dalam pengendalian (Sabarguna, 2007). Peran tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk :
1. Anggaran Biaya (budget)
Anggaran biaya yang ditentukan akan merupakan dasar dapat benar
tidaknya pelayanan dijalankan. Anggaran (budget) menurut Soedjadi
(1996) “Suatu penyusunan perkiraan secara terperinci tentang hasil yang
ingin dicapai dari penggunaan uang yang tersedia untuk suatu pelaksaan
program kegiatan organisasi, berdasarkan atas harapan-harapan yang
maksimal tetapi wajar demi tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan.
Pengawasan anggaran (budgetary control) “adalah suatu system
penggunaan bentuk-bentuk sasaran yang telah ditetapkan dalam

suatu anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial,

11

dengan melakukan perbandingan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan
yang direncanakan”. (Handoko, 1984)
2.

Biaya Standar, yaitu dengan biaya standar yang ditentukan
merupakan patokan bagi di atas atau di bawah standar yang
ditentukan.

3.

Prosedur Pencatatan, adanya prosedur pencatatan biaya dapat
menghindari terjadinya pemborosan.
Peran Cost Control menurut Panglaykin dan Tanzil (1991) adalah :
1. Memiliki Pengeluaran
Dengan mengadakan analisa, dan sintesa serta mengunakan
perbandingan maka terdapatlah pengawasan dan penelitian yang

layak.
2. Mengadakan penelitian usaha efisiensi
Pengeluaran untuk direct labour cost mudah diketahui, tetapi jika
tidak

ada

produktifitas

maka

ini

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan.
3. Mengadakan distribusi pada biaya overhead
4. Melakukan produksi dalam jumlah ekonomis serta dalam jumlah
yang dapat dijual
5. Menetapkan harga penjualan
6. Mengurangi waste atau penghamburan

12

Menganjurkan kepada buruh untuk berfikir dalam suasana hemat.

Berdasarkan definisi dan peran Cost Control diatas dapat disimpulakamn
bahwa pengendalian biaya merupakan suatu kegiatan pengawasan dan penghematan
terhadap pengeluaran agar efektif dan efisien.