TANAMAN Zat lainnya adalah antiseptic

8 metode-pemuliaan-tanaman-yang-menyerbuk-sendiri
1. 1. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN1 BAB VIII: METODE
PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI A. PENGERTIAN-2 PADA
TAN.MENYERBUK SENDIRI B. ASPEK GENETIK POPOPULASI TANAMAN
MENEYRBUK SENDIRI C. SASARAN PEMULIAN TAN. M. SENDIRI D. MACAM
VARIETAS TANAMAN MENYERBUK SENDIRI E. BERBAGAI METODE
PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SENDIRI
2. 2. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN2 PENGELOMPOKAN METODE

PEMULIAAN TANAMAN Metode Pemuliaan Tan. dikelompokkan atas: (1). Mtd.
pemuliaan Tan. menyerbuk sendiri (2). Mtd. pemuliaan Tan. menyerbuk silang (3). Mtd.
pemuliaan Tan. Yg diperbanyak Metode Pemuliaan dg “Teknik Khusus” :vegetatif.
Pemulian mutasi, Pemuliaan poliploidisasi, pemuliaan in vitro Teknologi Tanaman
Transgenik
3. 3. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN3 A. PENGERTIAN-PENGERTIAN

PADA TANAMAN MENYERBUK SILANG PENYERBUKAN SENDIRI vs
SILANG – PENYERBUKAN SENDIRI: pertemuan sel kelamin betina dan jantan dari
satu tanaman yg sama. – PENYERBUKAN SILANG: pertemuan sel kelamin betina dan
jantan dari tanaman berbeda. TANAMAN MENYERBUK SENDIRI (TM- SENDIRI):
sebagian besar penyerbukan yg terjadi mrpk penyerbukan sendiri Contoh TM-SENDIRI:

padi, kedelai, kacang tanah. Populasi TM-SENDIRI bersifat homosigot homogen
4. 4. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN4 B. ASPEK GENETIKA

TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Populasi tan Menyerbuk sendiri bersifat
HOMOSIGOT (terdiri atas tanaman-2 homosigot). Mengapa homosigot? Dg
menyerbuk sendiri (selfing): – Tan-2. homosigot (AA/aa) tetap homosigot: aa AA; (2)
aa x aa (1) AA x AA – Tan-2 heterosigot (Aa) bersegregasi membentuk: 50% Tan.
homosigot dan 50% tan. heterosigot ¼ AA + ½ Aa + ¼ aa(3) Aa x Aa – Selfing bbrp
generasi ( pd F6-F7), proporsi heterosigot sangat kecil (nol),
5. 5. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN5 Diagram penyerbukan sendiri

tanaman heterosigot A a A AA Aa a Aa aa S1 : ¼ AA + ½ Aa + ¼ aa selfing : Aa xS-0 :
Aa Aa gamet : A/a A/aS- 1 :
6. 6. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN6 Proporsi HETEROSIGOT

SEMAKIN KECIL pada generasi selfing lebih lanjut S-0 : Aa S-2 : 25% AA 12,5% AA
25% Aa 12,5% aa 25% aa S-3 : 37,5% AA 6,25% AA 12,5% Aa 6,25% aa 37,5% aa S-1 :
25% AA 50% Aa 25% aa S-5 : 46,875 % AA 1,562 % AA 3,125 % Aa 1,562 % aa 46,875
% aa


7. 7. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN7 C. SASARAN PEMULIAAN TAN.

MENYERBUK SENDIRI SASARAN UTAMA: Terbentuk tanaman unggul, homosigot,
dan seragam (terbentuk Galur murni yg unggul) AABBCCDD X AABBCCDD semua
keturunan homosigot & seragam Galur murni : ? • sekelompok tanaman (strain) yang
terdiri atas tanaman-tanaman homosigot dan seragam • sekelompok tanaman (strain)
yang berasal dari suatu genotipe homosigot melalui penyerbukan sendiri.
8. 8. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN8 D. MACAM VARIETAS TAN.

MENYERBUK SENDIRI: 1. PENGERTIAN VARIETAS: sekelompok/populasi tanaman
yg mempunyai sifat-2 khusus, serupa, dan dpt dibedakan dg. Kelompok/populasi lain dlm
spesies/jenis yg sama. 2. Var. Murni / Galur Murni: terdiri atas satu galur murni
(homosigous dan homogenous). 2. Var. Galur Ganda: campuran dua atau lebih galur
murni isogenik 3. Var. Campuran: dua atau lebih var. murni dg perbandingan tertentu. 4.
Var. Hibrida: F1 hasil persilangan dua atau lebih galur murni
9. 9. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN9 E. BERBAGAI METODE

PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SENDIRI 1. Introduksi 2. Seleksi (seleksi terhadap
populasi alam) a). Seleksi massa b). Seleksi galur murni 3. Pemuliaan Hibridisasi a).
Seleksi bulk b). Seleksi silsilah (pedigri)

10. 10. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN10 1. INTRODUKSI Introduksi :

mendatangkan tanaman dari luar negeri untuk dijadikan varietas atau sebagai bahan
pemuliaan. • Tanaman introduksi ini dpt dikembangkan menjadi varietas baru dg cara: 1.
Langsung dijadikan varietas baru setelah melalui proses adaptasi. 2. Melalui seleksi. 3.
Sebagai bahan pemuliaan
11. 11. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN11 2. SELEKSI (Terhadap populasi

alamiah) • POPULASI DASAR / BAHAN SELEKSI : memanfaatkan keragaman
populasi alamiah misalnya : varietas lokal (campuran sejumlh galur murni) (AABBcc;
AAbbCC, aaBBCC, AABBCC) • SELEKSI : – memilih sejumlah tan. dari populasi
dasar, – menanam kembali tanaman-2 terpilih . • Metode ini dibedakan atas: a) Seleksi
Galur Murni
12. 12. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN12 Prosedur Seleksi Galur Murni : 1.

Memilih tanaman-2 baik, bijinya dipanen secara terpisah ⇒ (pembentukan galur) 2.
Keturunan tanaman-2 terpilih ditanam dlm baris terpisah untuk dievalusi. 3. Galur-2
terpilih diperbanyak sehingga menjadi varietas/galur murni.
13. 13. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN13 Seleksi Galur murni VS Seleksi


Massa SELEKSI GALUR MURNI : pemilihan dan penanaman kembali tanaman-2
terpilih memperhatikan asal-usulnya (dipisah), hasil akhir seleksi galur murni :
populasi homosigot dan seragam (satu galur murni). SELEKSI MASSA : pemilihan dan
penanaman kembali tidak memperhatikan asal-usulnya (tidak dipisah), hasil seleksi
massa : populasi yg homosigot tetapi tdk seragam (campuran bbrp galur murni),

14. 14. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN14 Seleksi Massa Positif & Seleksi

Massa Negatif Seleksi massa dapat berupa : (1) Seleksi massa positif: memilih sejumlah
tanaman terbaik dan bijinya dicampur untuk dijadikan benih (2) Seleksi massa negatif:
membuang (menyingkirkan) tanaman yg tidak dikehendaki, biji tanaman-2 sisa dicampur
untuk benih.
15. 15. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN15 Kelebihan dan Kekurangan

seleksi Massa Kelebihan: sederhana dan mudah karena seleksi massa hanya didasarkan
penotife tanpa uji keturunan Kekurangan: (1) Oleh karena fenotipe dipengaruhi
lingkungan, maka tanaman yang mempunyai fenotipe baik dan terpilih belum tentu
mempunyai genotipe baik, (2) Tanaman Homosigot dan heterosigot mempunyai fenotipe
sama untuk sifat yang dikendalikan oleh gen dominan
16. 16. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN16 3. Pemuliaan Hibridisasi •


Hibridisasi (Persilangan) bertujuan : mendapat gabungan sifat-2 baik tetua-2 yg
disilangkan • Pemuliaan hibrididsasi mencakup kegiatan: – Pemilihan Tetua –
Persilangan – Seleksi terhadap pop.bersegregasi hasil persilangan: 1. Metode Pedigri
(Silsilah) 2. Metode Bulk – Uji daya hasil pendahuluan – UJi Multilokasi – Pelepasan
Varietas
17. 17. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN17 METODE PEDIGRI Seleksi

mulai pd F2: memilih tanaman-2 terbaik; membuat galur F2 dari masing-2 tan. Pada
Pop galur F4 (generasi F5), masing-2 galur dipanen bulk sbg galur murni, siap diuji
daya hasil DIAGRAM PEDIGRI Var.A X Var.B Th(2): F1 V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V Th(1) Th(3): F2 v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v Th(4):F3 Th(5-6): F4-F5 v v v v v v v v v v v v v v v v v v Th(7-8):
Seleksi individu tanaman Brs. Famili Brs. Famili Uji Daya Hasil Pelepasan Varietas
18. 18. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN18 Prosedur Metode pedigri 1.

Membuat persilangan membentuk biji F1. 2. Membentuk Pop F2 yang bersegregasi 3.
Menanam biji F2 membentuk Pop F2 - memilih tanaman-tanaman terbaik; dan membuat galur F2 dari masing-masing tanaman terbaik 4. Pada pertanaman galur F2,
generasi F3 : - Pilih famli-2 F2 terbaik, pilih bbrp tanaman terbaik dari setiap famili
terpilih - Buat galur F3 dari masing-2 tanaman terpilih 5. Pada Pop F3 (generasi F4): Pilih famli-2 F3 terbaik, pilih beberapa tanaman terbaik dari setiap famili terpilih, bentuk

galur F4 dari masing-2 tanaman terpilih 6. Pada Pop galur F4 (generasi F5), masing-2
galur dipanen bulk dan siap diuji daya hasil
19. 19. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN19 Th(1): Var A X Var B Th(3): F2

Th(2): F1 V V V V V V V v v v v v V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V v v v v v V Th(6): F5 Th(4-5): F3-F4 Th(7-8): METODE BULK •
Pembentukan galur murni tidak dibarengi seleksi • Seleksi (pemisahan) baru dilakukan
pada F5 atau F6 v v v v v v v v v v v v v v v v v v Seleksi individu tanaman Petak Bulk
Petak Bulk Petak Bulk Uji Daya Hasil DIAGRAM METODE BULK Pelepasan Varietas

20. 20. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN20 PROSEDUR METODE BULK •

Membuat persilangan membentuk Pop F1 Membentuk Pop F2 yang bersegregasi
Tanaman-2 Pop bersegregasi ditanam tercampur (bulk) sampai F5 / F6 Pada generasi
F5 / F6, tananam-2 terbaik dipilih dijadikan galur murni Masing-2 galur dipanen secara
bulk (digabung), siap diuji daya hasilnya.
21. 21. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN21 4. PEMBENTUKAN VARIETAS

GALUR GANDA & VARIETAS CAMPURAN • VAR. GALUR GANDA: varietas yg
terdiri atas dua atau lebih galur isogenik yang dicampurkan. – Galur isogenik: galur-galur

yang mempunyai susunan genetik sama kecuali satu atau beberapa gen /lokus tertentu,
misalnya gen pengatur ketahanan terhadap hama/penyakit berbeda. • VAR.
CAMPURAN: campuran dua verietas murni atau lebih yang sengaja dicampur dg
perbandingan tertentu. Selain varietas murni (galur murni), pada tan. menyerbuk sendiri
dikembangkan varietas galur ganda dan varietas campuran
22. 22. MTD PEMULIAAN TAN. MENYERBUK SEN22 KELEBIHAN DAN

KELEMAHAN VAR. GALUR GANDA & VAR. CAMPURAN • Kelebihan: 1. Lebih
beradapatasi 2. Stabilitas hasil lebih tinggi 3. Lebih tahan thd hama/penyakit •
Kelemahan: 1. Penampilan kurang menarik karena kurang seragam 2. Biasanya daya
hasil lebih rendah 3. Identifikasi dan sertifikasi benih lebih sulit

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama suatu program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan kombinasi
genotip baru untuk diseleksi lebih lanjut sampai menghasilkan varietas baru yang lebih unggul.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kegiatan persilangan antara tetua jantan dan betina
yang memiliki gamet yang diinginkan yang disebut dengan hibridisasi. Hasil persilangan tersebut


merupakan fase penting dalam program pemuliaan tanaman. Dengan demikian hibridisasi dapat
diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan kombinasi genetik yang diinginkan melalui
persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda komposisi genetiknya. Keturunan hasil hibridisasi
ini akan mengalami segregasi pada F1 bila kedua tetuanya heterozigot, atau pada F2 bila kedua
tetuanya homozigot. Akibat terjadinya segregasi ini akan menimbulkan keragaman genetik yang
selanjutnya dilakukan seleksi dan evaluasi terhadap karakter tanaman yang diinginkan.
Agaknya masih terasa sulit untuk menjelaskan proses hibridisasi antar tanaman secara
keseluruhan dan mendalam, karena adanya variasi mekanisme pembungaan baik dalam maupun
antar spesies tanaman. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya dimaksudkan untuk
mendapatkan galur inbrida. Selain itu juga dimaksudkan untuk menguji potensi satu atau
beberapa tetua. Sedangkan pada tanaman menyerbuk sendiri, hibridisasi merupakan langkah
awal dalam setiap program pemuliaan. Hal ini disebabkan karena pada spesies tanaman
menyerbuk sendiri selalu dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya.

B. Tujuan
Menghasilkan biji F1 dengan kombinasi sifat tetua dari persilangan jagung, sebagai salah
satu tahap dalam upaya perakitan varietas baru untuk tanaman menyerbuk silang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Perkawinan antar spesies merupakan salah satu cara yang digunakan dalam
meningkatkan keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi
untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul tersebut yang
nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul. Perkawinan silang antar spesies dan dalam
spesies memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis
perkawinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan dalam
tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan.
Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang
berbeda susunan genetiknya. Berdasarkan pengelompokan tanaman yang
digunakan dalam persilangan, hibridisasi dibedakan menjadi :
1.

Hibridisasi intravarietas, yaitu persilangan yang dilakukan antara tanaman

2.

yang varietasnya sama.
Hibridisasi intervarietas, yaitu persilangan yang dilakukan antara tanaman
yang varietasnya berbeda dalam spesies yang sama. Hibridisasi ini disebut


3.

juga hibridisasi intraspesifik.
Hibridisasi interspesifik, yaitu persilangan antara tanaman dari dua spesies
yang

berbeda,dalam

genus.

Hibridisasi

ini

disebut

juga

hibridisasi


intragenerik. Jenis persilangan initelah dilakukan untuk memindahkan gen
ketahanan terhadap hama dan penyakit, atautoleransi terhadap kekeringan
pada varietas tanaman gandum, tomat, tebu, dan lain-lain.
4. Hibridisasi intergenerik, yaitu persilangan yang dilakukan antar tanaman
dari genus yangberbeda. Beberapa contoh tanaman hasil persilangan ini
adalah Raphanobrassica, Rabbage, Maize-teosinte, sugarcane-sorghum, dan
lain-lain. Hibridisasi ini juga biasa digunakan untuk memindahkan sifat
ketahanan penyakit, hama dan kekeringan dari genustanaman liar ke
tanaman budi daya (Alfikri, 2011).
Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk
mengujipotensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka

pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk
memperluas keragaman. (Yunianti, Sriani, dan Muhamad. 2011)
Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga tanaman lain
kekepala putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi karena terhalangnya serbuk sari
dari bunga yang sama untuk melangsungkan penyerbukan sendiri. Umumnya penyerbukan
terjadi karena bantuan angin dan serangga ( Nasir, 2001).
Metode pemuliaan tanaman menyerbuk silang sedikit berbeda dengan tanaman
menyerbuk sendiri karena pada tanaman menyerbuk silang, dalam populasi alami terdapat
individu-individu yang secara genetik heterozigot untuk kebanyakan lokus. Secara genotipe juga
berbeda dari satu individu ke individu lainnya, sehingga keragaman genetik dalam populasi
sangat besar. Fenomena lain yang dimanfaatkan dalam tanaman menyerbuk silang adalah
ketegaran hibrida atau heterosis. Heterosis didefinisikan sebagai meningkatnya ketegaran (vigor)
dan besaran F1 melebihi kedua tetuanya. Sebaliknya bila diserbuk sendiri akan terjadi tekanan
inbreeding. Beberapa metode yang populer pada tanaman menyerbuk silang misalnya
pembentukan varietas hibrida, seleksi massa, seleksi daur ulang, dan dilanjutkan dengan
pembentukan varietas bersari bebas atau varietas sintetik. Untuk tanaman yang membiak secara
vegetaif dapat dilakukan seleksi klon, hibridisasi yang dilanjutkan dengan seleksi klon. Cara ini
dapat digunakan juga untuk pemuliaan tanaman tahunan yang biasa dibiakan secara vegetatif.
Metode Seleksi Pada Tanaman Menyerbuk Silang
Dasar–dasar yang dapat membedakan diantara metode :
a.
b.
c.
d.
e.

Cara pemotongan populasi dasar
Ada tidaknya kontrol terhadap persilangan
Model perangen pada populasi bersangkutan
Tipe uji keturunan
Macam dari varietas komersiil yang akan dibentuk.

Metode penting yang sesuai dengan penyerbukan silang antara lain:
1.

Seleksi massa. Seleksi ini merupakan cara yang penting dalam pengembanan macammacamvarietas yang disilangkan.Dalam seleksi ini jumlah yang dipilih banyak untuk

memperbanyak generasi berikutnya.
2. Pemuliaan persilangan kembali. Metode ini digunakan dengan species persilangan luar yang
nilainya sama baiknya dengan species yang berpolinasi sendiri.

3.

Hibridisasi dari galur yang dikawinkan. Varietas hibrida tergantung dari keunggulan
keragamanyang mencirikan hibrid F1 diantara genotipe tertentu.Tipe genotipe yantg disilangkan

melahirkan galur-galur, klon, strain, dan varietas.
4. Seleksi berulang. Seleksi yang diulang, genotip[e yang diinginkan dipilih dari genotipe ini atau
turunan sejenisnya disilangkan dengan luar semua kombinasi yang menghasilkan populasi untuk
disilangkan.
5. Pengembangan varietas buatan. (R. W. Allard, 1992).
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan:
1.

Penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya

saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan.
2. Waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan,
padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu
penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu
reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan
membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap
dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur
tanaman berbunga. (Syukur, 2009)

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
Tongkol tetua betina dan malai tetua jantan
B. Alat
Kantong kertas, pengikat, label dan pensil
C. Prosedur Kerja
1.

Bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki dipilih. Tongkol yang dipilih yaitu tongkol yang
belum diserbuki, ditandai dengan rambut pada ujung tongkol belum keluar atau keluar dalam

jumlah sedikit, dan ukuran tongkol masih kecil.
2. Tanaman yang akan dipakai sebagai tetua jantan (sumber serbuk sari) dipilih. Malai yang dipilih
yaitu malai yang siap untuk dijadikan tetua ditandai dengan bunga jantan sudah mekar.
3. Bunga jantan tersebut dibungkus menggunakan kantong kertas sampai rapat, kemudian
digoyang-goyngkan agar serbuk sari terkumpul pada kantong.
4. Setelah kantong dirasa sudah cukup terisi oleh serbuk sari, dengan segara kantong tersebut
5.

digunakan untuk membungkus tongkol yang sudah dipilih sebelumnya, dan ditutup dengan rapat.
Kantong berisi serbuk sari yang sudah ditutupkan pada tongkol, digoyang-goyangkan agar

serbuk sari jatuh pada tongkol.
6. Kantong diikat menggunakan benan berwarna dan diberi etiket.
7. Keberhasilan persilangan dapat dilihat setelah 3 minggu.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Tanggal penyerbukan

: 2 Oktober 2013

Tanggal Pengamatan

: 9 Oktober 2013
16 Oktober 2013
22 Oktober 2013

Jenis tetua

: ♂ jagung manis x ♀ jagung manis

Jumlah biji yang terbentuk

: 379 biji

B. Pembahasan
Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua
tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya.
Hibridisasi merupakan metode pemuliaan tanaman yang dilakukan pada tanaman yang
dikembangbiakan secara vegetatif. Sumber variasi sifat atau klon-klon baru yang sangat luas
variabilitasnya dan menjadi sumber penyeleksian klon baru dapat diperoleh dengan metode
hibridisasi ini. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi
pada keturunannya, yang kemudian digunakan pemulia tanaman untuk memilih tanaman yang
mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan. (Sunarto, 1997).
Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga tanaman lain ke
kepala putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi karena terhalangnya serbuk sari dari
bunga yang sama untuk melangsungkan pembuahan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penyerbukan silang pada jagung antara lain:
a.

Pemilihan tetua jantan dan betina
untu melakukan silangan, kita membutuhkan induk betina dan induk jantan. Kedua induk
sebaiknya amemiliki keunggulan yang nantinya diharapkan bias terpadu pada keturunannya
sebagai induk betina dipilih tanaman yang memiliki bungan dengan putik sudah matang kelamin,
yakni mengeluarkan cairan seperti embun, dan belum menghailkan serbuk sari. Bunga yang
sudah menghasilkan serbuk sari dikhawatirkan sudah mengalami penyerbukan sendiri.
Sementara itu sebagai induk jantan dipilih tanaman yang bunganya sudah menghasilkan serbuk
sari, sebagai tanda kelamin janyan sudah matang.

b. Kastrasi
Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengajaagar tidak terjadi
persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan pada saat bunga jantan mulai muncul tetapi belum pecah.
Kotak sari yang belum pecah biasanya telah menyembul di dua sisi bunga betina dan berwarna
putih, sedangkan kotak sari yang sudah pecah berwarna krem coklat kehitaman.Munculnya
bunga jantan padatan dan bunga berkisar antara 6-12 hari. Kastrasi dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemunculan bunga jantan tersebut. Ada beberapa cara untuk melakukankastrasi, yaitu:
(1) menggunakan pompa pengisap, (2) dengan perlakuan alkohol,dan (3) secara manual dengan
pinset. Kastrasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah persilangan pada saat bunga jantan
mulai muncul tetapi belum pecah, biasanya 1-2 kali setelah persilangan.Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi kerusakan mekanis tandan bunga. (Soemedi, 1982).
c. Emaskulasi
Langkah kedua setelah pemilihan tetua. Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan pada
tetua yang ditujukan sebagai tetua betina. Emaskulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu; secara mekanis, fisika, dan kimia. Praktikum kali ini, emaskulasi dilakukan dengan cara
mekanis, yaitu dengan mengambil serbuk sari menggunakan alat penjepit, pinset ataupun jarum.
Pengambilan kotak sari dilakukan sebelum kotak sari terbuka dan serbuksari luruh. Gunting
digunakan untuk memotong ujung palea dan lemma agar mudah diambil kepala sarinya.
Penyungkupan dan pelabelan dilakukan setelah emaskulasi selesai dilakukan dengan tujuan agar
terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan dan untuk menghindari kesalahan ( Nasir, 2001
).
d.

Hibridisasi
Pada praktikum kali ini hibridisasi dilakukan dengan menaburkan benang sari di atas kepala putik
bunga yang sudah dikasstrasi tersebut serata mungkin.
Teknik persilangan pada tanaman menyerbuk silang. Tanaman menyerbuk silang,
misalnya jagung, termasuk tanaman monoccious dimana bunga jantan dan betina letaknya
terpisah. Bunga jantan berbentuk malai terletak di bagian pucuk tanaman, sedangkan bunga
betina terletak kira-kira pada pertengahan batang tanaman. Serbuk sari dihasilkan pada malai 1 –
3 hari sebelum rambut tongkol keluar. Rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan
tangkai putik. Serbuk sari mudah diterbangkan angin. Satu malai dapat menghasilkan ± 25 juta
serbuksari atau setara dengan 50.000 serbuk sari untuk tiap rambut tongkol, bila diasumsi tiap
tongkol terdapat 500 biji. Oleh karena letak bunga yang terpisah dan serbuk sarinya mudah
diterbangkan angin maka rambut tongkol besar sekali kemungkinannya untuk mendapatkan

serbuk sari dari tanaman di sebelahnya. Penyerbukan silang hampir terjadi 95%. Dalam kondisi
optimal, serbuk sari tetap berfungsi selama 12 – 18 jam. (Nasir, 2001).
Hibridisasi memerlukan serangkaian prosedur yang harus dilakukan dengan cermat untuk
memperoleh kualitas benih yang baik tanpa tercemar oleh serbuk lain. Tiap klai akan dilakukan
persilangan tongkol tanaman yang hendak disilangkan ditutup dengan kantong kertas. Kantung
ini harus tahan air dan kuat untuk mendukung pertambahan berat dan volume tongkol. Penutupan
tongkol dengan kantung kertas ini dilakukan sebelum rambut tongkol keluar. Kantung kertas ini
harus diikat dengan kuat antara tongkol dan batang jagung, agar tidak mudah diterbangkan
angin. Setelah rambut tongkol keluar penuh dilakukan penutupan malai yang akan menghasilkan
serbuk sari dari tanaman tetua yang akan digunakan sebagai tetua jantan. Penutupan malai
tersebut dilipat sedemikian rupa sehingga serbuk sari tidak bisa keluar ke bagian bawah.
Penutupan malai ini diperkuat lagi dengan jepitan atau staples agar tidak bisa diterbangkan
angin. Hari berikutnya penyerbukan buatan dapat dilakukan. Malai digoyang-goyangkan agar
serbuk sari keluar dan terkumpul dalam kantung kertas tersebut. Selanjutnya, ramut tongkol
dipotong dengan gunting hingga tinggal ± 2 cm. Dengan demikian rambut tongkol menjadi rata.
Setelah itu serbuk sari ditaburkan pada rambut tongkol. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan
cepat untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Setelah persilangan dilakukan, tongkol ditutup
kembali dengan kantung kertas dan dijepit kuat pada batang dengan staples. Pada kantung ini
ditulis tanggal persilangan dan jenis persilangan yang dilakukan. (Nasir, 2001)
Pada saat persilangan, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya apakah persilangan
tersebut akan berhasil atau gagal, diantaranya :
1. Faktor internal
a. Pemilihan tetua
Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan yaitu: (a)
varietas komersial, (b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu atau
beberapa sifat superior, (d) spesies introduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang menghasilkan
varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan merupakan varietasvarietas komersial yang unggul yang sedang beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetuatetua varietas sintetik.
b. Waktu tanaman berbunga
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berbunga. Waktu
tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya

bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus
diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut
polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika
antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu
dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua,
sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi
ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga. (Syukur, 2009)
2. Faktor eksternal
a. Pengetahuan tentang organ reproduksi dan tipe penyerbukan
Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan yang
paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui
organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk
silang atau menyerbuk sendiri.
b. Cuaca saat penyerbukan
Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi
panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok.
Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.
c. Pelaksana
Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-sungguh dalam
melakukan hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka hibridisasi akan gagal. (Syukur, 2009)
Saat praktikum kendala faktor yang mempengaruhinya yaitu cuaca setelah penyerbukan.
Pada waktu itu cuaca saat penyerbukan cukup cerah tetapi beberapa hari setelah penyerbukan
terjadi hujan lebat sehingga hasil penyerbukannya gagal.
Selain faktor – faktor yang mempengaruhinya, dalam melakukan persilangan harus
memperhatikan pula beberapa hal, diantaranya :
1. Penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya
2.

saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan.
Waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan,
seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah
jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu
antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan
sinkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga

nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini
diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga. (Tanto, 2002)
Pada praktikum acara hibridisasi tanaman menyerbuk silang kali ini, Praktikum di
lakukan di sawah belakang Laboratorium Riset UNSOED dengan menggunakan tanaman jagung
varietas jagung manis untuk tetua jantan maupun tetua betinanya. Kondisi lapang saat melakukan
penyerbukan silang cukup mendukung karena cuaca suhu pada saat itu tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu rendah kira kira 20-25 dan hal ini merupakan suhu yang optimum dan bagus untuk
melakukan penyerbukan silang.
Sedangkan kendala kendala yang di temui pada saat melakukan hibridisasi tanaman
menyebuk silang adalah sedikitnya tongkol (bunga betina) yang mempunyai rambut pendek yang
akan di lakukan proses penyerbukan. Karena syarat yang tepat dan sesuai untuk penyerbukan
tanaman silang pada jagung adalah tongkol tersebut mempunyai rambut yang masih pendek.
Kendala lainnya beberapa hari setelah penyerbukan terjadi hujan lebat yang sering
mengakibatkan kertas pembungkus jagung rusak.
Berdasarkan data pengamatan pada praktikum acara hibridisasi tanaman menyerbuk
silang kali ini di peroleh jumlah biji total 379 biji dimana biji F1 ini merupakan hasil persilangan
antara tetua jantan dan tetua betina dengan varietas jagung manis. Dan dari hasil pengamatan,
hibridisasi yang dilakukan persilangan ini termasuk sudah berhasil, sebab bunga betina yang
diamati menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hibridisasi yaitu bulu-bulu benang tongkol
berubah warna menjadi kecoklatan dan tongkol membesar. Keberhasilan suatu persilangan
buatan dapat dilihat kira-kira satu sampai dua minggu setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon
buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya,
jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan
pembuahan. (Syukur, 2009)
Tanaman yang menyerbuk silang terjadi dengan jatuhnya tepung sari pada rambut lebih kurang
95% dari bakal biji terjadi karena penyerbukan. Sedangkan hanya 5% terjadi karena
penyerbukan sendiri, karena jagung merupakan tanaman berumah satu. Kegunaan Inbreeding,
yaitu :
1. Mengurangi frekuensi alel-alel resesif yang merugikan
2. Meningkatkan variabilitas genetik di antara individu dalam suatu populasi
3. Mengembangkan genotip potensial

Teknik hibridisasi atau penyerbukan silang buatan adalah teknik yang dimaksudkan untuk
menggabungkan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh induk jantan dan induk betina, dengan
harapan akan diperoleh keturunan yang memilikigabungan dari sifat-sifat baik tersebut. Sebelum
melakukan hibridisasi dilakukan langkah kastrasi yaitu pengebirian organ kelamin jantan yang mendekati
matang.

BAB V
SIMPULAN
1. Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga tanaman lain ke kepala
putik tanaman yang berbeda.
2. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penyerbukan silang pada jagung antara lain:

-

Pemilihan tetua jantan dan betina
- Kastrasi
- Emaskulasi
- Hibridisasi
3. Pada saat persilangan, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya apakah persilangan
tersebut akan berhasil atau gagal, diantaranya :
a. Faktor internal : Pemilihan tetua dan waktu tanaman berbunga
b. Faktor eksternal : Pengetahuan tentang organ reproduksi dan tipe penyerbukan, cuaca saat
penyerbukan dan pelaksana.
4. Berdasarkan data pengamatan pada praktikum acara hibridisasi tanaman menyerbuk silang
kali ini di peroleh jumlah biji total 379 biji dimana biji F1 ini merupakan hasil persilangan antara
tetua jantan dan tetua betina dengan varietas jagung manis. Dari hasil pengamatan ini dapat
dikatakan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA
Alfikri, A.L. 2011. Metode Hibridisasi Buatan. . Diakses
tanggal 5 November 2012.
Allard, R.W., 1960. Principle of Plant Breeding. John Willey&Sons. Inc.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Soemedi. 1982. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Universitas Jenderal Sodirman, Purwokerto.
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan
Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor. 284 hal.
Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Yunianti, Rahmi., Sriani Sujiprihati., dan Muhamad Syukur. 2011. “Teknik Persilangan
Buatan

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA HIBRID TANAMAN ANGGREK Dendrobium sp.

10 148 1

KAJIAN APLIKASI PUPUK KASCING PADA TIGA JENIS TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN PERBANDINGAN MEDIA YANG BERBEDA

3 58 19

PENGARUH TINGKAT SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ASAM JAWA (Tamarindus indica, Linn.)

2 32 14

MAKNA TANDA IKLAN DALAM MEMBENTUK BRAND IMAGE Analisis Semiotik Iklan LUX Versi "Kecantikanmu adalah Kekuatanmu" di Televisi

0 44 2

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

INTEGRASI APLIKASI METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN NEMATODA PATOGEN SERANGGA SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAYATI HAMA URET LEPIDIOTA STIGMA YANG MENYERANG TANAMAN TEBU

5 78 10

KARAKTERISASI HIDROLISAT PROTEIN IKAN WADER (Rasbora jacobsoni) SECARA ENZIMATIS DENGAN ENZIM PROTEASE DARI TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea)

5 51 48

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

3 52 58

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50

PENGARUH APLIKASI BEBERAPA BAHAN PEMBENAH TANAH DAN TANAMAN SELA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) YANG DITANAMI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta)

1 18 9