Makalah koperasi siswa Buku siswa

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT, yang telah menganugerahkan kenikmatan
yang luar biasa kepada kita semua, berupa kesehatan, kehidupan serta semesta
alam yang tek terhingga. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda nabi Muhammad SAW, keluarga serta para shahabat yang telah ikut
berjuang untuk menyiarkan agama islam sehingga kita bisa menikmati indahnya
agama ini tanpa halangan apapun.
penulis

bersyukur

karena

diberi

kesempatan

untuk

menuangkan


pengetahuan yang terbatas ini dalam beberapa lembaran berikut, penulis
mengalami kesulitan dalam penulisan makalah ini, terutama dalam pencarian
referensi yang berkaitan dengan materi, namun dengan perjuangan yang teguh
serta pertolongan dari allah SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Maka dari itu rasa syukur yang tak terhingga pertama kali penulis
haturkan kepada allah SWT, yang telah memberi kekuatan serta keteguhan hati.
Tak lupa pula kepada Mulyono, MA. yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan makalah ini.
Materi yang terdapat dalam makalah ini sudah penulis upayakan sesuai
dengan silabus yang telah diberikan, dan telah penulis upayakan sesempurna
mungkin. Namun penulis sadar sebagai manusia yang tak mungkin lepas dari
kesalahan maka wajarlah jika dalam makalah ini masih terdapat kesalahan atau
tidak sesuai dengan yang diharapkan.

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II KEWIRAUSAHAAN..........................................................................................6
2.1 Hakikat kewirausahaan.........................................................................................6
2.2 Minat Berwirausaha............................................................................................10
2.2.1 Minat...............................................................................................................10
2.2.2 Wirausaha........................................................................................................11
2.2.3 Minat Berwirausaha........................................................................................11
2.3 Karakteristik Seorang Wirausaha......................................................................12
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha...............................14
2.5 Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah..............................................................15
2.5.1 Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran.........16
2.5.2 Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler. 18
2.5.3 Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri................................18
2.5.4 Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik...19
2.5.5 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar........20
2.5.6 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kultur Sekolah..............20

2.5.7 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal................20
2.6 Strategi mengembangkan kewirausahaan di sekolah........................................21
2.7 Jiwa kreatif, inovatif, dan kewirausahaan di sekolah........................................25
2.8 Membangun jiwa kewirausahaan di sekolah.....................................................26
2.9 Etika kewirausahaan............................................................................................27
2.10 Menggalang sumber daya..................................................................................29
2.11 Mengembangkan gagasan dan kreativitas........................................................30
BAB III KOPERASI SEKOLAH..................................................................................33
3.1 Hakikat koperasi..................................................................................................33
3.2 Pengertian Koperasi Sekolah..............................................................................33
2

3.3 Landasan Koperasi Sekolah................................................................................35
3.4 Ciri-Ciri Koperasi Sekolah..................................................................................36
3.5 Fungsi dan Tujuan Koperasi Sekolah.................................................................36
3.6 Bidang Usaha Koperasi Sekolah.........................................................................40
3.7

Cara Mendirikan Koperasi Sekolah.............................................................40


3.7.1 Tahap Persiapan...............................................................................................41
3.7.2 Tahap Pembentukan.........................................................................................42
3.7.3 Tahap Pelaporan atau Pendaftaran...................................................................42
3.7.4 Tahap Pengesahan...........................................................................................42
3.8 Perangkat Organisasi Koperasi Sekolah............................................................43
3.8

Modal Koperasi Sekolah................................................................................46

3.10 Prinsip-prinsip Koperasi Sekolah.....................................................................47
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................49
BAB V DAFTAR RUJUKAN........................................................................................53

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomer 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah dikemukakan bahwa setiap kepala

sekolah/madrasah harus memiliki lima (5) kompetensi dasar, yaitu kompetensi
kepribadian, manajerial, supervisi, sosial dan kewirausahaan. Dari kelima
kompetensi dasar tersebut, kompetensi kewirausahaan merupakan hal baru bagi
kepala sekolah. Salah satu cara dalam membina siswa pada aspek ketrampilan dan
kewirausahaan adalah setiap satuan pendidikan harus ada Koperasi Siswa
(Kopsis). Persoalan yang muncul adalah, bagaimana cara yang dapat ditempuh
dalam menumbuhkan sikap mental wirausaha siswa di sekolah melalui lembaga
Kopsis sekolah?. Persoalan inilah yang menjadi fokus kajian dalam makalah ini.
Disamping itu masalah kewirausahaan merupakan isu nasional yang akhir-akhir
ini banyak diperbincangkan, khususnya dalam dunia pendidikan. Bagaimana
pendidikan mampu menghasilkan lulusan yang mandiri yang memiliki jiwa dan
kompetensi kewirausahaan, sehingga setelah lulus tidak bergantung kepada orang
lain, tidak menganggur, dan tidak menjadi beban masyarakat.
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud wirausaha?
2. Bagaimanakah cara membangun wirausaha di sekolah?
3. Bagaimanakah cara membangun jiwa kewirausahaan di sekolah?
4. Apakah arti etika kewirausahaan itu?
5. Apakah yang dimaksud koperasi sekolah?
6. Apakah yang melandasi koperasi sekolah?

7. Apakah fungsi koperasi sekolah?
8. Apakah tujuan koperasi sekolah?
9. Bagaimanakan cara mendirikan koperasi sekolah?
10. Darimanakah modal koperasi sekolah?
11. Apa sajakah prinsip-prinsip dari koperasi sekolah?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca bisa memahami hakikat
dari wirausaha dan mengerti bagaimanakah cara berwirausaha dengan baik,
4

khususnya di lingkungan sekolah. Pembaca juga bisa menumbuhkan minat pada
seluruh siswa maupun siswi untuk berwirausaha di sekolah dengan baik dan benar
sesuai dengan etika kewirausahaan. Selain itu, sebagai implikasi dari
kewirausahaan, pembaca juga paham mengenai koperasi sekolah lengkap dengan
landasan adanya koperasi sekolah, ciri-ciri yang membedakan antara wirausaha
koperasi sekolah dan wirausaha koperasi di luar sekolah, dan pembaca juga
diharapkan bisa memahami fungsi dan tujuan dari koperasi sekolah, sehingga
nantinya pembaca bisa mendirikan koperasi sekolah sendiri dan tahu darimana
modal pembangunan tersebut.


5

BAB II KEWIRAUSAHAAN

2.1 Hakikat kewirausahaan
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan karakteristik yang melekat
pada setiap individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan
mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan yang
produktif. Oleh karena itu, jiwa dan sikap kewirausahaan dapat dimiliki oleh
setiap orang, asalkan selalu membiasakan berfikir kreatif dan bertindak inovatif 1.
Dalam hal ini kewirausahaan pada hakikatnya merupakan kemampuan kreatif dan
inovatif sebagai dasar, kiat dan kekuatan untuk memanfaatkan setiap peluang
menuju sukses.
Wirausaha berasal dari bahasa francis, yaitu entrepreneur yang dalam
bahasa inggrisnya adalah between taker atau go between. Istilah wirausaha dapat
disamakan dengan wiraswasta, yang artinya keberanian, kesungguhan dan
keseriusan dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi dengan menggerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya
sendiri. Dalam konteks pendidikan, wirausaha merujuk pada kondisi ketika

seorang membuat suatu keputusan yang mendorong terbentuknya sistem kegiatan
yang mandiri, bebas dari keterikatan lembaga yang lain. Oleh karena itu sebagian
besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan sekolah biasanya berasal dari
kepala sekolah yang berjiwa wirausaha, karena mereka merupakan pemimpin
sekaligus manajer pendidikan tingkat satuan pendidikan. Dengan demikian
wirausahawan dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kekuatan dan
keinginan untuk terlibat dalam setiap kegiatan inovatif, serta memiliki kemauan
menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan keinginan yang dipilih.
Dari uraian diatas dapat diidentifikasikan beberapa karakteristik seorang
wirausahawan sebagai berikut2:
1. Penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin,
berkomitmen dan bertanggung jawab.
1 E. Mulyasa, manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, jakarta,2011.
2 Wahyo sumidjo, kepemimpinan dan motivasi, jakarta, 1984.
6

2. Memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak
dan aktif.
3. Memiliki motif berprestasi, dengan indikator berorientasi pada hasil dan
berwawasan kedepan.

4. Memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat
dipercaya, dan teguh dalam bertindak.
5. Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.
Di dalam al-quran terdapat beberapa ayat yang menjelaskan tentang
pentingnya berwirausaha, diantaranya yaitu3:
Al-Qashas ayat 77

‫كوابيتكإغ إفيكما آكتاكك الل لكهه ال ل كداكر ايلآإخكركة كوكلا تكن يكس ن كإصيبككك إمكن ال لهدن يكيا كوأ كيحإسين ك ككما أ كيحكسكن الل لكهه إإل كييكك‬
‫ب ال يهميفإسإديكن‬
‫كوكلا تكبيإغ ال يكفكساكد إفي ال يأ كيرإض إإ لكن الل لككه كلا يهإح له‬
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan”.
Al-Baqarah ayat 33

‫ب‬
‫عل كهم ك‬

‫كقاكل كيا آكدهم أ كن يإبئيههيم إبأ كيسكماإئإهيم كفل ك لكما أ كن يبكأ كههيم إبأ كيسكماإئإهيم كقاكل أ كل كيم أ كهقيل ل كك هيم إإإلني أ ك ي‬
‫غيي ك‬
‫ال لكسكماكوا إ‬
‫عل كهم كما تهبيهدوكن كوكما ك هن يتهيم تكك يتههموكن‬
‫ت كوال يأ كيرإض كوأ ك ي‬
Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah
berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku

3 Al-qur,an surat Al-qashas ayat 77.
7

mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
apa yang kamu sembunyikan?”4
QS jum’ah ayat 10

‫كفإإكذا هقإضيك إ‬
‫ت ال لكصكلاهة كفان يتكإشهروا إفي ال يأ كيرإض كوابيتكهغوا إمين كفيضإل الل لكإه كوايذك ههروا الل لككه ك كإثيررا ل ككعل لكك هيم‬
‫حوكن‬
‫تهفيلإ ه‬

“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”.
Setidaknya

terdapat

empat

unsur

yang

membentuk

pola

dasar

kewirausahaan yang hakiki, yaitu5: sikap mental, kepemimpinan, manajemen dan
keterampilan. Dengan demikian seorang wirausahawan perlu memiliki percaya
diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil resiko, memiliki jiwa
kepemimpinan, orisinalitas dan berorientasi pada masa depan. Percaya diri dan
keyakinan ditandai oleh karakter ketidak bergantungan, dan optimis. Indikator
kebutuhan akan berprestasi meliputi karakter berorientasi laba, ketekunan dan
ketabahan, tekat dan kerja keras, serta motivasi yang besar, energik dan inisiatif.
Kemampuan mengambil resiko berarti suka pada tantangan. Berjiwa pemimpin
artinya dapat bergaul dengan orang lain (bawahan), menanggapi sran dan kritik,
inovatif, fleksibel, memiliki banyak sumber, serba bisa dan mengetahui banyak
hal. Disamping itu, wirausahawan memiliki pandangan yang jauh kedepan serta
perspektif yang maju dan berkelanjutan.
Karakteristik wirausahawan sebagaimana diuraikan diatas berkaitan dengan
tiga sifat, yaitu inovatif, pengambilan resiko dan proaktif. Sifat inovatif mengacu
pada pengembangan produk, jasa atau proses unik yang meliputi upaya sadar
dalam merealisasikan tujuan tertentu, menfokuskan perubahan pada potensi sosial
ekonomi organisasi berdasarkan pada kreatifitas dan intuisi individu. Pengambilan
resiko mengacu pada kemauan aktif untuk mengejar peluang, sedangkan proaktif
4 Al-quran surat al-baqarah ayat 33.
5 Gary yulk, kepemimpinan dalam kewirausahaan, jakarta, 1996.
8

menunjuk pada sifat assertif serta kemampuan mencari peluang “pasar” yang
terus-menerus dan bereksperimen untuk mengubah lingkungannya. Oleh karena
itu, seorang wirausahawan memiliki daya inovasi yang tinggi, ketika dalam
prosesnya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik dalam pekerjaannya.
Dalam kaitannya dengan manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah,
kebanyakan diantara mereka tidak menyadari keragaman dan keluasan bidang
yang

menentukan

tindakannya

guna

memajukan

sekolah.

Mencapai

kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan suatu yang ideal dalam
mewujudkan tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi
kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. Kepala sekolah yang realistik
akan menerima hasil dari setiap kegiatannya, karena ia memandang hasil yang
dapat diterima lebih penting dari pada hasil yang sempurna, oleh karena itu kepala
sekolah yang kreatif dan inovatif merupakan individu yang unik dan spesifik,
yang senantiasa berusaha untuk mengembangkan sekolahnya secara efektif,
efisien dan produktif6.
Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha biasanya memiliki tujuan dan
pengharapan tertentu yang diintegresikan dalam visi, misi, tujuan dan rencana
strategis sekolah secara realistik, sesuai dengan kemampuan, kondisi, dan faktor
pendukung yang dimiliki sekolah. Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin
besar peluang untuk meraihnya, sehingga kepala sekolah yang berjiwa wirausaha
harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur dalam mengembangkan sekolahnya 7.
Untuk mengetahui apakan sekolah tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan
dan sasarannya dikembangkan ke dalam indikator yang lebih rinci dan terukur
untuk

detiap

aspeknya.

Berdasarkan

indikator-indikaator

tersebut

dapat

dikembangkan berbagai program pengembangan sekolah.
Seorang kepala sekolah yang berjiwa wirausahawan harus memiliki
kemauan dan kemampuan untuk menemukan berbagai peluang dalam setiap
kegiatan pengembangan sekolahnya, menuju sekolah yang efektif, efisien,
produktif, mandiri dan akuntabel. Untuk merealisasikan kondisi sekolah tersebut,
6 Thaha miftah, kepemimpinan dalah manajemen, jakarta, 1994.
7 E. Mulyasa, manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, jakarta,2011.
9

kepala sekolah harus berani mengambil setiap resiko yang telah diperhitungkan
dan menyukai tantangan dengan resiko moderat8. Kepala sekolah harus yakin dan
teguh pada dirinya dan kemampuannya mengambil keputusan secara tepat.
Kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri khas dari
wirausahawan.
2.2 Minat Berwirausaha
2.2.1 Minat
Minat merupakan suatu persoalan yang objeknya tidak berwujud serta
dapat menimbulkan dampak yang positif dan tidak jarang pula menimbulkan
dampak yang negatif. Jadi minat dapat dikatakan erat hubungannya dengan
kepribadiaan seseorang. Hal ini senada dengan pendapat Slamento (2003:180)
yang mengatakan
Bahwa: “Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa memiliki
minat terhadap suatu subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian lebih
besar terhadap subjek tertentu”.
Sejalan dengan pengertian di atas menurut Djaali Minat adalah rasa lebih
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal artau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh, minat pada dassarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minatnya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu
perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan.
Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi sseseorang untuk melakukan
segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi
keinginannya.
Minat dapat dibentuk dan ditumbuhkan oleh pengaruh lingkungan
sekitarnya. Hal ini menggambarkan bahwa minat dapat dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan. Minat tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dari
8 M. Masud said, kepemimpinan: pengembangan organisasi team building dan perilaku
inovatif, malang, 2010.
10

melalui dalam indvidu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melaluli proses.
Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan, maka minat tersebut
dapat berkembang. Munculnya minat ini biasanya ditandai dengan adanya
dorongan, perhatian, rasa senang, kemampuan dan kecocokan/kesesuaian.
2.2.2 Wirausaha
Wirausaha memiliki arti menjalankan usaha. Dalam konteks manajemen
pengertian wirausaha menurut Marzuki Usman yang dikutip oleh Suryana
“wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan
sumber daya seperti financial (money), bahan mentah (materials) dan tenaga kerja
(labors), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi atau
pengembangan organisasi usaha”. Menurut Prawirokusumo yang dikutip oleh
Suryana, “wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya –upaya kreatif dan
inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk
melakukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup”.
Sedangkan wirausaha menurut pendapat Joseph Schumpeter yang dikutip
oleh Buchari Alma “Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi
yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru, dengan menciptakan
bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku. Orang tersebut melakukan
kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan
dalam organisasi bisnis yang sudah ada”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah
seseorang yang memiliki kepribadian unggul dan mempunyai kemampuan untuk
melihat kesempatan atau peluang-peluang bisnis dengan memanfaatkan sumbersumber yang ada dengan mengoptimalkan kemampuan sendiri guna mengambil
tindakan yang tepat untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada.
2.2.3 Minat Berwirausaha
Setelah diketahui secara jelas tentang pengertian minat dan wirausaha
maka dapat dijelaskan pula apa yang dimaksud minat berwirausaha. Minat
berwirausaha merupakan suatu ketertarikan kepada diri seseorang terhadap
kegiatan wirausaha dan keinginan untuk mempelajarinya lebih lanjut dengan cara
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memanfaatkan kesempatan bisnis

11

yang ada9. Minat berwirausaha muncul karena didahului oleh suatu pengetahuan
dan informasi mengenai wirausaha yang kemudian dilanjutkan pada suatu
kegiatan partisipasi untuk memperoleh pengalaman, dimana akhirnya muncul
keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha adalah perasaan menyukai
sesuatu yang kemudian ia ingin lebih mengetahuinya dan akan membuktikannya
dengan melakukan kegiatan untuk meningkatkan hasil karyanya (meningkatkan
penghasilan) dan mendorong individu untuk memusatkan perhatiaannya, serta
mempunyai perasaan senang dan mempunyai keinginan untuk terlibat dalam
kegiatan pengambilan resiko untuk menjalankan bisnis atau usaha sendiri dengan
memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada untuk menciptkan bisnis baru
dengan pendekatan inovatif10. Minat wirausaha tidaklah dimiliki begitu saja,
melainkan dapat dipupuk dan dikembangkan.

2.3 Karakteristik Seorang Wirausaha
Seseorang wirausaha adalah sesorang yang memiliki kepribadian unggul.
Menurut para ahli yang dikutip oleh Suryana ciri-ciri wirausaaha adalah sebagai
berikut :
1. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.
2. Kemauan untuk mengambil resiko.
3. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
4. Memotivasi diari sendiri.
5. Semagat untuk bersaaing.
6. Orientasi pada kerja keras.
7. Percaya pada diri sendiri.
8. Dorongan untuk berprestasi.
9. Tingkat energi yang tinggi.
10. Tegas.
11. Yakin pada kemampuan diri sendiri.
12. Tidak suka uluran tangan dari pemerintah atau pihak lain.
13. Dari masyarakat.
9 E. Mulyasa, manajemen berbasis sekolah, bandung, 2002.
10 Nanang fatah, ekonomi dan pembiayaan pendidikan, bandung, 2000.
12

14. Tidak bergantung kepada alam dan berusaha menyerah.
15. Kepada alam.
16. Kepemimpinan.
17. Keorisinilan.
18. beeorientasi ke masa depan dan penuh gagassan.
Menurut M.Tohar, karakteristik seorang wirausaha yang baik dan berhasil
adalah11 :
a. Memiliki tanggung jawab pribadi.
b. Dinamis dan mampu memimpin.
c. Mempunyai sikap optimis atas suatu peluang.
d. Mampu mengantisipasi resiko.
e. Ulet dan gigih bertekad penuh.
f. Enerjik dan cerdas.
g. Mampu melihat peluang.
h. Kebutuhan untuk berprestasi.
i. Kreatif dan innovative.
j. Mampu mempengaruhi orang lain.
k. Tidak bergantung kepada orang lain.
l. Berinisiatif untuk maju.
m. Bersikap positif terhadap suatu perubahan.
n. Terbuka atas saran dan kritik membangun.
o. Selalu melihat atau berorientasi ke masa depan.
p. Cepat dan tangkas dalam mengankap suatu pengertian.
Steinhoff dan john F. Burgess yang dikutip oleh Suryana mengemukakan
beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang sukses
meliputi :
1) Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.
2) Bersedia menanggung resiko, waktu dan uang.
3) Berencana dan berorganisir.
4) Kerja keras sesuai urgensinya.

11 Miftah thoha, kepemimpinan dalam manajemen, jakarta, 1994.
13

5) Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja dan lain
sebagainya.
6) Bertanggung jawab dengan keberhasilan dan kegagalan.
Menurut BN. Marbun yang dikutip oleh Buchari Alma, dari berbagai
penelitian di amerika serikat, untuk menjadi wirausaahawann, seseorang harus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Percaya diri.
2) Berorientasi tugas dan hasil.
3) Pengambil resiko.
4) Kepemimpinan.
5) Keorisinilan.
6) Perorientasi pada masa depan.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri dan karakteristik
wirausaha adalah memiliki kemandirian, berani mengambil resiko, memiliki
semangat yang tinggi, percaya diri, berjiwa kepemimpinan, memiliki visi dan
tujuan yang jelas, bertanggung jawab, optimis, memiliki kreatifitas dan inovatif,
dan selalu berorientasi ke depan.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha
Menurut Buchari Alma ada tiga faktor kritis yang berperan dalam
membuka usaha baru,yaitu :
1) Faktor personal
a. Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang.
b. Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan lain,
c. Dorongan karena faktor usia komitmen atau minat yang tinggi terhadap
bisnis.
2) Faktor environment
a. Adanya persaingan dalam dunia kehidupan.
b. Adanya sumber-sumber yang tidak bisa dimanfaatkan, misalnya memiliki
tabungan, modal, warisan, memiliki bangunan yang lokasi strategis dan
sebagainya.

14

c. Mengikuti latihan-latihan atau incubator. Sekarang banyak kursus-kursus
bisnis dan lembaga manajemen fakultas ekonomi melaksanakan pelatihan
dan incubator bisnis.
d. Mebijaksanaan pemerintah misalnya adanya kemudahan-kemudahan
dalam lokasi berusaha ataupun fasilitas kredit dan bimbingan usaha yang
dilakukan oleh depnaker.
3) Faktor sociological
a. Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang lain.
b. Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha.
c. Adanya bantuan dari family dalam berbagai kemudahan.
d. Adanya pengalaman-pengalaman dalam duniabisnis sebelumnya.
Menurut Crool Noore yang dikutip oleh Suryana: Minat berwirausaha
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal yang memacu minat berwirausaha adalah pencapaian focus of
control,

toleransi,

pengambilan

resiko,

nilai

–nilai

pribadi,pendidikan,

pengetahuan kewirausahaan, pengalaman, usia, komitmen dan ketidakpuasan.
Faktor pemicu yang berasal dari lingkungan adalah peluang,aktivitas, pesaing,
sumber daya, dan kebijakan pemerintah.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal12. Faktor internal terdiri dari pencapaian focus of control, toleransi
pengambilan resiko, nilai-nilai pribadi (termasuk di dalamnya jiwa kepeminpinan
dan kreativitas), pendidikan, pengetahuan, kewirausahaan, pengalaman, usia,
komitmen dan ketidakpuasan. Faktor eksternal terdiri dari adanya peluang,
aktivitas, pesaing, sumberdaya dan kebijakan pemerintah.
2.5 Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara
utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan
ketrampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat
diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di
sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah,
12 Gary yulk, kepemimpinan dalam kewirausahaan, jakarta, 1996.
15

guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai
suatu komunitas pendidikan13. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam
kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang
dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan
di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek14.
2.5.1 Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam
proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke
dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai,

terbentuknya

karakter

wirausaha

dan

pembiasaan

nilai-nilai

kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses
pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua
mata pelajaran15. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan
peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan
dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah
ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah
pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui
metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang
dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan
tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata
pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu
penanaman nilai nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara
memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai
lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata
pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman
nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran
13 Surya subrata, manajemen pendidikan di sekolah, jakarta, 2004.
14 E. Mulyasa, manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, jakarta, 2011.
15 Sudarwan danim, visi baru manajemen sekolah, jakarta, 2006.
16

yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke
semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu16:
mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan
kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar
muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan
nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan
menambahkan

satu

kolom

dalam

silabus

untuk

mewadahi

nilai-nilai

kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang
terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi
RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah
pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilainilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan
pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri 17.
Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan
berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai
kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:


Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan
sudah tercakup didalamnya.

16 Azhar arsyad, pokok-pokok manajemen, yogyakarta, 2003.
17 Miftah thoha, kepemimpinan dalam manajemen, jakarta, 2007.
17



Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam
SKdan KD kedalam silabus.



Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi
nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.



Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam RPP.

2.5.2 Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra
kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta
tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri
sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah18:
(1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka;
(2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta
didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan
atau kelompok.
2.5.3 Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
sebagai

bagian

integral

dari

kurikulum

sekolah/madrasah.

Kegiatan

pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter
wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial,
kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.

18 P. Stephen robbins, perilaku organisasi, jakarta, 2002.
18

Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan
kompetensi

dan

kebiasaan

dalam

kehidupan

sehari-hari

peserta

didik.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
kondisi

sekolah/madrasah.

Pengembangan

diri

secara

khusus

bertujuan

menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat,
kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan
keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan
karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian.
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram.
Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram
dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program
pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan
dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah
misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)
2.5.4 Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian
tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman
konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa
dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum
SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait
langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran
tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan
nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik
peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model
pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku
wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.

19

2.5.5 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling
berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran.
Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan
kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku
ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai
kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan
materi, tugas maupun evaluasi.
2.5.6 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kultur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta
didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan
sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok
masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan
dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala
sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta
didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab,
disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh
warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).
2.5.7 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat
karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan
mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu
membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal
dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak
yang berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal
sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah,
yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk
memperoleh pendapatan.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan
integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran

20

dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP
dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi
untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan.
Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah
ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau
penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan
dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta
didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal
pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu
nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap,
dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai
kewirausahaan.

2.6 Strategi mengembangkan kewirausahaan di sekolah
Pada saat ini banyak sekolah yang dikelola oleh masyarakat memiliki
kualitas lebih baik dibanding sekolah yang dikelola oleh pemerintah, karena tidak
terikat oleh alokasi dana dari pemerintah. Hal tersebut menentang sekolah yang
dikelola olah pemerintah untuk mampu mandiri seperti sekolah yang dikelola oleh
masyarakat. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memahami prinsip
kewirausahaan, kemudian menerapkannya dalam mengelola dan membangun
sekolah efektif.
Berbicara wirausaha adalah berbicara mengenai perilaku, yang mencakup
pengambilan inisiatif, mengorganisasi serta mereorganisasi mekanisme sosial dan
ekonomi terhadap sumber dan situasi ke dalam praktik, dan penerimaan resiko
atau kegagalan19. Para ahli ekonomi mengemukakan bahwa wirausahawan adalah

19 Tim dosen administrasi UPI, manajemen pendidikan, bandung, 2009.
21

orang yang dapat meningkatkan nilai tambah (added value), dan nilai jual
terhadap sumber, tenaga kerja, alat, bahan, dan aset lain, serta orang yang
memperkenalkan perubahan, inovasi, dan cara-cara baru yang lebih efektif dalam
bekerja atau menyelesaikan sesuatu.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa berwirausaha dalam bidang
pendidikan berarti memadukan kepribadian, peluang, keuangan, dan sumber daya
yang terdapat di lingkungan sekolah untuk mengambil keuntungan. Kepribadian
tersebut mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku. Sehubungan
dengan itu, Steinhoff (1993) mengidentifikasikan karakteristik kepribadian
wirausaha sebagai berikut:
1. Memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang tinggi, terhadap kerja
keras dan cerdas, mandiri dan memahami bahwa resiko yang diambil
adalah bagian dari keberhasilan. Dengan modal tersebut mereka bekerja
dengan tenang, optimis, dan tidak dihantui oleh perasaan takut gagal.
2. Memiliki kreativitas diri (self creativity) yang tinggi dan kemauan serta
kemampuan mencari alternatif untuk merealisasikan berbagai kegiatannya
melalui kewirausahaan.
3. Memiliki pikiran positif (positive thinking), dalam menghadapi suatu
masalah atau kejadian senantiasa melihat aspek positifnya. Dengan
demikian mereka selalu melihat peluang dan memanfaatkannya untuk
mendukung kegiatan yang dilakukan.
4. Memiliki orientasi pada hasil (output oriented), sehingga hambata tidak
membuat mereka menyerah, tetapi justru tertantang untuk mengatasi
sehingga mencapai hasil yang diharapkan.
5. Memiliki keberanian untuk mengambil resiko, baik resiko terhadap
kecelakaan, kegagalan maupun kerugian. Dalam melaksanakan tugas,
pribadi wirausaha tidak pernah takut gagal atau rugi, sehingga tidak takut
melakukan pekerjaan meskipun dalam hal baru.
6. Memiliki jiwa pemimpin, yang selalu ingin mendayagunakan orang dan
membimbingnya, serta selalu tampil ke depan untuk mencari pemecahan
atas berbagai persoalan, dan tidak membebankan atau menyalahkan orang
lain.

22

7. Memiliki pikiran orisinal, yang selalu punya gagasan baru, baik untuk
mendapatkan peluang maupun mengatasi masalah secara kreatif dan
inovatif.
8. Memiliki orientasi ke depan, dengan tetap menggunakan pengalaman masa
lalu sebagai referensi, untuk mencari peluang dalam memajukan
pekerjaannya.
9. Menyukai tantangan, dan menemukan diri dengan merealisasikan ideidenya.
Jika dikaitkan dengan kegiatan sekolah, maka kepala sekolah harus mampu
menafsirkan berbagai kebijakan pemerintah sebagai kebijakan umum, sedangkan
operasionalisasinya untuk mencapai hasil yang optimal perlu ditunjang oleh kiatkiat kewirausahaan. Misalnya, jika bantuan dari pemerintah terbatas, sementara
kegiatan yang harus dilakukan cukup banyak, maka kepala sekolah harus mampu
mencari peluang untuk mendayagunakan berbagai potensi masyarakat dan
lingkunga sekitar.
Jika dikaitka dengan pengembangan kurikulum, maka implementasi
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) harus mampu mendorong sekolah
untuk menjadi unit layanan masyarakat. Oleh karena itu, kepala sekolah harus
mampu menjaga dan meningkatkan kualitas sekolah. Ketika kualitas sekolah baik,
masyarakat, khususnya orang tua akan bersedia berperan aktif di sekolah, karena
yakin anaknya akan mendapat layanan pendidikan yang baik. Di sanalah
pentingnya pribadi wirausaha kepala sekolah, untuk mencari jalan meningkatkan
kualitas sekolah agar masyarakat dan orang tua menaruh kepercayaan terhadap
produktivitas sekolah, dan mau berpartisipasi dalam berbagai program dan
kegiatan sekolah.
Keberhasilan kepala sekolah dalam mengembangkan kewirausahaan
ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Kemampuan dalam mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai.
b. Kesiapan terhadap resiko yang akan diterima, baik tenaga, uang, maupun
waktu.
c. Keyakinan

akan

kemampuan

membuat

rencana,

mengorganisasi,

mengkoordinasi, melaksanakan dan mengawasinya.

23

d. Komitmen terhadap kerja keras dan cerdas sepanjang waktu, serta merasa
penting atas keberhasilan kewirausahaannya.
e. Kreativitas dan keyakinan dalam mengembangkan hubungan baik dengan
pelanggan, tenaga pendidik, orang tua, masyarakat, dunia usaha yang
berpengaruh terhadap kegiatan sekolah.
f. Kemampuan menerima tantangan dengan penuh tanggung jawab atas
keberhasilan dan kegagalannya.
g. Keterbukaan dalam manajemen keuangan sekolah.
Dari uraian di atas, tampak bahwa sukses tidaknya pengembangan program
kewirausahaan di sekolah sangat bergantung pada kondisi warga sekolah. Oleh
karena itu kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan serta peserta didik
harus dilatih dan dibiasakan berfikir wirausaha. Kepala sekolah harus mampu
membimbing guru dan tenaga kependidikan lainnya, serta para peserta didik
untuk memahami dan mengembangkan sikap kewirausahaan sesuai dengan tugas
masing-masing. Dalam praktiknya untuk menerapkan inovasi dalam wirausaha,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Kurangi atau hilangkan hal-hal yang sudah tidak produktif dalam
rangkaian kegiatan yang dilakukan.
2. Pahamilah bahwa semua produk, proses dan strategi apapun yang ada
sekarang ini cepat atau lambat akan dimakan usia, hal tersebut perlu
ditangani dengan cepat dan segera.
3. Rencanakan setiap kegiatan yang akan dilakukan dengan sebaik-baiknya.
4. Lakukan apa yang telah direncanakan, mulai dari persiapan menghadapi
tantangan dan menyingkirkan hal-hal yang tidak produktif.
Perlu diingat, bahwa semua hal di atas tidak akan ada artinya apabila hanya
berkutat pada teori dan konsep, tanpa pernah mau menyentuh bumi dan mencoba
untuk melakukan apa yang telah disiapkan. Sebaiknya, dilakukan evaluasi secara
berkala terhadap apa-apa yang telah direncanakan, apakah sudah berjalan dengan
efektif atau tidak.

24

2.7 Jiwa kreatif, inovatif, dan kewirausahaan di sekolah
Jiwa kreatif, inovatif, dan kewirausahaan merupakan suatu kemampuan
yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Oleh karena itu sifat-sifat
tersebut sangat penting untuk dimiliki oleh setiap warga sekolah yang ingin
menjadikan sekolahnya sebagai sekolah yang efektif. Sifat-sifat tersebut harus
dimiliki oleh setiap kepala sekolah dan menanamkannya kepada seluruh warga
sekolah. Sifat-sifat tersebut menjadi lebih penting lagi untuk dimiliki oleh setiap
peserta didik, karena mereka merupakan generasi bangsa yang akan meneruskan
generasi pembangunan20. Dengan sifat-sifat kewirausahaan tersebut, diharapkan
dapat mengatasi pengangguran dan lulusan-lulusan pendidikan yang kurang
produktif. Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang tidak memiliki kreativitas.
Masalahnya bagaimana cara kreativitas dan inovasi tersebut berkembang dan
direalisasikan dalam setiap kegiatan sesuai dengan wawasan kewirausahaan di
sekolah.
Setiap karya kreatif dan inovatif kepala sekalah akan mendorong potensi
kerja dan kepuasan pribadi yang besar. Dengan trobosan kreatif kepala sekolah
dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengubah tantangan
menjadi peluang dalam memajukan sekolah. Menurut maslow, dalam perwujudan
diri manusia, kreatifitas dan inovasi merupakan manifestasi dari individu yang
memiliki fungsi penuh.
Masalah kreatifitas dan inovasi penting dipahami oleh para guru dalam
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar yang
membimbing dan mengantar anak didik ke arah perrumbuhan dan perkembangan
pribadinya secara optimal. Meskipun demikian, seringkali kepala sekolah tidak
memiliki kemampuan tersebut karena kelemahan rekruitmen, dan lingkungan
yang kurang mendukung, padahal kepala sekolah memiliki kedudukan yang
sangat sentral dan penting dalam mengoptimalkan fungsi kreativitas, inovasi, dan
wawasan kewirausahaan di sekolah yang dipimpinnya.

20 E. Mulyasa, manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, jakarta, 2011.
25

Dalam memenuhi makna kreatifitas, inovatif dan wawasan kewirausahaan,
hendaknya dipelajari pula kepentingannya dalam kehidupan dimasyarakat dan di
tempat kerja. Hal ini penting karena kreatifitas merupakan pangkal dari langkah
inovatif yang memiliki nilai penting dalam kehidupan setiap individu. Oleh
karena itu, dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan fungsi
kreativitas, inovasi dan wawasan kewirausahaan di sekolah diperlukan suatu
komitmen yang tinggi dari kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan
proses pembelajaran yang efektif di sekolah.
2.8 Membangun jiwa kewirausahaan di sekolah
Kepala sekolah yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah mereka yang
mempunyai sikap serta perilaku kreatif dan inovatif dalam memimpin dan
mengelola organisasi sekolah secara efektif, efisien, produktif dan akuntabel. Hal
tersebut diwujudkan dengan mencari dan menerapkan prosedur kerja dan
teknologi baru yang bermanfaat bagi terwujudnya prinsip-prinsip “good school
governance” (pengelolaan sekolah yang baik)21. Karakteristik kepala sekolah yang
memiliki jiwa kewirausahaan juga meliputi ciri-ciri orang yang memiliki jiwa
kewirausahaan pada umumnya. Oleh karena itu seorang kepala sekolah yang
memiliki jiwa kewirausahaan sedikitnya akan memilki karakteristik sebagai
berikut: percaya diri, berfikir positif, pantang menyerah dan berorientasi pada
hasil,

belajar

bagaimana

menangani

resiko,

berjiwa

kepemimpinan,

mengembangkan sikap kreatif dan inovatif serta berpikir jauh ke depan (visioner).
Kepemimpinan kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan harus mampu
menerapkan beberapa hal sebagai berikut22:
a. Berpikir kreatif dan inovatif.
b. Mampu mambaca arah perkembangan pendidikan.
c. Menunjukkan nilai lebih dari komponen setiap sistem persekolahan yang
dimiliki.
d. Menumbuhkan kerja sama tim, sikap kepemimpinan, dan hubungan yang
solid dengan segenap warga sekolah.
e. Membangun pendekatan personal yang baik dengan lingkungan sekitar
dan tidak cepat berpuas diri dengan ap