Kepolisian Negara Republik Indonesia Kep

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di

Facebook,

Twitter dan

Instagram

Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kepolisian Negara
Republik Indonesia

Lambang Polri

Singkatan
Didirikan
Motto
Dasar hukum


POLRI
1 Juli 1946
Rastra Sewakottama
UU No.2 Tahun 2002

Struktur yurisdiksi
Kedudukan
Wilayah hukum
Badan nasional

Tugas utama

Badan Pemerintah Pusat
Nasional Indonesia
Pemerintah Indonesia
Memelihara keamanan dan
ketertiban, menegakkan
hukum, memberikan
perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepada

masyarakat

Struktur operasional
Kapolri
Markas besar
Bertanggung
jawab kepada

Jenderal Polisi Sutarman
Jakarta
Presiden Republik
Indonesia

Data personil
Usiapenerimaan
Jumlah personil
aktif
Anggaran
operasional
Persentase dalam

APBN

18
387.470 (2011)[1]
Rp45,6 triliun (2013)[2][3]
0,025%

[tutup]

Situs resmi
Situs

www.polri.go.id

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang
bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di
seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Kapolri). Sejak 25 Oktober 2013 Kapolri dijabat oleh Jenderal Polisi Sutarman.

Daftar isi

 1 Sejarah
o 1.1 Sebelum kemerdekaan Indonesia
 1.1.1 Masa kolonial Belanda
 1.1.2 Masa pendudukan Jepang
o 1.2 Awal kemerdekaan Indonesia
 1.2.1 Periode 1945-1950
 1.2.2 Periode 1950-1959
o 1.3 Masa Orde Lama
o 1.4 Masa Orde Baru
 2 Organisasi
o 2.1 Mabes
 2.1.1 Unsur Pimpinan
 2.1.2 Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan
 2.1.3 Unsur Pelaksana Tugas Pokok
 2.1.4 Unsur Pendukung
o 2.2 Polda
 3 Struktur wilayah
 4 Polri kini
 5 Polisi dan lalu lintas
 6 Lihat pula

 7 Referensi
 8 Bacaan lanjutan
 9 Pranala luar

Sejarah
Sebelum kemerdekaan Indonesia
Masa kolonial Belanda
Veldpolitie di Malang (sekitar 1930)
Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang
disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan kerajaan.[4]

Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali oleh pembentukan
pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi untuk menjaga aset dan kekayaan
orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di
Semarang, merekrut 78 orang pribumi untuk menjaga keamanan mereka.[5]
Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang dibantu asisten residen. Rechts politie
dipertanggungjawabkan pada procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda
terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan) , stands
politie (polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong praja), dan
lain-lain.

Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian juga diterapkan pembedaan
jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat
hood agent (bintara), inspekteur van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama
menjadi agen polisi diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.
Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah merupakan
cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini.[6]
Masa pendudukan Jepang
Pada masa ini Jepang membagi wiliyah kepolisian Indonesia menjadi Kepolisian Jawa dan
Madura yang berpusat di Jakarta, Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi, Kepolisian
wilayah Indonesia Timur berpusat di Makassar dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di
Banjarmasin.[4]
Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh seorang pejabat kepolisian bangsa
Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang yang disebut sidookaan yang dalam
praktik lebih berkuasa dari kepala polisi.

Awal kemerdekaan Indonesia
Periode 1945-1950
Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang
membubarkan Peta dan Gyu-Gun, sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu SoekarnoHatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara resmi
kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka.

Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada
tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan Pasukan Polisi Republik Indonesia sebagai langkah
awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara
Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat
maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang
panjang.[7] Sebelumnya pada tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN)
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29 September 1945

Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara
(KKN).[8]
Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan nama
Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan
masalah operasional bertanggung jawab kepada Jaksa Agung.[9]
Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D.
Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri.[10]
Tanggal 1 Juli inilah yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini.
Sebagai bangsa dan negara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan maka Polri di samping
bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah RI. Polri menyatakan
dirinya “combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi
Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata, seperti dikenal dalam

pertempuran 10 November di Surabaya, di front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan
pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain.
Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4 Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No.
1/1948 yang menetapkan bahwa Polri dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam
kedudukan sebagai perdana menteri/wakil perdana menteri.
Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal Polisi R.S. Soekanto telah mulai menata organisasi
kepolisian di seluruh wilayah RI. Pada Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang diketuai Mr.
Sjafrudin Prawiranegara berkedudukan di Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian dipimpin KBP
Umar Said (tanggal 22 Desember 1948).[11]
Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda dibentuk Republik Indonesia
Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan
R. Sumanto diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.
Dengan Keppres RIS No. 22 tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS dalam
kebijaksanaan politik polisional berada di bawah perdana menteri dengan perantaraan jaksa
agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan, dipertanggungjawabkan pada menteri
dalam negeri.
Umur RIS hanya beberapa bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17
Agustus 1950, pada tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi
kepolisian negara-negara bagian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia. Dalam
peleburan tersebut disadari adanya kepolisian negara yang dipimpin secara sentral, baik di

bidang kebijaksanaan siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.
Periode 1950-1959

Dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17 Agustus 1950 dan diberlakukannya UUDS 1950
yang menganut sistem parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap dijabat R.S. Soekanto yang
bertanggung jawab kepada perdana menteri/presiden.
Waktu kedudukan Polri kembali ke Jakarta, karena belum ada kantor digunakan bekas kantor
Hoofd van de Dienst der Algemene Politie di Gedung Departemen Dalam Negeri. Kemudian
R.S. Soekanto merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan, dengan sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi
Markas Besar Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung perkantoran termegah
setelah Istana Negara.
Sampai periode ini kepolisian berstatus tersendiri antara sipil dan militer yang memiliki
organisasi dan peraturan gaji tersendiri. Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan Pegawai
Polisi Republik Indonesia (P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak
zaman revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan nama
Bhayangkari tidak ikut dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi. Organisasi P3RI dan
Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955
yang memenangkan kursi di Konstituante dan Parlemen. Waktu itu semua gaji pegawai negeri
berada di bawah gaji angkatan perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil

melahirkan Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik dibanding dengan
gaji pegawai negeri lainnya (mengacu standar PBB).

Masa Orde Lama
Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan Konstituante, Indonesia kembali ke UUD
1945, namun dalam pelaksanaannya kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945. Jabatan
Perdana Menteri (Alm. Ir. Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di
bawah pada Menteri Pertama sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di
mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio.
Pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri juga menjabat sebagai Menteri
Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat
Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala Kepolisian Negara diubah
menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari
Djawatan Kepolisian Negara).
Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang terdiri dari Angkatan
Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto menyampaikan keberatannya dengan alasan
untuk menjaga profesionalisme kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto
mengundurkan diri setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah
karier Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959.
Dengan Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri atas Angkatan

Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan Menteri Muda Kepolisian
ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian Negara bersama Angkatan Perang lainnya
dan dimasukkan dalam bidang keamanan nasional.

Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No. 13/1961. Dalam UU ini
dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur ABRI yang sama sederajat dengan
TNI AD, AL, dan AU.
Dengan Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri, Menteri/KASAD, Menteri/KASAL,
Menteri/KSAU, Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil
Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan. Dengan Keppres No. 134/1962 menteri diganti
menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian (Menkasak).
Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian
(Menpangak) dan langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai kepala pemerintahan
negara. Dengan Keppres No. 290/1964 kedudukan, tugas, dan tanggung jawab Polri ditentukan
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alat Negara Penegak Hukum.
Koordinator Polsus.
Ikut serta dalam pertahanan.
Pembinaan Kamtibmas.
Kekaryaan.
Sebagai alat revolusi.

Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI disamakan bagi
Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang. Sementara pada tahun 1964 dan
1965, pengaruh PKI bertambah besar karena politik NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI
mulai menyusupi memengaruhi sebagian anggota ABRI dari keempat angkatan.

Masa Orde Baru
Karena pengalaman yang pahit dari peristiwa G30S/PKI yang mencerminkan tidak adanya
integrasi antar unsur-unsur ABRI, maka untuk meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan
SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan
Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan bagian dari
organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang masing-masing dipimpin
oleh Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya
kepada Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama.
Setelah Soeharto dipilih sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab
berpindah kepada Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang
dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang bukan
angkatan perang.
Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan Panglima Angkatan Kepolisian diganti
kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala Kepolisian Negara RI, namun singkatannya
tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969.

Pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi
Kepala Staf Angkatan.

Organisasi
Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi
Polri Tingkat Pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri);
sedang organisasi Polri Tingkat Kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia
Daerah (Polda).

Mabes
Unsur Pimpinan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).
Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kapolri dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Wakil Kapolri (Wakapolri) yang saat ini
dijabat oleh Komisaris Jenderal Polisi Badrodin Haiti.
Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan
Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan terdiri dari:
 Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan umum dan perbendaharaan dalam
lingkungan Polri termasuk satuan-satuan organsiasi non struktural yang berada di bawah
pengendalian Kapolri. Saat ini dipimpin oleh Komjen Pol Dwi Priyatno.
 Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan fungsi manajemen bidang operasional dalam lingkungan Polri termasuk
koordinasi dan kerjasama eksternal serta pemberdayaan masyarakat dan unsur-unsur
pembantu Polri lainnya. Asops saat ini dipegang oleh Irjen Pol Arif Wachyunadi.
 Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Pengembangan (Asrena), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum dan
pengembangan, termasuk pengembangan sistem organisasi dan manajemen serta
penelitian dan pengembangan dalam lingkungan Polri. Saat ini dijabat oleh Irjen Pol
Djoko Mukti Haryono.
 Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS SDM), bertugas membantu
Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber daya manusia
termasuk upaya perawatan dan peningkatan kesejahteraan personel dalam lingkungan
Polri. Saat ini dijabat oleh Irjen Haka Astana.
 Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan fungsi sarana dan prasarana dalam lingkungan Polri. Assarpras dijabat
oleh Irjen Pol Tubagus Anis Angkawijaya.

 Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Div Propam), adalah
unsur pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban profesi dan pengamanan
internal. Kadiv Propam saat ini ialah Irjen Pol Syafruddin.
 Divisi Hukum (Div Kum). Dengan pimpinan Irjen Pol Syahrul Mamma.
 Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas) dengan pimpinan Irjen Pol Ronny Franky
Sompie.
 Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah unsur pembantu pimpinan
bidang hubungan internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian ini membawahi
National Crime Bureau Interpol (NCB Interpol), untuk menangani kejahatan
internasional. Dengan pimpinan Irjen Pol Sugeng Priyanto.
 Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol), adalah unsur pembantu pimpinan
di bidang informatika yang meliputi teknologi informasi dan komunikasi elektronika.
Dipimpin oleh Irjen Pol Achmad Hidayat
 Staf Pribadi Pimpinan (Spripim)
 Sekretariat Umum (Kasetum)
 Pelayanan Markas (Kayanma)
 Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan mengenai masalah tertentu sesuai
bidang keahliannya
Unsur Pelaksana Tugas Pokok
Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari:
 Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina dan menyelenggarakan
fungsi intelijen dalam bidang keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional
dan manajemen Polri maupun guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan
dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri. Kabaintelkam Komjen Pol. Tito
Karnavian.
 Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi
laboratorium forensik, dalam rangka penegakan hukum. Dipimpin oleh seorang
Komisaris Jenderal (Komjen). Kabareskrim Komjen Pol Suhardi Alius.[12]
 Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan yang mencakup pemeliharaan dan upaya
peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka mewujudkan
keamanan dalam negeri. Kabaharkam saat ini dijabat oleh Komjen Pol Putut Eko Bayu
Seno.
 Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan
keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan gangguan keamanan yang
berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan dalam negeri. Korps ini dipimpin
oleh seorang Inspektur Jenderal (Irjen). Dipimpin Irjen Pol Robby Kaligis.
 Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi lalu
lintas yang meliputi pendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu

lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor, serta mengadakan
patroli jalan raya. Dikepalai oleh Irjen Pol Condro Kirono.
 Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan Brimob, Sabhara, Samapta,
Satlantas, (Jihandak/Penjinak Bahan Peledak, bila diperlukan) serta sebuah tim intelijen
jika ada demonstrasi, sidang pengadilan, pertemuan tingkat tinggi, perayaan hari besar
oleh kelompok masyarakat, atau peresmian oleh kepala pemerintahan, kepala negara,
ketua MPR, atau ketua DPR dengan mengirimkan surat tugas kepada Biro Operasi Polda
setempat, Biro Operasi Polres setempat, dan Polsek setempat.
 Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT), bertugas menyelenggarakan
fungsi intelijen, pencegahan, investigasi, penindakan, dan bantuan operasional dalam
rangka penyelidikan dan penyidikan tindak pidana terorisme.
 Detasemen Khusus Anti Anarkis Polri sedang dalam pembicaraan para perwira
tinggi Polri.
Unsur Pendukung
Unsur Pendukung, terdiri dari:
 Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol), bertugas merencanakan, mengembangkan, dan
menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan dan pengembangan berdasarkan jenis
pendidikan Polri meliputi pendidikan profesi, manajerial, akademis, dan vokasi.
Kalemdikpol saat ini adalah Komjen Pol Oegroseno. Lemdikpol membawahi:
o Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah unsur pelaksana
pendidikan dan staf khusus yang berkenaan dengan pengembangan manajemen
Polri. Terdiri dari Sespinma (dahulu Selapa), Sespimmen (dahulu Sespim) dan
Sespimti (dahulu Sespati).
o Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana pendidikan pembentukan
Perwira Polri. Gubernur Akpol dipegang oleh Irjen Pol Pudji Hartanto Iskandar.
o Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur pelaksana pendidikan dan
staf khusus yang berkenaan dengan pendidikan tinggi dan pengembangan ilmu
dan teknologi kepolisian
o Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)
o Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional
(Diklatsusjatrans)
o Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari:
 Pusdik Intelijen (Pusdikintel)
 Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim)
 Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)
 Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum)
 Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob)
 Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair)
 Pusdik Administrasi (Pusdikmin)
 Sekolah Bahasa (Sebasa)
 Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan)
 Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).

 Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang dipimpin oleh seorang Brigadir
Jenderal (Brigjen), termasuk didalamnya adalah Rumah Sakit Pusat Polri (Rumkit
Puspol) yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).
 Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).
 Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang akan dipimpin oleh Brigadir
Jenderal (Brigjen).
 Pusat sejarah (Pusjarah Polri) yang akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Brigjen).

Polda
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana utama
Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan tugas Polri pada
tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah
(Kapolda), yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda
(Wakapolda).
 Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Resor (Polres). Ada tiga tipe
Polda, yakni Tipe A-K, Tipe A dan Tipe B. Polda Tipe A-K saat ini hanya terdapat 1
Polda, yaitu Polda Metro Jaya. Polda Tipe A-K dan Tipe A dipimpin seorang perwira
tinggi berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen), sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi
berpangkat Brigadir Jenderal (Brigjen).
o Setiap Polda menjaga keamanan sebuah Provinsi.
 Polres, membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor. Untuk kota - kota
besar, Polres dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres memiliki satuan tugas
kepolisian yang lengkap, layaknya Polda, dan dipimpin oleh seorang Komisaris Besar
Polisi (untuk Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar Polisi (untuk Polres)
o Setiap Polres menjaga keamanan sebuah Kotamadya atau Kabupaten.
 Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP)
(khusus untuk Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi (Kompol) (untuk tipe urban),
sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun
Komisaris Polisi (tipe rural). Di sejumlah daerah di Papua sebuah Polsek dapat dipimpin
oleh Inspektur Dua Polisi.
o Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.
Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) memiliki sejumlah Direktorat
dalam menangani tugas melayani dan melindungi, yaitu:
 Direktorat Reserse Kriminal
o Subdit Kriminal Umum
o Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras)
o Subdit Remaja Anak dan Wanita
o Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) /
Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)

 Direktorat Reserse Kriminal Khusus
o Subdit Tindak Pidana Korupsi
o Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah)
o Subdit Cyber Crime
 Direktorat Reserse Narkoba
o Subdit Narkotika
o Subdit Psikotropika
 Direktorat Intelijen dan Keamanan
 Direktorat Lalu Lintas
o Subdit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa)
o Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident)
o Subdit Penegakan Hukum (Gakkum)
o Subdit Keamanan dan Keselamatan (Kamsel)
o Subdit Patroli Pengawalan (Patwal)
o Subdit Patroli Jalan Raya (PJR)
 Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimmas, dulu Bina Mitra)
 Direktorat Sabhara
 Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)
 Direktorat Polisi Air (Polair)
 Direktorat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti)
 Biro Operasi








Biro SDM
Biro Sarana Prasarana (Sarpras, dulu Logistik)
Bidang Keuangan
Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam)
Bidang Hukum
Bidang Hubungan Masyarakat
Bidang Kedokteran Kesehatan

Struktur wilayah
Pembagian wilayah Kepolisian Republik Indonesia pada dasarnya didasarkan dan disesuaikan
atas wilayah administrasi pemerintahan sipil. Komando pusat berada di Markas Besar Polri
(Mabes) di Jakarta. Pada umumnya, struktur komando Polri dari pusat ke daerah adalah:
 Pusat
o Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri)
 Wilayah Provinsi
o Kepolisian Daerah (Polda)

 Wilayah Kabupaten dan Kota
o Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes)
o Kepolisian Resor Kota (Polresta)
o Kepolisian Resort Kabupaten (Polres)
 Tingkat kecamatan
o Kepolisian Sektor Kota (Polsekta)
o Kepolisian Sektor (Polsek)
Wilayah hukum dari Kepolisian Wilayah (Polwil) adalah kawasan yang pada masa kolonial
merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada di Pulau Jawa, maka di
luar Jawa tidak dikenal adanya satuan berupa Polwil kecuali untuk wilayah perkotaan seperti
ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes Makassar di Sulawesi Selatan.
Mulai awal tahun 2010 seluruh Kepolisian Wilayah (Polwil) di Pulau Jawa sudah dihapus.[13][14]
Di beberapa daerah terpencil, ada pula pos-pos polisi yang merupakan perpanjangan tangan dari
Kepolisian Sektor.

Polri kini
Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri
bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam
masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun antarabangsa, sebagaimana yang
ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia,
untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di
Kamboja (Asia).

Polisi dan lalu lintas
Untuk mengurangi angka kecelakaan, di sejumlah Polda telah diberlakukan aturan agar para
pengendara sepeda motor menyalakan lampu sewaktu berkendara. Pada tanggal 29 November
2006, rapat yang diadakan di Gedung Cakra Ditlantas Polda Metro Jaya memutuskan bahwa
mulai tanggal 4 Desember 2006 hingga 1 Januari 2007 sosialisasi menyalakan lampu kepada
para pengendara sepeda motor. Rapat tersebut dihadiri oleh Kepala Seksi SIM (Ka Si SIM)
Polda Metro Jaya Komisaris Polisi (Kompol) Teddy Minahasa dan Direktur Lalu Lintas Polda
Metro Jaya (Dirlantas) Komisaris Besar (Kombes) Djoko Susilo. Aturan mulai berlaku pada
tanggal 2 Januari 2007.

Lihat pula
 Tanda Kepangkatan Polri

Referensi

^ Yudho Winarto (25 July 2012). "Jumlah personel Polri akan ditambah besarbesaran". kontan.co.id. Diakses 8 November 2012.
2.
^ "2013, Anggaran Polri Rp 45,6 Triliun". January 25, 2013.
3.
^ "Presiden Instruksikan Penambahan Anggaran dan Anggota Polri".
MetroTVnews.com. 17 January 2012. Diakses 8 November 2012.
4.
^ a b Buku pintar calon anggota dan anggota Polri. hlm. 5.
5.
^ Polisi Zaman Hindia Belanda. Dari kepedulian dan ketakutan. hlm. 27.
6.
^ Polisi Zaman Hindia Belanda. Dari kepedulian dan ketakutan. hlm. 65.
7.
^ "sejarah Polri". polri.go.id. Diakses 5 Novermber 2012.
8.
^ Sejarah Nasional Indonesia VI. hlm. 182.
9.
^ Djamin, Awaloedin (2007). Sejarah perkembangan kepolisian di Indonesia.
hlm. 122.
10.
^ "Penetapan Pemerintah tahun 1946". ngada.org. Diakses 5 November 2012.
11.
^ "Ad Perpetuam Rei Memoriam". harianhaluan.com. Unknown parameter |
accessdated= ignored (help)
12.
^ "Suhardi Alius Jadi Kabareskrim". Desember 06, 2013.
13.
^ "Lima Polwil Dan Polwiltabes Semarang Akan Dilikuidasi". Antara News.com.
13 February 2012. Diakses 22 November 2012.
14.
^ Amril Amarullah (4 February 2012). "Polwiltabes Surabaya Diubah Jadi
Polrestabes". news.viva.co.id. Diakses 22 November 2012.
2. 1.1 Latar belakang
Dalam rangka pembangunan hukum, upaya pembaharuan hukum dan pemantapan
kedudukan serta peranan badan-badan penegak hukum negara terarah dan terpadu
dibutuhkan untuk dapat mendukung pembangunan nasional serta kesadaran hukum dan
dinamika yang berkembang dalam masyarakat Indonesia.
Sehubungan dengan itu lembaga-lembaga hukum atau badan-badan penegak hukum
seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan, lembaga bantuan
hukum dan sebagainya perlu untuk lebih memantapkan kedudukan, fungsi dan
peranannya dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya masing-masing di
dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
Bahwa pembangunan nasional di bidang hukum adalah terbentuk dan berfungsi sistem
hukum nasional yang mantap, bersumber pada pancasila dan UUD 1945 dengan
memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku, yang mampu menjamin
kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan hukum serta untuk memantapkan
penyelenggarakan pembinaan keamanan umum dan ketentraman masyarakat dalam
sistem keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa dengan berintikan Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai alat negara penegak hukum yang profesional, maka
dianggap perlu untuk memberikan landasan hukum yang kukuh dalam tata susunan tugas
dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
1.

1.2 Rumusan masalah
Topik pembahasan dalam makalah ini, kami kembangkan berdasarkan Rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi Kepolisian?
2. Apa fungsi Kepolisian?

3. Bagaimana Susunan kelembagaan dalam Kepolisian?
4. Apa tugas pokok dan wewenang Kepolisian?
3. BAB II
PEMBAHASAN
4.

A. Definisi Kepolisian
Istilah “polisi” berasal dari bahasa latin, yaitu “politia”, artinya tata negara, kehidupan
politik, kemudian menjadi “police” (Inggris), “polite” (Belanda), “polizei” (Jerman) dan
menjadi “polisi” (Indonesia), yaitu suatu badan yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat dan menjadi penyidik perkara kriminal. Adapun Kepolisian menurut Undangundang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1997 pasal 1 dan
Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 pasal 1 ialah
segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia,
yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas
kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Kapolri).
Pada awal mulanya, Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah bagian dari ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Namun, sejak dikeluarkannya UndangUndang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002, status Kepolisian Republik Indonesia sudah
tidak lagi menjadi bagian dari ABRI. Hal ini dikarenakan adanya perubahan paradigma
dalam sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan kelembagaan Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
peran dan fungsi masing-masing.
B. Fungsi Kepolisian
Kata ‘fungsi’ berasal dari bahasa inggris “function”. Menurut kamus WEBSTER,
“function” berarti performance; the special work done by an structure. Selain itu menurut
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 79 Tahun 1969 (lampiran 3), fungsi adalah
sekelompok pekerjaan kegiatan-kegiatan dan usaha yang satu sama lainnya ada hubungan
erat untuk melaksanakan segi-segi tugas pokok. Dari uraian tersebut di atas jelaslah
bahwa fungsi adalah merupakan segala kegiatan dan usaha yang dilakukan dalam rangka
melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan.
Fungsi kepolisian adalah menyelenggarakan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Fungsi kepolisian yang ada di masyarakat
menjadi aman, tentram, tertib, damai dan sejahtera. Fungsi kepolisian (POLRI) terkait
erat dengan Good Governance, yakni sebagai alat Negara yang menjaga kamtibmas
(keamanan dan ketertiban masyarakat) yang bertugas melindungi, mengayomi dan
melayani masyarakat serta menegakkan hukum yaitu sebagai salah satu fungsi
pemerintahan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyrakat yang
diperoleh secara atributif melalui ketentuan Undang-Undang (pasal 30 UUD 1945 dan
pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang POLRI) .
C. Susunan Lembaga Kepolisian

C.1 Mabes Polri
C.1.2 Unsur Pimpinan
Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Kapolri dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Wakil Kapolri
(Wakapolri).
C.1.3 Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf
Unsur-Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf terdiri dari:
 Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan umum dan perbendaharaan dalam
lingkungan Polri termasuk satuan-satuan organsiasi non struktural yang berada di bawah
pengendalian Kapolri
 Deputi Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Pengembangan (Derenbang), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum dan
pengembangan, termasuk pengembangan sistem organisasi dan manajemen serta
penelitian dan pengembangan dalam lingkungan Polri
 Deputi Kapolri Bidang Operasi (Deops), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan fungsi manajemen bidang operasional dalam lingkungan Polri termasuk
koordinasi dan kerjasama eksternal serta pemberdayaan masyarakat dan unsur-unsur
pembantu Polri lainnya
 Deputi Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (De SDM), bertugas membantu Kapolri
dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber daya manusia termasuk upaya
perawatan dan peningkatan kesejahteraan personel dalam lingkungan Polri
 Deputi Kapolri Bidang Logistik (Delog), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan fungsi manajemen bidang logistik dalam lingkungan Polri
 Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan mengenai masalah tertentu sesuai
bidang keahliannya
C.1.4 Unsur Pelaksana Pendidikan dan Pelaksana Staf Khusus
Unsur Pelaksana Pendidikan dan Pelaksana Staf Khusus terdiri dari:
 Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), adalah unsur pelaksana pendidikan dan staf
khusus yang berkenaan dengan pendidikan tinggi dan pengembangan ilmu dan teknologi
kepolisian
 Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah unsur pelaksana pendidikan
dan staf khusus yang berkenaan dengan pengembangan manajemen Polri
 Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana pendidikan pembentukan Perwira
Polri
 Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat)
 Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas)
 Divisi Pembinaan Hukum (Div Binkum)
 Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Div Propam), adalah
unsur pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban profesi dan pengamanan
internal
 Divisi Telekomunikasi dan Informatika (Div Telematika), adalah unsur pelaksana staf

khusus bidang Informatika yang meliputi informasi kriminal nasional, informasi
manajemen dan telekomunikasi
C.1.5 Unsur Pelaksana Utama Pusat
Unsur Pelaksana Utama Pusat terdiri dari:
 Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina dan menyelenggarakan
fungsi intelijen dalam bidang keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional
dan manajemen Polri maupun guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan
dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri
 Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi
laboratorium forensik, dalam rangka penegakan hukum. Dipimpin oleh seorang
Komisaris Jenderal (Komjen)
 Badan Pembinaan Keamanan (Babinkam), bertugas membina dan menyelenggarakan
fungsi pembinaan keamanan yang mencakup pemeliharaan dan upaya peningkatan
kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka mewujudkan keamanan
dalam negeri
 Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan
keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan gangguan keamanan yang
berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan dalam negeri. Korps ini dipimpin
oleh seorang Inspektur Jenderal (Irjen).
C.1.6 Satuan Organisasi Penunjang lainnya
Satuan organisasi penunjang lainnya, terdiri dari:
 Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol
 Pusat Kedokteran Kepolisian dan Kesehatan, termasuk Rumah Sakit Pusat Polri.
Rumah Sakit Pusat Polri dikepalai oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).
 Pusat Keuangan.
C.2 Polda
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana
utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan
tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda
dibantu oleh Wakil Kapolda (Wakapolda).
Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Wilayah (Polwil), dan Polwil
membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres) atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia Resort Kota (Polresta). Baik Polwil maupun Polres dipimpin
oleh seorang Komisaris Besar (Kombes). Lebih lanjut lagi, Polres membawahi Polsek,
sedang Polresta membawahi Polsekta. Baik Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh
seorang Komisaris Polisi (Kompol).
D. Tugas dan Wewenang Kepolisian
a). Tugas Kepolisian
Tugas kepolisian dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu tugas represif dan tugas
preventif. Tugas represif ini adalah mirip dengan tugas kekuasaan executive, yaitu

menjalankan peraturan atau perintah dari yang berkuasa apabila telah terjadi peristiwa
pelanggaran hukum. Sedangkan tugas preventif dari kepolisian ialah menjaga dan
mengawasi agar peraturan hukum tidak dilanggar oleh siapapun.
Tugas utama dari kepolisian adalah memelihara keamanan di dalam negeri. Dengan ini
nampak perbedaan dari tugas tentara yang terutama menjaga pertahanan Negara yang
pada hakikatnya menunjuk pada kemungkinan ada serangan dari luar Negeri. Sementara
itu, dalam Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 pasal 13
dijelaskan bahwasannya tugas pokok kepolisian adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
Selanjutnya pada pasal 14 dijelaskan bahwasannya dalam melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundangundangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus,
penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Mengenai ketentuanketentuan penyelidikan dan penyidikan ini, lebih jelasnya telah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) yang diantaranya menguraikan
pengertian penyidikan, penyelidikan, penyidik dan penyelidik serta tugas dan
wewenangnya.
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari
gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam
lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b). Wewenang Kepolisian
Pasal 15 Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

menyatakan bahwasannya Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum
berwenang:
a) menerima laporan dan/atau pengaduan;
b) membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum;
c) mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d) mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa;
e) mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian;
f) melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan;
g) melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h) mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i) mencari keterangan dan barang bukti;
j) menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k) mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
l) memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan,
kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
m) menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
lainnya berwenang :
a) memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya;
b) menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
c) memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d) menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e) memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata
tajam;
f) memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di
bidang jasa pengamanan;
g) memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas
pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
h) melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional;
i) melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
j) mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;
k) melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan 14
dibidang proses pidana, maka kepolisian mempunyai wewenang yang telah diatur secara
rinci pada pasal selanjutnya.
Seorang anggota polisi dituntut untuk menentukan sikap yang tegas dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya. Apabila salah satu tidak tepat dalam menentukan atau

mengambil sikap, maka tidak mustahil aka mendapat cercaan, hujatan, dan celaan dari
masyarakat.
Oleh karena itu dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus berlandaskan pada
etika moral dan hukum, bahkan menjadi komitmen dalam batin dan nurani bagi setiap
insan polisi, sehingga penyelenggaraan fungsi, tugas dan wewenang kepolisian bisa
bersih dan baik. Dengan demikian akan terwujud konsep good police sebagai prasyarat
menuju good-governance.
Hal yang patut disayangkan saat ini ialah banyaknya polisi yang masih belum bisa
menjalankan fungsi dan perannya secara baik dan benar. Polisi yang seharusnya
berfungsi sebagai pihak penegak hukum justeru memanfaatkan setatusnya tersebut untuk
melanggar hukum, membela pihak yang salah asalkan ada kompensasi dan
menelantarkan pihak yang benar yang mestinya mendapatkan pembelaan.
Sering kali kita mendengar dan menyaksikan kasus-kasus kriminal di mana polisi
seringkali terlibat di dalamnya. Menurut Lembaga Transparency International Indonesia,
Kepolisian Republik Indonesia adalah lembaga yang paling korup di Indonesia dengan
index 4,2 %. Hal ini terkait dengan tugas polisi yang bersinggungan langsung dengan
masyarakat lapisan bawah, sehingga menimbulkan celah untuk memanfaatkan hubungan
itu untuk kepentingan pribadi.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, ada beberapa kasus penyelewengan yang terjadi di
lingkuangan kepolisian , yaitu:
• Pada tahun 2007, seorang oknum polisi Bali melakukan pemerasan terhadap wisatawan
asing yang melanggar peraturan lalu lintas di Indonesia, pemerasan ini sempat direkam
oleh wisatawan asal kanada itu . Video ini kemudian dimasukan ke youtube dan
mendapatkan reaksi keras di Indonesia, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Sisno menduga
video ini adalah rekayasa dan berjanji akan menggantung polisi yang ada di rekaman
video tersebut. sedangkan Kapolda Bali berjanji akan menyelidiki kasus ini.
• Komisaris Jendral Suyitno Landung mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri
pada tahun 2004-2005 divonis satu tahun, enam bulan penjara oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan pada Oktober 2006 karena penyalahgunaan wewenang pada saat
menangani kasus pembobolan Bank BNI dengan tersangka Adrian Waworuntu.
• Kapolres Cirebon AKBP Pudjiono Dulrahman dan Wakapolres Kompol Nurhadi
menggelapkan dua mobil mewah hasil sitaan polres cirebon. Mobil Honda CR-V dan
Nissan X-Trail tersebut tidak diregistrasi ke dalam buku sitaan, Honda CR-V diganti
identitasnya kemudian dijual oleh AKBP Pudjiono Dulrahman kepada Hengky,
sedangkan Nissan X-Trail digunakan oleh Kompol Nurhadi Handayani sebagai
kendaraan pribadi dengan berbekal surat pinjam pakai, surat yang tidak mungkin
dikeluarkan untuk mobil yang tidak pernah dimasukkan dalam registrasi sitaan.
• Indonesia-Police Watch (IPW) menduga pengadaan kendaraan lapis baja (Armoured
Personnel Carrier/APC) untuk Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri pada 2001 ditengarai
penuh rekayasa. Dugaan tersebut dilaporkan IPW pada Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) di Jakarta pada 5 November 2007.
Ini adalah suatu realita yang sungguh sangat menyedihkan yang terjadi di lembaga yang
seharusnya menjadi alat penegak hukum. Barangkali realita tersebut itu adalah bagian
kecil dari fakta penyelewengan-penyelewengan polisi yang berhasil didata, dan masih
banyak lagi penyelewengan-penyelewengan atas wewenang kepolisian yang belum
berhasil didata. Berdasarkan fakta-fakta di atas, tidaklah mengherankan apabila citra

kepolisian masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat kita. Untuk
mengubah citra buruk tersebut, maka tentunya dengan menunjukkan kepada masyarakat
bahwa polisi telah menjalankan tugasnya sesuai amanat yang ditetapkan. Ini tentunya
membutuhkan perjuangan yang keras serta ketabahan yang tinggi dalam menghadapi
godaan-godaan yang lalang-melintang di depannya.
5. BAB III
6. PENUTUP
7.

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwasannya yang dimaksud kepolisian
adalah suatu badan yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan menjadi
penyidik kriminal.
Fungsi Kepolisian adalah menyelenggarakan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Susunan Kelembagaan Kepolisian terdiri dari:
1) Mabes Polri
a. Unsur pimpinan
b. Pembantu Pimpinan dan pelaksana staf
c. Pelaksana Pendidikan dan pelaksana staf khusus
d. Satuan organisasi penunjang lainnya
2) Polda
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana
utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan
tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda
dibantu oleh Wakil Kapolda (Wakapolda).
Polda membawahi Polwil, dan Polwil membawahi Polres atau Polresta. Baik Polwil
maupun Polres dipimpin oleh seorang Komisaris Besar (Kombes). Lebih lanjut lagi,
Polres membawahi Polsek, sedang Polresta membawahi Polsekta. Baik Polsek maupun
Polsekta dipimpin oleh seorang Komisaris Polisi (Kompol).
Tugas utama dari kepolisian adalah memelihara keamanan di dalam negeri.
Pasal 15 Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia menyatakan bahwasannya
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14
Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum mempunyai beberapa wewenang
diantaranya menerima laporan dan/atau pengaduan; membantu menyelesaikan
perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum; mencegah dan
menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat dan lain sebagainya.
DAFRTAR PUSTAKA
Kansil, Cristine S.T. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jilid II, cetakan
kesebelas). Jakarta; PT Balai Pustaka. 2003.
Prakoso, Djoko. Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum. Jakarta :Bina Aksara.
1987.

Prodjodikoro, Wirjono. Azas-Azas Hukum Tatanegara di Indonesia. Ttp. : Dian Rakjat.
1983.
Syarifin, Pipin. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: CV Pustaka Setia. 1999.
Sunardjono. Hukum Kepolisian, Buku II (Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara).
Ttp. Tt.
Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Ilmu Hukum. Surabaya: Prestasi Pustaka.2006.
Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia dan Penjelasannya.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia. (diakses pada tgl
18 Maret 2008)

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1