ANALISIS KOMPETENSI GURU MILITER DI PUSDIKAJEN KODIKLAT TNI AD

KODIKLAT TNI AD

Sedarmayanti

Guru Besar Universitas Dr. Soetomo Surabaya / Dosen STIA LAN RI

e-mail: sedarmayanti@yahoo.co.id

Herdi Risman

Alumni Program Magister Administrasi Publik STIA LAN Bandung

e-mail: badot_04@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD, untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh Pusdikajen Kodiklat TNI AD dalam meningkatkan kompetensi Guru Militer serta untuk mengetahui strategi yang digunakan guna mengatasi hambatan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan menganalisis data sekunder dan wawancara secara langsung (indepth interview) untuk menggali data-data primer. Hasil penelitian menunjukan, bahwa berdasarkan indikator kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap, kompetensi yang dimiliki Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD sudah termasuk kedalam kategori cukup baik. Dalam meningkatkan kompetensi Guru Militer, Pusdikajen Kodiklat TNI AD menemui beberapa hambatan seperti, motivasi belajar Guru Militer masih belum optimal. Pelatihan internal masih belum mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan Guru Militer dalam proses belajar mengajar, masih banyak Guru Militer yang menggunakan teknik konvensional dalam proses belajar mengajar, terbatasnya jumlah pelatih/Trainers yang memiliki kualifikasi memadai sebagai tenaga pendidik dalam bidang teknologi informasi dan peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan satuan atas (Kodiklat TNI AD dan Ditajenad) secara mendadak, sering membingungkan para Guru Militer. Untuk mengatasi hambatan tersebut, Dan pusdikajen Kodiklat TNI AD sering memberikan pengarahan agar Guru Militer senantiasa memelihara dan meningkatkan motivasi belajar.

Kata Kunci: Guru Militer, Kompetensi, Pengetahuan, Keterampilan, Sikap

Analysis of Military Teacher Competence at Pusdikajen Kodiklat TNI AD

Abstract

This research aimed to identify and analyze the Military Teacher competence at Pusdikajen Kodiklat TNI AD, the constraints faced by Pusdikajen Kodiklat TNI AD in improving the Military Teacher competence, and the strategies to overcome those constraints. It employed a descriptive qualitative method. The data were collected through in-depth interviews for primary data and secondary data reviews. The research result revealed that, from the indicators of competence comprising knowledge, skills and attitude, the Military Teacher competence at Pusdikajen Kodiklat TNI AD was within the category of ‘quite good’. Pusdikajen Kodiklat TNI AD faced several constraints in increasing the Military Teacher competence. For example, their motivation to study was minor. The internal training also could not upgrade their ability in the teaching and learning process. Some of them still used

a conventional technique in giving assignments and conducting assessments to the students, Pusdikajen Kodiklat TNI AD had a limited number of trainers qualified in operating information and technology devices. Unexpected rules and policy released by Kodiklat TNI AD and Ditajenad sometimes made a Military Teacher confused. To overcome the constraints, the Commander of Pusdikajen Kodiklat TNI AD instructed the teacher to raise their motivation to learn.

Keyword: Military Teacher, Competence, Knowledge, Skill, Attitude

masing-masing individu. Sehebat dan sekuat Manusia merupakan salah satu sumber

A. LATAR BELAKANG

apapun sumber daya lainnya, tanpa campur daya yang terdapat dalam suatu organisasi.

tangan manusia di dalamnya organisasi akan Keberadaan manusia memiliki peranan penting

sulit untuk mencapai tujuannya. Mengingat dalam pencapaian tujuan organisasi. Sumber

pentingnya peranan manusia dalam daya manusia mampu menunjang keberhasilan

suatu organisasi, maka diperlukan sebuah organisasi melalui potensi yang dimiliki oleh

pengelolaan sumber daya manusia agar sumber pengelolaan sumber daya manusia agar sumber

Guna mewujudkan good governance, hal pertama yang perlu diperhatikan tentu saja kompentensi yang dimiliki oleh setiap individu dalam organisasi. Kompetensi akan berbanding lurus dengan kinerja setiap individu. Dengan kompetensi yang baik, tentu akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Oleh karena itu di­ perlukan upaya untuk meningkatkan kompetensi setiap individu di dalam organisasi. Peningkatan kompetensi bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah dengan pendidikan dan latihan. Melalui pendidikan dan latihan, akan terjadi transfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap dari para pengajar kepada para peserta pendidikan dan latihan. Dengan demikian diharapkan akan terjadi perbaikan kompetensi setelah mengikuti pendidikan dan latihan.

Pendidikan merupakan satu diantara unsur penting guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa. Cita–cita luhur bangsa dimaksud adalah seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam dunia pendidikan, peningkatan kualitas sumber daya manusia bukan hanya difokuskan pada peserta didik, tetapi juga pada tenaga pendidik. Kompetensi yang dimiliki oleh seorang tenaga pendidik sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah pendidikan. Tenaga pendidik harus bisa menjadi panutan bagi para peserta didik. Karena untuk mendapatkan keluaran hasil pendidikan yang berkualitas tentu diawali dari tenaga pendidik yang memiliki kompetensi yang baik. Selain memiliki kompetensi yang baik sesuai dengan bidang

tugasnya masing–masing, para tenaga pendidik juga harus peka terhadap segala macam perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi. Sejalan dengan berbagai macam perubahan, maka sudah seharusnya para tenaga pendidik memiliki kemampuan untuk mengantisipasi segala macam perkembangan yang diakibatkan oleh perubahan tersebut. Dengan kompetensi yang baik, setiap tenaga pendidik akan terdorong untuk dapat berpartisipasi aktif dan dapat memberikan kontribusi dalam proses belajar mengajar.

Transformasi yang dilakukan oleh Angkatan Darat juga menuntut setiap individu untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Transformasi di bidang alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang menggunakan peralatan modern dan canggih tentunya memerlukan personel yang memiliki kompetensi khusus di bidangnya, agar peralatan–peralatan tersebut bisa digunakan dengan maksimal. Bukan hanya di bidang alutsista, Angkatan Darat juga melakukan transformasi di bidang personel. Saat ini setiap personel Angkatan Darat dituntut untuk menjadi lebih profesional dan memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya masing–masing. Meningkatnya profesionalisme dan kompetensi tentu akan berujung pada peningkatan kinerja setiap personel di lingkungan Angkatan Darat. Untuk mendukung peningkatan kinerja tersebut, maka sejak tahun 2010 pemerintah telah memberikan kompensasi kepada prajurit TNI berupa tunjangan kinerja. Dalam Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

72 Tahun 2010 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia diutarakan bahwa: kepada seluruh pegawai Tentara Nasional Indonesia yang pada saat berlakunya Peraturan Presiden ini, selain penghasilan yang berhak diterima, diberikan Tunjangan Kinerja setiap bulan.

Selain melalui pemberian tunjangan kinerja, upaya lain yang dilakukan oleh Angkatan Darat adalah melalui pendidikan dan latihan. Angkatan Darat melalui Lembaga Pendidikan di lingkungannya berusaha memberikan pendidikan dan latihan yang tidak hanya berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan saja tetapi juga turut memperhatikan peningkatan dari segi sikap. Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal (Pusdikajen) Kodiklat TNI AD sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Kecabangan Ajudan Jenderal di lingkungan Angkatan Darat, yang Selain melalui pemberian tunjangan kinerja, upaya lain yang dilakukan oleh Angkatan Darat adalah melalui pendidikan dan latihan. Angkatan Darat melalui Lembaga Pendidikan di lingkungannya berusaha memberikan pendidikan dan latihan yang tidak hanya berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan saja tetapi juga turut memperhatikan peningkatan dari segi sikap. Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal (Pusdikajen) Kodiklat TNI AD sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Kecabangan Ajudan Jenderal di lingkungan Angkatan Darat, yang

Tabel 1. Kondisi Guru Militer Pusdikajen Prajurit ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kodiklat TNI AD Yang Sudah

Ajudan Jenderal agar menjadi personel yang

Mengikuti Pendidikan Tenaga Pendidik

profesional, disiplin dan berjiwa Sapta Marga,

(Sertifikasi Tenaga Pendidik)

sejatinya tanggap terhadap fenomena tersebut. Oleh karena itu, Pusdikajen Kodiklat TNI AD Tenaga Pendidik

No

Tahun

terus berupaya untuk meningkatkan kompetensi

Jumlah

Sus Gadik / Gumil / Patih

para personelnya khususnya kompetensi para

tenaga pendidik.

Hal ini diperlukan untuk mendapatkan

keluaran hasil pendidikan yang berkualitas

dengan diawali dari tenaga pendidik yang

Sumber: Seksi Administrasi Pusdikajen Kodiklat TNI AD 2014

2. Masih adanya guru militer yang belum kualitas pembelajaran akan bermuara pada

memiliki kompetensi yang baik. Peningkatan

mampu memanfaatkan fasilitas kerja, keluaran hasil pendidikan yang berkualitas,

seperti komputer dan akses internet dalam sehingga dapat menjadikan sumber daya

proses belajar mengajar. Hal ini menjadi manusia yang memiliki kompetensi yang baik.

sangat penting, karena proses belajar Tenaga pendidik yang ada di lingkungan

mengajar di Pusdikajen Kodiklat TNI Angkatan Darat biasa disebut guru militer

AD sudah berbasis teknologi informasi (gumil) . Personel Militer Pusdikajen Kodiklat

dengan menggunakan e learning sebagai TNI AD yang berpangkat Perwira, baik itu

salah satu media penyampaian materi kelompok pangkat Perwira Menengah ataupun

dan penugasan. Keterbatasan dalam Perwira Pertama, disiapkan untuk menjadi

memanfaatkan fasilitas komputer dan seorang tenaga pendidik. Karena pada dasarnya

internet mengakibatkan proses belajar personel yang berpangkat Perwira harus bisa

mengajar dilaksanakan dengan teknik membimbing dan memberikan petunjuk serta

yang konvensional. Hal ini dapat dilihat arahan kepada anggotanya. Walaupun tidak

pada tabel 2.

menduduki jabatan fungsional sebagai seorang guru militer, Perwira yang menduduki jabatan

Tabel 2. Kondisi Guru Militer Yang

struktural pun harus siap untuk menjadi seorang

Menguasai Komputer & Akses Internet Di

tenaga pendidik.

Pusdikajen Kodiklat TNI AD

Berdasarkan hasil pengamatan sementara,

Kualifikasi

kompetensi yang dimiliki oleh gumil di

No Kelompok Pangkat Jumlah

Tidak %

Pusdikajen Kodiklat TNI AD masih kurang

Mampu Mampu

optimal. Hal ini bisa terlihat dari fenomena yang

1 Perwira

ditemukan di lapangan yaitu sebagai berikut:

Menengah 2 Perwira

38 33 5 1. Masih ada guru militer di Pusdikajen 86,84

Pertama

Kodiklat TNI AD yang belum mengikuti

Jumlah

pendidikan tenaga pendidik di lingkungan

Sumber: Seksi Administrasi Pusdikajen Kodiklat TNI AD tahun

TNI AD, seperti pendidikan Kursus Tenaga

Pendidik (Susgadik)/Kursus Guru Militer

3. Guru militer masih kurang berimprovisasi (Susgumil)/Perwira Pelatih (Patih). Kondisi dalam proses belajar mengajar, sehingga ini menunjukan bahwa belum semua guru membuat suasana belajar mengajar militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD memiliki sertifikasi untuk mengajar. Hal menjadi kaku.

ini dapat dilihat pada tabel 1.

4. Masih ada guru militer yang kurang peduli terhadap kelengkapan administrasi 4. Masih ada guru militer yang kurang peduli terhadap kelengkapan administrasi

dan penyusunan satuan pembelajaran proses belajar mengajar adalah Kesiapan

tidak sesuai dengan kurikulum yang di Mengajar (Siapjar) yang di dalamnya

operasionalkan dan berimbas pada tidak terdapat Tujuan Instruksional Umum (TIU)

jelasnya sasaran dan tujuan pembelajaran. dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

Hal ini dapat dilihat dari tabel 3.

Tabel 3. Kondisi Kelengkapan Paket Instruksi (PI) Guru Militer Berdasarkan

Jenis Pendidikan di Pusdikajen Kodiklat TNI AD

No Jenis Pendidikan

Jumlah

Paket Instruksi (PI)

Mata Pelajaran

Lengkap

Tidak Lengkap

1 Diklapa II 68 61 7 89,71 2 Diklapa I

50 47 3 94 3 Suspaminu

14 12 2 85,71 4 Suspaminperspra

11 11 0 100 5 Suspaminpers PNS

11 11 0 100 7 Diksarcab

51 43 8 84,31 Sumber: Tim Gumil/Tih Pusdikajen Kodiklat TNI AD tahun 2014

5. Motivasi untuk senantiasa belajar dan melalui penciptaan kerangka partisipasi untuk mengembangkan diri dirasakan masih

menghasilkan pendapatan dan peningkatan kurang. Hal ini terlihat dari kurangnya

kesempatan kerja.

minat para guru militer dalam mengikuti Berdasarkan konsep tersebut, berarti pelatihan yang diselenggarakan secara

pengembangan sumber daya manusia internal oleh Pusdikajen Kodiklat TNI AD.

merupakan salah satu bagian dari pembangunan manusia. Pemberdayaan

B. LANDASAN TEORITIS

manusia menyangkut partisipasi manusia dalam proses pengembangan suatu negara,

1. Pengembangan Sumber Daya Manusia

yaitu pembangunan dari manusia oleh manusia Peran strategis yang dimiliki oleh

dan untuk manusia. Pegawai dalam suatu sumber daya manusia dalam suatu organisasi

organisasi sebagai sumber daya manusia sebagai menuntut sumber daya manusia tersebut bisa

hasil dari proses seleksi harus dikembangkan terus berkembang dan menyesuaikan dengan

agar kemampuan mereka dapat mengikuti perubahan yang terjadi serta menyesuaikan

perkembangan organisasi. Notoatmodjo dengan kebutuhan organisasi. Bukan hanya

(2003: 98), secara rinci menguraikan area dari segi kuantitas namun yang jauh lebih

kegiatan pengembangan sumber daya manusia penting adalah pengembangan dari segi

mempunyai 3 fungsi pokok, yaitu: kualitas. Pengembangan dari segi kualitas

Pelatihan pegawai (employee training) mampu membantu organisasi dalam mencapai

Pendidikan pegawai (employee education) tujuannya secara efektif dan efisien. Oleh

pegawai (employee efektif dan efisien mencapai tujuannya harus

Pembangunan

karena itu, setiap organisasi yang ingin secara

development)

memperhatikan proses pengembangan sumber Kegiatan ketiga area tersebut (pelatihan, daya manusia.

pendidikan dan pembangunan pegawai) Swasono dan Sulistyianingsih, (1998: 6)

adalah merupakan kegiatan pokok untuk menyebutkan bahwa: Pembangunan manusia

pengembangan sumber daya manusia merupakan proses peningkatan kemampuan

(pegawai) di dalam suatu organisasi dengan manusia. Proses tersebut dikonsentrasikan

tujuan untuk mengembangkan organisasi yang secara merata pada peningkatan formasi

bersangkutan. Pelatihan dan pengembangan kemampuan-kemampuan manusia melalui

sumber daya manusia mempunyai dua tujuan investasi pada diri manusia; dan pemanfataan

yaitu tujuan khusus dan tujuan umum. Kedua diri kemampuan-kemampuan manusia tujuan tersebut seperti terlihat pada Gambar 1.

a. Manajemen Karir

Karir merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pengembangan SDM. Pemahaman akan perlunya karir pegawai dan bagaimana keterkaitan karir dengan kepuasan, kebahagiaan, dan pemenuhan finansial pegawai menjadi salah satu titik sentral bagi organisasi dalam proses pengembangan SDM. Selain itu

Sumber: Sedarmayanti (2013: 72) perhatian akan pemenuhan karir pegawai akan Gambar 1 . Tujuan Umum dan Khusus Pelatihan dan

Pengembangan membawa organisasi pada kemudahan dalam

pencapaian tujuan.

Berdasarkan gambar tersebut dapat di- Harris dan DeSimone (1994: 325) jelaskan bahwa tujuan dari pelatihan dan

mengatakan bahwa: Karir adalah pola pengembangan sumber daya manusia dilakukan

pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan untuk kepentingan pegawai itu sendiri serta

yang menjadi bagian dari kehidupan seseorang. untuk kepentingan organisasi (produktivitas

Sementara itu, Mondy dan Noe (1990: 352) organisasi).

mendefinisikan karir sebagai: Suatu arah yang

Lebih lanjut, Sedarmayanti (2013: secara umum ingin dicapai dalam kehidupan

73) menyebutkan bahwa kegiatan untuk kerja seseorang. Sedangkan Torrington dan meningkatkan produktivitas organisasi Hall (1995) mendefinisikan karir sebagai: Pola­

dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain: pola atau sekuen kehidupan kerja seseorang. •

Mengembangkan pengetahuan, sehingga Selanjutnya Bernardin dan Russell (1998: 208) pekerjaan dapat diselesaikan secara

memberi pengertian karir sebagai berikut: rasional.

Serangkaian sikap dan perilaku yang dirasakan •

Mengembangkan keterampilan/keahlian, secara individual yang berkaitan dengan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman lebih cepat dan efektif.

kerja sepanjang kehidupan kerja seseorang. • Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, Mengembangkan/mengubah sikap, dapat disimpulkan bahwa karir adalah sebagai

sehingga menimbulkan kemauan kerja serangkaian pengalaman yang berkaitan sama dengan sesama karyawan dan dengan pekerjaan, yang didalamnya terdapat manajemen (pimpinan). nilai-nilai, sikap, dan pengharapan seseorang.

Dari uraian tersebut, maka dapat Dengan kata lain, karir adalah perjalanan hidup disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan

seorang pegawai dalam dunia pekerjaannya sumber daya manusia meliputi tiga aspek

yang dimulai sejak pegawai tersebut masuk kompetensi, yaitu pengembangan pengetahuan,

dalam suatu organisasi dan berakhir saat keterampilan dan sikap.

pegawai tersebut keluar atau berhenti bekerja. Karir tidak hanya menjadi bagian

2. Manajemen, Pengembangan dan Pola

pegawai saja, tetapi karir juga menjadi bagian

Karir

dari organisasi yang harus dikelola dengan Karir merupakan bagian yang sulit di

baik. Pegawai dan organisasi harus bisa pisahkan dalam proses pengembangan sumber

saling mengakomodasi kebutuhan masing- daya manusia. Karir menjadi salah satu faktor

masing. Oleh karenanya, perencanaan karir kunci bagi organisasi agar pegawainya mau

berkontribusi terhadap pertumbuhan pegawai mengembangkan dirinya masing-masing.

dan meningkatkan kualifikasi pegawai untuk Melalui karir, organisasi mencoba menawarkan

kesempatan kepegawaian dimasa mendatang. sesuatu yang lebih baik kepada pegawainya.

Dengan demikian diperlukan manajemen karir Peningkatan tanggung jawab, status, kekuasaan,

agar karir dapat dicapai secara efektif. wewenang dan pendapatan membuat seorang

Greenhaus et al, (2000) mengemukakan pegawai merasa lebih diakui dan dihargai serta

bahwa yang dimaksud dengan Manajemen bisa lebih mengaktualisasikan dirinya dalam

karir adalah: Proses dimana individu kehidupan berorganisasi.

mengembang kan,

mengimplementasikan mengimplementasikan

perencanaan dan pengembangan sumber manajemen karir adalah: Suatu proses dimana

daya manusia dengan sistem perencanaan dan organisasi mencoba menyesuaikan minat karir

pengembangan karir individu. Jadi manajemen individu dan kemampuan organisasi untuk

karir meliputi perencanaan dan pengembangan merekrut pegawai. Menurut Giyartiningrum

karir individu dan organisasi. Perencanaan (2000) manajemen karir dapat: mengurangi

dan pengembangan karir yang disediakan ketidaksesuaian antara individu dengan

organisasi bukan untuk menjamin kesuksesan peranannya, menggembangkan kompetensi, dan

karir pegawainya tetapi dimaksudkan untuk menumbuhkan tersedianya individu yang akan

membantu pegawainya dalam hal-hal yang menciptakan kombinasi bakat yang harmonis

berhubungan dengan pekerjaan, tugas, dan bagi team work yang optimal, pengembangan

keputusan karirnya, baik di dalam maupun bakat yang fleksibel dan pembelajaran yang

di luar organisasi. Dengan kata lain individu dinamis.

dituntut untuk melakukan kontrol terhadap Manajemen karir dilakukan dengan

karir mereka, sehingga tanggung jawab membantu individu dalam perencanaan

pengembangan karir akan berpindah dari karirnya dan pengembangan aktivitas

oraganisasi kepada karyawan. Kondisi ini untuk menjamin bahwa perencanaan karir

memberikan penekanan pada kemampuan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pada

individu dalam mengembangkan karirnya.

Sumber: Handoko (2003: 124)

Gambar 2. Pengembangan Karir

b. Pengembangan Karir

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pengembangan karir merupakan suatu

Menurut Moekijat (2003: 11) aktivitas yang formal dan terstruktur yang pengembangan karir adalah: Proses dan dilakukan oleh organisasi bagi pegawainya, kegiatan mempersiapkan seseorang pegawai dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, untuk jabatan-jabatan dalam organisasi yang pengetahuan dan kemampuan yang merupakan akan datang. Sedangkan menurut Handoko bekal bagi peningkatan karir mereka, (2003: 123), pengembangan karir adalah: sehingga organisasi dan para pegawai dapat Peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang mengembangkan diri secara maksimal. Untuk untuk mencapai suatu rencana karir. lebih jelasnya mengenai pengembangan karir Selanjutnya Siagian (2002: 215), menyata- penulis sajikan pada gambar 4. kan pengembangan karir meliputi: Berdasarkan gambar tersebut dijelaskan

1. Prestasi kerja bahwa dengan proses perencanaan karir,

2. Eksposure memungkinkan pegawai untuk meng-

3. Kesetiaan pada organisasi identifikasikan sasaran karir dan jalur

4. Dukungan menuju sasaran tersebut. Kemudian melalui

5. Kesempatan untuk tumbuh pengembangan karir, para pegawai mencari Selanjutnya Sedarmayanti (2007: 124),

cara untuk meningkatkan dirinya dan menyatakan bahwa pengembangan karir dapat

pengembangan sasaran karir mereka. dilakukan melalui:

1. Prestasi kerja

c. Pola Karir

2. Perbuatan yang diketahui umum Hasil dari perencanaan karir adalah

3. Permintaan berhenti penempatan seseorang dalam pekerjaan yang

4. Kesetiaan berhenti merupakan awal dari serangkaian sekuensi

5. Mentor dan sponsor pekerjaan. Secara definitif Byars dan Rue (1997) 5. Mentor dan sponsor pekerjaan. Secara definitif Byars dan Rue (1997)

cara berpikir dan bertindak, membuat yang melibatkan pendidikan, pelatihan dan

generalisasi terhadap segala situasi yang pengalaman kerja, baik secara formal maupun

dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam informal yang membantu membuat seseorang

diri manusia. Selanjutnya Moekijat (2003: mampu kerja, baik secara formal maupun

15) mengemukakan pengertian kompetensi: informal yang membantu membuat seseorang

Gambaran kesanggupan yang telah ada untuk mampu memegang jabatan/pekerjaan yang

melaksanakan bermacam-macam tugas yang lebih maju.

diperlukan oleh suatu pekerjaan tertentu, Dari pandangan organisasi, jalur karir

berupa keterampilan dan kecakapan yang telah merupakan input penting dalam perencanaan

dimiliki oleh seorang individu, sehingga orang angkatan kerja. Angkatan kerja organisasi

memilki kesanggupan untuk melaksanakan di masa depan tergantung pada perjalanan

bermacam-macam tugas yang diperlukan individu yang diproyeksikan melalui kedudukan

dalam suatu pekerjaan tertentu. (penjenjangan). Dari pandangan individu, suatu

Pendapat yang membatasi pengertian jalur karir merupakan konsekuensi pekerjaan,

kompetensi pada keterampilan, keahlian, dimana individu bersedia mengerjakan dalam

kecakapan, kemampuan atau pengetahuan, kaitannya untuk mencapai sasaran personal dan

tanpa melibatkan sikap dan perilaku, karir. Walaupun pada dasarnya tidak mungkin

tampaknya mengakaitkan kompetensi dengan secara sempurna menyatukan kebutuhan

profesionalitas atau kemampuan (capability) individu dan organisasional dalam perancangan

seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan jalur karir, namun suatu perencanaan karir yang

tertentu. Padahal kompetensi juga menyangkut sistematis memiliki potensi untuk menutup jarak

kemauan (willingness) dari orang tersebut yang antara kebutuhan individu dengan kebutuhan

erat kaitannya dengan sikap dan perilaku yang organisasional.

mempengaruhi kinerjanya.

3. Konsep Kompetensi

b. Dimensi Kompetensi

Kualitas dari sumber daya manusia Menciptakan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kompetensi

yang handal dan terampil di bidangnya sesuai yang dimilikinya. Kompetensi ini akan sangat

dengan standar kualitas adalah impian bagi menentukan keberhasilan seorang pegawai

semua organisasi. Sumber daya manusia yang dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

dimiliki organisasi dikembangkan, sehingga pekerjaanya. Melalui kompetensi yang baik,

akan dapat memberikan kontribusi terhadap seorang pegawai akan mampu melaksanakan

organisasi melalui kemampuan, sehingga tugas atau pekerjaanya dengan maksimal. Hal

mampu mencapai tujuan organisasi yang telah ini kemudian mampu mendukung organisasi

ditetapkan.

untuk mencapau tujuannya secara efektif dan Menurut Sulistiyani dan Rosidah efisien.

(2003: 201), komponen kompetensi meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

a. Pengertian Kompetensi

Kompetensi tersebut dapat diuraikan sebagai Untuk memahami mengenai pengertian

berikut:

kompetensi, perlu didasarkan pada konsep

1. Pengetahuan (Knowledge) kompetensi itu sendiri, dan berikut adalah

pembahasan pengertian kompetensi. Pengetahuan merupakan akumulasi hasil Spencer and Spencer (1993: 9) menyatakan

proses pendidikan, baik yang diperoleh secara bahwa: A competency is an underlying characteristic

formal maupun non formal yang memberikan of an individual that is causally related to criterion

kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan referenced effective and/or superior performance in a

masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan job or situation (kompetensi adalah karakter yang

atau menyelesaikan pekerjaan. mendasari seseorang yang berkaitan dengan

2. Keterampilan (Skill)

acuan kriteria yang efektif dan/atau kinerja unggul dalam suatu pekerjaan atau situasi).

Keterampilan atau kemampuan dan Kemudian Ruky (2007: 104) memberi

penguasaan teknis operasional mengenai sebuah kompetensi sebagai berikut: Karakter

bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan.

3. Sikap (Traits) Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat Sikap merupakan suatu kebiasaan yang

disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi terpolakan. Jika kebiasaan seseorang terpolakan

kompetensi seseorang banyak berasal dari dengan baik, maka hal tersebut akan menjamin

dalam dirinya sendiri. Diperlukan kesadaran perilaku kerja yang baik pula. Kebiasaan-

dari setiap individu dalam organisasi untuk kebiasaan tersebut meliputi kebiasaan tepat

senantiasa meningkatkan kompetensi masing- waktu, disiplin dan apabila diberi tanggung

masing agar dapat membantu organisasi dalam jawab akan menepati aturan dan kesepakatan.

mencapai tujuannya.

Spencer and Spencer (1993: 9-10)

e. Manfaat Kompetensi

menyebutkan lima karakteristik kompetensi, yaitu:

Mengacu pada pendapat Ryllat, et.al (1995), kompentensi memberi beberapa manfaat

1. Motives. The things a person consistenly thinks kepada pegawai, organisasi dan industri. about or wants that cause action. Banyaknya manfaat dari kompetensi

2. Traits. Physical characteristics and consistent tentunya menyadarkan kita bahwa kompetensi response to situations or information.

adalah suatu hal yang mutlak dimiliki oleh setiap

3. Self-Concept. A person’s attitudes, values, or anggota organisasi. Kompetensi berpengaruh self image.

pada karir pegawai yang bersangkutan, dan

4. Knowledge. Information a person has in specific hal ini bisa membantu pegawai tersebut untuk content areas.

mencapai tujuan pribadinya. Sedangkan untuk organisasi, kompetensi pegawainya yang

5. Skill. The ability to perform a certain physical semakin tinggi akan membuat organisasi lebih mental task. mudah dalam pencapaian tujuan

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai dimensi kompetensi, penulis

f. Kompetensi Guru

menyimpulkan bahwa yang termasuk dimensi Keberhasilan proses belajar mengajar kompetensi adalah knowledge (pengetahuan),

sangat tergantung pada kompetensi tenaga skill (keterampilan) dan attitude (sikap)

pendidik. Kompetensi ini tentunya tidak diperoleh secara instant, melainkan melalui

c. Tingkatan Kompetensi

sebuah proses yang harus dilalui oleh seorang Tingkatan kompetensi dikemukakan

tenaga pendidik. Salah satunya adalah melalui oleh Spencer & Spencer (1993) yang

pendidikan keguruan. Melalui pendidikan mengelompokkan kompetensi menjadi tiga,

keguruan, seorang tenaga pendidik akan men- yaitu behavior tools, image attribute dan personal

dapatkan tambahan pengetahuan, keterampilan characteristic. Kemudian, Wibowo (2007:

dan sikap mengenai pekerjaan seorang guru. 334) juga mengemukakan konsep tingkatan

Selain itu juga akan mendapatkan sertifikasi kompetensi dibagi menjadi tiga, yaitu core

mengajar yang berarti tenaga pendidik tersebut competencies, managerial competencies dan

memiliki keahlian khusus dalam bidang functional competencies.

keguruan.

Suparlan (2006: 85), menyampaikan

d. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi

bahwa: Standar kompetensi guru adalah Michael Zwell (2000:56-58) mengungkap-

ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan kan bahwa terdapat beberapa faktor yang mem-

dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan pengaruhi kecakapan kompetensi seseorang,

perilaku perbuatan bagi seorang guru, agar yaitu:

layak untuk menduduki jabatan fungsional

1. Keyakinan dan nilai-nilai sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan

2. Keterampilan jenjang pendidikan. Lebih lanjut Suparlan

3. Pengalaman (2006: 85) menjelaskan bahwa: Kompetensi

4. Karakteristik kepribadian guru melakukan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai-nilai

5. Motivasi yang ditunjukkan guru dalam konteks kinerja

6. Isu emosional yang diberikan kepadanya.

7. Kemampuan intelektual Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

8. Budaya organisasi disimpukan bahwa yang dimaksud dengan 8. Budaya organisasi disimpukan bahwa yang dimaksud dengan

b. Mampu membuat alat-alat bantu guru yang dilihat dari aspek pengetahuan,

pelajaran yang sederhana. keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

c. Mampu mendorong penggunaan diperoleh dari pendidikan dan latihan untuk

perpustakaan dalam proses belajar mendukung tugasnya sebagai seorang tenaga

mengajar.

pendidik. Kemampuan itu digunakan agar

d. Mampu menggunakan media tujuan dan sasaran dari proses belajar mengajar

elektronik yang sesuai dengan dapat tercapai.

teknologi pendidikan. Dalam pengelolaan kelas, peran seorang

guru sangat dominan karena kegiatan kelas Berdasarkan pendapat tersebut dapat akan sepenuhnya berada dalam inisiatif

disimpulkan bahwa sikap yang perlu dimiliki guru. Atmodiwirio (2002: 199-200), memberi

oleh seorang guru adalah: terbuka, mau penjelasan mengenai kompetensi yang berkaitan

menerima, tepat waktu, memiliki keterampilan dengan kemampuan dasar teknik edukatif dan

mendengar, berpengetahuan luas, keterampilan administratif:

berbicara, organisatoris, kreatif, non direktif (tidak memerintah), penampilan yang rapi, tidak

1. Penguasaan Bahan/Mata pelajaran bertindak sebagai bos, fleksibel, sabar, praktis,

a. Menguasai bahan bidang studi sesuai menghargai siswa, berani, jujur, mempunyai dengan pilihannya.

rasa humor, ramah dan adil, mendorong siswa,

b. Menguasai bidang studinya; pada di luar kelas bersifat informal, suportif, mampu umumnya penguasaan pada bidang

berimprovisasi, dan menghargai berbagai studi belum dianggap cukup untuk

pendapat.

bisa tampil di depan kelas (apalagi menguasai kelas yang beraneka

g. Standar Kompetensi Guru Militer

macam kegiatan), sehingga perlu Lembaga Pendidikan di lingkungan didukung oleh berbagai bahan

Angkatan Darat juga memiliki beberapa penunjang (bidang studi lain yang

kriteria bagi seorang Tenaga Pendidik, atau ada kaitannya dengan bidang studi

biasa disebut guru militer (gumil). Hal mutlak pilihannya).

yang harus dimiliki seorang gumil adalah

2. Mengelola Program Belajar-Mengajar kemampuan untuk mengajar di depan Prajurit Siswa.

a. Merumuskan tujuan pembelajaran Dalam Buku Petunjuk Teknik tentang

b. Merumuskan dan menyusun Satuan Metode Pengajaran di lingkungan TNI AD, Pembelajaran.

dijelaskan bahwa seorang Tenaga Pendidik

c. Mengenal dan dapat mempergunakan (Gadik) dalam hal ini Guru Militer (Gumil) beberapa metoda/teknik mengajar.

dalam melaksanakan tugas mengajarnya harus:

d. Mampu memilih, menyusun dan

1. Menguasai semua metode pengajaran menggunakan prosedur penyajian

yang berlaku di lingkungan TNI AD, yang relevan dengan materi/bahan

sesuai strata Gadik masing-masing. pelajaran.

2. Melaksanakan metode utama dan metode

e. Mampu melaksanakan proses belajar- penunjang yang ditentukan Kepala mengajar yang dinamis.

Departemen (Kadep) bersama Kepala Tim Guru Militer/Pelatih (Katim Gumil/Tih).

3. Mengelola Kelas

a. Memiliki kemampuan tata ruang

3. Memberikan saran pengembangan metode untuk mengajarkan;

pengajaran materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Mampu menciptakan iklim belajar mengajar berdasarkan prinsip

4. Melaporkan hambatan/kesulitan pe- belajar/pendidikan orang dewasa;

nerapan metode pengajaran yang ditentukan dalam progjar dan siapjar.

c. Mampu mengenal gaya belajar peserta

5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan diklat. tugasnya kepada Komandan Lembaga

4. Penggunaan Media/Sumber Belajar Pendidikan (Danlemdik).

a. Mampu mengenal, memilih dan Dalam Bahan ajar (Hanjar) Cara Mem- meng gunakan media yang tepat.

berikan Instruksi (CMI) Pendidikan Dasar

Kecabangan (Diksarcab) Ajudan Jenderal (Ajen)

5. Mempunyai kecakapan mengevaluasi TNI AD, ada beberapa hal yang bisa dijadikan

hasil belajar

dasar untuk menentukan standar kinerja

6. Bermental baik.

seorang gumil berupa syarat-syarat seorang

7. Berbadan sehat.

gumil, yaitu:

8. Mempunyai semangat terhadap pe-

1. Harus menguasai pengetahuan secara

laksanaan pengajaran.

mendalam pada bidang spesialisasi yang diajarkan agar ia mempunyai kepercayaan

4. Model Konseptual

pada dirinya. Penelitian ini berfokus pada analisis

2. Menguasai ilmu keguruan. kompetensi guru militer di Pusdikajen Kodiklat

3. Mempunyai kemampuan menggunakan TNI AD. Untuk mengilustrasikan persepsi metoda penyajian.

penulisan dalam menganalisis kompetensi guru

4. Mempunyai kecakapan bagaimana meng- militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD secara gunakan Alat Instruksi (Alins).

konseptual, terwujud dalam bentuk gambar 3.

Gambar 3. Model Konseptual

C. METODE PENELITIAN

Penulis menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan informan

Untuk menentukan metode penelitian yang penelitian. Purposive sampling merupakan tepat harus didasarkan pada tujuan penelitian. penentuan informan dengan pertimbangan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis informan tersebut yang dianggap paling tahu kompetensi guru militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD. Oleh karena itu metode penelitian yang tentang data dan informasi yang berkaitan

dengan penelitian ini. Informan yang dimaksud digunakan adalah metode penelitian deskriptif adalah mereka yang berhubungan langsung dengan pendekatan kualitatif, menganalisis dengan para guru militer seperti pimpinan, data sekunder dan wawancara langsung (indepth peserta didik maupun guru militer itu sendiri. interview) untuk menggali data primer. Untuk memudahkan dalam proses penelitian, Metode penelitian kualitatif dianggap maka penulis mengelompokkan informan menjadi metode tepat untuk digunakan dalam penelitian empat kelompok, yaitu kelompok A, B, C dan D. ini. Hal tersebut karena dalam penelitian ini Yang menjadi informan dalam penelitian ini seperti penyebab fenomena yang ada dalam situasi yang ditampilkan dalam tabel 4. alamiah (lokus) masih belum jelas. Dibutuhkan

interaksi langsung dan mendalam dengan

Tabel 4. Informan Penelitian

informan terutama dalam penjelasan proses belajar mengajar. Sehingga dapat diketahui

No.

Informan

Kelompok Jumlah

hal-hal yang menyebabkan kompetensi guru Informan

A militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD masih 1

1. Danpusdikajen

Kodiklat TNI AD

kurang optimal. Penulis juga ingin mencari tahu

2. Kadep dan Katim

mengenai gambaran secara jelas (deskriptif)

Gumil/Tih

tentang kompetensi yang dimiliki oleh guru

3. Siswa dan Alumni

militer serta hambatan dan upaya yang

4. Guru Militer

dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.

Jumlah Informan

Penulis menetapkan teknik pengumpulan pada bagian sebelumnya mengenai informan data melalui wawancara, observasi dan telaah

penelitian, penulis membagi informan dokumen. Instrumen pengumpulan data dalam

penelitian kedalam empat kelompok (tabel 4). penelitian ini adalah penulis atau peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan sendiri. Penulis sebagai key instrument/human

menganalisis kompetensi Guru, hambatan yang instrument , akan bertugas menentukan:

dihadapi dalam meningkatkan kompetensi

1. Fokus penelitian. Guru Militer dan strategi yang digunakan

2. Memilih informan/narasumber sebagai dalam meningkatkan kompetensi Guru Militer sumber data.

di Pusdikajen Kodiklat TNI AD. Oleh karena

3. Melakukan pengumpulan data. itu, penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan mengenai hal yang berkaitan

4. Menilai kualitas data.

dengan fokus penelitian.

5. Menganalisis data. Dalam teknis pelaksanaan wawancara,

6. Menafsirkan data. penulis menggunakan metode wawancara semi

7. Membuat kesimpulan atas temuan di terstruktur. Informan yang pertama diminta lapangan.

keterangan adalah informan dari kelompok Sebelum menggali informasi dari para

D (Guru Militer), lalu dari kelompok C (Siswa informan, penulis terlebih dahulu melakukan

dan alumni), kelompok B (Kadep dan Katim observasi mengenai kompetensi Guru Militer

Gumil/Tih) dan terakhir adalah kelompok A di Pusdikajen Kodiklat TNI AD. Observasi

(Danpusdikajen Kodiklat TNI AD). dilakukan pada Pendidikan Dasar Kecabangan

Agar penelitian ini memenuhi syarat (Diksarcab) Ajudan Jenderal (Ajen) TA. 2014.

ilmiah, maka data yang diperoleh harus valid Observasi dilakukan pada beberapa mata

dan reliabel. Oleh karena itu perlu dilakukan pelajaran dan berlangsung selama tiga hari sejak

uji validitas dan reliabilitas agar hasil Selasa, 16 Desember 2014 sampai dengan Kamis,

analisis datanya dapat dipercaya dan dapat

18 Desember 2014. Observasi dilakukan dalam dipertanggung jawabkan secara ilmiah. tiga bagian waktu, yaitu saat pelajaran pagi

Untuk uji validitas, penulis meningkatkan (Jam pelajaran ke–1 sampai dengan ke–4, pukul

ketekunan pengamatan dan melakukan

07.00 – 10.00), pelajaran siang (Jam pelajaran triangulasi sumber data. Peningkatan ketekunan ke–5 sampai dengan ke–10, pukul 10.20 – 15.00)

dilakukan agar pengamatan yang penulis dan pelajaran sore (Jam pelajaran ke–11 sampai

lakukan lebih teliti, rinci dan berkesinambungan. dengan ke–12, pukul 07.00 – 10.00).

Sehingga didapatkan data dan informasi Penulis membagi waktu menjadi tiga

yang relevan sesuai dengan fokus penelitian. bagian agar penulis dapat mengetahui perilaku

Sedangkan triangulasi sumber data dilakukan para guru militer di dalam kelas dalam setiap

untuk membandingkan data dan informasi jamnya. Berdasarkan hasil pantauan awal,

yang diperoleh dari para informan sehingga penulis mendapat informasi bahwa perilaku

hasilnya bisa lebih objektif. Uji reliabilitas guru militer pada saat jam pelajaran siang dan

yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis sore cenderung menurun bila dibandingkan jam

menekankan kepada pemeriksaan transkrip pelajaran pagi. Oleh karena itu penulis ingin

wawancara atau observasi untuk meyakinkan membuktikan hal tersebut dengan melakukan

data yang disampaikan para informan sesuai observasi pada waktu tersebut.

dengan apa yang ada dalam transkrip. Sehingga Observasi yang dilakukan berdasarkan

tidak ada kekeliruan dalam penafsiran hasil pedoman observasi mengenai kompetensi Guru

wawancara atau observasi.

Militer. Penulis membagi observasi kedalam Model analisis data yang digunakan dalam empat aspek, yaitu penguasaan bahan/mata

penelitian ini adalah interactive model seperti pelajaran, kemampuan mengelola program

yang disampaikan oleh Huberman & Miles belajar mengajar, kemampuan mengelola kelas

(Denzin & Lincoln, 1994: 429) dengan langkah dan penggunaan media/sumber belajar. Masing-

sebagai berikut:

masing aspek mewakili dimensi kompetensi

1. Data Collection

yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2. Data Reduction

Untuk mendapatkan informasi yang

3. Data Display

dibutuhkan, penulis menggali informasi dari

4. Conclusion Drawing/Verivication informan. Seperti yang telah disampaikan

D. HASIL PENELITIAN

lulusan dari Pendidikan Dasar Kecabangan

1. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

(Diksarcab). Pendidikan ini adalah pendidikan

Pusdikajen Kodiklat TNI AD

awal kecabangan bagi seorang Perwira dimana materi yang diberikan pada tingkat pendidikan

Berdasarkan Keputusan Kasad Nomor ini masih bersifat teoritis. Dengan demikian Kep/45/VIII/2005 tanggal 29 Agustus 2010

mereka masih belum bisa mengaplikasikan tentang Organisasi dan Tugas Pusdikajen

secara maksimal apa yang mereka dapatkan Kodiklat TNI AD kedudukan Pusat Pendidikan

selama pendidikan. Kondisi ini mengakibatkan Ajudan Jenderal, disingkat Pusdikajen adalah

para guru militer lulusan Diksarcab memiliki Badan Pelaksana Kodiklat yang berkedudukan

keterbatasan dalam beberapa materi pelajaran langsung di bawah Dankodiklat TNI AD.

terutama yang berkaitan dengan aplikasi atau Pusdikajen bertugas menyelenggarakan praktek yang dilaksanakan menyelesaikan

pendidikan kecabangan Ajudan Jenderal dalam suatu pekerjaan. Pengalaman yang masih rangka mendukung tugas Kodiklat TNI AD.

terbatas juga menjadi salah penyebab hal Untuk melaksanakan tugas tersebut,

ini terjadi, karena lulusan Diksarcab pada Pusdikajen menyelenggarakan tugas sebagai

umumnya adalah para Perwira baru. berikut:

a) Tugas (melaksanakan fungsi utama).

Tabel 6. Jumlah Guru Militer Pusdikajen

1) Operasi pendidikan

Kodiklat TNI AD Berdasarkan Tingkat

2) Pengkajian dan pengembangan

Pendidikan Umum

pendidikan

No

Pendidikan Umum

Jumlah Prosentase

b) Tugas (melaksanakan fungsi organik

militer). Meliputi: segala usaha, pekerjaan

1. S-2

dan kegiatan dibidang pengamanan,

2. S-1

personel, logistik, perencanaan, ketata-

3. SMA

usahaan, pengawasan dan pengendalian.

4. STM

c) Tugas (melaksanakan fungsi organik

5. SMEA

pembinaan). Meliputi: segala usaha,

Jumlah

pekerjaan dan kegiatan dibidang latihan.

Sumber: Seksi Administrasi Pusdikajen Kodiklat TNI AD

Tahun 2014

Selanjutnya, penulis kemukakan jumlah

2. Keadaan Guru Militer di Pusdikajen

Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD

Kodiklat TNI AD

berdasarkan Pendidikan Umum, seperti yang Berdasarkan data yang diperoleh, me-

ada pada tabel 6. Dari tabel tersebut dapat nunjukkan bahwa jumlah Guru Militer di

diketahui bahwa guru militer di Pusdikajen Pusdikajen Kodiklat TNI AD sebanyak 70 orang

Kodiklat TNI AD memiliki tingkat pendidikan dengan rincian pada tabel 5.

umum yang berbeda-beda. Sebagian besar guru militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD

Tabel 5. Jumlah Guru Militer Pusdikajen

memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat.

Kodiklat TNI AD Berdasarkan Tingkat

Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap

Pendidikan Militer

kepandaian dan keterampilan yang dimiliki

oleh guru militer. Selain itu, tingkat pendidikan

No Pendidikan Militer

umum juga mempengaruhi cara pandang dan

1. SESKOAD

pola pikir seseorang terhadap permasalahan

2. SUSFUNG

7 10 yang dihadapinya. Bila dikaitkan dengan

3. DIKLAPA

tugas pokok guru militer sebagai seorang

4. DIKSARCAB

tenaga pendidik, ini akan akan mempengaruhi

perlakuan guru militer terhadap peserta didik.

Jumlah

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan

Sumber: Seksi Administrasi Pusdikajen Kodiklat TNI AD

Tahun 2014

lebih tinggi, biasanya memiliki pola pikir yang lebih dinamis dan itu sangat membantu proses

Berdasarkan tabel tersebut, dapat di- belajar mengajar yang penuh dengan dinamika. ketahui bahwa pada umumnya guru militer

di Pusdikajen Kodiklat TNI AD adalah di Pusdikajen Kodiklat TNI AD adalah

Berdasarkan hasil observasi yang di- lakukan selama tiga hari pada pelajaran pagi, siang dan sore, maka penulis menarik kesimpulan mengenai aspek yang dinilai yang dikelompokan dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Bila dilihat dari segi pengetahuan, guru militer sudah memiiki pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran utama dan penunjang. Selain itu para guru militer juga sudah memiliki kemampuan yang baik dalam menyusun program belajar mengajar. Setiap guru militer memiliki spesialisasi masing- masing, kemampuan ini didapatkan dari pendidikan dan latihan sebelum menjadi guru militer atau didapatkan saat melaksankan tugas sebelumnya. Dengan demikian, guru militer sudah paham benar mengenai materi yang mereka ajarkan serta materi pendukung. Untuk penyusunan program belajar mengajar, guru militer juga tidak menemui kendala yang berarti. Para guru militer mampu menyusun program yang baik sehingga proses belajar mengajar berjalan secara sistematis.

Yang masih perlu ditingkatkan yaitu keterampilan dalam mengoperasionalkan media belajar, khususnya penggunaan informasi teknologi. Selama ini, guru militer hanya berfokus pada slide yang dibuat sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Papan tulis juga menjadi salah satu media yang sering digunakan oleh para guru militer. Padahal Pusdikajen Kodiklat TNI AD sudah menyediakan fasilitas akses internet untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat fasilitas e learning Pusdikajen Kodiklat TNI AD, tetapi guru militer masih belum mau beranjak dari cara belajar mengajar konvensional. Mereka masih beranggapan ceramah merupakan metode terbaik dalam menyampaikan materi pelajaran.

Keterampilan lain yang juga perlu ditingkatkan adalah keterampilan dalam hal komunikasi, agar bisa membuat situasi kelas menjadi lebih dinamis. Masih sedikit guru militer yang bisa membuat komunikasi di dalam kelas berasal dari berbagai arah. Dengan kata lain, guru militer belum mampu menciptakan iklim diskusi dalam kelas sehingga komunikasi selama kegiatan belajar mengajar hanya terjadi komunikasi dua arah atau satu arah.

Dari segi sikap, masih perlu diperbaiki, karena berdasarkan pantauan penulis, Guru

Militer masih terlalu kaku dalam proses belajar mengajar. Guru Militer masih belum bisa menciptakan iklim belajar orang dewasa. Hal ini membuat situasi kelas menjadi sedikit membosankan karena kelas hanya didominasi oleh Guru Militer tanpa banyak memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi. Selain itu, kedisiplinan Guru Militer juga masih perlu ditingkatkan. Khususnya bagi mereka yang mendapatkan jadwal mengajar pada pelajaran sore. Penulis melihat pada pelajaran sore, kedisiplinan para Guru Militer cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran pagi dan siang. Terutama kedisiplinan waktu masuk dan keluar kelas. Saat jadwal masuk kelas, Guru Militer lebih sering terlambat dari jam yang sudah ditentukan. Sedangkan untuk jam keluar kelas, Guru Militer mengakhiri pelajaran lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan.

b. Wawancara

Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan empat kelompok informan diketahui bahwa dilihat dari aspek pengetahuan, Guru Militer tidak memiliki permasalahan menonjol. Mereka mampu menguasai bahan ajar dengan baik, metode yang mereka gunakan dalam proses belajar mengajar tidak terlalu bermasalah walau masih perlu beberapa pengembangan.

Dilihat dari aspek sikap, guru militer tidak mengalami masalah. Mereka mampu menunjukkan jati diri seorang prajurit yang dituntut untuk memiliki sikap baik terhadap siapapun, termasuk terhadap peserta didik. Hal yang perlu ditingkatkan dari aspek sikap yaitu motivasi belajar para guru militer.

Hal yang harus mendapat perhatian khusus adalah mengenai keterampilan dalam bidang teknologi informasi. Proses belajar mengajar di Pusdikajen Kodiklat TNI AD yang sudah berbasis teknologi informasi menuntut setiap Guru Militer mampu menguasai hal yang berkaitan dengan teknologi informasi yang digunakan Pusdikajen Kodiklat TNI AD dalam proses belajar mengajar. Lebih luas lagi hal ini akan berkaitan dengan transformasi yang sedang dilakukan Angkatan Darat secara keseluruhan. Bidang teknologi informasi menjadi salah satu fokus pimpinan Angkatan Darat dalam pelaksanaan transformasi ini.

3. Hambatan yang Dihadapi Dalam

membingungkan para guru militer. Contoh:

Meningkatkan Kompetensi Guru Miiter

perubahan kurikulum pendidikan. Hal ini

di Pusdikajen Kodiklat TNI AD

mengakibatkan program belajar mengajar Berdasarkan hasil wawancara dengan

yang telah disusun harus mengalami informan dari Kelompok A dan Kelompok

perubahan. Sehingga guru militer harus

B, didapatkan informasi mengenai hambatan melakukan persiapan ulang karena bahan yang dihadapi Pusdikajen Kodiklat TNI AD

ajarannya ikut berubah. dalam meningkatkan kompetesi guru militer.

4. Strategi yang Digunakan Untuk

Hambatan ini berjalan secara beriringan dalam

Meningkatkan Kompetensi Guru Militer

waktu yang hampir bersamaan. Hambatan itu

di Pusdikajen Kodiklat TNI AD

adalah sebagai berikut: Dari hasil wawancara penulis dengan

1. Motivasi para guru militer masih belum para informan, diperoleh informasi mengenai optimal. Terutama motivasi untuk belajar strategi atau solusi yang digunakan Pusdikajen agar bisa mengembangkan diri menjadi Kodiklat TNI AD dalam usaha meningkatkan lebih baik lagi dan menjadi panutan bagi kompetensi para guru militernya. Strategi para peserta didik. Akibatnya, guru militer ini didasarkan pada hambatan yang kurang mampu meningkatkan motivasi dihadapi Pusdikajen Kodiklat TNI AD dalam belajar peserta didik dalam proses belajar meningkatkan kompetensi guru militer dan mengajar. dilakukan secara bertahap, bertingkat dan

2. Pelatihan yang diselenggarakan oleh berlanjut. Strategi tersebut adalah sebagai Pusdikajen Kodiklat TNI AD belum

berikut:

mampu memperbaiki dan meningkatkan