Nilah Visi Misi Kementerian Desa

nilah Visi Misi Kementerian Desa
Blogger Desa 09.16 Warta Terkini

GampongRT - Salah satu kementerian baru di era kepemimpinan Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kallah adalah Kementerian Desa, Transmigrasi, dan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT dan Trans).
Seperti diketahui, Kementerian Desa merupakan gabungan antara kementerian PDT
dan direktorat transmigrasi yang awalnya menjadi bagian dari Kementerian Tenaga
Kerja.
Sekarang Kementerian Desa, Transmigrasi, dan Pembangunan Daerah Tertinggal pada
Kabinet Kerja 2014-2019 memiliki lima Deputi, masing-masing;
Deputi I Bidang Pengembangan Sumber Daya, Deputi II Bidang Peningkatan
Infrastruktur, Deputi III Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha, Deputi IV Bidang
Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya, Deputi V Bidang Pengembagan Daerah Khusus,
dan masing-masing Deputi memiliki 5 Asisten Deputi.
Berikut Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Mendes PDT dan Trans, disadur dari
website http://www.kemenegpdt.go.id/
Visi
Berlandaskan pada kenyataan bahwa masih banyak daerah yang tertinggal, maka visi
pembangunan daerah tertinggal adalah : terwujudnya daerah tertinggal sebagai
daerah yang maju dan setaraf dengan daerah lain di Indonesia.


Untuk mewujudkan visi diatas, maka misi pembangunan daerah tertinggal, adalah:
Misi
Mengembangkan perekonomian local melalui pemanfaatan sumber daya local ( sumber
daya manusia, dan kelembagaan) melalui partisipasi semua pemangku kepentingan
(stakeholders) yang ada;
1. Memberdayakan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan pendidikan dan kesehatan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan
akses modal usaha, teknologi, pasar, informasi;
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat;
3. Memutuskan keterisolasian daerah tertinggal melalui peningkatan sarana dan
prasarana komunikasi dan transportasi sehingga memiliki keterkaitan dengan
daerah lainnya;
4. Mengembangkan daerah perbatasan sebagai beranda Negara kesatuan RI
melalui pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya alam
dan pengembangan sector-sektor unggulan
5. Mempercepat rehabilitas dan pemulihan daerah-daerah pasca bencana alam
adan pasca konflik serta mitigasi bencana
Tujuan
Pembangunan daerah tertinggal bertujukan untuk memberdayakan masyarakat yang

terbelakang agar terpenuhi hak dasarnya sehinga dapat menjalankan aktifitasnya
untuk berperan aktif dalam pembangunan yang setara dengan masyarakat Indonesia
lainnya.
Sasaran
Berdasarkan tahapan pembangunan, maka sasaran pembangunan daerah tertinggal
terbagi dalam sasaran jangka menengah (2009) dan sasaran jangka panjang (2024).
Sasaran jangka menengah tahun 2009 adalah :
 berkurangnya jumlah daerah tertinggal sesuai dengan criteria yang telah
ditetapkan
 menurunnya indeks keminskinan didaerah tertinggal melalui peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan potensi sumber daya local
 berkurangnya daerah yang terisolasi secara fisik (transpostasi da komunikasi)
pada daerah tertinggal secara signifikan
 menngkatnya laju pendapatan penduduk didaerah tertinggal lebih besar dari
lahu pendapatan penduduk
 tercapainya rehabilitasi dan pemulihan pembangunan di daerah pasca konflik
dan bencana alam.
Sasaran sampai dengan tahun 2024 adalah :
 berkurangnya isu kesenjangan antar daerah


 munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi pada daerah yang saat ini
dikategorikan tertinggal
 hilangnya daerah yang terisolasi secara fisik (transportasi dan komunikasi)
 berkurangnya kesenjangan sosial dan ekonomi antara daerah tertinggal dengan
lain
 meningkatnya pendapatkan per kapita penduduk di daerah tertinggal
mendekati pendapatan per kapita nasional

Tugas dan Kedudukan BPD dalam UU Desa

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menggeser posisi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa menjadi lembaga desa. Sebagai
lembaga desa, fungsi dan kedudukan BPD semakin jelas, yaitu lembaga legislatif desa yang

mengusung mandat untuk menyalurkan aspirasi, merencanakan anggaran, dan mengawasi
pemerintahan desa.
Pada pasal 55, UU Desa menyebutkan sejumlah fungsi BPD yang berkaitan dengan kepala desa,
yaitu (1) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; (2)
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan (3) melakukan pengawasan kinerja

Kepala Desa.
Lebih dari itu, Pasal 61 huruf a memberikan hak pada BPD untuk mengawasi penyelenggaraan
pemerintahan desa, yaitu (1) mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa; (2) menyatakan pendapat atas penyelenggaran
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; serta (3) mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan
fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
BPD juga bertugas untuk menyelenggarakan musyawarah desa (musdes) dengan peserta terdiri
kepala desa, perangkat desa kelompok, dan tokoh masyarakat. Jumlah pesertanya tergantung
situasi kondisi setiap desa. Musyawarah desa berfungsi sebagai ajang kebersamaan dan
membicarakan segala kebijakan tentang desa.
Jika dilihat dari kedudukannya, kepala desa selaku pemerintah desa dan BPD memiliki
kedudukan yang sama, yakni sama-sama merupakan kelembagaan desa. UU Desa tidak membagi
atau memisahkan kedudukan keduanya pada suatu hierarki. Ini artinya, keduanya memang
memiliki kedudukan yang sama, namun dengan fungsi yang berbeda.
Bila kepala desa berfungsi sebagai pemimpin masyarakat dan kepanjangan tangan negara yang
dekat dengan masyarakat, maka BPD berfungsi untuk menyiapkan kebijakan pemerintahan desa
bersama kepala desa. BPD harus mempunyai visi dan misi yang sama dengan kepala desa
sehingga BPD tidak dapat menjatuhkan kepala desa yang dipilih secara demokratis oleh
masyarakat desa. Untuk mempermudah Anda memahami hubungan antara kepala desa dan BPD,

lihat daftar tugas dan fungsi berikut ini:
1. Kepala Desa dan BPD membahas dan menyepakati bersama peratura desa (Pasal 1 angka
7 UU Desa);
2. Kepala Desa Dan BPD memprakarsai perubahan status desa menjadi kelurahan melalui
musyawarah desa (Pasal 11 ayat (1) );
3. Kepala Desa memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada
BPD (Pasal 27 huruf c UU Desa);
4. BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan
Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum masa jabatannya berakhir (Pasal 32
ayat (1) UU Desa);
5. Kepala Desa mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan
memusyawarahkannya bersama BPD (Pasal 73 ayat 2);
6. Kepala Desa dan BPD membahas bersama pengelolaan kekayaan milik desa (Pasal 77
ayat (3) UU Desa).

Melihat pemaparan fungsi dan kedudukan BPD di atas, baik-buruknya kinerja BPD sangat
menentukan masa depan tata kelola desa. Sayang, ada sejumlah permasalahan yang mendera
lembaga ini, seperti pertama, sebagian besar anggota BPD belum memahami tugas dan
pokoknya. Untuk itu dirasakan perlu adanya, pembekalan, bimbingan bagi BPD, baik dari
akademisi, pemerintah daerah, maupun pihak yang ditunjuk.

Kedua, rekrutmen BPD. BPD beranggotakan wakil-wakil penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis (Pasal 1 angka 4). Sayang, hingga hari
ini para anggota BPD berasal dari orang ‘seadanya’, jarang ada yang minat untuk mendaftarkan
diri sebagai BPD.
Ketiga, penggajian, Karena BPD tidak mendapatkan gaji seperti kepala desa dan perangkatnya.
Ini termasuk salah satu faktor yang menyebabkan BPD tidak menjalakan tugas pokok dan
fungsinya dengan baik. Setiap kegiatan yang dilakukan BPD perlu menggunakan dana, tetapi
tidak ada alokasi anggaran untuk itu.

BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa
BPD dibentuk berdasarkan usulan masyarakat Desa yang bersangkutan.
BPD befungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
BPD mempunyai tugas dan wewenang :
a. membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa;
c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
d. membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa;
e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi

masyarakat;
f. memberi persetujuan pemberhentian/ pemberhentian sementara Perangkat
Desa;
g. menyusun tata tertib BPD;
BPD mempunyai hak :
a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
b. Menyatakan pendapat.
Anggota BPD mempunyai hak :
a. Mengajukan rancangan Peraturan Desa;
b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan pendapat;

d. Memilih dan dipilih; dan
e. Memperoleh tunjangan.
KEANGGOTAAN
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa yang bersangkutan
berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan
mufakat;
(2) Anggota BPD terdiri dari Ketua RT/RW, golongan profesi, pemuka agama dan
tokoh atau pemuka masyarakat;

(3) Anggota BPD setiap Desa berjumlah gasal dengan jumlah sesuai ketentuan
yang berlaku;
Syarat untuk menjadi Calon anggota BPD adalah :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta
Pemerintah Republik Indonesia;
c. berijazah paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama;
d. berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun;
e. sehat jasmani dan rohani;
f. berkelakuan baik;
g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan
ancaman paling sedikit 5 (lima) tahun;
h. mengenal Desanya dan dikenal masyarakat di Desa setempat;
i. terdaftar secara sah sebagai penduduk desa dan bertempat tingga di desa yang
bersangkutan sekurang kurangnya 6 (enam) bulan berturut-turut dan tidak
terputus.

2016, BPD Harus Proaktif Kawal
Pemerintahan Desa
MCOnline SIPD/K


Bupati Wajo, A
Burhanuddin Unru (tengah) didampingi Kepala BPMPDK Wajo, Syamsul Bahri dalam sebuah
acara di Kecamatan Bola
Wajo, MC – Pemerintah Kabupaten Wajo dalam hal ini Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa/Kelurahan (BPPDK) Kabupaten Wajo diawal tahun
2016 ini kembali mengingatkan seluruh Anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
untuk proaktif mengawal pelaksanaan pemerintahan ditingkat desa.
Diminta atau tidak diminta sekalipun, BPD dalam hal ini harus hadir, paling tidak melakukan
pengawasan dan meminta informasi dari pemerintah desa terkait pelaksanaan pemerintahan,
pembangunan, pelayanan serta pengelolaan dan pemanfaatan anggaran di desa secara rutin.
“BPD harus proaktif, diminta atau tidak diminta sekalipun BPD harus mengawal pemerintahan
yang dilaksanakan oleh pemerintah desa sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang
diembang. Diawal tahun 2016 ini, pemerintah daerah berharap kepada seluruh BPD untuk aktif
tanpa harus menunggu perintah dari pihak manapun, termasuk itu dari kepala desa sendiri,” ujar
Syamsul Bahri, Kepala BPMPDK Wajo, Kamis, 6/1.
Seperti halnya fungsi pengawasan yang disandang oleh BPD terhadap pengelolaan dan
pemanfaatan anggaran pemerintah desa, itu harus diketahui oleh publik dan
dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pemerintah desa atas permintaan BPD. sumber dana
serta pemanfaatan dana tersebut harus diinformasikan secara terbuka dihadapan publik, agar azas

transparansi seperti yang diharapkan oleh pemerintah saat ini dapat tercapai.
“Seperti itulah peran BPD, jadi salah ketika BPD menunggu laporan atau perintah dari
pemerintah desa, harusnya BPD yang jemput bola dan proaktif melibatkan diri. Minimal, secara
berkala meminta laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan dan pemanfaatan anggaran dari
pemerintah desa. Hal ini dilakukan agar tercipta pemerintahan desa yang baik, akuntable,
transparan dan tepat sasaran,” tutur Syamsul Bahri.

Lanjut Ketua IKAPTK (Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Kepamongprajaan) Kabupaten Wajo
ini membeberkan bahwa kondisi yang dihadapi saat ini adalah masih kurangnya pemahaman
BPD tentang kewenangan, batasan serta Tupoksi BPD. Hal itu yang mengakibatkan sehingga
lembaga ini terkesan vakum atau kurang aktif. Bahkan, belakangan ditemukan hubungan antara
BPD dan arapat pemerintah desa ini kurang harmonis yang diakibatkan oleh kurangnya
pemahaman tentang kewenangan, batasan dan tupoksi masing-masing lembaga.
“Kondisi itu tentu menjadi pemikiran pemerintah, sehingga kedepan BPMDPK selaku lembaga
tekhnis dan kepanjangan tangan Bupati/Kepala Daerah terkait pelaksanaan pemerintahan dan
pemberdayaan masyarakat tingkat desa akan melakukan bimbingan kepada seluruh anggota BPD
dengan harapan lembaga ini dapat memahami secara rinci kewenangan, batasan serta tupoksinya,” terang Ancu (sapaan Syamsul Bahri). (SIPD)

BABAK BARU BPD PASCA LAHIRNYA UU No.6/2014 TENTANG DESA
Dengan ditetapkannya UU Desa No. 6/2014, kedudukan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) mengalami perubahan. Jika sebelumnya BPD merupakan unsur
penyelenggara pemerintahan maka sekarang menjadi lembaga desa. Dari fungsi
hukum berubah menjadi fungsi politis. Kini, fungsi BPD yaitu menyalurkan aspirasi,
merencanakan APBDes, dan mengawasi pemerintahan desa. Sedangkan tugasnya
adalah menyelenggarakan musyawarah desa (musdes) dengan peserta terdiri
kepala desa, perangkat desa kelompok, dan tokoh masyarakat. Jumlah pesertanya
tergantung situasi kondisi setiap desa. Musyawarah desa berfungsi sebagai ajang
kebersamaan dan membicarakan segala kebijakan tentang desa.
Dalam acara Dialog Kebijakan Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa
Dalam UU Desa yang Baru yang diselenggarakan di Gedung PDAM Kabupaten
Magelang, 16 Maret 2014, peserta mengutarakan sejumlah problematika yang
dihadapi BPD. Pertama, BPD belum memahami tugas dan pokoknya. Untuk itu
dirasakan perlu adanya, pembekalan, bimbingan bagi BPD, baik dari akademisi,
camat, atau pihak yang ditunjuk. Kedua, rekrutmen BPD. Biasanya para anggota
BPD berasal dari orang seadanya, jarang ada yang minat untuk mendaftarkan diri
sebagai BPD. Ketiga, penggajian, Karena BPD tidak mendapatkan gaji seperti kepala
desa dan perangkatnya. Ini termasuk salah satu faktor yang menyebabkan BPD
tidak menjalakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Setiap kegiatan yang
dilakukan BPD perlu menggunakan dana, tetapi tidak ada alokasi anggaran untuk
itu.
Khusus mengenai anggaran,
Ahmad Muqowam, Pansus UU Desa DPR RI,
menanggapi, selama ini dana yang dialokasikan ke desa baru 3% dari yang
diamanatkan UU No 32 tahun 2004. Dengan adanya UU Desa ini, desa akan

mendapatkan alokasi lebih dalam penganggaran. Alokasi itu meliputi ADD (Alokasi
Dana Desa) dan DAD (Dana Alokasi Desa). Harapannya, dengan adanya
penambahan alokasi tersebut Desa menjadi maju dan mandiri.
Pada masa lalu, desa hanya menjadi objek pembangunan. Desa menjadi arena
kepentingan negara. Masyarakat menerima jadi tanpa adanya partisipasi yang baik.
Setiap hasil Musyawarah Desa yang diajukan, sering menghasilkan kebijakan yang
berbeda. Terkadang SKPD terkait tidak membaca hasil Musyawarah Desa sehingga
kebijakan yang turun berbeda dengan kebutuhan masyarakat. Sekarang berbeda,
desa tidak lagi menjadi sistem pemerintahan daerah. Tetapi desa mandiri dengan
mendapatkan otonomi sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kapasitas
penyelenggara desa agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan
baik.
UU Desa ibarat menyapih anak dan anak yang dimaksud adalah Desa. Ini
merupakan babak baru bagi desa agar lebih maju dan mandiri. Kunci yang
terkandung UU Desa adalah pemberdayaan. Saat ini bukan lagi memberikan ikan
tetapi dengan memberikan kail. Desa menyusun perencanaan, mengawasi dalam
pelaksanaan dan mengontrol dalam evaluasi. Perencanaan itu harus sesuai realitas
bukan sekedar angan-angan belaka. Maka UU Desa memberikan penguatan bagi
desa, mereka mandiri dalam menentukan rumah tangganya sendiri. Penguatan
tersebut bukan hanya dilakukan bagi desa dan aktor-aktornya tetapi juga
pemeritantah daerah, agar tidak setengah hati.
“UU Desa lahir dari perjuangan dan perjalanan yang panjang. Inti dari UU ini adalah
mengenai alokasi dana untuk desa. Dalam kaitannya dengan gaji BPD, BPD berbeda
dengan perangkat desa. Jika perangkat desa mendapatkan gaji dari tanah bengkok
dan lainnya maka BPD tidak mendapatkan gaji. BPD merupakan panggilan jiwa bagi
mereka yang peduli dengan desa,” jelas Sutoro Eko.
Inti dari UU ini adalah terletak pada alokasi dana untuk desa. Jika kemarin alokasi
dana bagi desa hanya ADD maka saat ini ditambah dengan adanya DAD (Dana
Alokasi Desa), selain itu ADD rata-rata juga akan naik. Jika kepala daerah tidak
mengalokasikan dana tersebut, dana-dana akan ditarik oleh pemerintah pusat.
Pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan untuk mengelola, tetapi hanya
menjadi perantara antara desa dengan pusat.
Terdapat empat komponen bagi desa yaitu: kuat, mandiri, maju dan demokratis.
Komponen awal dari sekian komponen ini adalah desa yang mandiri. Jika kemarin
desa tergantung kebaikan kepala daerah maka sekarang desa harus memperkuat
kedudukannya. Desa bukan lagi kepanjangan dari pemerintah tetapi menjadi
pemimpin masyarakat.

Dalam pembangunan, dahulu desa adalah objek atau arena bagi negara, kini
Undang-undang Desa yang baru akan membentengi hal tersebut. Desa bukan lagi
berkeliling mengajukan proposal namun kebutuhan dananya telah dicukup dari
alokasi-alokasi yang telah dianggarkan dalam UU Desa. Negara memperkuat desa
dengan alokasi dana sehingga pada waktu kampanye pemilih umum tidak aka ada
calon-calon yang menjanjikan sesuatu karena desa telah berdaya. Bagi BPD, UU
No.6/2014 tentang Desa diharapkan menjadi senjata agar BPD mampu menjalankan
pokok dan fungsinya dengan baik.

Penulis: Minardi Kusuma
Editor:Umi

Kewenangan Badan Permusyawaratan Desa
Tinggalkan balasan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah yang dipilih dan ditetapkan secara demokratis. Masa
keanggotaan BPD selama enam tahun terhitung sejak pengucapan sumpah/janji. Anggota BPD
dapat dipilih kembali untuk masa keanggotaan paling banyak tiga kali baikk secara berturut-turut
atau tidak (pasal 56).
Badan Permusyawaratan Desa menjadi badan permusyawaratan di tingkat Desa yang turut
membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Bersama pemerintah desa, BPD turut memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa. Hal itu
menjadi bagian untuk meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Musyawarah Desa menjadi forum untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal-hal yang
bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintaha dan pembangunan Desa. Hasil
Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil
musyawarah dijadikan dasar oleh BPD dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan
Pemerintahan Desa.
Struktur BPD

Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal. Pada pasal 58 ayat 1, jumlah anggota BPD
paling sedikit lima orang dan paling banyak sembilan orang dengna memperhatikan wilayah,
perempuan, penduduk, dan kemampuan keuangan Desa. Peresmian anggota BPD ditetapkan
dengan keputusan Bupati/Walikota.
Pimpinan BPD terbagi atas satu orang ketua, satu orang wakil ketua, dan satu orang sekretaris.
Susunan pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung melalui rapat BPD
yang diadakan secara khusus. Untuk pertama kali, penyelenggaraan rapat BPD dipimpin oleh
anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
Fungsi dan kewenangan BPD
Pada pasal 55 UU Nomor 6 Tahun 2015 BPD mempunyai fungsi untuk:
1. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
2. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
3. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa
sementara pada pasal 61 disebutkan hak BPD antara lain:
1. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyeenggaraan Pemerintahan Desa kepada
pemerintah Desa;
2. menyatakan pendapatan atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa; dan
3. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
Disusul pada pasal 62, anggota BPD berhak untuk :
1.
2.
3.
4.
5.

mengajukan usul rancangan Peraturan Desa;
mengajukan pertanyaan;
menyampaikan usul dan/atau pendapat;
memilih dan dipilih; dan
mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Pada masa akhir jabatan Kepala Desa, BPD bertugas untuk memberitahukan secara tertulis
kepada Kepala Desa tentang berakhirnya masa jabatan enam bulan sebelumnya. Kemudian, BPD
berhak untuk membentuk panitia pemilihan Kepala Desa yang bersifat mandiri dan tidak
berpihak. Panitia ini terdiri dari unsur perangkat Desa, lembaga kemasyarakatan dan tokoh
masyarakat Desa.
Mengingat kedudukan, kewenangan, dan Keuangan Desa yang semakin kuat, penyelenggaraan
Pemerintahan Desa diharapkan lebih akuntabel yang didukung dengan sistem pengawasan dan
keseimbangan antara Pemerintah Desa dan lembaga Desa. Lembaga Desa, khususnya BPD yang

dalam kedudukannya mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan kebijakan Pemerintahan
Desa bersama Kepala Desa, harus mempunyai visi dan misi yang sama.
Apabila terjadi pelanggaran terhadap pelaksanaan Peraturan Desa yang telah ditetapkan, BPD
berkewajiban mengingatkan dan menindaklanjuti pelanggaran dimaksud sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki. Itulah salah satu fungsi pengawasan yang dimiliki oleh Badan
Permusyawaratan Desa. Selain BPD, masyarakat Desa juga mempunyai hak untuk melakukan
pengawasan dan evaluasi secara partisipatif terhadap pelaksanaan Peraturan Desa.

Dasar Hukum Pengawasan Dana Desa Oleh BPD
Standar dan Peraturan
Oleh Admin KeuDesa 25 May 2015

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN,
Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.
Meskipun Pemerintah telah meyakinkan agar masyarakat tidak khawatir mengenai
penyelewengan dana desa tersebut tetapi dengan adanya fakta bahwa banyak kepala daerah
terjerat kasus korupsi bukan tidak mungkin kalau ladang korupsi itu akan berpindah ke desadesa. Masyarakat desa sangat berharap agar BPD bisa menjalankan fungsinya untuk mengawasi
penggunaan dana desa tersebut.
Dasar Hukum Pengawasan Dana Desa oleh BPD
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 55 disebutkan Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:
 Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala

Desa;
 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
 Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 48 : Dalam melaksanakan tugas,
kewenangan, hak, dan kewajibannya, kepala Desa wajib:
 Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir

masa jabatan kepada bupati/walikota;
 Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap akhir

tahun anggaran kepada bupati/walikota;

 menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara

tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51:
 Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan

Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf c setiap
akhir tahun anggaran kepada Badan Permusyawaratan Desa secara tertulis
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
 Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa.
 Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam
melaksanakan fungsi pengawasan kinerja kepala Desa.

Dari uraian diatas sudah jelas bahwa Badan Permusyawaratan Masyarakat Desa mempunyai
peran yang strategis dalam ikut mengawal penggunaan dana desa tersebut agar tidak
diselewengkan. Jika dicermati ketentuan pasal 48 dan 51 PP Nomor 43 Tahun 2014.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut setikdanya ada 3 poin yang sangat krusial yaitu :
1. Pasal 48 huruf c yang menyebutkan bahwa Kepala Desa wajib
menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara
tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.
2. Pasal 51 ayat 2 bahwa Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
pelaksanaan peraturan Desa. Mari kita garis bawahi mengenai kata-kata
paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa. Kita tentu masih ingat
bahwa APBDes adalah merupakan salah satu contoh Peraturan Desa. Ini
artinya bahwa kalau Kepala Desa wajib membuat laporan keterangan tertulis
tentang pelaksanaan peraturan desa berarti kepala desa wajib membuat
laporan tentang pelaksanaan APBDes.
3. Lebih lanjut dalam Pasal 51 ayat (3) dijelaskan bahwa laporan keterangan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi
pengawasan kinerja kepala Desa.

Karena dana desa yang bersumber dari APBN jumlahnya cukup besar maka diperlukan
mekanisme kontrol dari masyarakat untuk mengawasi penggunaan dana desa tersebut agar dana
tersebut dipergunakan sesuai dengan peruntukannya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintahan Desa dituntut menyelenggarakan pemerintahan secara transparan dan
akuntabel.
Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan lembaga yang mempunyai fungsi pengawasan
diharapkan bisa menjalankan perannya secara sungguh-sungguh terutama dalam hal penggunaan
anggaran. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah sudah memberikan payung hukum yang
jelas sehingga BPD tidak perlu ragu dalam menjalankan fungsinya untuk melakukan pengawasan

terhadap kinerja kepala desa. Adanya mekanisme ‘check and balance’ ini akan meminimalisir
penyalahgunaan keuangan desa.
Diolah dari sumber: kartonmedia.blogspot.com, penulis:Ngatiyat Prambudi, 27 September 2014

TATA TERTIB
KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
DESA WIDASARI KECAMATAN WIDASARI
NOMOR: 2/ Kpts/ BPD/ VII/ 2013
TENTANG
TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DESA WIDASARI
Menimbang:

Mengingat :

a.Bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor
11 Tahun 2000 tentang BPD, maka memandang perlu BPD desa Widasari
melakukan penyusunan tata tertib BPD,
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, perlu menetapkan
keputusan BPD Desa Widasari tentang Tata Tertib BPD,
1.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950),
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005,
3. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1950 tentang penetapan mulai berlakunya
Undang Undang tahun 1950 nomor 12,13, 14, dan 15,

4.
5.

Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa,
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu nomor 11 tahun 2000 tentang Badan
Permusyawaratan Desa/ BPD,
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) WIDASARI TENTANG
TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA WIDASARI KECAMATAN
WIDASARI KABUPATEN INDRAMAYU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Keputusan Peraturan Tata Tertib yang dimaksud dengan:
Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Indramayu.
Bupati adalah Bupati Indramayu.
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang berwenang dan berhak mengesahkan pengangkatan
dan pemberhentian Kepala Desa.
Camat adalah Camat Widasari, yang merupakan unsur perangkat daerah sebagai pemimpin kecamatan yang
melaksanakan pelimpahan sebagai wewenang Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa adalah Kepala Desa Widasari atau Penjabat Kepala Desa Widasari,
seorang pejabat yang ditunjuk dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak,
wewenang dan kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu.
Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa
bersama Kepala Desa.
Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Kepala Desa dan bersifat
mengatur.
Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDes adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan
dengan Peraturan Desa.
Wilayah adalah perdukuhan dan atau gabungan pedukuhan dan atau pemecahan pedukuhan yang
merupakan kelompok musyawarah di desa setempat
Kode Etik BPD adalah suatu ketentuan etika perilaku sebagai acuan kinerja Anggota BPD dalam
melaksanakan tugasnya.
Tanah Kas Desa adalah tanah bekas bengkok dan tanah lain yang dikuasai Desa berupa tanah sawah dan
atau tanah darat yang menjadi kekayaan Desa.
Pihak Ketiga adalah instansi, lembaga, badan hukum dan perorangan diluar Pemerintah Desa, antara lain

Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah negara Asing, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Desa, Koperasi, Swasta Nasional, dan Swasta Asing,
Lembaga Keuangan dalam dan luar negeri.
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG
Kedudukan BPD
Pasal 2
(1) BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
(2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah Desa.
(3) BPD sebagai Badan Permusyawaratan Desa merupakan wahana untuk melaksanakan Demokrasi
berdasarkan Pancasila.
Fungsi BPD
Pasal 3
(1) BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
(2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan
Keputusan Kepala Desa.
(3) Mengayomi dan menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
sepanjang menunjang pelaksanaan pembangunan.
Tugas BPD
Pasal 4
a.
b.
c.
d.
e.
g.
h.

k.
m.
n.

BPD mempunyai tugas dan wewenang
Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa;
Melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah Desa dalam pengurusan dan pengelolaan sumber
pendapatan dan kekayaan desa;
Membahas, menyetujui dan menetapkan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
Memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis
6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan;
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
Bersama Kepala Desa membentuk panitia pemilihan Perangkat Desa;
Memberikan persetujuan pengangkatan dan pemberhentian Perangkat Desa;
Memberikan persetujuan penunjukan seorang pejabat dari Perangkat Desa oleh Kepala Desa dalam hal
terdapat lowongan jabatan Perangkat Desa;
Memberikan persetujuan kerjasama antar Desa dalam Kabupaten maupun antar Desa di luar Kabupaten;
Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat
Menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
Mengadakan perubahan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;

o.

Memberikan persetujuan pengalihan Sumber Pendapatan Desa yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah
Desa kepada pihak lain;
p. Memberikan persetujuan pengelolaan kekayaan Desa yang dilakukan dengan pihak lain yang saling
menguntungkan;
q. Memberikan persetujuan atas perubahan fungsi Tanah Kas Desa untuk kepentingan desa sendiri maupun
kepentingan pihak lain.
Wewenang BPD
Pasal 5
(1) BPD berwenang memberikan peringatan tertulis kepada Kepala Desa, paling banyak 3 (tiga) kali secara
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 30 (tiga puluh) hari, apabila Kepala Desa
melakukan pelanggaran pada peraturan dan perundang - undangan atau norma masyarakat yang
berlaku, dan atau dalam melaksanakan tugasnya tidak dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara adil, diskriminatif serta mempersulit setiap keperluan masyarakat.
(2) Apabila sampai dengan teguran ke 3 (tiga) tidak diindahkan oleh Kepala Desa, Bupati atas laporan BPD
dapat memberikan sanksi administratif berupa peringatan, pemberhentian sementara dan
pemberhentian setelah didahului pemeriksaan instansi yang berwenang.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 6
a.
b.
c.
d.
e.

BPD mempunyai hak :
Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa mengenai permasalahan Desa;
Meminta keterangan kepada pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa atau warga masyarakat baik secara
lisan atau tertulis dengan menjunjung tinggi keterbukaan, kejujuran, dan obyektifitas;
Menyatakan pendapat;
Menerima laporan keterangan pertanggungjawaban atas laporan pertanggungjawaban Kepala Desa yang
disampaikan kepada Bupati;
Menerima laporan akhir masa jabatan Kepala Desa.
Pasal 7
(1) Anggota BPD mempunyai hak :
a. Mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan atau menyetujui Perubahan mengenai Peraturan Desa
yang diusulkan oleh Pemerintah Desa;
b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan pendapat kepada Pemerintah Desa;
d. Memilih dan dipilih; dan
e. Memperoleh tunjangan serta penghasilan lain yang sah yang besarnya disesuaikan dengan
kemampuan keuangan desa.
(2) Anggota BPD mempunyai kewajiban :
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945, dan mentaati segala peraturan
perundang-undangan;

b. Melaksanakan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan NKRI;
d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
e. Memproses pemilihan Kepala Desa;
Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, dan
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
BAB IV
PEMBERHENTIAN DAN MASA KEANGGOTAAN
Pasal 8
(1) Anggota BPD berhenti bersama-sama pada saat BPD yang baru telah disahkan dan dilantik oleh Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Masa keanggotaan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/ diusulkan kembali untuk 1 (satu)
kali masa keanggotaan berikutnya.
Pasal 9
(1) Anggota BPD berhenti karena :
a. Meninggal dunia;
b. Permintaan sendiri;
c. Diberhentikan.
(2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :
a. Berakhir masa keanggotaannya;
b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut
selama 6 (enam) bulan;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota BPD;
d. Dinyatakan melanggar sumpah / janji;
e. Tidak melaksanakan kewajiban sebagai Anggota BPD, dan atau;
Melanggar larangan bagi Anggota BPD;
(3) Apabila ada Anggota BPD yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan dengan
aturan PAW (Pergantian Antar Waktu) dari warga masyarakat yang sudah ditetapkan menjadi calon
Anggota BPD antar waktu dari wilayah yang diwakili saat pemilihan anggota BPD periode yang
bersangkutan.
BAB V
PIMPINAN
Pasal 10
Kewenangan Pimpinan terhadap Anggota BPD :
(1) Memberikan peringatan secara lisan kepada Anggota BPD yang melalaikan tugas dan melanggar kode
etik, sumpah atau janji Anggota BPD.

(2) Peringatan kepada Anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas apabila tidak diindahkan oleh
anggota yang bersangkutan maka diberikan peringatan secara tertulis. dan jika tetap tidak ada
perubahan maka pimpinan BPD mengusulkan kepada Bupati untuk memberhentikan yang
bersangkutan dan mengusulkan pengganti yang sudah ditetapkan menjadi calon Anggota BPD antar
waktu dari wilayah yang diwakili.
(3) Pimpinan BPD berhak mengundang rapat untuk anggota BPD.
Pasal 11
(1) Masa jabatan Ketua BPD adalah 6 (enam) tahun.
(2) Dalam hal Ketua berhalangan hadir dalam rapat maka Wakil Ketua mengganti Kedudukan Ketua dan
selanjutnya sekretaris mengganti kedudukan Wakil Ketua.
BAB VI
PERATURAN TATA TERTIB DAN MEKANISME KERJA
Pasal 12
(1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
(2) Rapat BPD dapat dilakukan setiap saat atas usulan ½ plus 1 dari jumlah anggota BPD.
(3) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit ½ (satu per
dua) tambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara
terbanyak.
(4) Dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit ⅔ (dua per tiga) dari jumlah
anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan paling sedikit ½ (satu per dua) ditambah 1
(satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir.
(5) Pengambilan keputusan BPD dilaksanakan secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak dapat
dicapai musyawarah mufakat maka ditempuh melalui voting.
(6) Dalam pengambilan keputusan mengenai orang atau lembaga maka voting dilakukan secara tertutup.
(7) Dalam hal pengambilan keputusan mengenai sesuatu permasalahan yang tidak menyangkut orang
maka voting dilakukan secara terbuka.
(8) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat
oleh sekretaris BPD.
(9) Dalam hal Ketua BPD berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua.
Pasal 13
(1) Tata tertib BPD ditetapkan dengan Keputusan Badan Permusyawaratan Desa.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati dengan tembusan
Camat dan Kepala Desa.
BAB VII
TATA CARA PENETAPAN PERATURAN DESA
Pasal 14

(1) Rancangan Peraturan Desa dapat disusun oleh Kepala Desa dan atau BPD
(2) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa disampaikan secara tertulis kepada Ketua
BPD melalui sekretaris BPD dan ketua-ketua bidang untuk diadakan pembahasan lebih lanjut
(3) Rancangan Peraturan Desa yang disusun oleh BPD setelah mendapat persetujuan 2/3 dari jumlah
Anggota BPD, dan disampaikan secara tertulis kepada Kepala Desa.
(4) BPD menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.
Pasal 15
Tahap Pembahasan Peraturan Desa
(1) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa berasal dari Kepala Desa :
a. Kepala Desa memberikan penjelasan dalam rapat paripurna BPD terhadap Rancangan Peraturan Desa
yang diajukan oleh Kepala Desa.
b. Pemandangan umum dalam rapat paripurna oleh pimpinan BPD yang membawakan suara BPD.
c. Jawaban Kepala Desa secara lisan atau tertulis terhadap pemandangan umum BPD.
d. BPD sebelum mengambil keputusan tentang Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala
Desa terlebih dahulu diadakan musyawarah dengan Anggota BPD.
e. Pengambilan keputusan diadakan dalam rapat kerja BPD yang disetujui oleh sekurang-kurangnya ½
(satu per dua) ditambah 1 (satu) dari yang hadir
(2) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa berasal dari BPD :
a. Pendapat Kepala Desa dalam hal rapat paripurna BPD atas rancangan peraturan Desa yang berasal
dari BPD.
b. Jawaban Pimpinan BPD dalam rapat paripurna BPD terhadap pendapat Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada huruf (a).
c. Sebelum diambil keputusan atas Rancangan Peraturan Desa mengadakan rapat kerja BPD untuk
membahas lebih lanjut Rancangan Peraturan Desa dimaksud untuk kemudian ditetapkan menjadi
Peraturan desa apabila disetujui oleh Kepala Desa atau dihentikan pembahasannya apabila tidak
disetujui oleh Kepala Desa.
BAB VIII
PEMBENTUKAN PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA
Pasal 16
(1) Sebelum diadakan pemilihan Kepala Desa, BPD mengadakan rapat dipimpin Ketua BPD untuk :
a. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa beserta susunan kepanitiaannya;
b. Membahas mengenai sumber biaya pemilihan Kepala Desa;
c. Menetapkan Tata Kerja Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh Camat atau Pejabat yang ditunjuk sebagai
fasilitator.
(3) Pengangkatan Panitia Pemilihan Kepala Desa harus mempertimbangkan kecakapan dalam bidang
administrasi, kemampuan fisik dan keterwakilan unsur kewilayahan serta kelembagaan masyarakat
Desa.
(4) Keterwakilan unsur kewilayahan serta kelembagaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdiri dari unsur Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan tokoh masyarakat.

(5) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (3) sebanyak-banyaknya terdiri dari 11 (sebelas) orang dan dapat
dibantu oleh petugas yang ditunjuk panitia serta mendapatkan surat tugas dari ketua Panitia.
(6) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat memberikan penjelasan kepada peserta
rapat mengenai hal-hal yang perlu untuk diketahui dan dipedomani dalam pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa.
(7) Panitia Pemilihan Kepala Desa ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilaporkan kepada Bupati
melalui Camat.
(8) Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Pemilihan Kepala Desa berpedoman kepada Tata Kerja Panitia
Pemilihan Kepala Desa yang ditetapkan oleh BPD.
BAB IX
MEKANISME MENGGALI, MENAMPUNG DAN
MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 17
(1) Cara menggali dan menampung aspirasi masyarakat dapat dilakukan dengan sarasehan, anjangsana,
temu warga ataupun bentuk lainnya sesuai dengan kondisi kultur sosial budaya masyarakat.
(2) Menerima masukan dan saran aspirasi masyarakat guna bahan pertimbangan kebijakan untuk
disampaikan Pemerintah Desa.
(3) Aspirasi masyarakat yang ditampung, disalurkan kepada Pemerintah Desa guna peningkatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
BAB X
HUBUNGAN KERJA DENGAN KEPALA DESA DAN
LEMBAGA MASYARAKAT DESA
Pasal 18
(1) Hubungan kerja BPD dengan Kepala Desa merupakan hubungan timbal balik dan kemitraan dalam
rangka penyelenggaraan, pembangunan dan kemasyarakatan.
(2) Hubungan kerja BPD dengan Lembaga Kemasyarakatan merupakan hubungan konsultatif dan
koordinatif.
BAB XI
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 19
(1) Susunan organisasi BPD terdiri atas :
a. Pimpinan BPD;
b. Anggota BPD
(2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, dalam organisasi BPD dapat dibentuk beberapa bidang sesuai
dengan kebutuhan.

(3) Masing-masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh seorang koordinator bidang.
Pasal 20
(1) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a terdiri dari 1 (satu) orang Ketua,
1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang Sekretaris.
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh Anggota BPD secara
langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(3) Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kalinya dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh
anggota termuda.
BAB XII
KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF
Pasal 21
(1) Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan Desa
(2) Tunjangan Pimpinan dan Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara
proporsional oleh BPD bersama Kepala Desa berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
(3) Tunjangan pimpinan dan anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam APB Desa.
Pasal 22
(1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan Desa yang dikelola
oleh Sekretaris BPD.
(2) Biaya operasional BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara proporsional oleh BPD
bersama Kepala Desa berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
(3) Biaya operasional BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimasukkan dalam APB Desa.
(4) Bupati menetapkan pedoman, plafon, dan pengggunaan biaya operasional BPD.
BAB XIII
PEMBAGIAN TUGAS
Pasal 23
a.
b.
c.
d.
e.
g.
h.

Pengurus BPD mempunyai tugas :
Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan Wakil Ketua dan bidang-bidang BPD
serta mengumumkannya dalam rapat BPD;
Menetapkan kebijakan mengenai urusan rumah tangga BPD;
Memimpin rapat BPD;
Menyimpulkan hasil rapat BPD;
Mengadakan koordinasi dengan Kepala Desa;
Setiap Anggota BPD kecuali unsur pimpinan BPD, harus menjadi anggota salah satu bidang;
Setiap bidang dipimpin oleh ketua bidang;
Bidang-bidang BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

1. Bidang Pemerintahan
2. Bidang Pembangunan
3. Bidang Kesra
Anggota BPD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota bidang yang digantikannya.
Tugas dan Kewajiban Pimpinan
Pasal 24
a.
b.
c.
d.
e.
g.
h.

Tugas dan Kewajiban Pimpinan BPD :
Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan Wakil Ketua serta sekretaris serta
mengumumkannya dalam rapat BPD;
Menetapkan kebijakan mengenai urusan rumah tangga BPD.
Memimpin rapat BPD dengan menjaga agar peraturan Tata Tertib dilaksanakan dengan seksama,
memberikan izin berbicara dan menjaga agar pembicara dapat menyampaikan pandangannya dengan tidak
terganggu.
Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya.
Melaksanakan Keputusan Rapat.
Menyampaikan keputusan rapat kepada pihak-pihak yang terkait langsung.
Menyampaikan hasil musyawarah yang dianggap perlu kepada Kepala Desa.
Mengadakan koordinasi dan konsultasi dengan pihak atau lembaga terkait.
Tugas Bidang-bidang
Pasal 25

a.
b.
c.
d.
e.

Bidang-bidang BPD mempunyai tugas :
Melakukan pembahasan terhadap Rancangan Peraturan dan rancangan Keputusan BPD yang termasuk
dalam tugas bidang masing-masing;
Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan dan
pelayanan terhadap masyarakat yang termasuk tugas bidangnya;
Membantu pimpinan BPD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang disampaikan Kepala Desa
kepada BPD;
Mengadakan rapat kerja BPD atau rapat dengar pendapat dengan Kepala Desa, Perangkat Desa maupun
Pengurus Lembaga Kemasyarakatan desa;
Mengajukan usul dan saran kepada Pimpinan BPD yang termasuk dalam ruang lingkup pada bidangnya
masing-masing.
BAB XIV
PROGRAM KERJA
Pasal 26
(1) Untuk melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang, serta hak dan kewajibannya, BPD membuat progam
kerja tahunan.
(2) Sesuai dengan program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD melakukan kegiatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Hasil kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirumuskan dalam rapat-rapat BPD serta
ditindaklanjuti sesuai dengan tatatertib BPD.
(4) BPD melaksanakan evaluasi atas program kerja yang telah dilaksanakan.
BAB XV
JENIS, WAKTU DAN TATA CARA RAPAT SERTA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Jenis Rapat
Pasal 27
Jenis rapat BPD antara lain :
a. Rapat Paripurna adalah rapat Anggota BPD yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua selaku
pimpinan rapat dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan wewenang dan tugas BPD serta
dapat mengambil keputusan untuk ditetapkan menjadi keputusan BPD;
b. Rapat Pimpinan adalah rapat unsur pimpinan yang dipimpin oleh Ketua BPD;
c. Rapat Kerja adalah rapat antara BPD dengan Pemerintah Desa atau dengan Lembaga
Kemasyarakatan Desa;
d. Rapat Istimewa adalah rapat Anggota BPD atau bersama Pemerintah Desa untuk membahas
permasalahan mendesak yang bersifat urgen untuk diselesaikan dan bersifat tertutup.
Waktu Rapat
Pasal 28
Penentuan waktu rapat :
a. Rapat BPD dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun;
b. Waktu rapat dapat dilaksanakan pada siang hari atau malam hari yang jadwalnya ditetapkan oleh
pimpinan BPD;
c. Apabila terdapat kepentingan yang bersifat mendesak, BPD dapat mengadakan rapat atau sidang
sesuai dengan kebutuhan;
d. Untuk mengintensifkan kinerja BPD diadakan rapat rutin setiap tiga bulan.
Tata Cara Rapat
Pasal 29
Tata cara rapat BPD :
a. Sebelum rapat dimulai setiap Anggota BPD harus menandatangani daftar hadir;
b. Untuk para undangan disediakan daftar hadir tersendiri;
c. Rapat dibuka oleh pimpinan rapat apabila quorum telah tercapai berdasarkan kehadiran secara fisik
kecuali ditentukan lain;
d. Anggota BPD yang menandatangani daftar hadir apabila akan meningggalkan rapat harus
memberitahukan kepada pimpinan rapat.
Jalannya Rapat
Pasal 30
Tata cara jalannya rapat:

1. Untuk kelancaran jalannya rapat, pimpinan rapat dapat menetapkan babak pembicaraan dan pembicara
agar mencatatkan namanya terlebih dahulu sebelum pembicaraan dimulai dan pimpinan rapat
menetapkan lamanya berbicara.
2. Apabila pembicara telah melampaui waktu yang telah ditentukan atau menyimpang dari pokok
pembicaraan, pimpinan rapat dapat memperingatkan pembicara.
3. Setiap anggota BPD dapat mengajukan pertanyaan atau usul kepada Kepala Desa.
4. Pertanyaan atau usul disampaikan kepada pimpinan BPD secara singkat dan jelas baik secara lisan
maupun tertulis.
5. Pembicaraan mengenai pertanyaan atau usul dilakukan dengan memberi kesempatan kepada:
a. Anggota BPD lainnya untuk memberi pandangan.
b. Penanya/ pengusul memberi jawaban/ tanggapan atas pandangan para anggota BPD.
6. Keputusan atas usul kepada Kepala Desa dapat disetujui atau ditolak dan ditetapkan dalam rapat BPD.
7. Selama usul belum memperoleh keputusan/ tanggapan, para pengusul berhak mengajukan perubahan
atau menarik kembali.
8. Jika jawaban Kepala Desa telah disampaikan, tidak ada usul/ pertanyaan lagi, maka pembicaraan
mengenai jawaban atau keterangan Kepala Desa dinyatakan selesai oleh BPD.
Peng