Apa yang dimaksud dengan AMDAL

Apa yang dimaksud dengan AMDAL ?
AMDAL merupakan singkatan
Dampak Lingkungan.

dari

Analisis

Mengenai

AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting
terhadap
lingkungan
hidup,
dibuat
pada
tahap
perencanaan,
dan
digunakan
untuk

pengambilan
keputusan.
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia,
ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan
masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan
Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).
“…kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup; dibuat pada tahap perencanaan…”
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat
mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasannya
dikaitkan
dengan
mekanisme

perijinan.
Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan
bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan,
dimana
para
pengambil
keputusan
wajib
mempertimbangkan
hasil
studi
AMDAL
sebelum
memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk
mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian
ijin usaha dan/atau kegiatan.

Dokumen AMDAL terdiri dari :
1. Dokumen

Kerangka
Acuan
Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

Analisis

Dampak

2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen
(RKL)

Rencana

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup


4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL)
Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersamasama untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil
penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau
tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin
atau
tidak.
Apa guna AMDAL ?
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang
kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha
dan/atau kegiatan
3. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci
teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang
ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau
kegiatan


“…memberikan
negatif”

alternatif

solusi

minimalisasi

dampak

“…digunakan
untuk
mengambil
keputusan
tentang
penyelenggaraan/pemberi ijin usaha dan/atau kegiatan”

Bagaimana prosedur AMDAL ?

Prosedur AMDAL terdiri dari :
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses
penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi
kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah
suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau
tidak.
Proses
pengumuman
dan
konsultasi
masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000,
pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut,
menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian
melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu
sebelum menyusun KA-ANDAL.

Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL
adalah proses untuk menentukan lingkup permasalahan
yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).
Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun,
pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama

waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di
luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan
ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KAANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi
AMDAL).
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai
disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan
RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL,
RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
oleh
penyusun

untuk
memperbaiki/menyempurnakan
kembali dokumennya.
Siapa yang harus menyusun AMDAL ?
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat
meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen
AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan
standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur
dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.

Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses AMDAL ?
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah
Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang
berkepentingan.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai
dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di
Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi

berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan
hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan

di
Bapedalda/lnstansi
pengelola
lingkungan
hidup
Kabupaten/Kota.
Unsur
pemerintah
lainnya
yang
berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena
dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini.
Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL
ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di
propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang
bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang
terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai
berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha
dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor
pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup,
dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang
dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL
dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan
masyarakat pemerhati.

Apa yang dimaksud dengan UKL dan UPL ?
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang
dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak
wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus
melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan.

Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak
diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah
dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan
hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk
menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL
tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :
1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana Usaha dan/atau kegiatan
3. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
5. Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :
1. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan
lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang
berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota
2. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan
lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang
berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
3. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan
lingkungan
hidup
dan
pengendalian
dampak
lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari
satu propinsi atau lintas batas negara
Apa
kaitan
AMDAL
lingkungan lainnya ?

dengan

dokumen/kajian

AMDAL - UKL/UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun
AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat
penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL
dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi
dalam pengelolaan limbahnya.
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki
dokumen pengelolaan lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga
dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di
bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa
dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini
kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib
sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30
tahun
2001
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Audit
Lingkungan yang Diwajibkan.
Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan
yang sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara
otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat
kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya
ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang
kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak
membutuhkan AMDAL baru.
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela
Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam
operasionalnya menghendaki untuk meningkatkan ketaatan
dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit
lingkungan secara sukarela yang merupakan alat
pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal.
Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu
pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit
Lingkungan.

Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi
kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL tidak secara otomatis
membebaskan pemrakarsa dari kewajiban penyusunan
dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen
sukarela ini sangat didorong untuk disusun oleh pemrakarsa
karena sifatnya akan sangat membantu efektifitas
pelaksanaan pengelolaan lingkungan sekaligus dapat
“memperbaiki” ketidaksempurnaan yang ada dalam
dokumen AMDAL.
Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat
bermacam-macam dan sangat berguna bagi pemrakarsa,
termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan
dengan luar negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain
adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen-dokumen yang
diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang
dipromosikan
penyusunannya
oleh
asosiasi-asosiasi
industri/bisnis, dan lainnya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
a. Bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan
lingkungan sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber
daya
secara
bijaksana
dalam
pembangunan
yang
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup, perlu dijaga
keserasian antar berbagai usaha atau kegiatan;
b. Bahwa setiap usaha atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dianalisa sejak awal
perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif
dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini
mungkin;
c. Bahwa analisis mengenai dampak lingkungan diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang pelaksanaan rencana usaha
atau kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan hidup;
d. Bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan sebagai pelaksanaan ketentuan
pasal 16 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selama ini
berlaku
perlu
disempurnakan
sesuai
dengan
berbagai
perkembangan baru yang terjadi;
e. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas dipandang perlu mengatur
penyempurnaan tersebut dalam Peraturan Pemerintah;
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
MEMUTUSKAN:

Dengan mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Tahun 1986 Nomor 42);
Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG ANALISIS
MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam
pemanfaatan,
penataan,
pemeliharaan,
pengawasan,
pengendallian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup;
2. Analisis mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai
dampak penting suatu usaha atau kegiatan yang dirncanakan
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan;
3. Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor
adalah hasil studi mengenai dampak penting suatu usaha atau
kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan
kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab;
4. Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah studi
mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan
terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan
ekosistem dan menyangkut kewenangan satu instansi yang
bertanggung jawab;
5. Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi
mengenai
dampak
penting
usaha
atau
kegiatan
yang
direncanakanterhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai
dengan rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan
kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab;

6. Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak
lingkungan yang merupakan hasil pelingkupan;
7. Pelingkupan adalah proses pemusatan studi pada hal-hal penting
yang berkaitan dengan dampak penting;
8. Analisis dampak lingkungan adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha atau
kegiatan;
9. Dampak penting adalah perubahan lingkungan yang sangat
mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan;
10.
Rencana pengelolaan lingkungan adalah dokumen yang
mengandung upaya penanganan dampak penting terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha atau
kegiatan;
11.
Rencana pemantauan lingkungan adalah dokumen yang
mengandung upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak penting akibat dari rencana usaha atau kegiatan;
12.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang
bertanggung jawab atas suatu rencana usaha atau kegiatan yang
akan dilaksanakan;
13.
Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang
berwenang memberikan keputusan tentang pelaksanaan rencana
usaha atau kegiatan, dengan pengertian bahwa kewenangan berada
pada Menteri atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen
yang membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan dan pada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk usaha atau kegiatan yang
berada di bawah wewenangnya;
14.
Menteri adalah Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan
hidup dan mengendalikan dampak lingkungan;
15.
Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
adalah instansi yang mempunyai tugas pokok membantu Presiden
dalam melaksanakan pengendalian dampak lingkungan hidup yang
meliputi
upaya
pencegahan
pencemaran,
dan
kerusakan
lingkungan, penanggulangan dampak penting dan pemulihan
kualitas lingkungan;
16.
Komisi analisis mengenai dampak lingkungan adalah komisi
yang dibentuk oleh Menteri/menteri atau Pimpinan Lembaga
pemerintah non departemen di tingkat pusat, dan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I pada tingkat propinsi daerah tingkat i, yang

bertugas membantu pelaksanaan analisis mengenai
lingkungan di dalam proses pengambilan keputusan.

dampak

Pasal 2
(1) Usaha atau kegiatan yang diperkirakan memppunyai dampak
penting terhadap lingkungan hidup meliputi ;
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang
tak terbaharui;
c. Proses dan kegitatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, kerusakan, dan kemerosotan sumberdaya alam
pada pemanfaatannya;
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya
lingkungan sosial dan budaya;

dapat

mempengaruhi

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumberdaya alam dan atau
perlindungan cagar budaya;
f.

Introduksi jenis-jenis tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;

g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi
besar untuk mempengaruhi lingkungan;
i.

Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan mempengaruhi
pertahanan negara.

(2) Menteri menetapkan jenis usaha atau kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), setelah mendengar dan memperhatikan
saran dan pendapat instansi yang bertanggung jawab.
(3) Bagi jenis usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) wajib disusun analisis dampak lingkungan.
(4) Penapisan rencana usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud
ayat (3) ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam
lima tahun.
Pasal 3

(1) Dampak penting suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan
hidup ditentukan oleh :
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b. Luas wilayah persebaran dampak;
c. Lamanya dampak berlangsung;
d. Intensitas dampak;
e. Sifat kumulatif dampak;
f.

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

(2) Pedoman mengenai ukuran dampak penting sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan.
Pasal 4
(1) Analisis dampak lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) tidak perlu dibuat bagi rencana usaha atau
kegiatan yang langsung dilaksanakan untuk menanggulangi suatu
keadaan darurat.
(2) Menteri dan atau Pimpinan Lembaga pemerintahan non
departemen yang membidangi usaha atau kegiatan yang
bersangkutan menetapkan telah terjadinya suatu keadaan darurat
setelah mendengar saran-saran dari instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan.
Pasal 5
Pemberian izin usaha tetap oleh instansi yang membidangi jenis
usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya
dapat diberikan setelah adalanya pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan yang telah disetujui
oleh instansi yang bertanggung jawab.
Pasal 6
(1) Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan
kegiatan studi kelayakan rencana usaha atau kegiatan.

bagian

(2) Hasil analisis mengenai dampak lingkungan digunakan sebagai
bahan perencanaan pembangunan wilayah.

BAB II
TATA LAKSANA
Bagian Pertama
Kerangka Acuan
Pasal 7
(1) Pemrakarsa yang mempunyai rencana usaha atau kegiatan
sebagaimana disebut dalam Pasal 2, wajib menyusun kerangka
acuan bagi pembuatan analisis dampak lingkungan.
(2) Kerangka acuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disampaikan oleh pemrakarsa kepada komisi analisis mengenai
dampak lingkungan yang bersangkutan.
(3) Apabila dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas)
hari kerja sejak diterimanya kerangka acuan tersebut komisi
analisis mengenai dampak lingkungan tidak memberikan
tanggapan tertulis, kerangka acuan tersebut sah digunakan
sebagai dasar penyusunan analisis dampak lingkungan atas
kekuatan Peraturan Pemerintah ini.
(4) Kerangka acuan disusun oleh pemrakarsa berdasarkan pedoman
umum atau pedoman teknis.
(5) Pedoman umum
tentang
penyususnan
kerangka
acuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
(6) Pedoman
teknis
tentang
penyusunan
kerangka
acuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh menteri
atau pimpinan lembaga pemerintahan non departemen yang
membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan

Lingkungan,
Dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Pasal 8
(1) Analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan
rencana pemantauan lingkungan diajukan sekaligus oleh
pemrakarsa kepada instansi yang bertanggung jawab.
(2) Instansi yang bertanggung jawab memberikan bukti penerimaan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada
pemrakarsa dengan mencantumkan tanggal penerimaan.
(3) Pedoman umum penyusunan analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan
ditetapkan oleh Menteri.
(4) Pedoman teknis penyusunan analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan
ditetapkan oleh Menteri atau pimpinan lembaga non departemen
yang membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan
berdasarkan pedoman umum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3).
Pasal 9
(1) Penilaian dokumen analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan oleh
komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3), Pasal 18
ayat (3), dan Pasal 19 ayat (1) dilakukan secara bersamaan.
(2) Apabila
dokumen
analisis
dampak
lingkungan,
rencana
pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan
dinilai belum memenuhi persyaratan dalam pedoman teknis,
pemrakarsa wajib memperbaiki sesuai petunjuk komisi analisis
mengenai dampak lingkungan yang bertanggung jawab.
(3) Berdasarkan hasil penilaian komisi analisis mengenai dampak
lingkungan atas dokumen analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan
yang diajukan pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab
menetapkan keputusan terhadap analisis dampak lingkungan,

rencana pengelolaan
lingkungan.

lingkungan

dan

rencana

pemantauan

Pasal 10
(1) Keputusan atas analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (3) diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab
selambat-lambatnya 45 (empatpuluh lima) hari sejak diterimanya
pengajuan analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan, dan rencana pematauan lingkungan.
(2) Apabila keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa
penolakan karena dinilai belum memenuhi pedoman teknis
analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantauan lingkungan, maka keputusan atas perbaikan
analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan
rencana pemantauan lingkungan diberikan oleh instansi yang
bertanggung jawab selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya pengajuan kembali perbaikan analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan llingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) instansi yang bertanggung jawab belum
memberikan keputusan, maka terhadap analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan
lingkungan
tersebut
dinyatakan
diberikan
persetujuan atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 11
(1) Apabila analisis dampak lingkungan menyimpulkan bahwa
dampak negatif tidak dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan
teknologi atau biaya penanggulangan dampak negatif lebih besar
dibandingkan dengan hasil dampak positifnya, maka instansi yang
bertanggung jawab memutuskan menolak rencana usaha atau
kegiatan yang bersangkutan.
(2) Terhadap keputusan penolakan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada

pejabat yang lebih tinggi dari instansi yang bertanggung jawab
dengan meyampaikan tembusannya kepada instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan dalam waktu selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sejak diterimanya keputusan
penolakan.
(3) Pejabat yang lebih tinggi dari instansi yang bertanggung jawab
memberi keputusan atas pernyataan keberatan pemrakarsa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) setelah mendapat
peritmbangan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan.
(4) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
pernyataan keberatan dan merupakan keputusan terakhir.
Pasal 12
(1) Bagi rencana usaha atau kegiatan terpadu/multisektor dilakukan
analisis mengenai dampak lingkungan terpadu.
(2) Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan bagi rencana
usaha atau kegiatan terpadu/multisektor dilaksanakan oleh komisi
analisis mengenai dampak lingkungan terpadu dari instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
(3) Komisi sebagaimana tersebut dalam ayat (2) merupakan komisi
gabungan yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil instansi
dan lembaga terkait tingkat pusat dan daerah, serta lembaga
swadaya masyarakat dan pihak lain yang dianggap perlu; dan
ditetapkan oleh Menteri.
(4) Pedoman teknis penyusunan analisis mengenai dampak
lingkungan usaha atau kegiatan terpadu ditetapkan oleh instansi
yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan, dengan
memperhatikan pedoman teknis yang ditetapkan oleh instansi
yang bertanggung jawab.
(5) Persetujuan atas dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
rencana usaha atau kegiatan terpadu/multisektor ditetapkan oleh
Menteri.

Pasal 13
(1) Penetapan kriteria tentang rencana usaha atau kegiatan, baik
yang sejenis maupun yang tidak sejenis yang berada dalam satu
kawasan yang berada di bawah kewenangan satu instansi yang
bertanggung jawab ditetapkan oleh instansi yang bertanggung
jawab tersebut.
(2) Pedoman teknis penyusunan analisis mengenai dampak
lingkungan bagi rencana usaha atau kegiatan seperti tersebut
dalam ayat (1) ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab.
(3) Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan bagi rencana
usaha atau kegiatan seperti tersebut dalam ayat (1), dilaksanakan
oleh komisi analisis mengenai dampak lingkungan dari instansi
yang bertanggung jawab.
(4) Persetujuan atas dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
kawasan ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan lembaga
pemerintah no departemen yang membidangi usaha atau
kegiatan yang bersangkutan.
Pasal 14
Ketentuan tentang pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan
tentang usaha atau kegiatan yang direncanakan dalam satu zona
rencana pengembangan wilayah, ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri
dengan memperhatikan saran dan pendapat instansi yang
bertanggung jawab.

Bagian Ketiga
Kadaluwarsa dan Gugurnya Keputusan Persetujuan Analisis
Dampak Lingkungan,
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan

Pasal 15
(1) Keputusan persetujuan analisis dampak lingkunga, rencana
pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan
dinyatakan kadaluwarsa atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini,
apabila rencana usaha atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya keputusan
tersebut.
(2) Apabila analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan dinyatakan
kadaluwarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka untuk
melaksanakan rencana usaha atau kegiatannya, pemrakarsa wajib
mengajukan kembali permohonan persetujuan atas analisis
dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan lingkungan,
dan rencana pemantauan lingkungan kepada instansi yang
bertanggung jawab.
(3) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
instansi yang bertanggung jawab memutuskan :
a. Analisis
dampak
lingkungan,
rencana
pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan yang
pernah disetujui dapat sepenuhnya dipergunakan kembali;
atau
b. Analisis
dampak
lingkungan,
rencana
pengelolaan
lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan wajib
diperbaharui.

Pasal 16
(1) Apabila terjadi perubahan lingkungan yang sangat mendasar
akibat peristiwa alam atau karena akibat lain sebelum dan pada
waktu rencana usaha atau kegiatan dilaksanakan, keputusan
persetujuan analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan dinyatakan
gugur atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini.

(2) Instansi yang bertanggung jawab, setelah berkonsultasi dengan
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan,
menetapkan telah terjadinya perubahan lingkungan yang sangat
mendasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di lokasi semula
yang disetujui dan menjadi dasar pembuatan analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana
pemantauan lingkungan berdasarkan rona lingkungan baru
tersebut menurut tata laksana sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini.
(3) Kriteria tentang perubahan lingkungan yang sangat mendasar
ditetapkan Menteri dan atau Pimpinan lembaga pemerintah non
departemen yang bertanggung jawab setelah berkonsultasi
dengan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
Bagian Keempat
Komisi
Pasal 17
(1) Menteri atau Pimpinan lembaga pemerintahan non departemen
yang membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan
membentuk komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat
yang terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap.
(2) Anggota tetap terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan
departemen atau lembaga pemerintah non departemen yang
bersangkutan, wakil yang ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri,
wakil yang ditunjuk oleh instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan, wakil yang ditunjuk oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal, wakil yang ditunjuk oleh Badan Pertanahan
Nasional dan para ahli dalam bidang yang berkaitan, sedangkan
anggota tidak tetap diangkat dari unsur departemen dan atau
lembaga pemerintah non departemen yang berkepentingan,
lembaga swadaya masyarakat, serta anggota lain yang dipandang
perlu.
(3) Komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) bertugas :
a. Menyususn pedoman tekis pembuatan dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan yang meliputi pembuatan

kerangka acuan analisis dampak lingkungan, analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan;
b. Menanggapi dokumen kerangka
analisis dampak lingkungan;

acuan

bagi

pembuatan

c. Menanggapi dokumen analisis dampak lingkungan;
d. Menanggapi dokumen rencana pengelolaan lingkkungan;
e. Menanggapi dokumen rencana pemantauan lingkungan;
f. Membantu penyelesaian diterbitkannya keputusan tentang
dokumen analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan;
g. Melaksanakan tugas lain yang ditentukan oleh menteri atau
pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang
membidangi usaha atau kegiatan yanng bersangkutan.
(4) Dalam pelaksanaan tugasnya komisi analisis mengenai dampak
lingkungan pusat dapat dibantu oleh tim teknis yang bertugas
menilai dokumen-dokumen analisis mengenai dampak lingkungan.
(5) Pedoman mengenai susunan keanggotaan dan tata kerja komisi
analisis mengenai dampak lingkungan pusat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 18
(1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I membentuk komisi analisis
mengenai dampak lingkungan daerah yang terdiri dari anggota
tetap dan anggota tidak tetap.
(2) Anggota
tetap
terdiri
dari
unsur
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah, instansi yang membidangi ingkungan
hidup di daerah, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah,
Badan Pertanahan Nasional di daerah, instansi pemerintah yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan di daerah dan pusat
studi lingkungan hidup perguruan tinggi di daerah yang
bersangkutan, sedangkan anggota tidak tetap diangkat dari unsur
instansi pemerintah yang membina sektor yang bersangkutan di
daerah, lembaga swadaya masyarakat, serta anggota lain yang
dipandang perlu.

(3) Komisi
analisis
mengenai
dampak
lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertugas :

daerah

a. Menanggapi dokumen kerangka acuan bagi pembuatan
analisis dampak lingkungan;
b. Menanggapi dokumen analisis dampak lingkungan;
c. Menanggapi dokuemn rencana pengelolaan lingkungan;
d. Menanggapi dokumen rencana pemantauan lingkungan;
e. Membantu penyelesaian diterbitkannya surat keputusan
tentang analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan;
f. Melaksanakan tugas lain yang dutentukan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya komisi analisis mengenai dampak
lingkungan daerah dapat dibantu oleh tim teknis yang bertugas
menilai dokumen-dokumen analisis mengenai dampak lingkungan.
(5) Pedoman mengenai susunan keanggotaan dan tata kerja komisi
analisis mengenai dampak lingkungan daerah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 19
Dalam melaksanakan tugasnya, komisi analisis mengenai dampak
lingkungan pusat dan komisi analisis mengenai dampak lingkungan
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18, wajib
memperhatikan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan
hidup, rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang,
kepentingan pertahanan keamanan nasional, dan pembangunan
daerah yang erwawasan lingkungan.
BAB III
PEMBINAAN
Pasal 20
Pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang
analisis
mengenai
dampak
lingkungan
untuk
menunjang

pembangunan yang berkesinambungan diselenggarakan dengan
koordinasi dari instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan.
Pasal 21
Usaha atau kegiatan golongan ekonomi lemah yang menimbulkan
dampak penting serta bantuan pemerintah di bidang analisis
mengenai dampak lingkungan, ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri
setelah memperhatikan saran dan pendapat instansi yang
bertanggung jawab.
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 22
(1) Setiap rencana usaha atau kegiatan yang perlu dibuatkan analisis
mengenai dampak lingkungannya wajib diumumkan oleh instansi
yang bertanggung jawab.
(2) Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan dari setiap
rencana usaha atau kegiatan sserta keputusan mengenai
persetujuannya bersifat terbuka untuk umum.
(3) Sifat keterbukaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan dalam bentuk peran serta masyarakat dengan
mengemukakan saran dan pemikirannya secara lisan dan atau
tertulis kepada komisi analisis mengenai dampak lingkungan
pusat atau komisi analisis mengenai dampak lingkungan daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 sebelum
keputusan persetujuan analisis mengenai dampak lingkungan
terhadap rencana usaha atau kegiatan ditetapkan.
Pasal 23
Bagi rencana usaha atau kegiatan yang menyangkut rahasia negara
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 tidak berlaku.
Pasal 24
Salinan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan rencana
usaha atau kegiatan serta salinan keputusan atas persetujuan

dokumen tersebut disampaikan oleh instansi yang bertanggung jawab
:
a. Di tingakt pusat kepada instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan, instansi terkait yang berkepentingan,
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Waliotamadya
Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan; atau
b. Di
tingkat
daerah
Kepala
instansi
yang
ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan dan instansi terkait yang
berkepentingan.
Pasal 25
(1) Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
menggunakan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
sebagai bahan penguji terhadap :
a. Laporan pemantauan lingkungan dan evaluasi hasilnya yang
dilakukan oleh pemrakarsa sesuai dengan rencana
pengelolaan
lingkungan
dan
rencana
pemantauan
lingkungan;
b. Laporan pemantauan lingkungan dan evaluasi hasilnya yang
dilakukan oleh instansi terkait yang berkepentingan sesuai
dengan rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan.
c. Laporan pengawasan pelaksanaan rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan yang
dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab.
(2) Hasil pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disampaikan oleh instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
llingkungan kepada Menteri atau Pimpinan lembaga pemerintah
non departemen dan gubernur kepala daerah tingkat I yang
bersangkutan.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan dapat melakukan koordinasi
sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
BAB V
PEMBIAYAAN

Pasal 26
Biaya pelaksanaan kegiatan komisi pusat dan komisi daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 dibebankan pada
anggaran instansi yang bertanggung jawab.
Pasal 27
(1) Biaya untuk menyusun dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan merupakan bagian dari biaya usaha atau kegiatan
yang direncanakan dan dibebankan pada pemrakarsa.
(2) Biaya pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
dibebankan pada anggaran pelaksanaan usaha atau kegiatan
yang bersangkutan.
Pasal 28
Biaya pemantauan yang dilaksanakan oleh pemerintah terhadap
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan
oleh pemrakarsa menjadi tanggung jawab instansi pemerintah yang
bersangkutan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orangmengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 Oktober 1993
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 23 Oktober 1993
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Ttd
MOERDIONO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1993
NOMOR 84
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum dan Perundang-undangan
Ub,
Kepala bagian Penelitian Perundang-undangan I
Lambock V. Nahattands, S.H.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Preparasi dan Karaterisasi Nanopartikel Zink Pektinat Mengandung Diltiazem Hidroklorida dengan Metode Gelasi Ionik.

7 51 92

Aplikasi keamanan informasi menggunakan teknik steganografi dengan metode Least Significant Bit (LSB) insertion dan RC4

34 174 221