Kondisi dan Potensi Airtanah di Provinsi

Kondisi dan Potensi Airtanah di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Luthfiya Hanim
Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Email: hluthfiya@gmail.com
INTISARI
Sumberdaya air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia.
Keberadaan air ini dapat menjadi sumberdaya yang sangat bernilai manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Namun, keberadaan air ini tentu saja perlu mendapatkan
pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan, agar air dapat terus dimanfaatkan. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kondisi serta potensi air di suatu daerah yaitu
bentuklahan. Bentuklahan akan mempengaruhi potensi sumberdaya air pada suatu
tempat. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki beragam bentuklahan didalamnya. Salah satu cara untuk mengetahui kondisi
serta potensi dari sumberdaya air yaitu dengan melihat dari perspektif geomorfologi .

Pemahaman mengenai kondisi sumberdaya air berdasarkan bentuklahan dibutuhkan dalam
pengelolaan sumberdaya air serta pemanfaatannya. Pengelolaan dan pemaanfaatan
sumberdaya air yang sesuai akan menjaga potensi sumberdaya air secara berkelanjutan.
Kata Kunci : Airtanah, Bentuklahan,Hidrologi


PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu sumberdaya yang sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia. Keberadaan air ini dapat menjadi sumberdaya yang sangat bernilai manfaatnya
bagi kehidupan manusia. Namun, keberadaan air ini tentu saja perlu mendapatkan
pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan, agar air dapat terus dimanfaatkan. Kondisi air
pada setiap lokasi tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi serta potensi air di suatu daerah yaitu bentuklahan. Oleh karena itu,
potensi dan kondisi air di suatu tempat dan dilihat dari perspektif bentuklahan.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang ada di
Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki empat kabupaten/kota, yaitu meliputi
Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, dan Kota Yogyakarta. Empat Kabupaten/kota ini tentu saja
memiliki kondisi serta potensi air yang beragam. Potensi dan kondisi air yang bervariasi ini,
dipengaruhi oleh kondisi bentuklahan yang beragam pula. Bentuklahan yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta ini, diantaranya terdapat bentuklahan vulkanik, fluvial, marin, eolin,
struktural, solusional, dan denudasional. Setiap kabupaten/kota yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta ini tidak hanya dipengaruhi oleh salah satu aktivitas bentuklahan saja,
namun antar bentuklahan ini memiliki hubungan dan keterkaitan, sehingga akhirnya akan
menghasilkan karakteristik fisik yang unik pada tiap kabupaten/kota. Salah satu karakteristik
fisik yang dipengaruhi dari aktivitas berbagai bentuklahan ini, yaitu sumberdaya air. Oleh
karena itu perlu adanya pemahaman mengenai sumberdaya air pada tiap kabupaten/kota di


[1]

Daerah Istimewa Yogyakarta, agar nantinya dapat diketahui potensi dan kondisi sumberdaya
air dari masing-masing kabupaten/kota.

ISI
Potensi dan Kondisi Sumberdaya Air di Kabupaten Sleman
Wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh
aktivitas vulkanis yang berasal dari Gunung Merapi. Menurut Husein dan Srijono (2010),
vulkanik merupakan bentangalam yang cukup dominan di Daerah Istimewa Yogyakarta, hal
ini disebabkan karena aktivitas vulkanisme terjadi semenjak zaman tersier hingga saat ini.
Kondisi morfologi dari Kabupaten Sleman ini juga beragam, dari curam hingga datar.
Menurut Santosa dan Muta’ali (2014), setiap tempat tentunya memiliki kondisi relief dan
topografi yang berbeda. Kondisi relief serta topografi yang berbeda ini akan berpengaruh
terhadap struktur batuan, batuan penyusun, proses yang terjadi, serta karakteristik dari
bentuklahan. Karakteristik dari bentuklahan ini akan berpengaruh pula terhadap berbagai
hal, salah satunya yaitu kondisi hidologis. Karakteristik dari bentuklahan akan berpengaruh
terhadap potensi air permukaan maupun airtanah.
Salah satu potensi sumberdaya air yang berada pada bentuklahan vulkanik ialah

mata air. Mata air ialah pemusatan dari keluarnya airtanah yang muncul di permukaan tanah
sebagai arus dari aliran airtanah (Tolman,1937 dalam Santosa, 2006). Todd (1980),
menjelaskan bahwa, terbentuknya mata air dapat dapat dibedakan menjadi 2, yaitu mata air
yang dihasilkan dari tenaga non gravitasi dan mata air yang dihasilkan oleh tenaga gravitasi.
Salah satu jenis mata air non gravitasi ialah mata air vulkanik. Menurut Santosa (2006),
adanya persebaran mata air dengan berbagai debit aliran mata air ini sangat bergantung
pada keberadaan break of slope (perubahan lereng). Adanya perubahan lereng ini
dipengaruhi oleh perubahan struktur batuannya, sehingga menyebabkan timbulnya mata air
(Purbohadiwiddjojo,1967). Korelasi antara litologi dengan debit mata air dipaparkan oleh
Ardina (1985), bahwa jika semakin tua umur batuan yang berasal dari gunungapi, maka
akan semakin kecil debit mata air yang muncul. Hal ini telah diteliti oleh Ardina (1985), hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara litologi dengan debit
mata air.
Apabila dilihat secara umum, kondisi dan potensi airtanah di Kabupaten Sleman
beragam. Hal ini sangat terkait dengan kondisi dari morfologi. Sumberdaya air yang berada
pada area Gunungapi didominasi oleh munculnya mata air. Berbeda dengan sumberdaya air
yang berada pada bagian lereng kaki, kemunculan dari mata air sudah tidak lagi
mendominasi, karena tidak adanya perubahan lereng atau dikenal dengan break of slope.
Kondisi airtanah pada bagian lereng kaki ini sangat tergantung pada kondisi morfologi.


[2]

Potensi dan Kondisi Sumberdaya Air di Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terletak pada bagian selatan. Bantul dipengaruhi oleh beberapa aktivitas dari bentuklahan.
Menurut Kurniawan (2013), terdapat 8 bentuklahan yang berada di Kabupaten Bantul,
diantaranya yaitu dataran kaki vulkanik Merapi muda, datara fluvio vulkanik Merapi Muda,
lereng kaki koluvial perbukitan Baturagung, kompleks beting gisik dan gumuk pasir,
perbukitan struktural formasi Nglanggeran, dan perbukitan struktural formasi Sentolo.
Apabila ditinjau dari morstrukturnya, Bantul merupakan sebuah Graben. Bagian atas dari
graben ini terdeposisi oleh material aluvium hasil dari erupsi Gunung Merapi. Graben
merupakan area yang potensial menyimpan airtanah. Airtanah akan terkumpul pada graben
Bantul, karena pada bagian timur dan barat tertahan oleh patahan perbukitan Baturagung
dan perbukitan Menoreh (Santosa, dan Adji, 2014).
Sebagian besar dari wilayah Bantul dipengaruhi oleh Sistem Akuifer Merapi dan
Sistem Akuifer Beting Gisik. Sistem Akuifer Merapi di Bantul memiliki ketebalan yang
beragam. Ketebalan akuifer di Kota Bantul yaitu 125 m dan kemudian menipis pada bagian
selatan (Hendrayana,1993; Santosa dan Adji,2014). Berikut ini merupakan Sistem Akuifer
yang ada di Bantul


Sistem Akuifer Merapi (Sumber : Mac Donald and Partners,1984 dalam Santosa dan Adji,
2014)
Wilayah Bantut termasuk ke dalam Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, akuifer-akuifer
dalam CAT ini dapat dibedakan menjadi beberapa satuan hidrostratigrafi, yaitu akuifer
bagian atas/akuifer bebas, akuifer bagian bawah/akuifer semi bebas, dan dasar
akuifer/kelompok non akuifer (Hendrayana, dan Vicente, 2013).
Menurut Hendrayana (1993), apabila dilihat secara umum airtanah pada Sistem
Akuifer Merapi mengalir dari arah utara ke selatan dengan landaian hidraulika yang secara

[3]

bergradasi semakin kecil. Semakin ke arah selatan teradi penurunan gradien topografi yang
disertai dengan penurunan gradien hidraulika, sehingga kecepatan airtanah pada arah utara
ke selatan akan semakin menurun. Oleh karena itu wajar, apabila tinggi muka airtanah pada
wilayah pesisir di Bantul sangatlah dangkal. Kondisi airtanah yang dangkal ini merupakan
sebuah potensi sumberdaya air yang sangat berharga. Namun disamping, muka airtanah
yang dangkal ini, kemungkinan adanya intrusi air laut juga mungkin terjadi pula. Oleh karena
itu, perlu adanya pengelolaan sumberdaya air, agar pemanfaatan air serta penurapan air di
Bantul dapat dikelola dengan baik, sehingga sumberdaya airtanah juga terjaga dengan baik,
serta dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat.

Potensi dan Kondisi Sumberdaya Air di Kabupaten Gunungkidul
Wilayah Gunungkidul merupakan wilayah yang memiliki karakteristik yang unik dan
berbeda. Wilayah Gunungkidul ini utamanya didominasi oleh bentuklahan karst. Bentuklahan
karst ini berkembang pada Pegunungan Selatan atau dikenal pula dengan Gunung Sewu.
Secara stratigrafis bentuklahan karst tersusun oleh batu gamping terumbu, batu gamping
berlapis bersifat tufan, dan napalan, yang dikelompokkan kedalam formasi Wonosari
(Rahardjo,dkk 1995 dalam Husein dan Srijono, 2010).Bentuklahan karst ini juga
mempengaruhi kondisi airtanahnya. Sistem aliran airtanah memiliki karakteristik yang
berbeda dengan sistem aliran yang berada pada bentuklahan yang lain. Kawasan karst
dikenal sebagai kawasan yang memiliki sumberdaya air permukaan yang terbatas, namun
pada kenyataannya terdapat sungai bawah tanah yang berkembang baik di kawasan karst
(Adji, 2006).
Material penyusun utama dari kawasan karst ialah batu gamping. Batu gamping
memiliki variasi yang besar dalam densitas, porositas, dan permeabiltas. Batu gamping
memiliki karakteristik yang khas, apabila batuan lain apabila semakin tua maka akan
semakin padat, namun batu gamping justru sebaliknya. Semakin tua batu gamping maka
akan semaking berongga. Adanya proses solusional pada batu gamping ini menyebabkan
munculnya rekahan dan rongga-rongga. Rekahan dan rongga ini lama –kelamaan dapat
berkembang menjadi gua bawah tanah (Purnama, 2010). Adanya rekahan serta gua bawah
tanah ini akan berpengaruh terhadap sistem pengaliran airtanah.

Sistem pengaliran pada kawasan karst ini besifat multibasinal. Menurut Haryono
dan Adji (2004), sistem akuifer karst dikontrol oleh adanya porositas sekunder. Porositas
sekunder merupakan porositas yang tergantung pada proses sekunder seperti adanya
rekahan dan lorong dari hasil proses solusional. Kawasan karst merupakan kawasan yang
memiliki material berupa batuan karbonat. Batuan karbonat ini memiliki porositas yang cukup
besar, karena adanya proses pelarutan yang mempengaruhinya. Kawasan karst memiliki
akuifer anisotropis. Hal ini dikarenakan nilai K yang bergantung pada kedudukan dan arah
terhadap formasi batuan. Akuifer karst memiliki perbedaan dibandingkan dengan akuifer lain,
terutama karena adanya proses pelarutan batuan karbonat sehingga membentuk loronglorong drainase.

[4]

Sistem Hidrologi Karst (Sumber : Google.com)

PENUTUP/KESIMPULAN
Kondisi geomorfologi pada suatu tempat tentunya akan berpengaruh terhadap
karakteristik fisik yang lain. Salah satu karakteristik fisik yang dipengaruhi oleh kondisi
bentuklahan yaitu sumberdaya airtanah. Potensi dan kondisi dari sumberdaya airtanah ini
sangat berkaitan dengan bentuklahan yang membentuknya. Oleh karena itu perlu adanya
pemahaman untuk mengelolan sumberdaya airtanah, agar potensi sumberdaya air dapat

dimanfaatkan dan terjaga dengan baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Laporan ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Ahmad
Cahyadi,S.Si, M,Sc., selaku dosen pembimbing praktikum Geohidrologi, serta para asisten
praktikum Geohidrologi, terutama kepada Hanindha Pradipa dan Fuad Dwi Rahmawan,S.Si.
selaku asisten praktikum Geohidrologi.
DAFTAR PUSTAKA
Ardina, Purbo.1985. Hubungan Antara Litologi dan Luah di Pulau Jawa.
Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.

[5]

Adji, Tjahyo Nugroho. 2006. Kondisi Daerah Tangkapan Sungai Bawah
Tanah
Karst
Gunungsewu
dan
Kemungkinan
Dampak

Lingkungannya Terhadap Sumberdaya Air (Hidrologis) Karena
Aktivitas Manusia. Seminar UGK-BP DAS SLOP dengan tema
Pelestarian Sumberdaya Airtanah Kawasan Karst Gunungkidul.
Yogyakarta : UGM.
Haryono, Eko dan Tjahyo Nugroho Adji.2004. Geomorfologi dan Hidrologi
Karst. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.
Hendrayana, Heru. 1993. Hydrologie und Grundwasserwinning Im
Yogyakarta. Disertasi. Germany : Aachen University.
Hendrayana, Heru dan Victor A. De Sousa Vicente, 2013. Cadangan
Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Cekungan Airtanah
Yogyakarta-Sleman. Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6
Teknik Geologi UGM. 11-12 Desember 2013.
Husein, Salahuddin dan Srijono. 2010. Peta Geomorfologi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Simposium Geologi Yogyakarta,23 Maret 2010.
Kurniawan. 2013. Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 19992010 Berdasarkan Kemampuan Lahan di Kabupaten Bantul.
Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial UNY.
Purbohadiwidjojo.1967. Hydrology of Strato Volcanoes. Bandung
:Geological Survey Of Indonesia.
Purnama, Setyawan. 2010. Hidrologi Air Tanah. Yogyakarta : Kanisius
Santosa,Langgeng Wahyu dan Lutfi Muta’ali. 2014. Bentang Alam dan

Bentang Budaya. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi
UGM.
Santosa, Langgeng Wahyu. 2006. Kajian Hidrogeomorfologi di Sebagian
Lereng Barat Gunungapi Lawu. Forum Geografi, Vol.20, No.1, Juli
2006, hlm 68-85.
Santosa, Langgeng Wahyu, dan Tjahyo Nugroho Adji.2014. Karakteristik
Akuifer dan Potensi Airtanah Graben Bantul. Yogyakarta : UGM
Press.
Todd,D.K.1980. Groundwater Hydrology. New York : John & Willey Sons
Inc.

[6]

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24