Jurnal HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI GERAK

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora

1(1), 53-61

HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI
GERAK MATA-KAKI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI
TERHADAP KETEPATAN OPERAN PANJANG
DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA
I Putu Panca Adi
Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hubungan antara
kekuatan otot tungkai dengan koordinasi gerak mata dan kaki
dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola.
Populasi Penelitian adalah seluruh mahasiswa UKM Undiksha.
Sampel diambil dengan teknik multistage random sampling. Data
dianalisis menggunakan uji korelasi tunggal dan uji korelasi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan korelasi kekuatan otot tungkai
dengan ketepatan operan panjang dengan variabel kontrol

koordinasi gerak mata-kaki memiliki nilai koefisien korelasi (r
hitung) sebesar 0,11 dengan p>0,05. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang di mana
variabel kontrol koordinasi gerak mata-kaki dianggap konstan.
Demikian juga dengan koordinasi gerak mata-kaki dengan
ketepatan operan panjang dengan variabel kontrol kekuatan otot
tungkai memiliki nilai koefisien korelasi (rHitung) sebesar 0,18
dengan p>0,05. Berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara variabel koordinasi gerak mata-kaki dengan ketepatan
operan panjang di mana variabel kontrol kekuatan otot tungkai
dianggap konstan. Sedangkan dari tabel ANOVA diperoleh FHitung
= 0,88 dengan p>0,05. Jadi, hipotesis yang menyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dan
koordinasi gerak mata-kaki terhadap ketepatan operan panjang,
ditolak. Dengan kata lain model linier antara variabel kekuatan otot
tungkai dan koordinasi gerak mata-kaki terhadap variabel
ketepatan operan panjang tidak signifikan.
Kata Kunci: Kekuatan Otot Tungkai, Koordinasi Mata-Kaki,
Ketepatan Operan Panjang


JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

53

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora

1(1), 53-61

Abstract
The purpose of this research was to know the relation between
strength of muscle leg with foot eye movements in coordination
with the speed of long transfer in a football game. The population
of this research were all students of UKM Undiksha. This sample
was selected by using multistage random sampling technique. The
data were analyzed using single correlation test and multiple
correlation tests. The results of this research showed that the
correlation of the strength of muscle leg with the accuracy of a
long transfer with the control variable of the coordination of foot
eye movements has correlation coefficient value (rcalculate) 0,11

(p>0.05). There is no significance relationship between the
strength variables of the muscle leg with the the accuracy of long
transfer where the control variable coordination of foot eye
movements is assumed constant. And so it is with coordination of
accuracy foot eye movements of long transfer with strength control
variable of muscle leg has correlation coefficient value (rcalculate)
0,18 (p>0.05). This result indicates that there are no significance
relationship between coordination variables of foot eye movements
with the accuracy of long transfer where the strength control
variable of muscle leg is assumed constant. While from table of
ANOVA is obtained Fcalculate = 0,88 (p>0.05). So that hypothesis
says there is significance relationship between strength of muscle
leg and the foot eye movements coordination to the accuracy of
length transfer, refused. In other word, there was not a significance
correlation between strength variables of muscle leg and foot eye
movements coordination to the accuracy variable of length
transfer.
Key word: strength of muscle leg, foot eye movement
coordination, accuracy of long transfer.
Pendahuluan

Dalam permainan sepakbola, seorang pemain bukan saja dituntut
harus mempunyai fisik serta mental yang kuat, akan tetapi juga teknik dasar
permainan yang baik dan benar.
Operan panjang sebagai salah satu teknik dasar dalam permainan
sepakbola yang dilakukan dengan cara menendang bola ke sasaran yang
telah ditentukan, harus dikuasai oleh seorang pemain, karena keterampilan
tersebut (tendangan) membantu dalam membangun serangan ke arah
pertahanan lawan dan sekaligus menciptakan peluang-peluang untuk
JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

54

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora

1(1), 53-61

terjadinya gol. Seperti dikatakan oleh Witarsa, seorang pemain sepakbola
yang tidak dapat menendang bola dengan baik tidak mungkin akan menjadi
pemain yang terkemuka, dan karena hampir setiap kesebelasan selalu
mendapatkan kemenangan (membuat gol) karena ada tendangan.

Untuk melakukan teknik operan panjang, seorang pemain harus
memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhinya, seperti waktu, akurasi,
pandangan, tenaga dan gerakan, sehingga memberikan hasil yang
memuaskan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (1)
apakah terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi gerak mata-kaki
dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola? (2) apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan
ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola? (2) apakah terdapat
hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara koordinasi gerak
mata-kaki serta kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang
dalam permainan sepakbola?
Dalam semua olahraga permainan termasuk juga sepakbola,
penguasaan teknik dasar bermain harus baik dan benar karena dengan
penguasaan teknik dasar yang baik dan benar akan mampu mewujudkan
hasil yang diinginkan.
Untuk menguasai teknik dasar bermain sepakbola yang baik dan
benar, diperlukan suatu latihan keterampilan yang terencana (terprogram)
dengan memperhatikan aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang ada di dalam
ilmu melatih. Belajar keterampilan gerak tidaklah mudah seperti yang

dibayangkan, akan tetapi memerlukan kesabaran dan keuletan serta
memperhatikan tahapan-tahapan dalam prosesnya. Seperti dikatakan Harrow,
bahwa belajar gerak adalah menyusun tahap-tahap gerak yang bersifat
kontinu, mulai gerak tingkat rendah sampai gerak dengan tingkat tinggi atau
kompleks.
Untuk lebih mudahnya kita di dalam membuat tahapan-tahapan yang
ada ke dalam program yang direncanakan, maka kita perlu mengetahui tujuh
tingkat pola dasar gerak, yaitu: (1) tertangkapnya stimulus oleh salah satu
organ indera atau lebih, (2) kesiagaan persiapan untuk melakukan aktivitas
tertentu, (3) aktivitas gerakan yang dilakukan murid atas bimbingan guru
atau pelatih, (4) dapat menunjukkan sejauh mana murid telah mencapai taraf
ketangkasan tertentu, (5) melakukan gerakan yang kompleks dengan
terampil, (6) mampu memilih gerakan yang dilakukan sesuai dengan masalah

JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

55

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora


1(1), 53-61

yang dihadapinya, dan (7) mampu menciptakan gerakan atau cara baru
dalam memanipulasi obyek tertentu.
Lutan (1988) menambahkan bahwa dalam upaya untuk menguasai
suatu keterampilan gerakan terdapat beberapa elemen yang harus
diperhatikan, yaitu: (1) pembentukan dan penyempurnaan gerakan-gerakan
yang dibutuhkan, (2) peningkatan kemampuan menyerap informasi dan
memprosesnya melalui semua perangkat analisis sebagai dasar bagi
penyempurnaan gerak yang dibutuhkan dan koordinasi ke semua gerakan
tersebut, dan (3) pemantapan dan pemeliharaan kelangsungan perkembangan
fungsi-fungsi yang bertalian dengan perkembangan gerak sehingga
koneksi/hubungan antara stimulus dan respon menjadi lebih otomatis.
Sepak bola merupakan olahraga beregu yang dimainkan oleh dua
regu yang saling berhadapan, masing-masing terdiri tidak lebih dari sebelas
pemain, seorang di antaranya sebagai penjaga gawang. Permainan dilakukan
di atas lapangan rata berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 100–
110 meter dan lebar 64-78 meter. Di kedua ujung lapangan terdapat gawang,
yang masing-masing berukuran panjang 7,32 meter dan tinggi 2,44 meter.
Masing-masing tim harus menggunakan seragam saat bertanding, yang mana

masing-masing seragam diberi nomor punggung. Adapun seragam yang
dikenakan saat bertanding tidak boleh memiliki warna yang serupa supaya
tidak membingungkan wasit yang memimpin pertandingan. Lamanya
permainan dalam sepakbola adalah 2X45 menit ditambah istirahat 10 menit.
Untuk menguasai bola dan menciptakan kesempatan mencetak gol,
angota tim harus meningkatkan kemampuan teknik dasar dengan baik, di
antaranya adalah mengoper bola. Kemampuan ini saling melengkapi satu
sama lainnya karena setiap bola yang dioper harus diterima oleh rekan
seregu. Keterampilan mengoper bola diharapkan membentuk suatu jalinan
yang sangat baik yang mampu menghubungkan kesebelas pemain dalam satu
kesebelasan ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik daripada bagianbagiannya.
Dalam mengoper bola, gerak, langkah dan waktu harus mampu
dipadukan sedemikian rupa menjadi satu kesatuan yang baik dan harmonis,
sehingga menghasilkan hasil yang baik pula.
Dari uraian di atas, diduga bahwa terdapat hubungan yang positif
antara koordinasi gerak mata dan kaki dengan ketepatan operan panjang
dalam permainan sepakbola.
Perpaduan antara gerak, langkah dan waktu dalam menghasilkan
operan yang baik, harus pula memperhatikan otot-otot yang ada di tubuh kita


JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

56

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora

1(1), 53-61

khususnya di tungkai karena bagaimanapun juga itu akan sangat berpengaruh
terhadap hasil operan yang dilakukan.
Otot-otot tersebut harus mampu digerakkan sedemikian rupa,
sehingga akan memunculkan suatu reaksi. Agar otot mampu bereaksi, maka
diperlukanlah satu kekuatan untuk menggerakkannya.
Dari uraian di atas, dapat diduga bahwa terdapat hubungan yang
positif antara kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang dalam
permainan sepakbola.
Untuk menghasilkan operan yang baik dan terarah, maka seorang
pemain sepakbola harus mampu mengkoordinasikan setiap gerakan yang
dilakukan dan memberikan satu kekuatan yang pas dan sesuai dengan
kebutuhan dari setiap gerakan yang dilakukan.

Dari uraian di atas, diduga terdapat hubungan yang positif antara
koordinasi gerak mata dan kaki, kekuatan otot tungkai dengan ketepatan
operan panjang dalam permainan sepakbola.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di Undiksha Singaraja, pada semester
genap 2006/2007, dengan menggunakan UKM Sepak bola sebagai sampel.
Subyek penelitian ditetapkan dengan teknik stratified random sampling.
Rancangan penelitian disajikan pada Gambar 1.

X1
r X1 X2

X2

r x1 y
R

Y

r x2 y

Gambar 1
Rancangan Penelitian

Keterangan:
X1 : Koordinasi Gerak Mata-Kaki
X2 : Kekuatan Otot Tungkai
Y : Ketepatan Operan Panjang dalam Permainan Sepakbola

JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

57

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora

1(1), 53-61

Instrumen penelitian menggunakan tes “leg dinamometer”.
Sedangkan data tentang ketepatan operan panjang diperoleh dengan
menggunakan tes “Aerial Pass for Accuracy”.
Hasil
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi tunggal
dan uji korelasi ganda.
Uji Person Product Moment digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel.
Berdasarkan hasil perhitungan, untuk hipotesis pertama diperoleh
nilai koefisien korelasi (r hitung) sebesar 0,11. Nilai r Tabel untuk derajat
kebebasan (db) = 50-2 = 48 dan taraf signifikansi α = 5% sebesar 0,28.
Berdasarkan nilai r Hitung dan r Tabel didapat hubungan bahwa - r Tabel ≤ r Hitung
≤ r Tabel atau -0,28 ≤ 0,11 ≤ 0,28 sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel kekuatan otot tungkai dengan
ketepatan operan panjang di mana variabel kontrol koordinasi gerak matakaki dianggap konstan.
Hipotesis kedua, diperoleh nilai koefisien korelasi (r Hitung) sebesar
0,18. Nilai r Tabel untuk derajat kebebasan (db) = 50-2 = 48 dan taraf
signifikansi α = 5% sebesar 0,28. Berdasarkan nilai r Hitung dan r Tabel didapat
hubungan bahwa - r Tabel ≤ r Hitung ≤ r Tabel atau -0,28 ≤ 0,18 ≤ 0,28 sehingga
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
koordinasi gerak mata-kaki dengan ketepatan operan panjang di mana
variabel kontrol kekuatan otot tungkai dianggap konstan.
Sedangkan dari tabel ANOVA diperoleh FHitung = 0,88. Nilai FTabel
untuk derajat kebebasan regresi dan residual secara berurutan (2,47) dan
taraf signifikansi α = 5% adalah 3,20. FHitung < FTabel, sehingga hipotesis
yang berbunyi terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot
tungkai dan koordinasi gerak mata-kaki terhadap ketepatan operan panjang,
ditolak. Dengan kata lain, model linier antara variabel kekuatan otot tungkai
dan koordinasi gerak mata-kaki terhadap variabel ketepatan operan panjang
tidak signifikan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ternyata ketiga hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini ditolak. Dengan demikian, kekuatan otot
tungkai dan koordinasi mata-kaki tidak berkorelasi secara positif, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan ketepatan melakukan
operan panjang dalam permainan sepak bola.

JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

58

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora

1(1), 53-61

Tidak adanya hubungan yang siginifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut.
Temuan pertama menunjukkan, bahwa untuk menentukan tingkat
ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola, kekuatan otot
tungkai bukan merupakan unsur yang perlu mendapat prioritas utama. Hal
ini dikarenakan masalah ketepatan cenderung berhubungan dengan masalah
psikologis dan bukan masalah fisiologis. Dengan demikian untuk dapat
melakukan ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola, seorang
pemain membutuhkan kestabilan emosi dan konsentrasi yang tinggi.
Temuan kedua menunjukkan, bahwa ketepatan melakukan operan
bukan merupakan kemampuan instan seorang pemain sepak bola, akan tetapi
merupakan sebuah keterampilan yang didapat sebagai hasil dari latihan.
Melalui latihan dengan program yang benar, seseorang dapat mengatur
kekuatan yang dimiliki, dipadukan dengan koordinasi mata-kaki untuk dapat
mencapai ketepatan operan yang diinginkan dalam permainan sepak bola.
Keterampilan ini juga dipengaruhi oleh teknik yang benar. Apabila teknik
tidak benar, maka kekuatan yang dikeluarkannya pun tidak sesuai dengan
yang diperlukan (Bompa: hal. 269). Kedua variabel ini tidak berkorelasi
secara positif, karena tidak mampu mengukur secara jelas ketepatan
melakukan operan panjang dalam permainan sepak bola melalui kekuatan
otot tungkai dan koordinasi mata-kaki.
Berdasarkan kedua variabel tersebut, yaitu kekuatan otot tungkai dan
koordinasi mata-kaki dapat disimpulkan bahwa variabel yang lebih besar
sumbangannya dalam ketepatan operan panjang pada permainan sepak bola
adalah koordinasi mata-kaki, dan berikutnya adalah kekuatan otot tungkai.
Hal ini terlihat dari korelasi yang diperoleh untuk kekuatan otot tungkai
sebesar 0,11 dan untuk koordinasi mata-kaki sebesar 0,18 pada taraf
signifikansi 0,05%. Jadi kontribusi variabel koordinasi mata-kaki lebih besar
dibandingkan dengan kontribusi variabel kekuatan otot tungkai dalam
menentukan ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan
pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, hasil pengujian hipotesis pertama, tidak adanya hubungan
yang siginifikan antara kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan
panjang dalam permainan sepak bola.
Hal itu dikarenakan, untuk
menentukan tingkat ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola,

JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

59

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora

1(1), 53-61

faktor kekuatan otot bukan merupakan unsur utama. Jadi, masalah ketepatan
cenderung melibatkan unsur psikologis dan bukan unsur fisiologis semata.
Kedua, hasil pengujian hipotesis kedua, menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan yang siginifikan antara koordinasi mata-kaki dengan
ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola. Hal tersebut
dikarenakan, untuk mendapatkan ketepatan operan panjang seorang pemain
sepak bola harus melakukan latihan yang kontinyu dengan program yang
benar, karena koordinasi mata-kaki merupakan salah satu keterampilan.
Ketiga, hasil pengujian kedua variabel juga menyatakan tidak ada
korelasi secara positif, karena tidak mampu menjelaskan secara siginifikan
bahwa kekuatan otot tungkai dan koordinasi mata-kaki dapat mengukur
ketepatan melakukan operan panjang dalam permainan sepak bola.
Untuk melatih seorang pemain sepak bola, seorang pelatih
seyogyanya memperhatikan faktor psikologis si pemain/atlet dan
memadukannya dengan latihan yang kontinyu yang dilandasi dengan
program latihan yang baik dan benar.

Daftar Rujukan
Adisapoetra, I. Z. 1999. Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran
Jasmani, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK
Olahraga Kantor Menpora.
Asisten Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia Keolahragaan, Deputi
Peningkatan Prestasi dan IPTEK Olahraga. 2005. Panduan Penetapan
Parameter Tes pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar dan
Sekolah Khusus Olahragawan. Kementrian Negara Pemuda dan
Olahraga Republik Indonesia.
Clues, A. 1977. Soccer For Coaches & Players. New South Wales:Australia
& New Zaeland Book Co.PTY LTD.
Frank, M., & Verducci. 1980. Measurement Concepts in Physical Education,
London: CV. Mosby Company.
Grana, W., & Kalenak, A. 1991. Clinical Sport Medicine. New York: W.B.
Sounders Company.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching,
Jakarta: Depdikbud.

JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

60

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora

1(1), 53-61

Kirkendall, D. R., Gruber., Johnson, R. E., & Dukugne. 1980. Measurement
and Ecaluation for Psysical Educators. Iowa.
Kosasih, E. 1985. Olahraga Teknik dan Program Latihan, Jakarta: C.V.
Akademika Pressindo,
Lutan, R. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode,
Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud.
Riduwan. 2004. Statistika untuk Lembaga & Instansi Pemerintah/Swasta.
Bandung : Alfabeta.
Sajoto, M., 1990. Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik dalam
Olahraga, Jakarta: Effhar dan Dahara Prise.
Singer, R. N., 1980. Motor Learning and Human Performance an
Application to Motor Skill and Movement Behavior, 3rd ed., New York:
Mac Millan Publishing Co., Inc.
Sudjana, 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti,
Bandung: Tarsito.
Thompson, & Peter, J. L. 1991. Introduction to Coaching Theory, England:
International Amateur Athletic Federation.
Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.

JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Agustus 2007

61