STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (1)
MAKALAH
PRODUKSI BERSIH
''STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN"
OLEH :
NAMA : JEFRIYADI GURUSINGA
NPM
: 141113015
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS TERAPAN
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang strategi pengelolaan lingkungan ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada
Bapak hadi prasetyo suseno, ST., Msi. selaku Dosen mata kuliah Produksi Bersih IST
AKPRIND yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai strategi pengelolaan lingkungan hidup. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Yogyakarta, 4 oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.4. MANFAAT
BAB II PENDAHULUAN
2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP
2.2. UNSUR-UNSUR LINGKUNGAN HIDUP
2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN
2.4. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
2.4.1. PENDEKATAN KAPASITAS DAYA DUKUNG
2.4.2. END OF PIPE
2.4.3. PRODUKSI BERSIH
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LINGKUNGAN
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya dalam kehidupannya manusia bergantung pada keadaan lingkungan
disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam. Sumber daya alam yang utama bagi manusia
adalah udara, air, dan tanah. Udara sangat diperlukan oleh manusia untuk bernafas, air sangat
diperlukan oleh manusia untuk keperluan hidup dan sebagai komponen terbesar dari tubuh
manusia, dan tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan.
Air, udara, dan tanah sangat dibutuhkan dengan jumlah yang banyak dan dengan
kualitas yang baik, dan semua itu dapat didapat jika lingkungan dalam kondisi yang baik.
Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi
yang baik. Namun sayangnya di masa sekarang ini lingkungan tempat hidup telah
mengalami kerusakan.
Mengapa lingkungan sekitar kita mengalami kerusakan? karena lingkungan hidup
sekitar kita tidak dipelihara dengan baik sehingga lingkungan tercemar dan rusak, maka
manusia tidak mampu menghindar dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Pada akhirnya
kehidupan umat manusia menjadi terancam. Ketika lingkungan telah mengalami kerusakan,
manusia baru menyadari pentingnya pelestarian lingkungan.
Kita sadar bahwa apa yang dilakukan pada masa lalu adalah suatu kekeliruan yang
besar. Lingkungan hidup di Indonesia yang rusak perlu ditangani dikarenakan adanya
beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai
keadaan lingkungan hidup seperti degradasi yang terjadi di berbagai daerah. Secara garis
besar komponen lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok biotik,
kelompok abiotik, dan kelompok kultur.
Peningkatan kesadaran dan wujud kepedulian lingkungan pada masyarakat dewasa ini
terus berkembang hingga sekarang. dan pada saat ini ada STRATEGI PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP, yang di dalam makalah ini akan dibahas, straegi pengelolaan
lingkungan ini tugasnya yaitu menjaga lingkungan hidup dan kelangsungan lingkungan yang
di dalamnya yaitu abiotic, biotic, dan culture
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup
2. Apa saja unsur-unsur lingkungan hidup
3. Apa saja faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup
4. apa saja strategi pengelolaan lingkungan hidup
1.3. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian lingkungan hidup
2. Menjelaskan unsur-unsur lingkungan hidup
3. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup
4. menjelaskan strategi pengelolaan lingkungan hidup
1.4. MANFAAT
1. Dapat menjelaskan pengertian lingkungan hidup
2. Dapat menjelaskan unsur-unsur lingkungan hidup
3.Dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup
4. Menjelaskan strategi pengelolaanj lingkungan hidup
5. Untuk memenuhi Tugas perkuliahan produksi bersih
BAB II
PENDAHULUAN
2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan hidup
adalah suatu kesatuan fisik yang mencakup sumber daya alam yang mendukung pemenuhan
keperluan hidup manusia. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
2.2. UNSUR-UNSUR LINGKUNGAN HIDUP
1.Unsur Hayati (Biotik) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Saat berada di
kebun, mak a lingkungan hayati didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam
kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2.Unsur Sosial Budaya (Kultur) Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya
yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku
sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya
sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3.Unsur Fisik (Abiotik) Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan
lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di
bumi. Bayangkan, jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara menjadi dipenuhi asap. Tentu
saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana
kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur,
munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN
LINGKUNGAN
Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika
dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem
lingkungan. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman
terhadap flora dan fauna, tetapi juga dapat membawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu
sendiri seperti longsor, banjir, dan erosi. Dalam lingkungan hidup di Indonesia, banyak terjadi
permasalahan di sungai, laut, tanah dan hutan yaitu sebagai berikut:
1. Pencemaran sungai dan laut Sungai dan laut dapat tercemar karena kegiatan manusia
seperti pembuangan limbah cair, pembuangan limbah logam, sampah, dll. Secara biologis,
fisik, dan kimia, senyawa maupun unsur tersebut sulit bahkan tidak dapat diuraikan. Oleh
karena itu semua hal tersebut dapat mencemari lingkungan.
2. Pencemaran Tanah Tanah dapat tercemar karena penggunaan pupuk dan bahan pestisida
yang berlebihan. Pencemaran tanah terlihat dari tanah yang mengalami perubahan menjadi
kering dan keras. Hal ini disebabkan oleh jumlah kandungan garam yang sangat besar pada
tanah. Selain itu, pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh sampah plastik karena pada
umumnya sampah plastik tidak mengalami proses penguraian secara sempurna.
3. Pencemaran Hutan Hutan juga bisa mengalami kerusakan apabila pemanfaatannya tidak
dilakukan dengan baik. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Salah satu contoh pencemaran atau kerusakan hutan adalah adanya penebangan
secara liar. Jika kegiatan tersebut dilakukan dalam jangka panjang maka dapat mengakibatkan
gundulnya hutan.
2.4. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
2.4.1. PENDEKATAN KAPASITAS DAYA DUKUNG
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan daya dukung
lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber
daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi
kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan
dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas
lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan
pemanfaatan ruang yang sesuai.
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas
penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan hidup terbatas pada kapasitas
penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta
ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena
kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan
lahan dan air, penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan
berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
a) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
b) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
c) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup
dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan.
Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah
menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan
pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam
penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak
dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus
memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta
dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan
(SL) dan kebutuhan lahan (DL).Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan
membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan.
A. Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
B. Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.
Di dalam Ketentuan Umum UU RI no 23 tahun 1997 Pasal 1 Ayat 6 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lain. Konsep tentang daya dukung sebenarnya berasal dari pengelolaan hewan ternak dan
satwa liar. Daya dukung itu menunjukkan kemampuan lingkungan untuk mendukung
kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekorpersatuan luas lahan.
2.4.2. END OF PIPE
Pengolahan limbah (end-of-pipe) pada prinsipnya adalah proses perubahan dari satu
jenis fasa ke fasa yang lain. Misalnya pada pengolahan limbah cair industri, kandungan
pencemar dalam limbah umumnya diupayakan agar mengendap, sehingga cairan yang keluar
dari sistem pengolahan limbah sudah berkurang kandungan pencemarannya. Namun
masalahnya tidak selesai begitu saja. Endapan hasil olahan tersebut pada dasarnya adalah
limbah cair yang lebih kental (konsentrasi pencemarnya lebih tinggi) yang berbentuk lumpur.
Lumpur ini umumnya akan dikurangi kadar airnya sehingga menghasilkan suatu padatan,
yang masih mengandung pencemar dengan konsentrasi tinggi. Dalam hal ini terjadi proses
perubahan dari fasa cair ke fasa padat.
Contoh lain yang lebih menarik adalah pembakaran (inceneration) limbah
padat/sampah. Pembakaran tersebut akan mengubah limbah padat menjadi limbah gas dan
partikulat yang akan dilepaskan ke udara sekitar. Dengan kata lain, proses insenerasi ini akan
menimbulkan permasalahan pencemaran udara, umumnya scrubber. Scrubber ini akan
menyemprotkan air sehingga gas dan partikulat akan melarut. Larutan, yang mengandung
pencemar ini, kemudian ditampung untuk kemudian diolah dan diperlakukan sebagai limbah
cair.
Selain sebagai suatu sistem yang mengubah fasa, pengolahan limbah seringkali adalah
suatu bentuk perpindahan pencemaran dari suatu media ke media lainnya. Pada contoh
pengolahan limbah cair diatas, hasil olahan yang berbentuk padatan harus dibuang ke landfill.
Hal ini berarti memindahkan permasalahan dari pencemaran air ke media lain, dalam hal ini
tanah. Sedangkan pada contoh insinerator, permasalahannya ternyata lebih kompleks.
Insenerasi limbah pada yang bertujuan menghindari terjadinya pencemaran tanah ternyata
memindahkan masalah ke media lain, yaitu udara dan air.
Dari sisi ekonomi, pengolahan limbah juga kurang menguntungkan. Untuk
membangun suatu sistem pengolahan limbah yang baik, diperlukan biaya investasi yang
besar. Pada kasus industri kecil dan menengah, sering terjadi biaya pembangunan instalasi
lebih mahal dari investasi untuk industri itu sendiri. Di sisi lain, pada saat pengoperasian
sistem pengolahan, diperlukan biaya yang cukup besar. Pembelian bahan kimia, listrik, air
bersih, dan operator adalah beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Celakanya, biayabiaya ini pada dasarnya adalah waste , karena tidak memberikan nilai tambah kepada efisiensi
dan produktivitas perusahaan. Permasalahan menjadi bertambah rumit karena pada saat ini di
Indonesia sangat sulit ditemukan pengolahan limbah yang mampu memberikan hasil yang
memuaskan dan mampu mencapai baku mutu secara konsisten yang semakin lama akan
semakin ketat.
Konsep end-of-pipe treatment
Konsep end-of-pipe treatment menitik beratkan pada pengolahan dan pembuangan
limbah. Konsep ini pada kenyataannya tidak dapat sepenuhnya memecahkan permasalahan
lingkungan yang ada, sehingga pencemaran dan perusakan masih terus berlangsung. Hal ini
disebabkan karena dalam prakteknya pelaksanaan konsep ini menimbulkan banyak kendala.
Masalah utama yang dihadapi adalah peraturan perundangan, masih rendahnya compliance
atau pentaatan dan penegakan hukum, masalah pembiayaan serta masih rendahnya tingkat
kesadaran.
Kendala lain yang dihadapi oleh pendekatan end-of-pipe treatment adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan ini bersifat reaktif, yaitu bereaksi setelah limbah terbentuk.
2. Tidak efektif dalam memecahkan permasalahan lingkungan, karena pengolahan limbah
cair, padat atau gas memiliki resiko pindahnya polutan dari satu media ke media lingkungan
lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah lingkungan yang sama gawatnya, atau berakhir
sebagai sumber pencemar secara tidak langsung pada media yang sama.
3. Biaya investasi dan operasi tinggi, karena pengolahan limbah memerlukan biaya tambahan
pada proses produksi, sehingga biaya persatuan produk naik. Hal ini menyebabkan para
pengusaha enggan mengoperasikan peralatan pengolahan limbah yang telah dimilikinya.
4. Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan, selain
menuntut tersedianya biaya dan sumber daya manusia yang handal dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan pemantauan, pengawasan dan penegakkan hukum. Lemahnya
kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana serta kurangnya jumlah dan kemampuan
tenaga pengawas menyebabkan hukum tidak bisa ditegakkan.
Oleh karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam menerapkan konsep ini
sehingga konsep ini bukan cara yang efektif dalam mengelola lingkungan, maka strategi
pengelolaan lingkungan telah dirubah ke arah pencegahan pencemaran yang mengurangi
terbentuknya limbah dan memfasilitasi semua pihak untuk mengelola lingkungan secara
hemat biaya serta memberikan keuntungan baik finansial maupun non finansial.
2.4.3. PRODUKSI BERSIH
Di era globalisasi seperti sekarang ini pertumbuhan indusri pada berbagai sekala
menjadi suatu tren di berbagai negara mulai dari industri makanan, hingga indstri kimia.
Keberadaan industry dalam berbagai sekala dan jenis ditujukan sebagai solusi dalam
mengatasi persoaalan ekonomi pada masing-masing Negara.
Perkembangan pembangunan disamping meningkatkan kesejahteraan manusia juga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Industrialisasi dan urbanisasi yang
cepat di banyak negara juga telah mengakibatkan pencemaran yang serius. Untuk mengatasi
pencemaran yang dihasilkan, saat ini industri telah menitik beratkan pada pengolahan limbah
sebagai pengelolaan lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe). Namun metoda
pengolahan tahap akhir ini sangatlah mahal. Oleh karena itu timbul pemikiran perlunya
konsep pencegahan pencemaran, yang akhirnya menuju kepada “Produksi Bersih”. Produksi
bersih adalah alternatif untuk strategi manajemen lingkungan. (Suhartini, 2008)
Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan
secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dimana dampaknya dari
keseluruhan daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia diupayakan sekecil
mungkin. Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena didalamnya
termasuk upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis
proses, yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih.
Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan
untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan
lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan
pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi
pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan untuk mencegah pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan
kerusakan lingkungan terus meningkat. Kelemahan yang terdapat pada pendekatan
pengolahan limbah secara konvensional adalah :
•
Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah bentuk limbah
dan memindahkannya dari suatu media ke media lain.
•
Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.
•
Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah.
•
Tidak dapat mengatasi masalah pencemaran yang sifatnya non-point sources pollution.
•
Inovestasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering
dijadikan alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan limbah.
•
Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah,
belum mencakup upaya pencegahan. (Konsep Umum Produksi Bersih )
Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23 Tabun 1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 dan Pasal 17. Pelaksanaan Produksi Bersih
juga tercantum di dalam Dokumen ISO 14001 Butir 3.13
A. Teknik Penerapan Teknologi Bersih
Secara garis besar pilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1.Perubahan bahan Baku
a. Mengurangi atau menghilangkan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun seperti logam berat dari zat warna pelarut (B3).
b.Menggunakan bahan baku yang kualitasnya baik dan murni untuk menghindari
komtaminan dalam proses.
2. Tata Cara Operasi dan Housekeeping
a. Mencegah kehilangan bahan baku, produk maupun energi dari pemborosan, kebocoran dan
tercecer.
b. Penanganan material untuk mengurangi kehilangan material akibat kesalahan penanganan,
habisnya waktu tinggal bagi bahan yang sensetif terhadap waktu.
c. Penjadwalan produksi membentu mencegah pembororsan (energi, material dan air) dan
koordinasi pengelolaan limbah.
d. Segregasi/ memisahkan limbah menurut jenisnya untuk mengurangi volume limbah B3.
e. Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kehilangan akibat
kerusakan.
3. Penggunaan Kembali
a. Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain didalam pabrik.
b. Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi. enciptakan kegunaan limbah sebagai
produk lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.
4. Perubahan Teknologi
a.Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses dan
meningkatkan efesiensi.
b.Memeperbaiki kondisi proses sehingga meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi
jumlah limbah.
5. Perubahan Produk
a. Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak lingkungan pada waktu digunakan
oleh konsumen.
b. Merancang produksi sedemikian rupa sehingga mudah untuk di daur ulang.
c. Mengurangi kemasan yang tidak perlu. (Artiningsih)
B. Prinsip-prinsip Produksi Bersih
• Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi Bersih
dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru atau
pada saat mengkaji proses atau aktivitas yang sedang berlangsung.
• Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-kepentingan yang terkait.
• Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan, perkembangan di bidang
politik, ekonomi, sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepentingan berbagai
kelompok masyarakat.
• Perbaikan berlanjut.
C. Konsep Penerapan Produksi Bersih
Konsep Produksi Bersih memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu:
1. Prinsip kehati-hatian (precautionary), tanggung jawab yang utuh dari produsen agar tidak
menimbulkan dampak yang merugikan sekecil apapun.
2.Prinsip pencegahan (preventive), penting untuk memahami siklus hidup produk (product
life cycle) dari pemilihan bagan baku hingga terbentuknya limbah.
3. Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan
konsumsi.
4. Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan dan
konsumsi sebagai satu daur yang tidak dapat dipisahpisahkan.
D. Strategi yang digunakan dalam penerapan Produksi Bersih
1. Pencegahan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan
2. Program daur ulang,
3. Pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan sehingga dapat saling melengkapi
satu dengan lainnya.
Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi
(preventive strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan
limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan strategi berikut ini:
1. Eliminasi
Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu
tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan
Produksi Bersih hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.
2. Minimisasi Limbah (mengurangi sumber limbah)
Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah
tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa
perubahan penting terhadap proses.
3. Daur Ulang
Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategistrategi untuk meminimkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan
harus dicari, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (re-use).
Jika limbah tidak dapat dicegah, pengolahan limbah dapat dilakukan.
4. Pengendalian Pencemaran
Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi
perusahaan belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah.
5. Pengolahan dan Pembuangan
Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metoda-metoda pembuangan altematif.
Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan
program manajemen lingkungan; tetapi, ini adalah teknik yang paling tidak efektif.
6. Remediasi
Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar peracunan dan kuantitas limbah yang ada.
E. Esensi dasar dari produksi bersih
• Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.
• Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan diperlukan komitmen.
• Pencegahan polusi harus dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapan kegiatan yaitu
pada pembuatan peraturan., kebijakan, implementasi proyek, proses produksi dan desain
produk.
• Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan perkembangan sains dan
teknologi
• Penerapan strategi yang komprehensif dan terpadu, agar produk dapat bersaing di pasar
lokal maupun internasional.
• Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.
• Program multi media dan multi desain. Diterapkan di seluruh sektor: industri, pemerintah,
pertanian, energi, transportasi, para konsumen.
Pada dasarnya, fokus dari teknik Produksi Bersih adalah tentang “bagaimana
mengurangi limbah dari sumbernya”. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan teknik
pengurangan limbah ini adalah:
a.Manajemen inventaris
• Pengendalian inventaris
• Pengendalian bahan
b. Modifikasi proses produksi
• Prosedur operasi dan pemeliharaan
• Perubahan bahan
• Modifikasi peralatan proses
c. Pengurangan volume
• Pemilahan sumber
• Pengentalan
d. Recovery
• Recovery on – site (di lokasi)
• Recovery off – site (diluar lokasi)
F. Aspek-Aspek Dalam Pelaksanaan Produksi Bersih
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya pelaksanaan Produksi Bersih
adalah:
1. Proses
Mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan
berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang
dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.
2. Produk
Menitik beratkan pada upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup
produk, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak
digunakan.
3. Jasa
Menitik beratkan pada upaya penggunaan proses 3R (Reduce, Re-use dan Recycle)
diseluruh kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.
Penerapan produksi bersih dalam proses produksi dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan aspek-aspek tersebut di atas.
G. Peluang Penerapan Produksi Bersih
1.Memberi keuntungan ekonomi, sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi
pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan inprocess recycling) yaitu
pencegahan terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya
investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya
perbaikan lingkungan.
2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui
konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.
4. Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan
5. Mendukung prinsip `environmental equity' dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
6. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan
sumberdaya alam.
7. Memelihara ekosistem lingkungan.
8. Memperkuat daya saing produk dipasar intemasional.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup meliputi unsur hayati (biotik), unsur sosial budaya
(kultur), dan unsur fisik (abiotik). Kerusakan lingkungan akibat peristiwa alam: letusan
gunung berapi, kerusakan akibat gempa gumi, kerusakan akibat siklon (topan), musim
kemarau, erosi dan abrasi. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia: penebangan hutan
secara liar, bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS), pemanfaatan sumber daya alam
secara berlebihan, penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman, dan pembuangan sampah di
sembarang tempat. Semua manusia harus ikut serta dalam upaya melestarikan lingkungan
karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup. Dengan melestarikan lingkungan berarti
kita telah menyelamatkan beribu bahkan berjuta juta nyawa. Karena banyak nyawa yang
melayang itu banyak disebabkan adanya kerusakan lingkungan.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kerusakan lingkungan yaitu dengan menyusun,
menerbitkan, dan memberlakukan Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang yang berkaitan
dengan lingkungan, membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, serta mencanangkan
gerakan menanam sejuta pohon Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Strategi pengelolaan lingkungan hidup itu dibagi menjadi 3 yaitu
1. pendekatan kapasitas daya dukung
2. pengelolaan pada limbah yang terbentuk / end of pipe
3. produksi bersih
dan dari ketiga strategi ini sangat baik untuk menjaga lingkungan hidup, baik itu
biotik, abiotik, maupun kultur, dan ketiga strategi ini dibuat tentunya untuk menjaga
lingkungan, contohnya seperti produksi bersih yang menerapkan 3R, yaitu, Recycle, Reuse,
dan yang terakhir adalah Reduce
3.2. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini saya mengharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami strategi pengelolaan lingkungan hidup serta dapat memberikan kritik dan
sarannya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang
dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
www.blogspot/IGN Wahyu Dwi Payana/kapasitas-daya-dukung
www.Asdep Standtek, KLH/pengelolaan_lingkungan_hidup
http://www.academia.edu/6632372/Makalah_Pengelolaan_Lingkungan_Hidup
PRODUKSI BERSIH
''STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN"
OLEH :
NAMA : JEFRIYADI GURUSINGA
NPM
: 141113015
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS TERAPAN
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang strategi pengelolaan lingkungan ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada
Bapak hadi prasetyo suseno, ST., Msi. selaku Dosen mata kuliah Produksi Bersih IST
AKPRIND yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai strategi pengelolaan lingkungan hidup. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Yogyakarta, 4 oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.4. MANFAAT
BAB II PENDAHULUAN
2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP
2.2. UNSUR-UNSUR LINGKUNGAN HIDUP
2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN
2.4. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
2.4.1. PENDEKATAN KAPASITAS DAYA DUKUNG
2.4.2. END OF PIPE
2.4.3. PRODUKSI BERSIH
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LINGKUNGAN
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya dalam kehidupannya manusia bergantung pada keadaan lingkungan
disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam. Sumber daya alam yang utama bagi manusia
adalah udara, air, dan tanah. Udara sangat diperlukan oleh manusia untuk bernafas, air sangat
diperlukan oleh manusia untuk keperluan hidup dan sebagai komponen terbesar dari tubuh
manusia, dan tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan.
Air, udara, dan tanah sangat dibutuhkan dengan jumlah yang banyak dan dengan
kualitas yang baik, dan semua itu dapat didapat jika lingkungan dalam kondisi yang baik.
Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi
yang baik. Namun sayangnya di masa sekarang ini lingkungan tempat hidup telah
mengalami kerusakan.
Mengapa lingkungan sekitar kita mengalami kerusakan? karena lingkungan hidup
sekitar kita tidak dipelihara dengan baik sehingga lingkungan tercemar dan rusak, maka
manusia tidak mampu menghindar dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Pada akhirnya
kehidupan umat manusia menjadi terancam. Ketika lingkungan telah mengalami kerusakan,
manusia baru menyadari pentingnya pelestarian lingkungan.
Kita sadar bahwa apa yang dilakukan pada masa lalu adalah suatu kekeliruan yang
besar. Lingkungan hidup di Indonesia yang rusak perlu ditangani dikarenakan adanya
beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai
keadaan lingkungan hidup seperti degradasi yang terjadi di berbagai daerah. Secara garis
besar komponen lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok biotik,
kelompok abiotik, dan kelompok kultur.
Peningkatan kesadaran dan wujud kepedulian lingkungan pada masyarakat dewasa ini
terus berkembang hingga sekarang. dan pada saat ini ada STRATEGI PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP, yang di dalam makalah ini akan dibahas, straegi pengelolaan
lingkungan ini tugasnya yaitu menjaga lingkungan hidup dan kelangsungan lingkungan yang
di dalamnya yaitu abiotic, biotic, dan culture
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup
2. Apa saja unsur-unsur lingkungan hidup
3. Apa saja faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup
4. apa saja strategi pengelolaan lingkungan hidup
1.3. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian lingkungan hidup
2. Menjelaskan unsur-unsur lingkungan hidup
3. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup
4. menjelaskan strategi pengelolaan lingkungan hidup
1.4. MANFAAT
1. Dapat menjelaskan pengertian lingkungan hidup
2. Dapat menjelaskan unsur-unsur lingkungan hidup
3.Dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup
4. Menjelaskan strategi pengelolaanj lingkungan hidup
5. Untuk memenuhi Tugas perkuliahan produksi bersih
BAB II
PENDAHULUAN
2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan hidup
adalah suatu kesatuan fisik yang mencakup sumber daya alam yang mendukung pemenuhan
keperluan hidup manusia. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
2.2. UNSUR-UNSUR LINGKUNGAN HIDUP
1.Unsur Hayati (Biotik) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Saat berada di
kebun, mak a lingkungan hayati didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam
kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2.Unsur Sosial Budaya (Kultur) Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya
yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku
sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya
sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3.Unsur Fisik (Abiotik) Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan
lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di
bumi. Bayangkan, jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara menjadi dipenuhi asap. Tentu
saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana
kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur,
munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN
LINGKUNGAN
Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika
dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem
lingkungan. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman
terhadap flora dan fauna, tetapi juga dapat membawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu
sendiri seperti longsor, banjir, dan erosi. Dalam lingkungan hidup di Indonesia, banyak terjadi
permasalahan di sungai, laut, tanah dan hutan yaitu sebagai berikut:
1. Pencemaran sungai dan laut Sungai dan laut dapat tercemar karena kegiatan manusia
seperti pembuangan limbah cair, pembuangan limbah logam, sampah, dll. Secara biologis,
fisik, dan kimia, senyawa maupun unsur tersebut sulit bahkan tidak dapat diuraikan. Oleh
karena itu semua hal tersebut dapat mencemari lingkungan.
2. Pencemaran Tanah Tanah dapat tercemar karena penggunaan pupuk dan bahan pestisida
yang berlebihan. Pencemaran tanah terlihat dari tanah yang mengalami perubahan menjadi
kering dan keras. Hal ini disebabkan oleh jumlah kandungan garam yang sangat besar pada
tanah. Selain itu, pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh sampah plastik karena pada
umumnya sampah plastik tidak mengalami proses penguraian secara sempurna.
3. Pencemaran Hutan Hutan juga bisa mengalami kerusakan apabila pemanfaatannya tidak
dilakukan dengan baik. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Salah satu contoh pencemaran atau kerusakan hutan adalah adanya penebangan
secara liar. Jika kegiatan tersebut dilakukan dalam jangka panjang maka dapat mengakibatkan
gundulnya hutan.
2.4. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
2.4.1. PENDEKATAN KAPASITAS DAYA DUKUNG
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan daya dukung
lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber
daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi
kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan
dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas
lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan
pemanfaatan ruang yang sesuai.
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas
penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan hidup terbatas pada kapasitas
penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta
ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena
kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan
lahan dan air, penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan
berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
a) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
b) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
c) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup
dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan.
Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah
menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan
pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam
penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak
dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus
memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta
dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan
(SL) dan kebutuhan lahan (DL).Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan
membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan.
A. Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
B. Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.
Di dalam Ketentuan Umum UU RI no 23 tahun 1997 Pasal 1 Ayat 6 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lain. Konsep tentang daya dukung sebenarnya berasal dari pengelolaan hewan ternak dan
satwa liar. Daya dukung itu menunjukkan kemampuan lingkungan untuk mendukung
kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekorpersatuan luas lahan.
2.4.2. END OF PIPE
Pengolahan limbah (end-of-pipe) pada prinsipnya adalah proses perubahan dari satu
jenis fasa ke fasa yang lain. Misalnya pada pengolahan limbah cair industri, kandungan
pencemar dalam limbah umumnya diupayakan agar mengendap, sehingga cairan yang keluar
dari sistem pengolahan limbah sudah berkurang kandungan pencemarannya. Namun
masalahnya tidak selesai begitu saja. Endapan hasil olahan tersebut pada dasarnya adalah
limbah cair yang lebih kental (konsentrasi pencemarnya lebih tinggi) yang berbentuk lumpur.
Lumpur ini umumnya akan dikurangi kadar airnya sehingga menghasilkan suatu padatan,
yang masih mengandung pencemar dengan konsentrasi tinggi. Dalam hal ini terjadi proses
perubahan dari fasa cair ke fasa padat.
Contoh lain yang lebih menarik adalah pembakaran (inceneration) limbah
padat/sampah. Pembakaran tersebut akan mengubah limbah padat menjadi limbah gas dan
partikulat yang akan dilepaskan ke udara sekitar. Dengan kata lain, proses insenerasi ini akan
menimbulkan permasalahan pencemaran udara, umumnya scrubber. Scrubber ini akan
menyemprotkan air sehingga gas dan partikulat akan melarut. Larutan, yang mengandung
pencemar ini, kemudian ditampung untuk kemudian diolah dan diperlakukan sebagai limbah
cair.
Selain sebagai suatu sistem yang mengubah fasa, pengolahan limbah seringkali adalah
suatu bentuk perpindahan pencemaran dari suatu media ke media lainnya. Pada contoh
pengolahan limbah cair diatas, hasil olahan yang berbentuk padatan harus dibuang ke landfill.
Hal ini berarti memindahkan permasalahan dari pencemaran air ke media lain, dalam hal ini
tanah. Sedangkan pada contoh insinerator, permasalahannya ternyata lebih kompleks.
Insenerasi limbah pada yang bertujuan menghindari terjadinya pencemaran tanah ternyata
memindahkan masalah ke media lain, yaitu udara dan air.
Dari sisi ekonomi, pengolahan limbah juga kurang menguntungkan. Untuk
membangun suatu sistem pengolahan limbah yang baik, diperlukan biaya investasi yang
besar. Pada kasus industri kecil dan menengah, sering terjadi biaya pembangunan instalasi
lebih mahal dari investasi untuk industri itu sendiri. Di sisi lain, pada saat pengoperasian
sistem pengolahan, diperlukan biaya yang cukup besar. Pembelian bahan kimia, listrik, air
bersih, dan operator adalah beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Celakanya, biayabiaya ini pada dasarnya adalah waste , karena tidak memberikan nilai tambah kepada efisiensi
dan produktivitas perusahaan. Permasalahan menjadi bertambah rumit karena pada saat ini di
Indonesia sangat sulit ditemukan pengolahan limbah yang mampu memberikan hasil yang
memuaskan dan mampu mencapai baku mutu secara konsisten yang semakin lama akan
semakin ketat.
Konsep end-of-pipe treatment
Konsep end-of-pipe treatment menitik beratkan pada pengolahan dan pembuangan
limbah. Konsep ini pada kenyataannya tidak dapat sepenuhnya memecahkan permasalahan
lingkungan yang ada, sehingga pencemaran dan perusakan masih terus berlangsung. Hal ini
disebabkan karena dalam prakteknya pelaksanaan konsep ini menimbulkan banyak kendala.
Masalah utama yang dihadapi adalah peraturan perundangan, masih rendahnya compliance
atau pentaatan dan penegakan hukum, masalah pembiayaan serta masih rendahnya tingkat
kesadaran.
Kendala lain yang dihadapi oleh pendekatan end-of-pipe treatment adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan ini bersifat reaktif, yaitu bereaksi setelah limbah terbentuk.
2. Tidak efektif dalam memecahkan permasalahan lingkungan, karena pengolahan limbah
cair, padat atau gas memiliki resiko pindahnya polutan dari satu media ke media lingkungan
lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah lingkungan yang sama gawatnya, atau berakhir
sebagai sumber pencemar secara tidak langsung pada media yang sama.
3. Biaya investasi dan operasi tinggi, karena pengolahan limbah memerlukan biaya tambahan
pada proses produksi, sehingga biaya persatuan produk naik. Hal ini menyebabkan para
pengusaha enggan mengoperasikan peralatan pengolahan limbah yang telah dimilikinya.
4. Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan, selain
menuntut tersedianya biaya dan sumber daya manusia yang handal dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan pemantauan, pengawasan dan penegakkan hukum. Lemahnya
kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana serta kurangnya jumlah dan kemampuan
tenaga pengawas menyebabkan hukum tidak bisa ditegakkan.
Oleh karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam menerapkan konsep ini
sehingga konsep ini bukan cara yang efektif dalam mengelola lingkungan, maka strategi
pengelolaan lingkungan telah dirubah ke arah pencegahan pencemaran yang mengurangi
terbentuknya limbah dan memfasilitasi semua pihak untuk mengelola lingkungan secara
hemat biaya serta memberikan keuntungan baik finansial maupun non finansial.
2.4.3. PRODUKSI BERSIH
Di era globalisasi seperti sekarang ini pertumbuhan indusri pada berbagai sekala
menjadi suatu tren di berbagai negara mulai dari industri makanan, hingga indstri kimia.
Keberadaan industry dalam berbagai sekala dan jenis ditujukan sebagai solusi dalam
mengatasi persoaalan ekonomi pada masing-masing Negara.
Perkembangan pembangunan disamping meningkatkan kesejahteraan manusia juga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Industrialisasi dan urbanisasi yang
cepat di banyak negara juga telah mengakibatkan pencemaran yang serius. Untuk mengatasi
pencemaran yang dihasilkan, saat ini industri telah menitik beratkan pada pengolahan limbah
sebagai pengelolaan lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe). Namun metoda
pengolahan tahap akhir ini sangatlah mahal. Oleh karena itu timbul pemikiran perlunya
konsep pencegahan pencemaran, yang akhirnya menuju kepada “Produksi Bersih”. Produksi
bersih adalah alternatif untuk strategi manajemen lingkungan. (Suhartini, 2008)
Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan
secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dimana dampaknya dari
keseluruhan daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia diupayakan sekecil
mungkin. Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena didalamnya
termasuk upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis
proses, yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih.
Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan
untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan
lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan
pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi
pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan untuk mencegah pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan
kerusakan lingkungan terus meningkat. Kelemahan yang terdapat pada pendekatan
pengolahan limbah secara konvensional adalah :
•
Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah bentuk limbah
dan memindahkannya dari suatu media ke media lain.
•
Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.
•
Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah.
•
Tidak dapat mengatasi masalah pencemaran yang sifatnya non-point sources pollution.
•
Inovestasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering
dijadikan alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan limbah.
•
Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah,
belum mencakup upaya pencegahan. (Konsep Umum Produksi Bersih )
Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23 Tabun 1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 dan Pasal 17. Pelaksanaan Produksi Bersih
juga tercantum di dalam Dokumen ISO 14001 Butir 3.13
A. Teknik Penerapan Teknologi Bersih
Secara garis besar pilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1.Perubahan bahan Baku
a. Mengurangi atau menghilangkan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun seperti logam berat dari zat warna pelarut (B3).
b.Menggunakan bahan baku yang kualitasnya baik dan murni untuk menghindari
komtaminan dalam proses.
2. Tata Cara Operasi dan Housekeeping
a. Mencegah kehilangan bahan baku, produk maupun energi dari pemborosan, kebocoran dan
tercecer.
b. Penanganan material untuk mengurangi kehilangan material akibat kesalahan penanganan,
habisnya waktu tinggal bagi bahan yang sensetif terhadap waktu.
c. Penjadwalan produksi membentu mencegah pembororsan (energi, material dan air) dan
koordinasi pengelolaan limbah.
d. Segregasi/ memisahkan limbah menurut jenisnya untuk mengurangi volume limbah B3.
e. Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kehilangan akibat
kerusakan.
3. Penggunaan Kembali
a. Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain didalam pabrik.
b. Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi. enciptakan kegunaan limbah sebagai
produk lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.
4. Perubahan Teknologi
a.Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses dan
meningkatkan efesiensi.
b.Memeperbaiki kondisi proses sehingga meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi
jumlah limbah.
5. Perubahan Produk
a. Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak lingkungan pada waktu digunakan
oleh konsumen.
b. Merancang produksi sedemikian rupa sehingga mudah untuk di daur ulang.
c. Mengurangi kemasan yang tidak perlu. (Artiningsih)
B. Prinsip-prinsip Produksi Bersih
• Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi Bersih
dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru atau
pada saat mengkaji proses atau aktivitas yang sedang berlangsung.
• Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-kepentingan yang terkait.
• Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan, perkembangan di bidang
politik, ekonomi, sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepentingan berbagai
kelompok masyarakat.
• Perbaikan berlanjut.
C. Konsep Penerapan Produksi Bersih
Konsep Produksi Bersih memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu:
1. Prinsip kehati-hatian (precautionary), tanggung jawab yang utuh dari produsen agar tidak
menimbulkan dampak yang merugikan sekecil apapun.
2.Prinsip pencegahan (preventive), penting untuk memahami siklus hidup produk (product
life cycle) dari pemilihan bagan baku hingga terbentuknya limbah.
3. Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan
konsumsi.
4. Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan dan
konsumsi sebagai satu daur yang tidak dapat dipisahpisahkan.
D. Strategi yang digunakan dalam penerapan Produksi Bersih
1. Pencegahan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan
2. Program daur ulang,
3. Pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan sehingga dapat saling melengkapi
satu dengan lainnya.
Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi
(preventive strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan
limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan strategi berikut ini:
1. Eliminasi
Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu
tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan
Produksi Bersih hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.
2. Minimisasi Limbah (mengurangi sumber limbah)
Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah
tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa
perubahan penting terhadap proses.
3. Daur Ulang
Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategistrategi untuk meminimkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan
harus dicari, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (re-use).
Jika limbah tidak dapat dicegah, pengolahan limbah dapat dilakukan.
4. Pengendalian Pencemaran
Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi
perusahaan belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah.
5. Pengolahan dan Pembuangan
Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metoda-metoda pembuangan altematif.
Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan
program manajemen lingkungan; tetapi, ini adalah teknik yang paling tidak efektif.
6. Remediasi
Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar peracunan dan kuantitas limbah yang ada.
E. Esensi dasar dari produksi bersih
• Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.
• Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan diperlukan komitmen.
• Pencegahan polusi harus dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapan kegiatan yaitu
pada pembuatan peraturan., kebijakan, implementasi proyek, proses produksi dan desain
produk.
• Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan perkembangan sains dan
teknologi
• Penerapan strategi yang komprehensif dan terpadu, agar produk dapat bersaing di pasar
lokal maupun internasional.
• Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.
• Program multi media dan multi desain. Diterapkan di seluruh sektor: industri, pemerintah,
pertanian, energi, transportasi, para konsumen.
Pada dasarnya, fokus dari teknik Produksi Bersih adalah tentang “bagaimana
mengurangi limbah dari sumbernya”. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan teknik
pengurangan limbah ini adalah:
a.Manajemen inventaris
• Pengendalian inventaris
• Pengendalian bahan
b. Modifikasi proses produksi
• Prosedur operasi dan pemeliharaan
• Perubahan bahan
• Modifikasi peralatan proses
c. Pengurangan volume
• Pemilahan sumber
• Pengentalan
d. Recovery
• Recovery on – site (di lokasi)
• Recovery off – site (diluar lokasi)
F. Aspek-Aspek Dalam Pelaksanaan Produksi Bersih
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya pelaksanaan Produksi Bersih
adalah:
1. Proses
Mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan
berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang
dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.
2. Produk
Menitik beratkan pada upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup
produk, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak
digunakan.
3. Jasa
Menitik beratkan pada upaya penggunaan proses 3R (Reduce, Re-use dan Recycle)
diseluruh kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.
Penerapan produksi bersih dalam proses produksi dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan aspek-aspek tersebut di atas.
G. Peluang Penerapan Produksi Bersih
1.Memberi keuntungan ekonomi, sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi
pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan inprocess recycling) yaitu
pencegahan terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya
investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya
perbaikan lingkungan.
2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui
konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.
4. Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan
5. Mendukung prinsip `environmental equity' dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
6. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan
sumberdaya alam.
7. Memelihara ekosistem lingkungan.
8. Memperkuat daya saing produk dipasar intemasional.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup meliputi unsur hayati (biotik), unsur sosial budaya
(kultur), dan unsur fisik (abiotik). Kerusakan lingkungan akibat peristiwa alam: letusan
gunung berapi, kerusakan akibat gempa gumi, kerusakan akibat siklon (topan), musim
kemarau, erosi dan abrasi. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia: penebangan hutan
secara liar, bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS), pemanfaatan sumber daya alam
secara berlebihan, penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman, dan pembuangan sampah di
sembarang tempat. Semua manusia harus ikut serta dalam upaya melestarikan lingkungan
karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup. Dengan melestarikan lingkungan berarti
kita telah menyelamatkan beribu bahkan berjuta juta nyawa. Karena banyak nyawa yang
melayang itu banyak disebabkan adanya kerusakan lingkungan.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kerusakan lingkungan yaitu dengan menyusun,
menerbitkan, dan memberlakukan Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang yang berkaitan
dengan lingkungan, membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, serta mencanangkan
gerakan menanam sejuta pohon Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Strategi pengelolaan lingkungan hidup itu dibagi menjadi 3 yaitu
1. pendekatan kapasitas daya dukung
2. pengelolaan pada limbah yang terbentuk / end of pipe
3. produksi bersih
dan dari ketiga strategi ini sangat baik untuk menjaga lingkungan hidup, baik itu
biotik, abiotik, maupun kultur, dan ketiga strategi ini dibuat tentunya untuk menjaga
lingkungan, contohnya seperti produksi bersih yang menerapkan 3R, yaitu, Recycle, Reuse,
dan yang terakhir adalah Reduce
3.2. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini saya mengharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami strategi pengelolaan lingkungan hidup serta dapat memberikan kritik dan
sarannya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang
dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
www.blogspot/IGN Wahyu Dwi Payana/kapasitas-daya-dukung
www.Asdep Standtek, KLH/pengelolaan_lingkungan_hidup
http://www.academia.edu/6632372/Makalah_Pengelolaan_Lingkungan_Hidup